Pertobatan Seorang Perwira

19 Juni 2020

Oleh Saudara Zhen Xin, Tiongkok

Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Sejak penciptaan dunia hingga saat ini, segala yang Tuhan lakukan dalam pekerjaan-Nya adalah kasih, tanpa sedikit pun kebencian kepada manusia. Bahkan hajaran dan penghakiman yang telah kaulihat pun adalah kasih, kasih yang lebih sejati dan nyata; kasih ini menuntun orang-orang ke jalan yang benar dalam kehidupan manusia. ... Semua pekerjaan yang telah Dia lakukan bertujuan untuk memimpin orang ke jalan yang benar dalam hidup manusia, supaya mereka dapat hidup sebagai manusia normal, karena manusia tidak tahu bagaimana menjalani kehidupan dan tanpa bimbingan ini, engkau hanya akan menjalani kehidupan yang hampa; kehidupanmu akan tak bernilai dan tak bermakna, dan engkau sama sekali tidak akan mampu menjadi orang yang normal. Inilah makna terdalam dari penaklukan manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Fakta Sesungguhnya di Balik Pekerjaan Penaklukan (4)"). Firman Tuhan ini benar-benar menyentuh hatiku, dan aku teringat penyelamatan-Nya atasku.

Aku dilahirkan di pedesaan. Orang tuaku adalah petani yang jujur dan pekerja keras. Penduduk desa lainnya selalu mencemooh dan merundung kami karena kami miskin. Pikirku, "Suatu hari nanti akan kutunjukkan kepada mereka siapa diriku. Suatu hari nanti mereka akan memandangku secara berbeda." Aku masuk ketentaraan ketika aku masih remaja. Aku selalu mengerjakan tugas apa pun, betapapun kotor atau melelahkannya, berharap untuk dipromosikan. Namun selama bertahun-tahun aku tetap menjadi prajurit biasa. Kemudian aku menyadari bahwa penilaian yang bagus dan promosi bukanlah diperoleh dari bekerja keras, melainkan dari memberikan hadiah. Hal ini tidak menyenangkan bagiku, tetapi aku ingin dipromosikan, jadi aku menguatkan diri dan memberikan seluruh isi tabunganku kepada atasanku. Benar saja, aku segera "memenuhi syarat" untuk akademi militer. Di kesatuanku setelah kelulusan, aku ditugaskan untuk bekerja sebagai juru masak karena aku tidak punya uang untuk memberi hadiah. Aku tahu bahwa "Para pejabat tidak akan mempersulit orang yang banyak memberi hadiah," dan "Seseorang tidak akan mencapai apa pun tanpa menjilat dan merayu." Jika aku ingin dipromosikan, aku harus melakukan apa pun yang dibutuhkan untuk menghasilkan uang agar dapat memberi hadiah, kalau tidak, aku tidak akan dipromosikan, seberapa pun kompetennya diriku. Aku ingin dipromosikan, jadi aku melakukan apa pun yang kubisa untuk menghasilkan uang, dan aku menjilat para atasanku dan memberi mereka segala sesuatu yang kutahu mereka sukai. Aku tahu apa yang kulakukan ini ilegal, dan aku takut ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Aku selalu khawatir sepanjang waktu, tetapi pikiran untuk menjadi seorang pejabat membuatku terus melakukannya. Setelah beberapa saat, akhirnya aku menjadi komandan batalion. Setiap kali aku kembali ke rumah, penduduk desa akan mengerumuniku, menyanjung dan menjilatku. Ini sangat menambah kecongkakanku, sementara ambisi dan keinginanku juga membesar. Seperti pepatah mengatakan: "Menjadi seorang pejabat adalah demi makanan dan pakaian bagus" dan "Gunakan kekuasaan saat engkau memilikinya karena setelah kekuasaan itu hilang, engkau tidak bisa menggunakannya." Aku mulai menikmati hak istimewa sebagai pejabat, mendapatkan apa pun yang kuinginkan tanpa biaya. Siapa pun yang membutuhkan sesuatu dariku harus mentraktirku makan atau memberiku hadiah. Aku bahkan menggunakan posisiku sebagai kesayangan komandan dan komisaris politik untuk membuat para bawahan memberiku segala sesuatu. Aku berubah dari anak petani sederhana menjadi orang yang tak pernah puas, licik, dan curang.

Aku tak hanya bertindak seperti raja lalim dalam pekerjaanku tetapi di rumah, aku juga memperlakukan istriku dengan buruk. Tanpa alasan, aku menuduhnya berselingkuh, dan ini memperdalam keretakan di antara kami. Pada akhirnya, istriku tak tahan lagi dan mengatakan kepadaku bahwa dia ingin bercerai. Keluargaku yang bahagia akan segera hancur, dan anak kami juga akan menderita. Aku merasa menderita dan terus-menerus memikirkan kembali tentang hidupku: Aku telah bertekad untuk menonjol sejak aku masih kecil, ingin menjadi lebih baik daripada orang lain. Aku dan istriku memiliki karier yang bagus, dan kami menjalani kehidupan yang nyaman. Semua orang mengagumi kami, jadi seharusnya aku merasa senang dan puas. Mengapa aku masih merasa begitu kosong dan hidup dalam penderitaan? Inikah kehidupan yang kuinginkan? Sebenarnya, bagaimana seharusnya kita hidup? Aku merasa bingung dan tersesat, tetapi aku tidak dapat menemukan jawaban. Kemudian istriku menerima Injil Kerajaan Tuhan Yang Mahakuasa dan selalu berkumpul dan bersekutu dengan saudara-saudari sepanjang waktu. Tak lama kemudian dia menjadi orang yang sangat positif. Dia tidak lagi berdebat denganku, dan berhenti membicarakan tentang perceraian. Melihat perubahan pada istriku, aku merasa bahwa percaya kepada Tuhan pastilah merupakan hal yang luar biasa. Aku juga menjadi percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa dengan membaca firman-Nya.

Aku mulai menjalani kehidupan bergereja, dan aku mendapati bahwa Gereja Tuhan Yang Mahakuasa sama sekali berbeda dari dunia. Saudara-saudari membaca firman Tuhan dan mempersekutukan kebenaran. Mereka berusaha hidup menurut firman Tuhan dan kebenaran, bersikap jujur dan terbuka, serta tulus. Rasanya aku seperti masuk ke tempat yang suci, dan aku merasakan kemerdekaan dan kebebasan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Dengan menghadiri pertemuan dan membaca firman Tuhan, aku belajar bahwa Tuhan itu kudus dan benar, dan bahwa Dia paling membenci kekotoran dan kerusakan manusia. Aku punya banyak kebiasaan buruk di ketentaraan dan jika aku tidak bertobat, aku tahu Tuhan akan membenci dan menyingkirkan aku. Kemudian aku membaca firman Tuhan ini: "Terlahir di negeri yang najis seperti itu, manusia telah dirusak teramat parah oleh masyarakat, dia telah dipengaruhi oleh etika feodal, dan telah diajar di 'institusi pendidikan tinggi.' Pemikiran terbelakang, moralitas yang rusak, pandangan hidup yang jahat, falsafah hidup yang menjijikkan, keberadaan diri yang sepenuhnya tak berguna, dan adat-istiadat serta gaya hidup yang bejat—semua ini telah sedemikian parahnya memasuki hati manusia, dan telah sangat merusak dan menyerang hati nuraninya. Akibatnya, manusia menjadi semakin jauh dari Tuhan, dan semakin menentang-Nya. Watak manusia menjadi lebih jahat hari demi hari, dan tidak seorang pun yang akan rela mengorbankan segalanya untuk Tuhan, tidak seorang pun yang akan rela taat kepada Tuhan, dan terlebih lagi, tidak seorang pun yang akan rela mencari penampakan Tuhan. Sebaliknya, di bawah wilayah kekuasaan Iblis, manusia tidak melakukan apa pun selain mengejar kesenangan, menyerahkan diri mereka pada kerusakan daging dalam kubangan lumpur" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan"). Membaca firman Tuhan ini menunjukkan kepadaku mengapa aku sedemikian rusaknya. Aku merenungkan tahun-tahun kehidupanku di ketentaraan. Aku telah mengikuti aturan dunia yang tak tertulis untuk menjadi menonjol, melakukan begitu banyak hal buruk dan mendapatkan keuntungan yang tidak patut. Aku menjadi begitu rusak dan bejat, hidup dalam dosa tanpa rasa malu. Firman Tuhan menunjukkan kepadaku perbedaan antara yang baik dan yang jahat, dan firman Tuhan membuatku melihat akar kerusakan dan kebobrokanku. Ternyata Iblis ada di balik semua itu. Iblis, si raja setan, telah memakai segala jenis pendidikan dan pengaruh untuk merusak masyarakat kita menjadi sumber dosa. Orang-orang yang punya kekuasaan merajalela, menindas rakyat jelata, sementara orang-orang biasa dan jujur hanya dirundung dan ditekan sehingga tidak dapat bertahan hidup. Masyarakat kita penuh dengan kekeliruan dan kebohongan, seperti "Tiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan yang ketinggalan akan dimangsa," "Mereka yang bekerja dengan otaknya, berkuasa; mereka yang bekerja dengan ototnya dikuasai," "Menonjolkan diri dan membawa kehormatan bagi nenek moyangnya," "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah," "Para pejabat tidak akan mempersulit orang yang banyak memberi hadiah. Seseorang tidak akan mencapai apa pun tanpa menjilat dan merayu," "Menjadi seorang pejabat adalah demi makanan yang lezat dan pakaian yang indah," dan "Gunakan kekuasaan saat engkau memilikinya karena setelah kekuasaan itu hilang, engkau tidak bisa menggunakannya." Terperangkap oleh hal-hal ini dan tekanan di sekitarku membuatku kehilangan arah bahkan tanpa menyadarinya. Aku melakukan segala cara untuk menjadi pejabat, menyalahgunakan kekuasaanku demi keuntungan pribadiku. Aku telah menjadi orang yang sama sekali rusak yang niatnya hanya mencari untung. Aku benar-benar menyesali perbuatan jahatku. Syukur kepada Tuhan karena menyelamatkanku, karena Dia memberiku kesempatan untuk memulai kembali. Kalau tidak, aku pasti telah dikutuk dan dihukum oleh karena perilakuku. Aku merasa sangat bersyukur kepada Tuhan, aku memutuskan untuk mengubah jalanku, meninggalkan ketentaraan, dan mencari pekerjaan baru. Namun atasanku terus berusaha menahanku, mengatakan bahwa dia mau mempromosikanku menjadi wakil komandan resimen. Aku ragu-ragu, berpikir, "Wakil komandan resimen? Itu adalah mimpi yang akan jadi kenyataan!" Untuk sesaat aku bergumul untuk melepaskan gelar itu, dan aku tidak tahu harus berbuat apa, jadi aku datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa dan mencari. Kemudian aku membaca firman Tuhan ini: "Jika engkau termasuk orang yang terkemuka, bereputasi tinggi, mempunyai banyak pengetahuan, memiliki harta yang melimpah, dan didukung oleh banyak orang, tetapi semuanya ini tidak menghalangimu untuk datang ke hadapan Tuhan untuk menerima panggilan-Nya dan amanat-Nya serta melakukan apa yang diminta-Nya darimu, maka semua yang kaulakukan akan menjadi tujuan yang paling bermakna di bumi dan upaya umat manusia yang paling benar. Jika engkau menolak panggilan Tuhan demi status dan tujuanmu sendiri, semua yang kaulakukan itu akan dikutuk dan bahkan dibenci oleh Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 2: Tuhan Mengendalikan Nasib Seluruh Umat Manusia"). "Manusia datang ke bumi dan jarang bertemu dengan-Ku, dan juga jarang ada kesempatan untuk mencari dan memperoleh kebenaran. Mengapa engkau semua tidak menghargai waktu yang indah ini sebagai jalur yang tepat untuk kaukejar dalam kehidupan ini? Dan mengapa engkau selalu begitu meremehkan kebenaran dan keadilan? Mengapa engkau selalu menginjak-injak dan merusak dirimu sendiri demi ketidakbenaran dan kenajisan yang mempermainkan manusia?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman bagi Orang-Orang Muda dan Orang-Orang Tua"). Setiap kata menghantam hati nuraniku. Aku disadarkan. Pikirku. "Betapa beruntungnya aku bertemu dengan Tuhan yang berinkarnasi, yang telah datang ke dunia untuk mengungkapkan kebenaran dan menyelamatkan manusia, dan memiliki kesempatan untuk mengejar kebenaran dan mengorbankan diriku untuk Tuhan adalah peninggian dan anugerah yang besar dari Tuhan!" Adakah yang lebih bermakna selain mengorbankan diri kita bagi Sang Pencipta? Betapa pun tingginya kenaikan pangkatku, apakah aku akan bahagia? Begitu banyak orang berkuasa yang bertindak sesuka hati dan melakukan segala macam kejahatan, tetapi pada akhirnya mereka semua mendapatkan apa yang pantas mereka terima. Dan begitu banyak pejabat tinggi yang kaya raya dan bersenang-senang selama beberapa saat, tetapi saat mereka kalah dalam perebutan kekuasaan, beberapa dari mereka berakhir di penjara tanpa memiliki apa pun, dan beberapa dari mereka bunuh diri ... Hal semacam ini terjadi setiap saat. Sedangkan aku, aku telah berusaha sekuat tenaga untuk naik ke puncak, tetapi aku justru menjadi sangat congkak, egois, dan curang! Sekarang, Tuhan telah menganugerahkan begitu banyak kebenaran kepadaku dan Dia menunjukkan kepadaku jalan yang benar dalam hidup. Bagaimana mungkin aku terus hidup sama seperti sebelumnya? Aku telah dirugikan dan dibodohi oleh Iblis di sebagian besar hidupku sampai aku hampir tidak menyerupai manusia. Aku ingin hidup secara berbeda sejak saat itu, mengikuti Tuhan, mengamalkan kebenaran, dan hidup menurut firman Tuhan. Jadi aku memutuskan untuk mengubah karier dan memutuskan semua ikatan dengan ketentaraan. Namun karena Iblis telah merusakku begitu dalam, falsafah beracun Iblis yaitu "Menonjolkan diri dan membawa kehormatan bagi nenek moyangnya" telah menjadi semboyan hidupku Di gereja, aku selalu bersaing untuk mengejar sebuah posisi, dan hanya penyingkapan dan penghakiman Tuhan-lah yang mengoreksi pengejaranku.

Setelah melaksanakan tugasku di gereja selama beberapa waktu, aku melihat ada seorang pemimpin gereja yang masih sangat muda dan ada seorang lagi yang telah sekian lama berteman denganku. Aku resah dan berpikir, "Kedudukan kalian berdua di dunia ini tidak setinggi kedudukanku, tetapi di gereja kalian adalah atasanku. Aku bisa menjadi pemimpin yang jauh lebih baik dari kalian!" Aku mulai mengejar kedudukan tersebut dengan sekuat tenaga. Pertama, aku membuat rencana: aku bangun jam 5 pagi setiap hari untuk membaca firman Tuhan, lalu mendengarkan khotbah selama dua jam, dan mempelajari tiga lagu firman Tuhan per minggu. Aku selalu lebih proaktif dalam tugasku, dan memimpin dalam hal apa pun yang bisa kulakukan di gereja, betapa pun sulit atau melelahkannya. Dalam pertemuan, aku selalu berbicara tentang pengalamanku di ketentaraan, memamerkan kemampuanku, dan menyombongkan diri di persekutuan para pemimpin gereja. Terkadang, aku secara halus meremehkan pemikiran dan tindakan mereka seolah-olah aku bisa melakukan pekerjaan yang lebih baik. Inilah caraku hidup dalam perjuanganku mengejar ketenaran dan status, selalu berharap untuk menjadi pemimpin gereja. Suatu kali, aku melihat seorang pemimpin tidak menangani sesuatu dengan benar. Aku menegurnya karena tidak becus menangani segala sesuatu, dan menyindir agar dia mengundurkan diri. Aku berharap bisa terpilih sebagai pemimpin pada pemilihan selanjutnya. Ketika saudara-saudari mengetahui hal ini, mereka menganalisis perilakuku, mengatakan aku curang, ambisius, dan aku ingin memegang kendali di gereja. Aku diberhentikan dari tugasku sebagai pemimpin kelompok. Ini benar-benar membuatku kesal, dan pikirku, "Aku dahulu adalah seorang komandan batalion yang bermartabat, tetapi sekarang aku bahkan tidak bisa menjadi pemimpin kelompok di gereja." Setelah beberapa bulan berlalu, aku tidak puas dengan keputusan ini, dan aku tak tahan melihat saudara-saudariku. Aku diam saja di pertemuan. Rohku menjadi semakin gelap dan aku tidak bisa lagi merasakan Tuhan. Baru pada saat itulah aku mulai merasa takut, jadi aku segera berdoa dan berseru kepada Tuhan untuk membawaku keluar dari kegelapan ini.

Kemudian aku membaca firman Tuhan ini: "Dalam upaya yang engkau semua lakukan, ada terlalu banyak gagasan, harapan dan cita-cita yang bersifat individual. Pekerjaan saat ini adalah untuk menangani keinginanmu memiliki status serta hasratmu yang muluk-muluk. Harapan, status, dan gagasan, semuanya itu merupakan representasi klasik dari watak Iblis. ... Sekarang, engkau semua adalah para pengikut dan telah memperoleh sedikit pemahaman tentang tahap pekerjaan ini. Namun, engkau semua belum mengesampingkan hasratmu akan status. Ketika statusmu tinggi, engkau semua mencari dengan baik, tapi ketika statusmu rendah, engkau semua tidak mau lagi mencari. Berkat-berkat yang berkaitan dengan status selalu ada dalam pikiranmu. ... Semakin engkau mencari dengan cara seperti ini, semakin sedikit yang akan engkau tuai. Semakin kuat keinginan seseorang untuk meraih status, semakin serius dirinya harus ditangani dan semakin berat pemurnian yang harus mereka alami. Orang-orang semacam itu tidak layak! Mereka harus ditangani dan dihakimi sepantasnya supaya mereka mau melepaskan hasratnya akan hal-hal tersebut. Jika engkau semua mengejar dengan cara seperti ini sampai pada akhirnya, engkau tidak akan menuai apa pun. Mereka yang tidak mengejar kehidupan tidak dapat diubah, dan mereka yang tidak haus akan kebenaran tidak akan memperoleh kebenaran. Engkau tidak berfokus mengejar perubahan pribadi dan pada jalan masukmu, sebaliknya engkau selalu berfokus pada keinginan-keinginan yang berlebihan dan hal-hal yang menghalangi dirimu untuk mengasihi Tuhan serta menghalangimu untuk semakin dekat dengan Dia. Dapatkah semua hal itu mengubah dirimu? Dapatkah semua itu membawamu masuk ke dalam Kerajaan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mengapa Engkau Enggan Menjadi Sebuah Kontras?"). Firman Tuhan menembus hatiku dan aku merasa sangat malu. Aku telah bersaing mengejar posisi, kemudian disingkapkan dan ditangani oleh saudara-saudari, dan diberhentikan dari tugasku. Itu bukanlah sesuatu yang kuinginkan, tetapi itu bukan karena seseorang sengaja melakukannya terhadapku. Sebaliknya, itu adalah penghakiman Tuhan yang benar dan penyelamatan-Nya yang tepat pada waktunya. Pekerjaan Tuhan pada akhir zaman bertujuan mengubah pemikiran dan gagasan lama kita, untuk menyelamatkan kita dari pengaruh Iblis, sehingga kita bisa mendapatkan kebenaran dan kehidupan dari Tuhan, dan hidup dalam terang. Aku tidak menempuh jalan yang benar, aku juga tidak berfokus mengejar kebenaran, tetapi mengejar kedudukan dan reputasi. Aku telah menggunakan trik dan cara curang demi mendapatkan kedudukan. Bukankah itu sama sekali berlawanan dengan kehendak Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia? Hidup seperti itu artinya aku tidak akan pernah mendapatkan kebenaran dan akan disingkirkan. Untuk menghentikanku agar tidak tersesat dan mengembalikanku ke jalan yang benar, Tuhan memangkas dan menanganiku melalui saudara-saudari, menyingkapkan ambisi dan keinginanku, dan mengambil kedudukanku sehingga aku merenung diri dan mengubah jalanku. Aku melihat bahwa Tuhan benar-benar melihat jauh ke dalam hati kita. Aku juga memiliki pemahaman yang nyata tentang kebenaran, kekudusan, kemahakuasaan dan hikmat Tuhan. Aku tidak lagi bersikap negatif atau tertekan karena kehilangan kedudukanku, tetapi sebaliknya ingin mengejar kebenaran dan tunduk pada pengaturan dan pengelolaan Tuhan.

Enam bulan kemudian, aku pergi untuk menjalani kehidupan bergereja di gereja lain, di mana mereka akan memilih para pemimpin. Aku senang mengetahui bahwa aku adalah orang yang paling lama percaya kepada Tuhan daripada semua yang hadir, jadi pikirku aku punya kesempatan. Dalam hal pengalaman hidup dan kepercayaan selama bertahun-tahun, aku mengalahkan mereka. Aku seharusnya menjadi pilihan yang tepat untuk menjadi pemimpin gereja, pikirku. Tepat saat aku sedang bersiap-siap untuk menunjukkan kemampuanku, seorang saudari dari gereja lamaku melarikan diri ke gereja ini karena dia sedang diburu oleh PKT. Pikirku, "Dia tahu aku suka bersaing untuk mendapatkan posisi di gereja lamaku. Jika dia melihatku kembali bersaing untuk menjadi pemimpin gereja, apakah dia akan menyingkapkan perilaku lamaku yang memalukan? Reputasiku akan sangat tercoreng jika dia melakukan hal itu." Tak ada pilihan lain, aku membatalkan rencanaku dan membuat rencana baru: "Pertama, aku akan menjadi pemimpin kelompok dan kemudian terus naik dari sana." Namun, di luar dugaan, aku bahkan tidak terpilih sebagai pemimpin kelompok. Gereja tidak memiliki cukup orang untuk mengerjakan beberapa tugas rutin, jadi, para pemimpin gereja bertanya apakah aku mau melakukan tugas itu. Takut terlihat tidak taat, aku dengan enggan setuju. Aku dahulu menjadi komandan batalion yang bermartabat tetapi sekarang melakukan tugas yang sedemikian rendahnya. Semua itu terasa salah bagiku. Tak lama kemudian, polisi mulai mengawasi tempat pertemuan kami, jadi kami tidak bisa lagi berkumpul di sana. Pemimpin gereja menugaskanku ke kelompok lain untuk berkumpul dengan saudara-saudari melakukan tugas menjadi tuan rumah. Ini sangat mengecewakanku. Aku tidak hanya melakukan tugas yang rendah, tetapi sekarang aku harus berkumpul dengan saudara-saudari yang melakukan tugas menjadi tuan rumah. Aku merasa ini sangat merendahkan. Bagaimana aku bisa jatuh sampai ke titik ini? Jika semuanya berjalan seperti itu, harapan seperti apa yang akan kumiliki? Aku menjadi semakin kesal, dan yang bisa kulakukan hanyalah berdoa kepada Tuhan memohon agar Dia dengan segera mencerahkan dan membimbingku.

Kemudian, aku membaca firman Tuhan ini: "Selama bertahun-tahun, cara pikir yang diandalkan oleh orang-orang untuk bertahan hidup telah sedemikian merusak hati mereka hingga mencapai titik di mana mereka menjadi orang-orang yang tak bisa dipercaya, pengecut dan tercela. Bukan hanya tidak memiliki kemauan keras atau tekad, mereka juga telah menjadi tamak, congkak dan degil. Mereka sama sekali tidak memiliki tekad yang melampaui keakuannya, bahkan mereka tidak mempunyai keberanian sedikit pun untuk menepis tekanan pengaruh kegelapan ini. Pemikiran dan kehidupan orang-orang telah sedemikian rusaknya, sehingga perspektif mereka tentang percaya kepada Tuhan masih teramat menjijikkan, bahkan ketika orang-orang membicarakan perspektif mereka tentang percaya kepada Tuhan, itu benar-benar tak tertahankan untuk didengar. Orang-orang semuanya pengecut, tidak kompeten, hina dan rapuh. Mereka tidak merasa muak akan kuasa kegelapan dan mereka tidak menyukai terang dan kebenaran; sebaliknya mereka berusaha sekuat tenaga untuk mengenyahkannya. Bukankah cara berpikir dan perspektifmu saat ini pun seperti ini? 'Karena aku percaya kepada Tuhan, aku haruslah diberkati, dan harus dipastikan bahwa statusku tidak pernah kandas; statusku itu harus tetap lebih tinggi dari status orang-orang yang tidak percaya.' Perspektif semacam itu sudah ada pada dirimu selama bertahun-tahun, bukannya baru satu atau dua tahun saja. Pola pikirmu yang berbau bisnis sudah kebablasan. Meskipun hari ini engkau sudah sampai pada langkah ini, engkau masih belum melepas soal status, tetapi masih terus berupaya untuk menanyakannya dan menyelidikinya setiap hari sambil merasa was-was kalau-kalau pada suatu hari engkau akan kehilangan statusmu dan namamu akan terpuruk. Manusia tidak pernah mengesampingkan keinginan mereka untuk mengalami kemudahan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mengapa Engkau Enggan Menjadi Sebuah Kontras?"). "Saat engkau menempuh jalanmu sekarang, pengejaran seperti apakah yang paling sesuai? Dalam pengejaranmu, menjadi orang seperti apa engkau harus mengusahakan dirimu? Engkau harus tahu bagaimana seharusnya engkau memahami semua hal yang menimpamu sekarang ini, baik itu ujian atau kesukaran, baik itu hajaran yang tak berbelas kasihan atau kutukan. Diperhadapkan dengan semua ini, engkau harus merenungkan semuanya dengan cermat apa pun yang terjadi" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Tidak Belajar dan Tetap Tidak Mengetahui Apa pun: Bukankah Mereka itu Binatang Buas?"). Sambil merenungkan firman Tuhan, aku merenungkan diriku. "Ya," pikirku. "Aku harus melihat diriku sebagai orang macam apa dalam pengejaranku?" Aku selalu menganggap diriku sebagai komandan batalion, seseorang yang memiliki status. Hanya tugas penting saja yang cocok untukku, dan hanya orang-orang yang memiliki status yang pantas berkumpul denganku. Aku memandang rendah saudara-saudari yang melakukan tugas menjadi tuan rumah, menganggap berkumpul dengan mereka menunjukkan bahwa aku berada di posisi yang rendah. Tanpa status, aku jadi bersikap negatif dan menentang, dan bahkan merasa bahwa hidup ini tidak ada artinya. Status, reputasi, dan kekayaan telah mengacaukan otakku dan aku kehilangan kemanusiaanku. Sungguh aku ini orang yang jahat dan buruk! Bagaimana mungkin orang seperti diriku layak menjadi pemimpin gereja? Gereja tidak seperti masyarakat. Di gereja, kebenaranlah yang berkuasa. Seorang pemimpin harus memiliki kemanusiaan yang baik dan mengejar kebenaran. Namun yang kulakukan hanyalah mengejar status dan bersaing untuk menjadi pemimpin. Bagaimana aku bisa begitu tak bernalar, begitu tak tahu malu?

Kemudian aku membaca firman Tuhan ini: "Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan yang utama, bukan berdasarkan sejauh mana mereka mengundang rasa kasihan, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini. Engkau semua harus menyadari bahwa semua orang yang tidak mengikuti kehendak Tuhan juga akan dihukum. Ini adalah fakta yang tak dapat diubah" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). Aku mengerti dari firman Tuhan bahwa Tuhan tidak menentukan tempat tujuan kita berdasarkan status kita atau seberapa banyak kita bekerja. Kuncinya adalah apakah kita telah mendapatkan kebenaran, dan apakah kita menaati Tuhan. Aku melihat bahwa watak Tuhan itu benar bagi semua orang, dan apa pun tugas yang kita lakukan, kita harus selalu mengejar kebenaran. Dengan kebenaran, seseorang masih bisa diselamatkan bahkan tanpa status apa pun. Namun tanpa mengejar kebenaran, tak seorang pun dapat diselamatkan seberapapun tingginya status mereka. Aku berpikir betapa bodohnya aku telah mati-matian mengejar status. Dahulu aku membenci para perwira militer yang korup itu, tetapi ketika aku naik pangkat, aku sendiri menjadi lebih buruk, akhirnya menjadi pejabat korup sama seperti mereka. Beberapa orang berkuasa dapat melakukan tugasnya dengan sangat jujur sebelum mereka memiliki status, tetapi begitu mereka mendapatkan kekuasaan, mereka mulai menyalahgunakannya, dan dosa-dosa mereka semakin menumpuk. Aku berpikir tentang antikristus yang telah dikeluarkan dari gereja. Ketika mereka tidak memiliki status, mereka tampaknya tidak melakukan apa pun yang jahat, tetapi begitu keadaannya berubah, mereka mulai mengekang dan menekan orang lain dengan merendahkan, mengatakan dan melakukan segala sesuatu demi mempertahankan posisi mereka, melakukan kejahatan, dan mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Ini menunjukkan kepadaku bahwa tanpa kebenaran, kita selalu hidup menurut watak kita yang rusak. Saat kita mendapatkan kekuasaan dan status, kita menjadi sesat dan melakukan kejahatan, yang hasil akhirnya adalah hukuman! Setelah berjuang dan berusaha untuk naik pangkat di ketentaraan selama bertahun-tahun, aku dipenuhi dengan watak yang jahat. Aku congkak, curang, jahat, dan kejam. Jika aku mendapati diriku menduduki posisi yang tinggi, ambisiku terus bertumbuh dengan cepat, sama seperti ketika aku telah menyalahgunakan kekuasaanku sebagai perwira di ketentaraan. Akhirnya aku hanya bisa melakukan kejahatan, menyinggung watak Tuhan, dan dihukum. Merenungkan hal-hal ini, aku merasa takut sekaligus bersyukur. Tuhan telah membuatku mengalami kemunduran dan kegagalan berkali-kali, menghentikan ambisi dan keinginanku untuk dipuaskan. Ini adalah penyelamatan dan perlindungan-Nya bagiku! Syukur kepada Tuhan atas pencerahan-Nya yang membuatku memahami esensi dan akibat dari mengejar ketenaran dan status. Selain itu, akhirnya aku memahami betapa pentingnya mengejar kebenaran.

Sejak saat itu, aku berfokus pada pengejaran kebenaran untuk menyelesaikan kerusakanku. Tugas apa pun yang didelegasikan gereja kepadaku, jabatan tidak lagi menjadi fokusku. Sebaliknya, aku berfokus mencari prinsip-prinsip kebenaran dan melakukan tugas dengan baik. Aku dapat merasakan kehadiran dan bimbingan Tuhan ketika aku mulai melakukan pengamalan dengan cara ini, dan aku merasakan kedamaian dan sukacita yang tak terkatakan. Setelah beberapa waktu, aku mendapati bahwa aku jauh lebih rendah hati di sekitar orang lain, dan aku tidak lagi bangga pernah menjadi perwira militer. Ketika saudara-saudari menunjukkan kesalahanku, aku secara sadar berdoa kepada Tuhan dan tunduk, kemudian merenung dan berusaha mengenal diriku sendiri. Aku bisa hidup rukun dengan orang lain dengan kesempatan yang sama, dan tidak lagi menganggap diriku lebih unggul. Tanpa sadar, pandanganku tentang pengejaran telah berubah. Status, ketenaran dan kekayaan telah memudar bagiku. Semua itu tidak lagi menahanku. Ketika aku melihat orang-orang yang menjadi pemimpin gereja, yang kepercayaannya kepada Tuhan lebih sebentar daripadaku, aku masih merasa agak iri, tetapi dengan berdoa dan mencari kebenaran, aku dapat dengan segera melepaskannya. Sekarang aku melakukan tugasku di rumah bersama istriku. Mungkin tugas itu bukan sesuatu yang mencolok, tetapi aku benar-benar puas. Dalam kehidupan kami, kami belajar untuk membiarkan firman Tuhan yang berkuasa, dan kami mendengarkan siapa pun yang berbicara dengan benar dan sesuai dengan kebenaran. Aku sungguh mengalami bahwa Tuhan Yang Mahakuasa telah mengubahku. Dia menyelamatkan perkawinanku, keluargaku, dan Dia menyelamatkanku, orang yang sedemikian bejatnya. Aku begitu congkak, sombong, terobsesi dengan status dan kekayaan, jahat dan tamak. Tanpa penyelamatan Tuhan, aku tidak akan pernah bisa berjalan di jalan yang benar dalam kehidupan ini. Aku hanya bisa menjadi lebih rusak dan bejat, dan akhirnya melakukan begitu banyak kejahatan sehingga Tuhan pasti mengutuk dan menghukumku. Aku sungguh merasakan penyelamatan dan kasih Tuhan melalui pengalaman-pengalaman ini. Mampu mengamalkan beberapa kebenaran dan hidup dalam keserupaan dengan manusia semuanya tergantung pada penghakiman dan hajaran Tuhan! Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Bangkitnya seorang Budak Uang

Oleh Saudari Xing Wu, Tiongkok Ketika aku muda, keluargaku miskin dan orang tuaku tidak mampu membiayai sekolahku, jadi, aku membuat dan...