21. Cara mengatasi pencobaan Iblis
Firman Tuhan Yang Mahakuasa pada Akhir Zaman
Pembangunan kerajaan ditujukan secara langsung ke alam roh. Dengan kata lain, keadaan peperangan di alam roh diperlihatkan dengan jelas secara langsung di antara semua umat-Ku, dan ini cukup untuk menunjukkan bahwa tidak hanya di dalam gereja, tetapi juga dan terlebih lagi pada Zaman Kerajaan, semua orang selalu dalam keadaan berperang. Meskipun mereka dalam tubuh jasmani mereka, alam roh diungkapkan secara langsung, dan mereka bersentuhan dengan kehidupan alam roh. Jadi, ketika engkau semua mulai menjadi setia, engkau harus mempersiapkan diri dengan baik untuk bagian selanjutnya dari pekerjaan-Ku. Engkau harus menyerahkan seluruh hatimu; baru setelah itulah engkau dapat memuaskan hati-Ku. Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi sebelumnya di dalam gereja; sekarang, apa yang terjadi di dalam kerajaan yang Kupedulikan. Dalam rencana-Ku, Iblis, selama ini, telah menguntit setiap langkah dan, sebagai kontras dari hikmat-Ku, telah selalu berusaha mencari cara dan sarana untuk mengganggu rencana-Ku yang semula. Namun, mungkinkah Aku menyerah pada rencananya yang curang? Segala sesuatu yang ada di surga dan yang ada di bumi bertindak sebagai objek yang melayani-Ku; mungkinkah rencana curang Iblis akan berbeda dari sebelumnya? Inilah justru titik temu hikmat-Ku; inilah justru yang menakjubkan tentang perbuatan-Ku, dan inilah prinsip kerja seluruh rencana pengelolaan-Ku. Selama era pembangunan kerajaan, Aku tetap tidak menghindari rencana curang Iblis, tetapi terus melakukan pekerjaan yang harus Kulakukan. Di antara alam semesta dan segala sesuatu, Aku telah memilih perbuatan Iblis sebagai kontras-Ku. Bukankah ini adalah perwujudan dari hikmat-Ku? Bukankah justru ini yang menakjubkannya tentang pekerjaan-Ku?
—Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 8"
Segala sesuatu yang Tuhan lakukan itu perlu dan memiliki makna penting yang luar biasa karena semua yang Dia lakukan dalam diri manusia berkaitan dengan pengelolaan-Nya dan penyelamatan umat manusia. Tentu saja, pekerjaan yang Tuhan lakukan dalam diri Ayub juga demikian, meskipun Ayub tak bercela dan jujur di mata Tuhan. Dengan kata lain, apa pun yang Tuhan lakukan atau cara Dia melakukannya, berapa pun harga yang harus dibayar, apa pun sasaran-Nya, tujuan dari tindakan-Nya tidak berubah. Tujuan-Nya adalah untuk memasukkan firman Tuhan, serta tuntutan dan maksud Tuhan bagi manusia ke dalam diri manusia; dengan kata lain, tujuannya adalah untuk memasukkan semua yang Tuhan anggap positif ke dalam diri manusia sesuai dengan langkah-langkah-Nya, memampukan manusia untuk memahami hati Tuhan dan memahami esensi Tuhan, serta memungkinkan manusia untuk tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, dan dengan demikian memungkinkan manusia untuk mencapai takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan—semua ini merupakan salah satu aspek dari tujuan Tuhan dalam semua yang Dia lakukan. Aspek lainnya adalah bahwa, karena Iblis adalah kontras dan objek pelayanan dalam pekerjaan Tuhan, manusia sering diserahkan kepada Iblis; ini adalah sarana yang Tuhan gunakan untuk memungkinkan manusia melihat kejahatan, keburukan, dan kekejian Iblis dalam pencobaan dan serangan Iblis, sehingga menyebabkan manusia membenci Iblis dan mampu mengetahui dan mengenali apa yang negatif. Proses ini membuat mereka untuk secara berangsur-angsur membebaskan diri mereka sendiri dari kendali Iblis dan dari tuduhan, gangguan, dan serangan Iblis—sampai, karena firman Tuhan, pengenalan mereka akan Tuhan, ketundukan mereka kepada Tuhan, iman mereka kepada Tuhan, dan rasa takut mereka akan Tuhan, mereka menang atas serangan dan tuduhan Iblis; baru setelah itulah mereka akan benar-benar dibebaskan dari kuasa Iblis. Pembebasan manusia berarti bahwa Iblis telah dikalahkan, itu berarti bahwa mereka tidak lagi menjadi santapan di mulut Iblis—alih-alih menelan mereka, Iblis telah melepaskan mereka. Ini karena orang-orang semacam ini jujur, karena mereka memiliki iman, ketundukan, dan takut akan Tuhan, dan karena mereka sepenuhnya memutuskan hubungan dengan Iblis. Mereka mempermalukan Iblis, mereka membuat Iblis menjadi takut, dan mereka sepenuhnya mengalahkan Iblis. Keyakinan mereka dalam mengikut Tuhan, dan ketundukan serta sikap mereka yang takut akan Tuhan mengalahkan Iblis, dan membuat Iblis melepaskan mereka sepenuhnya. Hanya orang-orang semacam inilah yang sudah benar-benar didapatkan oleh Tuhan, dan inilah yang merupakan tujuan akhir Tuhan dalam menyelamatkan manusia. Jika mereka ingin diselamatkan, dan ingin sepenuhnya didapatkan oleh Tuhan, maka semua orang yang mengikut Tuhan harus menghadapi pencobaan dan serangan besar maupun kecil dari Iblis. Mereka yang keluar dari pencobaan dan serangan ini dan mampu mengalahkan Iblis sepenuhnya adalah mereka yang telah diselamatkan oleh Tuhan. Dengan kata lain, mereka yang telah diselamatkan oleh Tuhan adalah mereka yang telah mengalami ujian Tuhan, dan yang telah dicobai dan diserang oleh Iblis berulang kali. Mereka yang telah diselamatkan oleh Tuhan memahami maksud dan tuntutan Tuhan, dan mampu tunduk terhadap kedaulatan dan pengaturan Tuhan, dan mereka tidak meninggalkan jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan di tengah pencobaan Iblis. Mereka yang diselamatkan oleh Tuhan memiliki kejujuran, mereka baik hati, mereka bisa membedakan antara kasih dan kebencian, mereka memiliki rasa keadilan dan bersikap rasional, dan mereka mampu memedulikan Tuhan serta menghargai semua yang berasal dari Tuhan. Orang-orang semacam itu tidak diikat, diintai, dituduh, ataupun disiksa oleh Iblis; mereka sepenuhnya bebas, mereka telah dibebaskan dan dilepaskan sepenuhnya. Ayub adalah orang dengan kebebasan seperti itu, dan inilah sesungguhnya makna penting mengapa Tuhan menyerahkan dia kepada Iblis.
—Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"
Ketika orang belum diselamatkan, hidup mereka sering diganggu, dan bahkan dikendalikan, oleh Iblis. Dengan kata lain, orang yang belum diselamatkan adalah tawanan Iblis, mereka tidak memiliki kebebasan, mereka belum dilepaskan oleh Iblis, mereka tidak layak atau berhak untuk menyembah Tuhan, dan mereka dikejar dengan gigih dan diserang secara kejam oleh Iblis. Orang-orang semacam itu tidak memiliki kebahagiaan untuk ditunjukkan, mereka tidak memiliki hak keberadaan yang normal untuk ditunjukkan, dan bahkan mereka tidak memiliki martabat untuk ditunjukkan. Hanya jika engkau berjuang dan berperang melawan Iblis, menggunakan imanmu kepada Tuhan serta ketundukanmu, dan rasa takutmu akan Tuhan sebagai senjata yang digunakan dalam pertarungan hidup dan mati melawan Iblis, sehingga engkau akan mengalahkan Iblis sepenuhnya dan membuatnya lari terbirit-birit dan menjadi ketakutan kapan pun dia melihatmu, sehingga dia menghentikan serangan dan tuduhannya terhadapmu—baru setelah itulah engkau akan diselamatkan dan menjadi bebas. Jika engkau bertekad untuk benar-benar putus dengan Iblis, tetapi tidak diperlengkapi dengan senjata yang efektif untuk mengalahkan Iblis, maka engkau akan tetap berada dalam bahaya. Seiring berjalannya waktu, ketika engkau begitu tersiksa oleh Iblis sehingga engkau tidak memiliki kekuatan lagi dalam dirimu, juga engkau tetap tidak mampu menjadi kesaksian, masih belum sepenuhnya membebaskan dirimu dari tuduhan dan serangan Iblis terhadapmu, maka engkau memiliki harapan yang sedikit untuk memperoleh penyelamatan. Pada akhirnya, saat akhir pekerjaan Tuhan dikumandangkan, engkau akan tetap berada dalam cengkeraman Iblis, tidak mampu membebaskan dirimu, dan dengan demikian engkau tidak akan pernah memiliki kesempatan atau harapan. Maka, implikasinya adalah orang tersebut akan sepenuhnya berada dalam penawanan Iblis.
—Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"
Ketika Ayub pertama kali menjalani ujiannya, semua harta bendanya dan semua anaknya diambil, tetapi dia tidak jatuh atau mengatakan apa pun yang merupakan dosa terhadap Tuhan dari ujian tersebut. Dia telah mengalahkan pencobaan Iblis, dan dia telah mengalahkan harta bendanya, keturunannya, dan ujian kehilangan semua hal yang bersifat lahiriah, yang berarti dia mampu tunduk kepada Tuhan saat Dia mengambil segala sesuatu darinya dan dia mampu memberikan pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan karena apa yang Tuhan lakukan. Begitulah perilaku Ayub selama pencobaan pertama dari Iblis, dan itu juga merupakan kesaksian Ayub selama ujian pertama Tuhan. Dalam ujian kedua, Iblis mengulurkan tangannya untuk menyakiti Ayub, dan walaupun Ayub mengalami penderitaan yang lebih berat daripada yang pernah dirasakannya sebelumnya, tetapi kesaksiannya itu cukup untuk membuat orang-orang merasa sangat takjub. Dia menggunakan ketabahan, keyakinan, dan ketundukannya kepada Tuhan, serta rasa takutnya akan Tuhan, untuk sekali lagi mengalahkan Iblis, dan perilakunya serta kesaksiannya sekali lagi diperkenan dan disukai oleh Tuhan. Selama pencobaan ini, Ayub menggunakan perilakunya yang sebenarnya untuk menyatakan kepada Iblis bahwa rasa sakit pada tubuhnya tidak dapat mengubah iman dan ketundukannya kepada Tuhan atau merampas pengabdiannya kepada Tuhan dan hatinya yang takut akan Tuhan; dia tidak akan meninggalkan Tuhan atau menyerahkan hidupnya yang tak bercela dan kejujurannya sendiri karena dia menghadapi kematian. Tekad Ayub membuat Iblis menjadi takut, imannya membuat Iblis gentar dan gemetar, intensitas yang dengannya dia berperang melawan Iblis selama peperangan antara hidup dan mati mereka, melahirkan kebencian dan kemarahan yang mendalam kepada Iblis; hidupnya yang tak bercela dan kejujuran Ayub membuat Iblis tidak mampu berbuat apa pun lagi kepadanya, sehingga Iblis menghentikan serangannya terhadap dia dan menghentikan tuduhannya terhadap Ayub yang didakwakannya di hadapan Tuhan Yahweh. Ini berarti bahwa Ayub telah mengalahkan dunia. Dia telah mengalahkan tubuhnya. Dia telah mengalahkan Iblis, dan dia telah mengalahkan kematian; dia benar-benar dan sepenuhnya merupakan manusia kepunyaan Tuhan. Selama kedua ujian ini, Ayub tetap teguh dalam kesaksiannya, dan benar-benar menghidupi hidupnya yang tak bercela dan kejujurannya, dan memperluas ruang lingkup prinsip hidupnya yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Setelah mengalami kedua ujian ini, lahirlah dalam diri Ayub pengalaman yang lebih kaya, dan pengalaman ini membuatnya lebih dewasa dan berpengalaman, membuatnya lebih kuat, dan memiliki keyakinan yang lebih besar, dan membuatnya lebih yakin akan kebenaran dan pentingnya kesalehan yang dia pegang teguh. Ujian Tuhan Yahweh terhadap Ayub memberinya pemahaman dan rasa kepedulian yang mendalam tentang perhatian Tuhan kepada manusia, dan membuatnya dapat merasakan betapa berharganya kasih Tuhan, yang darinya perhatian dan kasih kepada Tuhan ditambahkan ke dalam sikapnya yang takut akan Tuhan. Ujian dari Tuhan Yahweh bukan saja tidak menjauhkan Ayub dari-Nya, tetapi juga membuat hatinya semakin dekat kepada Tuhan. Ketika rasa sakit jasmani yang dialami oleh Ayub mencapai puncaknya, perhatian yang dia rasakan dari Tuhan Yahweh membuatnya tidak punya pilihan selain mengutuk hari kelahirannya. Perilaku seperti ini tidak direncanakan sejak lama, tetapi merupakan ungkapan alami dari perhatian dan kasih kepada Tuhan dari dalam hatinya, itu adalah ungkapan alami yang berasal dari perhatian dan kasihnya kepada Tuhan. Dengan kata lain, karena dia membenci dirinya sendiri dan dia tidak mau, dan tidak tahan membiarkan Tuhan tersiksa, maka perhatian dan kasihnya mencapai titik tanpa pamrih. Pada saat ini, Ayub meningkatkan pemujaan dan kerinduannya yang telah lama ada kepada Tuhan dan pengabdiannya kepada Tuhan sampai ke tingkat perhatian dan kasih. Pada saat yang sama, dia juga meningkatkan iman dan ketaatannya kepada Tuhan dan sikapnya yang takut akan Tuhan sampai ke tingkat perhatian dan kasih. Dia tidak membiarkan dirinya melakukan apa pun yang akan melukai hati Tuhan, dia tidak membiarkan dirinya melakukan tindakan yang akan menyakiti Tuhan, dan tidak membiarkan dirinya menimbulkan kedukaan, kesedihan, atau bahkan ketidakbahagiaan kepada Tuhan karena alasannya sendiri. Di mata Tuhan, meskipun Ayub masih Ayub yang sama seperti dahulu, iman, ketaatan, dan sikap Ayub yang takut akan Tuhan membuat Tuhan sangat puas dan gembira. Pada saat ini, Ayub telah mencapai kesempurnaan yang Tuhan harapkan untuk dia capai; dia telah menjadi orang yang benar-benar layak disebut "tak bercela dan jujur" di mata Tuhan. Perbuatannya yang benar membuatnya dapat mengalahkan Iblis dan tetap teguh dalam kesaksiannya kepada Tuhan. Demikian juga, perbuatannya yang benar menjadikannya tak bercela, dan membuat nilai kehidupannya meningkat dan melampaui lebih dari sebelumnya, dan semua itu juga menjadikannya orang pertama yang tidak lagi diserang dan dicobai oleh Iblis. Karena Ayub adalah orang benar, dia dituduh dan dicobai Iblis; karena Ayub adalah orang benar, dia diserahkan kepada Iblis; dan karena Ayub adalah orang benar, dia mengatasi dan mengalahkan Iblis, dan tetap teguh dalam kesaksiannya. Mulai saat itu, Ayub menjadi orang pertama yang tidak akan pernah lagi diserahkan kepada Iblis, dia benar-benar datang ke hadapan takhta Tuhan dan hidup dalam terang, di bawah berkat Tuhan tanpa diintai atau ingin dijatuhkan oleh Iblis .... Dia telah menjadi manusia sejati di mata Tuhan; dia telah dibebaskan ...
—Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"
Ayub telah mengalami amukan Iblis, tetapi dia tetap tidak meninggalkan nama Tuhan Yahweh. Istrinya adalah yang pertama muncul, dan memainkan peran Iblis dalam wujud yang dapat dilihat mata manusia, menyerang Ayub. Teks aslinya menguraikannya sebagai berikut: "Lalu kata istrinya kepadanya: 'Apakah engkau masih mempertahankan kesalehanmu? Kutuklah Tuhan dan matilah!'" (Ayub 2:9). Ini adalah perkataan yang diucapkan Iblis yang menyamar sebagai manusia. Perkataan itu adalah serangan, dan tuduhan, serta godaan, pencobaan, dan fitnah. Setelah gagal menyerang tubuh Ayub, Iblis kemudian langsung menyerang kesalehan Ayub, ingin menggunakan ini untuk membuat Ayub melepaskan kesalehannya, meninggalkan Tuhan, dan tidak lagi melanjutkan hidup. Demikian pula, Iblis ingin menggunakan perkataan semacam itu untuk memikat Ayub: jika Ayub melupakan nama Yahweh, dia tidak perlu menanggung siksaan seperti itu; dia dapat membebaskan dirinya dari siksaan fisiknya. Diperhadapkan dengan saran istrinya, Ayub menegurnya dengan mengatakan: "Engkau berbicara seperti perempuan bodoh. Apakah kita mau menerima yang baik dari tangan Tuhan dan tidak mau menerima yang jahat?" (Ayub 2:10). Ayub sudah lama mengetahui perkataan ini, tetapi pada saat ini benarnya pengetahuan Ayub mengenai perkataan ini terbukti.
Ketika istrinya menyarankan kepadanya untuk mengutuk Tuhan dan mati, maksudnya adalah: "Tuhanmu memperlakukanmu seperti itu, jadi mengapa tidak mengutuk-Nya? Apa gunanya engkau tetap hidup? Tuhanmu sangat tidak adil kepadamu, tetapi engkau tetap berkata 'terpujilah nama Yahweh'. Bagaimana Dia bisa mendatangkan bencana atasmu padahal engkau memuji nama-Nya? Segera tinggalkan nama Tuhan, dan jangan ikuti Dia lagi. Kemudian, masalahmu akan berakhir." Pada saat ini, ada kesaksian yang dihasilkan yang Tuhan ingin lihat dalam diri Ayub. Tidak ada orang biasa yang dapat memberikan kesaksian seperti ini, dan kita juga tidak pernah membaca kesaksian seperti ini di kisah mana pun dalam Alkitab—tetapi Tuhan telah melihatnya jauh sebelum Ayub mengucapkan perkataan ini. Tuhan hanya ingin memanfaatkan kesempatan ini agar Ayub dapat membuktikan kepada semua orang bahwa Tuhan benar. Diperhadapkan dengan saran istrinya, Ayub bukan hanya tidak melepaskan kesalehannya atau meninggalkan Tuhan, tetapi dia juga berkata kepada istrinya: "Apakah kita mau menerima yang baik dari tangan Tuhan dan tidak mau menerima yang jahat?" Apakah perkataan ini sangat berbobot? Di sini, hanya ada satu fakta yang mampu membuktikan bobot perkataan ini. Bobot dari perkataan ini adalah bahwa perkataan ini diperkenan oleh Tuhan di dalam hati-Nya, perkataan ini diinginkan oleh Tuhan, perkataan inilah yang ingin didengar Tuhan, dan perkataan inilah hasil yang ingin dilihat Tuhan; perkataan ini juga merupakan inti dari kesaksian Ayub. Dalam hal ini, hidup Ayub yang tidak bercela, kejujuran, sikapnya yang takut akan Tuhan, dan menjauhi kejahatan terbukti. Keberhargaan Ayub terletak pada bagaimana, ketika dia dicobai, dan bahkan ketika sekujur tubuhnya dipenuhi dengan bisul yang busuk, ketika dia menanggung siksaan paling berat, dan ketika istri dan kerabatnya menasihatinya, dia tetap mengucapkan perkataan seperti itu. Dengan kata lain, di dalam hatinya dia percaya bahwa apa pun pencobaan atau bagaimanapun pedihnya kesengsaraan atau siksaan, bahkan seandainya kematian akan menimpanya, dia tidak akan meninggalkan Tuhan atau menolak jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Jadi, jelas bahwa Tuhan mendapat tempat yang paling penting di dalam hatinya, dan bahwa hanya ada Tuhan di dalam hatinya. Karena inilah kita membaca semua uraian tentang dia di Alkitab sebagai berikut: "Dalam semua ini Ayub tidak berdosa dengan bibirnya." Dia bukan hanya tidak berbuat dosa dengan bibirnya, tetapi di dalam hatinya dia juga tidak mengeluh tentang Tuhan. Dia tidak mengucapkan perkataan menyakitkan tentang Tuhan, dan dia juga tidak berdosa terhadap Tuhan. Mulutnya tidak hanya memuji nama Tuhan, tetapi di dalam hatinya dia juga memuji nama Tuhan; mulut dan hatinya selaras. Inilah Ayub sejati yang dilihat oleh Tuhan, dan inilah alasan mengapa Tuhan menghargai Ayub.
—Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"
Iman serta ketundukan Ayub, dan kesaksiannya dalam mengalahkan Iblis telah menjadi sumber pertolongan dan dorongan yang sangat besar bagi orang-orang. Dalam diri Ayub, mereka melihat harapan bagi keselamatan mereka sendiri, dan memahami bahwa melalui iman, dan ketundukan serta sikap takut akan Tuhan, sangatlah mungkin untuk mengalahkan Iblis, dan menang atas Iblis. Mereka memahami bahwa asalkan mereka tunduk terhadap kedaulatan dan pengaturan Tuhan, dan asalkan mereka memiliki tekad dan iman untuk tidak meninggalkan Tuhan setelah kehilangan segalanya, maka mereka bisa mempermalukan dan mengalahkan Iblis, dan mereka memahami bahwa mereka hanya perlu memiliki tekad dan kegigihan untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka—bahkan jika itu berarti kehilangan nyawa mereka—agar Iblis takut dan mundur dengan segera. Kesaksian Ayub merupakan sebuah peringatan bagi generasi berikutnya, dan peringatan ini memberitahukan kepada mereka bahwa jika mereka tidak mengalahkan Iblis, mereka tidak akan mampu membebaskan diri mereka dari tuduhan dan gangguan Iblis, juga mereka tidak akan pernah mampu untuk lolos dari siksaan dan serangan Iblis. Kesaksian Ayub telah mencerahkan generasi berikutnya. Pencerahan ini mengajar orang bahwa hanya jika mereka tak bercela dan jujur barulah mereka akan mampu untuk takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan; ini mengajar mereka bahwa hanya jika mereka takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan barulah mereka bisa menjadi kesaksian yang kuat dan berkumandang bagi Tuhan; hanya jika mereka menjadi kesaksian yang kuat dan berkumandang bagi Tuhan barulah mereka tidak akan pernah bisa dikendalikan oleh Iblis dan hidup di bawah bimbingan dan perlindungan Tuhan—baru pada saat itulah mereka telah benar-benar diselamatkan. Karakter Ayub dan pengejaran hidupnya patut ditiru oleh setiap orang yang mengejar keselamatan. Yang Ayub hidupi sepanjang hidupnya dan perilakunya selama ujiannya merupakan harta karun yang berharga bagi semua orang yang mengejar jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan.
—Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"
Petrus setia kepada-Ku selama bertahun-tahun, tetapi dia tidak pernah menggerutu ataupun mengeluh; bahkan Ayub tidak sebanding dengannya, dan, selama berabad-abad, semua orang kudus lainnya sangat jauh bila dibandingkan dengan Petrus. Dia tidak hanya berusaha untuk mengenal-Ku, tetapi juga jadi mengenal-Ku pada saat Iblis sedang melakukan rencananya yang curang. Ini membuat Petrus melayani-Ku selama bertahun-tahun, selalu sejalan dengan maksud-maksud-Ku, dan karena alasan inilah dia tidak pernah ditindas oleh Iblis. Petrus belajar dari iman Ayub, tetapi dia juga dengan jelas menyadari kekurangan Ayub. Meskipun Ayub memiliki iman yang luar biasa, dia tidak memiliki pengetahuan akan hal-hal di alam roh, jadi dia mengucapkan banyak perkataan yang tidak sesuai dengan kenyataan; ini menunjukkan bahwa pengetahuan Ayub masih dangkal dan tidak dapat menjadi sempurna. Oleh karena itu, Petrus selalu berfokus untuk memperoleh kepekaan dalam rohnya, dan selalu memperhatikan dinamika alam roh. Sebagai hasilnya, dia tidak hanya mampu mengetahui apa yang menjadi maksud-maksud-Ku, tetapi juga memiliki sedikit pengetahuan tentang rencana curang Iblis. Karena ini, pengenalannya akan Aku menjadi lebih besar daripada siapa pun di sepanjang zaman.
Dari pengalaman Petrus, tidaklah sulit untuk memahami bahwa jika manusia ingin mengenal-Ku, mereka harus berfokus untuk memberikan perhatian yang saksama di dalam roh mereka. Aku tidak memintamu untuk "mempersembahkan" hal-hal tertentu kepada-Ku secara lahiriah; itu adalah hal yang sekunder. Jika engkau tidak mengenal-Ku, maka seluruh iman, kasih, dan kesetiaan yang kaubicarakan hanyalah ilusi, semua itu hanya buih, dan engkau pasti akan menjadi orang yang menyombongkan diri di hadapan-Ku tetapi tidak mengenal dirinya sendiri. Dengan demikian, engkau kembali akan dijerat oleh Iblis dan tidak mampu melepaskan dirimu sendiri; engkau akan menjadi manusia durhaka dan objek pemusnahan. Namun, jika engkau dingin dan tidak peduli terhadap firman-Ku, maka tidak diragukan lagi bahwa engkau menentang Aku. Ini adalah kenyataan, dan engkau sebaiknya melayangkan pandanganmu melalui gerbang alam roh untuk melihat berbagai macam roh yang telah Kuhajar. Siapakah di antara mereka, diperhadapkan dengan firman-Ku, yang tidak negatif, tidak peduli, dan tidak menerima firman-Ku? Siapakah di antara mereka yang tidak sinis terhadap firman-Ku? Siapakah di antara mereka yang tidak mencoba mencari-cari kesalahan terhadap firman-Ku? Siapakah di antara mereka yang tidak menggunakan firman-Ku sebagai "senjata pertahanan" untuk melindungi diri mereka sendiri? Mereka tidak menggunakan isi firman-Ku sebagai jalan untuk mengenal-Ku, tetapi hanya menggunakan firman-Ku sebagai mainan untuk mereka mainkan. Dalam hal ini, bukankah mereka sedang menentang-Ku secara langsung? Siapakah firman-Ku? Siapakah Roh-Ku? Aku telah berkali-kali menanyakan kepada engkau semua pertanyaan semacam itu, tetapi pernahkah engkau mendapatkan wawasan yang lebih tinggi dan jelas tentangnya? Pernahkah engkau benar-benar mengalaminya? Aku mengingatkanmu sekali lagi: jika engkau tidak mengetahui firman-Ku, ataupun menerimanya, ataupun menerapkannya, maka engkau pasti akan menjadi objek hajaran-Ku! Engkau pasti akan menjadi korban si Iblis!
—Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 8"
Ketika Tuhan berkata, "Keadaan peperangan di alam roh diperlihatkan dengan jelas secara langsung di antara semua umat-Ku," Dia bermaksud mengatakan bahwa ketika orang memulai di jalur yang benar dan mulai mengenal Tuhan, setiap orang tidak hanya akan dicobai oleh Iblis di dalam dirinya, tetapi mereka juga akan dicobai Iblis di dalam gereja itu sendiri. Namun, inilah jalan yang harus ditempuh semua orang, jadi tak seorang pun perlu khawatir. Pencobaan si Iblis mungkin datang dalam beberapa bentuk. Seseorang mungkin melalaikan atau mengabaikan apa yang Tuhan katakan, dan mungkin mengucapkan hal-hal yang negatif untuk meredam sikap positif orang lain; tetapi, orang semacam itu biasanya tidak akan membujuk orang lain untuk berpihak kepada mereka. Hal ini sulit untuk dipahami. Alasan utama untuk hal ini adalah: orang semacam itu mungkin masih proaktif dalam menghadiri pertemuan, tetapi mereka tidak memiliki kejelasan tentang visi. Jika gereja tidak waspada terhadap mereka, seluruh gereja dapat dipengaruhi oleh sikap negatif mereka sehingga mereka bersikap suam-suam kuku terhadap Tuhan, dan dengan demikian tidak memperhatikan firman Tuhan—dan ini berarti mereka langsung jatuh ke dalam pencobaan si Iblis. Orang semacam itu mungkin tidak menentang Tuhan secara langsung, tetapi karena mereka tidak dapat memahami firman Tuhan dan tidak mengenal Tuhan, mereka mungkin akan mengeluh atau memiliki hati yang penuh dengan kebencian di dalam hatinya. Mereka mungkin berkata bahwa Tuhan telah meninggalkan mereka dan oleh karena itu mereka tidak mampu menerima pencerahan dan penerangan. Mereka mungkin ingin pergi, tetapi mereka merasa sedikit takut, dan mereka mungkin mengatakan bahwa pekerjaan Tuhan bukan berasal dari Tuhan melainkan pekerjaan roh-roh jahat.
Mengapa Tuhan begitu sering menyebut Petrus? Dan mengapa Dia berkata bahwa bahkan Ayub pun masih jauh dari kesetaraan dengan dia? Mengatakan hal ini bukan saja menyebabkan orang memperhatikan perbuatan Petrus, tetapi juga telah membuat mereka mengesampingkan semua contoh yang selama ini ada dalam hati mereka, bahkan contoh tentang Ayub—yang memiliki iman terbesar—tidak akan cukup. Hanya dengan cara inilah hasil yang lebih baik dapat dicapai, di mana orang mampu mengesampingkan segala sesuatu dalam upaya untuk meniru Petrus, dan dengan melakukan itu, maju satu langkah dalam pengenalan akan Tuhan. Tuhan menunjukkan kepada orang-orang jalan penerapan yang Petrus ambil untuk mengenal Tuhan, dan tujuan melakukannya adalah untuk memberi manusia titik acuan. Kemudian Tuhan memprediksikan salah satu cara di mana Iblis akan mencobai manusia, ketika Dia berkata, "Namun, jika engkau dingin dan tidak peduli terhadap firman-Ku, maka tidak diragukan lagi bahwa engkau menentang Aku. Ini adalah kenyataan." Dalam firman ini, Tuhan menubuatkan rancangan licik yang akan Iblis coba gunakan; ini berfungsi sebagai peringatan. Tidak mungkin semua orang dapat bersikap acuh tak acuh terhadap firman Tuhan, tetapi meskipun demikian, sebagian orang akan ditawan oleh pencobaan ini. Oleh karena itu, pada akhirnya, Tuhan mengulangi dengan penekanan, "Jika engkau tidak mengetahui firman-Ku, ataupun menerimanya, ataupun menerapkannya, maka engkau pasti akan menjadi objek hajaran-Ku! Engkau pasti akan menjadi korban si Iblis!" Inilah nasihat Tuhan kepada umat manusia—tetapi pada akhirnya, sebagaimana yang dinubuatkan Tuhan, sebagian manusia pasti akan menjadi korban si Iblis.
—Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Penafsiran Rahasia 'Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta', Bab 8"
Matius 4:8-11 Sekali lagi, Iblis membawa-Nya ke gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan di dunia dan kemegahannya; lalu berkata kepada-Nya: "Semua ini akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau mau sujud menyembah aku." Lalu Yesus berkata kepadanya, "Enyah engkau, Iblis! Sebab ada tertulis, Engkau harus menyembah Tuhan dan hanya Dia yang engkau harus layani." Lalu Iblis meninggalkan Dia dan lihatlah, malaikat-malaikat datang dan melayani Dia.
Iblis si setan, setelah gagal pada dua tipuan sebelumnya, mencoba tipuan yang lain: Iblis menunjukkan semua kerajaan di dunia dan kemuliaannya kepada Tuhan Yesus dan meminta Dia untuk menyembah dirinya. Apa yang bisa engkau lihat tentang sifat iblis yang sebenarnya dari situasi ini? Bukankah Iblis si setan benar-benar tidak tahu malu? (Ya.) Seberapa tidak tahu malunya dia? Segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan, tetapi Iblis memutarbalikkannya dan menunjukkan segala sesuatu kepada Tuhan sambil berkata: "Lihatlah kekayaan dan kemuliaan semua kerajaan ini. Jika Engkau menyembahku, aku akan memberikan semuanya kepada-Mu." Bukankah ini sepenuhnya pemutarbalikkan peran? Bukankah Iblis tidak tahu malu? Tuhan menciptakan segalanya, tetapi apakah Dia menciptakan segala sesuatu untuk kesenangan-Nya sendiri? Tuhan memberikan segalanya kepada umat manusia, tetapi Iblis ingin merebut semuanya dan setelah merebut semuanya, dia berkata kepada Tuhan, "Sembahlah aku! Sembahlah aku, dan aku akan memberikan semua ini kepada-Mu." Inilah wajah buruk Iblis; dia benar-benar tidak tahu malu! Iblis bahkan tidak tahu arti dari kata "malu". Ini hanyalah contoh lain kejahatannya. Dia bahkan tidak tahu apa rasa malu itu. Iblis jelas tahu bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu, dan bahwa Dia mengelola dan berkuasa atas segala sesuatu. Segala sesuatu bukan milik manusia, apalagi milik Iblis, melainkan milik Tuhan, tetapi Iblis si setan dengan berani mengatakan bahwa dia akan memberikan segalanya kepada Tuhan. Bukankah ini contoh lain Iblis yang sekali lagi melakukan sesuatu yang tidak masuk akal dan tidak tahu malu? Ini membuat Tuhan semakin membenci Iblis, bukan? Namun, apa pun yang Iblis coba lakukan, apakah Tuhan Yesus terpedaya? Apa yang Tuhan Yesus katakan? ("Engkau harus menyembah Tuhan dan hanya Dia yang engkau harus layani.") Apakah perkataan ini memiliki makna praktis? (Ya.) Apa makna praktisnya? Kita melihat kejahatan dan sikap tidak tahu malu Iblis dalam perkataannya. Jadi, jika manusia menyembah Iblis, apa hasilnya? Akankah mereka mendapatkan kekayaan dan kemuliaan dari semua kerajaan? (Tidak.) Apa yang akan mereka dapatkan? Apakah manusia akan menjadi sama tidak tahu malunya dan sama menggelikannya dengan Iblis? (Ya.) Maka mereka tidak akan ada bedanya dengan Iblis. Oleh karena itu, Tuhan Yesus mengucapkan perkataan ini, yang penting bagi setiap manusia: "Engkau harus menyembah Tuhan dan hanya Dia yang engkau harus layani." Ini berarti kecuali Tuhan, kecuali Tuhan itu sendiri, jika engkau melayani yang lain, jika engkau menyembah Iblis si setan, maka engkau akan berkubang dalam kotoran yang sama dengan Iblis. Kemudian, engkau akan menjadi sama tidak tahu malunya dan sama jahatnya dengan Iblis, dan sama seperti Iblis engkau akan mencobai Tuhan dan menyerang Tuhan. Dengan demikian, seperti apakah jadinya kesudahanmu? Engkau akan dibenci oleh Tuhan, dipukul oleh Tuhan, dan dihancurkan oleh Tuhan. Setelah Iblis mencobai Tuhan Yesus beberapa kali tanpa hasil, apakah Iblis mencoba lagi melakukannya? Iblis tidak mencoba lagi melakukannya dan dia pun pergi. Hal ini membuktikan apa? Ini membuktikan bahwa natur jahat Iblis, kejahatannya, dan sikapnya yang tidak masuk akal, serta kekonyolannya tidak layak bahkan untuk disebutkan di hadapan Tuhan. Tuhan Yesus mengalahkan Iblis hanya dengan tiga kalimat, di mana setelah itu, dia lari terbirit-birit sambil mengepit ekor di antara kakinya, terlalu malu untuk menunjukkan wajahnya lagi, dan dia pun tidak pernah lagi mencobai Tuhan Yesus. Karena Tuhan Yesus telah mengalahkan pencobaan Iblis, Dia sekarang dapat dengan mudah melanjutkan pekerjaan yang harus Dia lakukan dan melakukan tugas-tugas yang ada di hadapan-Nya. Apakah segala sesuatu yang Tuhan Yesus katakan dan lakukan dalam situasi ini mengandung makna praktis bagi semua dan setiap manusia jika hal itu diterapkan pada zaman sekarang? (Ya.) Apa makna praktisnya? Apakah mengalahkan Iblis hal yang mudah untuk dilakukan? Haruskah orang memiliki pemahaman yang jelas tentang natur jahat Iblis? Haruskah orang memiliki pemahaman yang benar tentang pencobaan Iblis? (Ya.) Ketika engkau mengalami pencobaan Iblis dalam kehidupanmu sendiri, jika engkau mampu mengerti natur jahat Iblis yang sebenarnya, apakah engkau akan mampu mengalahkannya? Jika engkau tahu tentang sikap tidak masuk akal dan kekonyolan Iblis, apakah engkau tetap akan berpihak kepada Iblis dan menyerang Tuhan? Jika engkau mengerti bagaimana kejahatan dan sikap tidak tahu malu Iblis terungkap melalui dirimu—jika engkau dengan jelas mengenali dan memahami hal-hal ini—apakah engkau akan tetap menyerang dan mencobai Tuhan dengan cara ini? (Tidak, kami tidak mau.) Apa yang akan engkau lakukan? (Kami akan memberontak melawan Iblis dan meninggalkannya.) Apakah itu hal yang mudah dilakukan? Ini tidak mudah. Untuk melakukan ini, orang harus sering berdoa, mereka harus sering menempatkan diri di hadapan Tuhan dan memeriksa diri mereka sendiri. Dan mereka harus membiarkan pendisiplinan Tuhan dan penghakiman serta hajaran-Nya menimpa mereka. Hanya dengan cara inilah orang akan secara bertahap melepaskan dirinya dari penyesatan dan kendali Iblis.
—Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V"
Sekarang ini, apakah orang menghadapi banyak godaan dalam kehidupan mereka di tengah masyarakat? Godaan mengepungmu dari berbagai sisi, segala macam arus kejahatan, segala macam wacana, segala macam pemikiran dan sudut pandang, segala macam menyesatkan dan bujukan dari semua jenis orang, segala macam wajah jahat yang dikenakan oleh semua jenis orang. Semua ini adalah godaan yang engkau hadapi. Sebagai contoh, orang mungkin membantumu, membuatmu kaya, menjadi temanmu, berkencan denganmu, memberimu uang, memberimu pekerjaan, mengundangmu untuk berdansa, menjilat dirimu, atau memberimu hadiah. Semua ini mungkin saja merupakan godaan. Jika sesuatu tidak berjalan dengan baik, engkau akan jatuh ke dalam perangkap. Jika hatimu tidak kauperlengkapi dengan kebenaran dan engkau tidak mengalami tingkat pertumbuhan yang nyata, engkau tak akan mampu mengetahui yang sebenarnya mengenai hal-hal ini, dan semua itu akan menjadi perangkap dan godaan bagimu. Di satu sisi, jika engkau tidak memiliki kebenaran, engkau tak akan mampu mengenali tipu muslihat Iblis, dan engkau tak akan mampu melihat wajah jahat dari berbagai jenis orang. Engkau tak akan mampu mengalahkan Iblis, memberontak terhadap daging, dan mencapai ketundukan kepada Tuhan. Di sisi lain, karena tidak memiliki kenyataan kebenaran, engkau tak akan mampu melawan semua jenis arus jahat, sudut pandang jahat, serta pemikiran dan perkataan yang tidak masuk akal. Saat diperhadapkan dengan hal-hal ini, itu akan seperti hawa dingin yang tiba-tiba menerpamu. Mungkin engkau hanya akan terkena flu ringan, atau mungkin sakit yang lebih serius—engkau bahkan mungkin menderita flu parah yang mengancam nyawa.[a] Mungkin engkau akan kehilangan imanmu sama sekali. Jika engkau tidak memiliki kebenaran, hanya beberapa patah kata yang diucapkan para Iblis dan setan dari dunia orang tidak percaya, akan membuatmu bingung dan kacau. Engkau akan mempertanyakan haruskah engkau percaya kepada Tuhan atau tidak dan apakah iman seperti itu benar. Mungkin, hari ini berkumpul, engkau dalam keadaan yang baik, tetapi keesokan harinya, engkau pulang dan menonton dua episode acara televisi. Engkau telah diperdaya. Pada malam harinya, engkau lupa berdoa sebelum tidur, dan pikiranmu dipenuhi alur acara televisi. Jika engkau berlanjut menonton televisi selama dua hari, hatimu sudah jauh dari Tuhan. Engkau tidak lagi ingin membaca firman Tuhan atau bersekutu tentang kebenaran. Engkau bahkan tidak ingin berdoa kepada Tuhan. Dalam hatimu, engkau selalu berkata, "Kapan aku akan mampu melakukan sesuatu? Kapan aku dapat memulai hal yang penting? Hidupku tak boleh berlalu dengan sia-sia!" Apakah hatimu telah berubah? Awalnya, engkau ingin lebih memahami kebenaran sehingga engkau dapat mengabarkan Injil dan menjadi saksi bagi Tuhan. Mengapa sekarang engkau berubah? Hanya dengan menonton film dan program televisi, engkau membiarkan Iblis menguasai hatimu. Tingkat pertumbuhanmu memang kecil. Apakah menurutmu engkau memiliki tingkat pertumbuhan untuk melawan gelombang kejahatan seperti ini? Sekarang ini, Tuhan telah beranugerah kepadamu dan membawamu ke rumah-Nya untuk melaksanakan tugasmu. Jangan lupakan tingkat pertumbuhanmu. Saat ini, engkau adalah sekuntum bunga di sebuah rumah kaca, engkau tak mampu menahan angin dan hujan di luar. Jika orang tidak dapat mengenali dan melawan godaan-godaan ini, Iblis dapat menawan mereka kapan pun, di mana pun. Sekecil itulah tingkat pertumbuhan manusia dan semenyedihkan itulah keadaan mereka. Karena engkau tidak memiliki kenyataan kebenaran dan kurang memahami kebenaran, semua perkataan Iblis adalah racun bagimu. Jika engkau mengindahkannya, perkataan itu akan selamanya terperangkap di dalam hatimu. Di dalam hatimu, engkau berkata, "Aku akan menyumbat telingaku dan menutup mataku," tetapi engkau tak mampu membebaskan dirimu dari godaan Iblis. Engkau tidak hidup dalam ruang hampa. Jika engkau mendengar perkataan Iblis, engkau tidak akan mampu melawan. Engkau akan jatuh ke dalam perangkap. Doa dan kutukanmu pada dirimu sendiri tidak akan berguna. Engkau tidak dapat melawan. Hal-hal seperti itu dapat memengaruhi pemikiranmu dan memengaruhi tindakanmu. Hal-hal itu dapat menutup jalanmu dalam mengejar kebenaran. Hal-hal itu bahkan dapat mengendalikanmu, menghalangimu sehingga engkau tidak mengorbankan dirimu bagi Tuhan, menjadikanmu negatif dan lemah, serta menjauhkanmu dari Tuhan. Pada akhirnya, engkau akan menjadi tidak berharga dan kehilangan semua harapan.
—Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Sering Membaca Firman Tuhan dan Merenungkan Kebenaran, Barulah Ada Jalan ke Depan"
Catatan kaki:
a. Flu parah yang mematikan, istilah yang digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok yang mengacu pada flu yang parah dan berpotensi mengancam nyawa yang disebabkan oleh unsur-unsur eksternal.
Menerima dan mengikuti Kristus di negara mana pun sedikit banyak pasti disertai dengan penganiayaan dan kesengsaraan. Engkau harus selalu bertindak dengan hati-hati, berdoa kepada Tuhan dan memandang Tuhan. Engkau juga harus memiliki hikmat dan kecerdasan. Di negara dan lingkungan sosial mana pun engkau berada, pasti ada lingkungan yang sesuai yang telah Tuhan tetapkan dan atur untukmu. Semuanya tergantung pada apakah seseorang mengejar kebenaran atau tidak. Lingkungan yang nyaman membawa pencobaan bagi manusia, sementara penganiayaan dengan penyiksaan juga membawa pencobaan dan ujian. Lalu apakah ada ujian di lingkungan yang nyaman? Ada juga ujian dari Tuhan. Tuhan telah mengatur lingkungan yang nyaman ini untuk engkau semua, dan segala sesuatunya bergantung pada bagaimana caramu mengalaminya—entah engkau akan sepenuhnya terjerat oleh perangkap dan pencobaan Iblis, atau apakah engkau mampu mengatasinya dalam segala hal dan menjadi kesaksian bagi Tuhan, berpegang teguh pada kesetiaan dan tugasmu. Semuanya tergantung bagaimana caramu mengalaminya dan pilihan yang kaubuat. Lingkungan saudara-saudari di Tiongkok daratan sedikit lebih keras. Tuhan telah memberi mereka beban yang sedikit lebih berat dan mengatur lingkungan yang sedikit lebih keras. Namun, lebih banyak juga yang telah Dia berikan bagi mereka. Semakin keras lingkungannya, semakin besar ujian yang Tuhan persiapkan, maka semakin banyak pula yang akan diperoleh manusia. Namun, dalam lingkungan yang nyaman pun, manusia juga mengalami pencobaan dan ujian di mana-mana, dan Tuhan juga telah memberimu banyak hal. Jika engkau mampu menang setiap kali menghadapi pencobaan, apa yang akan kauperoleh tidak mungkin kurang daripada yang diperoleh saudara-saudarimu yang teraniaya karena penyiksaan. Ini juga berarti mengejar kebenaran dan memiliki tingkat pertumbuhan untuk diatasi. Misalnya, hal-hal seperti kebersamaan dengan keluarga, makan minum enak, hiburan, kenikmatan, serta beberapa tren sosial yang menghibur daging dan menyebabkan kerusakan moral, semua ini adalah pencobaan bagi engkau. Saat menghadapinya, segala pencobaan ini tidak hanya akan menarik perhatianmu, tetapi juga mengganggu dan memikatmu. Ketika engkau semua mengikuti hal-hal dan tren duniawi, saat itulah pencobaan Iblis, atau bisa juga dikatakan ujian dari Tuhan akan muncul. Engkau perlu membuat pilihan akan caranya menanggapi pencobaan dan ujian ini, dan saat itulah Tuhan menguji manusia dan menunjukkan siapa diri mereka sebenarnya. Ini adalah waktu di mana perkataan Tuhan kepadamu dan kebenaran yang telah kaupahami akan berlaku. Jika engkau adalah orang yang mengejar kebenaran dan memiliki iman yang sejati kepada Tuhan di dalam hatimu, engkau akan mampu mengatasi semua pencobaan ini dan tetap teguh serta menjadi saksi bagi Tuhan dalam ujian yang telah Dia atur bagimu. Sebaliknya, alih-alih mencintai kebenaran, engkau semua justru mencintai dunia, tren, engkau senang mendambakan kenyamanan dan kepuasan dagingmu, dan engkau menyukai kehidupan yang hampa, lalu engkau akan mengikuti hal-hal duniawi ini. Engkau semua akan merasakan kekaguman, ketertarikan dan dikuasai oleh semua hal itu. Sedikit demi sedikit, hatimu akan kehilangan minat untuk memercayai Tuhan, engkau akan muak dengan kebenaran, lalu di tengah-tengah pencobaan, Iblis akan merenggutmu. Dalam ujian seperti ini, engkau akan kehilangan kesaksianmu. Ada banyak orang yang telah mendengar berbagai khotbah dan melaksanakan tugas mereka, tetapi hati mereka masih terasa hampa. Mereka masih suka mengikuti bintang pop dan orang-orang terkenal, mengikuti tren, menonton acara hiburan di TV, dan bahkan menonton pertunjukan sepanjang malam hingga mereka harus begadang. Ada juga anak muda yang bermain video game. Singkatnya, mereka tidak ragu untuk membayar berapa pun demi mengejar hal-hal yang sedang tren ini dengan fanatik. Dan mengapa mereka melakukannya? Karena mereka belum memperoleh kebenaran. Orang-orang yang belum memperoleh kebenaran memiliki perasaan tertentu, yaitu tidak ada banyak perbedaan antara percaya kepada Tuhan dan tidak percaya kepada-Nya. Hati mereka masih terasa hampa dan hidup ini tidak ada artinya. Jika mengikuti tren, mereka merasa lebih puas, sedikit lebih kaya dalam hidup mereka, dan merasa lebih bahagia setiap harinya. Kalau mereka percaya kepada Tuhan dan tidak mengikuti tren, mereka tetap merasa bahwa hidup ini tidak ada artinya dan terasa hampa. Hal ini karena mereka tidak mencintai kebenaran. Engkau juga dapat dengan yakin berkata bahwa orang-orang ini tidak memahami kebenaran sedikit pun dan tidak memiliki kenyataan kebenaran. Oleh karena itu, mereka tidak bisa hidup tanpa mengikuti tren. Ada orang-orang yang tidak pernah mengejar kebenaran, dan bahkan mereka merasa tidak menentu ketika melaksanakan tugas mereka, tidak mampu berdiri teguh saat menghadapi pencobaan, hingga akhirnya mereka harus menyerah. Sebagian orang cukup antusias dan teguh saat mereka mulai melaksanakan tugasnya, tetapi berhenti melaksanakannya ketika mereka menghadapi pencobaan, menjadi bersikap asal-asalan, dan pengabdiannya berkurang. Tidak ada kesaksian dalam hal ini. Jika mereka bisa melepaskan tugas mereka begitu menghadapi pencobaan dan memilih apa pun yang mereka sukai, mereka tidak memiliki kesaksian. Bila pencobaan lain datang, mereka mungkin akan menyangkal Tuhan dan ingin mengikuti tren duniawi, lalu meninggalkan gereja. Atau ketika pencobaan lain datang, mereka mulai meragukan Tuhan dan tidak yakin apakah Tuhan itu ada, bahkan mulai percaya bahwa mereka berevolusi dari kera. Orang-orang ini telah sepenuhnya dikuasai oleh Iblis. Karena terjebak dalam semua pencobaan ini, mereka tidak berdoa kepada Tuhan, atau mencari kebenaran. Mereka hanya memikirkan nasib daging mereka dan akibatnya mereka gagal untuk tetap teguh dalam kesaksian mereka. Selangkah demi selangkah, mereka diseret oleh Iblis ke dalam neraka dan ke dalam jurang kematian. Tuhan telah menyerahkan orang-orang ini kepada Iblis, dan mereka tidak lagi memiliki kesempatan untuk diselamatkan. Katakan kepada-Ku, apakah mengejar kebenaran itu tidak penting? (Penting.) Kebenaran itu sangatlah penting. Apa fungsi dari kebenaran? Setidaknya, kebenaran dapat membantumu memahami siasat Iblis ketika engkau menghadapi pencobaan, untuk mengetahui apa yang sebaiknya kaulakukan dan tidak boleh kaulakukan, dan apa yang seharusnya kaupilih. Setidaknya, itu akan membuatmu mengetahui semua hal ini. Yang terpenting adalah kebenaran akan memungkinkanmu untuk tetap teguh saat menghadapi pencobaan. Engkau akan mampu tetap teguh, tabah dan tak tergoyahkan, sambil berpaut pada tugas yang telah Tuhan berikan kepadamu, setia pada tugas ini, dan mampu menolak Iblis. Engkau akan mampu tetap teguh dalam kesaksianmu di tengah ujian, seperti yang Ayub lakukan. Setidaknya, inilah yang seharusnya orang dapatkan.
—Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"
Di bumi, berbagai macam roh jahat selalu berkeliaran mencari tempat untuk beristirahat, dan tanpa henti mencari mayat-mayat manusia yang dapat dimakan. Umat-Ku! Engkau harus tetap berada dalam pemeliharaan dan perlindungan-Ku. Jangan pernah berperilaku cabul! Jangan pernah berperilaku ceroboh! Engkau harus mempersembahkan kesetiaanmu di rumah-Ku, dan hanya dengan kesetiaan barulah engkau dapat menyusun serangan balik melawan tipu muslihat setan-setan. Dalam situasi apa pun, engkau tidak boleh berperilaku seperti yang kaulakukan di masa lampau, melakukan satu hal di hadapan-Ku dan melakukan hal lain di belakang-Ku; jika engkau bertindak seperti ini, engkau tidak dapat ditebus. Bukankah Aku telah mengucapkan firman seperti ini lebih dari cukup? Justru karena natur lama manusia yang tidak dapat diperbaiki sehingga Aku harus mengingatkan manusia berulang kali. Jangan bosan! Semua yang Kukatakan adalah demi menjamin nasibmu! Yang Iblis butuhkan justru adalah tempat yang kotor dan najis; semakin tidak dapat ditebus dan semakin engkau berperilaku cabul, menolak untuk tunduk pada pengendalian diri, semakin banyak roh najis itu akan memanfaatkan kesempatan untuk menyusup ke dalam dirimu. Jika engkau telah sampai pada titik ini, berarti kesetiaanmu tak lain adalah omong kosong, tanpa kenyataan apa pun di dalamnya, dan roh-roh najis akan menelan tekadmu dan mengubahnya menjadi pemberontakan dan rencana jahat yang digunakan untuk mengganggu pekerjaan-Ku. Dari situ, Aku dapat membunuhmu setiap saat. Tak seorang pun yang memahami pentingnya situasi ini; manusia hanya menutup telinga terhadap apa yang mereka dengar, dan tidak waspada sedikit pun. Aku tidak mengingat apa yang telah dilakukan di masa lalu; apakah engkau sebenarnya masih menunggu-Ku untuk bersikap lunak terhadapmu dengan "melupakan" sekali lagi? Meskipun manusia telah menentang-Ku, Aku tidak akan mempersoalkan hal itu, karena tingkat pertumbuhan mereka terlalu rendah, jadi Aku tidak mengajukan tuntutan yang terlalu tinggi terhadap mereka. Yang Kukehendaki hanyalah agar mereka tidak berperilaku cabul, dan agar mereka tunduk pada penguasaan diri. Tentunya memenuhi satu ketentuan ini tidak berada di luar kemampuan engkau semua, bukan?
—Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 10"
Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan pada manusia, di luarnya pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah itu lahir karena pengaturan manusia atau dari gangguan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan. Misalnya, ketika Ayub diuji: di balik layar, Iblis bertaruh dengan Tuhan, dan yang terjadi kepada Ayub adalah perbuatan manusia, dan gangguan manusia. Di balik setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam dirimu adalah pertaruhan antara Iblis dengan Tuhan—di balik semua itu ada peperangan. Misalnya, jika engkau berprasangka terhadap saudara-saudarimu, tentu akan ada perkataan-perkataan yang ingin kauucapkan—perkataan yang kaurasa mungkin jahat di mata Tuhan—tetapi jika engkau tidak mengatakannya, engkau akan merasakan ketidaknyamanan di dalam hatimu, dan pada saat itulah, peperangan akan mulai terjadi di dalam dirimu: "Apakah aku harus bicara atau tidak?" Inilah peperangannya. Jadi, dalam segala sesuatu yang engkau hadapi selalu ada peperangan, dan ketika ada peperangan di dalam dirimu, berkat kerja sama dan penderitaanmu yang nyata, Tuhan bekerja di dalam dirimu. Akhirnya, engkau mampu mengesampingkan masalah di dalam dirimu dan kemarahanmu secara alami dipadamkan. Itulah dampak kerja samamu dengan Tuhan. Ada harga tertentu yang harus orang bayar untuk segala upaya yang mereka lakukan. Tanpa adanya penderitaan yang nyata, mereka tidak dapat memuaskan Tuhan; mereka bahkan jauh sekali dari memuaskan Tuhan, dan mereka hanya meneriakkan slogan kosong! Dapatkah slogan-slogan kosong ini memuaskan Tuhan? Ketika Tuhan dan Iblis berperang di alam roh, bagaimanakah seharusnya engkau memuaskan Tuhan, dan bagaimana engkau harus berdiri teguh dalam kesaksianmu bagi-Nya? Engkau harus tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi pada dirimu adalah ujian yang besar dan itulah saatnya Tuhan ingin engkau menjadi kesaksian. Meskipun dari luar semua itu kelihatannya tidak penting, ketika hal-hal ini terjadi, semua ini menunjukkan apakah engkau mengasihi Tuhan atau tidak. Jika engkau mengasihi-Nya, engkau akan mampu berdiri teguh dalam kesaksianmu bagi-Nya, dan jika engkau belum menerapkan kasih kepada-Nya, ini menunjukkan bahwa engkau bukan orang yang melakukan kebenaran, bahwa engkau tidak memiliki kebenaran, dan tidak memiliki hidup. Engkau hanyalah sekam! Dalam segala sesuatu yang terjadi pada orang-orang, Tuhan mengharuskan mereka untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Dia. Meskipun tidak ada hal besar yang terjadi kepadamu saat ini dan engkau tidak menjadi kesaksian yang besar, semua detail kehidupanmu sehari-hari berhubungan dengan kesaksian bagi Tuhan. Jika engkau dapat membuat saudara-saudari, anggota keluarga, dan semua orang di sekitarmu kagum; jika pada suatu hari orang tidak percaya datang, dan mengagumi semua hal yang kaulakukan, dan melihat bahwa semua yang Tuhan lakukan menakjubkan, berarti engkau telah menjadi kesaksian. Walaupun engkau tidak memiliki pengertian dan kualitasmu rendah, melalui penyempurnaan Tuhan atas dirimu, engkau akan mampu memuaskan Dia dan memperhatikan maksud-Nya, menunjukkan kepada orang lain pekerjaan besar apa yang telah Dia lakukan dalam diri orang-orang dengan kualitas terburuk. Ketika orang mulai mengenal Tuhan dan menjadi para pemenang di hadapan Iblis, luar biasa setia kepada Tuhan, maka tidak ada yang lebih pemberani daripada sekelompok orang ini, dan inilah kesaksian yang terbesar. Walaupun engkau tidak mampu melakukan pekerjaan yang besar, engkau mampu memuaskan Tuhan. Orang lain tidak mampu mengesampingkan gagasan mereka, tetapi engkau mampu; orang lain tidak mampu menjadi kesaksian bagi Tuhan melalui pengalaman nyata mereka, tetapi engkau mampu menggunakan tingkat pertumbuhan dan tindakan nyatamu untuk membalas kasih Tuhan dan menjadi kesaksian yang meyakinkan bagi-Nya. Hanya inilah yang bisa dianggap benar-benar mengasihi Tuhan. Jika engkau tidak mampu melakukan ini, artinya engkau tidak menjadi kesaksian di antara anggota keluargamu, saudara-saudarimu, atau di hadapan orang-orang dunia. Jika engkau tidak mampu menjadi kesaksian di hadapan Iblis, dia akan menertawakanmu. Iblis akan memperlakukanmu sebagai lelucon, sebagai mainan, dia juga akan sering membodohimu dan menganggumu. Di masa depan, ujian besar mungkin akan menimpamu—tetapi saat ini, jika engkau mengasihi Tuhan dengan hati yang tulus, dan jika, terlepas dari sebesar apa pun ujian yang akan datang, terlepas dari apa pun yang akan terjadi kepadamu, jika engkau mampu berdiri teguh dalam kesaksianmu, dan mampu memuaskan Tuhan, hatimu akan terhibur, dan engkau tidak akan takut menghadapi ujian sebesar apa pun di masa depan. Engkau semua tidak dapat melihat apa yang akan terjadi di masa depan; engkau semua hanya dapat memuaskan Tuhan dalam keadaan yang terjadi sekarang. Engkau semua tidak mampu melakukan pekerjaan besar apa pun dan harus berfokus untuk memuaskan Tuhan dengan mengalami firman-Nya dalam kehidupan nyata, serta menjadi kesaksian yang kuat dan meyakinkan yang mempermalukan Iblis. Walaupun dagingmu tidak akan terpuaskan dan akan menderita, engkau akan memuaskan Tuhan dan mempermalukan Iblis. Jika engkau selalu melakukan penerapan seperti ini, Tuhan akan membukakan jalan di hadapanmu. Ketika, suatu hari nanti, ujian yang besar datang, orang lain akan jatuh, tetapi engkau akan mampu berdiri teguh: karena harga yang telah kaubayar, Tuhan akan melindungimu sehingga engkau mampu berdiri teguh dan tidak jatuh.
—Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"
Ujian apa sajakah yang mampu kautanggung pada zaman sekarang? Beranikah engkau berkata bahwa engkau memiliki landasan, mampukah engkau tetap teguh saat menghadapi pencobaan? Pencobaan dirimu diburu dan dianiaya oleh Iblis, misalnya, atau pencobaan dalam hal status dan gengsi, dalam hal pernikahan, atau kekayaan, mampukah engkau semua mengatasi pencobaan ini? (Kami sedikit banyak mampu mengatasi beberapa di antaranya.) Ada berapa tingkatkah pencobaan itu? Dan tingkat manakah yang mampu engkau atasi? Misalnya, engkau mungkin tidak takut ketika mendengar bahwa seseorang telah ditangkap karena percaya kepada Tuhan, dan engkau mungkin tidak takut ketika melihat orang lain ditangkap dan disiksa—tetapi ketika engkau yang ditangkap, ketika engkau yang berada dalam situasi ini, apakah engkau mampu untuk tetap teguh? Ini adalah pencobaan yang besar, bukan? Sebagai contoh, katakanlah, engkau mengenal seseorang, seseorang yang kemanusiaannya sangat baik, yang sangat bersemangat dalam imannya kepada Tuhan, yang telah meninggalkan keluarga dan kariernya demi melaksanakan tugasnya dan telah mengalami banyak kesulitan: suatu hari tiba-tiba dia ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara karena imannya kepada Tuhan, dan engkau mendengar dia kemudian dipukuli sampai mati. Apakah ini pencobaan bagimu? Bagaimana reaksimu jika ini terjadi padamu? Bagaimana engkau akan mengalami hal ini? Apakah engkau akan mencari kebenaran? Bagaimana engkau akan mencari kebenaran? Bagaimana, selama pencobaan seperti itu, engkau akan membuat dirimu tetap teguh, dan memahami maksud Tuhan, dan dari sini engkau memperoleh kebenaran? Pernahkah engkau mempertimbangkan hal-hal seperti ini? Apakah pencobaan seperti itu mudah diatasi? Apakah pencobaan seperti itu sesuatu yang luar biasa? Bagaimana seharusnya engkau mengalami hal-hal yang luar biasa dan bertentangan dengan gagasan dan imajinasi manusia tersebut? Jika engkau tidak memiliki jalan, apakah engkau akan cenderung mengeluh? Mampukah engkau mencari kebenaran di dalam firman Tuhan dan melihat esensi masalahnya? Mampukah engkau menggunakan kebenaran untuk menentukan prinsip yang tepat untuk kauterapkan? Bukankah ini yang seharusnya dimiliki orang yang mengejar kebenaran? Bagaimana engkau dapat mengenali pekerjaan Tuhan? Bagaimana caramu mengalami pekerjaan Tuhan agar engkau memperoleh hasil setelah mengalami penghakiman, penyucian, penyelamatan, dan penyempurnaan yang Tuhan lakukan terhadapmu? Kebenaran apa yang harus kaupahami untuk meluruskan begitu banyak gagasan dan keluhan orang terhadap Tuhan? Dengan kebenaran paling berguna yang manakah engkau harus memperlengkapi dirimu, kebenaran yang akan memampukanmu tetap teguh di tengah berbagai ujian? Seberapa besar tingkat pertumbuhanmu saat ini? Tingkat pencobaan apa yang mampu kauatasi? Apakah engkau mengetahuinya? Jika engkau tidak mengetahuinya, ini patut dipertanyakan. Engkau baru saja berkata bahwa engkau "sedikit banyak mampu mengatasi beberapa dari pencobaan tersebut". Ini hanya omong kosong. Engkau semua harus tahu dengan jelas tingkat pertumbuhan seperti apa yang engkau miliki, dengan kebenaran apa engkau telah memperlengkapi dirimu, pencobaan apa yang mampu kauatasi, ujian apa yang mampu engkau terima, dan selama ujian apa engkau harus memiliki kebenaran yang mana, pengetahuan tentang pekerjaan Tuhan yang mana, dan harus memilih jalan apa agar menjadi orang yang memuaskan Tuhan—engkau harus tahu dengan jelas mengenai semua ini. Jika engkau mendapati sesuatu yang tidak sesuai dengan gagasan dan imajinasimu, bagaimana engkau akan mengalaminya? Bagaimana, dalam hal-hal seperti itu, engkau harus memperlengkapi dirimu sendiri dengan kebenaran—dan dengan aspek kebenaran yang mana—agar engkau dapat melewatinya dengan lancar, agar engkau bukan saja meluruskan gagasanmu, tetapi juga memperoleh pengenalan yang benar tentang Tuhan—bukankah ini yang harus engkau cari? Pencobaan macam apa yang biasanya kaualami? (Status, ketenaran, keuntungan, uang, hubungan antara laki-laki dan perempuan.) Ini, pada dasarnya, adalah pencobaan yang umumnya orang alami. Dan sehubungan dengan tingkat pertumbuhanmu hari ini, dalam pencobaan manakah engkau mampu bertahan dan tetap teguh? Apakah engkau memiliki tingkat pertumbuhan sejati untuk mengatasi pencobaan ini? Dapatkah engkau benar-benar menjamin bahwa engkau akan melaksanakan tugasmu dengan benar, dan tidak melakukan apa pun yang melanggar kebenaran, atau yang mengacaukan dan mengganggu, atau yang menentang dan memberontak, atau yang mendukakan hati Tuhan? (Tidak.) Jadi, apa yang harus engkau lakukan agar dapat melaksanakan tugasmu dengan benar? Engkau terutama harus memeriksa dirimu sendiri dalam segala hal, untuk melihat apakah tindakanmu sesuai dengan prinsip kebenaran atau tidak, untuk melihat apakah tindakanmu asal-asalan atau tidak, apakah ada unsur pemberontakan dan penentangan dalam dirimu atau tidak. Jika ada, engkau harus mencari kebenaran untuk membereskannya. Selain itu, jika ada beberapa hal yang tidak engkau ketahui, engkau harus mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Jika engkau dipangkas, engkau harus menerimanya dan tunduk. Asalkan orang berbicara sesuai dengan fakta, engkau sama sekali tidak boleh berdebat dan menyesatkan mereka dengan bantahanmu; hanya dengan cara seperti inilah engkau dapat mengenal dirimu sendiri dan benar-benar bertobat. Orang harus memenuhi persyaratan kedua aspek hal ini dan memiliki jalan masuk yang benar. Dengan cara inilah, orang dapat memperoleh pemahaman tentang kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan, dan melaksanakan tugas mereka dengan memenuhi standarnya.
—Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Dengan Menyerahkan Hatinya kepada Tuhan, Orang Dapat Memperoleh Kebenaran"
Dalam kehidupan sehari-hari, orang berhubungan dengan berbagai macam orang, peristiwa, dan hal, dan jika mereka tidak memiliki kebenaran, tidak berdoa dan tidak mencari kebenaran, mereka akan mengalami kesulitan untuk melepaskan diri dari godaan. Sebagai contoh, hubungan antara pria dan wanita. Ada orang-orang yang tidak mampu menahan godaan yang demikian, dan mereka jatuh begitu menghadapi keadaan seperti ini. Bukankah ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan mereka terlalu rendah? Orang yang tidak memiliki kebenaran sungguh menyedihkan seperti ini dan mereka sama sekali tidak menjadi kesaksian. Ada orang-orang yang jatuh ke dalam pencobaan ketika mereka menghadapi keadaan yang berkaitan dengan uang. Ketika melihat orang lain punya uang, mereka mengeluh, "Mengapa mereka punya begitu banyak uang dan aku begitu miskin? Ini tidak adil!" Mereka mengeluh ketika ini terjadi pada mereka, dan mereka tidak dapat menerima bahwa itu adalah dari Tuhan atau tunduk pada penataan dan pengaturan-Nya. Ada juga orang-orang yang selalu berfokus pada status, dan saat dihadapkan dengan godaan semacam ini, mereka tidak mampu mengatasinya. Misalnya, seseorang yang tidak percaya ingin mempekerjakan orang seperti ini untuk suatu jabatan resmi, dengan memberinya banyak keuntungan, dan dia tidak mampu tetap teguh. Dia berpikir, "Haruskah aku menerimanya?" Dia berdoa, dan merenung, lalu: "Ya—aku harus menerimanya!" Dia sudah mengambil keputusan, dan tidak ada gunanya lagi dia mencari. Jelas dia sudah memutuskan untuk menerima jabatan resmi ini dan mendapatkan fasilitasnya, tetapi dia juga ingin kembali dan percaya kepada Tuhan, karena takut kehilangan berkat dari kepercayaannya kepada Tuhan. Maka dia berdoa kepada-Nya: "Tuhan, ujilah aku." Apakah masih ada gunanya mengujimu? Engkau sudah memutuskan untuk menerima jabatan resmimu. Engkau tidak tetap teguh dalam hal ini, dan engkau sudah jatuh. Masih perlukah engkau diuji? Engkau tidak layak menerima ujian dari Tuhan. Apakah engkau, dengan tingkat pertumbuhanmu yang menyedihkan itu, akan sanggup diuji? Bahkan ada orang-orang hina yang bersaing demi mendapatkan keuntungan apa pun yang terlihat oleh mereka. Roh Kudus berada tepat di samping mereka, mengawasi mereka untuk melihat pandangan apa yang mereka nyatakan dan bagaimana sikap mereka dan mulai menguji mereka. Ada orang yang berpikir dalam hatinya, "Aku tidak menginginkannya, meskipun itu adalah kebaikan Tuhan kepadaku. Aku sudah mendapatkan cukup banyak, dan Tuhan menunjukkan terlalu banyak kebaikan kepadaku. Aku tidak peduli soal makan kenyang dan berpakaian bagus, aku hanya ingin mengejar kebenaran dan mampu mendapatkan Tuhan. Kebenaran yang kuterima diberikan kepadaku oleh Tuhan secara cuma-cuma. Aku tidak layak menerima semua ini." Roh Kudus menyelidiki hatinya dan makin mencerahkannya, membuatnya makin memahami, dan makin diteguhkan, dan menjadikan kebenaran makin jelas baginya. Sedangkan orang-orang hina itu, ketika melihat keuntungan yang akan diberikan, mereka berpikir, "Aku akan berjuang mendapatkannya sebelum orang lain. Jika mereka memberikannya kepada orang lain dan bukan kepadaku, aku akan mencela mereka dan mempersulit mereka. Akan kutunjukkan siapa aku, dan kemudian kita akan lihat kepada siapa mereka akan memberikannya kali mendatang!" Roh Kudus melihat bahwa mereka adalah orang-orang semacam itu dan menyingkapkan mereka. Keburukan mereka terungkap, dan orang-orang seperti ini harus dihukum. Sekalipun mereka mungkin sudah bertahun-tahun percaya, itu tidak akan ada gunanya bagi mereka. Mereka tidak dapat memperoleh apa pun! Sering kali, ketika Roh Kudus menunjukkan kebaikan kepada manusia, mereka memperolehnya tanpa mereka duga. Jika Tuhan tidak menunjukkan kebaikan kepadamu, hukumanmu juga akan terjadi pada saat yang tidak engkau duga. Ini menunjukkan betapa berbahayanya jika orang tidak mengejar kebenaran.
—Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Dalam Kepercayaan kepada Tuhan, Memperoleh Kebenaran adalah Hal yang Terpenting"
Jika engkau tidak menyadari pencobaan yang kauhadapi, tetapi menanganinya dengan buruk dan tidak mampu membuat pilihan yang tepat, pencobaan ini akan membuatmu sedih dan sengsara. Sebagai contoh, katakanlah perlakuan khusus saudara-saudari terhadapmu meliputi tunjangan materiel untuk memberimu makan, pakaian, tempat tinggal, dan menyediakan kebutuhan sehari-hari. Jika apa yang kaunikmati lebih baik daripada yang mereka berikan kepadamu, engkau akan meremehkannya, dan engkau mungkin akan menolak pemberian mereka. Namun, jika engkau bertemu dengan seorang pria kaya dan dia memberimu setelan yang bagus, dengan berkata bahwa dia sudah tidak memakainya, mampukah engkau teguh menghadapi pencobaan seperti itu? Engkau mungkin memikirkan situasinya, berkata pada dirimu sendiri, "Dia kaya, dan pakaian ini tidak ada artinya baginya. Lagi pula, dia sudah tidak memakainya lagi. Jika tidak memberikan kepadaku, dia hanya akan mengemas dan menyimpannya di suatu tempat. Jadi, aku akan menerimanya." Apa pendapatmu tentang keputusan seperti itu? (Mereka telah menikmati keuntungan dari status.) Mengapa ini disebut menikmati keuntungan dari status? (Karena mereka menerima hal-hal yang baik.) Apakah bentuk menikmati keuntungan dari status itu sekadar menerima hal-hal baik yang ditawarkan kepadamu? Jika engkau ditawari sesuatu yang biasa, tetapi itu yang kaubutuhkan sehingga engkau menerimanya, apakah ini juga termasuk menikmati keuntungan dari status? (Ya. Setiap kali mereka menerima sesuatu dari orang lain untuk memuaskan keinginan egoistisnya, itu termasuk menikmati keuntungan dari status.) Tampaknya engkau tidak memahami dengan jelas hal ini. Pernahkah engkau berpikir tentang hal ini: Jika engkau bukan seorang pemimpin dan tidak memiliki status, apakah orang kaya itu akan tetap memberikan hadiah? (Tidak.) Dia pasti tidak akan memberikannya. Karena engkau adalah seorang pemimpin, maka dia memberikan hadiah ini kepadamu. Natur hal tersebut telah berubah. Ini bukan kemurahan hati yang normal, dan di sinilah masalahnya. Jika engkau bertanya kepadanya, "Jika aku bukan seorang pemimpin, tetapi hanya seorang saudara atau saudari biasa, akankah engkau memberikan hadiah seperti itu kepadaku? Jika barang ini dibutuhkan oleh seorang saudara atau saudari, akankah engkau memberikannya kepada mereka?" Dia akan berkata, "Tidak. Aku tidak bisa begitu saja memberikan barang-barang kepada siapa pun. Aku memberikannya kepadamu karena engkau adalah pemimpinku. Jika engkau tidak memiliki status khusus, mengapa aku memberimu hadiah seperti itu?" Sekarang lihat bagaimana engkau telah gagal memahami situasinya. Engkau memercayainya ketika dia mengatakan tidak membutuhkan setelan bagus itu, tetapi dia menipumu. Tujuannya adalah agar engkau menerima pemberiannya sehingga ke depannya, engkau akan bersikap baik kepadanya dan memperlakukannya secara khusus. Ini adalah niat di balik pemberiannya. Faktanya adalah engkau tahu di dalam hatimu bahwa dia tidak akan pernah memberimu hadiah seperti itu jika engkau tidak memiliki status, tetapi engkau tetap menerimanya. Secara lisan engkau berkata, "Syukur kepada Tuhan. Aku telah menerima hadiah ini dari Tuhan, ini adalah kebaikan Tuhan untukku." Engkau tidak hanya menikmati keuntungan dari status, tetapi engkau juga menikmati hal-hal dari umat pilihan Tuhan, seolah-olah itu adalah hakmu yang pantas. Bukankah ini tidak tahu malu? Jika manusia tidak memiliki hati nurani dan tidak memiliki rasa malu, di situlah permasalahannya. Apakah ini hanya masalah perilaku? Apakah menerima sesuatu dari orang lain adalah salah dan menolak menerimanya adalah benar? Apa yang harus kaulakukan ketika engkau menghadapi situasi seperti itu? Engkau harus bertanya kepada pemberi hadiah apakah yang mereka lakukan itu sesuai dengan prinsip. Katakan kepada mereka, "Mari kita mencari bimbingan dari firman Tuhan atau ketetapan administratif gereja dan menentukan apakah yang kaulakukan ini sesuai dengan prinsip. Jika tidak, aku tidak boleh menerima hadiah seperti itu." Jika sumber referensi firman menunjukkan kepada pemberi hadiah bahwa tindakan mereka melanggar prinsip, tetapi mereka tetap ingin memberimu hadiah, apa yang harus kaulakukan? Engkau harus bertindak sesuai dengan prinsip. Orang biasa tidak mampu mengatasi hal ini. Mereka sangat mengharapkan orang lain memberinya lebih banyak, dan mereka ingin menikmati perlakuan yang lebih istimewa. Jika engkau adalah orang yang tepat, engkau harus segera berdoa kepada Tuhan saat menghadapi situasi seperti itu, dengan berkata, "Ya Tuhan, apa yang kuhadapi hari ini tentu merupakan pertanda kehendak baik-Mu. Ini sebuah pelajaran yang telah Engkau tetapkan untukku. Aku bersedia mencari kebenaran dan bertindak sesuai dengan prinsip." Pencobaan yang mengadang mereka yang memiliki status terlalu besar, dan begitu pencobaan datang, memang sulit untuk diatasi. Engkau membutuhkan perlindungan dan pertolongan Tuhan; engkau harus berdoa kepada Tuhan, harus mencari kebenaran, dan sering merenungkan dirimu sendiri. Dengan cara ini, engkau akan merasa tenang dan damai. Namun, jika engkau menunggu hingga menerima hadiah seperti itu, baru engkau berdoa, masihkah engkau akan merasa tenang dan damai seperti itu? (Tidak lagi.) Lalu, apa yang akan Tuhan pikirkan tentangmu? Akankah Tuhan senang dengan tindakanmu, atau akankah Dia membencimu? Dia akan membenci tindakanmu. Apakah masalahnya hanya tentang engkau memilih untuk menerima sesuatu? (Tidak.) Jadi, apa masalahnya? Masalahnya terletak pada pendapat dan sikap yang kaumiliki ketika menghadapi situasi seperti itu. Apakah engkau memutuskan sendiri atau engkau mencari kebenaran? Apakah engkau memiliki standar hati nurani? Apakah engkau memiliki hati yang takut akan Tuhan? Apakah engkau berdoa kepada Tuhan setiap kali menghadapi situasi tersebut? Apakah engkau terlebih dahulu berusaha untuk memuaskan keinginanmu sendiri, atau mengutamakan berdoa dan mencari maksud Tuhan? Engkau disingkapkan dalam hal ini. Bagaimana engkau harus menangani situasi seperti itu? Engkau harus memiliki prinsip penerapan. Pertama, secara lahiriah, engkau harus menolak pertimbangan materiel khusus ini, pencobaan ini. Bahkan ketika engkau ditawari sesuatu yang sangat kauinginkan atau hal yang memang kaubutuhkan, engkau juga harus menolaknya. Apa yang dimaksud dengan hal-hal materiel? Makanan, pakaian, dan tempat tinggal, termasuk semua barang yang digunakan sehari-hari. Pertimbangan materiel khusus ini harus ditolak. Mengapa engkau harus menolaknya? Apakah itu hanya soal caramu bertindak? Tidak; ini masalah sikap kerja samamu. Jika engkau ingin menerapkan kebenaran, memuaskan Tuhan, dan menghindari pencobaan, engkau harus terlebih dahulu memiliki sikap kerja sama ini. Dengan sikap seperti ini, engkau akan mampu menghindari pencobaan dan hati nuranimu akan tenteram. Jika engkau ditawari sesuatu yang kauinginkan dan engkau menerimanya, sampai taraf tertentu, hatimu akan merasakan celaan hati nuranimu. Namun, karena alasan dan pembenaran dirimu, engkau akan mengatakan engkau pantas menerimanya, itu adalah hakmu. Akibatnya, perasaan bersalah dalam hati nuranimu tidak akan begitu jelas atau terlihat. Terkadang, nalar atau pemikiran dan pandangan tertentu dapat memengaruhi hati nuranimu sehingga perasaan bersalahmu tidak terlihat jelas. Jadi, apakah hati nuranimu merupakan standar yang dapat diandalkan? Tidak. Ini adalah bel alarm yang memperingatkan orang. Peringatan seperti apa yang diberikan? Tidak ada rasa aman jika hanya mengandalkan perasaan hati nurani; orang juga harus mencari prinsip kebenaran. Itulah yang dapat diandalkan. Tanpa kebenaran untuk mengendalikannya, mereka masih bisa jatuh ke dalam pencobaan, memberikan berbagai alasan dan dalih yang membiarkan mereka memuaskan keserakahannya akan keuntungan dari status. Oleh karena itu, sebagai seorang pemimpin, engkau harus berpaut pada prinsip yang satu ini: Aku akan selalu menolak, selalu menghindari, dan sama sekali menolak perlakuan khusus apa pun. Penolakan mutlak adalah prasyarat untuk menghindari kejahatan. Jika engkau memiliki prasyarat untuk menjauhi kejahatan, engkau telah berada di bawah perlindungan Tuhan pada taraf tertentu. Dan jika engkau memiliki prinsip penerapan seperti itu dan berpaut padanya, engkau telah menerapkan kebenaran dan memuaskan Tuhan. Engkau telah menempuh jalan yang benar. Jika engkau sedang menempuh jalan yang benar dan telah memuaskan Tuhan, masihkah engkau membutuhkan ujian terhadap hati nuranimu? Bertindak menurut prinsip dan menerapkan kebenaran lebih tinggi daripada standar hati nurani. Jika seseorang memiliki tekad untuk bekerja sama dan mampu bertindak sesuai dengan prinsip, mereka telah memuaskan Tuhan. Inilah standar yang Tuhan tuntut dari manusia.
—Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagaimana Mengatasi Pencobaan dan Keterikatan Status"
Engkau harus sering menghadap Tuhan, makan dan minum serta merenungkan firman-Nya, menerima disiplin dan tuntunan-Nya, serta mempelajari ketundukan—ini sangat penting. Engkau harus mampu tunduk pada semua lingkungan, orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Tuhan atur bagimu, dan jika ada hal yang tidak dapat kaupahami, engkau harus sering berdoa sambil mencari kebenaran; hanya dengan memahami maksud Tuhan engkau dapat menemukan jalan ke depan. Engkau harus memiliki hati yang takut akan Tuhan. Lakukan yang harus kaulakukan dengan hati-hati dan waspada, dan hidup di hadapan Tuhan dengan hati yang tunduk kepada-Nya. Tenangkan dirimu sering-sering di hadapan-Nya, dan jangan menjadi tidak bermoral. Setidaknya, jika sesuatu terjadi kepadamu, pertama-tama tenangkan dirimu, kemudian bergegaslah berdoa, dan dengan berdoa, mencari, serta menunggu, pahamilah maksud Tuhan. Bukankah ini sikap takut akan Tuhan? Jika engkau takut dan tunduk kepada Tuhan di dalam hati, dan mampu menenangkan diri di hadapan-Nya dan memahami maksud-Nya, dengan kerja sama dan penerapan seperti ini, engkau akan dilindungi, dan engkau tidak akan tergoda, engkau juga tidak akan melakukan apa pun yang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja. Carilah kebenaran dalam hal-hal yang tidak dapat kaulihat dengan jelas. Jangan sembarangan menghakimi atau melontarkan kecaman. Dengan cara ini, Tuhan tidak akan jijik kepadamu atau dibenci dan ditolak oleh Tuhan. Jika engkau memiliki hati yang takut akan Tuhan, engkau akan takut menyinggung-Nya, dan jika ada sesuatu yang menggodamu, engkau akan hidup di hadapan Tuhan dengan rasa ngeri dan gentar, dan rindu untuk tunduk kepada-Nya dan memuaskan-Nya dalam segala hal. Hanya setelah engkau memiliki penerapan seperti itu dan sering hidup dalam keadaan seperti itu, sering menenangkan dirimu di hadapan Tuhan dan sering datang ke hadapan-Nya, barulah engkau secara tidak sadar akan mampu menjauhi godaan dan hal-hal jahat. Tanpa hati yang takut akan Tuhan, atau dengan hati yang tidak berada di hadapan-Nya, ada beberapa kejahatan yang akan mampu kaulakukan. Engkau memiliki watak yang rusak, dan engkau tidak dapat menguasainya, jadi engkau mampu melakukan kejahatan. Bukankah akibatnya akan fatal jika engkau melakukan kejahatan yang menyebabkan gangguan dan kekacauan? Setidaknya, engkau akan dipangkas, dan jika yang telah kaulakukan hal serius, Tuhan akan membenci dan menolakmu, dan engkau akan diusir dari gereja. Namun, jika engkau memiliki hati yang tunduk kepada Tuhan, dan hatimu sering kali menjadi tenang di hadapan Tuhan, dan jika engkau takut serta gentar akan Tuhan, bukankah engkau akan mampu menjauh dari banyak hal jahat? Jika engkau takut akan Tuhan dan berkata, "Aku takut akan Tuhan; aku takut menyinggung-Nya, mengganggu pekerjaan-Nya dan membuat-Nya jijik," bukankah ini sikap dan keadaan normal yang harus kaumiliki? Apa yang akan memunculkan perasaan ngeri di dalam dirimu? Perasaan ngerimu akan muncul dari hati yang takut akan Tuhan. Jika engkau memiliki rasa ngeri akan Tuhan di dalam hati, engkau akan menjauhi dan menghindari kejahatan saat engkau melihatnya, dan dengan demikian engkau terlindungi. Dapatkah seseorang yang di dalam hatinya tidak merasa ngeri akan Tuhan takut akan Dia? Dapatkah mereka menjauhi kejahatan? (Tidak.) Bukankah mereka yang tidak dapat takut akan Tuhan dan tidak gentar terhadap Dia adalah orang yang berani? Dapatkah orang yang berani dikendalikan? (Tidak.) Dan bukankah mereka yang tidak dapat dikendalikan melakukan apa pun yang terjadi pada mereka tanpa berpikir panjang? Hal-hal apa yang orang lakukan jika mereka bertindak menurut kehendak sendiri, dengan semangat mereka, dengan watak rusak mereka? Sebagaimana pandangan Tuhan terhadap mereka, mereka adalah hal-hal jahat. Jadi, engkau semua harus memahami dengan jelas bahwa memiliki rasa ngeri akan Tuhan dalam hati adalah hal yang baik—dengannya, seseorang dapat menjadi takut akan Tuhan. Jika seseorang memiliki Tuhan dalam hati mereka dan dapat merasa takut akan Tuhan, mereka kemudian akan mampu benar-benar menjauhi hal-hal jahat. Orang-orang seperti itu adalah orang yang memiliki harapan untuk diselamatkan.
—Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Takut akan Tuhan Orang Dapat Menempuh Jalan Keselamatan"
Selama pekerjaan pembekalan dan sokongan Tuhan bagi manusia, Dia memberitahukan seluruh maksud dan tuntutan-Nya kepada manusia, dan memperlihatkan perbuatan, watak-Nya, serta apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia kepada manusia. Tujuannya adalah memperlengkapi manusia dengan tingkat pertumbuhan, dan untuk memungkinkan manusia memperoleh berbagai kebenaran dari Tuhan tatkala mengikut-Nya—kebenaran yang merupakan senjata yang diberikan kepada manusia oleh Tuhan untuk memerangi Iblis. Dengan diperlengkapi, manusia harus menghadapi ujian dari Tuhan. Tuhan memiliki banyak sarana dan jalan untuk menguji manusia, tetapi tiap-tiap sarana dan jalan itu memerlukan "kerja sama" musuh Tuhan: Iblis. Dengan kata lain, setelah memberikan kepada manusia senjata yang dapat digunakan untuk berperang melawan Iblis, Tuhan menyerahkan manusia kepada Iblis dan membiarkan Iblis "menguji" tingkat pertumbuhan manusia. Jika manusia bisa melepaskan diri dari formasi perang Iblis, jika manusia bisa meloloskan diri dari pengepungan Iblis dan tetap hidup, maka manusia akan lulus ujian. Namun, jika manusia gagal untuk meninggalkan formasi perang Iblis, dan menyerah kepada Iblis, maka dia tidak akan lulus ujian. Aspek apa pun dari manusia yang diperiksa oleh Tuhan, kriteria untuk pemeriksaan-Nya adalah apakah manusia berdiri teguh atau tidak dalam kesaksiannya saat diserang oleh Iblis, dan apakah dia telah meninggalkan Tuhan atau tidak serta pasrah dan menyerah kepada Iblis ketika dijerat Iblis. Dapat dikatakan bahwa apakah manusia bisa diselamatkan atau tidak tergantung pada apakah dia mampu mengalahkan dan menundukkan Iblis, dan apakah dia bisa memperoleh kebebasan atau tidak, itu bergantung pada apakah dia mampu mengangkat sendiri senjata yang diberikan kepadanya oleh Tuhan untuk mengalahkan perbudakan Iblis, membuat Iblis menyerah total dan tidak menganggunya lagi. Jika Iblis menyerah total dan melepaskan seseorang, ini berarti bahwa Iblis tidak akan pernah lagi mencoba untuk merampas orang ini dari Tuhan, tidak akan pernah lagi menuduh dan mengganggu orang ini, tidak akan pernah lagi dengan sembrono menyiksa atau menyerang mereka; hanya orang seperti inilah yang telah benar-benar didapatkan oleh Tuhan. Ini adalah seluruh proses yang digunakan oleh Tuhan untuk mendapatkan manusia.
—Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"
Klip Film Terkait
Bagaimana Aku Melepaskan Diri dari Kecanduan Gim?
Lagu Pujian Terkait
Engkau Harus Memberi Kesaksian bagi Tuhan dalam Segala Hal
Tuhan Hanya Akan Mendapatkan Mereka yang Sepenuhnya Mengalahkan Iblis