Yang Kudapatkan dari Menulis Kesaksianku
Oleh Saudari Cheng Xin, KoreaBelakangan ini kuperhatikan banyak saudara-saudari yang menulis kesaksian tentang pengalaman mereka, dan aku...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Aku selalu rentan terhadap penyakit. Aku didiagnosis mengidap anemia aplastik pada usia 11 tahun, jadi sistem kekebalanku sangat buruk. Secara fisik, aku lemah, sekujur tubuhku kurang bertenaga, dan berjalan hanya beberapa langkah saja membuatku kelelahan. Aku hanya bisa berbaring di tempat tidur saat kondisiku parah. Dokterku berkata aku bisa terinfeksi pada saat-saat seperti itu karena kekebalanku yang buruk, yang akan menyebabkan demam berkepanjangan. Dia juga berkata jika aku terluka, pendarahanku mungkin tidak akan berhenti, yang bisa berakibat fatal. Setelah menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, kondisiku membaik, dan aku juga melaksanakan tugas di gereja. Bertahun-tahun berlalu, dan aku tidak mengalami gejala apa pun dari penyakitku. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan.
Kemudian, aku mulai melakukan pekerjaan membuat video. Aku merasa sangat terhormat, karena film dan video gereja mempersaksikan tentang pekerjaan Tuhan, dan melakukan pekerjaan ini sangatlah bermakna. Pada saat yang sama, kupikir jika aku bekerja keras mengorbankan diriku bagi Tuhan dan membuat video bagus yang mempersaksikan tentang Tuhan, itu berarti aku turut ambil bagian dalam perbuatan baik yang sangat penting ini. Dengan demikian, aku akan memperoleh perlindungan Tuhan dan pasti akan diselamatkan oleh Tuhan dan selamat dari malapetaka besar. Jadi, aku bekerja lebih keras dalam hal keterampilan profesional dan prinsip-prinsipku, dan berusaha untuk menghasilkan lebih banyak video yang mempersaksikan tentang Tuhan. Setiap kali video yang selesai, ditayangkan dan aku menonton bagian yang kubantu pembuatannya, hatiku penuh sukacita, dan aku merasa lebih termotivasi untuk melaksanakan tugasku. Untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi, aku berusaha keras meneliti dan mengembangkan keterampilanku, dan mendiskusikan segala sesuatunya dengan saudara-saudariku, terkadang hingga pukul tiga dini hari. Karena fisikku yang lemah, begadang menjadi terlalu berat bagi tubuhku. Namun kupikir, "Kesehatanku tidak bermasalah selama beberapa tahun terakhir ini, dan aku hanya begadang seperti ini agar dapat melaksanakan tugasku dengan lebih baik. Aku juga selama ini cukup efektif, jadi aku yakin Tuhan pasti akan melindungiku. Asalkan aku memperoleh hasil yang baik dan dan cukup berkontribusi dalam tugasku, aku punya harapan besar untuk diselamatkan. Itu akan sepadan, sekalipun itu berarti aku harus lebih banyak menderita saat ini."
Suatu hari, atasanku memberitahuku, "Xiao Chen, kesehatanmu kurang baik. Sekarang ini, beban kerja kita berat, dan kami khawatir jika kau terus seperti ini, penyakitmu bisa kambuh. Mengapa kau tidak memeriksakan dirimu di rumah sakit? Jika semuanya baik-baik saja, kau dapat terus melaksanakan tugasmu. Dan jika tidak, ambillah beberapa waktu untuk memulihkan kesehatanmu, dan lakukan apa yang bisa kaulakukan sementara menerima perawatan." Aku merasa tidak tenang setelah mendengar perkataannya. Kupikir, "Ini saat yang penting bagi kita, dan saudara-saudariku sibuk dengan tugas mereka. Jika ternyata, aku menderita masalah kesehatan yang parah, aku tak akan mampu lagi melaksanakan tugasku. Apakah aku akan tetap dapat diselamatkan?" Aku merasa agak negatif dengan pemikiran ini. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia mencerahkanku sehingga aku mampu mengetahui maksud-Nya, memahami kerusakanku sendiri, dan tunduk pada pengaturan serta penataan-Nya.
Aku membaca firman Tuhan ini: "Pada zaman sekarang, kebanyakan orang berada dalam keadaan seperti ini: untuk mendapatkan berkat, aku harus mengorbankan diriku bagi Tuhan dan membayar harga bagi-Nya. Untuk mendapatkan berkat, aku harus meninggalkan segalanya bagi Tuhan; aku harus menyelesaikan apa yang telah Dia percayakan kepadaku, dan aku harus melaksanakan tugasku dengan baik. Keadaan ini didominasi oleh niat untuk mendapatkan berkat, yang adalah contoh mengorbankan diri sepenuhnya bagi Tuhan dengan tujuan memperoleh upah dari-Nya dan mendapatkan mahkota. Orang-orang semacam itu tidak memiliki kebenaran di dalam hati mereka, dan dapat dipastikan bahwa pemahaman mereka hanya terdiri dari beberapa kata-kata dan doktrin yang mereka pamerkan ke mana pun mereka pergi. Jalan mereka adalah jalan Paulus. Iman orang semacam itu adalah tindakan kerja keras yang terus-menerus, dan di lubuk hati mereka, mereka merasa bahwa semakin banyak mereka melakukannya, semakin itu akan membuktikan kesetiaan mereka kepada Tuhan; semakin banyak mereka melakukannya, semakin Dia pasti akan dipuaskan; dan semakin banyak mereka melakukannya, semakin mereka akan layak diberikan mahkota di hadapan Tuhan, dan semakin besar berkat yang akan mereka peroleh. Mereka mengira jika mereka mampu menanggung penderitaan, berkhotbah, dan mati bagi Kristus, jika mereka mampu mengorbankan hidup mereka sendiri, dan jika mereka mampu menyelesaikan semua tugas yang dipercayakan Tuhan kepada mereka, mereka akan menjadi orang yang mendapatkan berkat terbesar, dan mereka pasti akan diberikan mahkota. Inilah tepatnya yang Paulus bayangkan dan yang dikejarnya. Inilah tepatnya jalan yang ditempuhnya, dan di bawah tuntunan pemikiran seperti itulah dia bekerja untuk melayani Tuhan. Bukankah pemikiran dan niat seperti itu berasal dari natur Iblis? Ini sama seperti orang-orang duniawi, yang yakin bahwa selama berada di bumi mereka harus mengejar pengetahuan, dan setelah memperolehnya mereka bisa menjadi menonjol, menjadi pejabat, dan memiliki status. Mereka mengira begitu mereka memiliki status, mereka dapat mewujudkan ambisi mereka dan membawa bisnis dan rumah tangga mereka naik hingga mencapai tingkat kemakmuran tertentu. Bukankah semua orang tidak percaya menempuh jalan ini? Mereka yang dikuasai oleh natur jahat ini hanya dapat menjadi seperti Paulus dalam iman mereka. Mereka berpikir: 'Aku harus membuang segalanya dan mengorbankan diriku untuk tuhan. Aku harus setia di hadapan tuhan, dan pada akhirnya, aku pasti akan menerima upah yang sangat besar dan mahkota yang paling indah.' Ini adalah sikap yang sama seperti sikap yang dimiliki oleh orang-orang dunia yang mengejar hal-hal duniawi. Mereka sama sekali tidak ada bedanya, dan mereka tunduk pada natur yang sama. Ketika manusia memiliki natur jahat semacam ini, di dunia ini, mereka akan berusaha mendapatkan pengetahuan, pembelajaran, status, dan menonjolkan diri. Jika mereka percaya kepada Tuhan, mereka akan berusaha mendapatkan mahkota mulia dan berkat yang besar. Jika orang-orang tidak mengejar kebenaran ketika mereka percaya kepada Tuhan, mereka pasti akan mengambil jalan ini. Ini adalah fakta yang tidak dapat diubah, ini adalah hukum alam. Jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang tidak mengejar kebenaran sangat bertentangan dengan jalan Petrus" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Menempuh Jalan Petrus"). Firman Tuhan menyingkapkan keadaanku dengan tepat. Kupikir menderita kesukaran, membayar harga untuk membuat video berkualitas baik, dan berkontribusi dalam mengabarkan Injil Kerajaan, akan memastikan diriku dipuji dan diberkati oleh Tuhan, dan pada akhirnya, aku akan diberi upah dan diselamatkan. Untuk mencapai tujuan ini, aku begadang tanpa mengeluh, tetapi saat ada kemungkinan aku tak mampu terus melaksanakan tugasku karena alasan kesehatan, aku merasa keinginanku untuk diberkati hancur, jadi tekadku untuk melaksanakan tugasku pun lenyap—aku tak mau lagi mengerahkan diriku, Aku sadar bahwa selama ini kepercayaanku kepada Tuhan selalu bersifat transaksional. Aku bekerja keras untuk membuat video yang bagus agar gereja memberiku peran penting, dan aku dapat meminta kasih karunia dan berkat dari Tuhan. Aku selalu berkata aku rela menderita dan mengorbankan diriku bagi Tuhan, tetapi itu hanyalah untuk mendapatkan berkat-berkat-Nya. Aku sedang menipu dan memanfaatkan Tuhan. Niatku sungguh tercela! Dengan pemikiran ini, aku sadar aku tak boleh lagi terus menentang keadaan ini, melainkan harus tunduk. Aku harus mencari kebenaran dan menyingkirkan watak rusakku serta ketidakmurnian dalam kepercayaanku kepada Tuhan.
Setelah itu, aku pergi ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan. Hasil tes darah menunjukkan ada berbagai indikator yang nilainya lebih rendah daripada yang seharusnya, dan jumlah trombositku jauh di bawah normal. Dokter berkata tanpa pengobatan yang tepat, bahkan luka kecil pun dapat menyebabkan pendarahan hebat. Pengawas, saudara, dan saudariku menyarankan agar aku memulihkan kesehatanku selama beberapa waktu dan melanjutkan tugasku setelah kesehatanku pulih. Jadi, aku pulang ke rumah untuk berobat, sesekali kembali memeriksakan diri. Kesehatanku tetap tidak membaik setelah beberapa bulan dan aku menjadi cemas, jadi aku menemui seorang sinse yang sudah tua untuk mendapatkan pengobatan. Dia berkata, "Proses pemulihanmu akan lambat. Kondisi kesehatanmu buruk, dan akan butuh waktu lama untuk sembuh." Ini sangat mengecewakan bagiku. Tadinya kupikir keadaanku akan membaik setelah pulang untuk berobat, dan aku bisa kembali melakukan pekerjaan video. Aku sudah menjalani pengobatanku selama hampir setahun, lalu mengapa kondisiku tidak membaik? Tahun itu, rumah Tuhan memproduksi banyak film dan video, tetapi karena kesehatanku, aku tak bisa ambil bagian. Aku khawatir kelak aku tak akan bisa lagi melakukan tugas ini. Tanpa perbuatan baik yang cukup, apakah aku masih bisa diselamatkan ketika pekerjaan Tuhan berakhir? Makin aku memikirkannya, makin aku menjadi negatif. Dalam perjalanan pulang, aku merasa tak berdaya dan sedih, dan hanya bisa mengeluh, "Mengapa aku sakit seperti ini sedangkan saudara-saudariku sehat?" Aku merasa semangatku benar-benar sirna. Tidak ada yang bisa mengangkat semangatku saat aku berada di rumah. Kupikir, "Tubuhku memang sudah seperti ini. Aku tak bisa mengubah keadaan ini sekeras apa pun aku berusaha. Jika aku tak bisa ambil bagian dalam pekerjaan penting, adakah harapan bagiku untuk diselamatkan?" Aku mulai menganggap diriku sama sekali tak punya harapan. Setiap hari, kuhabiskan waktu menonton TV dan film sekuler, dan mengobrol dengan orang-orang secara daring. Hubunganku dengan Tuhan semakin jauh, dan hatiku menjadi makin gelap dan kosong. Suatu hari, tiba-tiba aku sadar, "Bukankah keadaanku ini sama dengan keadaan orang tidak percaya? Bagaimana aku bisa disebut orang percaya? Jika aku terus mengalami kemerosotan, aku hanya akan menjadi makin rusak, dan akhirnya Tuhan akan menyingkirkanku." Pemikiran ini membuatku merasa takut. Aku tahu aku tak bisa lagi terus seperti ini, tetapi aku harus merenungkan diriku dengan benar dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalahku.
Dalam pencarianku, aku membaca satu bagian firman Tuhan: "Ketika orang tidak mampu menerima kebenaran, itu adalah hal yang paling memberontak, dan mereka berada dalam bahaya terbesar. Jika mereka tidak pernah mampu menerima kebenaran, maka mereka adalah para pengikut yang bukan orang percaya. Jika hasrat untuk diberkati dari seseorang semacam ini hancur, dia akan meninggalkan Tuhan. Mengapa demikian? (Karena yang mereka kejar adalah berkat dan menikmati kasih karunia.) Mereka percaya kepada Tuhan tetapi tidak mengejar kebenaran. Bagi mereka, keselamatan hanyalah hiasan dan sebuah kata yang enak didengar. Yang hati mereka kejar adalah upah, mahkota, dan hal-hal yang mereka idamkan—mendapatkan seratus kali lipat dalam hidup ini, dan memperoleh hidup yang kekal di dunia yang akan datang. Jika mereka tidak dapat memperoleh hal-hal ini, mereka tidak akan percaya; diri mereka sebenarnya akan muncul, dan mereka akan meninggalkan Tuhan. Yang mereka yakini di dalam hati mereka bukanlah pekerjaan Tuhan, juga bukan kebenaran yang Tuhan ungkapkan, dan yang mereka kejar bukanlah keselamatan, apalagi melaksanakan tugas mereka sebagai makhluk ciptaan dengan baik; sebaliknya, yang mereka inginkan sama dengan yang Paulus inginkan—diberkati dengan berlimpah, memiliki kekuasaan yang besar, mengenakan mahkota yang besar, dan menjadi setara dengan Tuhan. Inilah ambisi dan hasrat mereka. Oleh karena itu, setiap kali ada manfaat tertentu atau hal yang mereka idamkan di rumah Tuhan, mereka akan berjuang untuk mendapatkannya, mulai memeringkat orang berdasarkan kualifikasi dan senioritas mereka, dan merenung, 'Aku memenuhi syarat. Aku seharusnya mendapatkan bagianku. Aku harus berjuang untuk mendapatkannya.' Mereka menempatkan diri mereka pada posisi terdepan di rumah Tuhan, lalu menganggap bahwa sudah selayaknya mereka menikmati manfaat tersebut dari rumah Tuhan. ... Jelaslah bahwa hatinya telah dipenuhi dengan hal-hal yang dia kejar, dan itu cukup untuk memperlihatkan bahwa hal-hal yang dia kejar sama sekali tidak sesuai dengan kebenaran. Sebanyak apa pun pekerjaan yang dia lakukan, tujuan dan niatnya tidak lain hanyalah untuk mendapatkan mahkota—sama halnya dengan tujuan dan niat Paulus—dan dia memegang erat tujuan dan niat tersebut dan tidak pernah melepaskannya. Seperti apa pun kebenaran disampaikan kepadanya, seperti apa pun dia dipangkas, disingkapkan dan ditelaah, dia tetap dengan keras kepala memegang erat niatnya untuk diberkati dan tidak akan melepaskannya. Ketika dia tidak menerima perkenan Tuhan dan melihat bahwa hasratnya untuk diberkati hancur, dia menjadi negatif dan mundur, meninggalkan tugasnya dan melarikan diri. Dia belum benar-benar melaksanakan tugasnya atau melakukan pelayanan yang baik dalam memberitakan Injil Kerajaan, dan ini sepenuhnya menyingkapkan bahwa dia tidak memiliki iman yang sejati kepada Tuhan, tidak benar-benar tunduk, dan tidak memiliki sedikit pun kesaksian pengalaman yang benar. Dia hanyalah seekor serigala berbulu domba yang mengintai di antara kawanan domba. Pada akhirnya, orang yang benar-benar pengikut yang bukan orang percaya ini telah disingkapkan dan disingkirkan sepenuhnya, dan hidupnya sebagai orang percaya telah berakhir" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Lima)). Firman Tuhan menyingkapkan sepenuhnya niat hina dalam diriku. Meskipun aku setuju pulang ke rumah untuk memulihkan kesehatan, di dalam hatiku, aku masih berharap bisa sembuh dengan cepat dan mulai ambil bagian lagi dalam pembuatan video. Kupikir, aku harus melakukan lebih banyak dalam tugasku jika aku ingin memiliki prospek yang bagus untuk diselamatkan. Ketika tidak mendapatkan hasil yang kuinginkan setelah banyak berobat, aku merasa tak punya harapan lagi untuk melaksanakan tugas penting, harapanku untuk mendapatkan berkat hancur lebur, dan aku tidak lagi memiliki motivasi untuk percaya kepada Tuhan. Aku merasa Tuhan sedang bersikap tak adil terhadapku; aku merasa tak berpengharapan dan sedih, jadi aku mulai menyerah. Aku tak mau lagi makan dan minum firman Tuhan, dan kehilangan minat untuk berdoa. Aku bahkan melampiaskan ketidakpuasanku terhadap Tuhan dengan mengejar tren-tren duniawi. Aku sadar bahwa aku beriman dan melaksanakan tugasku hanya untuk mendapatkan berkat. Ketika itu tidak terjadi, aku memusuhi Tuhan dan yang kuperlihatkan hanyalah watak jahat Iblis dalam diriku. Aku sama sekali tak berhati nurani ataupun bernalar. Ini membuktikan bahwa semua upayaku sebelumnya tidak tulus dan dimaksudkan untuk menipu Tuhan. Selama bertahun-tahun aku beriman, Tuhan telah memberiku begitu banyak kebenaran dan mengaruniakan anugerah-Nya yang luar biasa kepadaku. Tanpa perlindungan Tuhan, aku pasti sudah lama mati, tetapi aku bukan saja tidak berterima kasih dan membalas kasih Tuhan, aku malah mengeluh. Aku benar-benar tak bernalar dan tak punya kemanusiaan! Memikirkan hal ini memenuhiku dengan penyesalan dan kebencian terhadap diriku sendiri. Aku ingin benar-benar menyingkirkan motifku untuk mendapatkan berkat dan tidak lagi memberontak terhadap Tuhan, jadi aku berdoa, memohon agar Tuhan mencerahkanku sehingga aku mengenal diriku.
Kemudian aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Karena diberkati bukan tujuan yang tepat untuk dikejar orang, lalu apa tujuan yang tepat? Mengejar kebenaran, mengejar perubahan watak, dan mampu tunduk pada semua pengaturan dan penataan Tuhan: inilah tujuan yang harus orang kejar. Katakanlah, sebagai contoh, dipangkas menyebabkanmu memiliki gagasan dan kesalahpahaman, dan engkau menjadi tidak mampu tunduk. Mengapa engkau tidak mampu tunduk? Karena engkau merasa bahwa tempat tujuan atau impianmu untuk diberkati telah ditantang. Engkau menjadi negatif dan kesal, dan mencoba berhenti melaksanakan tugasmu. Apa penyebab hal ini? Ada masalah dengan pengejaranmu. Jadi bagaimana memecahkan masalah ini? Sangatlah penting untuk engkau segera meninggalkan pemikiran yang salah ini, dan segera mencari kebenaran untuk memecahkan masalah watak rusakmu. Engkau harus berkata kepada diri sendiri, 'Aku tidak boleh berhenti, aku harus tetap melaksanakan dengan baik tugas yang seharusnya dilakukan oleh makhluk ciptaan Tuhan, dan mengesampingkan keinginanku untuk diberkati.' Ketika engkau melepaskan keinginan untuk diberkati dan engkau menempuh jalan mengejar kebenaran, beban akan terangkat dari pundakmu. Akankah engkau masih negatif? Meski ada kalanya engkau masih bersikap negatif, jangan biarkan hal ini mengekangmu, dan dalam hatimu, engkau tetap berdoa dan berjuang, mengubah tujuan pengejaranmu, dari mengejar berkat dan memiliki tempat tujuan, menjadi pengejaran akan kebenaran, dan engkau harus menganggap dalam hatimu, 'Mengejar kebenaran adalah tugas makhluk ciptaan Tuhan. Bisa memahami kebenaran tertentu pada zaman sekarang—tidak ada tuaian yang lebih besar daripada itu, ini adalah berkat yang paling luar biasa. Bahkan seandainya Tuhan tidak menginginkan aku, dan aku tidak memiliki tempat tujuan yang baik, dan harapanku untuk diberkati musnah, aku akan tetap melaksanakan tugasku dengan benar, aku wajib melakukannya. Apa pun alasannya, itu tidak akan memengaruhi pelaksanaan tugasku, tidak akan memengaruhi pencapaianku dalam melaksanakan amanat Tuhan; ini adalah prinsip hidupku.' Dan dalam hal ini, bukankah engkau sudah melepaskan dirimu dari kekangan daging?" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya di dalam Menerapkan Kebenaran Terdapat Jalan Masuk Kehidupan"). Membaca firman Tuhan ini membuatku mengerti mengapa aku mengeluh, menjadi negatif, dan bahkan menganggap diriku tidak berpengharapan saat harapanku untuk diberkati hancur. Sumber masalahnya adalah pandanganku yang keliru tentang pengejaran. Aku mengejar berkat dan tempat tujuan yang baik, jadi pada saat harapanku untuk mendapatkannya hilang, aku menjadi terlalu negatif dalam hidupku selanjutnya. Keinginanku akan berkat benar-benar sangat kuat. Padahal, aku hanyalah makhluk ciptaan, dan entah aku menerima berkat dan memiliki tempat tujuan yang baik atau tidak, sudah seharusnya aku tetap melaksanakan tugasku. Sekalipun aku tidak mendapatkan berkat, asalkan aku memenuhi tanggung jawab dan tugasku, setidaknya aku tidak memiliki penyesalan sedikit pun. Pemikiran ini mencerahkan bagiku. Aku harus menerapkan menurut jalan yang ditunjukkan dalam firman Tuhan, melepaskan keinginanku akan berkat, mengubah pandanganku yang keliru tentang pengejaran, dan melaksanakan tugas apa pun yang mampu kulakukan. Sekalipun suatu hari nanti kondisiku memburuk, aku tak boleh menyalahkan Tuhan. Inilah nalar yang seharusnya dimiliki makhluk ciptaan. Sekarang aku tak bisa melakukan tugas lain, tetapi aku bisa berlatih menulis artikel di rumah, menuliskan pengalaman dan pemahamanku untuk kubagikan kepada saudara-saudariku di pertemuan. Dengan demikian, aku tetap melakukan bagianku. Melakukan ini sangat melegakan bagiku.
Setahun kemudian, ketika aku ke rumah sakit untuk mendapatkan obat, dokter berkata, "Penyakitmu sudah sembuh dan kau tak perlu lagi minum obat. Kau hanya perlu lebih memperhatikan kesehatanmu dan jangan terlalu lelah." Mendengar apa yang dokter katakan membuatku sangat bersemangat, dan tak henti-hentinya aku bersyukur kepada Tuhan. Setelah itu, aku membaca ini dalam firman Tuhan: "Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan yang utama, bukan berdasarkan sejauh mana mereka mengundang rasa kasihan, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). Benar. Tuhan menentukan kesudahan manusia berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran atau tidak, dan mereka yang tak mampu memperoleh kebenaran pada akhirnya tidak dapat diselamatkan. Jika aku tidak mengejar kebenaran atau perubahan watak dalam imanku, dan jika watak rusakku tidak disucikan pada akhirnya, aku tak akan dapat diselamatkan, sebanyak apa pun aku berkontribusi atau mengorbankan diriku. Namun, aku ingin menipu Tuhan agar memberiku berkat dan anugerah melalui kerja kerasku. Bukankah ini benar-benar omong kosong? Ini tak lain hanyalah angan-anganku! Di luarnya, aku sepertinya telah kehilangan kesempatan untuk melaksanakan tugasku karena penyakit, tetapi pandanganku yang keliru dan watak rusakku disingkapkan melalui kesehatanku yang buruk, dan ini memungkinkanku untuk berbalik tepat pada waktunya dan mulai berfokus untuk mengejar kebenaran. Ini adalah perlindungan dan keselamatan besar Tuhan bagiku. Ini membuatku merasa sangat menyesal dan berutang, jadi aku berlutut di hadapan Tuhan dan berdoa, "Tuhan! Aku mau mengubah pandanganku yang keliru tentang pengejaran. Aku tak mau lagi mengejar berkat dan upah. Tugas apa pun yang kulakukan kelak, aku mau mengejar kebenaran, mengejar perubahan watak, dan melaksanakan tugasku untuk memuaskan-Mu."
Setelah itu, aku membaca beberapa bagian firman Tuhan tentang cara memperlakukan tugasku, yang membukakan mataku. Firman Tuhan katakan: "Untuk melaksanakan tugasmu secara memadai, berapa tahun pun engkau telah percaya kepada Tuhan, betapa pun banyaknya tugas yang telah kaulaksanakan, atau betapa pun banyaknya kontribusi yang telah kauberikan bagi rumah Tuhan, terlebih lagi, betapa pun berpengalamannya dirimu dalam tugasmu, itu bukan masalah. Hal utama yang Tuhan lihat adalah jalan yang orang tempuh. Dengan kata lain, Dia melihat sikap seseorang terhadap kebenaran dan prinsip, arah, sumber, dan titik awal di balik tindakan orang tersebut. Tuhan berfokus pada hal-hal ini; semua itulah yang menentukan jalan yang kautempuh" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). "Manusia berpikir bahwa semua orang yang berkontribusi kepada Tuhan semestinya mendapat upah, dan semakin besar kontribusi yang diberikan, tentu semakin besar pula perkenanan Tuhan yang semestinya diterimanya. Esensi sudut pandang manusia adalah selalu bertransaksi, dan manusia tidak berusaha secara aktif melakukan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Bagi Tuhan, semakin orang berusaha memiliki kasih yang sejati kepada Tuhan dan ketaatan penuh kepada Tuhan, yang juga berarti berusaha melakukan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan, semakin mereka dapat memperoleh perkenanan Tuhan. Sudut pandang Tuhan adalah menuntut manusia memulihkan kembali tugas dan status mereka yang semula. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, jadi manusia seharusnya tidak melewati batasnya sendiri dengan mengajukan tuntutan kepada Tuhan, dan seharusnya tidak melakukan apa pun selain melakukan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Tempat tujuan Paulus dan Petrus ditentukan berdasarkan apakah mereka dapat memenuhi tugas mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan bukan berdasarkan ukuran kontribusi mereka; tempat tujuan mereka ditentukan berdasarkan perkara yang mereka cari sejak semula, bukan berdasarkan berapa banyak pekerjaan yang mereka lakukan, atau perkiraan orang lain mengenai mereka. Jadi, berusaha secara aktif melakukan tugas sebagai makhluk ciptaan Tuhan adalah jalan menuju keberhasilan; mengupayakan jalan kasih sejati kepada Tuhan adalah jalan yang paling benar; mengusahakan perubahan pada watak lama seseorang, dan mengupayakan kasih yang murni kepada Tuhan, adalah jalan menuju keberhasilan. Jalan menuju keberhasilan yang seperti itu adalah jalan pemulihan tugas yang semula, juga pemulihan rupa makhluk ciptaan Tuhan yang semula. Inilah jalan pemulihan, dan inilah juga tujuan semua pekerjaan Tuhan dari awal hingga akhir" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). Setelah membaca firman Tuhan, aku mengerti bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan tinggi atau rendah dalam tugas orang. Apakah orang dapat diselamatkan atau tidak, bukan tergantung pada tugas apa yang mereka lakukan, atau seberapa hebat pekerjaan mereka. Asalkan kita mengejar kebenaran, melaksanakan tugas kita sebagai makhluk ciptaan, dan mencapai perubahan dalam watak hidup kita, kita dapat diselamatkan oleh Tuhan. Melaksanakan tugas adalah tanggung jawab makhluk ciptaan. Setiap orang harus melakukannya. Melakukan tugas bukanlah alat untuk mendapatkan keuntungan pribadi, juga bukan alat tawar-menawar untuk mendapatkan upah. Entah diberkati atau tidak, aku akan melaksanakan tugasku. Setelah itu, gereja mengatur tugas yang sesuai untukku berdasarkan kondisi kesehatanku.
Kini, aku tidak lagi terus-menerus khawatir tentang apakah aku akan memiliki masa depan dan tempat tujuan yang baik atau tidak. Aku tahu dalam tugas apa pun, memahami dan memperoleh kebenaran adalah hal yang terpenting. Entah kesudahanku baik atau tidak di masa depan, asalkan aku dapat memenuhi tanggung jawabku dalam tugasku, aku merasa tenang dan damai. Syukur kepada Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudari Cheng Xin, KoreaBelakangan ini kuperhatikan banyak saudara-saudari yang menulis kesaksian tentang pengalaman mereka, dan aku...
Oleh Saudari Xiao Mo, Spanyol Mulai tahun lalu, aku bertanggung jawab untuk pekerjaan penyiraman di gereja pendatang baru. Suatu kali dalam...
Oleh Saudari Nan Nan, Amerika SerikatTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Di akhir pekerjaan-Nya pada akhir zaman, Dia tidak lagi hanya...
Oleh Saudari Qiu Guo, AmerikaBeberapa waktu lalu, aku mendengar sepenggal persekutuan Tuhan yang berbunyi, "Menjilat, mengucapkan kata-kata...