IV. Firman tentang Penyingkapan Misteri Inkarnasi

187. Inkarnasi pertama adalah untuk menebus manusia dari dosa melalui daging Yesus, yang artinya Dia menyelamatkan manusia dari salib. Namun watak Iblis yang rusak tetap ada dalam diri manusia. Inkarnasi kedua tidak lagi berfungsi sebagai korban penghapus dosa, melainkan bertujuan untuk sepenuhnya menyelamatkan mereka yang telah ditebus dari dosa. Ini dilakukan agar orang-orang yang telah diampuni dapat dibebaskan dari dosa-dosa mereka dan ditahirkan sepenuhnya, serta mencapai perubahan dalam watak mereka, terlepas dari pengaruh kegelapan si Iblis dan kembali ke hadapan takhta Tuhan. Hanya dengan cara inilah manusia dapat sepenuhnya disucikan. Tuhan memulai pekerjaan penyelamatan di Zaman Kasih Karunia setelah Zaman Hukum Taurat berakhir. Berlanjut hingga akhir zaman, dimana melalui pekerjaan penghakiman dan hajaran-Nya atas manusia karena pemberontakan mereka, Tuhan akan sepenuhnya menyucikan umat manusia. Baru setelah itu Tuhan akan menyimpulkan pekerjaan penyelamatan dan memasuki hari perhentian-Nya. Oleh karena itu, dalam tiga tahap pekerjaan, hanya dua kali Tuhan sendiri menjadi daging untuk melakukan pekerjaan-Nya di antara manusia. Itu dikarenakan hanya satu dari ketiga tahap pekerjaan yang bertujuan untuk memimpin manusia dalam kehidupan mereka, sementara dua tahap lainnya adalah pekerjaan penyelamatan. Hanya jika Tuhan menjadi manusia, Dia dapat hidup berdampingan dengan manusia, mengalami penderitaan dunia dan hidup dalam daging yang normal. Hanya dengan cara inilah Dia dapat menyediakan bagi manusia jalan praktis yang mereka butuhkan sebagai makhluk ciptaan. Manusia menerima keselamatan penuh dari Tuhan karena Tuhan yang berinkarnasi, bukan langsung menerimanya melalui doa-doa yang mereka naikkan ke surga. Karena manusia itu adalah darah dan daging; mereka tidak mampu melihat Roh Tuhan, apalagi mendekati-Nya. Manusia hanya dapat berhubungan dengan Tuhan yang berinkarnasi dalam daging. Hanya melalui Dia, manusia dapat memahami seluruh jalan dan kebenaran, serta menerima keselamatan penuh. Inkarnasi kedua memadai untuk menyingkirkan dosa manusia dan sepenuhnya menyucikan manusia. Oleh karena itu, inkarnasi kedua akan mengakhiri semua pekerjaan Tuhan dalam daging dan melengkapi makna inkarnasi Tuhan. Setelah itu, pekerjaan Tuhan dalam daging akan sepenuhnya berakhir. Setelah inkarnasi kedua, Dia tidak akan lagi menjadi daging untuk melakukan pekerjaan-Nya. Karena seluruh pengelolaan-Nya akan berakhir. Di akhir zaman, inkarnasi-Nya akan sepenuhnya memungkinkan Dia memenangkan umat pilihan-Nya, dan semua manusia di akhir zaman akan terbagi menurut jenis mereka. Dia tidak akan lagi melakukan pekerjaan penyelamatan, juga tidak akan kembali menjadi daging untuk melakukan pekerjaan apa pun.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Misteri Inkarnasi (4)"

188. Setelah pekerjaan Yahweh, Yesus menjadi daging untuk melakukan pekerjaan-Nya di antara manusia. Pekerjaan-Nya tidak dilakukan secara terpisah, tetapi dibangun di atas pekerjaan Yahweh. Itu adalah pekerjaan untuk zaman yang baru yang Tuhan lakukan setelah Dia menyelesaikan Zaman Hukum Taurat. Demikian pula, setelah pekerjaan Yesus berakhir, Tuhan melanjutkan pekerjaan-Nya untuk zaman berikutnya, karena seluruh pengelolaan Tuhan selalu bergerak maju. Ketika zaman lama berlalu, zaman itu akan digantikan dengan zaman yang baru, dan begitu pekerjaan lama telah selesai, akan ada pekerjaan baru untuk melanjutkan pengelolaan Tuhan. Inkarnasi ini adalah inkarnasi Tuhan yang kedua, yang menyusul setelah pekerjaan Yesus. Tentu saja, inkarnasi ini tidak terjadi secara terpisah; itu merupakan tahap ketiga pekerjaan setelah Zaman Hukum Taurat dan Zaman Kasih Karunia. Setiap kali Tuhan memulai tahap pekerjaan yang baru, pasti selalu ada awal yang baru dan pasti selalu membawa zaman yang baru. Demikian pula, ada perubahan dalam watak Tuhan, dalam cara kerja-Nya, dalam lokasi pekerjaan-Nya, dan dalam nama-Nya. Maka tak heran jika manusia sulit menerima pekerjaan Tuhan pada zaman yang baru. Namun bagaimanapun Tuhan ditentang oleh manusia, Dia selalu melakukan pekerjaan-Nya, dan selalu memimpin seluruh umat manusia bergerak maju. Ketika Yesus datang ke dalam dunia manusia, Dia memulai Zaman Kasih Karunia dan mengakhiri Zaman Hukum Taurat. Selama akhir zaman, Tuhan sekali lagi menjadi daging, dan dengan inkarnasi ini Dia mengakhiri Zaman Kasih Karunia dan memulai Zaman Kerajaan. Semua orang yang dapat menerima inkarnasi Tuhan yang kedua akan dibawa ke dalam Zaman Kerajaan, dan selanjutnya akan jadi bisa menerima bimbingan Tuhan secara pribadi. Meskipun Yesus melakukan banyak pekerjaan di antara manusia, Dia hanya menyelesaikan penebusan seluruh umat manusia dan menjadi korban penghapus dosa manusia; Dia tidak membebaskan manusia dari wataknya yang rusak. Menyelamatkan manusia sepenuhnya dari pengaruh Iblis tidak hanya membuat Yesus harus menjadi korban penghapus dosa dan menanggung dosa manusia, tetapi juga membuat Tuhan harus melakukan pekerjaan yang jauh lebih besar untuk membebaskan manusia sepenuhnya dari wataknya yang telah dirusak oleh Iblis. Jadi, sekarang setelah manusia diampuni dari dosa-dosanya, Tuhan telah datang kembali menjadi daging untuk membawa manusia memasuki zaman yang baru, dan memulai pekerjaan hajaran dan penghakiman. Pekerjaan ini telah membawa manusia ke dalam alam yang lebih tinggi. Semua orang yang tunduk di bawah kekuasaan-Nya akan menikmati kebenaran yang lebih tinggi dan menerima berkat yang lebih besar. Mereka akan benar-benar hidup dalam terang, dan mereka akan mendapatkan jalan, kebenaran, dan hidup.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kata Pengantar"

189. "Inkarnasi" adalah penampakan Tuhan dalam daging; Tuhan bekerja di antara manusia ciptaan-Nya dalam rupa manusia. Jadi, agar Tuhan berinkarnasi, pertama-tama Dia harus menjadi daging, daging dengan kemanusiaan yang normal; ini adalah prasyarat paling mendasar. Faktanya, implikasi dari inkarnasi Tuhan adalah bahwa Tuhan hidup dan bekerja dalam daging, Tuhan di dalam esensi-Nya menjadi daging, menjadi seorang manusia.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Daging yang Didiami oleh Tuhan"

190. Inkarnasi berarti Roh Tuhan menjadi daging, artinya, Tuhan menjadi daging; pekerjaan yang dilakukan daging adalah pekerjaan Roh, yang diwujudkan dalam daging dan diungkapkan oleh daging. Tidak seorang pun kecuali daging Tuhan yang dapat menggenapkan pelayanan Tuhan yang berinkarnasi; artinya, hanya daging inkarnasi Tuhan, hanya kemanusiaan normal ini—dan tidak ada yang lain—yang dapat mengungkapkan pekerjaan ilahi. Jika, selama kedatangan-Nya yang pertama, Tuhan tidak memiliki kemanusiaan yang normal sebelum berusia dua puluh sembilan tahun—jika segera setelah dilahirkan, Dia dapat melakukan mukjizat, jika segera setelah belajar berbicara, Dia dapat berbicara bahasa surga, jika pada saat Dia pertama kali menjejakkan kaki-Nya di bumi, Dia dapat memahami segala perkara duniawi, membedakan pikiran dan niat semua orang—orang seperti itu tidak dapat disebut sebagai manusia normal, dan daging seperti itu tidak dapat disebut daging manusia. Jika Kristus seperti itu adanya, makna dan esensi inkarnasi Tuhan akan hilang. Bahwa Dia memiliki kemanusiaan yang normal membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan yang berinkarnasi dalam daging; fakta bahwa Dia menjalani proses pertumbuhan manusia normal menunjukkan lebih jauh lagi bahwa Dia adalah daging yang normal; lebih dari itu, pekerjaan-Nya adalah bukti yang cukup bahwa Dia adalah Firman Tuhan, Roh Tuhan, yang menjadi daging.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Daging yang Didiami oleh Tuhan"

191. Tuhan yang berinkarnasi disebut Kristus, dan Kristus adalah daging yang dikenakan oleh Roh Tuhan. Daging ini tidak seperti manusia mana pun yang terbuat dari daging. Perbedaan ini dikarenakan Kristus bukanlah berasal dari daging dan darah; Dia adalah inkarnasi Roh. Dia memiliki kemanusiaan yang normal sekaligus keilahian yang lengkap. Keilahian-Nya tidak dimiliki oleh manusia mana pun. Kemanusiaan-Nya yang normal menunjang semua kegiatan normal-Nya dalam daging, sementara keilahian-Nya melaksanakan pekerjaan Tuhan sendiri. Baik kemanusiaan-Nya maupun keilahian-Nya, keduanya tunduk pada kehendak Bapa surgawi. Hakikat Kristus adalah Roh, yaitu keilahian. Oleh karena itu, hakikat-Nya adalah hakikat Tuhan sendiri; hakikat ini tidak akan menyela pekerjaan-Nya sendiri, dan Dia tidak mungkin melakukan apa pun yang menghancurkan pekerjaan-Nya sendiri, ataupun mengucapkan perkataan yang bertentangan dengan kehendak-Nya sendiri. Oleh karena itu, Tuhan yang berinkarnasi tentunya tidak akan melakukan pekerjaan apa pun yang menyela pengelolaan-Nya sendiri. Inilah yang harus dipahami semua manusia. Esensi pekerjaan Roh Kudus adalah menyelamatkan manusia dan demi kepentingan pengelolaan Tuhan sendiri. Begitu pula, pekerjaan Kristus bertujuan untuk menyelamatkan manusia dan demi kehendak Tuhan. Dengan Tuhan menjadi daging, Dia pun mewujudkan hakikat-Nya dalam daging-Nya, sehingga daging-Nya memadai untuk melaksanakan pekerjaan-Nya. Oleh karena itu, semua pekerjaan Roh Tuhan digantikan oleh pekerjaan Kristus selama masa inkarnasi, dan inti semua pekerjaan di sepanjang masa inkarnasi adalah pekerjaan Kristus. Pekerjaan tersebut tidak dapat dicampur dengan pekerjaan di zaman lain. Lalu, karena Tuhan menjadi daging, Dia bekerja dalam identitas daging-Nya; karena Dia datang dalam daging, Dia pun menyelesaikan pekerjaan yang harus dilakukan-Nya dalam daging. Baik Roh Tuhan maupun Kristus, keduanya adalah Tuhan itu sendiri, dan Dia melakukan pekerjaan yang harus dilakukan-Nya serta melaksanakan pelayanan yang harus dilaksanakan-Nya.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi"

192. Dia yang adalah Tuhan yang berinkarnasi akan memiliki esensi Tuhan, dan Dia yang adalah Tuhan yang berinkarnasi akan memiliki pengungkapan Tuhan. Karena Tuhan menjadi daging, Dia akan melaksanakan pekerjaan yang ingin Dia lakukan, dan karena Tuhan menjadi daging, Dia akan mengungkapkan siapa Dia, dan akan dapat membawa kebenaran kepada manusia, menganugerahkan hidup kepadanya, dan menunjukkan jalan kepadanya. Daging yang tidak memiliki esensi Tuhan pasti bukan Tuhan yang berinkarnasi; ini tidak diragukan lagi. Jika manusia berniat untuk menyelidiki apakah daging itu adalah daging inkarnasi Tuhan, manusia harus menegaskannya dari watak yang Dia ungkapkan dan perkataan yang Dia ucapkan. Dengan kata lain, untuk menegaskan apakah itu adalah daging inkarnasi Tuhan atau bukan, dan apakah itu jalan yang benar atau bukan, orang harus membedakan berdasarkan esensi-Nya. Jadi, untuk menentukan apakah itu daging Tuhan yang berinkarnasi atau bukan, kuncinya terletak pada esensi-Nya (pekerjaan-Nya, perkataan-Nya, watak-Nya, dan banyak aspek lainnya), bukan pada penampilan lahiriahnya. Jika manusia hanya mengamati penampilan lahiriah-Nya, dan sebagai akibatnya mengabaikan esensi-Nya, ini menunjukkan bahwa manusia itu bodoh dan tidak tahu apa-apa.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kata Pengantar"

193. Implikasi dari inkarnasi Tuhan adalah bahwa Tuhan hidup dan bekerja dalam daging, Tuhan di dalam esensi-Nya menjadi daging, menjadi seorang manusia. Kehidupan dan pekerjaan inkarnasi-Nya dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap yang pertama adalah kehidupan yang dijalani-Nya sebelum melakukan pelayanan-Nya. Dia hidup dalam keluarga manusia biasa, dalam kemanusiaan yang sepenuhnya normal, menaati nilai-nilai moral dan hukum normal kehidupan manusia, dengan kebutuhan manusia normal (makanan, pakaian, tempat tinggal, tidur), kelemahan manusia normal, dan emosi manusia normal. Dengan kata lain, selama tahap pertama ini, Dia hidup dalam kemanusiaan non-ilahi dan sepenuhnya normal, terlibat dalam semua kegiatan manusia normal. Tahap kedua adalah kehidupan yang Dia jalani setelah Dia mulai melakukan pelayanan-Nya. Dia masih berdiam dalam kemanusiaan biasa dengan wujud manusia yang normal, tidak menunjukkan tanda-tanda supranatural yang kasat mata. Namun, Dia hidup murni demi pelayanan-Nya, dan selama periode ini, kemanusiaan-Nya yang normal sepenuhnya ada untuk menopang pekerjaan keilahian-Nya yang normal, karena pada saat itu kemanusiaan-Nya yang normal telah dewasa sehingga dapat melakukan pelayanan-Nya. Jadi, tahap kedua dari kehidupan-Nya adalah melakukan pelayanan-Nya dalam kemanusiaan-Nya yang normal, yaitu kehidupan di mana Dia menjalani kemanusiaan yang normal dan sekaligus keilahian yang utuh. Alasan mengapa selama tahap pertama kehidupan-Nya, Dia hidup dalam kemanusiaan yang sepenuhnya biasa adalah karena kemanusiaan-Nya belum mampu menanggung keseluruhan pekerjaan ilahi, belum dewasa; hanya setelah kemanusiaan-Nya tumbuh dewasa dan mampu memikul pelayanan-Nya, barulah Dia dapat mulai melakukan pelayanan yang harus dilakukan-Nya. Karena Dia, sebagai daging, perlu bertumbuh dan menjadi dewasa, tahap pertama kehidupan-Nya adalah kehidupan kemanusiaan yang normal—sedangkan dalam tahap kedua, karena kemanusiaan-Nya sudah mampu menanggung pekerjaan-Nya dan melakukan pelayanan-Nya, kehidupan yang dijalani oleh Tuhan yang berinkarnasi selama pelayanan-Nya adalah kehidupan dalam kemanusiaan dan keilahian yang utuh. Jika sejak saat kelahiran-Nya, Tuhan yang berinkarnasi memulai pelayanan-Nya dengan sungguh-sungguh, melakukan tanda-tanda dan mukjizat supranatural, Dia tidak akan memiliki esensi jasmani. Oleh karena itu, kemanusiaan-Nya ada demi esensi jasmani-Nya; tidak ada daging tanpa kemanusiaan, dan seseorang tanpa kemanusiaan bukanlah manusia. Dengan demikian, kemanusiaan daging Tuhan adalah sifat hakiki dari daging Tuhan yang berinkarnasi. Mengatakan bahwa "ketika Tuhan menjadi daging, Dia sepenuhnya ilahi, dan sama sekali bukan manusia," adalah penghujatan, karena pernyataan ini sama sekali tidak ada, dan melanggar prinsip inkarnasi. Bahkan setelah Dia mulai melakukan pelayanan-Nya, Dia masih hidup dalam keilahian-Nya dengan wujud luar seorang manusia saat Dia melakukan pekerjaan-Nya; hanya saja pada saat itu, kemanusiaan-Nya hanya memiliki satu tujuan, yaitu memungkinkan keilahian-Nya untuk melakukan pekerjaan dalam daging yang normal. Jadi, perantara dari pekerjaan tersebut adalah keilahian yang mendiami kemanusiaan-Nya. Keilahian-Nyalah yang bekerja, bukan kemanusiaan-Nya, tetapi keilahian ini tersembunyi di dalam kemanusiaan-Nya; pada intinya, pekerjaan-Nya dilakukan oleh keilahian-Nya yang utuh, bukan oleh kemanusiaan-Nya. Namun, pelaku pekerjaan itu adalah daging-Nya. Orang dapat mengatakan bahwa Dia adalah manusia sekaligus Tuhan, karena Tuhan menjadi Tuhan yang hidup dalam daging, dengan wujud manusia dan esensi manusia, tetapi juga esensi Tuhan. Karena Dia adalah manusia dengan esensi Tuhan, Dia berada di atas semua manusia ciptaan, di atas siapa pun yang dapat melakukan pekerjaan Tuhan. Demikianlah, di antara semua yang memiliki wujud manusia seperti Diri-Nya, di antara semua yang memiliki kemanusiaan, hanya Dialah Tuhan yang berinkarnasi itu sendiri—semua yang lain adalah manusia ciptaan. Meskipun mereka semua memiliki kemanusiaan, manusia ciptaan tidak memiliki apa pun selain kemanusiaan, sedangkan Tuhan yang berinkarnasi berbeda: di dalam daging-Nya, Dia bukan saja memiliki kemanusiaan, tetapi yang lebih penting, Dia memiliki keilahian. Kemanusiaan-Nya dapat dilihat dalam penampakan fisik daging-Nya dan dalam kehidupan-Nya sehari-hari, tetapi keilahian-Nya sulit dipahami. Karena keilahian-Nya diungkapkan hanya ketika Dia memiliki kemanusiaan, dan tidak begitu supranatural sebagaimana yang dibayangkan orang, keilahian-Nya sangat sulit untuk dipahami orang. Bahkan sekarang, orang-orang paling kesulitan untuk memahami esensi sejati dari Tuhan yang berinkarnasi. Bahkan setelah Aku menjelaskan panjang lebar tentang semua ini, Kuduga hal ini masih tetap menjadi misteri bagi kebanyakan orang di antaramu. Sebenarnya, masalah ini sangat sederhana: karena Tuhan menjadi daging, esensi-Nya adalah kombinasi antara kemanusiaan dan keilahian. Kombinasi ini disebut Tuhan itu sendiri, Tuhan sendiri yang berada di bumi.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Daging yang Didiami oleh Tuhan"

194. Kemanusiaan Tuhan yang berinkarnasi ada untuk memelihara pekerjaan ilahi yang normal, yang dilakukan dalam daging; pemikiran manusia-Nya yang normal menopang kemanusiaan-Nya yang normal dan semua aktivitas jasmani-Nya yang normal. Dapat dikatakan bahwa pemikiran manusia-Nya yang normal ada untuk menopang seluruh pekerjaan Tuhan dalam daging. Jika daging ini tidak memiliki pikiran normal manusia, Tuhan tidak dapat bekerja dalam daging, dan apa yang perlu Dia lakukan dalam daging tidak akan pernah dapat diselesaikan. Meskipun Tuhan yang berinkarnasi memiliki pikiran normal manusia, pekerjaan-Nya tidak tercemar oleh pikiran manusia; Dia melakukan pekerjaan dalam kemanusiaan dengan pikiran yang normal, dengan prasyarat bahwa Dia memiliki kemanusiaan dengan pikiran, bukan bertindak berdasarkan pikiran normal manusia. Seluhur apa pun pikiran daging-Nya, pekerjaan-Nya tidak ternoda oleh logika atau pemikiran. Dengan kata lain, pekerjaan-Nya bukan merupakan buah dari pemikiran daging-Nya, melainkan ungkapan langsung dari pekerjaan ilahi di dalam kemanusiaan-Nya. Semua pekerjaan-Nya adalah pelayanan yang harus Dia genapi, dan tak satu pun dari pekerjaan itu merupakan hasil dari pemikiran-Nya. Sebagai contoh, menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dan penyaliban, semua itu bukan hasil dari pemikiran manusia-Nya, dan tidak mungkin dapat dicapai oleh manusia mana pun dengan pemikiran manusia. Sama halnya, pekerjaan penaklukan di zaman sekarang merupakan pelayanan yang harus dilakukan oleh Tuhan yang berinkarnasi, tetapi ini bukan merupakan pekerjaan atas kehendak manusia, itu merupakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh keilahian-Nya, pekerjaan yang tidak mampu dilakukan oleh seorang manusia mana pun yang berdarah-daging. Jadi, Tuhan yang berinkarnasi harus memiliki pemikiran normal manusia, harus memiliki kemanusiaan yang normal, karena Dia harus melakukan pekerjaan-Nya dalam kemanusiaan dengan pikiran yang normal. Inilah esensi pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi, esensi yang sebenarnya dari Tuhan yang berinkarnasi.

Sebelum Yesus melakukan pekerjaan-Nya, Dia hanya hidup dalam kemanusiaan-Nya yang normal. Tidak ada yang menduga bahwa Dia adalah Tuhan, tidak ada yang mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan yang berinkarnasi; orang hanya mengenal Dia sebagai manusia yang benar-benar biasa. Kemanusiaan-Nya yang benar-benar biasa dan normal adalah bukti bahwa Tuhan berinkarnasi dalam daging, dan bahwa Zaman Kasih Karunia adalah zaman pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi, bukan zaman pekerjaan Roh. Itu adalah bukti bahwa Roh Tuhan diwujudkan sepenuhnya dalam daging, bahwa di zaman inkarnasi Tuhan, daging-Nya dapat melakukan semua pekerjaan Roh. Kristus dengan kemanusiaan yang normal adalah daging yang di dalamnya Roh diwujudkan, dan memiliki kemanusiaan yang normal, akal sehat, serta pikiran manusia. "Diwujudkan" artinya Tuhan menjadi manusia, Roh menjadi daging; atau secara gamblang, artinya adalah ketika Tuhan itu sendiri mendiami daging dengan kemanusiaan yang normal, dan melaluinya, Dia mengungkapkan pekerjaan ilahi-Nya—inilah yang dimaksud dengan diwujudkan, atau berinkarnasi.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Daging yang Didiami oleh Tuhan"

195. Kemanusiaan Kristus dikuasai oleh keilahian-Nya. Meskipun Dia hidup dalam daging, kemanusiaan-Nya tidak sepenuhnya seperti manusia yang berasal dari daging. Dia memiliki karakter unik-Nya sendiri, dan ini pun dikuasai oleh keilahian-Nya. Keilahian-Nya tidak memiliki kelemahan; kelemahan Kristus mengacu pada kelemahan kemanusiaan-Nya. Sampai tingkat tertentu, kelemahan ini membatasi keilahian-Nya, tetapi batasan tersebut hanya dalam lingkup dan waktu tertentu, dan bukan tanpa batas. Ketika tiba saatnya untuk melaksanakan pekerjaan keilahian-Nya, pekerjaan itu dilakukan tanpa memandang kemanusiaan-Nya. Kemanusiaan Kristus sepenuhnya dikendalikan oleh keilahian-Nya. Terlepas dari kehidupan normal kemanusiaan-Nya, seluruh tindakan kemanusiaan-Nya dipengaruhi, dipelihara, dan diarahkan oleh keilahian-Nya. Meskipun Kristus memiliki kemanusiaan, hal itu tidak mengganggu pekerjaan keilahian-Nya. Hal ini karena kemanusiaan Kristus diarahkan oleh keilahian-Nya; meskipun kemanusiaan-Nya tidak matang dalam cara-Nya membawa diri di tengah orang lain, hal itu tidak memengaruhi pekerjaan normal keilahian-Nya. Saat Aku berkata kemanusiaan-Nya tidak terusakkan, maksud-Ku adalah kemanusiaan Kristus dapat secara langsung diperintah oleh keilahian-Nya, dan bahwa Dia memiliki nalar yang lebih tinggi daripada manusia biasa. Kemanusiaan-Nya paling tepat diarahkan oleh keilahian dalam pekerjaan-Nya; kemanusiaan-Nya paling sanggup mengungkapkan pekerjaan keilahian, juga paling sanggup tunduk pada pekerjaan itu. Karena Tuhan bekerja dalam daging, Dia tidak pernah melupakan tugas yang harus digenapi oleh manusia di dalam daging; Dia dapat menyembah Tuhan yang di surga dengan hati yang tulus. Dia memiliki hakikat Tuhan, dan identitas-Nya adalah identitas Tuhan itu sendiri. Hanya saja Dia telah datang ke bumi dan menjadi makhluk ciptaan, dengan wujud luar serupa makhluk ciptaan, dan kini memiliki kemanusiaan yang tidak Dia miliki sebelumnya. Dia mampu menyembah Tuhan yang di surga; inilah wujud Tuhan sendiri dan tidak dapat ditiru manusia. Identitas-Nya adalah Tuhan itu sendiri. Dari sudut pandang daginglah Dia menyembah Tuhan; oleh karena itu, perkataan "Kristus menyembah Tuhan di surga" tidaklah keliru. Hal yang diminta-Nya dari manusia adalah hakikat-Nya sendiri; Dia telah mencapai semua yang diminta-Nya dari manusia sebelum meminta hal itu dari mereka. Dia tidak akan menuntut apa pun dari orang lain sementara Dia sendiri terbebas dari hal itu, sebab semua ini membentuk hakikat-Nya. Dengan cara apa pun Dia melaksanakan pekerjaan-Nya, Dia tidak akan bertindak dengan cara yang tidak taat pada Tuhan. Apa pun yang diminta-Nya dari manusia, tuntutan-Nya tidak ada yang melebihi apa yang sanggup dicapai oleh manusia. Semua yang dilakukan-Nya adalah perihal melakukan kehendak Tuhan dan demi pengelolaan-Nya. Keilahian Kristus melampaui seluruh manusia; oleh karena itu, Dia memiliki otoritas tertinggi atas seluruh makhluk ciptaan. Otoritas ini adalah keilahian-Nya, yaitu watak dan hakikat Tuhan sendiri, yang menentukan identitas-Nya. Oleh karena itu, betapapun normalnya kemanusiaan-Nya, tidak dapat disangkal bahwa Dia memiliki identitas Tuhan itu sendiri; dari posisi mana pun Dia berbicara dan bagaimanapun Dia menaati kehendak Tuhan, tidak dapat dikatakan bahwa Dia bukanlah Tuhan itu sendiri.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi"

196. Anak Manusia yang berinkarnasi mengungkapkan keilahian Tuhan melalui kemanusiaan-Nya dan menyatakan kehendak Tuhan kepada umat manusia. Dan melalui diri-Nya mengungkapkan kehendak dan watak Tuhan, Dia juga menyatakan kepada manusia sosok Tuhan yang tidak bisa dilihat atau disentuh yang berdiam di alam rohani. Apa yang manusia lihat adalah Tuhan itu sendiri dalam bentuk yang kasatmata, memiliki darah dan daging. Jadi, Anak Manusia yang berinkarnasi membuat hal-hal seperti identitas Tuhan itu sendiri, status, wujud, dan watak Tuhan, apa yang Dia miliki dan siapa diri-Nya menjadi konkret dan memiliki rupa manusia. Meskipun penampakan luar Anak Manusia memiliki batasan berkenaan dengan gambar diri Tuhan, esensi-Nya dan apa yang Dia miliki dan siapa diri-Nya sepenuhnya mampu merepresentasikan identitas dan status Tuhan itu sendiri—hanya ada beberapa perbedaan dalam bentuk pengungkapannya. Kita tidak dapat menyangkal bahwa Anak Manusia merepresentasikan identitas dan status Tuhan itu sendiri, baik dalam bentuk kemanusiaan-Nya maupun dalam keilahian-Nya. Namun, selama waktu ini, Tuhan bekerja melalui daging, berbicara dari sudut pandang daging, dan berdiri di hadapan umat manusia dengan identitas dan status Anak Manusia, dan ini memberikan kesempatan bagi orang-orang untuk menemui dan mengalami firman dan pekerjaan Tuhan yang nyata di antara manusia. Ini juga memungkinkan orang untuk mendapatkan wawasan tentang keilahian dan kebesaran-Nya di tengah kerendahhatian, sekaligus mendapatkan pemahaman dan definisi pendahuluan tentang autentisitas dan kenyataan diri Tuhan. Meskipun pekerjaan yang diselesaikan Tuhan Yesus, cara Dia bekerja, dan sudut pandang di mana Dia berbicara berbeda dari pribadi nyata Tuhan dalam alam rohani, segala sesuatu tentang Dia benar-benar merepresentasikan Tuhan itu sendiri, yang sebelumnya belum pernah dilihat manusia—hal ini tidak dapat dibantah! Dengan kata lain, dalam bentuk apa pun Tuhan menampakkan diri, dari sudut pandang mana pun Dia berfirman, atau dalam rupa apa pun Dia menghadapi manusia, Tuhan tidak merepresentasikan siapa pun selain diri-Nya sendiri. Dia tidak dapat merepresentasikan manusia mana pun—Dia tidak mungkin merepresentasikan manusia rusak mana pun. Tuhan adalah Tuhan itu sendiri, dan hal ini tidak dapat dibantah.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III"

197. Tuhan yang praktis itu sendiri, yang sedang dibicarakan, saat ini bekerja dalam kemanusiaan dan keilahian. Melalui penampakan Tuhan yang praktis, pekerjaan dan kehidupan kemanusiaan-Nya yang normal serta pekerjaan-Nya yang sepenuhnya ilahi tercapai. Kemanusiaan dan keilahian-Nya tergabung menjadi satu, dan pekerjaan keduanya dicapai melalui firman; baik dalam kemanusiaan maupun keilahian, Dia mengucapkan firman. Ketika Tuhan bekerja di dalam kemanusiaan, Dia berbicara dengan bahasa manusia, sehingga orang dapat terlibat dan paham. Firman-Nya diucapkan dengan sederhana dan mudah dipahami, sehingga dapat diberikan kepada semua orang; bterlepas dari apakah orang-orang memiliki pengetahuan atau berpendidikan rendah, mereka semua dapat menerima firman Tuhan. Pekerjaan Tuhan dalam keilahian juga dilakukan melalui firman-Nya, tetapi pekerjaan-Nya ini penuh dengan perbekalan, penuh dengan kehidupan, tidak tercemar oleh ide-ide manusia, tidak melibatkan preferensi manusia, dan tanpa batas-batas manusia, berada di luar batas-batas kemanusiaan normal mana pun; pekerjaan ini dilakukan dalam daging, tetapi merupakan ungkapan langsung Roh. Jika manusia hanya menerima pekerjaan Tuhan dalam kemanusiaan, mereka akan membatasi diri dalam lingkup tertentu, dan oleh karena itu, akan membutuhkan penanganan, pemangkasan, dan disiplin terus menerus supaya mereka bisa sedikit saja berubah. Namun, tanpa pekerjaan atau kehadiran Roh Kudus, mereka akan selalu kembali ke cara-cara lama; hanya melalui pekerjaan keilahian, barulah penyakit dan kekurangan ini dapat diperbaiki, dan hanya setelah itulah manusia dapat menjadi lengkap. Alih-alih penanganan dan pemangkasan berkelanjutan, yang dibutuhkan adalah perbekalan positif, memakai firman untuk menebus segala kelemahan, memakai firman untuk menyingkapkan semua keadaan manusia, memakai firman untuk mengarahkan hidup mereka, semua ucapan mereka, semua tindakan mereka, untuk menyingkapkan niat dan motivasi mereka. Inilah pekerjaan sejati Tuhan yang praktis. Oleh karena itu, dalam sikapmu terhadap Tuhan yang praktis, engkau harus segera tunduk di hadapan kemanusiaan-Nya, mengenali dan mengakui-Nya, dan selain itu, engkau juga harus menerima dan menaati pekerjaan dan perkataan ilahi-Nya. Penampakan Tuhan di dalam daging berarti semua pekerjaan dan firman Roh Tuhan dilakukan melalui kemanusiaan-Nya yang normal, dan melalui daging inkarnasi-Nya. Dengan kata lain, Roh Tuhan segera mengarahkan pekerjaan kemanusiaan-Nya dan melakukan pekerjaan keilahian di dalam daging, dan di dalam Tuhan yang berinkarnasi engkau bisa melihat baik pekerjaan Tuhan dalam kemanusiaan maupun pekerjaan-Nya yang sepenuhnya ilahi. Inilah makna penting yang sesungguhnya dari penampakan Tuhan yang nyata dalam daging. Jika bisa melihat ini dengan jelas, engkau akan dapat mengaitkan semua bagian Tuhan yang berbeda; engkau tidak akan lagi melekatkan kepentingan yang tak semestinya pada pekerjaan-Nya dalam keilahian, dan engkau akan berhenti memandang pekerjaan-Nya di dalam kemanusiaan dengan sikap meremehkan yang tidak semestinya, dan engkau tidak akan bersikap berlebihan, atau melenceng. Secara keseluruhan, arti dari Tuhan yang praktis adalah bahwa pekerjaan kemanusiaan dan keilahian-Nya, yang diarahkan oleh Roh, diungkapkan melalui daging-Nya, sehingga orang dapat melihat bahwa Dia kasatmata dan hidup, nyata dan benar.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Harus Tahu Bahwa Tuhan yang Praktis adalah Tuhan itu Sendiri"

198. Roh Tuhan merupakan otoritas atas seluruh ciptaan. Daging dengan hakikat Tuhan juga memiliki otoritas, tetapi Tuhan dalam daging dapat melakukan semua pekerjaan yang taat pada kehendak Bapa surgawi. Hal ini tidak dapat dicapai atau dipahami oleh manusia mana pun. Tuhan sendiri adalah otoritas, tetapi daging-Nya dapat tunduk pada otoritas-Nya itu. Inilah makna yang terkandung dalam perkataan: "Kristus taat pada kehendak Bapa." Tuhan adalah Roh dan dapat melakukan pekerjaan penyelamatan, sebagaimana Tuhan dapat menjadi manusia. Bagaimanapun juga, Tuhan sendiri melakukan pekerjaan-Nya sendiri; Dia tidak menyela atau mencampuri, apalagi melakukan pekerjaan yang saling bertentangan, sebab hakikat pekerjaan yang dilakukan Roh dan daging itu serupa. Baik Roh maupun daging, keduanya bekerja untuk menggenapi satu kehendak dan mengelola pekerjaan yang sama. Meskipun Roh dan daging memiliki dua kualitas yang berbeda, hakikat keduanya sama; keduanya memiliki hakikat Tuhan itu sendiri, dan identitas Tuhan itu sendiri. Tuhan itu sendiri tidak memiliki unsur ketidaktaatan; hakikat-Nya baik. Dia merupakan pengungkapan segala keindahan dan kebaikan, juga segenap kasih. Bahkan dalam daging, Tuhan tidak melakukan apa pun yang tidak menaati Bapa. Bahkan ketika harus mengorbankan nyawa-Nya, Dia bersedia melakukannya dengan sepenuh hati dan tidak mengambil pilihan lain. Tuhan tidak memiliki unsur pembenaran diri atau mementingkan diri sendiri, atau unsur kesombongan dan keangkuhan; Dia tidak memiliki unsur kecurangan. Segala sesuatu yang tidak menaati Tuhan berasal dari Iblis; Iblis adalah sumber segala keburukan dan kejahatan. Alasan mengapa manusia memiliki kualitas yang serupa dengan kualitas Iblis adalah karena manusia telah dirusak dan dikuasai oleh Iblis. Kristus tidak pernah dirusak oleh Iblis, sehingga Dia hanya memiliki karakter Tuhan dan tidak satu pun karakter Iblis. Betapapun sukarnya pekerjaan atau lemahnya daging, saat hidup dalam daging, Tuhan tidak akan pernah melakukan apa pun yang menyela pekerjaan Tuhan sendiri, apalagi meninggalkan kehendak Bapa dalam ketidaktaatan. Dia lebih memilih menanggung penderitaan daging daripada mengkhianati kehendak Bapa; sebagaimana yang telah dikatakan Yesus dalam doa-Nya: "Bapa-Ku, jikalau mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku: tetapi bukan seperti yang Aku kehendaki, melainkan seperti kehendak-Mu." Manusia membuat pilihannya sendiri, tetapi Kristus tidak. Meskipun Dia memiliki identitas Tuhan sendiri, Dia tetap mencari kehendak Bapa dan menggenapi apa yang dipercayakan kepada-Nya oleh Bapa, dari sudut pandang daging. Ini adalah hal yang tidak dapat dicapai manusia. Hal yang berasal dari Iblis tidak dapat memiliki hakikat Tuhan, melainkan hanya hakikat yang tidak menaati dan menentang Tuhan. Hakikat itu tidak dapat sepenuhnya taat pada Tuhan, apalagi bersedia taat pada kehendak Tuhan. Semua manusia selain Kristus dapat melakukan hal yang menentang Tuhan, dan tak seorang pun dapat secara langsung melaksanakan pekerjaan yang dipercayakan oleh Tuhan; tak seorang pun dapat menganggap pengelolaan Tuhan sebagai tugas yang harus mereka laksanakan sendiri. Berserah kepada kehendak Bapa merupakan hakikat Kristus, sedangkan ketidaktaatan terhadap Tuhan merupakan karakter Iblis. Kedua kualitas ini tidak sesuai, dan siapa pun yang memiliki kualitas Iblis tidak dapat disebut Kristus. Alasan mengapa manusia tidak dapat melakukan pekerjaan Tuhan menggantikan-Nya adalah karena manusia tidak memiliki sedikit pun hakikat Tuhan. Manusia bekerja untuk Tuhan demi kepentingan pribadi manusia dan harapan-harapannya di masa depan, tetapi Kristus bekerja untuk melakukan kehendak Tuhan Bapa.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi"

199. Walaupun penampilan lahiriah Tuhan yang berinkarnasi benar-benar serupa dengan manusia, dan walaupun Dia belajar pengetahuan manusia dan berbicara bahasa manusia, dan terkadang Dia bahkan mengungkapkan gagasan-Nya melalui metode dan cara bicara manusia, tetapi cara Dia memandang manusia, dan memandang esensi segala sesuatu sama sekali berbeda dengan cara manusia yang rusak memandang manusia dan esensi segala sesuatu. Sudut pandang dan ketinggian tempat-Nya berdiri adalah sesuatu yang tak tergapai bagi seseorang yang rusak. Ini karena Tuhan adalah kebenaran, karena daging yang Dia kenakan juga memiliki esensi Tuhan, dan pemikiran-Nya serta apa yang diungkapkan oleh kemanusiaan-Nya adalah juga kebenaran. Bagi manusia yang rusak, apa yang Dia ungkapkan dalam daging adalah perbekalan kebenaran dan hidup. Perbekalan ini bukan hanya untuk satu orang, melainkan untuk semua manusia. Di dalam hati manusia yang rusak, hanya terdapat beberapa orang saja yang berkaitan dengan dirinya. Mereka hanya memedulikan dan mengkhawatirkan segelintir orang ini saja. Ketika bencana datang, pertama-tama mereka memikirkan anak, pasangan, atau orang tua mereka sendiri. Paling banter, seseorang yang lebih berbelas kasihan mungkin akan sedikit memikirkan beberapa kerabat atau teman baik, tetapi apakah pemikiran seseorang yang bahkan berbelas kasihan seperti itu pun akan melebihi dari itu? Tidak, tidak akan pernah! Itu karena bagaimanapun juga, manusia adalah manusia, dan mereka hanya dapat melihat segala sesuatu dari sudut pandang dan ketinggian seorang manusia. Akan tetapi, Tuhan yang berinkarnasi sama sekali berbeda dari manusia yang rusak. Sebiasa apa pun, senormal apa pun, dan sehina apa pun daging dari Tuhan yang berinkarnasi, atau bahkan serendah apa pun orang memandang-Nya, pemikiran dan sikap-Nya terhadap umat manusia adalah sesuatu yang tidak bisa dimiliki seorang manusia pun, sesuatu yang tidak mungkin ditiru seorang manusia pun. Dia akan selalu mengamati manusia dari sudut pandang keilahian, dari ketinggian kedudukan-Nya sebagai Sang Pencipta. Dia akan selalu memandang manusia melalui esensi dan pola pikir Tuhan. Dia sama sekali tidak bisa memandang umat manusia dari ketinggian yang hina seorang manusia kebanyakan, dan dari sudut pandang seorang yang rusak. Ketika orang memandang manusia, mereka memandangnya dengan menggunakan penglihatan manusia, dan mereka menggunakan hal-hal seperti pengetahuan, peraturan dan teori manusia sebagai tolak ukur. Ini berada dalam lingkup hal-hal yang bisa dilihat manusia dengan mata mereka dan lingkup yang bisa dicapai oleh manusia yang rusak. Ketika Tuhan memandang manusia, Dia memandangnya dengan menggunakan penglihatan ilahi, dan Dia menggunakan esensi-Nya dan apa yang Dia miliki dan siapa diri-Nya sebagai tolak ukur. Lingkup ini meliputi hal-hal yang tidak bisa dilihat manusia, dan di sinilah terletak perbedaan sepenuhnya antara Tuhan yang berinkarnasi dan manusia yang rusak. Perbedaan ini ditentukan oleh esensi yang berbeda antara manusia dan Tuhan—perbedaan esensi inilah yang menentukan identitas dan kedudukan mereka, sekaligus juga sudut pandang dan ketinggian tempat mereka memandang berbagai hal.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III"

200. Baik engkau memiliki pengalaman sosial atau tidak dan bagaimana engkau benar-benar hidup dan menimba pengalaman dalam keluargamu dapat dilihat dari hal-hal yang engkau ungkapkan, sedangkan engkau tidak dapat melihat dari pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi apakah Dia memiliki pengalaman sosial atau tidak. Dia sangat menyadari esensi manusia dan dapat mengungkapkan semua jenis penerapan yang berkaitan dengan semua jenis orang. Dia bahkan lebih jitu dalam mengungkapkan watak rusak dan perilaku suka memberontak manusia. Dia tidak hidup di antara manusia duniawi, tetapi Dia menyadari natur manusia fana dan semua kerusakan manusia duniawi. Inilah keberadaan-Nya. Meskipun Dia tidak berurusan dengan dunia, Dia tahu aturan berurusan dengan dunia karena Dia sepenuhnya memahami natur manusia. Dia tahu tentang pekerjaan Roh yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia dan tidak dapat didengar telinga manusia, baik di zaman sekarang maupun di masa lalu. Ini mencakup hikmat yang bukan merupakan falsafah kehidupan dan keajaiban yang sulit untuk dipahami manusia. Inilah keberadaan-Nya, yang terbuka bagi manusia dan juga tersembunyi dari manusia. Hal yang diungkapkan-Nya bukanlah keberadaan orang yang luar biasa, melainkan sifat bawaan dan keberadaan Roh. Dia tidak melakukan perjalanan keliling dunia tetapi mengetahui segalanya tentang dunia. Dia menghubungi "antropoid" yang tidak memiliki pengetahuan atau wawasan, tetapi Dia mengungkapkan firman yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan melampaui tokoh-tokoh hebat. Dia hidup di antara sekelompok orang bodoh dan mati rasa yang tidak memiliki kemanusiaan dan yang tidak memahami kebiasaan dan kehidupan manusia, tetapi Dia dapat meminta umat manusia untuk hidup dalam kemanusiaan yang normal, sekaligus mengungkapkan kemanusiaan manusia yang dangkal dan rendah. Semua ini adalah keberadaan-Nya, yang lebih tinggi daripada manusia mana pun yang terdiri atas daging-dan-darah. Bagi-Nya, tidak perlu mengalami kehidupan sosial yang rumit, merepotkan, dan kotor untuk melakukan pekerjaan yang perlu Dia lakukan dan mengungkapkan hakikat manusia yang rusak secara menyeluruh. Kehidupan sosial yang kotor tidak membangun daging-Nya. Pekerjaan dan firman-Nya hanya mengungkapkan ketidaktaatan manusia dan tidak membekali manusia dengan pengalaman dan pelajaran untuk menangani dunia. Dia tidak perlu menyelidiki masyarakat atau keluarga manusia ketika Dia membekali manusia dengan kehidupan. Mengungkap dan menghakimi manusia bukanlah ungkapan pengalaman daging-Nya; itu adalah pengungkapan-Nya atas ketidakbenaran manusia setelah lama mengetahui ketidaktaatan manusia dan membenci kerusakan manusia. Semua pekerjaan yang Dia lakukan adalah untuk mengungkapkan watak-Nya kepada manusia dan mengungkapkan keberadaan-Nya. Hanya Dia yang dapat melakukan pekerjaan ini; ini bukanlah sesuatu yang dapat dicapai oleh manusia yang terdiri atas daging-dan-darah.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan Tuhan dan Pekerjaan Manusia"

201. Pekerjaan dan pengungkapan Kristus menentukan hakikat-Nya. Dia sanggup menunaikan apa yang telah dipercayakan kepada-Nya dengan segenap hati. Dia sanggup menyembah Tuhan yang di surga dengan hati tulus, dan dengan hati tulus mencari kehendak Bapa. Semua ini ditentukan oleh hakikat-Nya. Demikian pula pewahyuan alami-Nya ditentukan oleh hakikat-Nya; alasan Aku menyebutnya sebagai "pewahyuan alami" adalah karena pengungkapan-Nya bukanlah tiruan, ataupun didikan manusia, atau hasil pengembangan bertahun-tahun oleh manusia. Dia tidak mempelajarinya ataupun memperelok diri-Nya dengan hal itu; sebaliknya, semua itu memang sudah melekat di dalam diri-Nya. Manusia bisa saja menyangkal pekerjaan-Nya, pengungkapan-Nya, kemanusiaan-Nya, dan seluruh kehidupan kemanusiaan-Nya yang normal, tetapi tak seorang pun dapat menyangkal bahwa Dia menyembah Tuhan yang di surga dengan hati tulus; tak seorang pun dapat menyangkal bahwa Dia telah datang untuk menggenapi kehendak Bapa surgawi, dan tak seorang pun dapat menyangkal ketulusan-Nya dalam mencari Bapa. Meskipun citra-Nya tidak tampak menarik, khotbah-Nya tidak terasa luar biasa, dan pekerjaan-Nya tidak menggemparkan dunia atau mengguncang surga seperti yang dibayangkan manusia, Dia benar-benar adalah Kristus, yang menggenapi kehendak Bapa surgawi dengan hati tulus, sepenuhnya berserah kepada Bapa surgawi, dan taat sampai mati. Ini karena hakikat-Nya adalah hakikat Kristus. Kebenaran ini sulit dipercaya manusia tetapi ini fakta. Saat pelayanan Kristus telah sepenuhnya tergenapi, manusia akan dapat melihat dari pekerjaan-Nya bahwa watak dan hakikat-Nya mewakili watak dan hakikat Tuhan yang di surga. Pada saat itu, keseluruhan pekerjaan-Nya dapat meneguhkan bahwa Dia memang Firman yang menjadi manusia, dan tidak sama dengan daging dan darah manusia.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi"

202. Tuhan yang menjadi daging disebut Kristus, dan karena itu, Kristus yang bisa memberikan kebenaran kepada orang-orang disebut Tuhan. Tidak ada yang berlebihan dalam hal ini, karena Dia memiliki hakikat Tuhan, dan memiliki watak Tuhan, serta hikmat dalam pekerjaan-Nya yang tidak bisa dicapai oleh manusia. Mereka yang menyebut dirinya Kristus, tetapi tidak bisa melakukan pekerjaan Tuhan, adalah para penipu. Kristus bukan sekadar manifestasi Tuhan di bumi, tetapi juga merupakan daging khusus yang dikenakan Tuhan selagi Dia menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan-Nya di antara manusia. Daging ini tidak bisa digantikan oleh sembarang manusia, melainkan daging yang mampu memikul pekerjaan Tuhan di bumi dengan memadai, dan mengungkapkan watak Tuhan, dan mewakili Tuhan dengan baik, dan memberikan hidup bagi manusia. Cepat atau lambat, mereka semua yang menyamar sebagai Kristus akan jatuh, karena walau mereka mengaku sebagai Kristus, mereka sama sekali tidak memiliki hakikat Kristus. Karena itu, Aku mengatakan bahwa keaslian Kristus tidak bisa didefinisikan oleh manusia, melainkan dijawab dan diputuskan oleh Tuhan sendiri.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Kristus Akhir Zaman yang Bisa Memberi Manusia Jalan Hidup yang Kekal"

203. Daging yang dikenakan Roh Tuhan adalah daging Tuhan sendiri. Roh Tuhan adalah yang tertinggi; Dia mahakuasa, kudus, dan benar. Dengan demikian, daging-Nya pun adalah yang tertinggi, mahakuasa, kudus, dan benar. Daging seperti itu hanya dapat melakukan hal yang benar dan bermanfaat bagi umat manusia, hal yang kudus, mulia, dan besar; Dia tidak mampu melakukan apa pun yang melanggar kebenaran, hal apa pun yang melanggar moralitas dan keadilan, dan terlebih lagi Dia tidak mampu melakukan apa pun yang mengkhianati Roh Tuhan. Roh Tuhan itu kudus, dan dengan demikian daging-Nya tidak dapat dirusak oleh Iblis; daging-Nya memiliki esensi yang berbeda dari daging manusia. Karena manusialah, bukan Tuhan, yang dirusak oleh Iblis; Iblis tidak mungkin bisa merusak daging Tuhan. Jadi, terlepas dari kenyataan bahwa manusia dan Kristus hidup di ruang yang sama, hanya manusialah yang dikuasai, diperalat, dan dijebak oleh Iblis. Sebaliknya, Kristus selama-lamanya kebal dari perusakan Iblis, karena Iblis tidak akan pernah bisa naik ke tempat yang tertinggi, dan tidak akan pernah bisa mendekat kepada Tuhan. Sekarang, engkau semua harus mengerti bahwa hanya umat manusia, yang telah dirusak Iblis, yang mengkhianati Aku. Pengkhianatan tidak akan pernah menjadi masalah yang melibatkan Kristus sama sekali.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Masalah yang Sangat Serius: Pengkhianatan (2)"

204. Tuhan menjadi daging karena sasaran pekerjaan-Nya bukanlah roh Iblis, ataupun sesuatu yang tidak jasmaniah, melainkan manusia, yang berasal dari daging dan telah dirusak Iblis. Justru karena daging manusia telah dirusak, maka Tuhan telah menjadikan manusia yang terbuat dari daging sebagai sasaran pekerjaan-Nya; apalagi, karena manusia adalah sasaran kerusakan, Tuhan telah menjadikan manusia sebagai satu-satunya sasaran pekerjaan-Nya di semua tahap pekerjaan penyelamatan-Nya. Manusia adalah makhluk fana dengan darah dan daging, dan Tuhanlah satu-satunya yang bisa menyelamatkan manusia. Dengan cara ini, Tuhan harus menjadi daging yang berciri sama dengan manusia untuk melakukan pekerjaan-Nya, sehingga pekerjaan-Nya tersebut bisa memperoleh dampak yang lebih baik. Tuhan harus menjadi daging untuk melakukan pekerjaan-Nya karena manusia itu semata-mata berasal dari daging, dan tidak mampu mengalahkan dosa ataupun melepaskan dirinya dari kedagingan. Meskipun hakikat dan identitas Tuhan yang berinkarnasi sangat berbeda dari hakikat dan identitas manusia, tetapi penampakan-Nya identik dengan penampakan manusia; Dia memiliki penampakan seorang manusia normal, serta menjalani kehidupan manusia normal, dan mereka yang melihat-Nya tidak bisa membedakan Dia dari manusia normal. Penampakan dan kemanusiaan-Nya yang normal ini cukup bagi Dia untuk melakukan pekerjaan ilahi-Nya dalam kemanusiaan yang normal. Daging-Nya memungkinkan Dia untuk melakukan pekerjaan-Nya dalam kemanusiaan yang normal, dan membantu-Nya melakukan pekerjaan-Nya di antara manusia, dan terlebih lagi, kemanusiaan-Nya yang normal membantu-Nya melaksanakan pekerjaan penyelamatan di antara manusia. Meskipun kemanusiaan-Nya yang normal telah menyebabkan banyak kegemparan di antara manusia, kegemparan semacam itu tidak memengaruhi dampak normal dari pekerjaan-Nya. Singkatnya, pekerjaan dalam daging-Nya yang normal memberikan manfaat tertinggi bagi manusia. Meskipun kebanyakan orang tidak menerima kemanusiaan-Nya yang normal, pekerjaan-Nya tetap bisa membuahkan hasil, dan hasil ini diraih berkat kemanusiaan-Nya yang normal. Hal ini tak diragukan lagi. Dari pekerjaan-Nya dalam daging, manusia memperoleh sepuluh atau lusinan kali lipat lebih banyak hal daripada pemahaman yang ada di antara manusia mengenai kemanusiaan-Nya yang normal, dan pemahaman semacam itu pada akhirnya akan ditelan oleh pekerjaan-Nya. Dan dampak yang telah dicapai oleh pekerjaan-Nya, yang berarti, pengetahuan manusia akan Dia, jauh melebihi pemahaman manusia tentang Dia. Tidak ada cara untuk membayangkan atau mengukur pekerjaan yang Dia lakukan dalam daging, karena daging-Nya tidak sama seperti daging manusia jasmani; meski wujud luarnya identik, hakikatnya tidak sama. Daging-Nya menimbulkan banyak pemahaman di antara manusia tentang Tuhan, tetapi daging-Nya juga memungkinkan manusia memperoleh banyak pengetahuan, dan bahkan bisa menaklukkan siapa pun yang memiliki wujud luar yang serupa. Karena Dia bukan sekadar manusia, tetapi Tuhan dengan wujud luar manusia, dan tidak ada yang benar-benar dapat menyelami atau memahami Dia.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi"

205. Manusia telah dirusak oleh Iblis, dan manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi, maka manusia membutuhkan penyelamatan dari Tuhan. Sasaran penyelamatan Tuhan adalah manusia, bukan Iblis, dan yang akan diselamatkan adalah daging dan jiwa manusia, dan bukan Iblis. Iblis adalah sasaran pemusnahan Tuhan, manusia adalah sasaran penyelamatan Tuhan, tetapi daging manusia telah dirusak Iblis, jadi, yang pertama kali harus diselamatkan adalah daging manusia. Daging manusia telah sangat dirusak, dan telah menjadi sesuatu yang menentang Tuhan sedemikian rupa, bahkan sampai secara terang-terangan menentang dan menyangkal keberadaan Tuhan. Daging yang rusak ini terlalu sulit diatur, dan tak ada yang lebih sulit ditangani atau diubah daripada watak rusak daging. Iblis masuk ke dalam daging manusia untuk menimbulkan kekacauan, dan menggunakan daging manusia untuk mengganggu pekerjaan Tuhan dan menggagalkan rencana Tuhan, sehingga manusia telah menjadi Iblis, dan menjadi musuh Tuhan. Agar manusia diselamatkan, pertama-tama ia harus ditaklukkan. Karena inilah Tuhan bertindak dan datang menjadi daging untuk melakukan pekerjaan yang ingin Dia lakukan, dan untuk berperang melawan Iblis. Tujuan-Nya adalah menyelamatkan umat manusia, yang telah dirusak, serta mengalahkan dan memusnahkan Iblis, yang telah memberontak melawan-Nya. Dia mengalahkan Iblis melalui pekerjaan-Nya menaklukkan manusia, sementara pada saat yang sama, Dia menyelamatkan umat manusia yang rusak. Dengan demikian, ini merupakan pekerjaan yang mencapai dua tujuan sekaligus. Dia bekerja dalam daging, dan berfirman dalam daging, dan melakukan semua pekerjaan dalam daging untuk lebih bisa berhubungan dengan manusia dan menaklukkan manusia dengan lebih baik. Saat terakhir kali Tuhan menjadi daging, pekerjaan-Nya di akhir zaman akan dirampungkan dalam daging. Dia akan mengelompokkan semua orang menurut jenisnya, mengakhiri seluruh pengelolaan-Nya, dan juga mengakhiri seluruh pekerjaan-Nya dalam daging. Setelah seluruh pekerjaan-Nya di bumi berakhir, Dia akan sepenuhnya menang. Dengan bekerja dalam daging, Tuhan akan sepenuhnya menaklukkan umat manusia, dan sepenuhnya mendapatkan manusia. Bukankah itu berarti bahwa seluruh pengelolaan-Nya akan berakhir? Saat Tuhan mengakhiri pekerjaan-Nya dalam daging, saat Dia telah sepenuhnya mengalahkan Iblis dan telah menang, Iblis tak akan punya kesempatan lagi untuk merusak manusia. Pekerjaan inkarnasi pertama Tuhan adalah penebusan dan pengampunan dosa manusia. Sekarang saatnya untuk pekerjaan penaklukan dan sepenuhnya mendapatkan umat manusia, sehingga Iblis tak punya cara lagi untuk melaksanakan pekerjaannya, dan akan sepenuhnya kalah, dan Tuhan akan sepenuhnya menang. Inilah pekerjaan daging, dan pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan sendiri.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi"

206. Daging manusia telah dirusak Iblis dan telah begitu dibutakan, dan sangat dicelakakan. Alasan paling mendasar mengapa Tuhan bekerja secara pribadi dalam daging adalah karena sasaran keselamatan-Nya adalah manusia yang adalah daging, dan karena Iblis juga menggunakan daging manusia untuk mengganggu pekerjaan Tuhan. Perang melawan Iblis sesungguhnya adalah pekerjaan penaklukan manusia, dan pada saat yang sama, manusia juga merupakan sasaran keselamatan Tuhan. Dengan begini, pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi adalah penting. Iblis merusak daging manusia, dan manusia menjadi perwujudan Iblis, dan menjadi sasaran yang akan dikalahkan Tuhan. Maka, pekerjaan untuk berperang melawan Iblis dan menyelamatkan umat manusia terjadi di bumi, dan Tuhan harus menjadi manusia untuk berperang melawan Iblis. Ini adalah pekerjaan paling nyata. Ketika Tuhan bekerja dalam daging, Dia sesungguhnya sedang berperang melawan Iblis dalam daging. Ketika Dia bekerja dalam daging, Dia sedang melakukan pekerjaan-Nya di alam roh, dan membuat seluruh pekerjaan-Nya di alam roh menjadi nyata di bumi. Yang ditaklukkan adalah manusia, manusia yang tidak taat kepada-Nya, dan yang dikalahkan adalah perwujudan Iblis (tentu saja, ini juga manusia), yang berseteru dengan Dia, dan yang akhirnya diselamatkan juga adalah manusia. Dengan cara ini, lebih penting bagi-Nya untuk menjadi manusia yang memiliki "wujud luar" seorang ciptaan, sehingga Dia bisa melakukan perlawanan yang nyata terhadap Iblis, untuk menaklukkan manusia yang tidak taat kepada-Nya dan memiliki wujud luar yang sama dengan-Nya, dan untuk menyelamatkan manusia, yang memiliki wujud luar yang sama dengan-Nya dan yang telah dicelakakan oleh Iblis. Musuh-Nya adalah manusia, sasaran penaklukan-Nya adalah manusia, dan sasaran keselamatan-Nya adalah manusia, yang diciptakan-Nya. Jadi, Dia harus menjadi manusia, dan dengan cara ini, pekerjaan-Nya jadi lebih mudah. Dia dapat mengalahkan Iblis dan menaklukkan umat manusia, dan, lebih jauh lagi, dapat menyelamatkan umat manusia.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi"

207. Cara Tuhan menyelamatkan manusia tidaklah dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode Roh dan identitas Roh, karena Roh-Nya tidak dapat disentuh ataupun dilihat manusia, serta tidak dapat didekati oleh manusia. Jika Dia mencoba menyelamatkan manusia secara langsung dengan menggunakan perspektif Roh, manusia tidak akan mampu menerima keselamatan-Nya. Dan, jika bukan karena Tuhan mengenakan bentuk luar manusia ciptaan, manusia tidak akan mungkin menerima keselamatan ini. Karena manusia sama sekali tidak dapat mendekati-Nya, sama seperti tak seorang pun mampu mendekati awan Yahweh. Hanya dengan menjadi seorang manusia ciptaan, yakni memasukkan firman-Nya ke dalam daging, Dia akan menjadi manusia, dapat secara pribadi mengerjakan firman-Nya dalam diri semua orang yang mengikuti-Nya. Hanya dengan demikian, manusia dapat mendengar sendiri firman-Nya, melihat firman-Nya, menerima firman-Nya, dan kemudian melalui hal ini, sepenuhnya diselamatkan. Jika Tuhan tidak menjadi daging, tidak ada manusia daging yang akan menerima keselamatan yang demikian agung, tidak akan ada seorang pun yang akan diselamatkan. Jika Roh Tuhan bekerja secara langsung di antara manusia, manusia akan diremukkan dan ditawan sepenuhnya oleh Iblis karena manusia tidak mampu untuk berhubungan dengan Tuhan.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Misteri Inkarnasi (4)"

208. Satu-satunya alasan bagi Tuhan yang berinkarnasi untuk datang menjadi daging adalah karena kebutuhan manusia yang rusak. Ini karena kebutuhan manusia, bukan kebutuhan Tuhan, dan seluruh pengorbanan dan penderitaan-Nya adalah demi manusia, dan bukan demi keuntungan Tuhan sendiri. Tidak ada pro dan kontra atau upah bagi Tuhan; Dia tidak akan memanen tuaian di masa depan, selain apa yang awalnya menjadi milik-Nya. Semua yang dilakukan dan dikorbankan-Nya bagi umat manusia bukanlah agar Dia bisa mendapatkan upah yang besar, tetapi semata-mata demi umat manusia. Meskipun pekerjaan Tuhan dalam daging melibatkan berbagai kesulitan yang tak terbayangkan, tetapi dampak yang dicapainya pada akhirnya jauh melebihi dampak pekerjaan yang dilakukan langsung oleh Roh. Pekerjaan daging melibatkan banyak kesulitan, dan daging tidak dapat memiliki identitas agung yang sama seperti Roh, Dia tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan supranatural yang sama seperti Roh, apalagi memiliki otoritas yang sama dengan Roh. Namun, hakikat dari pekerjaan yang dilakukan oleh daging yang biasa-biasa saja ini jauh lebih unggul dari hakikat pekerjaan yang dilakukan langsung oleh Roh, dan daging ini Sendiri adalah jawaban bagi kebutuhan semua manusia. Bagi mereka yang akan diselamatkan, nilai guna Roh jauh lebih rendah daripada nilai guna daging: pekerjaan Roh dapat meliputi seluruh alam semesta, melintasi gunung, sungai, danau, dan lautan, tetapi pekerjaan daging lebih terkait secara efektif dengan setiap orang yang berhubungan dengan-Nya. Lebih jauh lagi, daging Tuhan yang berbentuk nyata dapat dipahami dan dipercayai dengan lebih baik oleh manusia, dan dapat lebih jauh memperdalam pengetahuan manusia akan Tuhan, dan dapat memberi kesan yang lebih dalam akan perbuatan Tuhan yang nyata. Pekerjaan Roh terselubung dalam misteri, hal ini sulit dipahami oleh makhluk fana, dan lebih sulit lagi untuk dilihat, sehingga mereka hanya dapat mengandalkan imajinasi-imajinasi hampa. Sebaliknya, pekerjaan daging normal dan didasarkan pada kenyataan, dan kaya akan hikmat, dan merupakan fakta yang dapat dilihat oleh mata jasmani manusia; manusia dapat secara pribadi mengalami hikmat pekerjaan Tuhan, dan tak perlu menggunakan imajinasinya yang kaya. Inilah keakuratan dan nilai nyata dari pekerjaan Tuhan dalam daging. Roh hanya dapat melakukan hal-hal yang tak terlihat dan sulit untuk dibayangkan oleh manusia, sebagai contohnya, pencerahan oleh Roh, gerakan oleh Roh, dan bimbingan Roh, tetapi bagi manusia yang memiliki pikiran, hal-hal tersebut tak memberikan arti yang jelas. Hal-hal tersebut hanya memberikan gerakan, atau arti yang luas, dan tidak dapat memberikan petunjuk dengan kata-kata. Namun, pekerjaan Tuhan dalam daging jauh berbeda: itu melibatkan panduan kata-kata yang akurat, memiliki kehendak yang jelas dan tujuan wajib yang jelas. Dengan demikian, manusia tak perlu mencari-cari, atau menggunakan imajinasinya, apalagi menerka-nerka. Inilah kejelasan dari pekerjaan dalam daging, dan perbedaan besarnya dari pekerjaan Roh. Pekerjaan Roh hanyalah cocok untuk lingkup yang terbatas, dan tak dapat menggantikan pekerjaan daging. Pekerjaan daging memberi manusia tujuan yang jauh lebih pasti dan lebih penting, serta pengetahuan yang jauh lebih nyata dan bernilai daripada pekerjaan Roh. Pekerjaan paling bernilai bagi manusia yang rusak adalah pekerjaan yang menyediakan kata-kata yang akurat, tujuan yang jelas untuk dikejar, dan yang bisa dilihat serta disentuh. Hanya pekerjaan yang realistis dan bimbingan di saat yang tepatlah yang cocok dengan selera manusia, dan hanya pekerjaan yang nyata yang dapat menyelamatkan manusia dari wataknya yang rusak dan bejat. Hal ini hanya dapat diraih oleh Tuhan yang berinkarnasi; hanya Tuhan yang berinkarnasilah yang dapat menyelamatkan manusia dari wataknya yang dahulu rusak dan bejat. Meskipun Roh adalah hakikat yang melekat pada diri Tuhan, pekerjaan semacam ini hanya dapat dikerjakan oleh daging-Nya. Jika Roh bekerja sendiri, tidaklah mungkin pekerjaan-Nya akan efektif—ini kebenaran yang nyata. Meskipun sebagian besar manusia telah menjadi musuh Tuhan karena daging ini, saat Dia menyelesaikan pekerjaan-Nya, mereka yang melawan-Nya bukan saja akan berhenti menjadi musuh-Nya, justru sebaliknya, mereka akan menjadi saksi-Nya. Mereka akan menjadi saksi yang telah ditaklukkan oleh-Nya, saksi yang sesuai dengan-Nya dan tak terpisahkan dari-Nya. Dia akan membuat manusia mengerti pentingnya pekerjaan-Nya dalam daging bagi manusia, dan manusia akan mengerti pentingnya daging ini bagi makna keberadaan manusia, akan mengerti nilai sejati-Nya bagi pertumbuhan hidup manusia, dan, lebih jauh lagi, akan mengerti bahwa daging ini akan menjadi mata air kehidupan yang darinya manusia tak bisa terpisah.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi"

209. Meski daging Tuhan yang berinkarnasi jauh dari identitas dan kedudukan Tuhan, dan bagi manusia tampak tidak sesuai dengan status Tuhan sesungguhnya, daging ini, yang tidak memiliki gambar sejati Tuhan, atau identitas sejati Tuhan, dapat melakukan pekerjaan yang tak dapat dilakukan Roh Tuhan secara langsung. Itulah makna penting dan nilai sejati dari inkarnasi Tuhan, dan makna penting dan nilai inilah yang manusia tak mampu hargai dan akui. Meskipun semua manusia memandang tinggi Roh Tuhan dan memandang rendah daging Tuhan, terlepas dari bagaimana mereka memandang ataupun berpikir, makna penting dan nilai sesungguhnya dari daging jauh melampaui makna penting dan nilai Roh. Tentu saja, ini hanya berkenaan dengan manusia yang rusak. Bagi setiap orang yang mencari kebenaran dan merindukan penampakan Tuhan, pekerjaan Roh hanya dapat menggerakkan atau menginspirasi mereka, serta memberikan rasa takjub akan pekerjaan Roh yang tak dapat dijelaskan dan tak terbayangkan, dan kesan bahwa pekerjaan Roh begitu luar biasa, transenden, dan mengagumkan, sekaligus tak terjangkau dan tak dapat diraih oleh semua orang. Manusia dan Roh Tuhan hanya dapat saling memandang dari kejauhan, seolah-olah ada jarak yang jauh sekali di antara mereka, dan mereka tidak pernah bisa sama, seolah-olah manusia dan Tuhan dipisahkan oleh jurang pemisah yang tak terlihat. Pada kenyataannya, ini adalah ilusi yang diberikan Roh kepada manusia, yang dikarenakan Roh dan manusia tidaklah sejenis dan tak akan pernah bisa hidup berdampingan di dunia yang sama, dan karena Roh tak memiliki apa pun yang dimiliki manusia. Jadi, manusia tidaklah membutuhkan Roh, karena Roh tidak dapat secara langsung mengerjakan pekerjaan yang paling dibutuhkan manusia. Pekerjaan daging memberi manusia tujuan yang nyata untuk dikejar, kata-kata yang jelas, dan rasa bahwa Tuhan itu nyata dan normal, bahwa Tuhan itu rendah hati dan biasa. Meskipun manusia mungkin takut kepada-Nya, bagi kebanyakan orang, berhubungan dengan-Nya itu mudah: manusia dapat melihat wajah-Nya, dan mendengar suara-Nya, dan tak perlu memandang-Nya dari kejauhan. Daging ini terasa lebih bisa didekati manusia, tidak jauh atau tak terselami, tetapi bisa dilihat dan disentuh, karena daging ini berada di dunia yang sama dengan manusia.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi"

210. Sekarang, manusia melihat pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi yang sungguh luar biasa. Ada banyak yang tidak dapat dicapai oleh manusia; semua itu misteri dan keajaiban. Oleh karena itu, banyak orang telah tunduk. Beberapa orang tidak pernah tunduk kepada siapa pun sejak mereka dilahirkan, namun sekarang ketika mereka melihat firman Tuhan, mereka sepenuhnya tunduk tanpa menyadari bahwa mereka telah melakukannya, dan mereka tidak berani meneliti atau mengatakan hal-hal lain. Manusia telah jatuh di bawah firman dan bertekuk lutut di bawah penghakiman oleh firman. Jika Roh Tuhan berbicara kepada manusia secara langsung, mereka semua akan tunduk kepada suara itu, jatuh tanpa mendapatkan firman pewahyuan, sama seperti Paulus yang jatuh ke tanah ketika melihat cahaya dalam perjalanannya ke Damsyik. Jika Tuhan terus bekerja dengan cara seperti ini, manusia tidak akan pernah mampu mengetahui kerusakan dirinya melalui penghakiman oleh firman dan mencapai keselamatan. Hanya dengan menjadi daging, Dia dapat secara pribadi menyampaikan firman-Nya ke telinga semua orang sehingga semua yang bertelinga dapat mendengar firman-Nya dan menerima pekerjaan penghakiman-Nya melalui firman. Hanya dengan cara ini, hasil akan diperoleh melalui firman-Nya, lebih dari kemunculan Roh yang menakutkan manusia sehingga mereka tunduk. Hanya melalui pekerjaan yang praktis dan luar biasa seperti inilah, watak lama manusia yang selama bertahun-tahun begitu tersembunyi dalam diri manusia dapat sepenuhnya tersingkap, sehingga manusia pun akan menyadarinya dan mengubahnya. Inilah pekerjaan praktis Tuhan yang berinkarnasi. Dia berbicara dan melaksanakan penghakiman dengan cara yang praktis untuk memperoleh hasil dari penghakiman atas manusia melalui firman-Nya. Inilah otoritas Tuhan yang berinkarnasi dan inilah makna penting dari inkarnasi Tuhan. Hal ini dilakukan untuk menyatakan otoritas Tuhan yang berinkarnasi, hasil-hasil yang dicapai oleh pekerjaan firman, dan bahwa Roh telah datang dalam daging; Dia menyatakan otoritas-Nya melalui penghakiman atas manusia oleh firman. Meskipun daging-Nya adalah penampilan luar kemanusiaan yang biasa dan normal, hasil yang dicapai oleh firman-Nyalah yang menunjukkan kepada manusia bahwa diri-Nya dipenuhi otoritas, bahwa Dia adalah Tuhan itu sendiri dan bahwa kata-kata-Nya adalah ungkapan Tuhan sendiri. Ini menunjukkan kepada semua manusia bahwa Dia adalah Tuhan sendiri, Tuhan sendiri yang menjadi daging, bahwa Dia tidak dapat disinggung oleh siapa pun, Dan tak seorang pun dapat melampaui penghakiman oleh firman-Nya, dan tidak ada kuasa kegelapan yang dapat mengalahkan otoritas-Nya. Manusia tunduk sepenuhnya kepada-Nya karena Dia adalah Firman yang menjadi manusia, karena otoritas-Nya, dan karena penghakiman-Nya melalui firman. Pekerjaan yang dilakukan oleh inkarnasi diri-Nya dalam daging adalah otoritas yang Dia miliki. Dia menjadi daging karena dalam daging pun Dia memiliki otoritas, dan Dia mampu melakukan pekerjaan-Nya di antara manusia dengan cara yang praktis, yang terlihat dan yang nyata bagi manusia. Pekerjaan semacam itu jauh lebih nyata dibandingkan pekerjaan apa pun yang dilakukan oleh Roh Tuhan yang memiliki seluruh otoritas, dan hasilnya pun tampak jelas. Ini karena daging inkarnasi Tuhan dapat berbicara dan melakukan pekerjaan dengan cara yang praktis. Bentuk luar dari daging-Nya tidak memiliki otoritas dan dapat didekati oleh manusia. Hakikat-Nya sendiri membawa otoritas, namun otoritas itu tidak terlihat siapa pun. Ketika Dia berbicara dan melakukan pekerjaan-Nya, manusia tidak mampu untuk mendeteksi keberadaan otoritas-Nya; ini bahkan lebih menguntungkan bagi pekerjaan-Nya yang sebenarnya. Dan seluruh pekerjaan semacam ini bisa membuahkan hasil. Meskipun tidak ada manusia yang menyadari bahwa Dia memegang otoritas, atau melihat bahwa Dia tidak bisa disinggung, atau menyaksikan murka-Nya, melalui otoritas dan murka-Nya yang terselubung dan perkataan-Nya, Dia mencapai hasil yang dimaksudkan oleh firman-Nya. Dengan kata lain, melalui nada suara-Nya, ketegasan perkataan-Nya, dan seluruh hikmat dalam firman-Nya, manusia benar-benar diyakinkan. Dengan cara ini, manusia pun tunduk kepada firman dari Tuhan yang berinkarnasi, yang tampaknya tidak berotoritas, namun mampu mencapai tujuan Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Inilah makna lain dari inkarnasi-Nya: Dia berfirman dengan cara yang lebih nyata dan membiarkan kenyataan firman-Nya itu memberi dampak kepada manusia sehingga mereka menyaksikan kuasa firman Tuhan. Jadi pekerjaan ini, jika tidak dilakukan melalui inkarnasi, tidak akan mencapai hasil sekecil apa pun dan tidak akan dapat sepenuhnya menyelamatkan orang berdosa. Jika Tuhan tidak menjadi daging, Dia akan tetap Roh yang tak terlihat dan tak nampak wujudnya bagi manusia. Manusia adalah makhluk daging. Manusia dan Tuhan milik dua dunia yang berbeda dan keduanya berbeda secara sifatnya. Roh Tuhan tidak sesuai dengan manusia, yang terdiri dari daging, dan tidak ada hubungan yang bisa dibangun di antara mereka. Lebih dari itu, manusia tidak dapat menjadi roh. Oleh karena itu, Roh Tuhanlah yang harus menjadi makhluk ciptaan itu dan melakukan pekerjaan-Nya yang semula. Tuhan dapat melakukan keduanya, baik naik ke tempat paling tinggi maupun merendahkan diri-Nya dengan menjadi manusia ciptaan, melakukan pekerjaan dan hidup di antara manusia, tetapi manusia tidak dapat naik ke tempat paling tinggi dan menjadi roh, apalagi turun ke tempat paling rendah. Karena itu, Tuhan harus menjadi daging untuk melakukan pekerjaan-Nya. Sama seperti inkarnasi yang pertama, hanya Tuhan yang berinkarnasi dalam daginglah yang dapat menebus manusia melalui penyaliban-Nya, sementara tidaklah mungkin bagi Roh Tuhan untuk disalibkan sebagai korban penghapus dosa bagi manusia. Tuhan bisa secara langsung menjadi daging untuk menjadi korban penghapus dosa bagi manusia, tetapi manusia tidak dapat secara langsung naik ke surga untuk mengambil korban penghapus dosa yang telah Tuhan sediakan bagi mereka. Dengan demikian, yang sangat mungkin adalah meminta Tuhan bolak-balik ke surga dan ke bumi beberapa kali, dan bukannya manusia yang naik ke surga untuk mengambil keselamatan ini, karena manusia telah jatuh dan tidak dapat naik ke surga, apalagi mendapatkan korban penghapus dosa. Oleh karena itu, perlu bagi Yesus untuk datang di antara manusia dan secara pribadi melakukan pekerjaan yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh manusia. Setiap kali Tuhan menjadi daging, itu adalah sesuatu yang benar-benar perlu dilakukan. Jika ada salah satu tahap yang dapat dilakukan langsung oleh Roh Tuhan, Dia tidak perlu menanggung kehinaan karena berinkarnasi.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Misteri Inkarnasi (4)"

211. Tak seorang pun yang lebih tepat, dan layak, daripada Tuhan dalam daging untuk pekerjaan menghakimi kerusakan daging manusia. Bila penghakiman dilaksanakan langsung oleh Roh Tuhan, maka penghakiman ini tak akan mencakup semuanya. Lebih jauh lagi, pekerjaan seperti itu akan sulit diterima manusia, karena Roh tidak bisa berhadapan langsung dengan manusia, dan karenanya, pengaruhnya tak akan seketika, apalagi manusia tak akan bisa melihat watak Tuhan yang tak dapat disinggung dengan lebih jelas. Iblis hanya dapat sepenuhnya dikalahkan jika Tuhan dalam daging menghakimi kerusakan umat manusia. Menjadi sama dengan manusia yang memiliki kemanusiaan yang normal, Tuhan dalam daging dapat menghakimi langsung kefasikan manusia; inilah tanda kekudusan yang melekat dalam diri-Nya, dan keluarbiasaan-Nya. Hanya Tuhan yang layak dan berhak menghakimi manusia, karena Dia memiliki kebenaran dan keadilan, sehingga Dia sanggup menghakimi manusia. Mereka yang tanpa kebenaran dan keadilan tidak layak menghakimi orang lain. Bila pekerjaan ini dilakukan oleh Roh Tuhan, maka itu bukan berarti kemenangan atas Iblis. Roh pada dasarnya lebih agung daripada makhluk fana, dan Roh Tuhan pada dasarnya adalah kudus, dan menang atas daging. Jika Roh melakukan pekerjaan ini secara langsung, Dia tak akan dapat menghakimi seluruh ketidaktaatan manusia, dan tak dapat mengungkapkan seluruh kefasikan manusia. Karena pekerjaan penghakiman juga dilaksanakan melalui pemahaman manusia tentang Tuhan, dan manusia tak pernah memiliki pemahaman tentang Roh, maka Roh tak mampu menyingkapkan kefasikan manusia dengan lebih baik, apalagi mengungkapkan kefasikan itu sepenuhnya. Tuhan yang berinkarnasi adalah musuh dari semua yang tidak mengenal-Nya. Dengan menghakimi pemahaman manusia dan penentangan mereka terhadap-Nya, Dia mengungkapkan semua ketidaktaatan umat manusia. Dampak dari pekerjaan-Nya dalam daging lebih tampak daripada dampak pekerjaan Roh. Maka, penghakiman atas seluruh umat manusia tidak dilakukan secara langsung oleh Roh, tetapi ini adalah pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi. Tuhan dalam daging dapat dilihat dan disentuh manusia, dan Tuhan dalam daging dapat sepenuhnya menaklukkan manusia. Dalam hubungannya dengan Tuhan dalam daging, manusia berkembang dari yang sebelumnya menentang menjadi taat, dari yang sebelumnya menganiaya menjadi menerima, dari pemahaman menjadi pengenalan, dan dari penolakan menjadi kasih—inilah dampak dari pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi. Manusia hanya diselamatkan melalui penerimaan atas penghakiman-Nya, manusia hanya perlahan-lahan mengenal-Nya melalui firman dari mulut-Nya, manusia ditaklukkan oleh-Nya saat dia menentang-Nya, dan dia menerima pemeliharaan hidup dari-Nya selama menerima hajaran-Nya. Semua pekerjaan ini adalah pekerjaan Tuhan dalam daging dan bukan pekerjaan Tuhan dalam identitas-Nya sebagai Roh.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi"

212. Ketika Tuhan belum menjadi daging, manusia tidak banyak memahami apa yang Dia katakan karena firman-Nya datang dari keilahian sepenuhnya. Sudut pandang dan konteks dari perkataan-Nya tidak terlihat mata dan tidak mampu dicapai oleh umat manusia; firman-Nya diungkapkan dari alam roh yang tidak dapat dilihat manusia. Bagi manusia yang hidup dalam daging, mereka tidak bisa melewati alam roh. Akan tetapi setelah Tuhan menjadi daging, Dia berbicara kepada umat manusia dari sudut pandang kemanusiaan, dan Dia keluar dan melampaui lingkup alam roh. Dia dapat mengungkapkan watak ilahi, kehendak, dan sikap-Nya, melalui hal-hal yang dapat manusia bayangkan, hal-hal yang mereka lihat serta jumpai dalam kehidupan mereka, dan menggunakan cara-cara yang dapat diterima manusia, lewat bahasa yang dapat mereka mengerti, dan dengan pengetahuan yang dapat mereka pahami, demi memungkinkan manusia untuk memahami dan mengenal Tuhan, untuk memahami maksud-Nya dan standar yang dituntut-Nya dari mereka dalam lingkup kapasitas mereka, dan sesuai dengan batas kemampuan mereka. Inilah metode dan prinsip pekerjaan Tuhan dalam kemanusiaan. Meskipun cara Tuhan dan prinsip pekerjaan-Nya dalam daging sebagian besar dapat tercapai dengan atau melalui kemanusiaan, cara dan prinsip tersebut benar-benar mencapai hasil yang tidak dapat dicapai jika bekerja secara langsung dalam keilahian. Pekerjaan Tuhan dalam kemanusiaan lebih konkret, autentik, dan terarah, metode ini jauh lebih fleksibel, dan dalam bentuk yang melampaui pekerjaan yang dilakukan selama Zaman Hukum Taurat.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III"

213. Kedatangan Tuhan dalam daging terutama dimaksudkan untuk memampukan manusia melihat perbuatan sejati Tuhan, untuk memberikan wujud daging bagi Roh yang tak berwujud, dan untuk memungkinkan manusia melihat dan menyentuh-Nya. Dengan demikian, mereka yang dilengkapi oleh-Nya akan hidup dalam-Nya, didapatkan oleh-Nya, dan juga berkenan di hati-Nya. Jika Tuhan hanya berbicara di surga, dan tidak benar-benar turun ke bumi, orang-orang tetap tidak akan mampu mengenal Tuhan; mereka hanya akan dapat memberitakan perbuatan Tuhan dengan teori kosong, dan tidak memiliki firman Tuhan sebagai kenyataan. Tuhan telah turun ke bumi terutama untuk bertindak sebagai teladan dan contoh bagi mereka yang akan didapatkan oleh-Nya; hanya dengan beginilah manusia dapat benar-benar mengenal Tuhan, menyentuh Tuhan, dan melihat-Nya, dan barulah setelah itu mereka bisa sungguh-sungguh didapatkan oleh Tuhan.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Harus Tahu Bahwa Tuhan yang Praktis adalah Tuhan itu Sendiri"

214. Hanya setelah Tuhan merendahkan diri-Nya sampai pada titik tertentu, artinya, setelah Tuhan menjadi daging, barulah manusia dapat menjadi sahabat karib dan orang kepercayaan-Nya. Tuhan adalah Roh: bagaimana manusia memenuhi syarat untuk menjadi sahabat karib Roh ini, yang maha mulia dan tak dapat dipahami? Setelah Roh Tuhan turun menjadi daging, dan menjadi makhluk dengan bentuk lahiriah yang sama seperti manusia, barulah manusia dapat memahami kehendak-Nya dan benar-benar didapatkan oleh-Nya. Dia berbicara dan bekerja di dalam daging, turut mengalami sukacita, dukacita, dan kesengsaraan manusia, hidup di dunia yang sama dengan manusia, melindungi manusia, dan membimbing mereka, dan melalui semua ini, Dia mentahirkan manusia dan memungkinkan mereka untuk memperoleh penyelamatan dan berkat-Nya. Setelah memperoleh hal-hal ini, manusia benar-benar memahami kehendak Tuhan, dan setelah itu, barulah mereka dapat menjadi sahabat karib Tuhan. Hanya inilah yang praktis. Jika Tuhan tak kelihatan dan tidak berwujud bagi manusia, lalu bagaimana mungkin manusia bisa menjadi sahabat karib-Nya? Bukankah ini adalah doktrin kosong?

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Orang yang Mengenal Tuhan dan Pekerjaan-Nya yang Dapat Memuaskan Tuhan"

215. Bagi mereka yang hidup dalam daging, untuk mengubah watak mereka, haruslah ada tujuan untuk dikejar, dan untuk mengenal Tuhan, mereka haruslah menyaksikan perbuatan nyata dan wajah nyata Tuhan. Keduanya hanya dapat dicapai oleh daging Tuhan yang berinkarnasi, dan keduanya hanya dapat diraih oleh daging yang normal dan nyata. Inilah mengapa inkarnasi itu perlu, dan mengapa itu dibutuhkan oleh semua manusia yang rusak. Karena manusia wajib mengenal Tuhan, gambar tuhan-tuhan yang samar dan supranatural harus dihapuskan dari hati mereka, dan karena manusia wajib membuang watak rusak mereka, mereka harus terlebih dahulu mengenal watak rusak mereka. Jika hanya manusia yang berupaya untuk menghapus gambar tuhan-tuhan yang samar dari hati orang, ia akan gagal memperoleh dampak yang semestinya. Gambar tuhan-tuhan yang samar di hati manusia tidak dapat disingkapkan, dibuang, atau benar-benar dihapus oleh firman saja. Dengan melakukan ini, pada akhirnya tetaplah tidak mungkin untuk menghapus hal-hal yang telah sangat berakar ini dari diri manusia. Hanya dengan mengganti hal-hal samar dan supranatural ini dengan Tuhan yang nyata dan gambar sejati Tuhan, dan membuat manusia perlahan-lahan memahaminya, barulah dampak yang diinginkan dapat dicapai. Manusia menyadari bahwa Tuhan yang ia cari di masa lalu adalah Tuhan yang samar dan supranatural. Yang dapat mencapai dampak ini bukanlah kepemimpinan langsung Roh, apalagi ajaran individu tertentu, melainkan Tuhan yang berinkarnasi. Pemahaman manusia disingkapkan saat Tuhan yang berinkarnasi secara resmi melaksanakan pekerjaan-Nya, karena kenormalan dan kenyataan Tuhan yang berinkarnasi adalah antitesis dari Tuhan yang samar dan supranatural dalam imajinasi manusia. Pemahaman manusia yang semula hanya dapat disingkapkan ketika dikontraskan dengan Tuhan yang berinkarnasi. Tanpa dikontraskan dengan Tuhan yang berinkarnasi, pemahaman manusia tak dapat disingkapkan; dengan kata lain, tanpa adanya kenyataan sebagai kontras, hal-hal yang samar tidak akan dapat disingkapkan. Tak seorang pun yang mampu menggunakan kata-kata untuk melakukan pekerjaan ini, dan tak seorang pun yang mampu mengartikan pekerjaan ini dengan menggunakan kata-kata. Hanya Tuhan sendirilah yang dapat melakukan pekerjaan-Nya sendiri, dan tak ada orang lain yang dapat melakukan pekerjaan ini atas nama-Nya. Betapapun kayanya bahasa manusia, ia tak mampu mengartikan kenyataan dan kenormalan Tuhan. Manusia hanya dapat mengenal Tuhan secara lebih nyata, dan hanya dapat melihat Dia dengan lebih jelas, bila Tuhan secara pribadi bekerja di antara manusia dan benar-benar menunjukkan gambar dan wujud-Nya. Dampak ini tak dapat dicapai oleh manusia mana pun yang berasal dari daging. Tentu saja, Roh Tuhan juga tak mampu mencapai dampak ini. Tuhan dapat menyelamatkan manusia yang rusak dari pengaruh Iblis, tetapi pekerjaan ini tak dapat secara langsung dirampungkan oleh Roh Tuhan; sebaliknya, pekerjaan itu hanya dapat dilaksanakan oleh daging yang dikenakan oleh Roh Tuhan, oleh daging Tuhan yang berinkarnasi. Daging ini adalah manusia dan juga Tuhan, manusia dengan kemanusiaan yang normal dan juga Tuhan dengan keilahian yang penuh. Maka, meskipun daging ini bukanlah Roh Tuhan, dan berbeda sekali dari Roh, daging ini tetap adalah Tuhan sendiri yang berinkarnasi yang menyelamatkan manusia, yang adalah Roh dan juga daging. Bagaimanapun Dia disebut, pada akhirnya tetaplah Tuhan itu sendiri yang menyelamatkan umat manusia. Karena Roh Tuhan tak terpisahkan dari daging, dan pekerjaan daging juga adalah pekerjaan Roh Tuhan; hanya saja pekerjaan ini tak dilakukan dengan menggunakan identitas Roh, melainkan identitas daging. Pekerjaan yang harus dilakukan langsung oleh Roh tidak memerlukan inkarnasi, dan pekerjaan yang harus dilakukan oleh daging tidak dapat dilakukan langsung oleh Roh, dan hanya bisa dilakukan oleh Tuhan yang berinkarnasi. Inilah yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini, dan yang dibutuhkan oleh umat manusia yang rusak. Dalam tiga tahap pekerjaan Tuhan, hanya satu tahap yang langsung dilakukan oleh Roh, dan dua tahap lainnya dilaksanakan oleh Tuhan yang berinkarnasi, dan tidak langsung oleh Roh. Pekerjaan Zaman Hukum Taurat yang dilakukan oleh Roh tidak melibatkan mengubah watak manusia yang rusak, dan tak ada kaitannya dengan pengetahuan manusia akan Tuhan. Namun, pekerjaan daging Tuhan di Zaman Kasih Karunia dan Zaman Kerajaan, melibatkan watak manusia yang rusak dan pengetahuannya akan Tuhan, dan merupakan bagian yang penting dan sangat dibutuhkan dalam pekerjaan penyelamatan. Oleh karena itu, manusia yang rusak lebih membutuhkan penyelamatan dari Tuhan yang berinkarnasi, dan lebih membutuhkan pekerjaan langsung dari Tuhan yang berinkarnasi. Umat manusia membutuhkan Tuhan yang berinkarnasi untuk menggembalakan, mendukung, menyirami, memberi makan, menghakimi, dan menghajarnya, dan manusia membutuhkan lebih banyak kasih karunia dan penebusan yang lebih besar dari Tuhan yang berinkarnasi. Hanya Tuhan dalam daging yang bisa menjadi Pribadi yang dipercaya manusia, gembala manusia, pertolongan nyata saat dibutuhkan oleh manusia, dan semua inilah alasan mengapa inkarnasi itu perlu, baik di masa kini dan di masa lalu.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi"

216. Tuhan telah datang ke bumi untuk melakukan pekerjaan-Nya di antara manusia, untuk secara pribadi memperlihatkan diri-Nya kepada manusia dan membuat manusia dapat melihat-Nya; apakah ini masalah kecil? Ini sama sekali bukan masalah yang sederhana! Tidak seperti yang manusia bayangkan: bahwa Tuhan telah datang agar manusia dapat melihat-Nya, sehingga manusia dapat mengerti bahwa Tuhan itu nyata dan tidak samar atau hampa, dan bahwa Tuhan itu mulia tetapi juga rendah hati. Mungkinkah sesederhana itu? Sebenarnya karena Iblis telah merusak daging manusia, dan manusia adalah pihak yang Tuhan ingin selamatkan, maka Tuhan harus mengambil rupa sebagai manusia untuk melakukan peperangan melawan Iblis dan untuk secara pribadi menggembalakan manusia. Hanya ini yang bermanfaat bagi pekerjaan-Nya. Kedua tubuh inkarnasi Tuhan telah ada untuk mengalahkan Iblis, dan juga untuk menyelamatkan manusia dengan lebih baik. Itu karena pribadi yang bisa melakukan peperangan melawan Iblis hanyalah Tuhan, entah itu Roh Tuhan atau daging inkarnasi Tuhan. Singkatnya, tidak mungkin malaikat yang berperang melawan Iblis, apalagi manusia, yang telah dirusak oleh Iblis. Para malaikat tidak berdaya melakukan peperangan ini, dan manusia bahkan lebih lemah. Dengan demikian, jika Tuhan ingin bekerja dalam kehidupan manusia, jika Dia ingin secara pribadi datang ke bumi untuk menyelamatkan manusia, maka Dia harus secara pribadi menjadi manusia—artinya, Dia harus secara pribadi mengenakan daging, dan dengan identitas yang melekat pada diri-Nya dan pekerjaan yang harus Dia lakukan, Dia datang di antara manusia dan secara pribadi menyelamatkan manusia. Kalau tidak, jika Roh Tuhan atau manusia yang melakukan pekerjaan ini, maka tidak akan pernah ada hasil dari peperangan ini, dan tidak akan pernah berakhir. Ketika Tuhan menjadi manusia untuk secara pribadi berperang melawan Iblis di antara manusia barulah manusia memiliki kesempatan untuk diselamatkan. Selanjutnya, baru pada saat itulah Iblis dipermalukan dan tidak lagi memiliki kesempatan untuk mengeksploitasi atau rencana untuk dilaksanakan. Pekerjaan yang dilakukan Tuhan yang berinkarnasi tidak dapat dicapai oleh Roh Tuhan, dan akan lebih mustahil bagi manusia jasmani untuk melakukannya mewakili Tuhan, karena pekerjaan yang Dia lakukan adalah demi kehidupan manusia, dan untuk mengubah watak manusia yang rusak. Seandainya manusia ikut serta dalam peperangan ini, dia hanya akan melarikan diri dalam kekacauan yang menyedihkan, dan sama sekali tidak akan mampu mengubah wataknya yang rusak. Dia tidak akan mampu menyelamatkan manusia dari salib, atau menaklukkan semua umat manusia yang suka memberontak, tetapi hanya akan mampu melakukan sedikit pekerjaan lama yang tidak melampaui prinsip, atau pekerjaan lain yang tidak berkaitan dengan kekalahan Iblis. Jadi mengapa repot-repot? Apa pentingnya pekerjaan yang tidak bisa mendapatkan umat manusia, apalagi mengalahkan Iblis? Karena itu, peperangan melawan Iblis hanya dapat dilakukan oleh Tuhan itu sendiri, dan sama sekali tidak mungkin bagi manusia untuk melakukannya. Tugas manusia adalah taat dan mengikuti, karena manusia tidak mampu melakukan pekerjaan seperti menciptakan langit dan bumi, terlebih lagi, tidak mampu melakukan pekerjaan memerangi Iblis. Manusia hanya dapat memuaskan Sang Pencipta di bawah kepemimpinan Tuhan itu sendiri, yang melaluinya Iblis dikalahkan; inilah satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh manusia. Dan karena itu, setiap kali peperangan baru dimulai, yang berarti, setiap kali pekerjaan zaman baru dimulai, pekerjaan ini secara pribadi dilakukan oleh Tuhan itu sendiri, yang melaluinya Dia memimpin seluruh zaman dan membuka jalan baru bagi seluruh umat manusia. Dimulainya setiap zaman baru adalah awal yang baru dalam peperangan melawan Iblis, yang melaluinya manusia memasuki dunia yang lebih baru dan lebih indah, dan zaman baru yang secara pribadi dipimpin oleh Tuhan itu sendiri.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memulihkan Kehidupan Normal Manusia dan Membawanya ke Tempat Tujuan yang Mengagumkan"

217. Mengapa Aku katakan bahwa makna inkarnasi tidak diselesaikan dalam pekerjaan Yesus? Karena Firman tidak sepenuhnya menjadi daging. Apa yang Yesus lakukan hanyalah satu bagian dari pekerjaan Tuhan dalam daging; Dia hanya melakukan pekerjaan penebusan dan bukan pekerjaan untuk sepenuhnya mendapatkan manusia. Untuk alasan ini, Tuhan telah menjadi daging sekali lagi di akhir zaman. Tahap pekerjaan ini juga dilakukan dalam daging biasa; dilakukan oleh manusia yang benar-benar normal, yang kemanusiaannya sama sekali tidak transenden. Dengan kata lain, Tuhan telah menjadi manusia yang seutuhnya; Dia adalah orang yang identitasnya merupakan identitas Tuhan, seorang manusia yang utuh, daging yang utuh, yang melakukan pekerjaan. Mata manusia melihat tubuh jasmani yang sama sekali tidak transenden, seseorang yang sangat biasa yang dapat berbicara bahasa surgawi, yang tidak menunjukkan tanda-tanda ajaib, tidak melakukan mukjizat, apalagi mengungkapkan keadaan sebenarnya mengenai agama di aula-aula pertemuan besar. Bagi orang-orang, pekerjaan dari daging inkarnasi kedua tampak sama sekali berbeda dengan yang pertama, sedemikian berbedanya sehingga keduanya tampak tidak memiliki kesamaan sama sekali, dan tidak ada apa pun dari pekerjaan pertama yang dapat terlihat saat ini. Meskipun pekerjaan dari daging inkarnasi yang kedua berbeda dengan yang pertama, hal itu tidak membuktikan bahwa sumber Mereka bukanlah satu dan sama. Sama tidaknya sumber Mereka tergantung pada sifat dari pekerjaan yang dilakukan oleh kedua daging dan bukan pada wujud luar Mereka. Selama tiga tahap pekerjaan-Nya, Tuhan telah berinkarnasi dua kali, dan kedua pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi meresmikan dimulainya zaman yang baru, memulai pekerjaan yang baru; kedua inkarnasi saling melengkapi satu dengan yang lain. Tidaklah mungkin bagi mata manusia untuk mengetahui bahwa kedua daging sebenarnya berasal dari sumber yang sama. Jelas bahwa semua itu di luar kemampuan mata atau pikiran manusia. Namun, dalam esensi Keduanya, Mereka adalah sama, karena pekerjaan Mereka berasal dari Roh yang sama. Apakah kedua daging inkarnasi muncul dari sumber yang sama tidaklah dapat dinilai dari zaman dan tempat di mana Mereka dilahirkan, atau oleh faktor-faktor lain semacam itu, tetapi oleh pekerjaan ilahi yang diungkapkan oleh Mereka. Daging inkarnasi yang kedua tidak melakukan satu pun pekerjaan yang dilakukan Yesus, karena pekerjaan Tuhan tidak mematuhi aturan apa pun, tetapi membukakan jalan yang baru, setiap kali. Daging inkarnasi yang kedua tidak bertujuan untuk memperdalam atau memantapkan kesan daging yang pertama dalam pikiran manusia, tetapi untuk melengkapi dan menyempurnakannya, untuk memperdalam pengetahuan manusia akan Tuhan, mematahkan segala aturan yang ada dalam hati orang, dan menghapuskan gambaran yang keliru tentang Tuhan dalam hati mereka. Dapat dikatakan bahwa tidak ada satu tahap pun dari pekerjaan Tuhan sendiri yang dapat memberi manusia pengetahuan yang lengkap tentang Dia; masing-masing tahap pekerjaan hanya memberi sebagian, bukan keseluruhan. Meskipun Tuhan telah mengungkapkan watak-Nya secara penuh, oleh karena terbatasnya kemampuan manusia untuk memahami, pengetahuannya akan Tuhan masih tetap tidak lengkap. Tidak mungkin menyampaikan keseluruhan watak Tuhan dengan menggunakan bahasa manusia; lagi pula, bagaimana mungkin satu tahap dari pekerjaan-Nya bisa sepenuhnya mengungkapkan Tuhan? Dia bekerja dalam daging dalam kemanusiaan normal-Nya, dan orang hanya dapat mengenal-Nya melalui ungkapan keilahian-Nya, bukan melalui wujud tubuh-Nya. Tuhan datang dalam daging demi memungkinkan manusia mengenal-Nya melalui pekerjaan-Nya yang beragam, dan kedua tahap pekerjaan-Nya itu tidak serupa. Hanya dengan cara inilah, manusia dapat memiliki pengetahuan yang penuh tentang pekerjaan Tuhan dalam daging, tidak terbatas pada satu segi saja. Meskipun pekerjaan kedua daging inkarnasi berbeda, esensi dari daging, dan sumber pekerjaan Mereka, adalah identik; hanya saja, Mereka ada untuk melakukan dua tahap pekerjaan yang berbeda, dan muncul di dua zaman yang berbeda. Bagaimanapun juga, daging inkarnasi Tuhan memiliki esensi dan asal yang sama—ini adalah kebenaran yang tidak dapat disangkal oleh siapa pun.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Daging yang Didiami oleh Tuhan"

218. Tuhan dalam inkarnasi-Nya yang pertama tidak menyelesaikan pekerjaan inkarnasi; Dia hanya menyelesaikan langkah pertama dari pekerjaan yang perlu Tuhan lakukan dalam daging. Jadi, untuk menyelesaikan pekerjaan inkarnasi, Tuhan telah kembali menjadi daging sekali lagi, menjalani semua kenormalan dan realitas daging, yaitu menjadikan firman Tuhan terwujud dalam daging yang sepenuhnya normal dan biasa, dan dengan demikian menyelesaikan pekerjaan yang belum Dia selesaikan dalam daging. Pada intinya, daging inkarnasi yang kedua serupa dengan yang pertama, tetapi jauh lebih nyata, jauh lebih normal daripada yang pertama. Sebagai konsekuensinya, penderitaan yang ditanggung oleh daging inkarnasi yang kedua lebih besar daripada yang pertama, tetapi penderitaan ini adalah akibat dari pelayanan-Nya dalam daging, yang berbeda dari penderitaan manusia yang rusak. Penderitaan ini juga berasal dari kenormalan dan realitas dari daging-Nya. Karena Dia melakukan pelayanan-Nya dalam daging yang benar-benar normal dan nyata, daging itu harus menanggung banyak kesukaran. Semakin normal dan nyata daging ini, semakin banyak Dia akan menderita dalam melakukan pelayanan-Nya. Pekerjaan Tuhan diungkapkan dalam daging yang sangat biasa, daging yang sama sekali tidak supranatural. Karena daging-Nya itu normal dan juga harus memikul pekerjaan menyelamatkan manusia, Dia menderita dalam ukuran yang jauh lebih besar daripada yang mampu ditanggung oleh daging yang supranatural—semua penderitaan ini berasal dari realitas dan kenormalan daging-Nya. Dari penderitaan yang telah dialami oleh kedua daging inkarnasi ketika melakukan pelayanan Mereka, manusia dapat melihat esensi dari daging inkarnasi. Semakin normal daging, semakin besar kesukaran yang harus Dia tanggung ketika melakukan pekerjaan; semakin nyata daging yang melakukan pekerjaan, semakin keras gagasan yang orang miliki, dan semakin besar bahaya yang akan menimpa-Nya. Namun, semakin nyata daging, dan semakin daging memiliki kebutuhan dan nalar lengkap seorang manusia normal, semakin mampu Dia melakukan pekerjaan Tuhan dalam daging. Daging Yesus-lah yang dipakukan di kayu salib, daging-Nyalah yang Dia korbankan sebagai korban penghapus dosa; melalui daging dengan kemanusiaan yang normallah Dia mengalahkan Iblis dan sepenuhnya menyelamatkan manusia dari salib. Dan sebagai daging sepenuhnya, Tuhan dalam inkarnasi-Nya yang kedua melakukan pekerjaan penaklukan dan mengalahkan Iblis. Hanya daging yang sepenuhnya normal dan nyata yang dapat melakukan pekerjaan penaklukan secara menyeluruh serta menjadi kesaksian yang kuat. Artinya, penaklukan manusia berhasil dilakukan melalui realitas dan kenormalan Tuhan dalam daging, bukan melalui mukjizat supranatural dan pewahyuan. Pelayanan Tuhan yang berinkarnasi ini adalah berfirman, dan melaluinya, Dia menaklukkan dan menyempurnakan manusia; dengan kata lain, pekerjaan Roh yang diwujudkan dalam daging, yaitu tugas daging, adalah berfirman, dan dengan demikian, Dia menaklukkan, menyingkapkan, menyempurnakan, dan menyingkirkan manusia sepenuhnya. Jadi, di dalam pekerjaan penaklukanlah, pekerjaan Tuhan dalam daging akan diselesaikan sepenuhnya. Pekerjaan awal penebusan hanyalah permulaan dari pekerjaan inkarnasi; daging yang melakukan pekerjaan penaklukan akan menyelesaikan seluruh pekerjaan inkarnasi. Secara gender, yang seorang adalah laki-laki dan yang lain adalah perempuan, sehingga melengkapi makna penting dari inkarnasi Tuhan dan menghalau gagasan manusia tentang Tuhan: Tuhan dapat menjadi laki-laki dan perempuan, dan pada intinya, Tuhan yang berinkarnasi tidak bergender. Dia menciptakan laki-laki dan perempuan, dan bagi-Nya, tidak ada pemisahan gender. Pada tahap pekerjaan ini, Tuhan tidak melakukan tanda-tanda dan mukjizat, sehingga pekerjaan akan mencapai hasilnya dengan menggunakan sarana firman. Alasan untuk ini, terlebih lagi, adalah karena pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi kali ini bukanlah untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat, tetapi untuk menaklukkan manusia dengan cara berfirman, yang berarti bahwa kemampuan asli yang dimiliki daging inkarnasi Tuhan ini adalah mengucapkan firman dan menaklukkan manusia, bukan menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat. Pekerjaan-Nya dalam kemanusiaan yang normal bukan untuk melakukan mukjizat, bukan untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat, tetapi untuk berfirman, dan dengan demikian, bagi orang-orang, daging inkarnasi yang kedua tampak jauh lebih normal daripada yang pertama. Orang melihat bahwa inkarnasi Tuhan bukan dusta; tetapi inkarnasi Tuhan ini berbeda dari Yesus yang berinkarnasi, dan meskipun Mereka keduanya adalah Tuhan yang berinkarnasi, Mereka tidak sepenuhnya sama. Yesus memiliki kemanusiaan yang normal, kemanusiaan biasa, tetapi Dia disertai dengan banyak tanda dan mukjizat. Dalam inkarnasi Tuhan yang ini, mata manusia tidak akan menyaksikan tanda-tanda atau mukjizat, penyembuhan orang sakit, pengusiran setan, berjalan di atas air, ataupun puasa selama empat puluh hari .... Dia tidak melakukan pekerjaan yang sama dengan yang Yesus lakukan, bukan karena daging-Nya secara esensi berbeda dengan daging Yesus, tetapi karena pelayanan-Nya bukanlah untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat. Dia tidak meruntuhkan pekerjaan-Nya sendiri, tidak mengganggu pekerjaan-Nya sendiri. Karena Dia menaklukkan manusia melalui firman-Nya yang nyata, tidak perlu menundukkannya dengan mukjizat, dan dengan demikian, tahap ini adalah untuk menyelesaikan pekerjaan inkarnasi.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Daging yang Didiami oleh Tuhan"

219. Setiap tahap pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan memiliki signifikansi praktisnya sendiri. Saat itu, ketika Yesus datang, Dia datang dalam wujud laki-laki, dan ketika Tuhan datang kali ini, wujud-Nya adalah perempuan. Dari sini, engkau bisa melihat bahwa ciptaan Tuhan baik laki-laki maupun perempuan dapat digunakan dalam pekerjaan-Nya, dan bagi-Nya tidak ada perbedaan gender. Ketika Roh-Nya datang, Dia dapat mengenakan jenis daging apa pun yang dikehendaki-Nya dan daging tersebut dapat merepresentasikan diri-Nya; entah laki-laki atau perempuan, daging itu dapat merepresentasikan Tuhan selama itu adalah daging inkarnasi-Nya. Jika Yesus menampakkan diri sebagai perempuan ketika Dia datang, dengan kata lain, jika seorang bayi perempuan, dan bukan bayi laki-laki, yang dikandung oleh Roh Kudus, tahap pekerjaan itu akan sama saja diselesaikan. Jika itu masalahnya, tahap pekerjaan saat ini akan diselesaikan oleh seorang laki-laki sebagai gantinya, tetapi pekerjaan itu akan sama saja diselesaikan. Pekerjaan yang dilakukan di setiap tahap memiliki makna pentingnya sendiri; tidak ada tahap pekerjaan yang diulangi, atau yang bertentangan satu sama lain. Pada saat itu, Yesus dalam melakukan pekerjaan-Nya disebut "Putra tunggal", dan "Putra" menyiratkan gender laki-laki. Lalu, mengapa Putra tunggal tidak disebutkan di tahap saat ini? Karena tuntutan pekerjaan mengharuskan adanya perubahan dalam gender yang berbeda dengan gender Yesus. Bagi Tuhan, tidak ada perbedaan gender. Dia melakukan pekerjaan-Nya seperti yang Dia inginkan, dan dalam melakukan pekerjaan-Nya, Dia tidak tunduk pada batasan apa pun, tetapi sangat bebas. Namun, setiap tahap pekerjaan memiliki signifikansi praktisnya sendiri.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kedua Inkarnasi Melengkapi Signifikansi Inkarnasi"

220. Yesus mengerjakan suatu tahap pekerjaan yang hanya memenuhi substansi dari "Firman itu bersama-sama dengan Tuhan": kebenaran Tuhan ada bersama dengan Dia, dan Roh Tuhan ada bersama manusia dan tidak dapat dipisahkan dari-Nya, yaitu, inkarnasi daging Tuhan ada bersama Roh Tuhan, yang merupakan bukti lebih besar bahwa inkarnasi Yesus adalah inkarnasi Tuhan yang pertama. Tahap pekerjaan ini menggenapi makna inti dari "Firman menjadi manusia", memberikan makna yang lebih dalam pada "Firman itu bersama dengan Tuhan, dan Firman itu adalah Tuhan", dan memungkinkan engkau agar yakin memercayai firman bahwa "pada mulanya adalah Firman". Artinya, pada saat penciptaan, Tuhan memiliki firman, firman-Nya ada bersama-sama dengan Dia dan tidak dapat dipisahkan dari-Nya, dan pada zaman akhir, Dia bahkan semakin memperjelas kuasa dan otoritas firman-Nya, dan memungkinkan manusia untuk mengerti semua jalan-Nya—mendengar seluruh firman-Nya. Demikianlah pekerjaan dari zaman akhir. Engkau harus mulai menyelami firman Tuhan. Ini bukan masalah tentang mengenal daging, tetapi mengetahui tentang daging dan Firman. Inilah kesaksian yang harus engkau berikan, yang harus diketahui semua orang. Karena ini adalah pekerjaan inkarnasi kedua—dan merupakan terakhir kalinya Tuhan menjadi daging—ini sepenuhnya melengkapi makna penting inkarnasi, secara menyeluruh melaksanakan dan menyatakan seluruh pekerjaan Tuhan dalam daging, dan mengakhiri era keberadaan Tuhan dalam rupa manusia.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Penerapan (4)"

221. Tuhan telah datang ke dalam dunia terutama untuk menggenapi kenyataan "Firman menjadi manusia," yang artinya, Dia telah datang supaya firman-Nya dapat disampaikan dari daging (tidak seperti pada zaman Musa dalam Perjanjian Lama, ketika Tuhan berbicara secara langsung dari langit). Setelah itu, seluruh firman-Nya akan digenapi selama zaman Kerajaan Seribu Tahun, firman itu akan menjadi kenyataan yang terlihat di depan mata manusia, dan manusia akan melihatnya dengan mata mereka sendiri tanpa kesenjangan sedikit pun. Inilah makna tertinggi inkarnasi Tuhan. Artinya, pekerjaan Roh diselesaikan melalui daging, dan melalui firman. Inilah arti sesungguhnya "Firman menjadi manusia" dan "Penampakan Firman dalam rupa manusia." Hanya Tuhan yang dapat menyatakan kehendak Roh, dan hanya Tuhan dalam daging yang dapat berbicara atas nama Roh; firman Tuhan dibuat menjadi jelas oleh Tuhan yang berinkarnasi, dan semua orang dibimbing oleh firman tersebut. Tidak seorang pun dikecualikan, semua orang berada di dalam lingkup ini. Hanya dari perkataan-perkataan inilah, orang menjadi paham; mereka yang tidak memperolehnya dengan cara ini sedang berangan-angan dengan mengira apakah mereka bisa mendapatkan perkataan dari surga. Seperti inilah otoritas yang ditunjukkan dalam daging Tuhan yang berinkarnasi, yang menyebabkan semua orang percaya dengan keyakinan penuh. Bahkan para ahli yang paling disegani dan para pendeta agamawi pun tidak dapat mengucapkan perkataan ini. Mereka semua harus tunduk di bawah firman, dan tidak seorang pun akan mampu memulai awal yang baru. Tuhan akan menggunakan firman untuk menaklukkan alam semesta. Dia akan melakukan ini bukan melalui daging inkarnasi-Nya, melainkan melalui perkataan dari mulut Tuhan yang menjadi manusia untuk menaklukkan semua orang di seluruh alam semesta; inilah satu-satunya arti dari Firman menjadi manusia, dan inilah satu-satunya arti dari penampakan Firman dalam daging. Mungkin, bagi manusia, Tuhan sepertinya belum melakukan banyak pekerjaan—tetapi Tuhan hanya perlu mengucapkan firman-Nya, dan orang-orang pun akan sepenuhnya diyakinkan dan merasa takjub. Tanpa adanya kenyataan, orang berteriak dan menjerit; dengan firman Tuhan, mereka terdiam. Tuhan pasti akan menggenapi kenyataan ini, karena inilah rencana Tuhan yang telah lama ditetapkan: menggenapi kenyataan kedatangan Firman di bumi.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kerajaan Seribu Tahun Telah Tiba"

222. Tuhan yang menjadi daging hanya mewujudkan diri-Nya sendiri kepada sejumlah orang yang mengikuti-Nya selama periode ini, saat Dia secara pribadi melakukan pekerjaan-Nya, dan bukan kepada semua makhluk ciptaan. Dia menjadi daging hanya untuk menyelesaikan satu tahap pekerjaan-Nya, dan bukan untuk menunjukkan gambar diri-Nya kepada manusia. Namun, pekerjaan-Nya harus dilakukan oleh diri-Nya sendiri, oleh karena itu, perlu bagi Dia untuk melakukannya di dalam daging. Ketika pekerjaan ini selesai, Dia akan meninggalkan dunia manusia; Dia tidak bisa tinggal selama jangka waktu yang panjang di antara umat manusia karena takut menghalangi pekerjaan yang akan datang. Yang Dia wujudkan kepada orang banyak hanyalah watak-Nya yang benar dan seluruh perbuatan-Nya, dan bukan gambar ketika Dia dua kali menjadi daging, karena gambar Tuhan hanya dapat diperlihatkan melalui watak-Nya dan tidak dapat digantikan oleh gambar daging inkarnasi-Nya. Gambar daging-Nya hanya diperlihatkan kepada sejumlah orang yang terbatas, hanya kepada mereka yang mengikuti-Nya tatkala Dia bekerja dalam daging. Inilah sebabnya pekerjaan yang dilakukan sekarang, dilakukan secara rahasia. Dengan cara yang sama, Yesus hanya memperlihatkan diri-Nya kepada orang Yahudi ketika Dia melakukan pekerjaan-Nya, dan tidak pernah secara terbuka memperlihatkan diri-Nya kepada bangsa lain mana pun. Jadi, begitu Dia telah menyelesaikan pekerjaan-Nya, Dia segera meninggalkan dunia manusia dan tidak tetap tinggal; sesudahnya, bukan Dia, bukan gambar manusia ini, yang memperlihatkan diri-Nya kepada manusia, melainkan Roh Kudus yang melakukan pekerjaan secara langsung. Begitu pekerjaan Tuhan yang menjadi daging sepenuhnya selesai, Dia akan meninggalkan dunia fana, dan tidak akan pernah lagi Dia melakukan pekerjaan yang sama dengan apa yang telah Dia lakukan ketika Dia berada dalam daging. Setelah ini, semua pekerjaan dilakukan secara langsung oleh Roh Kudus. Selama periode ini, manusia hampir tidak dapat melihat gambar dari tubuh daging-Nya; Dia sama sekali tidak memperlihatkan diri-Nya kepada manusia, tetapi tetap tersembunyi untuk selamanya. Waktu bagi pekerjaan Tuhan yang menjadi daging terbatas. Pekerjaan itu dilakukan pada zaman, periode, dan bangsa tertentu, dan di antara orang-orang tertentu. Pekerjaan ini hanya merepresentasikan pekerjaan selama periode inkarnasi Tuhan; itu merepresentasikan sebuah zaman; dan itu merepresentasikan pekerjaan Roh Tuhan pada zaman tertentu, dan bukan keseluruhan pekerjaan-Nya. Oleh karena itu, gambar Tuhan yang menjadi daging tidak akan diperlihatkan kepada semua orang. Apa yang diperlihatkan kepada orang banyak adalah kebenaran Tuhan dan watak-Nya secara keseluruhan, bukan gambar-Nya ketika Dia dua kali menjadi daging. Tidak satu gambar pun yang diperlihatkan kepada manusia, juga tidak dua gambar yang digabungkan. Oleh karena itu, sangat penting bahwa daging inkarnasi Tuhan harus meninggalkan bumi setelah menyelesaikan pekerjaan yang perlu Dia lakukan, karena Dia datang hanya untuk melakukan pekerjaan yang harus Dia lakukan, dan bukan untuk memperlihatkan gambar diri-Nya kepada manusia. Walaupun makna penting inkarnasi telah digenapi oleh Tuhan dengan dua kali menjadi daging, Dia tetap tidak akan secara terbuka mewujudkan diri-Nya kepada bangsa mana pun yang belum pernah melihat-Nya. Yesus tidak akan pernah lagi memperlihatkan diri-Nya kepada orang Yahudi sebagai Surya Kebenaran, Dia juga tidak akan berdiri di atas Bukit Zaitun dan menampakkan diri kepada semua suku bangsa; satu-satunya yang orang Yahudi lihat adalah potret Yesus selama waktu-Nya di Yudea. Ini karena pekerjaan Yesus dalam inkarnasi-Nya berakhir dua ribu tahun yang lalu; Dia tidak akan kembali ke Yudea dalam gambar seorang Yahudi, apalagi memperlihatkan diri-Nya dalam gambar seorang Yahudi kepada bangsa non-Yahudi mana pun, karena gambar Yesus menjadi daging hanyalah gambar seorang Yahudi, dan bukan gambar Anak manusia yang Yohanes lihat. Meskipun Yesus berjanji kepada para pengikut-Nya bahwa Dia akan datang kembali, Dia tidak akan sama sekali memperlihatkan diri-Nya dalam gambar seorang Yahudi kepada semua orang di negara-negara non-Yahudi. Engkau semua harus tahu bahwa pekerjaan Tuhan yang menjadi daging adalah membuka zaman. Pekerjaan ini terbatas untuk beberapa tahun saja, dan Dia tidak dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan Roh Tuhan, sebagaimana gambar Yesus sebagai orang Yahudi hanya dapat merepresentasikan gambar Tuhan saat Dia bekerja di Yudea, dan Dia hanya dapat melakukan pekerjaan penyaliban. Selama periode Yesus berada dalam daging, Dia tidak dapat melakukan pekerjaan mengakhiri zaman atau menghancurkan umat manusia. Oleh karena itu, setelah Dia disalibkan dan telah menyelesaikan pekerjaan-Nya, Dia naik ke tempat tertinggi dan selamanya menyembunyikan diri-Nya dari manusia. Sejak saat itu, orang-orang percaya yang setia dari bangsa-bangsa bukan Yahudi tidak dapat melihat perwujudan Tuhan Yesus, tetapi hanya potret diri-Nya yang mereka tempelkan di dinding. Potret ini hanya gambar yang dibuat manusia, dan bukan gambar Tuhan seperti yang Dia sendiri perlihatkan kepada manusia. Tuhan tidak akan secara terbuka memperlihatkan diri-Nya kepada orang banyak dalam gambar ketika Dia dua kali menjadi daging. Pekerjaan yang Dia lakukan di antara umat manusia adalah untuk memungkinkan mereka memahami watak-Nya. Semua ini diperlihatkan kepada manusia melalui pekerjaan di zaman yang berbeda; ini dicapai melalui watak yang telah Dia perlihatkan dan pekerjaan yang telah Dia lakukan, bukan melalui perwujudan Yesus. Dengan kata lain, gambar Tuhan diperlihatkan kepada manusia bukan melalui gambar inkarnasi, tetapi melalui pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan yang berinkarnasi yang memiliki baik gambar maupun bentuk; dan melalui pekerjaan-Nya, gambar-Nya dan watak-Nya diperlihatkan. Inilah makna penting pekerjaan yang Dia ingin lakukan dalam daging.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Misteri Inkarnasi (2)"

223. Tuhan sebagai yang terbesar di seantero alam semesta dan dunia atas, dapatkah Dia menjelaskan diri-Nya sepenuhnya dengan menggunakan gambar manusia? Tuhan menjadi daging untuk melakukan satu tahap pekerjaan-Nya. Tidak ada makna khusus pada gambar manusia ini, tidak ada kaitannya dengan berlalunya zaman, juga tidak ada hubungannya dengan watak Tuhan. Mengapa Yesus tidak membiarkan gambar diri-Nya tetap ada? Mengapa tidak dibiarkan-Nya manusia melukis gambar diri-Nya sehingga dapat diteruskan ke generasi selanjutnya? Mengapa Dia tidak membiarkan orang mengakui bahwa gambar diri-Nya adalah gambar Tuhan? Meskipun manusia diciptakan menurut gambar Tuhan, mungkinkah rupa manusia merepresentasikan gambar Tuhan Yang Mahamulia? Ketika Tuhan menjadi daging, Dia hanya turun dari surga ke dalam daging tertentu. Adapun yang turun ke dalam daging tersebut ialah Roh-Nya, dan melalui daging itu, Dia melakukan pekerjaan Roh. Roh inilah yang diungkapkan dalam daging dan Roh inilah yang melakukan pekerjaan-Nya dalam daging. Pekerjaan yang dilakukan dalam daging sepenuhnya merepresentasikan Roh-Nya, dan daging tersebut adalah demi kepentingan pekerjaan itu. Namun demikian, bukan berarti bahwa gambar manusia itu menggantikan gambar sejati Tuhan sendiri; ini bukan tujuan atau makna penting dari Tuhan menjadi manusia. Dia menjadi daging hanya agar Roh dapat menemukan tempat tinggal yang sesuai dengan pekerjaan-Nya, tempat yang lebih baik untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya dalam daging, sehingga orang dapat melihat perbuatan-Nya, memahami watak-Nya, mendengarkan firman-Nya, dan mengetahui keajaiban pekerjaan-Nya. Nama-Nya merepresentasikan watak-Nya, pekerjaan-Nya merepresentasikan identitas-Nya, tetapi Dia tidak pernah mengatakan bahwa penampakan-Nya dalam daging merepresentasikan gambar-Nya. Itu semata-mata gagasan manusia. Karena itu, aspek penting dari inkarnasi Tuhan ialah nama-Nya, pekerjaan-Nya, watak-Nya, dan gender-Nya. Semua aspek ini digunakan untuk merepresentasikan pengelolaan-Nya di zaman ini. Penampakan-Nya dalam daging tidak ada kaitannya dengan pengelolaan-Nya, tetapi semata-mata demi pekerjaan-Nya saat itu. Namun, tidak mungkin Tuhan yang berinkarnasi tidak memiliki penampakan tertentu. Karena itu, Dia memilih keluarga yang tepat untuk menentukan penampakan-Nya. Seandainya penampakan Tuhan mempunyai makna penting yang representatif, semua orang yang berwajah mirip dengan-Nya juga akan merepresentasikan Tuhan. Bukankah itu kesalahan yang luar biasa? Potret Yesus dilukis oleh manusia agar manusia dapat menyembah-Nya. Pada saat itu, Roh Kudus tidak memberi arahan khusus, jadi manusia mengedarkan potret hasil imajinasi tersebut sampai hari ini. Padahal, menurut maksud Tuhan yang semula, manusia tidak boleh melakukan hal tersebut. Hanya karena semangat manusialah potret Yesus itu tetap ada sampai hari ini. Tuhan adalah Roh, dan karena itu, manusia tidak akan pernah mampu menangkap gambar-Nya. Gambar-Nya hanya bisa direpresentasikan oleh watak-Nya.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Visi Pekerjaan Tuhan (3)"

224. Tuhan menjadi daging bukan dengan maksud memungkinkan manusia mengenal daging-Nya, atau memungkinkan manusia untuk mengetahui perbedaan antara daging dari Tuhan yang berinkarnasi dengan daging manusia; Tuhan juga menjadi daging bukan untuk melatih kekuatan kemampuan manusia dalam membedakan, dan terlebih lagi, Dia menjadi daging bukan dengan maksud memungkinkan manusia untuk menyembah daging inkarnasi Tuhan, sehingga dengan demikian memperoleh kemuliaan yang besar. Tidak satu pun dari hal-hal ini merupakan maksud Tuhan yang semula dalam menjadi daging. Tuhan juga menjadi daging bukan untuk menghukum manusia, bukan untuk secara sengaja menyingkapkan manusia, ataupun mempersulit manusia. Tidak satu pun dari hal-hal ini merupakan maksud Tuhan . Setiap kali Tuhan menjadi daging, ini adalah bentuk pekerjaan yang tak terhindarkan. Demi pekerjaan-Nya yang lebih besar dan pengelolaan-Nya yang lebih besarlah Dia bertindak sebagaimana yang Dia lakukan, dan bukan karena alasan-alasan yang manusia bayangkan. Tuhan datang ke bumi semata-mata yang diharuskan oleh pekerjaan-Nya, dan semata-mata sesuai dengan kebutuhan. Dia tidak datang ke bumi dengan maksud sekadar melihat-lihat, melainkan untuk melakukan pekerjaan yang harus Dia lakukan. Untuk apa lagi Dia menanggung beban seberat itu dan mengambil risiko sebesar itu untuk melakukan pekerjaan ini? Tuhan menjadi daging hanya saat Dia harus melakukannya, dan selalu dengan makna penting yang unik. Jika tujuan-Nya hanyalah memungkinkan orang untuk melihat diri-Nya dan untuk memperluas wawasan mereka, maka mutlak dapat dipastikan, Dia tidak akan pernah semudah itu datang di antara manusia. Dia datang ke bumi demi pengelolaan dan pekerjaan-Nya yang lebih besar, dan agar Dia bisa mendapatkan lebih banyak manusia. Dia datang untuk merepresentasikan zaman, Dia datang untuk mengalahkan Iblis, dan Dia mengenakan daging pada diri-Nya untuk mengalahkan Iblis. Bahkan lebih dari itu, Dia datang untuk menuntun seluruh umat manusia dalam menjalani hidup mereka. Semua ini menyangkut pengelolaan-Nya, dan menyangkut pekerjaan seluruh alam semesta. Jika Tuhan menjadi daging hanya untuk memungkinkan manusia mengenal daging-Nya dan membuka mata orang-orang, mengapa Dia tidak melakukan saja perjalanan ke semua negara? Bukankah ini hal yang sangat mudah? Namun, Dia tidak melakukannya, sebaliknya memilih sebuah tempat yang sesuai untuk menetap dan memulai pekerjaan yang harus Dia lakukan. Daging ini saja sudah memiliki makna yang sangat penting. Dia merepresentasikan seluruh zaman, dan juga melakukan pekerjaan seluruh zaman; Dia mengakhiri zaman yang lama serta memulai zaman yang baru. Semua ini adalah perkara penting yang menyangkut pengelolaan Tuhan, dan semua ini merupakan makna penting dari satu tahap pekerjaan yang membuat Tuhan datang ke bumi untuk melakukan-Nya.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Misteri Inkarnasi (3)"

225. Meskipun Kristus di bumi mampu bekerja atas nama Tuhan itu sendiri, Dia tidak datang dengan tujuan untuk menunjukkan citra-Nya dalam daging kepada seluruh manusia. Dia tidak datang supaya semua manusia melihat-Nya; Dia datang agar manusia dapat dituntun oleh tangan-Nya, sehingga manusia dapat memasuki zaman baru. Fungsi daging Kristus adalah untuk pekerjaan Tuhan itu sendiri, yaitu untuk pekerjaan Tuhan dalam daging, dan bukan untuk memungkinkan manusia memahami sepenuhnya hakikat daging-Nya. Bagaimanapun Dia bekerja, pekerjaan-Nya tidak akan melebihi apa yang mampu dicapai daging. Bagaimanapun Dia bekerja, Dia melakukannya dalam daging dengan kemanusiaan yang normal, dan tidak sepenuhnya mengungkapkan rupa Tuhan kepada manusia. Terlebih lagi, pekerjaan-Nya dalam daging tidak pernah begitu supranatural dan tak terukur sebagaimana yang manusia bayangkan. Meskipun Kristus merepresentasikan Tuhan sendiri dalam daging dan secara pribadi melaksanakan pekerjaan yang harus dilangsungkan Tuhan sendiri, Dia tidak menyangkal keberadaan Tuhan yang di surga, ataupun menyatakan perbuatan-perbuatan-Nya sendiri dengan terburu-buru. Akan tetapi, Dia tetap menyembunyikan diri-Nya dalam daging dengan rendah hati. Selain Kristus, orang-orang yang mengaku sebagai Kristus tidak memiliki kualitas-kualitas-Nya. Saat disejajarkan dengan watak para Kristus palsu yang sombong dan tinggi hati itu, jelas terlihat bagaimana daging Kristus yang sejati. Semakin besar kepalsuan mereka, semakin menjadi-jadi para Kristus palsu itu memamerkan diri, dan semakin cakap juga mereka dalam melakukan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat untuk menyesatkan manusia. Kristus-Kristus palsu tidak memiliki kualitas-kualitas Tuhan; Kristus tidak dinodai oleh unsur apa pun yang dimiliki Kristus-Kristus palsu. Tuhan menjadi daging hanya untuk menyempurnakan pekerjaan daging, bukan untuk sekadar mengizinkan manusia melihat-Nya. Sebaliknya, Dia membiarkan pekerjaan-Nya menegaskan identitas-Nya, dan memungkinkan apa yang diungkapkan-Nya membuktikan hakikat-Nya. Hakikat-Nya tidaklah tanpa dasar; identitas-Nya tidak diraih tangan-Nya, melainkan ditentukan oleh pekerjaan-Nya dan hakikat-Nya.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi"

226. Hal terbaik tentang pekerjaan-Nya dalam daging adalah bahwa Dia dapat meninggalkan firman dan nasihat yang akurat, dan kehendak-Nya yang khusus bagi mereka yang mengikuti-Nya, sehingga kemudian pengikut-Nya dapat lebih akurat dan lebih konkret lagi meneruskan semua pekerjaan-Nya dalam daging dan kehendak-Nya bagi seluruh umat manusia, kepada mereka yang menerima jalan ini. Hanya pekerjaan Tuhan dalam daging di antara manusia yang sungguh-sungguh menggenapkan fakta bahwa wujud Tuhan berada dan tinggal bersama manusia. Hanya pekerjaan inilah yang memenuhi keinginan manusia untuk melihat wajah Tuhan, menyaksikan pekerjaan Tuhan, dan mendengar firman Tuhan pribadi. Tuhan yang berinkarnasi mengakhiri zaman ketika hanya punggung Yahweh yang ditampakkan kepada umat manusia, dan Dia juga mengakhiri zaman kepercayaan manusia kepada Tuhan yang samar. Secara khusus, pekerjaan inkarnasi terakhir Tuhan membawa seluruh umat manusia ke dalam zaman yang lebih realistis, lebih nyata, dan lebih indah. Dia bukan saja mengakhiri Zaman Hukum Taurat dan doktrin, melainkan lebih penting dari itu, Dia menyingkapkan kepada umat manusia Tuhan yang nyata dan normal, yang benar dan kudus, yang membuka pekerjaan dari rencana pengelolaan dan menunjukkan misteri dan tempat tujuan umat manusia, yang menciptakan umat manusia dan mengakhiri pekerjaan pengelolaan, dan yang telah tersembunyi ribuan tahun lamanya. Dia sepenuhnya mengakhiri masa ketidakjelasan, Dia mengakhiri zaman di mana seluruh umat manusia ingin mencari wajah Tuhan tetapi tidak mampu mencari-Nya, Dia mengakhiri zaman di mana seluruh umat manusia melayani Iblis, dan Dia memimpin seluruh umat manusia menuju era yang sepenuhnya baru. Semua ini adalah hasil pekerjaan Tuhan dalam daging, bukan Roh Tuhan. Saat Tuhan bekerja dalam daging-Nya, mereka yang mengikuti Dia tak lagi mencari dan meraba-raba hal-hal yang sepertinya ada dan tidak ada, dan berhenti menebak-nebak kehendak Tuhan yang samar. Saat Tuhan menyebarluaskan pekerjaan-Nya dalam daging, mereka yang mengikuti Dia akan meneruskan pekerjaan yang telah dilakukan-Nya dalam daging kepada semua agama dan denominasi, dan mereka akan menyampaikan seluruh firman-Nya ke telinga seluruh umat manusia. Semua yang didengar oleh mereka yang menerima injil-Nya akan menjadi fakta pekerjaan-Nya, akan menjadi hal yang dilihat dan didengar manusia secara pribadi, dan akan menjadi fakta, bukan kabar angin belaka. Fakta ini adalah bukti yang Dia gunakan untuk menyebarluaskan pekerjaan-Nya, dan juga alat yang digunakan-Nya dalam menyebarluaskan pekerjaan-Nya. Tanpa adanya fakta, injil-Nya tak akan tersebar ke semua negara dan ke segala tempat; tanpa fakta, tetapi hanya dengan imajinasi manusia, Dia tak akan pernah dapat melakukan pekerjaan penaklukan seluruh semesta. Roh tak mudah dipahami manusia, dan tak dapat dilihat manusia, dan pekerjaan Roh tak mampu memberikan bukti lebih atau fakta tentang pekerjaan Tuhan bagi manusia. Manusia tidak akan pernah melihat wajah sejati Tuhan, dan akan selalu percaya kepada Tuhan yang samar, yang tak pernah ada. Manusia tak akan pernah melihat wajah Tuhan, juga tidak akan pernah mendengar firman yang diucapkan Tuhan secara pribadi. Lagi pula imajinasi manusia itu hampa, dan tidak dapat menggantikan wajah sejati Tuhan; watak yang melekat dalam diri Tuhan dan pekerjaan Tuhan sendiri, tidak dapat ditiru oleh manusia. Tuhan yang tak kasat mata di surga dan pekerjaan-Nya hanya dapat dibawa ke bumi oleh Tuhan yang berinkarnasi, yang secara pribadi melakukan pekerjaan-Nya di antara manusia. Ini adalah cara paling ideal bagi Tuhan untuk menampakkan diri kepada manusia, di mana manusia melihat Tuhan dan mengenal wajah sejati-Nya, dan itu tak dapat dicapai oleh Tuhan yang tak berinkarnasi. Setelah Tuhan melakukan pekerjaan-Nya hingga tahap ini, pekerjaan-Nya telah mencapai dampak yang optimal, dan telah sepenuhnya berhasil. Pekerjaan pribadi Tuhan dalam daging telah menyelesaikan 90% pekerjaan dari keseluruhan pengelolaan-Nya. Daging ini memberikan permulaan yang lebih baik bagi seluruh pekerjaan-Nya, dan telah merangkum seluruh pekerjaan-Nya, dan telah mempermaklumkan seluruh pekerjaan-Nya, dan membuat penambahan terakhir yang menyeluruh atas seluruh pekerjaan-Nya. Sejak saat ini, tak akan ada Tuhan yang berinkarnasi lainnya untuk melakukan tahap keempat pekerjaan Tuhan, dan tak akan pernah ada pekerjaan ajaib dari inkarnasi Tuhan yang ketiga.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi"

227. Meskipun daging ini normal dan nyata, Dia bukanlah daging biasa: Dia bukanlah hanya daging yang manusiawi, tetapi daging yang manusiawi sekaligus ilahi. Inilah perbedaan-Nya dengan manusia, dan inilah tanda dari identitas Tuhan. Hanya daging yang seperti ini yang dapat melakukan pekerjaan yang hendak dilakukan-Nya, dan menggenapi pelayanan Tuhan dalam daging, dan sepenuhnya menyelesaikan pekerjaan-Nya di antara manusia. Jika tidak demikian, pekerjaan-Nya di antara manusia akan selalu menjadi hampa dan bercela. Meskipun Tuhan bisa berperang melawan roh Iblis dan menang, natur lama manusia yang rusak tak pernah dapat diselesaikan, dan mereka yang tidak taat kepada Tuhan dan melawan-Nya tak akan pernah benar-benar tunduk pada kekuasaan-Nya, yang artinya, Dia tak akan pernah bisa menaklukkan umat manusia, dan tidak akan pernah bisa mendapatkan seluruh umat manusia. Jika pekerjaan-Nya di bumi tidak bisa diselesaikan, pengelolaan-Nya tak akan bisa diakhiri dan seluruh umat manusia tidak akan bisa masuk ke dalam perhentian. Jika Tuhan tidak dapat masuk ke dalam perhentian bersama seluruh makhluk ciptaan-Nya, tidak akan pernah ada hasil dari pekerjaan pengelolaan tersebut, dan sebagai akibatnya, kemuliaan Tuhan akan hilang. Meskipun daging-Nya tidak memiliki otoritas, pekerjaan yang dilakukan-Nya akan mencapai dampaknya. Ini tujuan yang tak bisa dielakkan dari pekerjaan-Nya. Terlepas dari apakah daging-Nya memiliki otoritas atau tidak, selama Dia dapat melakukan pekerjaan Tuhan itu sendiri, maka Dia adalah adalah Tuhan itu Sendiri. Tanpa memandang betapa normal dan biasanya daging ini, Dia dapat melakukan pekerjaan yang Dia harus lakukan, karena daging ini adalah Tuhan dan bukan sekadar manusia. Alasan daging ini bisa melakukan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan manusia adalah karena hakikat batin-Nya tidak sama dengan hakikat batin manusia mana pun, dan alasan Dia dapat menyelamatkan manusia adalah karena identitas-Nya berbeda dari manusia mana pun. Daging ini juga amat penting bagi umat manusia karena Dia adalah manusia dan lebih dari itu, Dia adalah Tuhan, karena Dia dapat melakukan pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan manusia biasa, dan karena Dia dapat menyelamatkan manusia yang rusak, yang hidup bersama-Nya di bumi. Meskipun Dia identik dengan manusia, Tuhan yang berinkarnasi lebih penting bagi umat manusia daripada orang penting mana pun, karena Dia dapat melakukan pekerjaan yang tak dapat dilakukan Roh Tuhan, Dia lebih mampu daripada Roh Tuhan untuk menjadi kesaksian tentang Tuhan itu sendiri, dan lebih mampu daripada Roh Tuhan untuk sepenuhnya mendapatkan umat manusia. Sebagai akibatnya, meskipun daging ini normal dan biasa, sumbangsih-Nya bagi umat manusia dan makna penting-Nya bagi keberadaan umat manusia membuat-Nya teramat berharga, dan nilai serta makna penting sesungguhnya dari daging ini tak terukur dibandingkan manusia mana pun. Meskipun daging ini tak dapat secara langsung menghancurkan Iblis, Dia dapat menggunakan pekerjaan-Nya untuk menaklukkan umat manusia dan mengalahkan Iblis, dan membuat Iblis sepenuhnya tunduk pada kekuasaan-Nya. Karena Tuhan berinkarnasi, Dia dapat mengalahkan Iblis dan bisa menyelamatkan umat manusia. Dia tidak secara langsung menghancurkan Iblis, tetapi sebaliknya, Dia menjadi daging untuk melakukan pekerjaan menaklukkan manusia, yang telah dirusak Iblis. Dengan begini, Dia lebih mampu memberi kesaksian bagi diri-Nya sendiri di antara makhluk ciptaan-Nya, dan lebih mampu menyelamatkan manusia yang rusak. Tuhan yang berinkarnasi mengalahkan Iblis, menjadi kesaksian yang lebih besar, dan lebih meyakinkan, daripada penghancuran Iblis secara langsung oleh Roh Tuhan. Tuhan dalam daging lebih mampu menolong manusia untuk mengenal Sang Pencipta, dan lebih mampu menjadi kesaksian bagi diri-Nya sendiri di tengah mahkluk ciptaan-Nya.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi"

228. Kali ini, Tuhan datang untuk melakukan pekerjaan bukan dalam tubuh rohani, tetapi dalam tubuh yang sangat biasa. Selain itu, tubuh ini bukan hanya tubuh inkarnasi Tuhan yang kedua, tetapi ini juga tubuh yang melaluinya Tuhan datang kembali menjadi daging. Ini adalah tubuh daging yang sangat biasa. Engkau tidak dapat melihat apa pun yang membuat-Nya berbeda dari orang lain, tetapi engkau dapat memperoleh kebenaran dari-Nya yang belum pernah kaudengar sebelumnya. Daging yang tak berarti ini merupakan perwujudan seluruh firman kebenaran dari Tuhan, yang melakukan pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, dan mengungkapkan seluruh watak Tuhan untuk dipahami manusia. Tidakkah engkau sangat rindu melihat Tuhan yang di surga? Tidakkah engkau sangat rindu memahami Tuhan yang di surga? Tidakkah engkau sangat rindu untuk melihat tempat tujuan manusia? Dia akan memberitahukan kepadamu semua rahasia ini—rahasia yang tak mampu diungkapkan siapa pun kepadamu, dan Dia juga akan memberitahukan kepadamu kebenaran-kebenaran yang tidak kaupahami. Dia adalah pintu gerbangmu untuk masuk ke dalam kerajaan, dan pemandumu untuk memasuki zaman yang baru. Daging yang biasa itu menyimpan banyak misteri yang tak terselami. Perbuatan-perbuatan-Nya mungkin tidak dapat kaupahami, tetapi seluruh tujuan pekerjaan yang Dia lakukan sudah cukup untuk membuatmu melihat bahwa Dia bukanlah sekadar daging biasa sebagaimana yang diyakini manusia. Karena Dia merepresentasikan kehendak Tuhan dan pemeliharaan yang ditunjukkan Tuhan kepada umat manusia pada akhir zaman. Meskipun engkau tidak dapat mendengar firman-Nya yang tampak mengguncangkan langit dan bumi, meskipun engkau tidak dapat melihat mata-Nya yang bagaikan nyala api, dan meskipun engkau tidak dapat menerima pendisiplinan gada besi-Nya, tetapi engkau dapat mendengar dari firman-Nya bahwa Tuhan murka dan mengetahui bahwa Tuhan sedang memperlihatkan belas kasihan-Nya kepada umat manusia; engkau dapat melihat watak benar Tuhan dan hikmat-Nya, dan, terlebih lagi, menyadari perhatian Tuhan bagi seluruh umat manusia. Pekerjaan Tuhan pada akhir zaman bertujuan untuk memungkinkan manusia melihat Tuhan yang di surga hidup di antara manusia di bumi, dan memampukan manusia untuk mengenal, menaati, menghormati, dan mengasihi Tuhan. Inilah sebabnya Dia telah datang kembali menjadi daging untuk kedua kalinya. Meskipun yang manusia lihat sekarang adalah Tuhan yang sama seperti manusia, Tuhan yang memiliki satu hidung dan sepasang mata, dan Tuhan yang berpenampilan biasa, pada akhirnya, Tuhan akan memperlihatkan kepada engkau semua bahwa seandainya manusia ini tidak ada, langit dan bumi akan mengalami perubahan yang luar biasa; seandainya manusia ini tidak ada, langit akan menjadi redup, bumi akan jatuh ke dalam kekacauan, dan seluruh umat manusia akan hidup di tengah bencana kelaparan dan wabah. Dia akan menunjukkan kepada engkau semua bahwa seandainya Tuhan yang berinkarnasi tidak datang untuk menyelamatkanmu pada akhir zaman, maka Tuhan akan sudah sejak lama memusnahkan seluruh umat manusia di neraka; seandainya daging ini tidak ada, engkau semua akan selamanya menjadi pendosa besar dan engkau akan menjadi mayat selamanya. Engkau semua harus tahu bahwa seandainya daging ini tidak ada, seluruh umat manusia akan menghadapi bencana yang tak terelakkan dan merasa mustahil untuk melepaskan diri dari hukuman yang lebih berat yang Tuhan timpakan kepada umat manusia pada akhir zaman. Seandainya daging yang biasa ini tidak dilahirkan, engkau semua akan berada dalam sebuah keadaan di mana engkau semua memohon kehidupan tanpa bisa hidup dan berdoa untuk kematian tanpa bisa mati; seandainya daging ini tidak ada, engkau semua tidak akan bisa mendapatkan kebenaran dan tidak bisa datang ke hadapan takhta Tuhan sekarang ini, melainkan, engkau akan dihukum Tuhan karena dosa-dosamu yang menyedihkan. Tahukah engkau bahwa kalau bukan karena kedatangan kembali Tuhan menjadi daging, tak seorang pun akan memiliki kesempatan untuk diselamatkan; dan kalau bukan karena kedatangan daging ini, Tuhan pasti sudah sejak lama mengakhiri zaman lama. Oleh karena itu, apakah engkau semua masih dapat menolak inkarnasi Tuhan yang kedua ini? Karena engkau semua bisa mendapatkan begitu banyak manfaat dari orang biasa ini, mengapa engkau semua tidak dengan senang hati menerima Dia?

Pekerjaan Tuhan adalah sesuatu yang tidak dapat kaupahami. Jika engkau tidak mampu sepenuhnya memahami apakah pilihanmu benar atau tidak, ataupun dapat mengetahui apakah pekerjaan Tuhan bisa berhasil atau tidak, lalu mengapa engkau tidak mencoba peruntunganmu dan melihat apakah orang biasa ini bisa menjadi pertolongan besar bagimu atau tidak, dan apakah Tuhan telah benar-benar melakukan pekerjaan yang hebat atau tidak. Namun, Aku harus memberitahumu bahwa pada zaman Nuh, orang makan dan minum, kawin dan mengawinkan sedemikian rupa sampai-sampai Tuhan tak tahan menyaksikannya, jadi Dia mengirimkan air bah untuk memusnahkan umat manusia, hanya menyisakan keluarga Nuh yang berjumlah delapan orang dan berbagai jenis burung dan binatang. Namun, pada akhir zaman, orang-orang yang diselamatkan Tuhan adalah mereka yang telah setia kepada-Nya hingga kesudahannya. Meskipun kedua zaman itu adalah masa-masa kerusakan besar hingga Tuhan tak tahan menyaksikannya, dan umat manusia pada kedua zaman ini menjadi sedemikian rusaknya dan menyangkal bahwa Tuhan adalah Tuhan mereka, Tuhan hanya memusnahkan manusia pada zaman Nuh. Umat manusia pada kedua zaman tersebut telah menimbulkan kesedihan besar bagi Tuhan, tetapi Tuhan masih tetap bersabar terhadap manusia pada akhir zaman hingga sekarang ini. Mengapa demikian? Pernahkah engkau semua bertanya-tanya apa alasannya? Jika engkau semua benar-benar tidak tahu, akan Kuberitahukan alasannya kepadamu. Alasan Tuhan dapat memberikan anugerah kepada manusia pada akhir zaman bukanlah karena mereka tidak serusak manusia pada zaman Nuh, atau bukan karena mereka telah menunjukkan pertobatan kepada Tuhan, apalagi karena teknologi pada akhir zaman begitu mutakhir sehingga Tuhan tak sampai hati untuk memusnahkan manusia. Sebenarnya, alasannya adalah, Tuhan masih memiliki pekerjaan yang harus dilakukan di dalam diri sekelompok manusia pada akhir zaman, dan Tuhan itu sendiri akan melakukan pekerjaan ini dalam inkarnasi-Nya. Selain itu, Tuhan akan memilih sebagian dari kelompok ini untuk menjadi objek keselamatan-Nya dan hasil dari rencana pengelolaan-Nya, dan membawa orang-orang ini ke zaman selanjutnya. Karena itu, apa pun yang terjadi, harga yang sudah dibayar Tuhan ini telah sepenuhnya dipersiapkan untuk pekerjaan yang akan dilakukan inkarnasi-Nya pada akhir zaman. Fakta bahwa engkau semua masih hidup hingga sekarang adalah berkat daging ini. Karena Tuhan hidup dalam daginglah engkau semua memiliki kesempatan untuk hidup. Seluruh keberuntungan ini telah diperoleh oleh karena manusia biasa ini. Bukan itu saja, tetapi pada akhirnya, segala bangsa akan menyembah manusia biasa ini, sekaligus mengucapkan syukur dan menaati manusia yang tak berarti ini, karena jalan, kebenaran, dan hidup yang telah dibawa-Nyalah yang telah menyelamatkan seluruh umat manusia, meredakan konflik antara Tuhan dan manusia, memperpendek jarak di antara mereka, dan membuka hubungan antara pikiran Tuhan dan manusia. Dia jugalah yang telah memperoleh kemuliaan yang jauh lebih besar bagi Tuhan. Bukankah manusia biasa semacam ini layak kaupercayai dan puja? Bukankah daging biasa seperti ini layak disebut Kristus? Dapatkah manusia biasa seperti ini menjadi pengungkapan Tuhan di antara manusia? Bukankah manusia semacam ini, yang telah menyelamatkan umat manusia dari bencana, layak mendapatkan kasihmu dan menjadi kerinduanmu untuk kaupegang erat? Jika engkau semua menolak kebenaran yang diungkapkan dari mulut-Nya dan membenci keberadaan-Nya di antaramu, lalu apa yang akan terjadi padamu pada akhirnya?

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Sudah Tahukah Engkau? Tuhan Telah Melakukan Hal yang Hebat di antara Manusia"

229. Seluruh pekerjaan Tuhan pada akhir zaman dilakukan melalui manusia biasa ini. Dia akan mengaruniakan segalanya kepadamu, dan bahkan, Dia akan dapat memutuskan apa pun yang berkaitan denganmu. Bisakah seorang manusia seperti ini menjadi apa yang kau yakini sebagaimana adanya Dia: seorang manusia yang begitu sederhana sampai-sampai tak layak disebutkan? Tidakkah kebenaran-Nya cukup untuk meyakinkanmu sepenuhnya? Tidakkah kesaksian tentang perbuatan-perbuatan-Nya cukup untuk meyakinkanmu sepenuhnya? Atau bukankah jalan yang Dia berikan kepadamu layak untuk kautempuh? Akhirnya, apa gerangan yang menyebabkan engkau semua membenci dan membuang-Nya serta menjauh dari-Nya? Manusia inilah yang mengungkapkan kebenaran, manusia inilah yang membekali kebenaran, dan manusia inilah yang memberimu jalan untuk kautempuh. Mungkinkah engkau masih tidak dapat menemukan jejak-jejak pekerjaan Tuhan di dalam kebenaran-kebenaran ini? Tanpa pekerjaan Yesus, umat manusia tidak mungkin turun dari kayu salib, tetapi tanpa inkarnasi yang sekarang ini, orang-orang yang sudah turun dari kayu salib tidak akan pernah bisa mendapatkan perkenanan Tuhan atau memasuki zaman yang baru. Tanpa kedatangan manusia biasa ini, engkau semua tidak akan punya kesempatan untuk melihat wajah Tuhan yang sebenarnya, ataupun akan memenuhi syarat, karena engkau semua adalah orang-orang yang seharusnya telah dimusnahkan sejak lama. Berkat kedatangan inkarnasi Tuhan yang kedua ini, Tuhan telah mengampunimu dan menunjukkan belas kasihan kepadamu. Bagaimanapun juga, perkataan yang harus Kutinggalkan kepada engkau semua pada akhirnya tetaplah ini: manusia biasa ini, yang adalah Tuhan yang berinkarnasi, sangatlah penting bagimu. Inilah hal hebat yang Tuhan telah lakukan di antara manusia.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Sudah Tahukah Engkau? Tuhan Telah Melakukan Hal yang Hebat di antara Manusia"

230. Mereka yang berharap memperoleh hidup tanpa mengandalkan kebenaran yang diucapkan oleh Kristus adalah orang-orang paling konyol di bumi, dan mereka yang tidak menerima jalan hidup yang dibawa oleh Kristus adalah orang-orang yang sesat dalam fantasi. Maka Aku mengatakan bahwa orang-orang yang tidak menerima Kristus akhir zaman selamanya akan dibenci Tuhan. Kristus adalah pintu gerbang bagi manusia menuju kerajaan pada akhir zaman, yang tidak bisa dilangkahi oleh siapa pun. Tidak seorang pun bisa disempurnakan oleh Tuhan kecuali melalui Kristus. Engkau percaya kepada Tuhan, karena itu, engkau harus menerima firman-Nya dan menaati jalan-Nya. Engkau tidak bisa hanya berpikir tentang memperoleh berkat sementara engkau tidak mampu menerima kebenaran dan tidak mampu menerima perbekalan hidup. Kristus datang pada akhir zaman agar semua yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya bisa diberi hidup. Pekerjaan-Nya adalah untuk mengakhiri zaman lama dan memasuki zaman baru, dan pekerjaan-Nya adalah jalan yang harus ditempuh oleh semua orang yang ingin memasuki zaman baru. Kalau engkau tidak bisa mengakui-Nya, malah mengutuk, menghujat, atau bahkan menganiaya Dia, maka engkau pasti akan dibakar sepanjang keabadian, dan tidak akan pernah memasuki kerajaan Tuhan. Karena Kristus sesungguhnya adalah pengungkapan Roh Kudus, pengungkapan Tuhan, Pribadi yang Tuhan beri kepercayaan untuk melakukan pekerjaan-Nya di bumi. Oleh karena itu, Aku mengatakan bahwa jika engkau tidak bisa menerima segala hal yang dilakukan oleh Kristus akhir zaman, berarti engkau menghujat Roh Kudus. Hukuman setimpal yang harus ditanggung oleh mereka yang menghujat Roh Kudus sangat jelas bagi semua orang. Aku juga mengatakan kepadamu bahwa jika engkau menentang Kristus akhir zaman, jika engkau menghinakan Kristus akhir zaman, tidak ada seorang lain pun yang akan memikul konsekuensinya bagimu. Selain itu, mulai hari ini engkau tidak akan memiliki kesempatan lain untuk memperoleh perkenanan Tuhan; meskipun engkau berupaya menebus kesalahanmu, engkau tidak akan pernah lagi melihat wajah Tuhan. Karena yang engkau lawan bukanlah manusia, yang engkau tolak bukanlah makhluk yang lemah, melainkan Kristus. Apakah engkau menyadari akan seperti apa konsekuensinya? Engkau tidak akan telah melakukan suatu kesalahan kecil, tetapi melakukan suatu kejahatan yang mengerikan. Karena itu, Aku menasihati semua orang agar tidak menentang kebenaran, atau melontarkan kritik yang gegabah, karena hanya kebenaran yang bisa memberimu hidup, dan tidak ada suatu pun selain kebenaran yang bisa memungkinkanmu untuk lahir kembali dan melihat wajah Tuhan kembali.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Kristus Akhir Zaman yang Bisa Memberi Manusia Jalan Hidup yang Kekal"

Sebelumnya: III. Firman tentang Memberi Kesaksian tentang Penampakan dan Pekerjaan Tuhan

Selanjutnya: V. Firman tentang Hubungan antara Setiap Tahap Pekerjaan Tuhan dan Nama Tuhan

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini