Konsekuensi dari Gagal Melakukan Kerja Nyata

27 Februari 2023

Oleh Saudari Xiaomo, Tiongkok

Aku memimpin pekerjaan penginjilan di gereja. Suatu kali, beberapa saudara-saudari melaporkan bahwa seorang pemimpin kelompok, Xinyue, congkak, sewenang-wenang, dan tak bisa bekerja sama dengan orang lain atau menerima saran. Semua orang merasa terkekang olehnya dan itu memengaruhi pekerjaan Injil. Semua orang mencoba menunjukkan ini dan membantunya, tapi dia hanya di mulut mengakui dan menerimanya, setelah itu tak berubah sama sekali. Kemudian, kami membahasnya dan memutuskan untuk memberhentikan dia dari jabatan. Aku sangat malu oleh ini, karena aku sudah bersekutu dengan Xinyue beberapa kali tentang masalah dia, tapi ternyata alih-alih selesai, masalahnya makin parah. Itu membuatku merenung dan bertanya-tanya apa alasan sebenarnya di balik itu. Aku mengingat saat pertama kali mengambil alih pekerjaan itu. Kulihat kelompok Xinyue yang paling berhasil dalam pekerjaan Injil, dan benar-benar terlibat dalam tugas mereka. Aku sangat menghormati mereka. Terutama saat melihat betapa cakap Xinyue, aku merasa seharusnya tak ada masalah besar jika dia pemimpin kelompoknya, jadi aku tak banyak menindaklanjuti pekerjaan mereka. Meskipun beberapa saudari melaporkan masalah mereka kepadaku, aku tak menganggapnya serius. Aku merasa karena hasil pekerjaan Injil mereka baik, meski ada beberapa masalah, itu bukan masalah besar. Kadang saat bersekutu dengan mereka, aku hanya memberi beberapa petunjuk sederhana, dan tak menindaklanjuti untuk melihat apa masalah itu sudah selesai setelahnya. Aku ingat suatu kali saat kami mendiskusikan pekerjaan, kuperhatikan Xinyue dan Xiaoli berselisih. Mereka sangat congkak dan terjebak pada pandangan sendiri. Aku menemukan beberapa firman Tuhan yang membahas keadaan mereka untuk dipersekutukan, dan melihat mereka berdua bisa merenung dan mau berubah, aku merasa seperti ada beban yang terangkat dari pikiranku. Namun, mereka sudah lama bermasalah dalam bekerja sama, jadi aku tahu bahwa bersekutu dengan mereka sekali tak bisa menyelesaikan masalah itu, lalu aku harus menindaklanjuti dan melihat apakah keadaan mereka benar-benar berubah. Namun, kupikir, agar bisa lebih banyak bersekutu dengan mereka, aku harus menemukan kutipan firman Tuhan dan mencoba memahami keadaan mereka, yang sangat merepotkan. Selain itu, mereka melaksanakan tugas dengan normal, jadi kupikir tak apa-apa jika tak menindaklanjuti. Jadi, aku membiarkannya. Di waktu lain aku melihat Xinyue dan saudari lain berselisih saat persekutuan. Saudari yang satunya membuat saran yang masuk akal, tapi Xinyue menolaknya, dan terus bersikeras bahwa dia benar. Saudari itu akhirnya hanya bisa menyerah. Melihat Xinyue yang merasa benar sendiri, aku ingin menyingkap masalah dia, tapi lalu terbayang waktu dan tenaga yang harus kukerahkan untuk bersekutu, juga pekerjaan lain yang masih harus kuurus. Karena tak ada konflik atau friksi yang jelas di antara mereka, mungkin itu tak seburuk bayanganku. Makin sedikit masalah, makin baik. Lagi pula, Xinyue adalah pemimpin kelompok, jika dia menunjukkan kecongkakan, dia seharusnya bisa menyelesaikannya melalui pencarian. Jadi, aku tak menunjukkan masalah dia. Memikirkan lagi semua itu, aku tahu bahwa Xinyue congkak dan tak bisa bekerja sama dengan orang lain. Dia juga pemimpin, jadi dengan mengabaikan masalah sepenting itu, aku sangat tak bertanggung jawab!

Kemudian, aku membaca firman Tuhan ini: "Sepenting apa pun pekerjaan yang dilakukan seorang pemimpin atau pekerja, dan apa pun natur pekerjaan ini, prioritas nomor satu mereka adalah memahami dan mengerti bagaimana pekerjaan tersebut berlangsung. Mereka harus berada di sana secara langsung untuk menindaklanjuti segala sesuatu dan mengajukan pertanyaan, mendapatkan informasi mereka secara langsung. Mereka tidak boleh hanya mengandalkan rumor atau mendengarkan laporan orang lain. Sebaliknya, mereka harus mengamati dengan mata kepala sendiri kondisi personel dan bagaimana kemajuan pekerjaan, dan memahami kesulitan apa yang sedang dihadapi, apakah ada area yang bertentangan dengan tuntutan Yang di Atas, apakah terdapat pelanggaran terhadap prinsip, apakah ada gangguan atau kekacauan, apakah ada kekurangan peralatan yang diperlukan atau materi pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan profesional; mereka harus terus-menerus mengetahui dan memberikan perhatian pada semua hal ini. Sebanyak apa pun laporan yang mereka dengar, atau sebanyak apa pun informasi yang mereka kumpulkan dari rumor, tak satu pun dari hal-hal ini yang lebih baik dari kunjungan pribadi; itu lebih akurat dan dapat diandalkan bagi mereka untuk melihat berbagai hal dengan mata kepala mereka sendiri. Begitu mereka familier dengan semua aspek situasinya, mereka akan mengetahui dengan jelas tentang apa yang sedang terjadi" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (4)"). "Apa pun pekerjaan yang sedang mereka periksa, pemimpin yang terbeban akan selalu mampu mengidentifikasi masalahnya. Untuk setiap masalah yang berkaitan dengan pengetahuan profesional, atau yang melanggar prinsip, mereka akan mampu mengidentifikasi masalah tersebut, bertanya tentangnya, dan mendapatkan pemahaman mengenainya, dan setelah mereka menemukan masalahnya, mereka segera menyelesaikannya. Para pemimpin dan pekerja yang cerdas hanya menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan gereja, pengetahuan profesional, dan prinsip-prinsip kebenaran. Mereka tidak memperhatikan hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mengurus setiap aspek dari pekerjaan penyebarluasan Injil yang Tuhan amanatkan. Mereka bertanya dan memeriksa masalah apa pun yang dapat mereka lihat atau temukan. Jika mereka sendiri tidak mampu menyelesaikan masalahnya pada saat itu, mereka berkumpul dengan para pemimpin dan pekerja lainnya, bersekutu dengan mereka, mencari prinsip-prinsip kebenaran, dan memikirkan cara untuk menyelesaikannya. Jika mereka menghadapi masalah besar yang benar-benar tak mampu mereka selesaikan, mereka segera mencari dari Yang di Atas, dan membiarkan Yang di Atas yang menangani dan menyelesaikannya. Pemimpin dan pekerja seperti ini adalah orang-orang yang berprinsip dalam tindakan mereka. Apa pun masalah yang ada, asalkan mereka telah melihatnya, mereka tidak akan membiarkannya begitu saja; mereka bersikeras untuk memahami masalah tersebut sepenuhnya dan kemudian menyelesaikannya satu per satu. Sekalipun masalah tersebut tidak diselesaikan secara menyeluruh, dapat dipastikan bahwa masalah tersebut tidak akan muncul lagi" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (4)"). Aku sangat malu saat tahu apa yang Tuhan tuntut dari para pemimpin dan pekerja. Aku tak memikul beban untuk pekerjaan Injil. Bukan saja gagal untuk segera menindaklanjuti pekerjaan Injil, tetapi aku tak punya pemahaman mendetail tentang keadaan saudara-saudari. Seperti Xinyue adalah pemimpin kelompok, tapi juga sulit diajak bekerja sama—aku seharusnya menyelesaikan ini dengan persekutuan, tapi aku hanya selintas menunjukkan masalah dia tanpa bicara dengan yang lain untuk mendapatkan pemahaman mendetail tentang itu. Aku juga tak menyingkap natur masalah Xinyue atau konsekuensinya. Setelah itu, aku tak mencari tahu apakah dia telah berubah. Aku tak merenungkan apakah ini masalah esensi wataknya atau penyingkapan kerusakan, apakah dia cocok menjadi pemimpin kelompok, dan detail lain semacamnya. Jadi, masalah Xinyue tak pernah terselesaikan, dan pekerjaan Injil terpengaruh. Kemudian, aku melihat Xinyue masih congkak, merasa benar sendiri, dan sewenang-wenang, lalu tahu aku harus bersekutu dengannya untuk menyelesaikan ini, atau itu akan menunda pekerjaan. Namun, aku tetap mendiamkannya, karena tak ingin repot. Aku hanya bekerja sekenanya menyelesaikan masalah, puas dengan melakukan pekerjaan di permukaan, menyebutkan masalahnya dan tak lebih. Aku tak peduli masalah itu sudah selesai atau belum. Aku tak bertanggung jawab, tak melakukan tugasku atau kerja nyata apa pun. Itulah perilaku pemimpin palsu. Gereja telah menugaskanku untuk memimpin pekerjaan Injil, berharap aku bisa melakukan tugasku sesuai tuntutan Tuhan, serius dan bertanggung jawab dalam pekerjaanku, serta menggunakan prinsip kebenaran untuk menyelesaikan masalah saudara-saudari agar pekerjaan Injil bisa berjalan lancar. Namun, saat muncul masalah yang perlu diselesaikan, aku diam, berpikir makin sedikit masalah, makin baik. Aku benar-benar bertindak sebagai pemimpin palsu dan menghambat kemajuan pekerjaan Injil. Sikapku terhadap tugas benar-benar menjijikkan bagi Tuhan!

Setelah itu, aku mencari dan merenungkan akar dari kegagalanku melakukan kerja nyata. Aku membaca sesuatu dalam firman Tuhan: "Dalam pekerjaan mereka, para pemimpin dan pekerja harus memperhatikan maksud-maksud Tuhan dan setia kepada-Nya. Tindakan terbaik yang harus mereka lakukan adalah secara proaktif mengenali berbagai masalah dan menyelesaikannya. Mereka tidak boleh tetap pasif, terutama karena mereka memiliki firman dan persekutuan yang ada sekarang ini yang berlaku sebagai dasar. Mereka harus berinisiatif untuk mengatasi masalah dan kesulitan nyata secara menyeluruh dengan cara mempersekutukan kebenaran, dan melakukan pekerjaan mereka dengan tepat seperti yang seharusnya mereka lakukan. Mereka harus dengan segera dan proaktif menindaklanjuti kemajuan pekerjaannya; mereka tidak boleh selalu menunggu perintah dan desakan dari Yang di Atas sebelum mereka bertindak dengan enggan. Jika para pemimpin dan pekerja selalu negatif dan pasif, serta tidak melakukan pekerjaan nyata, mereka tidak layak melayani sebagai pemimpin dan pekerja, dan harus diberhentikan dan dipindahtugaskan. Sekarang ini, ada banyak pemimpin dan pekerja yang sangat pasif dalam pekerjaan mereka. Mereka hanya melakukan sedikit pekerjaan setelah Yang di Atas memberi perintah dan mendorong mereka; jika tidak, mereka mengendur dan menunda-nunda. Pekerjaan di beberapa gereja sangat kacau, beberapa orang yang melaksanakan tugas di sana sangat bermalas-malasan dan bersikap asal-asalan, serta tidak memperoleh hasil yang nyata sedikit pun. Masalah-masalah ini pada dasarnya sudah sangat parah, dan sangat buruk, tetapi para pemimpin dan pekerja di gereja-gereja itu tetap bertindak seperti pejabat dan penguasa. Mereka bukan saja tak mampu melakukan pekerjaan nyata, mereka juga tak mampu mengenali masalahnya ataupun menyelesaikannya. Ini melumpuhkan pekerjaan gereja dan menyebabkannya menjadi stagnan. Di mana pun pekerjaan gereja dalam keadaan berantakan dan tidak ada tanda-tanda ketertiban, pasti ada seorang pemimpin palsu atau antikristus yang berkuasa. Di setiap gereja yang dikuasai oleh seorang pemimpin palsu, pekerjaan gereja akan kacau dan berantakan—hal ini tidak diragukan lagi. ... Apa yang sedang terjadi ketika orang-orang tidak menganggap ada pekerjaan yang harus dilakukan? (Mereka tidak terbeban.) Sebenarnya, mereka tidak terbebani; mereka juga sangat malas dan mendambakan kenyamanan, beristirahat sebanyak mungkin kapan pun mereka bisa, dan berusaha menghindari tugas ekstra. Orang-orang malas ini sering kali berpikir, 'Mengapa aku harus begitu khawatir? Terlalu banyak khawatir hanya akan membuatku cepat tua. Untuk apa aku khawatir, dan untuk apa aku menyibukkan diri dan melelahkan diriku sendiri? Apa yang akan terjadi jika aku kelelahan dan jatuh sakit? Aku tak punya uang untuk biaya pengobatan. Dan siapa yang akan merawatku saat aku tua?' Orang-orang malas ini pasif dan terbelakang. Mereka sama sekali tidak memiliki kebenaran, dan tak mampu memahami apa pun dengan jelas. Mereka jelas adalah sekelompok orang-orang yang kacau, bukan? Mereka semua bingung; mereka tidak memahami kebenaran dan tidak tertarik akan kebenaran, jadi bagaimana mungkin mereka diselamatkan? Mengapa orang-orang selalu tidak disiplin dan malas, seolah-olah mereka adalah mayat hidup? Ini berkaitan dengan masalah natur mereka. Ada semacam kemalasan dalam natur manusia. Tugas apa pun yang mereka lakukan, mereka selalu membutuhkan seseorang untuk mengawasi dan mendesak mereka. Terkadang, orang-orang mempertimbangkan daging mereka, begitu mendambakan kenyamanan daging, dan selalu menyimpan sesuatu untuk diri mereka sendiri; orang-orang seperti ini penuh dengan niat setan dan rencana licik; mereka sama sekali tidak baik. Tugas penting apa pun yang mereka laksanakan, mereka selalu tidak berupaya sebaik mungkin. Ini berarti tidak bertanggung jawab dan tidak setia" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (26)"). "Semua pemimpin palsu tidak pernah melakukan pekerjaan nyata. Mereka bertindak seolah-olah peran kepemimpinan mereka adalah sebuah jabatan resmi, menikmati manfaat dari status mereka, dan mereka memperlakukan tugas yang seharusnya dilaksanakan dan pekerjaan yang seharusnya dilakukan sebagai pemimpin seperti beban, sebagai gangguan. Di dalam hatinya, mereka penuh dengan penentangan terhadap pekerjaan gereja: ketika mereka diminta untuk mengawasi pekerjaan dan mengetahui apa masalah yang ada dalam pekerjaan tersebut yang perlu ditindaklanjuti dan diselesaikan, mereka akan melakukannya dengan penuh keengganan. Ini adalah pekerjaan yang sudah seharusnya dilakukan oleh para pemimpin dan pekerja, ini adalah pekerjaan mereka. Jika engkau tidak melakukannya dan engkau tidak bersedia melakukannya, lalu mengapa engkau masih ingin menjadi pemimpin atau pekerja? Apakah engkau melaksanakan tugasmu agar mereka memikirkan maksud-maksud Tuhan, atau agar engkau menjadi seorang pejabat dan menikmati manfaat dari statusmu tersebut? Jika engkau menjadi seorang pemimpin hanya agar engkau bisa ingin memiliki jabatan resmi, bukankah itu sedikit memalukan? Orang-orang seperti ini memiliki karakter terendah, tidak punya harga diri, dan tidak memili rasa malu. Jika engkau ingin menikmati kenyamanan daging, engkau harus segera kembali ke dunia dan bersaing, mengambil dengan paksa, merebut semampumu, dan tak seorang pun yang akan ikut campur. Rumah Tuhan adalah tempat bagi umat pilihan Tuhan untuk menjalankan tugas mereka dan menyembah-Nya; itu adalah tempat bagi orang-orang untuk mengejar kebenaran dan memperoleh keselamatan. Rumah Tuhan bukanlah tempat bagi siapa pun untuk menikmati kenyamanan daging, dan terlebih lagi, rumah Tuhan bukanlah tempat yang memungkinkan orang untuk hidup seperti pangeran. Pemimpin palsu itu tidak tahu malu, mereka mati rasa, dan tak bernalar. Apa pun pekerjaan spesifik yang ditugaskan kepada mereka, mereka tidak menganggapnya serius, mereka tidak memikirkannya lagi; meskipun mereka menanggapi dengan sangat baik dalam kata-kata, mereka tidak melakukan sesuatu yang nyata. Bukankah ini tidak bermoral? ... Ada orang-orang yang tidak mampu mengerjakan pekerjaan atau tugas apa pun yang mereka laksanakan, mereka tidak kompeten di dalamnya, mereka tidak mampu memikulnya, dan mereka tidak mampu memenuhi kewajiban atau tanggung jawab apa pun yang seharusnya orang lakukan. Bukankah mereka itu sampah? Apakah mereka masih layak disebut manusia? Kecuali orang-orang bodoh, orang-orang yang tidak kompeten secara mental, dan mereka yang menderita berbagai gangguan fisik, adakah orang hidup yang tidak diharuskan melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka? Namun, orang seperti ini selalu licik dan bermalas-malasan, dan tidak ingin memenuhi tanggung jawab mereka; kesimpulannya mereka tidak ingin menjadi manusia yang semestinya. Tuhan memberi mereka kesempatan untuk menjadi manusia, dan Dia memberi mereka kualitas dan karunia, tetapi mereka tidak mampu memanfaatkan semua ini dalam melaksanakan tugas mereka. Mereka tidak melakukan apa pun, tetapi ingin menikmati kenikmatan di setiap kesempatan. Apakah orang seperti itu pantas disebut manusia? Pekerjaan apa pun yang diberikan kepada mereka—entah itu penting atau biasa, sulit atau sederhana—mereka selalu asal-asalan dan licik, serta bermalas-malasan. Ketika muncul masalah, mereka mencoba melemparkan tanggung jawab mereka kepada orang lain; tidak mau memikul tanggung jawab, dan mereka ingin tetap menjalani kehidupan parasit mereka. Bukankah mereka sampah yang tidak berguna?" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (8)"). Firman-Nya benar-benar menusukku. Selama ini, Tuhan telah mempersekutukan secara mendetail tanggung jawab para pemimpin dan pekerja, tapi aku tak memahaminya sama sekali. Aku bermalas-malasan, tak bertanggung jawab, menurutkan daging, dan tak mendapatkan hasil dalam tugasku. Aku adalah parasit tak berguna yang disingkapkan oleh Tuhan. Saat menangani masalah Xinyue, aku tahu betul masalah itu belum terselesaikan, tapi aku dengan licik melakukan apa pun yang tak merepotkanku. Aku tahu bahwa aku sering tak efektif dalam tugas karena malas dan hanya mementingkan kenyamanan sendiri. Awalnya, saat yang lain mengalami kesulitan dalam membagikan Injil, atau tak yakin dengan beberapa prinsip, aku selalu bersekutu dengan mereka untuk menyelesaikan masalah itu. Namun, karena beberapa dari mereka kemajuannya lambat atau memiliki masalah yang rumit, aku merasa membantu mereka terlalu merepotkan dan melelahkan. Aku harus mencari dan merenung, juga sabar bersekutu dengan mereka, jadi aku memilih menghindari itu, menyelesaikan hanya masalah yang terlihat dan mendiamkan yang sulit. Aku meremehkan masalah besar dan mengabaikan masalah kecil. Jadi, ada banyak masalah yang tak pernah terselesaikan. Aku memanjakan daging tanpa benar-benar memperbaiki keadaan. Akibatnya, lama sekali tak ada kemajuan dalam pekerjaan Injil. Itu sepenuhnya karena naturku malas, menghargai daging, dan tak berbakti atau bertanggung jawab dalam tugas. Aku teringat firman Tuhan: "Ini adalah kelalaian tugas yang serius! Engkau telah kehilangan sikap dan tanggung jawab yang seharusnya kaumiliki sebagai pemimpin dan pekerja terhadap tugasmu" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (26)"). "Apakah orang seperti itu pantas disebut manusia?" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (8)"). Aku adalah pemimpin, jadi bekerja keras menyelesaikan masalah yang kutemukan adalah tanggung jawabku. Namun, aku tak menempuh jalan yang benar—aku selalu memikirkan kenyamanan sendiri. Setiap kali harus bertindak dan melakukan kerja nyata, aku menghindar. Ini merugikan pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Melakukan tugasku dengan cara itu benar-benar lalai! Kupikirkan bagaimana, dalam pekerjaan Tuhan pada akhir zaman untuk menyelesaikan kerusakan manusia, Dia telah mengungkapkan jutaan kata, mengingatkan dan menasihati, menghakimi dan menghajar, memperingatkan dan menyingkap, menggunakan segala cara untuk dengan cermat bersekutu dengan kita, agar kita tak salah memahami dan tak bisa memasuki kebenaran. Untuk menyelamatkan umat manusia, yang dirusak sangat dalam oleh Iblis, Dia sangat banyak khawatir dan menderita, mengerahkan banyak usaha dan membayar sangat mahal. Namun, meski menikmati asupan begitu banyak kebenaran dari Tuhan, aku melakukan pekerjaan penting di gereja tanpa berpikir untuk membalas kasih-Nya. Aku tak bisa menderita sedikit pun atau membayar sedikit mahal untuk tugasku. Begitu harus mengambil tindakan serius dan melakukan kerja nyata, aku melarikan diri. Aku selalu ingin imbalan dan berkat Tuhan sebagai imbalan atas sedikit usaha. Aku sangat egois dan keji, tak punya hati nurani dan nalar. Saat itu aku akhirnya sadar selalu memikirkan daging dan merindukan kenyamanan artinya hidup tanpa martabat dan tak bisa diandalkan. Aku adalah pemimpin yang malas, pemimpin palsu. Melakukan tugasku seperti itu memberiku kenyamanan fana, tetapi aku terus kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebenaran karena kemalasanku, dan Tuhan akhirnya akan menyingkirkanku. Aku menabung sedikit tapi kehilangan banyak, aku sangat bodoh! Aku teringat sesuatu yang Alkitab katakan: "Dan kemakmuran orang bebal akan membinasakan mereka" (Amsal 1:32). Aku tahu beberapa saudara-saudari yang diberhentikan karena selalu memikirkan daging dan kenyamanan, tanpa melakukan kerja nyata. Menginginkan kenyamanan membuat Tuhan muak, bahkan bisa merusak kesempatan kita untuk diselamatkan. Tuhan itu kudus dan benar, Dia juga memeriksa niatku dalam tugas. Aku tak bisa terus melaksanakan tugasku seperti itu. Rumah Tuhan bukanlah tempat untuk menginginkan kenyamanan daging, tapi tempat untuk melaksanakan tugas dan menerapkan kebenaran. Karena telah menerima tugas itu, aku harus mengerahkan seluruh kemampuanku untuk bekerja dengan baik. Aku berdoa kepada Tuhan dalam pertobatan: "Tuhan, terima kasih telah mengatur situasi ini untuk menunjukkan kepadaku bahwa aku mendambakan kenyamanan daging dalam tugasku dan sama sekali tak bertanggung jawab. Mulai sekarang, aku ingin berusaha sebaik mungkin untuk benar-benar bekerja dalam tugasku."

Setelah itu, dengan membaca firman Tuhan, mencari dan merenung, aku sadar bahwa aku punya pandangan keliru lain. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Para pemimpin dan pekerja harus mendapatkan pemahaman dari berbagai sumber mengenai para pengawas pekerjaan penting, para direktur penginjilan, setiap pemimpin tim, para sutradara dari tim produksi film, dan sebagainya, serta mengamati dan memeriksa orang-orang tersebut secara lebih intens, sebelum para pemimpin dan pekerja dapat yakin dengan mereka. Hanya dengan memberikan tugas secara hati-hati kepada orang-orang dengan cara seperti ini, barulah mereka dapat memastikan bahwa pengaturannya telah sesuai, dan bahwa orang-orang akan efektif dalam tugas mereka. Ada orang-orang yang berkata, 'Bahkan orang-orang tidak percaya berkata, "Jangan meragukan orang yang kaupekerjakan, dan jangan mempekerjakan orang yang kauragukan." Mengapa rumah Tuhan begitu tidak memercayai mereka? Mereka semua adalah orang percaya; seberapa burukkah mereka? Bukankah mereka semua orang yang baik? Mengapa rumah Tuhan harus berusaha memahami mereka, memantau mereka, dan mengamati mereka?' Apakah perkataan ini benar? Apakah perkataan ini bermasalah? (Ya.) Apakah berusaha memahami seseorang dan mengamatinya secara mendalam, dan berinteraksi dengannya secara dekat sesuai dengan prinsip? Itu sepenuhnya mematuhi prinsip. Prinsip mana yang dipatuhi? (Bab keempat dari tanggung jawab pemimpin dan pekerja: 'Teruslah memperhatikan keadaan pengawas dari berbagai pekerjaan dan personel yang bertanggung jawab atas berbagai pekerjaan penting, dan segera ganti tugas mereka atau berhentikan mereka jika diperlukan, untuk mencegah atau mengurangi kerugian yang disebabkan karena menggunakan orang yang tidak sesuai, dan menjamin efisiensi dan kemajuan pekerjaan yang lancar.') Ini adalah sumber acuan yang bagus, tetapi apa alasan sebenarnya melakukan hal ini? Alasannya karena manusia memiliki watak yang rusak. Meskipun, sekarang ini, banyak orang melaksanakan tugas, hanya ada sedikit orang yang mengejar kebenaran. Hanya segelintir orang mengejar kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan pada saat mereka melaksanakan tugasnya; sebagian besar orang, masih tidak memiliki prinsip dalam cara mereka melakukan sesuatu, mereka tetaplah bukan orang yang benar-benar tunduk kepada Tuhan; mereka sekadar menyatakan bahwa mereka mencintai kebenaran, bahwa mereka mau mengejar kebenaran dan mau berjuang untuk kebenaran, tetapi tetap saja tak seorang pun tahu berapa lama tekad tersebut akan bertahan. Orang yang tidak mengejar kebenaran cenderung memperlihatkan watak rusak mereka kapan saja atau di mana saja. Mereka tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya, mereka sering kali bersikap asal-asalan, mereka bertindak sekehendak hatinya, dan bahkan tak mampu menerima diri mereka dipangkas. Begitu mereka menjadi negatif dan lemah, mereka cenderung meninggalkan tugasnya—ini sering terjadi, tidak ada yang lebih biasa terjadi daripada ini; demikianlah perilaku semua orang yang tidak mengejar kebenaran. Jadi, jika orang belum memperoleh kebenaran, mereka tidak dapat diandalkan dan tidak dapat dipercaya. Apa artinya mereka tidak dapat dipercaya? Itu berarti saat mereka menghadapi kesulitan atau kemunduran, besar kemungkinan mereka akan jatuh, juga menjadi negatif dan lemah. Apakah orang yang sering menjadi negatif dan lemah adalah orang yang dapat dipercaya? Tentu saja tidak. Namun, orang yang memahami kebenaran berbeda. Orang yang sungguh-sungguh memahami kebenaran pasti memiliki hati yang takut akan Tuhan dan hati yang tunduk kepada Tuhan, dan hanya orang yang memiliki hati yang takut akan Tuhan-lah yang bisa dipercaya; orang yang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan tidak dapat dipercaya. Bagaimana cara memperlakukan orang yang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan? Mereka, tentu saja, harus diberi bimbingan dan dukungan penuh kasih. Mereka harus lebih sering ditindaklanjuti saat melaksanakan tugas mereka, dan diberi lebih banyak bantuan serta instruksi; hanya dengan demikian, dapat dipastikan mereka akan melaksanakan tugas mereka dengan efektif. Lalu apa tujuan melakukan hal ini? Tujuan utamanya adalah menjunjung tinggi pekerjaan rumah Tuhan. Tujuan kedua adalah agar dapat dengan segera mengidentifikasi masalahnya, dengan segera membekali mereka, mendukung mereka, atau memangkas mereka, meluruskan penyimpangan mereka, melengkapi kekurangan dan apa yang kurang pada diri mereka. Ini bermanfaat bagi orang-orang; tidak ada yang jahat mengenai hal ini. Mengawasi orang, mengamati mereka, berusaha memahami mereka—semua ini adalah untuk membantu mereka masuk ke jalur yang benar dalam iman mereka kepada Tuhan, memampukan mereka melaksanakan tugas mereka sesuai perintah Tuhan dan sesuai dengan prinsip, untuk menghalangi mereka agar tidak menyebabkan gangguan atau kekacauan, dan untuk menghalangi mereka agar tidak melakukan pekerjaan yang sia-sia. Tujuan dari semua ini adalah sepenuhnya untuk menunjukkan tanggung jawab kepada mereka dan pekerjaan rumah Tuhan; tidak ada maksud jahat di dalamnya" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (7)"). Firman Tuhan menunjukkan salah satu prinsip untuk diterapkan dalam pekerjaan kita. Kita harus terus mengawasi saudara-saudari di bawah naungan kita, terutama mereka yang melakukan pekerjaan utama, karena semua orang punya watak rusak dan tak punya kenyataan kebenaran, dan kita hanya bisa bertindak berdasarkan kerusakan. Kita tak bisa serta-merta memercayai siapa pun atau memakai pendekatan lepas tangan—yang menunjukkan kita tak bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Aku persis seperti itu. Terkadang yang lain menunjukkan masalahku, dan saat itu, aku bertekad untuk berubah, tapi sering kali itu hanya gelombang antusiasme. Saat harus benar-benar melakukannya, aku masih terkekang oleh watak rusak, tak bisa menerapkan kebenaran. Itu sebabnya aku butuh pengawasan dan bantuan orang lain, untuk berlatih dan masuk dengan lebih baik. Setiap orang punya kekurangan dan tak mampu memahami prinsip kebenaran, jadi munculnya masalah atau kekeliruan dalam tugas kita tak bisa dihindari, kita juga kadang menunjukkan kerusakan dan dengan sengaja melanggar. Saat itu terjadi, pemimpin harus mengawasi dan menindaklanjuti, mendapatkan pemahaman mendalam tentang kondisi tugas orang-orang, menemukan masalah dan memperbaiki penyimpangan, serta menghentikan ancaman terhadap pekerjaan gereja. Namun, aku benar-benar buta dan bodoh. Kulihat Xinyue tampak aktif dalam tugasnya dan melakukan pekerjaan Injil dengan baik, jadi aku tak khawatir tentang dia. Aku menyerahkan pekerjaan yang sangat penting kepadanya, lalu tak memikirkannya lagi. Rekan sekerjaku bilang ada masalah dalam kelompok itu, tapi aku tak menganggapnya serius. Saat tahu bahwa Xinyue congkak dan tak bisa bekerja sama dengan orang lain, aku tak menyelidikinya secara mendetail. Kupikir karena dia adalah pemimpin kelompok, dia akan mencari dan masuk setelah beberapa petunjuk sederhana, dan aku tak perlu khawatir tentang itu. Namun, situasinya sangat berbeda dari yang kubayangkan. Orang yang paling tak kukhawatirkan punya masalah paling serius. Karena watak congkaknya, orang lain terkekang dan tak bisa melakukan tugas secara normal. Semua ini terjadi karena aku tak melakukan kerja nyata, serta tak memandang situasi dan orang-orang berdasarkan firman Tuhan. Kami kemudian meninjau pekerjaan kelompok itu dan menemukan masih ada beberapa masalah. Mereka mendapatkan banyak orang melalui penyebaran Injil yang mereka lakukan, tapi beberapa dari petobat baru itu tak sejalan dengan prinsip. Beberapa tak punya kemanusiaan yang baik dan harus dikeluarkan, yang tak hanya menyia-nyiakan sumber daya, tapi juga merepotkan gereja. Makin banyak menindaklanjuti pekerjaan mereka, makin banyak masalah spesifik yang kutemukan, dan makin aku sadar bahwa selama ini aku tak melakukan kerja nyata. Aku hanya melihat permukaan—saat pekerjaan tampak berjalan lancar, kupikir tak ada yang punya masalah dalam tugas mereka. Aku menyelidiki secara dangkal. Aku tahu betapa menyedihkan aku tak memahami kebenaran, dan memperingatkan diriku bahwa, di masa depan, aku harus memandang segala hal berdasarkan kebenaran, memenuhi tanggung jawabku, dan mengawasi pekerjaan orang-orang di bawah pengawasanku. Aku juga merasakan betapa pentingnya tuntutan Tuhan agar pemimpin melakukan pekerjaan mendetail Secara langsung. Ini benar-benar membantu kita melangkah ke jalan untuk melakukan tugas kita dengan cara yang memenuhi standar.

Aku membaca lebih banyak firman Tuhan setelah itu: "Jika engkau benar-benar memiliki tingkat kualitas tertentu, benar-benar menguasai keterampilan profesional dalam lingkup tanggung jawabmu, dan berpengalaman dalam profesimu, maka engkau hanya perlu mematuhi satu frasa, dan kemudian engkau akan mampu setia pada tugasmu. Apakah frasa tersebut? 'Lakukanlah dengan segenap hatimu.' Jika engkau melakukan segala sesuatu dengan segenap hatimu dan mengawasi orang dengan segenap hatimu, engkau akan mampu setia dan bertanggung jawab dalam tugasmu. Apakah frasa ini mudah diterapkan? Bagaimana caramu menerapkannya? Itu bukan berarti menggunakan telingamu untuk mendengar, atau pikiranmu untuk berpikir; itu berarti menggunakan hatimu. Jika orang benar-benar mampu menggunakan hatinya, ketika matanya melihat seseorang melakukan sesuatu, bertindak dengan cara tertentu, atau memiliki semacam tanggapan terhadap sesuatu, atau ketika telinganya mendengar pendapat atau argumen seseorang, dengan menggunakan hatinya untuk memikirkan dan merenungkan hal-hal ini, beberapa ide, pandangan, dan sikap akan muncul di benaknya. Gagasan, pandangan, dan sikap ini akan membuatnya memiliki pemahaman yang mendalam, spesifik, dan benar tentang orang atau hal tersebut, dan pada saat yang sama, akan menghasilkan penilaian dan prinsip yang sesuai dan benar. Hanya ketika seseorang memiliki perwujudan seperti ini karena menggunakan hatinya, itu berarti bahwa dia setia terhadap tugasnya" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (7)"). Firman Tuhan menunjukkan jalan penerapan kepadaku. Untuk melakukan tugasku dengan baik, aku harus belajar memberi perhatian penuh dan bertanggung jawab. Aku harus mengambil tindakan nyata atas semua hal yang kulihat dan kudengar untuk memasuki hatiku Dan menemukan masalah dalam tugasku. Jika tidak, aku hanya bekerja asal-asalan, buta terhadap masalah apa pun. Aku juga harus mengerahkan segala dayaku untuk menyelesaikan masalah yang kutemukan, mencari bantuan dari orang-orang di atasku saat tak bisa memperbaiki sesuatu, bekerja dan mencapai sebaik mungkin, memenuhi tanggung jawabku, punya nurani yang jernih, dan menerima pengawasan Tuhan. Aku tak bisa mengandalkan gagasan dan imajinasiku dalam tugas. Aku harus mengikuti prinsip kebenaran dan tuntutan Tuhan Sampai masalah terselesaikan. Meskipun masih banyak masalah dalam pekerjaan kami, aku harus berusaha sekeras mungkin menyelesaikannya, dan sebaik apa pun itu berjalan, Aku harus lebih dulu belajar mencurahkan hatiku ke situ dan memenuhi tanggung jawabku. Pekerjaan Injil penting bagi rumah Tuhan, dan di waktu yang kritis ini, jika aku terus menganggap enteng tugasku, mencari kenyamanan dan melindungi kepentingan sendiri, itu adalah cara hidup yang egois dan tercela. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, tingkat pertumbuhanku kecil dan aku tak punya kualitas hebat, tapi aku ingin mengerahkan segalanya ke dalam tugasku Dan hidup sesuai dengan tuntutan-Mu."

Kemudian, aku mendapati pekerjaan Injil gereja tak efektif, terutama karena beberapa pekerja Injil masih baru Dan tak memahami kebenaran tentang menjadi saksi atas pekerjaan Tuhan. Jadi, aku mengatur agar Li Mei memberi mereka instruksi nyata. Pertama, aku akan menganalisis gagasan agama calon penerima Injil Dan memahami masalah para pekerja Injil bersama Li Mei. Namun, saat pekerjaanku sendiri mulai sibuk, aku berpikir untuk menyerahkan semua masalah itu kepada Li Mei, sehingga aku tak perlu terlalu mengkhawatirkannya. Saat pikiran itu muncul, aku merasa bersalah. Pekerjaan Injil tak berjalan dengan baik, dan Li Mei ingin membicarakannya denganku setelah tahu tentang masalah itu, tapi aku ingin mengalihkan pekerjaan berat itu kepadanya, seperti seorang birokrat. Itu tercela. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan dan dengan sadar memberontak terhadap daging. Saat Li Mei memberiku masukan tentang masalah ini, aku benar-benar terlibat, bersekutu dengannya, dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah itu. Dengan kerja sama nyata ini, aku bisa lebih cepat memahami pekerjaan dan perkembangan kelompok, lalu segera menemukan dan menyelesaikan masalah serta kesulitan para pekerja Injil. Aku melihat tuntunan Tuhan melalui kerja sama nyata ini. Beberapa pekerja Injil baru perlahan mulai memahami prinsip, pekerjaan Injil pun lebih membuahkan hasil, dan beberapa petobat baru menjalankan tugas segera setelah menerima pekerjaan baru Tuhan. Meskipun belakangan ini aku menghabiskan lebih banyak waktu dan energi, jika aku benar-benar mencurahkah hati pada tugas, itu tak terasa sulit atau melelahkan. Sebenarnya, aku telah memiliki lebih banyak prinsip kebenaran, juga dengan menenangkan diri di hadapan Tuhan dalam doa dan mencari saat punya masalah, aku makin dekat dengan Tuhan dan lebih fokus dalam tugasku. Aku masih punya banyak kekurangan dalam tugasku. Aku masih jauh dari melakukannya dengan cara yang memenuhi standar. Namun, melalui pengalamanku, aku telah merenungkan dan belajar tentang masalahku tak melakukan kerja nyata, dan aku punya arah tentang cara melakukan tugasku di masa depan. Semua yang kudapatkan adalah berkat pencerahan dan tuntunan firman Tuhan.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Keputusan yang Tak Terubahkan

Oleh Saudari Bai Yang, TiongkokSaat aku berusia 15 tahun, ayahku mendadak sakit dan meninggal dunia. Ibuku tak mampu menerima pukulan ini...

Keegoisan Itu Keji

Oleh Saudari Yang Shuo, TiongkokPada awal tahun 2021, aku dan Saudari Zhang Yichen bersama-sama membantu gereja yang baru didirikan. Yichen...

Aib dari Masa Laluku

Oleh Saudari Li Yi, TiongkokPada Agustus 2015, aku dan keluargaku pindah ke Xinjiang. Aku pernah mendengar bahwa Partai Komunis telah...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh