Apa Sesungguhnya Latar Belakang Pekerjaan yang Sembrono

27 Februari 2023

Oleh Saudari XinChe, Korea

Belum lama ini, saudari yang meninjau video menunjukkan bahwa kualitas video yang belakangan kubuat tak bagus, dan dia temukan banyak masalah. Katanya kalau aku lebih perhatian saat membuatnya, masalahnya bisa kutemukan, dan tak perlu direvisi. Katanya aku harus lebih hati-hati dan perhatian dalam mengerjakan tugas. Aku menjawab iya, tapi dalam hati kupikir, "Aku tak yakin itu masalah yang penting. Bagaimana kalau akhirnya waktu dan tenagaku habis untuk memperbaiki beberapa kesalahan kecil? Sungguh tidak produktif. Keahlianku kurang, untuk memperbaiki masalah ini aku harus melakukan riset, dan belum tentu aku dapat solusinya, buat apa berusaha? Lagipula, masih banyak video yang harus kubuat, mana ada waktu memperbaiki semua masalah dengan sempurna? Kalian ahli dan lebih baik dariku dalam menemukan masalah, tak bisakah masalahnya kuperbaiki setelah kalian temukan? Tak terlalu merepotkan." Kuabaikan peringatan saudariku begitu saja. Setelah itu, setiap menemukan masalah yang aku tak yakin, aku tak mau menghabiskan waktu dan tenaga memikirkannya atau mencari prinsip. Selalu kubiarkan agar para pemeriksa yang selesaikan. Kadang aku khawatir, "Apa aku mengerjakan tugas asal-asalan?" Tapi segera kutekan teguran hati nurani itu dengan alasan: "Aku melakukannya demi kelancaran kerja. Kalau keahlianku kurang, biar saja orang lain yang periksa. Aku tak mau sia-sia membuang waktu dengan masalah ini." Setelah itu, pemeriksa kadang mengatakan video yang kubuat masih kasar, dan banyak masalah. Saat mendengarnya, kujawab iya tanpa berpikir. Dalam hati aku tak terima.

Setelah pemimpin kelompok dengan tegas berkata, "Videomu terlalu banyak masalah, kau tak perbaiki masalah yang jelas-jelas bisa diperbaiki, kau hanya menyerahkannya kepada saudari yang meninjau. Kau sembrono dan tak bertanggungjawab dalam melakukan tugas. Biasanya tak lama meninjau sebuah video, tapi karena pekerjaanmu sangat kasar dan kau tak menyelesaikan masalah bahkan yang sangat jelas, makan waktu dua kali bahkan lebih meninjau videomu. Apa menurutmu ini tak mengganggu?" Pemimpin kelompok juga bersekutu: "Mengerjakan pekerjaan dengan baik harus hati-hati dan teliti, berusaha sebaik-baiknya dalam mengerjakan tugas. Kalau semua orang tak bertanggung jawab, hanya menyerahkan masalah ke orang lain, mereka yang tertekan, dan kemajuan pekerjaan keseluruhan akan tertunda." Awalnya aku masih mencari alasan membenarkan diri, tapi dalam hati, aku sadar pemimpin kelompok menunjukkannya atas izin Tuhan. Terpikir saudari yang meninjau videoku telah mengingatkanku beberapa kali, tapi tak pernah kumasukkan ke hati. Sikap sembronoku yang seperti ini sungguh bermasalah.

Kemudian, aku membaca sebuah kesaksian, dan penggalan firman Tuhan di dalamnya yang mengaduk hatiku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apa arti muak akan kebenaran? Artinya saat diperhadapkan dengan apa pun yang berkaitan dengan hal-hal positif, kebenaran, apa yang Tuhan tuntut, dan kehendak Tuhan, orang tidak tertarik; terkadang mereka merasa jijik akan hal-hal ini, terkadang mereka menjauh darinya, terkadang mereka memiliki sikap yang tidak hormat dan masa bodoh, dan memperlakukannya sebagai hal yang tidak penting, dan sikap mereka tidak tulus dan acuh tak acuh, atau tidak bertanggung jawab terhadapnya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Memahami Enam Jenis Watak Rusak adalah Satu-Satunya Pengenalan Diri yang Sejati"). "Tuhan tidak membenci kualitas buruk manusia, Dia tidak membenci kebodohan mereka, dan Dia tidak membenci bahwa mereka memiliki watak yang rusak. Apa yang paling Tuhan benci dalam diri manusia? Tuhan paling benci ketika orang muak akan kebenaran. Jika engkau muak akan kebenaran, maka karena hal itu saja, Tuhan tidak akan pernah berkenan akan engkau. Ini tidak dapat diubah. Jika engkau muak akan kebenaran, jika engkau tidak mencintai kebenaran, jika sikapmu terhadap kebenaran adalah sikap yang tidak peduli, menghina, dan sombong, atau bahkan merasa jijik, menentang dan menolaknya—jika perilakumu seperti ini, Tuhan benar-benar membencimu, dan engkau pasti tidak akan diselamatkan. Jika engkau benar-benar mencintai kebenaran di dalam hatimu, tetapi memiliki kualitas yang sedikit buruk dan kurang wawasan, dan sedikit bodoh; jika engkau terkadang melakukan kesalahan, tetapi tidak berniat melakukan kejahatan, dan hanya melakukan beberapa hal bodoh; jika di dalam hatimu, engkau mau mendengarkan persekutuan Tuhan tentang kebenaran, dan di dalam hatimu, engkau rindu akan kebenaran; jika sikapmu dalam memperlakukan kebenaran dan firman Tuhan adalah sikap yang tulus dan penuh kerinduan, dan engkau dapat menghargai dan menghormati firman Tuhan—ini sudah cukup. Tuhan menyukai orang semacam itu. Meskipun terkadang engkau mungkin sedikit bodoh, Tuhan tetap menyukaimu. Tuhan menyukai hatimu yang merindukan kebenaran, dan Dia menyukai sikapmu yang tulus terhadap kebenaran. Jadi, Tuhan berbelas kasihan terhadapmu dan selalu menunjukkan kebaikan kepadamu. Dia tidak memandang kualitasmu yang buruk atau kebodohanmu, juga tidak memandang pelanggaranmu. Karena sikapmu terhadap kebenaran adalah tulus dan berhasrat, dan hatimu benar; sehingga karena hati dan sikapmulah yang Tuhan hargai, Dia akan selalu berbelas kasihan terhadapmu, dan Roh Kudus akan bekerja dalam dirimu, dan engkau memiliki harapan untuk diselamatkan. Di sisi lain, jika engkau keras hati dan memanjakan diri sendiri, jika engkau muak akan kebenaran, dan tak pernah mengindahkan firman Tuhan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebenaran, tidak pernah memperhatikan kebenaran, dan bersikap bermusuhan dan menghina dari lubuk hatimu, maka seperti apakah sikap Tuhan terhadapmu? Jijik, muak, dan murka yang tak henti-hentinya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik, Memahami Kebenaran Sangatlah Penting"). Saat membaca firman Tuhan aku mengerti kenapa pada prinsipnya aku tahu aku tidak perhatian dan sembrono dalam tugas, tapi tak pernah menganggap serius. Rupanya aku muak akan kebenaran dan punya watak keras hati. Saudariku telah beberapa kali mengingatkanku bahwa videoku kasar dan aku harus lebih berhati-hati. Ini perbuatan baik, dia membantuku. Secara verbal aku paham ucapannya, tapi tak pernah masuk ke hati. Bahkan di kepala aku selalu mencari-cari alasan. Sikap tak sopan ini menunjukkan aku muak akan kebenaran, dan Tuhan benci. Kalau aku selalu memperlakukan orang dan semua hal di sekitarku dengan tidak sopan dan menghina, berapa kali pun orang berusaha mengingatkanku atau membantuku, aku tak akan tumbuh atau mendapat hasil apa pun. Firman Tuhan sangat jelas. Ketidakpedulian, kualitas buruk dan watak yang rusak bukan penyakit mematikan, tapi punya hati yang keras, muak akan kebenaran, selalu menanggapi keadaan yang diatur oleh Tuhan dengan sikap tidak hormat dan melawan, dan tak mau mencari kebenaran atau belajar, mustahil kau beroleh kebenaran atau diselamatkan Tuhan. Kalau aku tidak bertobat atau memperbaiki jalanku, selain mengerjakan tugas dengan buruk, pada akhirnya, aku akan disingkirkan Tuhan. Saat menyadarinya barulah aku merasa takut. Aku tak boleh lagi memiliki sikap sembrono dalam tugas. Aku harus segera merenung dan bertobat kepada Tuhan. Beberapa hari itu aku sering berdoa kepada Tuhan, meminta pencerahan dan membantuku mengenali diri. Aku pun secara sadar makan dan minum firman Tuhan mengenai hal ini.

Satu hari, aku membaca firman Tuhan ini. "Sebenarnya, tidaklah terlalu sulit untuk melaksanakan tugasmu dengan baik. Ini hanyalah masalah memiliki hati nurani dan nalar, masalah bersikap jujur dan rajin. Ada banyak orang tidak percaya yang bekerja dengan sungguh-sungguh dan menjadi sukses sebagai hasilnya. Mereka tidak memahami prinsip kebenaran apa pun, jadi mengapa mereka mampu melaksanakan tugas dengan baik? Itu karena mereka sepenuh hati dan rajin sehingga mereka dapat bekerja dengan sungguh-sungguh, teliti, dan menyelesaikan segala sesuatunya dengan mudah. Tidak ada tugas rumah Tuhan yang sangat sulit. Asalkan engkau mengerjakannya dengan segenap hatimu dan berupaya sebaik mungkin, engkau akan dapat melakukannya dengan baik. Jika engkau tidak jujur, dan tidak rajin dalam apa pun yang kaulakukan, jika engkau selalu berusaha menghindari masalah, jika engkau selalu acuh tak acuh dan asal-asalan dalam segala sesuatunya, jika engkau tidak melaksanakan tugasmu dengan baik, mengacaukan segala sesuatunya dan mengakibatkan kerugian terhadap rumah Tuhan, itu berarti engkau sedang melakukan kejahatan, dan itu akan menjadi pelanggaran yang membuat Tuhan jijik. Selama momen-momen penting dalam mengabarkan Injil, jika engkau tidak memperoleh hasil yang baik dalam tugasmu dan tidak memainkan peran positif, atau jika engkau menyebabkan gangguan dan kekacauan, tentu saja engkau akan membuat Tuhan jijik dan engkau akan diusir serta kehilangan kesempatanmu untuk diselamatkan. Ini akan menjadi penyesalan abadimu! Peninggian Tuhan terhadapmu karena melaksanakan tugasmu adalah satu-satunya kesempatanmu untuk diselamatkan. Jika engkau tidak bertanggung jawab, menganggap enteng tugasmu dan asal-asalan, berarti itulah sikapmu dalam memperlakukan kebenaran dan Tuhan. Jika engkau tidak sedikit pun tulus atau taat, bagaimana engkau bisa memperoleh keselamatan Tuhan? Waktu sangat berharga saat ini; setiap hari dan setiap detik sangatlah penting. Jika engkau tidak mengejar kebenaran, jika engkau tidak berfokus pada jalan masuk kehidupan, dan jika engkau asal-asalan dan menipu Tuhan dalam tugasmu, itu benar-benar tak berakal sehat dan berbahaya! Segera setelah engkau membuat Tuhan jijik dan diusir, Roh Kudus tidak akan lagi bekerja di dalam dirimu, dan tidak ada jalan kembali dari keadaan itu" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). "Orang macam apa yang Tuhan selamatkan? Dapat dikatakan bahwa orang yang Tuhan selamatkan adalah orang yang memiliki hati nurani dan nalar serta mampu menerima kebenaran, karena hanya orang yang memiliki hati nurani dan nalar yang dapat menerima dan mencintai kebenaran, dan asalkan mereka memahami kebenaran, mereka dapat menerapkannya. Orang yang tidak berhati nurani dan tak bernalar adalah orang yang tidak memiliki kemanusiaan; dalam bahasa sehari-hari, kita berkata mereka tidak memiliki kebajikan. Natur macam apakah tidak memiliki kebajikan itu? Itu adalah natur yang tidak memiliki kemanusiaan, tidak layak disebut manusia. Seperti kata pepatah, engkau bisa tidak memiliki apa pun kecuali kebajikan; tanpa kebajikan tamatlah riwayatmu, dan engkau bukan lagi manusia. Lihatlah setan-setan dan raja iblis yang berupaya keras untuk memberontak terhadap Tuhan dan merugikan umat pilihan-Nya. Bukankah mereka tidak memiliki kebajikan? Ya; mereka benar-benar tidak memilikinya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Meski aku pernah membaca firman Tuhan ini, aku tak pernah serius memakainya untuk merenung. Hatiku sangat kacau saat membacanya kembali. Ya, Tuhan tidak meminta banyak dariku atau memaksa melebihi kemampuanku, Tuhan tidak berharap aku membuat video yang sempurna tanpa cacat, hanya memintaku rajin, teliti dan berusaha maksimal. Meski keahlianku terbatas, dan ada beberapa masalah yang tak bisa kutemukan, kalau melakukan yang terbaik, aku sudah memenuhi tanggungjawab. Tapi apa yang kulakukan? Ada beberapa masalah yang jelas bisa kutemukan. Aku hanya perlu berpikir hati-hati dan meluangkan sedikit waktu memperbaikinya, tapi aku tak mau berusaha. Supaya tak repot, kubebankan pekerjaan itu ke orang lain. Dengan begitu aku tak perlu sengsara atau bersusah-payah dan pekerjaanku tetap selesai. Aku jago kerja asal-asalan dan bermalas-malasan. Seakan tampak aku sudah membuat banyak video, dan pekerjaanku efisien, tapi kenyataannya, orang lain yang berusaha memperbaiki masalahnya. Aku hanya bermalas-malasan. Aku persis orang yang digambarkan Tuhan, tak bermoral dan tak punya kemanusiaan. Namanya saja aku sudah membuat video-video itu, tapi kenyataannya, entah berapa banyak waktu orang habiskan untuk meninjaunya. Seharusnya hanya satu jam untuk meninjau sebuah video, tapi orang lain menghabiskan waktu dua kali atau lebih lama untuk meninjau videoku. Orang lain sudah sibuk dengan tugasnya, masih kutambahkan pekerjaan dan memperlambat kemajuan keseluruhan pekerjaan. Perbuatanku sungguh merugikan orang lain demi keuntungan diri sendiri. Saudariku sudah berulang kali mengingatkan agar aku lebih serius dan hati-hati mengerjakan tugas, tapi tak pernah kutanggapi serius, bahkan mencari-cari alasan untuk bertindak asal-asalan. Kukatakan aku melakukannya demi efisiensi kerja dan produktivitas. Aku sungguh tidak bertanggung jawab! Sebenarnya ada beberapa masalah yang tak bisa kuselesaikan karena aku kurang ahli, tapi seharusnya aku bisa diskusikan dengan saudara-saudari dan bisa perbaiki sebagian masalah. Sehingga aku tak membebankan semua masalahku ke orang lain. Tapi aku bahkan tak bersedia berkorban, aku sungguh tak punya kemanusiaan! Lalu aku baca lagi firman Tuhan: "Ada orang-orang yang, pekerjaan atau tugas apa pun yang mereka lakukan, mereka tak mampu melakukannya, itu terlalu berat bagi mereka, mereka tak mampu memenuhi kewajiban atau tanggung jawab apa pun yang seharusnya orang lakukan. Bukankah mereka itu sampah? Apakah mereka masih layak disebut manusia? Kecuali orang-orang bodoh, cacat mental, dan mereka yang menderita berbagai gangguan fisik, adakah orang hidup yang tidak diharuskan melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka? Namun, orang seperti ini selalu licik dan bermain kotor, dan tidak ingin memenuhi tanggung jawab mereka; kesimpulannya mereka tidak ingin berperilaku seperti orang normal. Tuhan memberi mereka kualitas dan karunia, Dia memberi mereka kesempatan untuk menjadi manusia, tetapi mereka tak mampu memanfaatkan semua ini dalam melaksanakan tugas mereka. Mereka tidak melakukan apa-apa, tetapi ingin menikmati semuanya. Apakah orang seperti itu pantas disebut manusia? Pekerjaan apa pun yang diberikan kepada mereka—entah itu penting atau biasa, sulit atau sederhana—mereka selalu ceroboh dan asal-asalan, selalu malas dan licik. Ketika muncul masalah, mereka mencoba untuk mengalihkan tanggung jawab mereka kepada orang lain; mereka tidak memikul tanggung jawab, ingin tetap hidup dalam kehidupan parasit mereka. Bukankah mereka sampah yang tidak berguna? Di tengah masyarakat, siapa yang tidak perlu bergantung pada diri mereka sendiri untuk bertahan hidup? Setelah orang tumbuh dewasa, mereka harus mencukupi kebutuhan mereka sendiri. Orang tua mereka telah memenuhi tanggung jawab mereka. Meskipun orang tua mereka bersedia mendukung mereka, mereka akan merasa tidak nyaman akan hal itu, dan seharusnya dapat mengakui, 'Orang tuaku telah menyelesaikan pekerjaan mereka membesarkan anak-anak. Aku sudah dewasa, tubuhku sehat dan kuat—aku harus bisa hidup mandiri.' Bukankah inilah akal sehat yang minimal harus dimiliki orang dewasa? Jika orang benar-benar memiliki akal sehat, mereka tidak boleh terus merengek kepada orang tua mereka; mereka pasti takut ditertawakan orang lain, takut dipermalukan. Jadi, apakah orang yang bermalas-malasan memiliki akal sehat? (Tidak.) Mereka selalu menginginkan sesuatu tanpa usaha, mereka tidak pernah ingin bertanggung jawab, mereka mencari makan siang gratis, mereka ingin makan tiga kali sehari—dan ada orang yang melayani mereka, dan selalu tersedia makanan lezat—tanpa melakukan pekerjaan apa pun. Bukankah ini pola pikir parasit? Dan apakah orang yang parasit memiliki hati nurani dan akal? Apakah mereka memiliki martabat dan integritas? Sama sekali tidak; mereka semua para pendompleng yang tidak berguna, mereka semua binatang buas yang tidak berhati nurani ataupun bernalar. Tak seorang pun dari mereka layak untuk tetap berada di rumah Tuhan" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja). Saat membaca firman Tuhan, wajahku merah padam. Dalam hidup, setiap orang punya tanggung jawab, tugas yang harus dikerjakan. Kalau memenuhi tanggung jawab sendiri saja tak bisa, kita sungguh orang yang tak berguna. Bukankah aku seperti itu? Aku bertanggung jawab membuat video, seharusnya apa pun kulakukan untuk membuatnya dengan baik. Itu tanggung jawabku. Aku tak boleh sembrono mengerjakannya hanya karena ada yang meninjaunya. Dengan begitu aku asal-asalan, malas-malasan, berusaha menghindari tanggung jawab, dan mencari-cari alasan untuk meneruskan tanggung jawab ini ke orang lain. Aku bertanya pada diri sendiri, "Aku melimpahkan tanggung jawab ini kepada orang lain, lalu apa perananku yang sebenarnya? Kualitasku biasa saja, dan keahlianku terbatas. Kalau aku tak kerja keras dan berkorban, bagaimana aku bisa melakukan tugas dengan baik?" Bertahun-tahun aku percaya kepada Tuhan, menikmati banyak kasih karunia dari-Nya. Kini aku bahkan tak melakukan tugas yang kubisa dengan baik, aku sungguh tak punya hati nurani, benar-benar tidak punya kemanusiaan! Orang yang punya kemanusiaan, punya karakter, tahu mereka harus memperhatikan kehendak Tuhan, melakukan tugas dengan baik, dan membalas kasih-Nya. Meski tak mengerti banyak tentang kebenaran dan tak bisa melakukan hal-hal besar, setidaknya mereka bisa menjalankan kewajiban, dan dengan sungguh memenuhi fungsinya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Tapi tak mau repot, aku asal-asalan mengerjakan tugas. Pekerjaan itu jelas tak terlalu sulit, tapi tetap aku mencari peluang untuk bermalas-malasan. Aku sungguh orang yang licik tanpa martabat atau integritas. Setelah merenungkannya, aku sangat menyesal, dan tak ingin terus asal-asalan seperti ini. Aku hanya ingin mengerjakan tugas penuh perhatian, dan menjalankan tanggung jawab.

Kemudian aku membaca firman Tuhan. "Ada orang-orang yang sama sekali tidak mau menderita dalam tugas mereka, yang selalu mengeluh setiap kali menghadapi masalah dan tidak mau membayar harga. Sikap macam apakah itu? Ini adalah sikap yang asal-asalan. Apa hasilnya jika engkau asal-asalan dalam melaksanakan tugasmu dan menganggap enteng tugasmu? Hasil pelaksanaan tugasmu akan buruk, meskipun engkau sanggup melakukannya dengan baik—hasilnya tidak akan memenuhi standar, dan Tuhan tidak akan puas dengan sikapmu terhadap tugasmu. Jika, engkau telah berdoa kepada Tuhan, mencari kebenaran dan mengerahkan segenap hati dan pikiran dalam tugasmu, jika engkau telah mampu bekerja sama seperti itu, maka Tuhan telah terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatunya bagimu, sehingga semuanya berjalan baik saat engkau melakukannya, dan hasilnya pasti baik. Engkau tidak perlu mengerahkan banyak tenaga; ketika engkau berupaya sekeras mungkin untuk bekerja sama, Tuhan akan telah mengatur segala sesuatunya untukmu. Jika engkau licik serta curang, jika engkau acuh tak acuh terhadap tugasmu, dan selalu menyimpang, Tuhan tidak akan bertindak; engkau akan kehilangan kesempatan ini, dan Tuhan akan berkata, 'Engkau tidak cukup baik; engkau tidak berguna. Sana menyingkirlah. Engkau suka bersikap curang dan licik, bukan? Engkau suka bermalas-malasan dan bersantai, bukan? Kalau begitu, bersantailah selamanya!' Tuhan akan memberikan kasih karunia dan kesempatan ini kepada orang lain. Menurut pendapatmu: ini kerugian atau keuntungan? (Kerugian.) Ini adalah kerugian yang teramat besar!" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Saat menemukan masalah dalam proses membuat video dan tak yakin, kalau aku rajin dan mau berkorban, berdoa dan mencari, Tuhan akan memberi pencerahan dan membuatku paham inti permasalahannya. Dengan begitu aku berkembang dalam tugas, dan bisa menutupi kekuranganku. Aku akan beroleh hasil dan kemajuan dalam keahlian juga jalan masuk kehidupan. Aku berpikir ketika menemui masalah, aku berusaha melimpahkannya ke orang lain. Pada akhirnya, mereka beroleh hasil dengan mencari dan memikirkannya, mereka mengalami perkembangan dalam tugas dan kemajuan dalam hidup, sementara aku hanya menyelesaikan tugas, tak beroleh apa-apa. Aku sangat bodoh bukan? Pada akhirnya aku yang kalah. Terlebih lagi, Tuhan jijik dan benci akan sikapku memperlakukan tugas, maka Dia tak akan memberi pencerahan dan menerangiku. Gara-gara ini, aku buta dan tak memahami masalah apa pun. Kalau tidak bertobat, selain watak hidupku tak berubah sama sekali, aku tak membuat kemajuan dalam tugas. Kalau tak ada yang meninjau dan memeriksa pekerjaanku dan aku mengerjakannya dengan jelek, bukankah aku orang yang tak berguna? Setelah memikirkannya aku paham bahwa dengan asal-asalan dan malas-malasan, bukan saja aku menipu Tuhan dan menunda pekerjaan gereja, aku juga menipu dan menghancurkan diri sendiri. Pemikiran itu membuatku sedih, selanjutnya aku hanya ingin melakukan tugas dengan penuh perhatian dan memenuhi tanggung jawab, dan tak lagi mencari alasan untuk bermalas-malasan atau bertindak asal-asalan. Kemudian, aku membaca firman Tuhan. "Ketika orang memiliki watak yang rusak, mereka sering bersikap asal-asalan dan ceroboh saat melaksanakan tugas mereka. Ini adalah salah satu masalah yang paling serius. Jika orang ingin melaksanakan tugas mereka dengan benar, mereka harus terlebih dahulu menangani masalah sikap yang asal-asalan dan ceroboh ini. Selama mereka memiliki sikap yang asal-asalan dan ceroboh, mereka tidak akan mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik, yang berarti bahwa membereskan masalah sikap yang asal-asalan dan ceroboh adalah sangat penting. Jadi, bagaimana mereka harus menerapkannya? Pertama, mereka harus menyelesaikan masalah keadaan pikiran mereka; mereka harus memperlakukan tugas mereka dengan benar, dan melakukan segala sesuatu dengan serius dan rasa tanggung jawab, tanpa bersikap curang atau asal-asalan. Orang melaksanakan tugasnya adalah untuk Tuhan, bukan untuk seorang manusia pun; jika orang mampu menerima pemeriksaan Tuhan, mereka akan memiliki keadaan pikiran yang benar. Selain itu, setelah melakukan sesuatu, orang harus memeriksanya dan merenungkannya, dan jika ada keraguan di hati mereka, dan setelah pemeriksaan yang saksama, mereka mendapati bahwa memang ada masalah, mereka harus melakukan perubahan; setelah perubahan ini dilakukan, mereka tidak akan lagi memiliki keraguan di hati mereka. Ketika orang memiliki keraguan, ini membuktikan ada masalah, dan mereka harus dengan rajin memeriksa apa yang telah mereka lakukan, terutama pada tahap-tahap penting. Ini adalah sikap yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas. Jika orang mampu bersikap serius, bertanggung jawab, dan mencurahkan segenap hati dan kekuatan mereka, pekerjaan akan terlaksana dengan baik. Terkadang, engkau sedang berada dalam keadaan pikiran yang salah, dan tidak bisa mendapati atau menemukan kesalahan yang jelas seperti terang di siang hari. Jika engkau berada dalam keadaan pikiran yang benar, maka dengan pencerahan dan bimbingan Roh Kudus, engkau akan mampu mengenali masalahnya. Jika Roh Kudus membimbingmu dan memberimu suatu kesadaran, memungkinkanmu untuk merasakan kejelasan dalam hatimu dan tahu di mana letak kesalahannya, maka engkau akan mampu memperbaiki penyimpangan itu dan berjuang melakukan kebenaran. Jika keadaan pikiranmu salah, dan engkau teralihkan serta ceroboh, akan mampukah engkau melihat kesalahan tersebut? Tidak akan. Menunjukkan apa hal ini? Ini menunjukkan bahwa untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, sangatlah penting untuk orang bekerja sama; kerangka berpikir mereka sangat penting, dan ke mana mereka mengarahkan pemikiran dan niat mereka sangatlah penting. Tuhan memeriksa dan dapat melihat bagaimana keadaan pikiran orang saat mereka melaksanakan tugas mereka, dan berapa banyak tenaga yang mereka kerahkan. Sangatlah penting bagi orang untuk berusaha dengan segenap hati dan kekuatan mereka dalam apa yang mereka lakukan. Kerja sama merupakan unsur yang sangat penting. Jika orang berusaha untuk tidak menyesali tugas yang telah mereka selesaikan dan hal-hal yang telah mereka lakukan, dan tidak berutang kepada Tuhan, barulah mereka akan bertindak dengan segenap hati dan kekuatan mereka" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). "Misalkan gereja memberimu pekerjaan untuk kaulaksanakan, dan engkau berkata, 'Entah pekerjaan itu dapat menjadi kesempatanku untuk menonjol atau tidak—karena pekerjaan itu diberikan kepadaku, aku akan melakukannya dengan baik. Aku akan menerima tanggung jawab ini. Jika aku ditugaskan untuk menjadi penyambut tamu, aku akan mengerahkan segenap kemampuanku untuk melakukan pekerjaan itu dengan baik; aku akan melayani saudara-saudari dengan baik, dan berusaha sebaik mungkin menjaga keselamatan semua orang. Jika aku ditugaskan untuk mengabarkan Injil, aku akan memperlengkapi diriku dengan kebenaran dan mengabarkan Injil dengan penuh kasih dan melaksanakan tugasku dengan baik. Jika aku ditugaskan untuk belajar bahasa asing, aku akan mempelajarinya dengan rajin dan berupaya keras, dan mempelajarinya dengan baik secepat mungkin, dalam waktu satu atau dua tahun agar aku dapat bersaksi tentang Tuhan kepada orang asing. Jika aku diminta untuk menulis artikel kesaksian, aku akan melatih diriku dengan sungguh-sungguh untuk melakukannya dan memandang segala sesuatu berdasarkan prinsip kebenaran; aku akan belajar tentang bahasa, dan meskipun aku mungkin tak mampu menulis artikel dengan prosa yang indah, setidaknya aku akan dapat menyampaikan pengalaman dan kesaksianku dengan jelas, mempersekutukan kebenaran dengan jelas, dan memberikan kesaksian yang nyata bagi Tuhan, sampai sedemikian rupa hingga ketika orang membaca artikelku, mereka merasa terdidik dalam kerohanian mereka dan memperoleh manfaat. Pekerjaan apa pun yang gereja tugaskan kepadaku, aku akan melaksanakannya dengan segenap hati dan kekuatanku. Jika ada sesuatu yang tidak kupahami atau muncul masalah, aku akan berdoa kepada Tuhan, mencari kebenaran, memahami prinsip kebenaran, dan melaksanakan pekerjaan itu dengan baik. Apa pun tugasku, aku akan berupaya sebaik mungkin untuk melaksanakannya dengan baik dan memuaskan Tuhan. Untuk apa pun yang dapat kucapai, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memikul semua tanggung jawab yang harus kutanggung, dan setidaknya, aku tidak akan menentang hati nurani dan nalarku, atau bersikap ceroboh dan asal-asalan, atau bersikap licik dan penuh tipu muslihat, atau menikmati hasil kerja orang lain. Semua yang kulakukan tidak akan berada di bawah standar hati nurani.' Ini adalah standar minimum manusia dalam berperilaku, dan orang yang melaksanakan tugas mereka dengan cara seperti itu dapat dianggap memenuhi syarat sebagai orang yang berhati nurani dan berakal sehat. Engkau setidaknya harus memiliki hati nurani yang bersih dalam melaksanakan tugasmu, dan engkau setidaknya harus merasa bahwa engkau layak mendapatkan makan tiga kali sehari dan tidak mengemis untuk itu. Ini disebut rasa tanggung jawab. Entah kualitasmu tinggi atau rendah, dan entah engkau memahami kebenaran atau tidak, engkau harus memiliki sikap ini: 'Karena pekerjaan ini diberikan kepadaku untuk kulaksanakan, aku harus memperlakukannya dengan serius; aku harus menganggapnya penting dan melaksanakannya dengan baik, dengan segenap hati dan kekuatanku. Tentang apakah aku dapat melaksanakannya dengan sempurna atau tidak, aku tidak bisa memberikan jaminan, tetapi sikapku adalah, aku akan berupaya sebaik mungkin untuk memastikan pekerjaan itu dilaksanakan dengan baik, dan aku pasti tidak akan bersikap ceroboh dan asal-asalan terhadap pekerjaan itu. Jika masalah muncul, aku harus bertanggung jawab, dan memastikan aku memetik pelajaran darinya dan melaksanakan tugasku dengan baik.' Inilah sikap yang benar. Apakah engkau semua memiliki sikap seperti itu?" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja). Dengan membaca firman Tuhan, aku menemukan jalan penerapan. Aku harus menjaga hati yang jujur dan bertanggung jawab saat melakukan tugas, dan perhatian membuat setiap video. Kalau merasa tidak yakin, aku harus memeriksa dan memikirkannya dengan lebih hati-hati. Meski kadang aku tak bisa menyelesaikannya sendiri, aku bisa mencari saudara-saudari yang ahli untuk mendiskusikannya, dan melakukan semua yang kubisa untuk memecahkan masalah. Hanya dengan melaksanakan tugas seperti ini aku bisa mendapat pencerahan Tuhan. Setelah memikirkannya, dengan penuh kesadaran kulakukan jalan penerapan ini. Saat menemukan masalah yang sulit, ingin bermalas-malasan dan membebankannya kepada yang lain lagi, aku berdoa dan tak ingin lagi asal-asalan dalam tugas. Aku tahu aku harus memenuhi tanggung jawab yang kubisa. Aku tak bisa melakukan hal yang dibenci Tuhan lagi. Jadi kudiskusikan masalah yang tak bisa kuselesaikan dengan yang lain. Lewat bersekutu dengan semua orang, aku bisa memecahkan beberapa masalah dan banyak belajar. Sebelumnya, saat menemukan masalah aku tak berhati-hati memikirkannya, hanya melimpahkannya ke orang lain. Setiap yang lain membahas masalah denganku, aku hanya mengikuti arahan mereka, tak punya ide sendiri, dan setelah menyelesaikan sebuah video, aku tak beroleh apa-apa. Tapi ketika yang lain menunjukkan masalah, aku memikirkannya dengan hati-hati, aku merasa banyak yang kuperoleh. Setelah menerapkannya beberapa saat, keahlianku sedikit meningkat, dan masalah videoku lebih sedikit dari sebelumnya. Aku juga sedikit lebih efisien menjalankan tugas. Baru kini aku merasa bahwa selama aku mengerjakan tugas penuh perhatian dan memikul tanggung jawab, aku merasa tenang dan damai, beroleh banyak dan membuat kemajuan. Jalan masuk kehidupan sungguh dimulai dengan rajin melakukan tugas. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Melepaskan Topeng

Oleh Saudari Ting Hua, Prancis Juni lalu, ketika baru saja mulai melakukan tugasku sebagai seorang pemimpin. Awalnya, karena aku fasih...

Tinggalkan Balasan