Sekarang Aku Tahu Cara Menjadi Saksi untuk Tuhan

12 Februari 2022

Oleh Saudari Xu Lu, Tiongkok

Pada April 2021, aku bekerja dengan Saudari Chen, membagikan Injil. Aku sudah berpengalaman dalam itu, jadi setelah beberapa saat, hasilku mulai lebih baik daripadanya. Aku menunjukkan kepadanya caraku berkerja, bagaimana aku menjawab pertanyaan calon petobat. Aku sangat spesifik. Saudari Chen benar-benar kagum. Suatu kali, beberapa saudara-saudari tidak datang ke pertemuan. Aku bersekutu dengan mereka, dan mereka mulai hadir seperti biasa. Aku tahu itu berkat Tuhan yang membimbing dan menggerakkan hati mereka, tetapi aku memuji diri sendiri, mengira aku berperan. Aku tak kuasa tidak pamer kepada Saudari Chen, berkata, "Aku bersandar kepada Tuhan, sedikit bersekutu, lalu mereka ingin ikut pertemuan." Dia berkata dengan kagum, "Syukur kepada Tuhan! Kau sangat andal menyelesaikan berbagai hal dengan persekutuan." Aku senang mendengar itu darinya. Lalu, suatu kali, saat tidak bisa menjawab pertanyaan seseorang yang dia khotbahi, dia sangat sedih. Aku bertanya apa yang dia katakan kepada mereka, dan dia menjelaskan singkat. Lalu, kupikir dia kurang pengalaman. Itu pertanyaan mudah, dan aku bisa segera menjawabnya. Aku harus mengajarinya, menunjukkan caraku membagikan Injil. Aku memberi tahu dia cara bersekutu yang lebih efektif. Saudari Chen menyukai yang kukatakan, berkata dia tidak terampil, dan memintaku lebih banyak membantunya. Aku memberi tahu dia kita harus bersandar kepada Tuhan, tetapi dalam hati, aku terlalu bangga terhadap diriku. Aku merasa berhasil.

Dalam sebuah pertemuan, seorang pemimpin bertanya apa yang kami pelajari dalam tugas kami baru-baru ini. Saudari Chen berkata dia melihat betapa tidak terampilnya dia, ada begitu banyak pertanyaan yang tidak bisa dia jawab. Dia berkata aku sangat cepat menemukan firman Tuhan untuk persekutuan. Pemimpin itu tersenyum kepadaku dan menganggukkan kepala. Aku tahu pekerjaan kami baru-baru ini mengalami kemajuan dan sangat ingin menunjukkan pengetahuanku kepada pemimpin, bahwa aku bisa menjawab pertanyaan orang. Aku sengaja menyela, berkata, "Menjawab pertanyaan mereka sangat sulit." Pemimpin bertanya, "Pertanyaan apa?" Aku bergegas mencoba mencari pertanyaan, memikirkan pertanyaan mana yang paling baik menunjukkan keterampilanku. Aku memilih yang paling rumit, agar pemimpin berpikir aku bisa menjawab yang tersulit dan terlihat sangat pintar. Jadi, aku menjelaskan dengan berapi-api, bicara tentang bagaimana aku menanggapi pertanyaan orang dan bagaimana aku meyakinkan mereka pada akhirnya. Aku melebih-lebihkan, menggambarkan situasinya lebih sulit, seolah tidak seorang pun bisa menyelesaikan masalah ini dan hanya aku yang bisa. Aku ingin pemimpin berpikir aku punya kenyataan kebenaran, aku yang terbaik di antara semua penginjil. Pemimpin dan saudara-saudari lain memujiku, dan aku menikmatinya. Setelah menanyakan pekerjaan kami dalam membagikan Injil, pemimpin bersekutu tentang prinsip dengan kami. Setelah beberapa patah kata darinya, kupikir aku punya pengalaman relevan yang harus kubagikan. Begitu persekutuan ganti topik, aku takkan punya kesempatan membicarakannya. Aku tidak sabar untuk mencuri panggung, jadi aku berkata, "Bukan hanya itu." Lalu, aku meringkas pengalamanku dan menceritakan bagaimana aku berhasil mendapatkan orang percaya baru. Semua orang menganggukkan kepala dan aku makin semangat bicara. Saudara-saudari menyela dengan pendapat mereka, tetapi aku tidak mendengarkannya. Aku merasa mereka tidak punya wawasan atau pemikiran berharga. Aku hanya membagikan pandanganku, tidak memberi orang lain kesempatan bicara. Aku ingin menceritakan semua pengalamanku, agar pemimpin melihat aku berbakat, bisa mencari prinsip dalam tugas, bahwa aku punya talenta. Saat bicara, terlintas di benakku bahwa aku mungkin pamer. Jadi, kucoba memperlambat, mengendalikan nadaku, sedikit mengungkit kerusakan dan kesalahanku. Namun, aku juga berpikir metode nyata ini harus dipersekutukan demi kebaikan bersama, itu semua pengalamanku. Aku tidak bisa tidak bersekutu karena takut pamer. Karena itulah aku terus mengoceh. Lalu, kulihat pemimpin mengangguk sepakat dan yang lain tampak setuju. Aku sangat menikmatinya. Jadi, dalam pertemuan itu, semua orang pada dasarnya hanya mendengarkanku bicara. Bukan hanya itu, tetapi dalam banyak pertemuan aku hampir tidak pernah menceritakan keadaan negatifku atau contoh kegagalanku. Aku merasa itu akan merusak citraku, jadi aku hanya menceritakan kesuksesan. Semua orang mengira aku andal membagikan Injil setelah beberapa pertemuan, dan beberapa orang lain dalam tugas itu mulai mengandalkanku. Mereka akan memintaku bicara langsung dengan orang-orang yang punya gagasan kuat. Aku makin menyukai itu dan menikmati perasaan dihormati.

Saat merasa sangat puas terhadap diri sendiri, pendisiplinan Tuhan datang kepadaku. Aku mulai mengalami banyak hambatan dan tidak menyelesaikan apa pun. Kupikir aku cenderung menyombongkan diri dan pamer dalam persekutuan dengan yang lain, dan kini aku berhenti di tempat. Apa Tuhan muak denganku dan menyembunyikan diri dariku? Aku membuka diri kepada Saudari Chen tentang keadaanku dan dia berkata, "Selama mengenalmu, kuperhatikan kau cenderung menyombongkan diri. Kau bicara sepanjang waktu saat pemimpin ikut pertemuan. Kau memotong sebelum dia selesai bicara, dan aku bahkan tidak bisa bertanya. Aku merasa sangat rendah dibandingkan kau, melihat semua pengalamanmu membagikan Injil." Mendengar itu terasa perih. Aku tidak pernah membayangkan sifat pamerku membuatnya merasa dibatasi. Bukankah itu melakukan kejahatan? Aku datang ke hadapan Tuhan untuk sungguh-sungguh merenungkan diri, dan teringat firman Tuhan ini: "Semua orang yang merosot mengagungkan diri mereka sendiri dan menjadi saksi bagi diri mereka sendiri, mereka berkeliling membual tentang diri mereka sendiri dan membesar-besarkan diri sendiri, dan mereka sama sekali tidak memedulikan Tuhan. Apakah engkau semua punya pengalaman tentang apa yang Aku sedang bicarakan? Banyak orang selalu memberikan kesaksian tentang diri mereka sendiri: 'Aku menderita seperti ini dan itu, aku telah melakukan pekerjaan ini dan itu, Tuhan telah memperlakukanku begini dan begitu; Dia memintaku untuk melakukan ini dan itu; Dia sangat menghargaiku; sekarang aku seperti ini dan itu.' Mereka sengaja berbicara dengan nada tertentu dan dengan sikap badan tertentu. Pada akhirnya, sebagian orang akhirnya mengira bahwa orang-orang ini adalah Tuhan. Begitu mereka sudah sampai sejauh itu, Roh Kudus sudah lama meninggalkan mereka. Sementara itu, walaupun mereka diabaikan dan tidak diusir, nasib mereka sudah ditetapkan, dan yang dapat mereka lakukan hanyalah menunggu datangnya hukuman mereka" ("Manusia Mengajukan Terlalu Banyak Tuntutan Kepada Tuhan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan begitu menyentuhku. Aku mengalami banyak hambatan dan tidak bisa merasakan bimbingan Tuhan. Itu semua karena aku membuat Tuhan muak dengan kesombonganku. Watak benar Tuhan tidak akan menoleransi pelanggaran manusia. Aku merasa takut. Aku tahu jika terus seperti itu, Tuhan akan meninggalkanku karena jijik. Aku harus mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini.

Aku membaca kutipan firman Tuhan yang menyingkap antikristus. "Meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri, memamerkan diri, berusaha membuat orang kagum terhadap mereka—umat manusia yang rusak mampu melakukan hal-hal ini. Inilah cara orang bereaksi secara naluriah ketika mereka dikuasai oleh natur Iblis dalam diri mereka, dan ini umum dilakukan oleh semua manusia yang rusak. Bagaimana biasanya orang meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri? Bagaimana mereka mencapai tujuan ini? Salah satu cara adalah dengan bersaksi tentang berapa banyak mereka telah menderita, berapa banyak pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan berapa banyak mereka telah mengorbankan diri. Mereka membicarakan hal-hal ini sebagai wujud modal pribadi. Artinya, mereka menggunakan hal-hal ini sebagai modal yang melaluinya mereka meninggikan diri mereka sendiri, yang memberikan kepada mereka tempat yang lebih tinggi, lebih mantap, lebih aman di dalam pikiran orang, sehingga lebih banyak orang menghargai, mengagumi, menghormati, dan bahkan memuja, mengidolakan, dan mengikuti mereka. Itulah tujuan utamanya. Apakah hal-hal yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan ini—yaitu semua tindakan meninggikan diri dan bersaksi tentang diri mereka sendiri ini—masuk akal? Tidak. Semua itu di luar cakupan rasionalitas. Orang-orang ini tidak punya rasa malu: mereka tanpa malu-malu memberi kesaksian tentang apa yang telah mereka lakukan bagi Tuhan dan berapa banyak mereka telah menderita bagi Dia. Mereka bahkan memamerkan karunia, talenta, pengalaman, dan keterampilan khusus mereka, atau teknik-teknik cerdas mereka berperilaku dan cara-cara yang mereka gunakan untuk mempermainkan orang. Metode mereka untuk meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri adalah dengan memamerkan diri dan menganggap rendah orang lain. Mereka juga menyembunyikan dan menyamarkan diri mereka, menyembunyikan kelemahan, kekurangan, dan kegagalan mereka dari orang-orang sehingga orang-orang hanya bisa melihat kehebatan mereka. Mereka bahkan tidak berani untuk menceritakan kepada orang lain ketika mereka merasa negatif; mereka tidak berani untuk terbuka dan bersekutu dengan orang lain, dan ketika mereka melakukan kesalahan, mereka melakukan upaya terbaik untuk menyembunyikan dan menutupinya. Tidak pernah mereka menyebutkan kerusakan yang mereka timbulkan terhadap rumah Tuhan selama pelaksanaan tugas mereka. Namun, ketika mereka membuat kontribusi kecil atau memperoleh sedikit keberhasilan kecil, mereka segera memamerkannya. Mereka tidak sabar ingin segera memberi tahu seluruh dunia tentang betapa mampunya mereka, betapa tingginya kualitas mereka, betapa istimewanya mereka, dan betapa mereka jauh lebih baik daripada orang normal. Bukankah ini suatu cara untuk meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri?" ("Mereka Menipu dan Memberi Kesaksian tentang Diri Mereka Sendiri" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Bukankah aku pamer dan meninggikan diri seperti yang digambarkan Tuhan? Aku tidak bersaksi untuk Tuhan, hanya pamer agar orang-orang menghormatiku. Aku menggunakan pengalaman Injilku seperti modal pribadi, berpikir aku pintar dan andal, hanya bersandiwara. Saat mendapatkan keberhasilan, aku sesumbar kepada saudari rekan kerjaku tentang kemampuanku memecahkan masalah, lalu saat melihat dia mengalami kegagalan, aku menceritakan semua pengalamanku. Aku terus pamer kepadanya, menunjukkan kemampuanku. Aku berpura-pura membantunya, padahal itu hanya untuk pamer. Aku ingin dia berpikir aku lebih baik darinya, akibatnya, dia membatasi dirinya sendiri dan merasa negatif. Dia mengandalkanku dalam tugasnya, bukan Tuhan. Saat pemimpin datang ke pertemuan kami, aku selalu menyombongkan diri, membualkan masalah sulit yang kuselesaikan untuk menunjukkan kemampuanku sehingga pemimpin menghormatiku, merasa aku punya keterampilan dan bisa memecahkan masalah nyata. Saat pemimpin bersekutu tentang prinsip, aku bahkan tidak menunggu dia selesai bicara sebelum menyela, menceritakan bagaimana aku membagikan Injil menurut prinsip, menunjukkan kemampuanku agar dihormati orang lain. Kulihat aku sangat tercela dan licik. Karena selalu menyela orang dan pamer di pertemuan, tidak memberi kesempatan orang lain untuk bersekutu, itu seperti pertunjukan pribadiku, merampas kesempatan orang lain menyelesaikan masalah mereka. Aku tidak bisa menenangkan hati untuk merenungkan firman Tuhan dan mendengarkan pengalaman orang lain, justru fokus mencari cara untuk bisa bersekutu agar orang lain mengagumiku. Aku tidak belajar banyak dalam pertemuan. Aku tahu aku punya banyak kesalahan dan kegagalan, tetapi takut merusak citraku di mata orang lain, jadi kututupi kekurangan itu, hanya membicarakan kesuksesanku. Lalu, yang lain di tim Injil mengagumi dan mengandalkanku. Aku membawa mereka ke hadapanku, aku bukan saja tidak takut, tetapi juga menikmatinya. Dari perilaku, kulihat aku tidak berusaha memuaskan Tuhan dalam tugasku, justru menipu dan menjerat orang.

Aku membaca kutipan firman Tuhan ini yang membantuku memahami natur dan esensiku. "ada orang-orang yang secara khusus mengidolakan Paulus. Mereka suka pergi ke luar dan berkhotbah dan melakukan pekerjaan, mereka suka menghadiri pertemuan-pertemuan dan berkhotbah, dan mereka suka orang-orang mendengarkan mereka, memuja mereka, dan mengerumuni mereka. Mereka suka memiliki status di dalam pikiran orang lain, dan mereka menghargainya bila orang lain menghargai citra yang mereka tunjukkan. Mari kita menganalisis natur mereka dari perilaku-perilaku ini: apa natur mereka? Jika mereka benar-benar bersikap seperti ini, itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa mereka itu congkak dan sombong. Mereka tidak menyembah Tuhan sama sekali; mereka mencari status yang lebih tinggi dan ingin memiliki otoritas atas orang lain, menguasai mereka, dan memiliki status di pikiran mereka. Ini adalah gambaran klasik dari Iblis. Aspek yang menonjol dari natur mereka adalah kecongkakan dan kesombongan, ketidakrelaan untuk menyembah Tuhan, dan keinginan untuk dipuja orang lain. Perilaku semacam itu dapat memberimu pandangan yang sangat jelas akan natur mereka" ("Cara Mengenal Natur Manusia" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Ini membuatku sadar, membual tanpa henti artinya dikendalikan natur congkak. Aku suka perasaan dikagumi dan didukung sejak kecil, jadi itu sesuatu yang selalu kukejar dalam hidup. Aku terus melakukan itu bahkan setelah beriman, membual dan pamer setiap kali punya kesempatan. Aku menikmatinya, aku senang setiap kali melihat ekspresi kekaguman seseorang. Menyebarkan Injil adalah tanggung jawabku, tugasku, dan setiap keberhasilan adalah berkat bimbingan Tuhan. Namun, aku dikendalikan kecongkakan, menggunakan bakat atau pengalaman sebagai modal pribadi. Aku merasa sangat diperlukan dan meremehkan orang lain. Aku juga memanfaatkan setiap kesempatan untuk menyombongkan diri di depan saudara-saudari, bagaimana aku berhasil membagikan Injil, tetapi tidak pernah menyebutkan kekurangan atau kegagalanku. Jadi, saudara-saudari mulai mengandalkanku alih-alih mencari Tuhan, dan Tuhan tidak punya tempat di hati mereka. Tuhan harus dikeramatkan dalam hati orang, tetapi aku membawa mereka ke hadapanku sendiri, agar hanya ada ruang untukku di hati mereka. Bukankah aku bersaing dengan Tuhan untuk status? Aku teringat Paulus, yang begitu congkak di Zaman Kasih Karunia. Dia tidak pernah meninggikan Tuhan Yesus Kristus dalam epistelnya, dan tidak bersaksi tentang apa dampak pekerjaan Tuhan Yesus bagi umat manusia. Dia hanya menyombongkan diri tentang bakat dan kualitas dirinya, menjerat orang lain agar mengagumi dan mengikutinya. Dia bersaksi bahwa dia tidak kalah dengan rasul lainnya, dan akhirnya berkata dia hidup sebagai Kristus, yang sangat menyinggung watak Tuhan. Paulus terus meninggikan diri, membuat orang lain memujanya, sampai-sampai selama 2.000 tahun, orang percaya memperlakukan ucapannya seperti firman Tuhan, sebagai dasar iman dan prinsip untuk diterapkan. Bagi mereka, ucapannya melampaui firman Tuhan, menjadikan Tuhan simbol belaka. Paulus akhirnya menjadi antikristus utama dan dihukum oleh Tuhan. Aku sadar aku sama seperti Paulus. Aku tidak meninggikan Tuhan dalam tugasku, hanya pamer dan menjerat hati orang. Bagaimana itu disebut melakukan tugas? Aku hanya mementingkan diri, menentang Tuhan, dan bersaing mendapatkan tempat dengan-Nya. Itu sangat menyinggung Tuhan. Pada saat itu aku sangat ketakutan dan melihat betapa berbahayanya hal itu. Aku datang ke hadapan Tuhan dan berdoa, "Ya Tuhan, aku tidak ingin hidup melawan-Mu, dalam watakku yang rusak. Tolong disiplinkan aku jika pamer lagi. Tuhan, bimbinglah aku agar lebih memahami diriku."

Kemudian aku membaca kutipan firman Tuhan yang membuatku benar-benar malu pada diriku. "Jangan berpikir bahwa engkau memahami segalanya. Kukatakan kepadamu bahwa semua yang telah kaulihat dan alami tidak cukup bagimu untuk memahami bahkan seperseribu bagian saja dari rencana pengelolaan-Ku. Jadi mengapa engkau bertindak sedemikian sombongnya? Secuil bakat dan pengetahuan minim yang kaumiliki tidak cukup untuk Yesus pakai bahkan dalam satu detik pun dari pekerjaan-Nya! Seberapa banyakkah pengalaman yang sebenarnya kaumiliki? Apa yang telah kaulihat dan semua yang telah kaudengar di sepanjang hidupmu serta apa yang telah kaubayangkan jauh lebih sedikit dibandingkan pekerjaan yang Kulakukan sebentar saja! Sebaiknya engkau jangan suka mengkritik dan mencari-cari kesalahan. Engkau bisa bersikap congkak sesukamu, tetapi engkau tidak lebih daripada makhluk yang bahkan tidak setara dengan semut! Yang mampu kautampung di dalam perutmu lebih sedikit daripada isi perut seekor semut! Jangan mengira, hanya karena engkau telah mendapatkan sedikit pengalaman dan senioritas, maka ini membuatmu berhak untuk menggerakkan tanganmu dengan pongah dan bicara muluk-muluk. Bukankah pengalaman dan senioritasmu adalah hasil dari firman yang telah Kuucapkan? Apakah engkau menganggap bahwa semua itu adalah imbalan untuk kerja keras dan usahamu sendiri? Saat ini, engkau melihat bahwa Aku telah menjadi daging, dan mengenai hal ini saja, engkau dipenuhi dengan banyak pemahaman di dalam dirimu, dan dari situ ada gagasan yang tiada akhir. Jika bukan karena inkarnasi-Ku, bahkan seandainya engkau memiliki bakat yang luar biasa, engkau tidak akan memiliki begitu banyak pemahaman; dan bukankah dari pemahaman-pemahaman inilah semua gagasanmu muncul?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kedua Inkarnasi Melengkapi Signifikansi Inkarnasi"). Aku tidak punya kenyataan kebenaran, hanya mengetahui beberapa doktrin. Aku punya sedikit pengalaman dan melakukan sedikit pekerjaan, lalu meremehkan orang lain, dan bahkan Tuhan. Aku mencuri kemuliaan Tuhan. Aku sangat congkak. Saat membagikan Injil, aku sebenarnya tahu benar Tuhanlah yang menopang pekerjaan-Nya sendiri. Terkadang seseorang mengajukan pertanyaan yang tidak kutahu jawabannya, jadi aku berdoa kepada Tuhan. Lalu, aku akan tahu cara menjawabnya setelah Roh Kudus mencerahkanku. Terkadang aku bahkan tidak banyak bicara. Aku hanya membaca firman Tuhan, lalu orang-orang akan segera mengenali suara Tuhan dan siap mencari pekerjaan-Nya pada akhir zaman. Aku melihat semua itu tercapai dengan bimbingan firman Tuhan, bahwa Dia menggerakkan hati orang-orang. Suatu kali, aku membagikan Injil kepada saudara dari seorang saudari di gereja. Beberapa orang telah bersekutu dengan dia sebelumnya, tetapi dia dibatasi gagasannya dan tidak mempelajarinya. Aku tidak merasa percaya diri, tetapi hanya menyiapkan sedikit berdasarkan pengalamanku sebelumnya. Saat bicara dengannya tentang yang telah kucermati, dia bukan hanya tetap tak acuh, tetapi menyebutkan lebih banyak gagasan. Aku tidak tahu bagaimana harus bersekutu, jadi aku berdoa dan bersandar kepada Tuhan, meminta Tuhan membimbing dia. Lalu, dia menonton video kesaksian dan benar-benar tersentuh oleh persekutuan itu, lalu bersemangat mempelajari pekerjaan baru Tuhan. Aku sangat terkejut. Dia berubah total hanya dalam kurang dari 30 menit. Aku tahu itu bukan karena aku bersekutu dengan baik, tetapi karena Tuhan menggerakkan dia. Saat motivasiku dalam tugas salah, sebaik apa pun aku bicara, tidak seorang pun mau menerima Injil. Pengalamanku menunjukkan kepadaku bahwa dalam tugas, bakat dan kualitas kita hanya pendukung, itu bukan faktor penentu. Domba-domba Tuhan mendengar suara-Nya. Umat pilihan Tuhan mendengar suara-Nya dalam firman-Nya dan ingin menyelidiki jalan yang benar. Jika bukan umat pilihan Tuhan, sefasih apa pun orang bicara, takkan berhasil. Bahkan tanpa bakat, jika hati seseorang ada di tempat yang tepat dan benar-benar mengandalkan Tuhan, mereka bisa mendapatkan bimbingan-Nya, dan itu akan berhasil. Setiap pencapaian dalam tugas kita berasal dari pencerahan Roh Kudus dan bimbingan firman Tuhan. Jika tidak, sebanyak apa pun kita bicara, kita tidak akan menggerakkan orang percaya yang potensial. Kita berkontribusi kecil, lalu membual ke sana kemari, mencuri kemuliaan Tuhan. Itu tidak masuk akal. Aku merasa benar-benar buta. Aku memuji diriku sendiri untuk pencapaian sekecil apa pun, dan menggunakannya sebagai alasan menyombongkan diri. Aku sungguh tidak tahu malu. Memikirkan kembali bagaimana aku pamer, aku merasa sangat hina. Aku sangat bodoh, membabi buta menonjolkan diri. Jika Tuhan tidak mengatur situasi sulit untukku, lalu membuat seorang saudari mengkritikku, aku akan tetap mati rasa, tidak mengenal diri sendiri. Menyadari ini, aku berdoa di hadapan Tuhan, ingin bertobat, berhenti meninggikan diri dan pamer.

Lalu, aku secara sadar mencari cara meninggikan dan bersaksi untuk Tuhan. Aku membaca sebuah kutipan firman Tuhan. "Ketika menjadi kesaksian bagi Tuhan, engkau terutama harus berbicara lebih banyak tentang bagaimana Tuhan menghakimi dan menghajar orang, ujian apa yang Dia gunakan untuk memurnikan orang dan mengubah watak mereka. Engkau juga harus berbicara tentang berapa banyak kerusakan yang telah tersingkap dalam pengalamanmu, berapa banyak yang telah kautanggung, dan bagaimana engkau pada akhirnya ditaklukkan oleh Tuhan; berbicaralah tentang berapa banyak pengetahuan nyata tentang pekerjaan Tuhan yang kaumiliki, dan bagaimana engkau harus menjadi kesaksian bagi Tuhan dan membalas kasih-Nya. Engkau semua harus mengucapkan perkataan semacam ini secara lebih praktis, sambil menyampaikannya dengan cara yang sederhana. Jangan berbicara tentang teori-teori kosong. Berbicaralah dengan lebih nyata; berbicaralah dari hati. Inilah yang harus engkau alami. Jangan memperlengkapi dirimu dengan teori-teori kosong yang tampaknya mendalam dalam upaya memamerkan diri; melakukannya membuatmu tampak sangat congkak dan tidak bernalar. Berbicaralah lebih banyak tentang hal-hal yang nyata dari pengalaman nyatamu yang murni dan berasal dari hatimu; inilah yang paling bermanfaat bagi orang lain dan yang paling tepat untuk mereka pahami" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa meninggikan dan bersaksi untuk Tuhan adalah bersaksi tentang pekerjaan-Nya, watak-Nya, membicarakan kerusakan dan pemberontakan kita sendiri, dan bagaimana kita belajar tentang diri kita melalui penghakiman firman-Nya. Kemudian orang lain bisa mendapatkan kearifan, melihat kebenaran Tuhan dan kasih-Nya untuk kita. Namun, aku hanya membicarakan keberhasilanku membagikan Injil, hampir tidak pernah mengungkit kerusakan yang kutunjukkan atau bagaimana aku menentang Tuhan. Aku tidak bersaksi untuk Tuhan dan aku harus menunjukkan jati diriku, menyingkap bagaimana aku menyombongkan diri, pamer, menceritakan kesulitan dan kekuranganku dalam memberitakan Injil, dan bagaimana Roh membimbingku. Aku harus mempersekutukan semua itu agar yang lain bisa melihatku dengan jelas, juga melihat bagaimana Tuhan bekerja. Lalu, mereka akan punya iman untuk mengandalkan Tuhan dalam tugas, mendapatkan bimbingan Tuhan. Saat aku membuka diri seperti itu, semua orang sadar sesungguhnya tidak ada Tuhan dalam hati mereka. Mereka ingin berubah, bersandar pada Tuhan dalam tugas mereka.

Aku menonton sebuah video firman Tuhan setelah itu. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apa pemahamanmu tentang watak Tuhan, tentang apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia? Apa pemahamanmu tentang otoritas-Nya, kemahakuasaan, dan hikmat-Nya? Adakah yang tahu sudah berapa tahun Tuhan bekerja di antara seluruh umat manusia dan segala sesuatu? Tak seorang pun yang tahu dengan pasti sudah berapa tahun Tuhan bekerja sampai sekarang dan mengelola seluruh umat manusia; Dia tidak melaporkan hal-hal semacam itu kepada manusia. Namun, jika Iblis yang melakukan hal ini sebentar saja, akankah dia mengumumkannya? Dia pasti akan mengumumkannya. Iblis ingin memamerkan dirinya sendiri, bahwa dia dapat menipu lebih banyak orang dan meminta lebih banyak dari mereka untuk memberinya pujian. Mengapa Tuhan tidak melaporkan upaya ini? Ada aspek esensi Tuhan yang rendah hati dan tersembunyi. Hal-hal apa yang berlawanan dengan kerendahhatian dan ketersembunyian? Kecongkakan, kelancangan, dan ambisi. ... Antikristus tidak berbeda dengan Iblis: mereka membanggakan setiap hal kecil yang mereka lakukan di depan semua orang. Mendengar mereka, sepertinya mereka sedang bersaksi tentang Tuhan—tetapi jika engkau mendengarkan dengan saksama, engkau akan mendapati bahwa mereka tidak sedang bersaksi tentang Tuhan, melainkan sedang pamer, membangun diri mereka sendiri. Motivasi dan esensi di balik apa yang mereka katakan adalah untuk bersaing dengan Tuhan demi mendapatkan umat pilihan Tuhan, dan demi status. Tuhan itu rendah hati dan tersembunyi, sedangkan Iblis memamerkan dirinya sendiri. Apakah ada perbedaan di antara keduanya? Bisakah Iblis digambarkan sebagai makhluk yang rendah hati? (Tidak.) Dinilai dari natur dan esensinya yang jahat, Iblis adalah sampah yang tidak berguna; akan menjadi luar biasa bagi Iblis jika dia tidak memamerkan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin Iblis disebut makhluk yang 'rendah hati'? 'Kerendahhatian' mengacu pada Tuhan. Identitas, esensi, dan watak Tuhan itu mulia dan terhormat, tetapi Dia tidak pernah pamer. Tuhan itu rendah hati dan tersembunyi, Dia tidak membiarkan manusia melihat apa yang telah Dia lakukan, tetapi meskipun Dia bekerja dalam ketidakjelasan seperti itu, umat manusia tak henti-hentinya dibekali, dipelihara, dan dibimbing—dan semua ini diatur oleh Tuhan. Bahwa Tuhan tidak pernah memberitahukan dan menyebutkan hal-hal ini, apakah ini adalah ketersembunyian dan kerendahhatian? Tuhan itu rendah hati justru karena Dia mampu melakukan hal-hal ini tetapi tidak pernah menyebutkan atau memberitahukannya, tidak membicarakannya dengan manusia. Apa hakmu untuk berbicara tentang kerendahhatian padahal engkau tidak mampu melakukan hal-hal semacam itu? Engkau tidak melakukan satu pun dari hal-hal tersebut, tetapi bersikeras menuntut pujian untuk itu—ini disebut bersikap tidak tahu malu. Dalam membimbing umat manusia, Tuhan melakukan pekerjaan yang begitu besar, dan Dia memimpin seluruh alam semesta. Otoritas dan kuasa-Nya begitu besar, tetapi Dia tidak pernah berkata, 'Kemampuan-Ku luar biasa.' Dia tetap tersembunyi di antara segala sesuatu, mengendalikan segalanya, memelihara dan membekali umat manusia, memungkinkan seluruh umat manusia untuk terus berlanjut dari generasi ke generasi. Sebagai contoh, lihatlah udara dan sinar matahari, atau semua hal materi yang terlihat yang diperlukan untuk keberadaan manusia—semuanya mengalir tanpa henti. Bahwa Tuhan membekali manusia, itu tidak diragukan lagi. Jadi, jika Iblis melakukan sesuatu yang baik, apakah dia akan diam saja, dan membiarkan perbuatannya tersebut tidak dipuji? Tidak akan pernah. Sama seperti beberapa antikristus di gereja yang telah melakukan pekerjaan berbahaya, atau pernah melakukan pekerjaan yang merugikan kepentingan diri mereka sendiri, yang bahkan mungkin sampai masuk penjara; ada juga mereka yang pernah berkontribusi pada satu aspek pekerjaan rumah Tuhan. Mereka tidak pernah melupakan hal-hal ini, mereka pikir mereka pantas mendapatkan pujian seumur hidup, mereka pikir itu adalah modal seumur hidup mereka—yang memperlihatkan betapa kecilnya manusia! Manusia itu kecil, dan Iblis tidak tahu malu" ("Mereka Jahat, Berbahaya, dan Curang (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Tuhan yang begitu rendah hati dan tersembunyi membuatku malu. Tuhan begitu agung, tetapi Dia tetap menjadi daging dan datang ke bumi, mengungkapkan kebenaran untuk menyelamatkan manusia. Sehebat apa pun pekerjaan-Nya atau sebanyak apa pun kebenaran yang Dia ungkap, Dia tidak pernah menyombongkan diri. Dia hanya diam-diam mengawasi umat manusia. Esensi Tuhan sangat pemurah. Namun, aku yang setitik debu, tidak berarti, dan aku sangat ingin dikagumi, bersaing mendapatkan tempat dengan Tuhan. Aku membualkan setiap hal kecil yang kulakukan, takut orang lain tidak akan melihatnya. Jelas, Tuhan melakukan semua pekerjaan dan aku hanya bekerja sama sedikit. Aku tanpa malu mencuri kemuliaan Tuhan, terus menonjolkan bakat dan kualitasku. Aku ingin menyesatkan orang, menjauhkan mereka dari Tuhan. Makin dipikirkan, makin aku merasa malu—itu sangat menjijikkan bagi Tuhan. Aku tidak ingin menjadi orang seperti itu lagi.

Dalam pertemuan setelah itu, aku berhenti membicarakan kesuksesanku seperti sebelumnya, tetapi aku sengaja meninggikan dan bersaksi untuk Tuhan, lebih banyak membicarakan kerusakan dan pemberontakanku, yang berujung pada kegagalanku, serta pendisiplinan dan bimbingan Tuhan agar aku bisa belajar prinsip dan jalan penerapan. Aku juga membedah dan membuka diri tentang motivasiku agar orang lain bisa melihat kebenaran Tuhan, bahwa aku hanyalah orang yang rusak, dan mereka bisa mengambil pelajaran dari kegagalanku. Terkadang, aku masih punya sedikit keinginan pamer, tetapi setelah menyadari itu, aku berdoa dan segera meninggalkan diriku. Aku merasa jauh lebih baik setelah menerapkan itu. Aku sungguh merasakan bagaimana penghakiman dan hajaran Tuhan sangat menguntungkan hidupku. Aku juga merasakan kasih dan penyelamatan Tuhan untukku. Syukur kepada Tuhan!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Pilihan di Tengah Krisis

Oleh Saudara Zhang Jin, Tiongkok Beberapa waktu lalu, aku menerima surat dari Saudara Zhao. Pemimpin gereja mereka, serta seorang saudara...