Akibat Bersikap Waspada terhadap Tuhan

10 September 2024

Oleh Saudari Luo Ying, Tiongkok

Pada tahun 2013, aku dinyatakan sebagai seorang pemimpin palsu dan diberhentikan setelah ditemukan bahwa aku tidak mencari prinsip-prinsip dalam tugasku serta membiarkan watak congkakku menentukan tindakanku, dan semua itu menyebabkan kekacauan serta gangguan bagi pekerjaan penginjilan gereja. Selama waktu setelah diberhentikan, aku merasa sangat negatif dan menyesal. Aku telah sedikit memahami watak rusakku dengan membaca firman Tuhan dan merenungkan diriku sendiri, tetapi di lubuk hati, aku masih merasa sangat waspada terhadap Tuhan dan berpikir karena aku memiliki watak yang rusak seperti itu serta telah melakukan pelanggaran yang sangat serius, aku sama sekali tidak boleh melaksanakan tugas penting di masa depan. Jika aku melakukan pelanggaran lagi, setidaknya aku akan diberhentikan, dan jika kasusnya lebih serius, mungkin aku akan sepenuhnya disingkapkan, disingkirkan dan kehilangan kesempatanku untuk memperoleh keselamatan. Terutama setelah melihat bagaimana beberapa orang yang berbakat, berkualitas, dan melaksanakan tugas-tugas penting pada akhirnya disingkapkan sebagai pemimpin palsu dan diberhentikan atau bahkan dinyatakan sebagai antikristus serta dikeluarkan karena tidak mencari kebenaran, terus berjuang untuk memperoleh status dan reputasi, bertindak berdasarkan watak congkak mereka dan tidak bertobat, yang menyebabkan kekacauan dan gangguan pada pekerjaan gereja, aku menjadi makin yakin bahwa yang kupikirkan itu benar. Kemudian, aku hanya melaksanakan tugas-tugas yang tidak memerlukan tanggung jawab besar dan tidak terlalu berisiko. Dengan demikian, aku akan tetap memiliki kesempatan untuk bertahan ketika pekerjaan Tuhan berakhir. Belakangan, pemimpinku menugaskan kepadaku pekerjaan pembersihan gereja. Aku berpikir, "Dahulu, saudari-saudari tertentu yang melaksanakan pekerjaan pembersihan telah diberhentikan karena bertindak berdasarkan watak rusak mereka dan tidak menaati prinsip-prinsip, sehingga menyebabkan kekacauan dan gangguan pada pekerjaan gereja. Namun, pengetahuanku akan kebenaran lebih sedikit dari mereka, dan aku memiliki watak congkak yang serius seperti itu. Jika aku melakukan sesuatu yang mengacau atau mengganggu, berarti aku sudah melakukan kejahatan!" Setelah merenungkannya, aku memutuskan untuk menolak tugas tersebut. Kemudian, pemimpin menugaskan kepadaku pekerjaan menulis, dan aku sangat senang dengan tugas tersebut. Menurutku, pekerjaan menulis tidak akan menuntutku untuk membuat keputusan besar bagi gereja dan tidak akan melibatkan situasi apa pun yang berisiko, jadi aku menerimanya dengan senang hati. Pada tahun 2017, pemimpinku kembali mencariku, memberitahuku bahwa pekerjaan pembersihan gereja sangat membutuhkan pekerja dan mengungkapkan harapan agar aku memikirkan maksud Tuhan serta mengambil peran dalam kelompok pembersihan. Aku masih merasa agak enggan, tetapi aku teringat bahwa aku sudah pernah menolak tugas itu satu kali dan jika aku menolaknya lagi karena mempertimbangkan masa depan serta prospekku, berarti aku akan mengkhianati Tuhan. Tak sepatutnya aku tidak berhati nurani seperti itu! Di tengah penderitaanku, aku berdoa kepada Tuhan dan memohon kepada-Nya untuk membimbingku agar bisa terbebas dari keadaan yang salah itu.

Belakangan, aku menemukan bagian firman Tuhan ini: "Ada orang-orang yang, seberapa banyak pun watak rusak yang mereka perlihatkan, mereka tidak mencari kebenaran untuk membereskannya. Sebagai akibatnya, bahkan setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, watak mereka tetap tidak berubah. Mereka berpikir, 'Setiap kali aku melakukan sesuatu, aku memperlihatkan watak rusakku; bila aku menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu, aku tidak memperlihatkan watak rusakku. Bukankah itu sudah mengatasi masalah?' Bukankah ini seperti menghindari makan karena takut tersedak? Apa akibat dengan melakukan ini? Itu hanya akan menyebabkan kelaparan. Jika seorang memperlihatkan watak rusaknya dan tidak membereskannya, itu sama saja dengan tidak menerima kebenaran dan mati. Apa konsekuensi bila engkau percaya kepada Tuhan dan tidak mengejar kebenaran? Engkau akan menggali kuburmu sendiri. Watak rusakmu adalah musuh dari kepercayaanmu kepada Tuhan; watak rusakmu menghalangimu untuk menerapkan kebenaran, menghalangimu untuk mengalami pekerjaan Tuhan dan tunduk kepada-Nya. Sebagai akibatnya, engkau tidak akan menerima penyelamatan Tuhan pada akhirnya. Bukankah itu sama dengan menggali kuburmu sendiri? Watak Iblis dalam dirimu menghalangimu untuk menerima dan menerapkan kebenaran. Engkau tidak dapat menghindarinya; engkau harus menghadapinya. Jika engkau tidak mampu mengatasinya, watak Iblis dalam dirimu itu akan mengendalikan dirimu. Jika engkau mampu mengatasinya, engkau tidak akan lagi terkekang olehnya, dan engkau akan bebas" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku menyadari bahwa aku juga menahan diri untuk tidak makan karena takut tersedak. Karena aku telah diberhentikan sebab tidak mencari kebenaran, bertindak berdasarkan watak congkakku, dan mengacaukan serta mengganggu pekerjaan penginjilan gereja, aku menjadi waspada dan diliputi kesalahpahaman. Aku tak mau mengemban tugas penting dan puas hanya dengan melaksanakan tugas apa pun yang tidak penting. Yang penting aku tidak membuat kesalahan atau tidak memiliki masalah apa pun. Ketika mendapat tugas penting, tanpa sadar aku beralih ke mode perlindungan diri. Karena khawatir jika aku membiarkan watak yang rusak menentukan tindakanku, dan kembali menyebabkan kekacauan serta gangguan bagi gereja, aku mungkin akan diberhentikan dan disingkirkan, aku selalu ingin menolak tugas tersebut, berpikir bahwa dengan demikian aku dapat melindungi diriku. Aku selalu menghindar untuk menangani watak rusakku dan tidak mencari kebenaran untuk membereskannya. Jika aku terus seperti itu, bukan hanya watak hidupku tidak akan berubah sedikit pun, melainkan kemampuanku untuk memperoleh keselamatan juga akan menjadi tidak pasti. Firman Tuhan juga memberiku jalan penerapan, menunjukkan kepadaku bahwa aku harus berhenti menghindar untuk menangani watak rusakku dan harus mencari kebenaran untuk membereskannya.

Belakangan, aku merenungkan natur rusak apa yang menyebabkanku selalu bersikap waspada terhadap Tuhan dan menolak tugas yang diberikan. Suatu hari, aku menemukan bagian firman Tuhan ini: "Aku sangat menghargai orang-orang yang tidak menaruh curiga terhadap orang lain, dan Aku juga sangat menyukai mereka yang siap menerima kebenaran; terhadap kedua jenis manusia ini Aku menunjukkan perhatian yang besar, karena di mata-Ku mereka adalah orang-orang yang jujur. Jika engkau adalah orang yang curang, engkau akan selalu waspada dan curiga terhadap semua orang dan segala hal, dan dengan demikian imanmu kepada-Ku akan dibangun di atas dasar kecurigaan. Aku tidak pernah bisa membenarkan iman seperti ini. Tanpa memiliki iman yang sejati, engkau bahkan lebih tidak memiliki kasih sejati. Dan jika engkau cenderung meragukan Tuhan dan berspekulasi tentang diri-Nya sesuka hatimu, maka tak diragukan lagi, engkau adalah orang yang paling curang di antara manusia. Engkau memikirkan apakah Tuhan dapat menjadi seperti manusia atau tidak: penuh dosa yang tak terampuni, berpikiran picik, tak memliki kejujuran dan nalar, kurang memiliki rasa keadilan, penuh dengan taktik yang kejam, pengkhianat dan licik, serta senang dengan kejahatan dan kegelapan, dan sebagainya. Bukankah alasan manusia memiliki pemikiran seperti itu karena mereka sama sekali tidak memiliki pengenalan akan Tuhan? Iman seperti ini adalah sama dengan dosa!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Cara Mengenal Tuhan yang di Bumi"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku menyadari bahwa aku memiliki natur yang licik dan jahat. Pemikiranku sama seperti orang-orang yang tidak benar itu, aku selalu berspekulasi tentang Tuhan, dan bersikap waspada terhadap-Nya sama seperti aku bersikap waspada terhadap orang jahat. Kupikir memberiku tugas penting berarti menyingkapkan dan menyingkirkanku. Karena sebelumnya aku telah dicap melakukan pelanggaran sebab bertindak berdasarkan watak congkakku dan menyebabkan kekacauan serta gangguan bagi pekerjaan gereja, aku khawatir jika aku dicap melakukan pelanggaran lagi, aku akan berisiko untuk disingkirkan, dan dengan demikian aku hidup dalam keadaan waspada dan salah memahami Tuhan. Jadi, ketika pemimpinku menugaskanku untuk mengawasi pekerjaan pembersihan gereja, aku khawatir akan membuat kesalahan dalam menilai orang. Jika aku secara tidak sengaja salah menilai orang baik atau membiarkan orang jahat ataupun antikristus tetap tinggal di gereja, sehingga menyebabkan bahaya yang tersembunyi bagi gereja, itu akan dianggap sebagai pelanggaran besar dan mungkin aku akan disingkirkan. Dengan pertimbangan ini, aku membuat alasan untuk menghindar dan menolak tugas itu. Setelah merenungkannya sekarang, aku mengerti bahwa seandainya aku tidak mengalami diriku diberhentikan, aku tidak akan pernah menyadari bahwa aku memiliki watak congkak seperti itu, apalagi menyadari bahwa aku tidak mencari kebenaran dan bertindak sekehendak hatiku sendiri dalam melaksanakan pekerjaanku serta menempuh jalan antikristus. Hajaran dan pendisiplinan Tuhan yang tepat waktulah yang menyebabkanku merenungkan diri dan keluar dari jalan yang keliru yang sedang kutempuh. Jika bukan karena tindakan Tuhan, siapa tahu kejahatan besar apa yang mungkin akan kulakukan saat dikendalikan oleh naturku yang congkak dan sombong. Meski aku sedikit menderita karena diberhentikan, penghentian itu benar-benar merupakan cara Tuhan untuk melindungi serta menyelamatkanku dan itu mengandung maksud-Nya yang tulus. Kegagalan ini meninggalkan kesan yang dalam padaku: Ini menunjukkan kepadaku betapa buruknya konsekuensi yang timbul karena bertindak berdasarkan watak congkakku dan memungkinkanku mengalami bagaimana watak benar Tuhan tidak boleh disinggung. Kemudian saat melaksanakan tugasku, aku mengingatkan diriku sendiri untuk tidak membiarkan watak congkakku menentukan tindakanku tetapi memiliki hati yang takut akan Tuhan. Saat menghadapi masalah, aku harus meminta saran dari orang lain dan mencari prinsip-prinsip kebenaran agar tidak melakukan kesalahan besar. Watak Tuhan adalah benar dan baik, serta kasih dan keselamatan dari-Nya itu praktis dan nyata tanpa kepalsuan sedikit pun. Asalkan aku merenungkan diriku sendiri dan menyadarinya, Tuhan akan memberiku kesempatan untuk melakukan penerapan, tetapi aku selalu berspekulasi tentang Tuhan, bersikap waspada terhadap-Nya, dan percaya bahwa Dia akan bersikap picik dan tidak bijaksana seperti manusia biasa, tidak memiliki keadilan, dan kebenaran. Kupikir Tuhan hanya menggunakan tugas ini untuk menyingkapkan dan menyingkirkanku. Bukankah aku sedang memfitnah Tuhan? Betapa liciknya aku! Tuhan menyukai orang jujur, dan orang jujur mampu menerima dan menerapkan kebenaran. Adapun aku, watak licikku mendorongku untuk mencurigai Tuhan dan mewaspadai-Nya. Aku sudah berulang kali menghindari tugas yang diberikan kepadaku dan tidak mampu melaksanakan tanggung jawab serta tugasku dengan hati yang terbuka dan jujur. Jika aku tetap seperti itu, bukankah aku akan menghancurkan diriku sendiri? Setelah menyadarinya, aku merasa sangat menyesal dan berdoa kepada Tuhan di dalam hati, ingin menghargai kesempatan untuk melaksanakan tugasku, mengandalkan Tuhan untuk melakukan pekerjaan pembersihan dengan baik dan berhenti menentang serta menolak tugas itu.

Kemudian, aku mulai melaksanakan pekerjaan pembersihan di gereja. Suatu hari, sebuah kasus pengusiran menarik perhatianku. Orang yang akan diusir itu adalah Nyonya Li, yang sebelumnya telah melayani sebagai tuan rumahku. Dia selalu melayani sebagai tuan rumah dan aku bahkan pernah merasa iri kepadanya karena melaksanakan tugas yang tidak terlalu penting sebab kupikir kemungkinannya untuk melakukan pelanggaran besar lebih kecil. Menerapkan iman dengan cara seperti itu tidak akan terlalu berisiko. Namun, kenyataannya membuktikan bahwa gagasanku salah. Meskipun Nyonya Li tidak melaksanakan tugas penting, watak congkaknya tidak pernah berubah, dan dengan upayanya yang sia-sia, bahkan dia telah menggunakan serta memanipulasi putrinya yang merupakan seorang pemimpin gereja untuk mengendalikan gereja, sehingga menyebabkan kekacauan pada gereja. Aku juga terpikir bahwa kebanyakan orang yang telah disingkapkan sebagai orang tidak percaya dan pelaku kejahatan tidak melaksanakan tugas penting, tetapi pada akhirnya disingkirkan karena tidak mengejar kebenaran, bertindak sembrono dan sembarangan berdasarkan watak Iblis mereka, tidak bertobat, serta melakukan segala macam tindakan kejahatan. Aku sangat terkejut setelah menyadari hal ini dan kemudian, aku menemukan bagian firman Tuhan ini. "Sebagian orang berpikir, 'Siapa pun yang memimpin, dia adalah orang yang bodoh dan dungu, dan membawa kehancuran bagi dirinya sendiri, karena bertindak sebagai pemimpin pasti akan membuat orang menunjukkan kerusakannya agar Tuhan dapat melihatnya. Akankah ada begitu banyak kerusakan yang terungkap jika mereka tidak melakukan pekerjaan ini?' Sungguh ide yang tidak masuk akal! Jika engkau tidak bertindak sebagai pemimpin, apakah engkau tidak akan memperlihatkan kerusakan? Apakah tidak menjadi seorang pemimpin, dan juga lebih sedikit menunjukkan kerusakan, berarti engkau telah memperoleh keselamatan? Berdasarkan argumen ini, apakah mereka yang tidak menjadi pemimpin adalah mereka yang bisa bertahan dan diselamatkan? Bukankah pernyataan ini sangat konyol? Orang-orang yang menjadi pemimpin membimbing umat pilihan Tuhan untuk makan dan minum firman Tuhan dan mengalami pekerjaan Tuhan. Persyaratan dan standar ini memang tinggi, sehingga tidak dapat dihindari bahwa para pemimpin akan memperlihatkan keadaan yang rusak ketika mereka pertama kali memulai pekerjaannya. Ini normal, dan Tuhan tidak mengutuknya. Tuhan tidak hanya tidak mengutuknya, namun Dia juga mencerahkan, menerangi, dan membimbing orang-orang ini, serta memberikan beban tambahan kepada mereka. Selama mereka bisa tunduk pada bimbingan dan pekerjaan Tuhan, kemajuan hidup mereka akan lebih cepat dibandingkan dengan orang biasa. Jika mereka adalah orang-orang yang mengejar kebenaran, mereka dapat memulai jalan untuk disempurnakan oleh Tuhan. Inilah hal yang paling diberkati oleh Tuhan. Ada orang-orang yang tidak dapat melihat hal ini, dan mereka memutarbalikkan fakta. Menurut pemahaman manusia, sebanyak apa pun seorang pemimpin berubah, Tuhan tidak akan peduli; Dia hanya akan melihat pada seberapa banyak kerusakan yang diperlihatkan oleh para pemimpin dan pekerja, dan hanya akan menghukum mereka berdasarkan hal ini. Dan bagi mereka yang bukan pemimpin dan pekerja, karena mereka hanya memperlihatkan sedikit kerusakan, sekalipun mereka tidak berubah, Tuhan tidak akan menghukum mereka. Bukankah ini tidak masuk akal? Bukankah ini penghujatan terhadap Tuhan? Jika engkau sangat menentang Tuhan di dalam hatimu, dapatkah engkau diselamatkan? Engkau tidak dapat diselamatkan. Tuhan menentukan kesudahan manusia terutama berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran dan kesaksian yang benar, dan ini terutama bergantung pada apakah mereka adalah orang-orang yang mengejar kebenaran atau bukan. Jika mereka memang mengejar kebenaran, dan mereka dapat sungguh-sungguh bertobat setelah mereka dihakimi dan dihajar karena melakukan pelanggaran, asalkan mereka tidak mengucapkan kata-kata atau melakukan hal-hal yang menghujat Tuhan, mereka pasti akan dapat memperoleh keselamatan. Berdasarkan imajinasi engkau semua, semua orang percaya biasa yang mengikuti Tuhan hingga akhir dapat memperoleh keselamatan, dan mereka yang melayani sebagai pemimpin semuanya harus disingkirkan. Jika engkau semua diminta menjadi pemimpin, engkau semua akan berpikir bahwa tidak baik jika engkau tidak menerimanya, tetapi jika engkau melayani sebagai pemimpin, engkau tanpa sadar akan memperlihatkan kerusakan, dan itu seperti mengirim dirimu sendiri ke alat pemenggal kepala. Bukankah ini semua disebabkan oleh kesalahpahaman engkau semua tentang Tuhan? Jika kesudahan manusia ditentukan berdasarkan kerusakan yang mereka perlihatkan, tak ada seorang pun yang dapat diselamatkan. Jika demikian, apa gunanya Tuhan melakukan pekerjaan penyelamatan? Jika memang demikian, di manakah kebenaran Tuhan? Umat manusia tidak akan mampu melihat watak benar Tuhan. Oleh karena itu, engkau semua telah salah paham terhadap maksud Tuhan, yang menunjukkan bahwa engkau semua tidak memiliki pengenalan yang benar tentang Tuhan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Lewat firman Tuhan, aku mengerti bahwa Tuhan bukan menentukan kesudahan orang berdasarkan tugas apa yang mereka laksanakan atau berapa banyak kerusakan yang telah mereka perlihatkan, melainkan berdasarkan apakah mereka mengejar kebenaran dan fokus membereskan watak rusak mereka atau tidak setelah memperlihatkan kerusakan. Tuhan menyelamatkan mereka yang telah dirusak oleh Iblis; jika Tuhan menentukan kesudahan orang berdasarkan kerusakan apa yang telah mereka perlihatkan, berarti kita semua rentan untuk disingkirkan, Kalau begitu, siapa yang akan dapat diselamatkan? Kepercayaanku ini benar-benar sangat tidak masuk akal. Aku menyadari bahwa meskipun para pemimpin dan pengawas sering kali memperlihatkan kerusakan serta kekurangan mereka, asalkan mereka mengejar kebenaran, sering merenungkan diri sendiri dan mencari kebenaran untuk mengatasi masalah mereka, mereka akan memahami lebih banyak kebenaran, dan jalan masuk kehidupan mereka akan berkembang makin cepat. Aku memikirkan bagaimana para pemimpin palsu dan antikristus yang telah disingkapkan dan disingkirkan itu bukan mengalami nasib seperti itu karena mereka melayani sebagai pemimpin dan pengawas, melainkan karena mereka semua muak akan kebenaran, selalu mengejar reputasi dan status, melakukan tindakan kejahatan yang mengganggu pekerjaan gereja dan tidak bertobat bahkan setelah dipangkas berkali-kali. Aku juga menyadari bahwa alasan mengapa sebelumnya aku diberhentikan dari tugasku sebagai pemimpin juga karena aku tidak mengejar kebenaran dan tidak menempuh jalan yang benar. Itu tidak ada hubungannya dengan tugas penting yang kulaksanakan. Namun, aku gagal memahami fakta ini, tidak merenungkan sumber penyebab kejatuhan dan kegagalanku, tidak memetik pelajaran yang harus kupahami untuk ke depannya, dan justru menggunakan sudut pandangku yang keliru untuk berspekulasi tentang Tuhan dan menilai-Nya. Bukankah ini berarti menghujat Tuhan? Aku teringat akan Petrus, yang menikmati penghakiman dan hajaran Tuhan. Jika penghakiman dan hajaran Tuhan meninggalkannya, dia merasa panik dan gelisah serta merasa tak bisa lagi melanjutkan hidup. Aku melihat bahwa Petrus mencintai kebenaran dengan segenap hatinya, mendambakan hal-hal positif, dan menghargai penghakiman, hajaran, didikan, serta pendisiplinan Tuhan. Dalam lingkungan seperti itu, dia mampu merenungkan kekurangan dan kelemahannya serta mencari kebenaran dan mengejar perubahan. Adapun aku, setelah gagal dan disingkapkan, aku terpuruk dalam keadaan waspada, salah paham, negatif, dan menentang. Aku takut jika mengemban tugas penting lagi, aku akan kembali disingkapkan, jadi aku berulang kali menolak tugas-tugas. Aku menyadari bahwa aku benar-benar muak akan kebenaran. Aku selalu ingin menyembunyikan watak rusakku, tetapi dengan cara itu, aku tak mampu mengenal diriku sendiri, apalagi mampu mencari kebenaran untuk mengatasi masalahku dengan tepat waktu. Pada akhirnya, aku hanya kehilangan kesempatanku untuk diselamatkan karena watakku tak pernah berubah. Aku telah menemukan jalan penerapan melalui pengalaman Petrus: saat memperlihatkan kerusakan, aku harus fokus memahami diriku sendiri serta mencari kebenaran untuk membereskannya, dan aku juga harus memetik pelajaran dari kegagalan orang lain sebagai peringatan untuk diriku sendiri.

Pada bulan Agustus 2021, aku dipilih oleh saudara-saudariku untuk melayani sebagai pemimpin gereja. Aku masih merasa ragu apakah aku harus mengambil tugas itu atau tidak, jadi aku berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku ingin mengemban tugas ini dan memberi kontribusi, tetapi aku selalu khawatir. Tolong bimbing dan arahkan aku." Setelah berdoa, aku teringat akan bagaimana saat makan dan minum firman Tuhan, aku mengerti bahwa tujuan Tuhan dalam memerintahkan orang-orang untuk melaksanakan tugas bukanlah untuk menyingkirkan mereka, melainkan untuk memungkinkan mereka mencari kebenaran, mencapai perubahan watak dan memperoleh keselamatan selama melaksanakan tugas mereka. Aku juga teringat bahwa saat ini gereja sedang terpecah, dan diperlukan banyak orang untuk melaksanakan pekerjaan gereja. Di momen penting seperti itu, aku tak boleh hanya memikirkan kepentingan pribadiku sendiri. Jika aku menolak tugas lagi, itu hanya akan menunjukkan bahwa aku benar-benar tidak memiliki kemanusiaan! Aku harus memikirkan maksud Tuhan dan melaksanakan tugas yang harus kulaksanakan. Belakangan, aku terus bertanya-tanya, "Mengapa aku menjadi khawatir dan takut setiap kali diberi tugas penting? Apa niat yang keliru di balik ini?" Di tengah pencarianku, aku menemukan bagian firman Tuhan ini: "Antikristus tidak pernah menaati pengaturan rumah Tuhan, dan mereka selalu sangat mengaitkan tugas, ketenaran, keuntungan dan status dengan harapan untuk mendapatkan berkat dan tempat tujuan di masa depan, seolah-olah begitu reputasi dan status mereka hilang, harapan mereka untuk mendapatkan berkat dan upah pun hilang, dan ini rasanya seperti kehilangan nyawa mereka. Mereka berpikir, 'Aku harus berhati-hati, aku tidak boleh lengah! Rumah Tuhan, saudara-saudari, para pemimpin dan pekerja, dan bahkan tuhan, semuanya tidak dapat diandalkan. Aku tidak dapat memercayai seorang pun dari mereka. Orang yang paling bisa kuandalkan dan yang paling layak dipercaya adalah diriku sendiri. Jika aku tidak membuat rencana untuk diriku sendiri, lalu siapa yang akan memedulikanku? Siapa yang akan memikirkan masa depanku? Siapa yang akan memikirkan apakah aku akan mendapatkan berkat atau tidak? Oleh karena itu, aku harus membuat rencana dan perhitungan yang matang demi kepentinganku sendiri. Aku tidak boleh melakukan kesalahan, bahkan sama sekali tidak boleh ceroboh, jika tidak, apa yang akan kulakukan jika ada orang yang mencoba mengambil keuntungan dariku?' Jadi, mereka pun bersikap waspada terhadap para pemimpin dan pekerja rumah Tuhan, karena takut ada orang yang akan mengenali dan mengetahui yang sebenarnya tentang mereka, sehingga mereka kemudian akan dikeluarkan dan impian mereka untuk mendapatkan berkat akan hancur. Mereka berpikir bahwa mereka harus menjaga reputasi dan status mereka demi harapan mereka untuk mendapatkan berkat. Seorang antikristus memandang berkat sebagai sesuatu yang lebih besar daripada surga, lebih besar daripada hidup, lebih penting daripada mengejar kebenaran, perubahan watak, atau keselamatan pribadi, dan lebih penting daripada melakukan tugas mereka dengan baik, dan menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar. Mereka berpikir bahwa menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar, melakukan tugas mereka dengan baik dan diselamatkan, semua itu adalah hal-hal remeh yang hampir tidak layak disebutkan atau dikomentari, sedangkan mendapatkan berkat adalah satu-satunya hal di sepanjang hidup mereka yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Dalam apa pun yang mereka hadapi, sebesar atau sekecil apa pun, mereka menghubungkannya dengan diberkati, dan sangat berhati-hati dan penuh perhatian, serta selalu mencadangkan jalan keluar untuk diri mereka sendiri. Jadi ketika tugas mereka disesuaikan, jika itu adalah promosi, seorang antikristus akan berpikir ada harapan untuk mereka diberkati. Jika itu adalah penurunan jabatan, dari pemimpin tim menjadi asisten pemimpin tim, atau dari asisten pemimpin tim menjadi anggota kelompok biasa, mereka memperkirakan bahwa ini akan menjadi masalah besar dan mereka berpikir harapan mereka untuk mendapatkan berkat sangat kecil. Pandangan macam apa ini? Apakah itu pandangan yang benar? Sama sekali tidak. Pandangan ini tidak masuk akal!" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Dua Belas: Mereka Ingin Mundur Ketika Tidak Memiliki Status atau Tidak Ada Harapan untuk Memperoleh Berkat"). Firman Tuhan telah mengungkapkan bagaimana para antikristus hanya percaya kepada Tuhan untuk memperoleh berkat, mengutamakan kepentingan mereka sendiri dalam melaksanakan tugas mereka dan menganggap bahwa memperoleh berkat adalah yang terpenting. Setelah merenungkan perilakuku sendiri, aku menyadari bahwa aku sama saja seperti antikristus. Aku tak merenungkan cara terbaik untuk melaksanakan tugasku sebagai makhluk ciptaan dan justru mengutamakan memperoleh berkat. Dalam melaksanakan tugas, aku selalu takut-takut dan waspada, selalu khawatir jika aku berbuat salah dan dianggap melakukan pelanggaran, aku akan kehilangan kesempatanku untuk memperoleh berkat. Aku menyadari bahwa perilakuku merupakan hasil dari falsafah Iblis seperti "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri" dan "Jangan mencari kebajikan, tetapi menghindarlah agar tidak disalahkan" mengakar dengan kuat di dalam hatiku dan menjadi prinsip-prinsip hidupku. Aku hanya percaya bahwa orang harus hidup untuk dirinya sendiri dan percaya kepada Tuhan untuk memperoleh berkat adalah hal yang benar dan wajar. Ketika gereja menuntutku untuk melaksanakan tugasku, aku berkali-kali menimbang-nimbang tugas mana yang akan memungkinkanku untuk memperoleh berkat sekaligus tidak berisiko menyingkapkan kekurangan dan kerusakanku serta menghindari situasi di mana aku mungkin akan melakukan kesalahan besar. Aku hanya mau melakukan tugas yang memenuhi syarat tersebut. Sebaliknya, aku menentang dan menolak tugas apa pun yang tidak memungkinkanku memperoleh berkat. Memperoleh berkat mendominasi setiap aspek pelaksanaan tugasku, dan aku sangat pemilih tentang tugas apa yang akan kuterima. Aku tidak mempertimbangkan pekerjaan gereja sedikit pun. Di mana ketundukan dan kesetiaanku kepada Tuhan? Aku hidup berdasarkan falsafah Iblis tentang cara berinteraksi dengan orang lain, selalu berusaha agar mendapat imbalan dari Tuhan, dan menolak tugas yang diberikan kepadaku demi masa depan serta tempat tujuanku. Bukankah aku mengkhianati Tuhan? Makin kurenungkan, makin aku merasa bahwa kepercayaanku kepada Tuhan memang sangat tercela. Jika masalah ini tidak kuatasi, ini akan menjadi batu sandungan yang menghalangiku untuk menapakkan kaki di jalan yang benar dalam percaya kepada Tuhan. Sungguh, jika aku terus bersikap seperti itu dan watak hidupku tidak berubah, Tuhan akan menjadi jijik kepadaku dan pada akhirnya aku akan disingkirkan. Aku terpikir akan Paulus, yang menghabiskan seumur hidupnya untuk mengorbankan diri bagi Tuhan hanya untuk mendapatkan mahkota dan upah. Selama melaksanakan pekerjaannya, dia tidak mengejar kebenaran ataupun perubahan watak, dan meskipun dia telah bekerja selama bertahun-tahun, watak Iblisnya tetap tidak berubah. Pada akhirnya, dia dihukum oleh Tuhan karena menentang-Nya. Aku sedang menempuh jalan yang sama dengan Paulus dan jika aku tidak bertobat, Tuhan akan menjadi jijik kepadaku karena tidak mengejar kebenaran, dan aku akan disingkirkan! Aku berlutut di hadirat Tuhan dan berdoa kepada-Nya: "Ya Tuhan, sekarang aku baru menyadari betapa egois dan tercelanya diriku selama ini. Sejak percaya kepada-Mu, aku hanya mencari berkat. Aku tidak mau terus menempuh jalan yang salah ini. Aku hanya ingin melaksanakan tugasku dengan baik dan menempuh jalan mengejar kebenaran."

Belakangan, aku menemukan satu bagian firman Tuhan, yang membantuku agar lebih memahami makna dan nilai dari melaksanakan tugas. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apa pun tugas yang orang laksanakan, itu adalah hal yang paling benar yang dapat mereka lakukan, hal yang paling indah dan adil di antara umat manusia. Sebagai makhluk ciptaan, manusia harus melaksanakan tugas mereka, dan baru setelah itulah mereka dapat menerima perkenan dari Sang Pencipta. Makhluk ciptaan hidup di bawah kekuasaan Sang Pencipta, dan mereka menerima semua yang disediakan oleh Tuhan serta segala sesuatu yang berasal dari Tuhan, jadi mereka harus memenuhi tanggung jawab dan kewajiban mereka. Hal ini sangat wajar dan dibenarkan, serta ditetapkan oleh Tuhan. Dari sini dapat dipahami bahwa jika manusia mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, itu lebih adil, indah, dan mulia daripada apa pun yang dilakukan selama hidup di bumi; tidak ada apa pun di antara manusia yang lebih bermakna atau berharga, dan tidak ada apa pun yang memberikan makna dan nilai yang lebih besar bagi kehidupan manusia ciptaan, selain melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan. Di bumi, hanya sekelompok orang yang sungguh-sungguh dan dengan tulus melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaanlah yang tunduk kepada Sang Pencipta. Kelompok ini tidak mengikuti tren duniawi; mereka tunduk pada pimpinan dan bimbingan Tuhan, hanya mendengarkan firman Sang Pencipta, menerima kebenaran yang diungkapkan oleh Sang Pencipta, dan hidup berdasarkan firman Sang Pencipta. Inilah kesaksian yang paling sejati dan paling berkumandang, dan merupakan kesaksian terbaik dari kepercayaan kepada Tuhan. Bagi makhluk ciptaan, mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, mampu memuaskan Sang Pencipta, adalah hal yang terindah di antara manusia, dan merupakan sesuatu yang patut disebarluaskan sebagai sebuah kisah yang patut dipuji oleh semua orang. Apa pun yang dipercayakan Sang Pencipta kepada makhluk ciptaan harus diterima tanpa syarat oleh mereka; bagi manusia, ini adalah masalah kebahagiaan dan hak istimewa, dan bagi semua orang yang mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, tidak ada yang lebih indah atau patut dikenang. Ini adalah sesuatu yang positif. ... Sebagai makhluk ciptaan, ketika menghadap Sang Pencipta, mereka harus melaksanakan tugas mereka. Ini adalah tindakan yang sangat benar, dan mereka harus memenuhi tanggung jawab ini. Atas dasar bahwa makhluk ciptaan melaksanakan tugas mereka, Sang Pencipta telah melakukan pekerjaan yang jauh lebih besar di antara manusia, dan Dia telah melakukan tahap pekerjaan lebih lanjut dalam diri manusia. Dan pekerjaan apakah itu? Dia membekali manusia dengan kebenaran, memungkinkan mereka untuk memperoleh kebenaran dari-Nya saat mereka melaksanakan tugas mereka dan dengan demikian membuang watak rusak mereka dan disucikan. Dengan demikian, mereka mulai melakukan maksud Tuhan dan mulai menempuh jalan yang benar dalam hidup, serta pada akhirnya, mereka mampu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, memperoleh keselamatan penuh, serta tidak lagi menjadi sasaran penindasan Iblis. Inilah hasil akhir yang Tuhan ingin agar manusia peroleh dengan melaksanakan tugas-tugas mereka" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Mereka Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut, Memperdagangkannya untuk Memperoleh Kemuliaan Pribadi (Bagian Tujuh)"). Sungguh, seperti halnya anak-anak, yang memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk berbakti kepada orang tua mereka, makhluk ciptaan juga memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas mereka. Seharusnya manusia sama sekali tidak bertransaksi dalam melaksanakan tugasnya. Aku adalah makhluk ciptaan, dan Tuhan telah memberiku kehidupan, memberiku semua yang kubutuhkan serta bermurah hati memungkinkanku datang ke hadirat-Nya untuk dibekali firman-Nya dan melaksanakan tugas. Ini adalah tanda kasih dan belas kasihan Tuhan. Tuhan menghendaki agar aku mencari kebenaran dan mengejar jalan masuk kehidupan selama melaksanakan tugasku. Dia ingin agar melalui situasi yang Dia atur untukku, aku bisa merenungkan diri, mengenal diriku sendiri, membereskan watak rusakku, menempuh jalan yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, menyingkirkan kerusakanku, dan memperoleh keselamatan dari-Nya. Aku harus membuang niat dan hasratku untuk memperoleh berkat, memberikan hatiku kepada Tuhan, dan melaksanakan tanggung jawab serta tugasku dengan jujur untuk menghibur hati Tuhan. Setelah itu, aku merasa jauh lebih lepas dalam melaksanakan tugasku; meski aku masih sering merasa waspada dan salah memahami Tuhan, aku mulai secara sadar mencari kebenaran, memberontak terhadap diriku sendiri, mengutamakan kepentingan gereja, melaksanakan tugasku berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, dan menahan diri agar tidak bersikap takut-takut dan waspada. Setelah aku mulai menerapkannya dengan cara seperti itu, aku merasa jauh lebih damai dan tenang.

Jika mengingat lagi seluruh pengalaman ini, entah saat aku bekerja sebagai pemimpin atau saat aku diberhentikan, aku menyadari bahwa Tuhan telah mengatur seluruh situasi ini dengan cermat agar aku mampu mengenal diriku sendiri dan menyingkirkan kerusakanku. Itu merupakan pencerahan dan penerangan dari firman Tuhan yang memungkinkanku untuk menyadari pandanganku yang keliru serta kerusakan dan ketidakmurnian dalam tugasku, memperoleh pemahaman akan maksud Tuhan yang sungguh-sungguh untuk menyelamatkan manusia, dan akhirnya terbebas dari kesalahpahaman dan kewaspadaan.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait