Apakah Benar Memiliki Iman Hanya Demi Berkat?
Oleh Saudara Ezechie, Pantai Gading Februari tahun 2019, Aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Awalnya aku tidak...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Dahulu aku bertanggung jawab atas pekerjaan penyiraman di gereja kami. Suatu hari, pemimpin kami mendatangiku dan berkata bahwa dia sedang bersiap-siap menugaskanku untuk bertanggung jawab atas pekerjaan produksi film. Aku sangat terkejut: Aku pernah bertanggung jawab untuk pekerjaan produksi film setahun yang lalu, tetapi keinginanku yang kuat untuk cepat sukses telah menyebabkan kendala-kendala, dan pada akhirnya aku diberhentikan. Jika mereka menugaskanku untuk bertanggung jawab atas pekerjaan ini sekarang, apakah aku benar-benar akan mampu menanganinya? Bertanggung jawab atas pekerjaan produksi film membutuhkan lebih dari sekadar mampu melakukan pekerjaan tersebut—diperlukan pengetahuan atas segala sesuatu hal yang berhubungan dengannya. Aku mempunyai terlalu banyak ketimpangan dalam keahlianku; kemampuan dan kualitasku itu rata-rata. Jika aku pergi dan melakukan pekerjaan ini, dan kemudian gagal untuk memperoleh hasil, lalu apa yang akan kulakukan? Aku tahu aku tidak dapat menerima tugas ini. Aku memberi tahu pemimpin tentang bagaimana aku telah diberhentikan dari tugas ini sebelumnya, dan mengapa hal itu terjadi, dan menegaskan bahwa kualitas dan kemampuan kerjaku tidak begitu baik. Aku menyiratkan bahwa aku tidak ingin menerima tugas itu. Pikirku bahwa dengan mendengarku mengatakan ini, dia akan mempertimbangkan orang lain untuk posisi tersebut. Namun, pemimpin melakukan hal yang tidak kuduga: Dia bersekutu denganku, memintaku untuk meninjau kembali pelajaran-pelajaran yang telah kupelajari dari kegagalanku yang sebelumnya, dan memberitahuku melaksanakan tugas ini dengan baik dengan mengandalkan Tuhan. Aku jadi bingung. Aku tahu bahwa aku mendapat izin Tuhan untuk mengemban tugas ini; bahwa aku harus menerimanya dan tunduk. Namun, aku takut kalau aku menerimanya dan tidak melakukan pekerjaan dengan baik, aku akan disingkapkan dan diberhentikan. Setelah mempertimbangkannya, aku memutuskan untuk mengambil risiko dan menerima tugas itu. Namun, membayangkan akan menjadi penanggung jawab pekerjaan produksi film membuatku takut. Saudari yang bertanggung jawab sebelum aku memiliki kemampuan dan kualitas yang tidak lebih buruk daripada aku—jika dia saja tidak dapat melakukannya dengan baik, bagaimana denganku? Aku memikirkan tentang pekerjaan penyiraman yang aku lakukan saat ini: Pekerjaannya tidak terlalu sulit, dan hasil yang kuperoleh juga tidak terlalu jelek. Risikonya akan jauh lebih kecil jika tetap melaksanakan tugas itu. Melakukan pekerjaan produksi film itu sangat berbeda: Pekerjaan tersebut sangat sulit untukku, dan aku telah melakukan beberapa pelanggaran sebelumnya saat mengerjakan tugas produksi film. Jika aku tidak dapat melakukannya dengan baik kali ini, dan menyebabkan kekacauan atau gangguan, aku takut aku akan disingkirkan. Aku bagai makan buah simalakama. Makin aku memikirkannya, makin aku merasa tertekan. Meskipun aku telah setuju untuk melakukannya, aku terus menundanya dengan alasan bahwa pekerjaan penyiraman belum diserahkan kepada orang lain. Aku tahu bahwa keadaan ini tidak benar, jadi aku berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya agar membimbingku untuk memahami tentang diriku sendiri, dan menolongku membalikkan keadaan ini.
Setelah berdoa, aku membaca beberapa firman Tuhan: "Ketika Nuh melakukan seperti yang Tuhan perintahkan, ia tidak tahu apa maksud Tuhan. Ia tidak tahu apa yang ingin Tuhan capai. Tuhan hanya memberinya perintah dan memerintahkannya untuk melakukan sesuatu, dan tanpa banyak penjelasan, Nuh langsung melakukannya. Ia tidak mencoba untuk diam-diam mencari tahu keinginan Tuhan, ia juga tidak menentang Tuhan ataupun menunjukkan ketidaktulusan. Ia hanya pergi dan melakukannya sesuai perintah dengan hati yang murni dan sederhana. Apa pun yang Tuhan suruh ia lakukan, ia melakukannya, dan tunduk serta mendengarkan firman Tuhan mendukung kepercayaannya dalam apa yang ia lakukan. Tanpa banyak berpikir dan sesederhana itulah ia menangani apa yang Tuhan percayakan. Esensinya—esensi tindakannya adalah ketundukan, tidak menebak-nebak, tidak menentang, dan terlebih lagi tidak memikirkan kepentingan pribadinya sendiri dan untung ruginya. Lebih jauh lagi, ketika Tuhan berkata Ia akan menghancurkan dunia dengan air bah, Nuh tidak bertanya kapan atau bertanya apa yang akan terjadi dengan segalanya, dan yang pasti ia tidak menanyakan kepada Tuhan bagaimana Ia akan menghancurkan dunia. Ia hanya melakukan seperti yang Tuhan perintahkan. Bagaimanapun Tuhan ingin itu dibuat dan dibuat dengan apa, ia melakukan persis seperti yang Tuhan minta dan juga mulai bertindak segera setelah diperintahkan. Ia bertindak sesuai dengan instruksi Tuhan dengan sikap yang ingin memuaskan hati Tuhan. ... Ia hanya tunduk, mendengarkan, dan melakukan sesuai perintah" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"). Aku tersentuh oleh sikap Nuh sewaktu mendapat amanat Tuhan. Ketika Nuh dipercayakan Tuhan untuk mengemban amanat tersebut, dia belum mengerti maksud Tuhan. Namun dia tidak meragukan, menolak, ataupun mengira-ngira permintaan Tuhan, dan dia juga tidak membuat berbagai alasan untuk tidak melakukannya. Yang dia tunjukkan adalah ketaatan dan ketundukan semata, dan melakukan seperti yang Tuhan perintahkan tanpa menimbang untung ruginya, selain berusaha keras untuk memenuhi permintaan Tuhan dan menyelesaikan amanat-Nya. Hal ini membuatku merasa sangat malu ketika aku memikirkan sikapku terhadap tugasku. Ketika pemimpin memberitahukan rencananya untuk menempatkanku di pekerjaan produksi film, belum apa-apa aku sudah mengira-ngira dan rasa khawatir mulai berkembang dalam hatiku. Pikirku pastilah pekerjaan produksi film itu sangat sulit, dan sedikit saja terjadi kelalaian akan mengakibatkan kesalahanku diungkapkan, ini membuatku ingin menghindar dari tugas. Dahulu ketika aku mengerjakan tugas itu, aku tidak melakukannya dengan baik—ini terlebih merupakan alasan mengapa aku seharusnya menerimanya dengan hati bersyukur kali ini, sambil memikirkan maksud Tuhan sewaktu melaksanakannya, dan sebagai pengganti utangku di masa lalu. Namun, aku hanya memikirkan kepentinganku sendiri sehingga aku mencurigai Tuhan dan membentengi diri terhadap-Nya, merasa seakan-akan Tuhan ingin menjauhkanku dari harapan dan takdirku di masa depan dengan memberikanku tugas ini. Kusadari bahwa aku tidak punya hati nurani atau nalar. Ketika semuanya berjalan baik, dan tidak ada masalah dalam hidupku, aku menyerukan kesanggupanku untuk tunduk dan memuaskan Tuhan. Namun begitu Dia ingin aku mengambil suatu tanggung jawab, aku mulai memikirkan diri sendiri tanpa menunjukkan sedikit pun ketundukan. Makin aku memikirkannya, makin aku merasa malu, dan aku bertekad untuk tidak menghindari tugasku lagi. Namun, hatiku masih dibebani oleh kekhawatiran yang belum hilang sepenuhnya, jadi aku tetap berdoa kepada Tuhan untuk mencari jawaban yang dapat menolongku menyelesaikan masalah ini.
Suatu hari, selama saat teduh, aku menemukan bagian dari firman Tuhan yang memberiku pemahaman akan keadaanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Ada orang-orang yang takut bertanggung jawab saat melaksanakan tugas mereka. Jika gereja memberi mereka tugas, pertama-tama mereka akan mempertimbangkan apakah pekerjaan itu menuntut mereka untuk bertanggung jawab atau tidak, dan jika ya, mereka tidak akan menerima tugas itu. Syarat mereka untuk melaksanakan tugas adalah, pertama, tugas itu harus ringan; kedua, tugas itu tidak menyibukkan atau melelahkan; dan ketiga, apa pun yang mereka lakukan, mereka tidak perlu bertanggung jawab. Hanya tugas semacam itulah yang mau mereka lakukan. Orang macam apakah ini? Bukankah ini orang yang licin dan licik? Mereka tidak mau memikul tanggung jawab sekecil apa pun. Mereka bahkan takut dedaunan akan menghancurkan tengkorak mereka saat berguguran dari pohon. Tugas apa yang mampu dilaksanakan oleh orang semacam ini? Apa gunanya mereka berada di rumah Tuhan? Pekerjaan rumah Tuhan ada kaitannya dengan pekerjaan melawan Iblis dan penyebaran Injil Kerajaan. Tugas apa yang tidak memerlukan tanggung jawab? Apakah menurutmu menjadi seorang pemimpin mengandung tanggung jawab? Bukankah tanggung jawab mereka lebih besar, dan bukankah mereka harus lebih bertanggung jawab? Entah engkau menyebarkan Injil, bersaksi, membuat video, dan sebagainya—pekerjaan apa pun yang kaulakukan—selama itu berkaitan dengan prinsip kebenaran, itu mengandung tanggung jawab. Jika engkau melaksanakan tugasmu tanpa prinsip, itu akan memengaruhi pekerjaan rumah Tuhan, dan jika engkau takut bertanggung jawab, berarti engkau tidak mampu melaksanakan tugas apa pun. Apakah orang yang takut bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya adalah pengecut, atau apakah ada masalah dengan watak mereka? Engkau harus bisa membedakannya. Sebenarnya ini bukan masalah kepengecutan. Jika orang itu mengejar kekayaan atau melakukan sesuatu untuk kepentingannya sendiri, mengapa dia bisa begitu berani? Dia mau mengambil risiko apa pun. Namun, ketika dia melakukan sesuatu untuk gereja, untuk rumah Tuhan, dia sama sekali tak mau mengambil risiko. Orang-orang semacam itu egois dan tercela, yang paling curang dari semuanya. Siapa pun yang tidak bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya berarti tidak sedikit pun tulus kepada Tuhan, apalagi memiliki kesetiaan. Orang macam apa yang berani bertanggung jawab? Orang macam apa yang memiliki keberanian untuk menanggung beban yang berat? Orang yang bertindak sebagai pemimpin dan maju dengan berani pada saat paling genting dalam pekerjaan rumah Tuhan, yang tidak takut memikul tanggung jawab yang berat dan menanggung kesukaran besar, ketika mereka melihat pekerjaan yang paling penting dan krusial. Seperti itulah orang yang setia kepada Tuhan, prajurit Kristus yang baik. Apakah dalam hal ini semua orang yang takut bertanggung jawab dalam tugas mereka bersikap seperti itu karena mereka tidak memahami kebenaran? Tidak; itu adalah masalah dalam kemanusiaan mereka. Mereka tidak memiliki rasa keadilan atau tanggung jawab, mereka adalah orang-orang yang egois dan tercela, bukan orang-orang yang percaya kepada Tuhan dengan hati yang tulus, dan mereka tidak menerima kebenaran sedikit pun. Karena alasan inilah, mereka tidak dapat diselamatkan" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Delapan: Mereka akan Menyuruh Orang Lain Hanya Tunduk kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Satu)"). Hatiku sangat tersentuh oleh firman Tuhan itu. Sebelumnya, aku tidak berpikir bahwa penolakanku atas tanggung jawab merupakan masalah yang serius. Namun sekarang, melalui penyingkapan dari firman Tuhan, aku memahami bahwa orang yang takut untuk menerima tanggung jawab adalah tipe orang yang paling egois dan licik. Orang-orang seperti ini tidak memiliki ketulusan terhadap Tuhan, dan jika mereka hidup dalam keadaan seperti ini terlalu lama dan tidak berubah, mereka akan dibenci Tuhan pada akhirnya. Aku menyadari bahwa aku juga seperti mereka jika ditinjau dari firman Tuhan: egois, tercela, licin, dan licik. Aku sepenuhnya menyadari bahwa orang yang bertugas di pekerjaan produksi film itu baru saja dimutasi, dan terdapat kebutuhan yang mendesak untuk mendapatkan orang yang dapat mengisi posisinya. Sedangkan aku sudah berpengalaman dengan pekerjaan itu dan personelnya, jadi akulah calon yang paling sesuai untuk posisi itu sekarang. Namun karena ingin cari aman, aku menolak mengemban tugas itu. Aku memberi alasan bahwa kualitasku rendah dan kemampuan kerjaku kurang, tetapi sebenarnya aku hanya ingin menghindari tugas itu. Pada saat yang genting ini, aku bertindak seperti seorang pengecut dan sama sekali tidak melindungi pekerjaan gereja. Aku egois, tercela, dan tidak punya kemanusiaan. Sebaliknya orang yang benar-benar punya kemanusiaan yang baik, ketika mereka melihat keadaan yang sulit dalam pekerjaan gereja, mereka akan dengan sigap berdiri dan bergegas untuk menolong menopang pekerjaan itu tanpa berpikir tentang untung ruginya. Sekalipun mereka memiliki kesulitannya sendiri atau dalam kekurangan, mereka tidak akan menghindar dari tugas. Mereka akan mengandalkan Tuhan untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dan berlatih melalui pengalaman, dan berusaha keras untuk menjadi lebih baik. Hanya orang seperti itu yang memiliki hati nurani dan nalar. Saat aku memikirkan semua ini, aku merasa sedih dan menyesal. Sambil merenungkannya aku bertanya pada diri sendiri: Apa yang membuatku menolak tugas ini?
Kemudian, aku membaca lebih lanjut firman Tuhan: "Ketika tugas mereka disesuaikan, jika keputusan itu dibuat oleh gereja, orang-orang seharusnya menerima dan menaati, mereka harus merenungkan diri mereka sendiri, serta memahami esensi masalahnya dan kekurangan mereka sendiri. Ini sangatlah bermanfaat bagi orang-orang dan merupakan sesuatu yang harus diterapkan. Mengenai sesuatu yang begitu sederhana, orang biasa dapat mengetahuinya dan memperlakukannya dengan benar tanpa menemui terlalu banyak kesulitan atau rintangan yang tidak dapat diatasi. ... Ketika penyesuaian sederhana dilakukan dalam tugas mereka, orang seharusnya menjawab dengan sikap yang taat, melakukan apa yang rumah Tuhan perintahkan kepada mereka, dan melakukan apa yang mampu mereka lakukan, dan, apa pun yang mereka lakukan, mereka melakukannya sesuai dengan kemampuan mereka, dengan segenap hati dan segenap kekuatan mereka. Apa yang telah Tuhan lakukan tidak salah. Kebenaran sesederhana itu dapat diterapkan oleh orang yang memiliki sedikit hati nurani dan nalar, tetapi ini di luar kemampuan antikristus. Dalam hal penyesuaian tugas, antikristus akan langsung berargumen, berdalih, dan menunjukkan sikap yang menentang, dan jauh di lubuk hatinya mereka tidak mau menerimanya. Apa sebenarnya yang ada di dalam hati mereka? Kecurigaan dan keraguan, kemudian mereka menggali informasi dari orang lain dengan berbagai cara, menguji situasi dengan perkataan dan tindakannya, bahkan memaksa dan membujuk orang lain untuk mengatakan yang sebenarnya dan berbicara jujur melalui cara-cara yang tidak bermoral. ... Mengapa mereka membuat hal yang sederhana menjadi begitu rumit? Hanya ada satu alasan: antikristus tidak pernah menaati pengaturan rumah Tuhan, dan mereka selalu sangat mengaitkan tugas, ketenaran, keuntungan dan status dengan harapan untuk mendapatkan berkat dan tempat tujuan di masa depan, seolah-olah begitu reputasi dan status mereka hilang, harapan mereka untuk mendapatkan berkat dan upah pun hilang, dan ini rasanya seperti kehilangan nyawa mereka. ... Jadi, mereka pun bersikap waspada terhadap para pemimpin dan pekerja rumah Tuhan, karena takut ada orang yang akan mengenali dan mengetahui yang sebenarnya tentang mereka, sehingga mereka kemudian akan diberhentikan dan impian mereka untuk mendapatkan berkat akan hancur. Mereka berpikir bahwa mereka harus menjaga reputasi dan status mereka demi harapan mereka untuk mendapatkan berkat. Seorang antikristus memandang berkat sebagai sesuatu yang lebih besar daripada surga, lebih besar daripada hidup, lebih penting daripada mengejar kebenaran, perubahan watak, atau keselamatan pribadi, dan lebih penting daripada melakukan tugas mereka dengan baik, dan menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar. Mereka berpikir bahwa menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar, melakukan tugas mereka dengan baik dan diselamatkan, semua itu adalah hal-hal remeh yang hampir tidak layak disebutkan atau dikomentari, sedangkan mendapatkan berkat adalah satu-satunya hal di sepanjang hidup mereka yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Dalam apa pun yang mereka hadapi, sebesar atau sekecil apa pun, mereka menghubungkannya dengan diberkati, dan sangat berhati-hati dan penuh perhatian, serta selalu mencadangkan jalan keluar untuk diri mereka sendiri" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Dua Belas: Mereka Ingin Mundur Ketika Tidak Memiliki Status atau Tidak Ada Harapan untuk Memperoleh Berkat"). Firman Tuhan mengungkapkan bahwa antikristus sangat jahat dan licik. Mereka akan mengambil satu hal yang sederhana dan gamblang, lalu membuatnya menjadi teramat rumit. Seorang antikristus akan membawa hal pengalihan tugas dan mengaitkannya dengan berkat dan tempat tujuan mereka. Antikristus melakukan tugas mereka hanya demi berkat mereka sendiri, dengan menganggapnya lebih penting dari yang lainnya. Mereka selalu merencanakan hasil dan tempat tujuan mereka sendiri, tanpa mempertimbangkan maksud-maksud Tuhan maupun pekerjaan gereja. Apa yang telah aku singkapkan melalui perilakuku sendiri adalah watak dari seorang antikristus. Menghadapi perubahan yang normal pada tugasku, aku memikirkannya berkali-kali dalam benakku: betapa sedikitnya kesulitan-kesulitan dalam pekerjaan penyiraman yang aku lakukan saat ini, betapa lancarnya pekerjaan itu, betapa sedikitnya kesalahan yang kulakukan, dan betapa kecilnya peluang untuk disingkap. Melaksanakan tugas ini lebih aman dan memastikan aku akan mendapat berkat. Sebaliknya, pekerjaan produksi film jauh lebih sulit dan dibutuhkan pemahaman yang kuat dari sejumlah keterampilan profesional dan prinsip. Jika aku gagal melakukannya dengan baik, aku akan disingkapkan dan diberhentikan. Bukan hanya itu, aku sudah pernah gagal sebelumnya—aku takut kalau aku menimbulkan masalah lagi kali ini dan disingkirkan, maka aku tidak memiliki harapan sama sekali untuk menerima berkat. Aku menyadari bahwa aku telah melaksanakan tugasku dengan dasar pemikiran untuk mendapatkan berkat bagi diriku sendiri; bahwa aku bersedia untuk bekerja sama jika itu menguntungkanku, tetapi menentang dan menolak menerimanya jika tidak menguntungkan. Aku menyiapkan jalan keluar untuk diriku sendiri, yaitu dengan berhati-hati melindungi diriku, dan berusaha menggunakan tugasku untuk mencapai tujuanku dalam mendapatkan berkat. Aku menjadi begitu licik dan jahat! Lalu aku teringat akan firman Tuhan: "Bagi makhluk ciptaan, mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, mampu memuaskan Sang Pencipta, adalah hal yang terindah di antara manusia, dan merupakan sesuatu yang patut disebarluaskan sebagai sebuah kisah yang patut dipuji oleh semua orang. Apa pun yang dipercayakan Sang Pencipta kepada makhluk ciptaan harus diterima tanpa syarat oleh mereka; bagi manusia, ini adalah masalah kebahagiaan dan kehormatan, dan bagi semua orang yang mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, tidak ada yang lebih indah atau patut dikenang. Ini adalah sesuatu yang positif. ... Hal yang begitu indah dan begitu besar diputarbalikkan oleh orang-orang seperti antikristus menjadi sebuah transaksi, di mana mereka menuntut mahkota dan upah dari tangan Tuhan. Transaksi seperti itu mengubah sesuatu yang paling indah dan adil menjadi sesuatu yang paling buruk dan jahat. Bukankah ini yang dilakukan para antikristus? Dilihat dari hal ini, bukankah para antikristus itu jahat? Mereka memang sangat jahat!" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tujuh)). Melaksanakan tugas-tugasnya merupakan hal yang paling indah dan adil bagi makhluk ciptaan. Namun, antikristus memutarbalikkan hal indah ini menjadi sebuah kesepakatan: Mereka percaya kepada Tuhan tanpa ketulusan, dan melaksanakan tugas mereka untuk mendapatkan berkat bagi diri mereka sendiri. Esensi mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya. Aku memikirkan berapa lama aku telah percaya kepada Tuhan, dan berapa banyak aku telah makan dan minum firman Tuhan, tetapi pandanganku akan pencarian tidak berubah sama sekali. Sikapku terhadap tugasku adalah sikap seorang antikristus. Jika aku tidak berubah, aku akan dibenci oleh Tuhan.
Aku terus merenungkan hal ini untuk memahami diriku sendiri, dan menemukan bagian dari firman Tuhan: "Antikristus tidak percaya bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, dan mereka tidak percaya bahwa watak-Nya adil dan kudus. Mereka memandang semua ini melalui gagasan dan imajinasi manusia, dan mereka memperlakukan pekerjaan Tuhan berdasarkan perspektif manusia, pemikiran manusia, dan tipu daya manusia, menggunakan logika dan pemikiran Iblis untuk menggambarkan watak, identitas, dan esensi Tuhan. Jelaslah bahwa antikristus bukan saja tidak menerima ataupun mengakui watak, identitas, dan esensi Tuhan; sebaliknya mereka penuh dengan gagasan, penentangan, dan pemberontakan terhadap Tuhan dan tidak memiliki sedikit pun pengenalan yang nyata akan Dia. Definisi antikristus tentang pekerjaan Tuhan, watak Tuhan, dan kasih Tuhan patut dipertanyakan—sangat diragukan, dan mereka penuh dengan skeptisisme, penyangkalan dan fitnah terhadapnya; lalu bagaimana tentang identitas-Nya? Watak Tuhan merepresentasikan identitas-Nya; dengan anggapan yang mereka miliki tentang watak Tuhan, anggapan mereka tentang identitas Tuhan sudah jelas—benar-benar menyangkalnya. Seperti inilah esensi antikristus itu" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sepuluh (Bagian Enam)). Tuhan mengungkapkan bahwa antikristus tidak percaya kepada kebenaran Tuhan. Mereka tidak percaya bahwa rumah Tuhan diatur oleh kebenaran, dan mereka bahkan menolak untuk mengakui bahwa firman Tuhan adalah kebenaran. Antikristus selalu memandang tindakan Tuhan berdasarkan gagasan dan imajinasi mereka sendiri. Mereka penuh dengan keraguan dan penyangkalan atas kebenaran Tuhan, dan mereka tidak percaya bahwa Tuhan itu adil dan benar—ini adalah pencemaran nama baik dan penistaan terhadap Tuhan. Ketika aku selesai membaca firman Tuhan, aku merasa takut. Aku merasa betapa aku telah berperilaku sama seperti seorang antikristus: Aku tidak mendasarkan pandanganku tentang segala sesuatu pada firman Tuhan, dan aku tidak percaya pada kebenaran Tuhan. Sebaliknya, aku secara keliru percaya bahwa makin besar tanggung jawab yang kuambil, dan makin tinggi kesulitan pekerjaannya, maka makin cepat aku akan tersingkap. Aku pikir bahwa begitu aku gagal melakukan pekerjaanku dengan baik atau timbul penyimpangan, aku akan diberhentikan dan disingkirkan; jadi, aku selalu ingin menghindar dari tanggung jawab itu. Aku tidak ingin pekerjaanku menjadi sulit atau menonjol, berpikir bahwa dengan cara ini aku tidak akan tersingkap begitu cepat. Kini, melalui firman Tuhan, aku memahami bahwa Tuhan itu benar, dan bahwa gereja mengalihkan tugas-tugas orang berdasarkan prinsip-prinsip. Gereja tidak hanya dengan seenaknya memberhentikan orang karena kesalahan dan pelanggaran sementara—gereja melihat kinerja yang konsisten dari orang itu dan mengambil keputusan yang menyeluruh. Jika seseorang adalah orang yang punya kemanusiaan yang baik dan mengejar kebenaran, maka meskipun beberapa penyimpangan muncul dalam pekerjaan mereka atau mereka untuk sementara gagal dalam mencapai hasil yang baik, gereja akan menolong dan mendukung mereka. Demikian juga, jika seseorang tidak dapat melakukan pekerjaan nyata karena mereka kurang berkualitas, gereja akan melihat keadaan mereka dan menugaskan mereka tugas yang sesuai. Dan jika seseorang terus-menerus gagal melakukan pekerjaan nyata, atau mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, dan jika mereka terus-menerus gagal untuk bertobat setelah berulang kali menerima bantuan dan persekutuan, maka pada akhirnya mereka akan diberhentikan. Aku teringat kembali saat terakhir aku bertanggung jawab atas pekerjaan produksi film, dan betapa hasratku untuk cepat sukses telah menyebabkan kendala-kendala. Waktu itu, saudara-saudari lainnya telah bersekutu denganku dan mencoba untuk menolongku, tetapi aku tidak mengubah jalanku, dan pada akhirnya, aku diberhentikan. Namun, gereja masih memberiku kesempatan lagi untuk bertobat dengan mengizinkanku untuk tetap melaksanakan tugas. Aku juga melihat bagaimana beberapa saudara-saudari di sekitarku sering mempunyai masalah dan kesulitan dalam pekerjaan mereka—tetapi mereka sederhana dan jujur serta mereka mengejar kebenaran. Meskipun mereka mempunyai masalah dan melakukan kesalahan, mereka perlahan-lahan mampu memahami prinsip dan melaksanakan tugas dengan lebih baik dan lebih baik lagi melalui peninjauan dan perenungan yang terus-menerus. Dari sini, aku bisa melihat bahwa Tuhan itu benar, dan bahwa rumah Tuhan diatur oleh kebenaran. Mereka yang mengejar kebenaran dan yang berusaha dengan tulus terkadang dapat melakukan pelanggaran. Namun, asalkan mereka bersedia untuk bertobat, rumah Tuhan akan memberi mereka kesempatan sebanyak mungkin. Dan jika mereka mampu berubah, maka rumah Tuhan akan terus mempromosikan mereka dan membina mereka. Namun, mereka yang tidak menerima kebenaran, membenci kebenaran, dan melakukan segala macam kejahatan tanpa bertobat—orang-orang itu akan dikeluarkan dari rumah Tuhan. Gereja menugaskanku untuk bertanggung jawab atas pekerjaan produksi film, dan dengan melakukannya memberiku sebuah kesempatan untuk melakukan penerapan dan memperbaiki kekurangan-kekuranganku. Aku bukan hanya tak bersyukur untuk ini, tetapi juga salah memahami dan melindungi diri terhadap keputusan ini, dengan berpikir bahwa rumah Tuhan sama tidak adil dan tidak benarnya dengan masyarakat. Bukankah ini semacam penistaan terhadap Tuhan? Ketika aku menyadari hal ini, air mataku mulai mengalir. Aku membenci diriku sendiri karena pemberontakanku, dan karena kurangnya hati nurani dan nalarku! Aku merasa sangat menyesal dan menyalahkan diri sendiri serta datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa dan bertobat. Di masa depan, aku tidak akan lagi salah memahami dan waspada terhadap Tuhan.
Setelah itu, aku membaca dua bagian dari firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Tidak ada hubungan antara tugas manusia dan apakah dia menerima berkat atau menderita kemalangan. Tugas adalah apa yang manusia harus penuhi; itu adalah panggilan surgawinya, dan seharusnya tidak bergantung pada imbalan jasa, kondisi, atau nalar. Baru setelah itulah dia bisa dikatakan melakukan tugasnya. Menerima berkat mengacu pada ketika seseorang disempurnakan dan menikmati berkat Tuhan setelah mengalami penghakiman. Menderita kemalangan mengacu pada ketika watak seseorang tidak berubah setelah mereka mengalami hajaran dan penghakiman; mereka tidak mengalami proses disempurnakan tetapi dihukum. Namun terlepas dari apakah mereka menerima berkat atau menderita kemalangan, makhluk ciptaan harus memenuhi tugasnya, melakukan apa yang seharusnya dilakukan, dan melakukan apa yang mampu dilakukannya; inilah yang setidaknya harus dilakukan oleh orang yang mengejar Tuhan. Engkau tidak seharusnya melakukan tugasmu hanya untuk menerima berkat, dan engkau tidak seharusnya menolak untuk bertindak karena takut mengalami kemalangan. Kuberitahukan satu hal kepadamu: pelaksanaan tugas manusia adalah apa yang harus dia lakukan, dan jika dia tidak mampu melaksanakan tugasnya, maka ini adalah pemberontakannya" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perbedaan antara Pelayanan Tuhan yang Berinkarnasi dan Tugas Manusia"). "Apa sajakah perwujudan orang jujur itu? Pertama, mereka tidak meragukan firman Tuhan. Itu adalah salah satu perwujudan orang yang jujur. Selain ini, perwujudan yang terpenting adalah mencari dan menerapkan kebenaran dalam segala hal—ini adalah perwujudan yang krusial. Engkau berkata bahwa engkau adalah orang yang jujur, tetapi engkau selalu mengesampingkan firman Tuhan dan hanya berbuat sekehendak hatimu. Seperti itukah perwujudan orang yang jujur? Engkau berkata, 'Meskipun kualitas kemampuanku buruk, aku memiliki hati yang jujur.' Namun, ketika sebuah tugas diberikan kepadamu, engkau takut menderita dan dimintai pertanggungjawaban jika tidak melaksanakannya dengan baik, sehingga engkau membuat alasan untuk melalaikan tugasmu atau menyarankan agar orang lain saja yang melakukannya. Seperti inikah perwujudan orang yang jujur? Tentu bukan. Jadi, bagaimanakah seharusnya perilaku orang jujur? Mereka harus tunduk pada pengaturan Tuhan, loyal melaksanakan tugas yang sudah seharusnya mereka laksanakan, dan berusaha memenuhi maksud Tuhan. Ini terwujud dengan sendirinya dalam beberapa tindakan: Pertama, engkau menerima tugasmu dengan hati yang jujur, tidak memikirkan kepentingan dagingmu, tidak setengah hati dalam melakukannya, dan tidak berencana licik demi keuntunganmu sendiri. Tindakan-tindakan tersebut adalah perwujudan kejujuran. Tindakan lainnya adalah engkau mengerahkan segenap hati dan kekuatanmu agar dapat melaksanakan tugasmu dengan baik, melakukan segala sesuatu dengan benar, dan mengerahkan hati dan kasihmu pada tugasmu agar dapat memuaskan Tuhan. Perwujudan inilah yang seharusnya ditunjukkan oleh orang jujur dalam melaksanakan tugas mereka" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan memberiku sebuah jalan penerapan. Tugas adalah sebuah panggilan surgawi seseorang, sebuah tanggung jawab yang mereka harus penuhi. Tugas tidak ada sangkut-pautnya dengan menerima berkat atau menghadapi kemalangan. Entah itu tugas yang baik atau buruk bagiku secara pribadi, aku harus menerima tugas ini dengan hati yang jujur dan melakukan sebaik yang aku bisa tanpa merencanakan atau bersiasat untuk keuntunganku sendiri. Tidak peduli apa pun kesulitan yang aku hadapi dalam tugasku, asalkan aku dengan tulus mengandalkan Tuhan, maka Dia akan membimbingku. Aku bersedia untuk semaksimal mungkin bekerja sama dengan hati terbuka. Jika kualitasku benar-benar kurang, atau jika kemampuanku tidak cukup dan aku tidak mampu melaksanakan tugas itu, maka aku bersedia menerima pengalihan tugas dari gereja.
Setelah ini, aku mulai mengambil tanggung jawab atas pekerjaan produksi film. Selama melakukan pekerjaanku, aku terkadang menghadapi kesulitan atau kegagalan, tetapi aku tidak lagi dipenuhi rasa waswas akan hal ini. Melalui kerja sama dalam hati dan pikiran dengan saudara-saudariku, dan dengan mencari prinsip kebenaran bersama-sama, kami perlahan-lahan mampu menyelesaikan kesulitan ini. Aku belajar dari kegagalan-kegagalanku, dan tidak lama kemudian pekerjaan itu meningkat. Saat melihat semua ini, aku tersentuh. Bahwa aku mampu mengalami perubahan yang demikian adalah sepenuhnya hasil dari firman Tuhan. Syukur kepada Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudara Ezechie, Pantai Gading Februari tahun 2019, Aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Awalnya aku tidak...
Oleh Saudari Reese, Amerika SerikatPada awal tahun 2021, dengan sejumlah gereja baru didirikan, pemimpin memutuskan membagi gereja-gereja...
Tahun 2012, aku ditangkap polisi saat sedang menginjil. Polisi menginterogasiku dengan kasar, menanyakan siapa saja pemimpin gereja dan di...
Oleh Saudari Xun Qiu, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Daging manusia adalah milik Iblis, itu penuh dengan watak pemberontak, itu...