2. Apa yang Tersembunyi di Balik Keheningan

Aku sangat peduli dengan harga diriku dan selalu mengkhawatirkan apa yang orang lain pikirkan tentangku. Aku menjadi sangat gugup setiap kali aku menghadiri pertemuan, selalu takut bahwa orang lain akan meremehkanku jika aku tidak berdoa atau bersekutu dengan baik. Setiap kali, sebelum berdoa, aku akan mempersiapkan diri terlebih dahulu dan memikirkan kata-kata yang tepat untuk digunakan. Ketika bersekutu tentang firman Tuhan, jika aku memiliki pemahaman berdasarkan pengalaman, aku tidak terlalu khawatir. Namun, jika aku tidak memiliki pemahaman dan tidak tahu apa yang harus dipersekutukan, hatiku akan berdebar-debar seolah-olah ada kupu-kupu di dalam perutku, dan telapak tanganku berkeringat. Dalam kehidupan sehari-hari, jika orang lain memperhatikan kekuranganku, aku akan merasa sangat malu, tidak berani menatap mata mereka, dan aku sangat terkekang dalam setiap tindakan yang kulakukan. Hidup dalam keadaan seperti itu sering membuatku merasa sangat tertekan dan kesakitan.

Aku ingat ketika aku pertama kali dilatih untuk melakukan pekerjaan tulis-menulis, ada suatu waktu ketika pengawas datang untuk mengadakan pertemuan dengan kami. Aku melihat rekanku, Saudari Yang Min, bersekutu dengan sangat spesifik, dan kupikir, "Tidak bisakah kau bersekutu lebih sedikit? Kau sudah membahas apa yang kuketahui, jadi jika nanti aku bersekutu, itu akan terasa berulang-ulang. Maka pengawas pasti akan berpikir bahwa aku tidak memiliki pemahaman baru. Jika aku bersekutu tentang bagian lain dan akhirnya tidak tepat, apakah pengawas akan berpikir bahwa pemahamanku akan kebenaran itu rendah dan persekutuanku tidak sampai pada intinya?" Makin kupikirkan, aku jadi makin cemas. Aku membaca satu bagian dari firman Tuhan, lalu bagian lainnya, dan merenungkan bagian mana yang dapat kupahami untuk dibagikan. Pikiranku sangat kacau pada saat itu sehingga aku tidak bisa tenang untuk merenungkannya dengan serius. Setelah membaca cukup lama, aku masih belum tahu harus mulai dari mana. Aku sangat berharap bahwa setelah Yang Min selesai berbagi, pengawas akan melanjutkan persekutuan, jadi aku tidak perlu bersekutu. Namun, aku tidak menyangka setelah Yang Min selesai, pengawas memintaku untuk bersekutu. Aku khawatir jika aku mengatakan bahwa aku tidak paham, orang lain akan meremehkanku, jadi aku akhirnya diam saja. Aku tahu semua orang menungguku untuk bersekutu, tetapi aku merasa sangat terkekang. Saat itulah seorang saudari dengan gamblang mengingatkanku, "Kau harus bersekutu sebanyak yang kau pahami. Jika kau takut tidak bersekutu dengan baik dan diremehkan oleh orang lain, serta terus berpikir tentang bagaimana bersekutu dengan lebih baik atau menghindari bersekutu sama sekali, maka kau sedang menjaga citramu sendiri. Niatmu adalah untuk membuat orang lain menghormatimu dan mendapatkan tempat di hati mereka." Beberapa kata itu langsung menusuk hatiku. Aku tidak berani mengangkat kepala untuk menatap saudara-saudari, wajahku terasa panas, dan aku merasakan pertentangan dalam batinku, dan berpikir, "Aku juga tahu bahwa aku seharusnya tidak seperti ini, tetapi aku tidak bisa mengatasinya!" Semua orang tidak mengatakan apa-apa lagi saat melihat aku tetap diam sepanjang waktu. Pada saat itu, suasananya sangat canggung. Setelah pertemuan itu, aku selalu merasa tertekan dan tidak mampu sepenuhnya melaksanakan tugasku. Di lain waktu, Saudari Zhang Xin meminta aku dan Yang Min untuk memberikan masukan terhadap naskah yang ditulisnya. Segera setelah itu, Yang Min menunjukkan masalah yang dia lihat. Setelah selesai, Zhang Xin bertanya kepadaku masalah apa yang kutemukan. Aku berpikir, "Sepertinya proses berpikir dibaliknya tidak terlalu jelas, tetapi aku tidak yakin di mana letak masalahnya. Apa yang harus kukatakan? Jika aku mengatakan sesuatu yang salah, itu akan sangat memalukan." Aku tetap diam agar tidak diremehkan. Zhang Xin bertanya lagi kepadaku, dan meskipun dari luar aku terlihat tenang, aku merasa cemas di dalam hati, "Aku belum menemukan masalahnya. Apa yang harus kukatakan? Jika aku menyebutkan masalah kecil yang kuperhatikan, tidak apa-apa jika aku benar, tetapi jika aku salah, apakah Zhang Xin akan berpikir bahwa setelah mengerjakan naskah untuk beberapa waktu, aku bahkan tidak dapat menemukan masalahnya, dan bahwa aku benar-benar sangat buruk?" Pada saat itu, Zhang Xin menjadi tidak sabar dan berkata, "Jangan diam saja. Jika kau memperhatikan sesuatu, katakan apa yang kau lihat. Jika belum, katakan saja." Semua orang menatapku dalam diam. Pada saat itu, aku merasa sangat canggung hingga berharap bisa menghilang ke dalam tanah. Dengan enggan, aku berkata, "Kita jangan membahasnya untuk saat ini; biarkan saja dahulu seperti yang sudah kau tulis." Semua orang tidak punya pilihan selain kembali ke tugas masing-masing. Aku duduk di sana dengan perasaan sangat malu dan sangat tertekan. Saat memikirkan kejadian tadi, mau tak mau aku berspekulasi tentang bagaimana dua saudari itu akan memandang aku. Makin kupikirkan, aku jadi makin kesal, dan aku kehilangan semangat untuk melaksanakan tugasku. Rasanya seolah-olah ada batu berat yang menekan hatiku. Saat memikirkan betapa seringnya aku hidup dalam keadaan seperti itu, aku merasa sangat kesakitan dan tidak tahu pelajaran apa yang harus kupetik. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya agar Dia mencerahkan dan membimbingku sehingga aku bisa memahami keadaanku yang sebenarnya.

Kemudian, aku membaca dua bagian dari firman Tuhan dan memperoleh beberapa pemahaman tentang keadaanku. Tuhan berfirman: "Jika engkau sering merasa tertuduh dalam hidupmu, jika hatimu selalu tidak tenang, jika engkau tidak memiliki kedamaian dan sukacita, dan sering dilanda kekhawatiran dan kecemasan tentang segala macam hal, menunjukkan apakah hal ini? Ini hanya menunjukkan bahwa engkau tidak menerapkan kebenaran, tidak tetap teguh dalam kesaksianmu tentang Tuhan. Jika engkau hidup berdasarkan watak Iblis dalam dirimu, kemungkinan besar engkau akan sering gagal menerapkan kebenaran, mengkhianati kebenaran, menjadi egois dan hina; engkau hanya akan melindungi citramu, reputasi dan statusmu, serta kepentinganmu. Selalu hidup bagi dirimu sendiri membuatmu sangat menderita. Engkau memiliki begitu banyak keinginan yang egois, keterikatan, belenggu, kekhawatiran, dan kekesalan sehingga engkau sama sekali tidak memiliki kedamaian atau sukacita. Hidup demi daging yang rusak adalah hidup yang penuh penderitaan. Berbeda halnya dengan mereka yang mengejar kebenaran. Makin mereka memahami kebenaran, mereka menjadi makin leluasa dan bebas; makin mereka menerapkan kebenaran, mereka makin memiliki kedamaian dan sukacita. Ketika mereka memperoleh kebenaran, mereka akan sepenuhnya hidup dalam terang, menikmati berkat Tuhan, dan sama sekali tidak menderita" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Jalan Masuk Kehidupan Dimulai dengan Pelaksanaan Tugas"). "Ada orang-orang yang jarang berbicara karena kualitas yang buruk atau pemikiran yang sederhana, kurangnya pemikiran yang kompleks, tetapi ketika antikristus jarang berbicara, itu bukan karena alasan yang sama; justru itu adalah masalah watak. Mereka jarang berbicara ketika bertemu dengan orang lain dan tidak siap mengungkapkan pandangannya tentang berbagai hal. Mengapa mereka tidak mengungkapkan pandangannya? Pertama, mereka jelas tidak memiliki kebenaran dan tidak dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi. Jika berbicara, mereka mungkin akan membuat kesalahan dan diketahui dirinya yang sebenarnya oleh orang lain. Mereka takut diremehkan, jadi mereka berpura-pura diam dan berlagak memiliki wawasan yang mendalam sehingga sulit bagi orang lain untuk menilainya. Dengan begitu, mereka tampak bijaksana dan terpandang. Dengan kedok ini, orang lain tidak berani meremehkan antikristus, sikap mereka yang tampak tenang dan kalem membuat orang lain makin menghormatinya dan tidak berani menyepelekannya. Inilah aspek antikristus yang penuh akal bulus dan jahat. Mereka jarang mengungkapkan pandangannya karena sebagian besar pandangannya tidak sejalan dengan kebenaran, tetapi hanya gagasan dan imajinasi manusia yang tidak layak untuk diungkapkan ke publik. Jadi, mereka tetap diam. Di dalam hati, mereka berharap untuk mendapatkan sedikit wawasan yang bisa mereka sampaikan untuk mendapatkan kekaguman, tetapi karena mereka tidak memiliki pemahaman tersebut, mereka tetap diam dan bersembunyi selama persekutuan tentang kebenaran, mengintai dalam bayangan seperti hantu yang menunggu kesempatan. Ketika mereka mendapati orang lain yang menyampaikan wawasannya, mereka mencari cara untuk mengambil ide tersebut, mengungkapkannya dengan cara lain untuk memamerkan diri. Begitu liciknya antikristus. Apa pun yang dilakukan, mereka berusaha untuk menonjol dan menjadi lebih unggul, dan baru pada saat itulah mereka merasa senang. Jika tidak ada kesempatan, mereka bersembunyi terlebih dahulu, dan menyimpan pandangannya untuk diri sendiri. Inilah kelicikan antikristus. Sebagai contoh, ketika sebuah khotbah dikeluarkan oleh rumah Tuhan, ada orang-orang yang mengatakan itu tampak seperti firman Tuhan, sementara yang lain berpikir itu lebih tampak seperti persekutuan dari Yang di Atas. Orang-orang yang berpikiran sederhana akan mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran mereka, tetapi antikristus, sekalipun mereka memiliki pendapat tentang hal tersebut, mereka tetap menyembunyikannya. Mereka mengamati dan siap untuk mengikuti pandangan mayoritas, tetapi sebenarnya mereka sendiri tidak sepenuhnya memahami. Dapatkah orang-orang yang curang dan licik seperti itu memahami kebenaran atau memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi yang sesungguhnya? Apa yang dapat diketahui oleh seseorang yang tidak memahami kebenaran? Mereka tidak dapat memahami apa pun. Ada orang-orang yang tidak dapat memahami apa pun, tetapi berpura-pura memiliki wawasan mendalam; sebenarnya, mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan takut orang lain akan mengetahui dirinya yang sebenarnya. Sikap yang benar dalam situasi seperti ini adalah dengan berkata, 'Kita tidak dapat memahami masalah ini. Karena kita tidak tahu, kita tidak boleh berbicara sembarangan. Berbicara dengan tidak benar dapat berdampak negatif. Aku akan menunggu dan melihat apa yang dikatakan oleh Yang di Atas.' Bukankah itu berbicara dengan jujur? Bahasanya begitu sederhana, tetapi mengapa antikristus tidak mengatakannya? Mereka tidak ingin orang lain melihat mereka dengan jelas dan mengetahui keterbatasannya, tetapi di balik ini ada juga maksud yang tercela, yaitu untuk dikagumi. Bukankah ini yang paling menjijikkan?" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Enam). Firman Tuhan menyingkapkan keadaan dan perilakuku. Aku persis seperti yang Tuhan gambarkan: Aku tidak pernah dengan mudah mengungkapkan pandanganku atau menyingkapkan pikiranku yang sebenarnya. Saat bersekutu tentang firman Tuhan di dalam pertemuan atau membahas masalah, aku tidak bersekutu sebanyak yang kupahami, aku juga tidak terbuka dengan cara yang tulus, dan mengatakan apa pun yang kupikirkan. Sebaliknya, aku selalu takut mengatakan sesuatu yang salah, tidak berbicara dengan baik, atau tidak langsung pada intinya, dan dengan demikian membuat orang lain meremehkanku. Aku selalu takut jika mengungkapkan tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya, orang lain akan melihat diriku yang sebenarnya dan mengatakan bahwa aku bukanlah apa-apa. Oleh karena itu, aku selalu memastikan untuk berbicara paling akhir, membiarkan orang lain bersekutu terlebih dahulu, atau bahkan tetap diam sepanjang pertemuan, selalu berpura-pura bersikap pendiam dan mendalam di depan saudara-saudari. Ketika kekurangan atau masalahku terungkap, aku merasa sangat malu, dan kehilangan semangat untuk melaksanakan tugasku, serta mengalami kesakitan dan siksaan batin yang luar biasa. Sekarang, aku memahami bahwa aku sangat kesakitan karena aku terlalu menjaga harga diri dan statusku sendiri, serta citraku dalam pikiran orang, dan akibatnya, aku selalu berusaha keras untuk menyamarkan dan menyembunyikan diriku, bahkan tidak berani mengatakan satu kata pun yang menyentuh hati. Seperti yang Tuhan firmankan, aku seperti hantu, yang selalu bersembunyi di sudut-sudut gelap karena takut untuk melihat cahaya. Aku memikirkan bagaimana aku telah menjadi orang percaya dalam waktu yang singkat dan memiliki kualitas rata-rata, sehingga tidak memahami banyak kebenaran atau mengetahui dengan jelas banyak hal itu, sangatlah normal. Jika aku tidak paham, aku harus mengatakannya. Seharusnya ini adalah masalah yang sederhana, tetapi bagiku, ini sangatlah sulit. Agar tidak diketahui atau diremehkan, dan untuk menjaga citra dan statusku sendiri, aku berusaha untuk menyembunyikan diriku dan menipu saudara-saudari dengan segala cara. Aku benar-benar sangat licik! Hanya melalui penyingkapan firman Tuhanlah aku menyadari bahwa ini memang watak yang jahat. Makin aku membandingkan diriku dengan firman Tuhan, makin aku merasa diriku jelek dan menjijikkan, tidak memiliki keserupaan dengan manusia, dan memalukan. Jadi, aku ingin membalikkan keadaan ini dan berhenti hidup seperti ini.

Kemudian, aku membaca bagian dari firman Tuhan: "Apa pun yang menimpa dirimu, jika engkau ingin mengatakan yang sebenarnya dan menjadi orang yang jujur, engkau harus mampu melepaskan harga diri dan kesombonganmu. Jika engkau tidak memahami sesuatu, katakan bahwa engkau tidak memahaminya; jika engkau tidak jelas tentang sesuatu, katakan bahwa engkau tidak jelas. Jangan takut orang lain memandang rendah atau menganggap remeh dirimu. Dengan selalu berbicara dari hatimu dan mengatakan yang sebenarnya dengan cara seperti ini, engkau akan menemukan sukacita, kedamaian, dan perasaan bebas dan lepas di dalam hatimu, dan kesombongan serta harga diri tidak akan lagi mengekangmu. Dengan siapa pun engkau berinteraksi, jika engkau mampu mengungkapkan pemikiranmu yang sebenarnya, membuka dirimu kepada orang lain, dan tidak berpura-pura mengetahui hal-hal yang tidak kauketahui, maka itu adalah sikap yang jujur. Terkadang, orang mungkin memandang rendah dirimu dan menyebutmu bodoh karena engkau selalu mengatakan yang sebenarnya. Apa yang harus kaulakukan dalam keadaan seperti itu? Engkau harus berkata, 'Sekalipun semua orang menyebutku bodoh, aku bertekad untuk menjadi orang yang jujur dan bukan penipu. Aku akan berbicara sejujurnya dan berdasarkan fakta. Meskipun aku kotor, rusak, dan tidak berharga di hadapan Tuhan, aku akan tetap mengatakan yang sebenarnya tanpa kepura-puraan atau kepalsuan.' Jika engkau berbicara dengan cara seperti ini, hatimu akan tenang dan damai. Untuk menjadi orang yang jujur, engkau harus melepaskan kesombongan dan harga dirimu, dan agar dapat mengatakan yang sebenarnya dan mengungkapkan perasaanmu yang sesungguhnya, engkau tidak perlu takut akan cemoohan dan penghinaan dari orang lain. Sekalipun orang lain memperlakukanmu seperti orang bodoh, engkau tidak boleh berdebat atau membela dirimu. Jika engkau mampu menerapkan kebenaran dengan cara seperti ini, engkau dapat menjadi orang yang jujur" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Orang Jujur yang Mampu Hidup dalam Keserupaan dengan Manusia Sejati"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memiliki jalan penerapan. Untuk membebaskan diriku dari kekangan dan belenggu kesombongan serta harga diri, aku harus menerapkan untuk menjadi orang yang jujur. Aku harus belajar untuk melepaskan harga diri dan terbuka dengan cara yang tulus. Jika aku tidak tahu sesuatu, aku hanya perlu mengatakan bahwa aku tidak tahu; jika aku tidak paham, aku bisa mengatakannya. Bahkan jika aku diremehkan karena mengatakan sesuatu yang salah atau mengakui ketidakpahamanku, aku telah menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur di hadapan Tuhan, yang akan membuatku merasa tenang dan terbebaskan. Hal ini lebih bermakna daripada mendapatkan pujian dan kekaguman dari orang lain. Ketika aku memikirkan hal ini, aku tidak terlalu khawatir lagi, dan aku ingin menerapkan kebenaran serta mengubah diriku sendiri. Belakangan, entah itu pertemuan untuk bersekutu tentang firman Tuhan atau membahas masalah, setiap kali aku ingin menampilkan citra yang berbeda atau menyamarkan diriku, aku akan berdoa kepada Tuhan dan secara sadar memberontak terhadap niatku yang salah. Aku akan berbagi sebanyak yang kupahami, dan jika aku tidak paham, aku akan mengatakannya serta menyingkapkan pemikiranku yang sebenarnya. Ketika aku menerapkan cara ini, hatiku perlahan-lahan mulai merasa lebih terbebaskan.

Kemudian, aku tidak dapat melaksanakan tugasku selama enam bulan karena aku ditangkap oleh Partai Komunis. Setelah aku dibebaskan, pemimpin mengatur agar aku melanjutkan melaksanakan tugas tulis-menulis. Karena saudara-saudari dalam tim ini semuanya baru mengikuti pelatihan dalam pekerjaan tulis-menulis, pemimpin menyarankan agar aku menjadi pemimpin tim untuk sementara waktu. Karena sudah lama sekali aku tidak melaksanakan tugas ini, aku merasa kemampuan menulis naskah agak menurun, dan sepanjang sore itu, aku tidak menulis banyak. Saat aku mulai cemas, seorang saudari meminta bantuanku karena dia tidak dapat melihat dengan jelas masalah dalam naskahnya. Pada waktu itu, aku tidak bisa menenangkan hatiku dan aku tidak bisa menemukan masalah apa pun setelah membaca naskahnya. Ketika dia bertanya apa masalah yang ada, aku terbata-bata dan tidak bisa menjawab, yang langsung membuatku merasa sangat malu. Aku berpikir, "Bagaimanapun juga, aku adalah pemimpin tim; aku harus membantu menyelesaikan masalah yang tidak dapat dilihat dengan jelas oleh anggota tim. Sekarang aku tidak bisa memberikan jawaban yang jelas, apakah dia akan berkata, 'Kau adalah pemimpin tim—apakah kau benar-benar hanya mencapai tingkat ini?'" Aku merasa sangat malu. Malam itu, saat aku melihat naskah yang tersendat di tengah jalan saat aku menulisnya, aku ingin saudari-saudari yang lain melihatnya, tetapi aku khawatir mereka akan mengatakan bahwa tingkatku tidak mungkin bagus jika aku membuat berantakan naskah seperti ini. Aku merasa sangat ragu-ragu dan tidak berani menunjukkannya kepada para saudari untuk waktu yang lama. Pada saat itu, aku menyadari bahwa keadaanku tidak benar—aku takut orang lain melihat kekuranganku dan aku sedang menjaga citra serta statusku. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan dan secara sadar membalikkan keadaan ini. Kemudian aku menunjukkan naskah tersebut kepada para saudari. Dengan persekutuan dan bantuan mereka, aku mendapatkan sedikit jalan untuk melanjutkan penulisannya.

Lalu, aku menyadari bahwa aku selalu dikekang oleh harga diriku. Terkadang melalui doa, aku dapat sedikit membalikkan keadaan ini, tetapi masalahku tidak sepenuhnya terselesaikan. Kupikir, "Meskipun aku tahu bahwa menampilkan citra yang berbeda dan menyamarkan diriku itu sangat menyakitkan dan melelahkan, mengapa aku masih sering hidup dalam keadaan seperti itu?" Dalam pencarianku, aku membaca satu bagian dari firman Tuhan: "Watak macam apakah ketika orang selalu menyamarkan diri, selalu menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya, selalu berpura-pura agar orang lain menghormati mereka dan tidak dapat melihat kesalahan atau kekurangan mereka, ketika mereka selalu berusaha menampilkan sisi terbaik mereka kepada orang-orang? Ini adalah watak yang congkak, palsu, dan munafik, ini adalah watak Iblis, ini adalah sesuatu yang jahat. Sebagai contoh, lihatlah anggota rezim Iblis: sebanyak apa pun mereka bertengkar, berseteru, atau membunuh di balik layar, tak seorang pun yang diperbolehkan untuk melaporkan atau menyingkapkan mereka. Mereka takut orang akan melihat wajah Iblis mereka, dan mereka melakukan segala yang mereka bisa untuk menutupinya. Di depan umum, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya, mengatakan betapa mereka mengasihi rakyat, betapa baik, mulia dan tak bercelanya mereka. Ini adalah natur Iblis. Ciri paling menonjol dari natur Iblis adalah tipu muslihat dan tipu daya. Dan apa tujuan dari tipu muslihat dan tipu daya ini? Untuk menipu orang, untuk menghalangi orang agar tidak melihat esensi dan diri mereka yang sebenarnya, dan dengan cara demikian mencapai tujuan untuk memperlama kekuasaan mereka. Rakyat jelata mungkin tidak memiliki kekuasaan dan status semacam itu, tetapi mereka juga ingin membuat orang lain memiliki pandangan yang baik tentang diri mereka, ingin orang memiliki penilaian yang tinggi terhadap mereka, dan ingin status mereka tinggi di hati orang lain. Ini adalah watak yang rusak .... Orang selalu menyamar, memamerkan diri mereka di depan orang lain, berlagak, berpura-pura, dan memperelok diri mereka sendiri untuk membuat orang lain menganggap mereka sempurna. Tujuan mereka dalam hal ini adalah untuk mendapatkan status, sehingga mereka dapat menikmati manfaat dari status itu. Jika engkau tidak percaya, pikirkan ini dengan saksama: mengapa engkau selalu ingin membuat orang menghormatimu? Engkau ingin membuat mereka memujamu dan menghormatimu, sehingga pada akhirnya engkau dapat mengambil alih kekuasaan dan menikmati manfaat dari statusmu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Melalui penyingkapan firman Tuhan, aku menyadari bahwa terus-menerus menampilkan citra yang berbeda dan menyamarkan diri adalah perwujudan dari watak Iblis yang congkak, jahat, dan licik. Di bawah kuasa watak-watak Iblis ini, aku selalu ingin membuat orang menghormatiku dan ingin mempertahankan status serta citraku dalam pikiran mereka. Meskipun aku tahu bahwa aku tidak memahami banyak prinsip kebenaran dan memiliki banyak kekurangan, aku tetap tidak ingin orang lain melihat kekuranganku dan berpikir bahwa aku tidak bagus. Jadi, tidak peduli apakah itu waktu saat mempersekutukan firman Tuhan dalam pertemuan atau saat membahas masalah, jika hal itu dapat membuatku merasa malu atau dipermalukan, atau merusak harga diriku, aku akan berusaha keras untuk menyamar dan menyembunyikan diriku, membungkus diriku dengan erat, menyembunyikan sisi burukku, dan menampilkan sisi baikku kepada orang lain untuk membangun citra yang baik tentang diriku di benak mereka. Aku menyadari bahwa aku telah sangat dalam dirusak oleh Iblis dan begitu congkak sampai-sampai tidak memiliki nalar. Aku jelas-jelas adalah orang biasa yang rusak, tidak punya apa-apa, miskin, dan menyedihkan, tetapi aku selalu ingin menjaga citra dan mendapatkan kekaguman dari orang lain. Aku sungguh tak tahu malu dan tidak memiliki kesadaran diri. Aku memikirkan bagaimana semua orang yang rusak—entah mereka memiliki status atau tidak—ingin membangun nama yang baik untuk diri mereka sendiri, ingin dipuji, dan dikagumi oleh orang lain, serta berharap semua orang memuja mereka. Khususnya, rezim Iblis Partai Komunis Tiongkok, selalu mengucapkan kata-kata manis sambil melakukan perbuatan yang mengerikan. Dari luar, Partai Komunis berpura-pura bahwa semuanya berjalan dengan baik dan mempromosikan citranya yang "hebat, agung, dan benar", dengan menggunakan penampilan palsu untuk menipu dan membodohi penduduk dunia, tetapi secara diam-diam, ia menindas dan menganiaya orang karena keyakinan agama, merenggut hak asasi manusia, dan membantai serta secara brutal menyakiti begitu banyak orang. Tidak peduli berapa banyak hal buruk dan perbuatan jahat yang telah dilakukannya, ia tidak pernah berani mengungkapkan hal-hal ini kepada publik dan demikian menunjukkan kepada orang-orang wajah aslinya yang jahat dan ganas. Aku menyadari bahwa tipu daya dan penipuan adalah taktik yang biasa dilakukan oleh Iblis. Aku merenungkan tindakanku sendiri: aku memiliki kekurangan dan masalah, tetapi aku tidak mau membiarkan orang lain melihatnya dan berbicara negatif tentangku; aku lebih memilih untuk menampilkan citra yang berbeda dan menyamarkan diriku, meskipun itu berarti menanggung siksaan batin; dan baik dalam perkataan, persekutuan, perilaku, maupun tindakan, aku menampilkan citra palsu kepada orang lain, yang menghalangi mereka melihat sisi diriku yang sebenarnya. Makin kupikirkan, aku jadi makin merasa bahwa aku benar-benar sangat munafik, dan seperti Iblis, aku penuh dengan tipu daya dan tipu muslihat, serta benar-benar buruk dan hina. Sebelumnya, aku selalu merasa bahwa membiarkan orang lain melihat kekurangan dan kelemahanku adalah hal yang memalukan, tetapi kemudian aku menyadari bahwa hidup dengan watak Iblis yang congkak, jahat, dan licik, selalu menyamarkan diriku dan menipu orang lain, serta hidup tanpa sedikit pun keserupaan dengan manusia, itulah yang sebenarnya memalukan dan tercela. Bukan hanya Tuhan yang merasa jijik dan membencinya, saudara-saudari juga akan merasa jijik dan muak akan hal itu begitu mereka melihatnya. Jika aku tidak bertobat, satu-satunya kesudahanku adalah disingkirkan oleh Tuhan. Saat aku memikirkannya, aku mulai sedikit membenci watak rusakku dan tidak ingin lagi hidup seperti itu.

Suatu hari, pemimpin mengirim pesan yang mengatakan bahwa dia akan datang ke pertemuan tim kami besok. Kupikir, "Ketika pemimpin datang, dia pasti akan bertanya bagaimana keadaan kami baru-baru ini. Bagian mana yang harus kubicarakan? Baru-baru ini, aku menyadari bahwa diriku menyukai status dan ingin menjadi pengawas, tetapi mengatakan hal itu sangat memalukan! Pemahamanku tentang kebenaran masih dangkal dan aku belum memiliki banyak pengalaman nyata, tetapi aku masih ingin menjadi pengawas. Jika aku membicarakannya, akankah saudara-saudari mengatakan bahwa aku tidak tahu tempatku di alam semesta dan melebih-lebihkan diriku sendiri?" Makin kupikirkan, makin memalukan rasanya, dan aku tidak memiliki keberanian untuk berbicara, dan berpikir, "Mungkin aku harus berbicara sedikit akan pengalamanku tentang jalan masuk yang positif. Namun, pemimpin datang ke pertemuan untuk membantu kami menyelesaikan kesulitan dan keadaan kami yang salah. Jika aku tidak terbuka, maka aku tidak menjadi orang yang jujur, dan masalahku tidak akan selesai." Pikiranku berkecamuk. Aku khawatir akan memberikan kesan kepada pemimpin bahwa aku terlalu mementingkan status dan tidak memiliki kesadaran diri, jadi aku tidak memiliki keberanian untuk berbicara. Dalam pertemuan itu, setelah saudara-saudari lain membagikan keadaan mereka, pemimpin menemukan beberapa firman Tuhan dan memintaku untuk membacanya, dan aku kebetulan membaca bagian: "Watak macam apakah ketika orang selalu menyamarkan diri, selalu menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya, selalu berpura-pura agar orang lain menghormati mereka dan tidak dapat melihat kesalahan atau kekurangan mereka, ketika mereka selalu berusaha menampilkan sisi terbaik mereka kepada orang-orang? Ini adalah watak yang congkak, palsu, dan munafik, ini adalah watak Iblis, ini adalah sesuatu yang jahat" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Setelah membaca kembali bagian ini dari firman Tuhan tentang penghakiman, aku merasa menyesal dan gelisah. Aku masih ingin menampilkan citra yang berbeda dan menyamarkan diriku, berharap untuk meninggalkan kesan yang baik pada pemimpin—tidakan ini menipu diriku sendiri dan orang lain. Dari firman Tuhan, aku juga memahami bahwa kepalsuan dan kemunafikan adalah sesuatu yang dibenci Tuhan. Tuhan selalu menuntut kita untuk menjadi orang yang jujur. Orang yang jujur dapat terbuka dengan cara yang tulus, tidak menipu Tuhan maupun manusia, inilah yang disukai Tuhan. Setelah memikirkan hal ini, aku mengumpulkan keberanian untuk bersekutu tentang keadaanku sendiri berdasarkan firman Tuhan. Setelah bersekutu, aku merasakan kelegaan yang luar biasa, dan melalui persekutuan pemimpin, aku memperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang keadaanku sendiri, serta menemukan jalan penerapan dan jalan masuk. Dalam pertemuan itu, aku hanya bersekutu sebanyak yang kupahami dan mengungkapkan apa pun yang ada di dalam hatiku. Aku jelas merasakan bimbingan Tuhan dan juga mendapatkan lebih banyak pemahaman tentang beberapa kebenaran. Aku merasakan manisnya menerapkan kebenaran.

Kemudian, aku membaca firman Tuhan ini: "Engkau harus mencari kebenaran untuk menyelesaikan setiap masalah yang timbul, apa pun masalahnya, dan sama sekali tidak menyamarkan dirimu atau mengenakan kedok di hadapan orang lain. Kekuranganmu, kelemahanmu, kesalahanmu, watakmu yang rusak—terbukalah sepenuhnya mengenai semua itu, dan bersekutulah tentang semuanya itu. Jangan menyembunyikannya di dalam hati. Belajar untuk membuka dirimu sendiri adalah langkah awal menuju jalan masuk kehidupan, dan inilah rintangan pertama, yang paling sulit untuk diatasi. Begitu engkau berhasil mengatasinya, masuk ke dalam kebenaran menjadi mudah. Apa yang ditunjukkan dari mengambil langkah ini? Ini menunjukkan bahwa engkau sedang membuka hatimu dan menunjukkan semua yang kaumiliki, baik atau buruk, positif atau negatif; menelanjangi dirimu agar dilihat oleh orang lain dan oleh Tuhan; tidak menyembunyikan apa pun dari Tuhan, tidak menutupi apa pun, tidak menyamarkan apa pun, bebas dari kelicikan dan tipu muslihat, dan juga bersikap terbuka serta jujur dengan orang lain. Dengan cara ini, engkau hidup dalam terang, dan bukan saja Tuhan akan memeriksamu, tetapi orang lain akan bisa melihat bahwa engkau bertindak dengan prinsip dan dengan suatu tingkat keterbukaan. Engkau tak perlu menggunakan cara apa pun untuk melindungi reputasi, citra, dan statusmu, engkau juga tak perlu menutupi atau menyamarkan kesalahanmu. Engkau tak perlu terlibat dalam upaya yang sia-sia ini. Jika engkau dapat melepaskan hal-hal ini, engkau akan sangat tenang, engkau akan hidup tanpa kekangan atau rasa sakit, dan akan sepenuhnya hidup dalam terang. Belajar bagaimana membuka diri ketika bersekutu adalah langkah pertama untuk melangkah ke jalan masuk kehidupan. Selanjutnya, engkau harus belajar menganalisis pikiran dan tindakanmu untuk melihat mana yang salah, dan mana yang tidak Tuhan sukai, dan engkau perlu membalikkannya dengan segera dan memperbaikinya. Apa tujuan memperbaikinya? Tujuannya adalah untuk menerima kebenaran, sambil menyingkirkan hal-hal yang ada di dalam dirimu yang merupakan milik Iblis dan menggantikannya dengan kebenaran. Dahulu, engkau melakukan segala sesuatu menurut watak licikmu yaitu berbohong dan menipu; engkau merasa bahwa engkau tidak mampu menyelesaikan apa pun tanpa berbohong. Kini, setelah engkau memahami kebenaran dan membenci cara Iblis dalam melakukan segala sesuatu, engkau tidak lagi bertindak seperti itu, engkau bertindak dengan mentalitas kejujuran, kemurnian, dan ketundukan. Jika engkau tidak menyembunyikan apa pun, jika engkau tidak menyamar, berpura-pura, atau menutup-nutupi segala sesuatu, jika engkau membuka diri kepada saudara-saudari, tidak menyembunyikan gagasan dan pikiran terdalammu, tetapi membiarkan orang lain melihat sikap jujurmu, maka kebenaran berangsur-angsur akan berakar di dalam dirimu, itu akan berbunga dan berbuah, itu akan membuahkan hasil, sedikit demi sedikit. Jika hatimu semakin jujur, dan semakin memiliki kecenderungan kepada Tuhan, dan jika engkau tahu untuk melindungi kepentingan rumah Tuhan ketika engkau melaksanakan tugasmu, dan hati nuranimu terganggu ketika engkau gagal melindungi kepentingan ini, ini adalah bukti bahwa kebenaran telah memengaruhimu, dan telah menjadi hidupmu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan telah menunjukkan kepadaku jalan penerapan: belajar untuk terbuka tentang kekurangan dan kelemahanku, tidak menyamarkan diriku atau menampilkan citra yang berbeda, tidak mempertahankan kesombongan dan harga diriku, dan menerapkan kebenaran serta menjadi orang yang jujur. Inilah langkah pertama dalam memasuki kebenaran. Setelah itu, aku tidak lagi menggunakan keheningan untuk menyembunyikan diriku. Jika aku menghadapi masalah yang tidak dapat kulihat dengan jelas, aku akan mengatakan bahwa aku tidak melihat dengan jelas dan tidak tahu cara menyelesaikannya, serta aku secara aktif akan bertanya kepada saudara-saudari lain tentang hal itu. Ketika bersekutu bersama untuk membahas masalah, aku akan berbagi sebanyak yang kupahami dan mengatakan persis apa yang kupikirkan, dengan lugas dan tanpa berpura-pura. Setelah menerapkan seperti ini selama beberapa waktu, aku merasa bahwa bersikap terbuka dengan cara yang tulus tanpa menampilkan citra yang berbeda dan menyamarkan diriku itu menjadi makin mudah, serta aku tidak lagi merasa itu memalukan. Sekarang, entah itu dalam pertemuan, doa, persekutuan, atau berinteraksi dengan saudara-saudari, aku tidak lagi mengkhawatirkan harga diri atau citraku, aku juga tidak lagi cemas, gugup, atau tertekan seperti sebelumnya. Aku merasa bahwa membebaskan diri dari watak-watak rusakku telah membuat hidupku jauh lebih ringan, lebih bebas, dan lebih mudah! Meskipun sejauh ini aku hanya membuat perubahan kecil, aku bersedia untuk terus mengejar kebenaran dan berusaha untuk menjadi lebih baik.

Sebelumnya: 1. Jalan Masuk Kehidupan Tidak Membedakan Antara Hal Besar atau Kecil

Selanjutnya: 4. Setelah Mimpiku Hancur

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

29. Pertobatan Seorang Perwira

Oleh Saudara Zhen Xin, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Sejak penciptaan dunia hingga saat ini, segala yang Tuhan lakukan dalam...

2. Jalan menuju Penyucian

Oleh Saudara Allie, AmerikaAku dibaptis dalam nama Tuhan Yesus pada tahun 1990, dan pada tahun 1998, aku telah menjadi rekan kerja sebuah...

15. Setelah Kebohongan

Oleh Saudari Chen Shi, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Engkau harus tahu bahwa Tuhan menyukai mereka yang jujur. Secara hakikat,...

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini

Masukkan kata kunci pencarian Anda.
Isi
Pengaturan
Buku
Cari
Video