Di Balik Perselisihan dalam Keluarga

27 Juli 2022

Oleh Saudara Wang Zhi, Tiongkok

Pada awal tahun 2010, istriku melihat beberapa kabar bohong dan propaganda negatif di TV yang disebarluaskan oleh Partai Komunis tentang Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Dia takut aku akan ditangkap dan mulai menekanku. Suatu hari, dia berkata kepadaku dengan sangat marah, "Lihat apa yang mereka katakan di TV. Kilat dari Timur adalah target nasional untuk tindakan keras besar-besaran dan pembersihan. Orang percaya ditangkap dan dihukum di seluruh negeri, dan polisi mengerahkan masyarakat untuk memata-matai dan melaporkan mereka. Lepaskan imanmu! Jika kau ditangkap, anggota keluarga kita juga akan terlibat." Kukatakan kepadanya, "Partai Komunis berkuasa di Tiongkok, dan mereka membenci Tuhan lebih dari apa pun, jadi mereka secara khusus menganiaya orang percaya. Jalan iman adalah jalan penganiayaan. Sang Juruselamat, Tuhan Yang Mahakuasa telah datang untuk menyelamatkan umat manusia. Sekarang setelah berhasil menyambut kedatangan Tuhan kembali, aku tak boleh melepaskan imanku karena takut akan penganiayaan." Melihatku tak mau menerima nasihatnya, dia berusaha keras menghalangiku, tidak mengizinkanku menghadiri pertemuan atau melaksanakan tugasku.

Pernah ketika aku hendak pergi keluar, dia bergegas berdiri di depanku dan mencengkeramku sehingga aku tak bisa pergi. Akhirnya aku berhasil melepaskan diri dan keluar ke lorong, lalu dia berteriak, "Kau dilarang berkumpul!" Takut tetangga akan memperhatikan dan aku akan dilaporkan, aku segera kembali ke dalam dan menutup pintu. Dia mengancam, "Jika kau berani menghadiri pertemuan, aku akan melaporkanmu ke Biro Keamanan Publik! Aku mengenal semua orang lainnya di kelompokmu. Akan kulaporkan kalian semua dan meminta polisi menangkap kalian semua, lalu akan kita lihat apa kau tetap percaya!" Aku marah mendengarnya mengatakan itu. Aku memperingatkannya bahwa itu menyinggung Tuhan dan dia pasti dihukum. Dia sama sekali tak mau mendengarkan, dan terus bertengkar denganku hari demi hari untuk membuatku melepaskan imanku. Itu benar-benar membuatku kesal. Dia tak mengizinkanku membaca firman Tuhan di rumah dan mengawasi semua yang kulakukan.

Aku tak bisa menghadiri pertemuan untuk sementara waktu, dan itu membuatku sedih dan tersiksa. Aku menantikan hari di mana istriku berhenti menindasku agar bisa berkumpul dan melaksanakan tugas secara normal. Aku berdoa kepada Tuhan, memohon Dia membuka jalan untuk aku keluar dari situasi itu. Kemudian, aku teringat sebuah lagu pujian firman Tuhan.

1. Tuhan yang berinkarnasi mengalami segala macam ejekan, caci maki, penghakiman, dan kutukan. Dia juga dikejar oleh Iblis dan ditolak serta ditentang oleh kalangan keagamaan. Tak seorang pun mampu mengobati luka di hati-Nya ini! Dia menyelamatkan manusia yang rusak dengan kesabaran luar biasa; Dia mengasihi manusia dengan hati yang terluka. Ini adalah pekerjaan yang paling menyakitkan. Penentangan, kutukan dan fitnah, tuduhan palsu, penganiayaan kejam manusia, juga perburuan dan pembantaian yang mereka lakukan menyebabkan daging Tuhan menghadapi bahaya ekstrem dalam melakukan pekerjaan ini. Dia menderita rasa sakit ini, tetapi siapakah yang mampu memahami diri-Nya dan siapakah yang mampu menghibur hati-Nya?

2. Tuhan Yesus bekerja di bumi dan hidup selama tiga puluh tiga setengah tahun. Hanya setelah Dia disalibkan, mati, dibangkitkan dan menampakkan diri kepada manusia selama empat puluh hari, barulah Dia mengalami kelegaan, dan dengan demikian mengakhiri tahun-tahun hidup-Nya yang menyakitkan bersama manusia. Namun, hati Tuhan selalu menderita rasa sakit yang sama seperti ini karena mengkhawatirkan tempat tujuan manusia. Rasa sakit ini tidak dapat dipahami siapa pun, juga tidak dapat ditanggung oleh siapa pun. Sejak semula, yang dinyatakan oleh seluruh pekerjaan daging inkarnasi adalah kasih; hakikat dari pekerjaan-Nya adalah kasih; Dia telah menyerahkan semua milik-Nya, segenap diri-Nya bagi umat manusia.

Dikutip dari "Dengan Penuh Luka, Tuhan Mengasihi Manusia" dalam "Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru"

Aku benar-benar tersentuh ketika merenungkan lagu pujian ini, dan dapat merasakan kasih Tuhan kepada manusia. Tuhan telah mengalami penderitaan dan penghinaan yang luar biasa dalam dua inkarnasi untuk menyelamatkan kita! Raja Herodes ingin membunuh Tuhan Yesus sejak Dia lahir, dan setelah Dia mulai bekerja, Dia diejek, difitnah dan dikutuk oleh orang Farisi. Pada akhir zaman, Tuhan Yang Mahakuasa mengambil risiko ribuan kali lebih besar daripada pada Zaman Kasih Karunia, berinkarnasi di sarang si naga merah yang sangat besar untuk bekerja dan menyelamatkan umat manusia. Dia menghadapi pengejaran dan kecaman Partai Komunis, penolakan dan fitnah oleh dunia keagamaan. Tuhan menanggung segala macam kesengsaraan dalam keheningan agar dapat menyelamatkan kita. Kini setelah aku mengikuti Tuhan, mengejar keselamatan, untuk apa menanggung sedikit penderitaan itu? Aku selalu berkata ingin mengasihi Tuhan, dan selalu mengikuti Dia sampai akhir melewati penderitaan dan penindasan, tapi aku kurang beriman ketika berada dalam keadaan yang nyata. Di manakah kesaksianku? Menyadari yang dahulu kupahami adalah doktrin harfiah, aku merasa sangat malu. Dalam hati, aku bertekad, apa pun penindasan atau rintangan yang kuhadapi, aku mau mengikuti Tuhan sampai akhir. Pada hari-hari selanjutnya, istriku terus menghalangiku, pantang menyerah sampai dia mencapai tujuannya. Namun berkat bimbingan firman Tuhan, aku tak lagi merasa dikendalikan.

Beberapa waktu kemudian, suatu hari, sepulang bekerja aku sadar istriku telah menemukan dan merobek sebuah buku firman Tuhan dan merusak beberapa CD lagu pujian yang kusembunyikan. Dengan marah, kutanya kepadanya, "Mengapa kau merobek buku dan merusak CD-ku? Kau sangat membenci dan menentang Tuhan, dan bahkan ingin saudara-saudari ditangkap. Kau akan dihukum." Dia berkata dengan kejam, "Aku takkan membiarkanmu percaya meskipun aku dihukum!" Dia terus membuat keributan, tapi melihatku tak mau mendengarkan, dia berkata dengan kesal, "Jika kau mempertahankan imanmu, aku mau bercerai!"

Mendengarnya mengatakan dia ingin bercerai sangat menyedihkan. Selama pernikahan kami, dia selalu merawatku dengan sangat baik, dan selama bertahun-tahun kami hampir tak pernah bertengkar. Semua orang sangat mengagumi kami. Aku merasa keberatan pada kemungkinan terjadi perceraian. Kemudian, aku teringat sesuatu yang Tuhan katakan: "Orang percaya dan orang tidak percaya sama sekali tidak sesuai; sebaliknya mereka saling bertentangan satu sama lain" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). "Siapa pun yang tidak mengakui Tuhan adalah musuh; artinya, siapa pun yang tidak mengakuii Tuhan yang berinkarnasi—apakah mereka berada di dalam atau di luar aliran ini atau tidak adalah antikristus! Siapakah Iblis, siapakah setan-setan, dan siapa lagi musuh Tuhan kalau bukan para penentang yang tidak percaya kepada Tuhan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). Ya. Orang percaya dan tidak percaya adalah dua jenis orang yang berbeda di dua jalan yang berbeda. Imanku adalah mengejar kebenaran dan tunduk kepada Tuhan, melakukan tugas makhluk ciptaan. Melihat Partai Komunis menangkap dan menganiaya orang percaya, istriku mengikuti mereka, menindasku. Dia bahkan merobek buku firman Tuhan milikku dan mengancam akan menangkap orang percaya. Esensinya adalah membenci Tuhan. Meskipun kami adalah suami-istri, kami adalah jenis orang yang berbeda di jalan yang berbeda. Dia bertekad mengikuti Partai Komunis dan menentang Tuhan—dia berasal dari Iblis. Karena dia ingin bercerai, aku harus menghormati pilihannya dan kelak tak seorang pun akan menghalangiku menghadiri pertemuan dan melaksanakan tugasku. Jadi aku berkata dengan tegas, "Kau dan aku tak berada di jalan yang sama. Biar kita menempuh jalan kita sendiri. Kita harus bercerai." Setelah aku mengatakan hal itu, dia tak mau lagi bercerai.

Kupikir masalah ini telah berakhir, tapi dia membuat putra dan menantu kami bergabung dengannya. Menantuku berkata, "Bukankah Ayah sangat mencintai cucu Ayah? Orang sering berkata bahwa kakek-nenek lebih dekat dengan cucu mereka daripada anak-anak mereka, dan begitulah Ayah." Aku setuju dengannya bahwa itu benar. Melihat betapa bahagianya aku mendengarnya, dia melanjutkan, "Ayah, kau sangat mencintai cucumu, mari kita bicarakan hal ini. Pamanku adalah kepala Biro Keamanan Publik. Dia berkata orang yang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa adalah penjahat politik dan dihukum jika mereka ditangkap. Anak-anak mereka dan keturunannya dilibatkan, dan tak boleh bekerja untuk pemerintah atau masuk perguruan tinggi. Ayah, kau harus melepaskan imanmu. Jika Ayah ditangkap, karier kami akan terpengaruh. Ayah harus memikirkan kami, bukan? Meskipun tidak memikirkan kami, Ayah harus memikirkan cucumu. Jika dia tak bisa masuk perguruan tinggi atau mencari pekerjaan yang baik karena imanmu, semua itu kesalahanmu." Mendengarnya mengatakan itu benar-benar membuatku sedih. Kemudian anakku berkata dengan ekspresi serius di wajahnya, "Ayah, kakimu membuatmu kesulitan. Bagaimana jika Ayah kehilangan kemampuan untuk berjalan? Jika Ayah berhenti percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, kami akan merawatmu. Namun, jika mempertahankan iman, ketika Ayah makin tua, jika kaki Ayah terlalu sakit untuk berjalan, kami tak mau merawat Ayah." Mendengar hal itu darinya sangat mengecewakanku. Aku tak pernah membayangkan dia akan mengatakan sesuatu yang begitu tak berperasaan hanya karena imanku. Aku membesarkannya dengan sepenuh hati, tapi dia menggunakan alasan merawatku di usia tua sebagai ancaman. Yang kulakukan semuanya sia-sia! Aku menderita rematik dan ada pertumbuhan tulang berlebih di kakiku. Ketika kumat, kakiku lurus selama dua minggu, aku tak bisa menekuknya, dan terlalu nyeri untuk melakukan pekerjaan apa pun. Selain itu, aku tahu aku makin tua, jadi makin bertambah usia, sakitnya akan bertambah parah. Aku tak punya uang pensiun atau sumber penghasilan apa pun. Jika anakku tidak merawatku, bagaimana aku bisa bertahan hidup? Aku makin sedih. Pada saat itu, tiba-tiba aku sadar ini salah satu tipu muslihat Iblis. dia menggunakan emosiku dan masa depan anak-anakku serta pertanyaan tentang bagaimana aku akan bertahan hidup di masa depan untuk mengujiku, mencobaiku agar mengkhianati Tuhan. Aku segera berseru kepada Tuhan, "Tuhan! Kumohon jagai hatiku dan bimbinglah aku untuk menang atas pencobaan Iblis." Aku teringat firman dari Tuhan ini: "Nasib manusia dikendalikan oleh tangan Tuhan. Engkau tidak mampu mengendalikan dirimu sendiri: meskipun manusia selalu terburu-buru dan menyibukkan diri mewakili dirinya sendiri, dia tetap tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Jika engkau dapat mengetahui prospekmu sendiri, jika engkau mampu mengendalikan nasibmu sendiri, apakah engkau akan tetap menjadi makhluk ciptaan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memulihkan Kehidupan Normal Manusia dan Membawanya ke Tempat Tujuan yang Mengagumkan"). Ya. Tuhan mengendalikan segalanya, dan nasib kita sepenuhnya berada di tangan-Nya. Bagaimana cucuku di masa depan dan pekerjaan apa yang dia lakukan, bagaimana karier putraku dan apakah dia akan terpengaruh oleh imanku semua sudah ditentukan oleh Tuhan. Selain itu, Pekerjaan Tuhan pada akhir zaman akan berakhir, dan bencana besar akan segera datang. Jika mereka tidak mengikuti dan menyembah Tuhan, meskipun mereka kuliah dan memiliki pekerjaan yang baik, mereka tetap akan jatuh ke dalam bencana dan dimusnahkan ketika pekerjaan Tuhan selesai. Lalu prospek bagus apa yang akan mereka miliki? Di luarnya, putraku dan istrinya mengatakan hal-hal ini untuk mengganggu dan menindasku, tapi ini sebenarnya pencobaan dari Iblis. Iblis tahu betapa aku mencintai cucuku dan selama bertahun-tahun, kekhawatiran terbesarku adalah kakiku semakin parah dan tak ada yang merawatku. Dia menggunakan hal-hal ini untuk mengintimidasiku agar mengkhianati Tuhan. Iblis sangat jahat! Entah aku bisa berjalan di masa depan atau tidak berada di tangan Tuhan, dan aku harus tunduk pada aturan dan pengaturan Tuhan. Dengan pemikiran ini, aku berkata dengan tegas, "Jalanilah hidupmu sendiri Jangan lagi kau khawatir entah aku bisa berjalan, atau entah aku hidup atau mati. Jika kau takut akan terlibat jika aku ditangkap, kita bisa memutuskan hubungan sekarang. Aku teguh dalam imanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa!" Melihat betapa jelasnya perkataanku, mereka bertukar pandang, menggelengkan kepala tanpa daya, dan tak lagi mengatakan apa pun. Aku bersyukur kepada Tuhan dari hatiku karena membimbingku mengalahkan pencobaan dan serangan Iblis.

Putra dan menantuku tidak menjengukku selama beberapa bulan setelah itu, dan juga tidak menelepon. Istriku selalu berdebat denganku, menyuruhku berhenti percaya kepada Tuhan. Setelah beberapa waktu, aku mulai khawatir. Apakah anakku benar-benar peduli padaku? Jika suatu hari nanti aku dan istriku bercerai dan aku tak bisa berjalan atau mengurus diri sendiri, dan anakku tidak merawatku, apa yang akan kulakukan? Pemikiran menghadapi begitu banyak penderitaan dan kesukaran di masa depan membuatku merasa agak sedih. Aku tahu seharusnya tak berpikir seperti itu dan kembali jatuh ke dalam tipu muslihat Iblis, jadi aku segera berseru kepada Tuhan, memohon kekuatan untuk berdiri teguh dalam kesaksianku. Setelah itu, sebuah lagu pujian firman Tuhan muncul di benakku.

Engkau adalah makhluk ciptaan—engkau tentu saja harus menyembah Tuhan dan mengejar kehidupan yang bermakna. Karena engkau adalah manusia, engkau harus mengorbankan dirimu bagi Tuhan dan menanggung semua penderitaan! Engkau harus dengan senang hati dan tanpa ragu-ragu menerima sedikit penderitaan yang engkau alami sekarang dan menjalani kehidupan yang bermakna, seperti Ayub dan Petrus. Engkau semua adalah orang-orang yang mengejar jalan yang benar dan yang mencari peningkatan. Engkau semua adalah orang-orang yang bangkit di negara si naga merah yang sangat besar, mereka yang Tuhan sebut orang benar. Bukankah itu kehidupan yang paling bermakna?

Dikutip dari "Hidup yang Paling Berarti" dalam "Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru"

Merenungkan firman Tuhan memberiku kekuatan. Tidak ada yang lebih benar daripada percaya kepada Tuhan dan melakukan tugas sebagai makhluk ciptaan. Inilah jalan yang benar dalam hidup, dan segala jenis penderitaan demi memperoleh kebenaran dan memuaskan Tuhan memiliki nilai dan mendapatkan perkenanan Tuhan. Mengingat ke belakang, meskipun telah mengalami banyak penindasan, aku benar-benar mendapatkan beberapa hal darinya. Sebelumnya, kupikir aku memiliki iman kepada Tuhan. Aku takkan mundur dalam menghadapi penindasan Partai Komunis, dan rintangan dari istri dan anakku tak bisa menggoyahkan tekadku untuk mengikuti Tuhan. Kupikir aku setia kepada Tuhan. Namun, ketika sesuatu benar-benar terjadi, ketika anakku mengabaikanku selama berbulan-bulan, aku takut menjadi tidak sehat dan tak mampu mengurus diri sendiri, tanpa ada yang merawatku. Aku hanya memikirkan masa depanku sendiri—aku tak punya iman sedikit pun kepada Tuhan. Aku tidak benar-benar melihat tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya sampai aku melewati itu, dan kemudian aku memperoleh sedikit pengenalan diri. Aku juga mendapatkan kearifan tentang tipu muslihat Iblis dan mulai melihat esensi keluargaku yang menentang dan tidak percaya kepada Tuhan. Ini keselamatan Tuhan. Aku harus seperti Ayub, mengikuti Tuhan bagaimanapun Iblis menyerangku atau bagaimanapun keluargaku menindasku. Setelah aku bertekad, sikap putra dan menantuku terhadapku sedikit berubah. Terkadang ketika paman menantuku berkata Partai Komunis membuat lebih banyak rencana untuk menangkap orang percaya, menjalankan operasi tertentu, dia selalu memberitahuku dan menasihatiku agar berhati-hati melakukan tugasku. Dia pantang menyerah.

Namun, yang benar-benar mengejutkanku, suatu hari, istriku tiba-tiba membuka jendela, memegang bingkai jendela, meletakkan satu kaki ke ambang jendela dan berteriak ke arahku, "Kuminta kau melepaskan imanmu, tapi kau tak mau dengar. Seluruh keluarga kita akan hancur jika kau ditangkap. Kutanya terakhir kalinya—kau tetap pertahankan imanmu, atau tidak? Jika ya, aku akan lompat!" Kemudian dia berdiri di ambang jendela, hendak melompat. Aku sangat ketakutan. Rumah kami berada di lantai tujuh. Jika melompat, dia pasti mati. Aku bergegas mendekat untuk menariknya ke dalam, tapi dia mengacungkan jarinya ke arahku dan berteriak, "Jangan mendekat! Kalau kau berani mendekat, aku akan langsung lompat!" Aku tak berani mendekat, melihat kedua kakinya berada di ambang jendela. Aku terus berdoa kepada Tuhan dalam hatiku, memohon Dia membimbingku. Kemudian, aku sadar istriku memakai cara ini sebagai ancaman untuk membuatku mengkhianati Tuhan, dan aku tak boleh jatuh ke dalam tipu muslihat Iblis. Aku tak lagi merasa gugup dan dengan tenang berkata, "Kalau kau mau mati, tak seorang pun bisa menghentikanmu. Tapi jangan pakai bunuh diri sebagai ancaman—itu takkan berhasil. Jika kau melompat keluar jendela dan mati, itu pilihanmu sendiri. Aku teguh dalam imanku dan tak seorang pun bisa menghentikanku!" Dia menarik kembali kakinya ketika melihat ancamannya tidak berhasil dan berkata, "Aku tak sebodoh itu. Kematianku akan terlalu enak bagimu—maka tak seorang pun akan menghalangimu." Aku melihat betapa ekstrem kebenciannya kepada Tuhan, menggunakan kematiannya sendiri untuk memaksaku mengkhianati Tuhan. Dia perwujudan setan. Pada saat yang sama, aku makin membenci Partai Komunis. Mereka menggunakan media TV untuk menyebarkan segala macam kabar bohong dan kebohongan untuk menyesatkan orang, menangkap orang Kristen dengan gila-gilaan, melibatkan seluruh keluarga ketika satu orang percaya ditangkap sehingga anggota keluarga yang tidak percaya akan menentang Tuhan dan juga menindas orang percaya. Partai Komunis benar-benar jahat. Mereka setan dan roh jahat yang menentang Tuhan! Aku mengutuk dan menolaknya dari hatiku dan menjadi makin bertekad mengikuti Tuhan.

Kupikir dia akan berhenti berusaha menghalangiku, tapi tak lama kemudian, suatu hari setelah sarapan, dia berdiri saat aku tak memperhatikan, mengambil pisau buah, menaruhnya di tenggorokanku dan berkata dengan kejam, "Akan kugorok lehermu jika kau tetap percaya!" Ada ekspresi membunuh di wajahnya dan tatapan ganas di matanya. Dia tampak seperti dirasuk setan. Aku takut sekaligus marah. Istriku menggunakan tipu muslihat jahat apa pun untuk membuatku mengkhianati Tuhan. Kukatakan dengan tegas kepadanya, "Jika kau gorok leherku hari ini, aku akan tetap percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Aku takkan meninggalkan-Nya." Dia terkejut melihat betapa teguhnya diriku. Dia hanya berdiri di sana dengan pisau itu seolah membeku, tak bergerak sama sekali. Setelah beberapa saat, dia meletakkan pisau di atas meja dan berkata, "Aku takkan lagi memedulikanmu. Percaya saja apa pun yang kau mau." Aku menaikkan syukur dan pujianku kepada Tuhan, melihat Iblis dipermalukan dan dikalahkan. Aku dan istriku berpisah setelah itu dan kami menempuh jalan kami sendiri. Dia berhenti mengganggu imanku.

Melalui semua ini aku benar-benar melihat bahwa istriku dengan gila-gilaan menindasku dan berusaha menghentikan imanku, bahkan mengancam akan bunuh diri dan membunuhku, dan putraku dan istrinya ingin meninggalkanku semuanya disebabkan oleh penganiayaan Partai Komunis. Tanpa kabar bohong dan kebohongan mereka, tanpa penangkapan dan penganiayaan yang gila-gilaan, melibatkan seluruh keluarga dari satu orang percaya, keluargaku pasti tak pernah menindas imanku seperti itu dan keluargaku pasti tak pernah hancur. Melihat Partai Komunis adalah setan jahat yang menentang Tuhan dan menghancurkan orang, membuatku sangat membenci mereka! Selain itu, aku melihat istriku sama sekali tak punya kemanusiaan, bahwa dia adalah setan yang menentang Tuhan. Aku tak lagi merasa dikendalikan olehnya. Apa pun jenis penindasan atau kesulitan yang mungkin kuhadapi kelak, aku bertekad untuk mengikuti Tuhan sampai akhir!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Di Persimpangan Jalan

Oleh Saudara Li Yang, Tiongkok Aku lahir di pedesaan dan dibesarkan dalam keluarga miskin. Orang tuaku petani sederhana yang sering...