26. Perenungan Setelah Menderita Sakit Selama Pandemi
Tak lama setelah menerima Injil Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, aku belajar dari firman Tuhan bahwa ketika Dia menyelesaikan pekerjaan-Nya di akhir zaman, bencana akan menimpa kita untuk memberi upah kepada orang baik dan menghukum orang jahat. Mereka yang berbuat jahat dan menentang Tuhan akan hancur oleh bencana ini, sedangkan mereka yang menerima penghakiman firman Tuhan dan ditahirkan akan dijaga dan dilindungi Tuhan dalam bencana ini dan dibawa ke kerajaan-Nya untuk menikmati berkat kekal. Saat itu aku pikir masuk ke kerajaan dan beroleh hidup kekal akan jadi berkat yang luar biasa, dan aku harus menghargai kesempatan sekali seumur hidup ini, untuk bertugas dengan baik dan bekerja keras untuk Tuhan agar saat pekerjaan Tuhan berakhir, aku bisa bertahan. Jadi, aku berhenti kerja dan mulai menyebarkan Injil. Menyaksikan bencana itu makin parah, dalam waktu yang kritis, aku ingin memperbanyak perbuatan baik dan menyebarkan injil Tuhan pada akhir zaman ke lebih banyak orang Untuk berkontribusi dalam penyebaran Injil kerajaan. Jadi, aku mencurahkan semua energiku untuk menyebarkan Injil, tiap hari sibuk dari pagi sampai malam. Makin banyak orang menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman di daerahku, sehingga satu per satu gereja didirikan. Mengetahui hasil ini membuatku senang sendiri. Aku rasa kontribusiku pada pekerjaan Injil pasti terlihat. Dengan merebaknya pandemi yang melanda dunia, dan jumlah infeksi yang terus bertambah, aku benar-benar tenang. Kupikir karena aku berjuang menjalankan tugas untuk Tuhan, hal ini tak akan memengaruhiku, bagaimana pun penyebarannya. Tapi, infeksi tak terduga dengan virus pandemik mematahkan gagasan dan imajinasiku. Aku harus merenungkan motif dan kurangnya imanku selama bertahun-tahun.
Suatu hari pada Mei 2021, aku tiba-tiba mulai batuk, lalu mengalami demam dan merasa lemas di sekujur tubuh. Awalnya kukira aku terkena flu dan tak terlalu peduli, tapi gejalanya berlanjut selama seminggu dan tak hilang. Seorang saudari memperhatikan gejalaku sangat mirip dengan virus korona dan dia khawatir aku terkena virus ini, jadi dia menyarankanku untuk periksa ke dokter. Aku tak terlalu ambil pusing. Kupikir aku kerja terlalu lama, dan menanggung akibat dari tugasku, lagi pula hasilku cukup bagus. Aku juga tak melakukan kejahatan dan mengganggu pekerjaan gereja, lalu bagaimana bisa aku terkena virus ini? Tapi hasil pemeriksaanku sangat bertentangan dengan dugaanku. Aku positif. Aku pulang dalam keadaan linglung, tak mampu memahami bagaimana aku terkena virus. Aku telah bertugas selama bertahun-tahun, kenapa Tuhan tak melindungiku? Apa yang akan saudara-saudari pikirkan tentangku kalau mereka tahu? Akankah mereka pikir aku telah menyinggung Tuhan dan dihukum? Tapi aku tak melakukan kejahatan dan mengganggu pekerjaan gereja. Jutaan orang di seluruh dunia telah meninggal sejak awal pandemi tahun lalu. Apakah aku akan mati, karena aku juga terinfeksi? Pekerjaan Tuhan akan segera berakhir, kalau aku mati, apakah kerja kerasku selama bertahun-tahun akan sia-sia? Dengan begitu, aku tak menerima berkat dalam kerajaan di masa depan. Makin kupikirkan makin membuatku kecewa, dan aku tak tahu cara melewati situasi ini. Aku berdoa memanggil nama Tuhan, "Tuhan, Kau biarkan aku terkena virus ini—pasti ini kehendak-Mu. Kau tak salah, jadi aku pasti telah melawan dan menentang-Mu. Tapi aku tak tahu bagaimana aku menyinggung watak-Mu. Tolong cerahkan dan bimbing aku agar aku tahu salahku. Aku siap bertobat." Setelah itu aku memikirkan kutipan firman Tuhan. "Apa yang harus kaulakukan ketika penyakit menyerangmu? Engkau harus datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa dan berusaha untuk memahami kehendak-Nya, serta memeriksa kesalahan apa yang telah kaulakukan, dan kerusakan apa yang ada di dalam dirimu yang masih harus kauselesaikan. Engkau tidak dapat menyelesaikan watakmu yang rusak tanpa rasa sakit. Orang harus ditempa oleh rasa sakit; baru setelah itulah mereka akan berhenti menjadi tidak bermoral dan selalu hidup di hadapan Tuhan. Saat dihadapkan dengan penderitaan, orang akan selalu berdoa. Tidak akan ada pemikiran tentang makanan, pakaian, atau kesenangan; dalam hati mereka, mereka akan selalu berdoa, dan memeriksa apakah mereka telah melakukan sesuatu yang salah atau tidak selama ini. Sering kali, ketika engkau diserang penyakit serius atau penyakit yang tidak biasa, dan penyakit itu menyebabkanmu sangat kesakitan, hal-hal ini tidak terjadi secara kebetulan; entah engkau sakit atau sehat, kehendak Tuhan ada di balik semua itu" (Firman, Vol. 2, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Dalam Kepercayaan kepada Tuhan, Memperoleh Kebenaran adalah Hal yang Terpenting"). Pencerahan firman Tuhan yang tepat waktu menunjukkanku bahwa infeksiku tak terjadi secara kebetulan, ini kedaulatan dan penataan Tuhan sepenuhnya. Aku harus mencari kehendak Tuhan dan merenungkan diri. Mau bagaimanapun, aku tak bisa mengeluh dan menyalahkan Tuhan. Beberapa hari kemudian saat aku menjalani karantina di rumah, aku menceritakan kerusakan yang kuungkap kepada saudara-saudari, belajar mengenali diri, dan menemukan jalan penerapan dan jalan masuk ke firman Tuhan. Bagaimanapun keadaan fisikku, aku tetap menyebarkan Injil secara online. Setelah beberapa hari, aku jauh lebih mendingan dan jarang batuk lagi, suhuku normal, energi dan kekuatanku juga membaik. Aku sangat senang, dan berpikir Tuhan telah melihat ketaatan dan pertobatanku, jadi Dia menjagaku. Memikirkan ini membuatku agak tenang. Tapi keesokan harinya dadaku tiba-tiba sesak dan tak nyaman dan aku terus-terusan batuk. Lalu aku demam tinggi dan sekujur tubuhku lemas. Aku mengalami serangan panik. Sejak didiagnosis, aku tak menyalahkan Tuhan dan tetap menjalankan tugasku. Bagaimana bisa sakitku malah makin parah? Tak ada obat yang bisa menyembuhkan ini, jadi kalau Tuhan tak menolongku, aku pasti mati. Memikirkan kematian membuatku takut—Aku tak bisa memasrahkan diriku padanya. Aku telah mengikut Tuhan selama 10 tahun lebih, meninggalkan rumah dan pekerjaanku, dan menjalankan tugasku dalam waktu lama. Aku banyak menderita dan menanggung beban berat. Tuhan tak ingat itu semua? Kalau aku mati, aku tak akan pernah melihat keindahan kerajaan atau menikmati berkatnya. Makin kupikirkan, makin membuatku depresi. Aku masih menjalankan tugasku, tapi tak punya dorongan internal. Aku jadi sangat sebal saat tugasku bertambah banyak. Aku akan buru-buru menyelesaikannya supaya bisa istirahat. Sebelumnya aku pernah menjalankan tugas dari pagi sampai malam karena kupikir Tuhan melindungiku, tapi karena kini Dia tak melakukannya, aku harus memikirkan kesejahteraanku dan menjaga kesehatanku. Terlalu stres dan capek tak akan baik untuk kesembuhanku. Di pertemuan, saudara-saudari lain punya banyak stamina dan bisa terus bersekutu. Tapi kalau aku, aku mulai batuk tiap kali bicara, dan napasku tersengal-sengal saat membaca firman Tuhan. Aku sangat kecewa dan mencoba berdebat dengan Tuhan: "Tuhan, biasanya aku sangat tekun dalam tugasku, aku juga sungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Beberapa orang tak sebanding denganku dalam tugas mereka. Mereka semua sehat dan menjalankan tugasnya, lalu kenapa cuma aku yang terkena virus? Jika ini ujian dari-Mu, ada orang lain di gereja yang mengejar kebenaran lebih banyak daripada aku, kenapa mereka tak mengalami ini? Jika ini hukuman-Mu, aku tak melakukan kejahatan atau mengganggu pekerjaan gereja, atau menyinggung watak-Mu. Tuhan, aku masih ingin menjalankan tugasku dan mencintai yang kupunya. Yang kulakukan masih belum cukup—aku ingin tetap hidup dan menjalankan tugasku. Ya Tuhan, aku sedang menjalankan tugas penting dan masih bisa melayani-Mu. Tolong lindungi aku agar aku bisa melanjutkan hidup dan melayani-Mu." Saat aku berpikir begini, kutipan firman Tuhan masuk ke pikiranku dengan jelas: "Atas dasar apa engkau—makhluk ciptaan—mengajukan tuntutan terhadap Tuhan? Manusia tidak layak mengajukan tuntutan terhadap Tuhan. Tidak ada yang lebih tak masuk akal selain orang mengajukan tuntutan terhadap Tuhan. Dia akan melakukan apa yang harus Dia lakukan, dan watak-Nya adalah adil. Keadilan itu bukan berarti pantas atau masuk akal; itu bukan egalitarianisme, juga bukan perkara mengalokasikan kepadamu apa yang pantas engkau terima sesuai dengan berapa banyak pekerjaan yang telah kauselesaikan, atau memberimu upah untuk pekerjaan apa pun yang telah kaukerjakan, atau memberi kepadamu hakmu sesuai dengan upaya yang telah kaukeluarkan. Ini bukanlah keadilan. Itu hanyalah pantas dan masuk akal. Sangat sedikit orang yang mampu mengenal watak Tuhan yang adil. Seandainya Tuhan menyingkirkan Ayub setelah Ayub menjadi kesaksian bagi Dia: apakah ini adil? Sebenarnya, ini adil. Mengapa ini disebut adil? Bagaimana manusia memandang keadilan? Jika sesuatu selaras dengan gagasan-gagasan manusia, maka sangat mudah bagi mereka untuk mengatakan bahwa Tuhan itu adil; tetapi, jika mereka tidak melihat bahwa hal itu selaras dengan gagasan-gagasan mereka—jika hal itu adalah sesuatu yang tak mampu mereka pahami—maka menjadi sulit bagi mereka untuk mengatakan bahwa Tuhan itu adil. Andaikan Tuhan memusnahkan Ayub pada waktu itu, orang pasti tidak akan mengatakan bahwa Dia adil. Sebenarnya, entah manusia telah dirusak atau tidak, dan entah mereka telah dirusak sedemikian dalam atau tidak, apakah Tuhan harus membenarkan diri-Nya ketika Dia memusnahkan mereka? Haruskah Dia menjelaskan kepada manusia atas dasar apa Dia melakukannya? Haruskah Tuhan memberi tahu manusia aturan-aturan yang telah Dia tetapkan? Tidak perlu. Di mata Tuhan, orang yang rusak dan cenderung menentang Tuhan, sama sekali tidak layak; namun bagaimanapun cara Tuhan menangani mereka, itu akan tepat, dan semuanya adalah pengaturan Tuhan. Jika engkau tidak berkenan di mata Tuhan, dan jika Dia berkata bahwa engkau tidak lagi berguna bagi-Nya setelah kesaksianmu dan karena itu memusnahkanmu, apakah ini juga merupakan keadilan-Nya? Ya. ... Segala sesuatu yang Tuhan lakukan adalah adil. Walaupun hal itu mungkin tidak terpahami oleh manusia, mereka tak boleh membuat penilaian sesuka hati mereka. Jika sesuatu yang Dia lakukan tampak tidak masuk akal bagi manusia, atau jika mereka memiliki gagasan apa pun tentang hal itu, dan hal itu membuat mereka mengatakan bahwa Dia tidak adil, maka merekalah yang sangat tidak masuk akal" (Firman, Vol. 2, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Saat aku merenungkan firman Tuhan, Dia seperti ada di depanku langsung, menegurku, dan tiap katanya langsung meresap ke dalam hati. Tidakkah aku menyalahkan Tuhan karena tak adil dan tak benar? Tidakkah aku menawar, berdalih, dan menetapkan kondisi di hadapan Tuhan? Aku telah meraih beberapa hal di saat menderita dan mengorbankan diriku dalam tugas, jadi kurasa Tuhan harus melindungiku dari bencana, dan itulah kebenaran-Nya. Tapi nyatanya, itu cuma gagasan dan imajinasiku, yang sama sekali tak sesuai dengan kebenaran. Tuhan itu Sang Pencipta dan aku adalah ciptaan. Semua yang kunikmati berasal dari Tuhan, dan hidupku juga dianugerahkan oleh Tuhan. Cara Tuhan mengatur takdirku dan seberapa lama Dia membiarkanku hidup, semua adalah kehendak-Nya. Sebagai ciptaan, aku harus tunduk dan menerimanya. Aku punya hak apa untuk berdebat dengan Tuhan dan membuat kondisi? Tapi pada saat itu aku punya iman dan menikmati banyak penyiraman serta pasokan kebenaran dari Tuhan, dan aku masih tak bersyukur. Kini aku terkena virus dan terancam mati, Aku berdebat dengan Tuhan dan menentang, menyalahkan-Nya karena tak benar. Di mana nurani dan akalku? Saat memikirkan ini, aku makin merasa berdosa dan malu, lalu bersujud kepada Tuhan dalam doa. "Tuhan, aku sangat keterlaluan! Aku telah Kauciptakan; akulah ciptaan. Aku harus tunduk pada semua penataan dan pengaturan-Mu. Ini benar dan wajar. Kau biarkan aku terkena virus yang punya kemungkinan bahaya kematian. Aku tak mau mati, aku tak mau tunduk, jadi aku berdebat dengan-Mu, menyalahkan-Mu karena tak bertindak sebagaimana mestinya, dan memohon-Mu untuk membiarkanku hidup. Aku benar-benar tak punya akal dan ketundukan. Aku sangat suka memberontak! Tuhan, aku ingin merenungkan diri dan bertobat kepada-Mu."
Selama beberapa hari kemudian, aku sangat menyesal tiap kali memikirkan keluhan dan kesalahpahamanku pada Tuhan. Apalagi, saat kondisiku makin parah, aku memikirkan bagaimana aku melawan Tuhan, berdebat dengan-Nya, menjadi negatif dan tak bersemangat, mengacaukan tugasku dan malas-malasan, Bahkan aku makin merasa berdosa dan tak nyaman. Saat aku masih sehat dan tak ada krisis, aku menyerukan kebenaran Tuhan, dan makhluk ciptaan harus tunduk pada pengaturan Sang Pencipta. Kenapa aku memperlihatkan banyak ketidaktaatan dan perlawanan saat aku sakit? Aku membaca sesuatu dalam firman Tuhan pada saat teduhku. "Hubungan manusia dengan Tuhan semata-mata demi kepentingan diri sendiri. Hubungan ini adalah hubungan antara penerima dan pemberi berkat. Sederhananya, hubungan ini seperti hubungan antara karyawan dan majikan. Karyawan bekerja hanya untuk menerima upah yang diberikan oleh majikannya. Dalam hubungan semacam ini, tidak ada kasih sayang, hanya ada transaksi. Tidak ada tindakan mencintai dan dicintai, hanya ada derma dan belas kasihan. Tidak ada pengertian, hanya ada kemarahan terpendam dan tipu daya. Tidak ada keintiman, hanya ada jurang yang tak bisa diseberangi" (Firman, Vol. 1, Pekerjaan Tuhan dan Mengenal Tuhan, "Manusia Hanya Dapat Diselamatkan di Tengah Pengelolaan Tuhan"). "Dalam pikiran antikristus, asalkan orang mampu melaksanakan tugas, membayar harga, dan mengalami sedikit penderitaan, sudah seharusnya mereka diberkati oleh Tuhan. Jadi, setelah melakukan pekerjaan gereja selama beberapa waktu, mereka mulai mencatat pekerjaan apa saja yang telah mereka lakukan untuk gereja, kontribusi apa yang telah mereka berikan untuk rumah Tuhan, dan apa saja yang telah mereka lakukan untuk saudara-saudari. Mereka menyimpan semua ini rapat-rapat dalam benak mereka, mencoba menebak anugerah dan berkat apa yang akan mereka peroleh dari Tuhan sebagai gantinya, sehingga mereka dapat menentukan apakah ada faedahnya untuk melakukan hal-hal seperti itu. Mengapa mereka menyibukkan diri dengan hal-hal seperti itu? Apa yang mereka kejar di lubuk hati mereka? Apa tujuan mereka percaya kepada Tuhan? Sejak awal, kepercayaan mereka kepada Tuhan adalah karena mereka mengejar berkat. Dan, meskipun sudah bertahun-tahun mereka mendengarkan khotbah, meskipun sudah banyak firman Tuhan yang mereka makan dan minum, sudah banyak doktrin yang mereka pahami, mereka tidak akan pernah melepaskan keinginan dan motivasi mereka untuk diberkati. Jika engkau meminta mereka untuk menjadi makhluk ciptaan yang taat serta menerima aturan dan pengaturan Tuhan, mereka akan berkata, 'Ini tidak ada hubungannya denganku, bukan itu yang harus kuperjuangkan. Yang harus kuperjuangkan adalah: setelah aku berjuang, setelah aku melakukan upaya yang diperlukan dan menderita kesulitan yang diperlukan, setelah aku melakukan segalanya sesuai dengan apa yang Tuhan minta, Tuhan haruslah memberiku upah dan mengizinkanku untuk tetap tinggal, aku akan dimahkotai di dalam kerajaan, dan akan memegang kedudukan yang lebih tinggi daripada umat Tuhan—setidaknya aku akan memerintah dua atau tiga kota.' Inilah yang paling dipedulikan oleh antikristus. Bagaimanapun cara rumah Tuhan mempersekutukan kebenaran, motif dan keinginan mereka tidak bisa mereka lepaskan; mereka sejenis dengan Paulus. Bukankah ada semacam watak jahat dan keji yang tersembunyi dalam transaksi murni seperti itu? Ada orang-orang beragama yang berkata, 'Generasi kita mengikuti Tuhan di jalan salib. Ini karena Tuhan memilih kita, dan karena itu kita berhak untuk diberkati. Kita telah menderita dan membayar harga, dan kita telah minum anggur dari cawan yang pahit. Sebagian dari kita bahkan telah ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara. Setelah mengalami semua penderitaan ini, setelah mendengar begitu banyak khotbah, dan belajar banyak tentang Alkitab, jika suatu hari kita tidak diberkati, kita akan pergi ke surga ketiga dan membujuk Tuhan.' Pernahkah engkau mendengar hal seperti ini? Mereka berkata akan pergi ke surga ketiga untuk membujuk Tuhan—betapa beraninya mereka? Bukankah mendengarnya saja membuatmu merasa takut? Siapa yang berani mencoba membujuk Tuhan? ... Bukankah orang-orang seperti itu adalah penghulu malaikat? Bukankah mereka Iblis? Engkau bisa membujuk siapa pun yang kauinginkan, tetapi tidak bisa membujuk Tuhan. Engkau tidak boleh melakukannya, engkau tidak boleh punya pikiran seperti itu. Berkat berasal dari Tuhan, Dia dapat memberikannya kepada siapa pun yang Dia inginkan. Meskipun engkau memenuhi persyaratan untuk menerima berkat, tetapi jika Tuhan tidak memberikannya kepadamu, engkau tidak boleh mencoba untuk membujuk-Nya. Seluruh alam semesta dan semua manusia ada di tangan Tuhan, Tuhan adalah penentu keputusan, engkau hanya manusia yang sangat kecil dan tak berarti—tetapi engkau masih berani membujuk Tuhan. Bagaimana engkau bisa begitu lancang? Sebaiknya engkau melihat siapakah dirimu di depan cermin. Jika engkau berani berteriak menentang dan membantah Sang Pencipta, bukankah engkau sedang mencari kematianmu sendiri? 'Jika suatu hari kita tidak diberkati, kita akan pergi ke surga ketiga dan membujuk Tuhan.' Dengan perkataan ini, engkau secara terbuka berteriak menentang Tuhan. Tempat seperti apa surga ketiga itu? Itu adalah tempat kediaman Tuhan. Berani pergi ke surga ketiga untuk mencoba membujuk Tuhan sama dengan menyerbu istana. Bukankah begitu? Beberapa orang berkata, 'Apa relevansinya dengan antikristus?' Ini sangat relevan, karena mereka yang ingin pergi ke surga ketiga untuk membujuk Tuhan adalah antikristus; hanya antikristus yang akan mengucapkan perkataan seperti itu, perkataan seperti itu adalah suara di lubuk hati antikristus, dan itu adalah kejahatan antikristus" (Firman, Vol. 3, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Tujuh: Mereka Jahat, Berbahaya, dan Curang (Bagian Dua)"). Aku malu di hadapan penyingkapan Tuhan dan kutahu tahun-tahun penderitaan dan pengorbananku dalam tugas tidak untuk mempertimbangkan kehendak Tuhan dan memenuhi tugas ciptaan untuk membalas kasih-Nya. Ini hanya sebagai ganti atas berkat Tuhan, untuk masuk ke kerajaan dan menikmati berkat kekal. Aku menganggap bertugas sebagai sarana untuk menghindari bencana dan diberkati Tuhan, sebagai alat tawar-menawar dan modal untuk bertransaksi dengan-Nya. Oleh sebab itu, kuhitung dalam hati banyaknya pekerjaan yang kulakukan, banyaknya orang yang kubuat bertobat, penderitaanku, dan akibat yang kutanggung. Makin kuhitung, makin kurasa telah berjasa, dan aku layak mendapat perlindungan dan penjagaan Tuhan dalam bencana. Tak kusangka tiba-tiba aku terinfeksi virus. Aku salah paham dan menyalahkan Tuhan, tak mencari cara untuk tunduk kepada Tuhan dalam penyakitku. Namun, aku memikirkan hal yang bisa kulakukan agar Tuhan berkenan sehingga Dia akan melindungiku dan aku segera sembuh. Jadi saat kondisiku makin parah, aku makin berkecil hati pada Tuhan. Kusalahkan Dia karena tak melindungiku, tak adil terhadapku. Nyatanya, iman dan tugasku hanyalah untuk diberkati, dan aku tak tulus kepada Tuhan. Aku memanfaatkan-Nya untuk meraih tujuanku mendapat berkat, membuat kesepakatan dan mencurangi Tuhan. Aku sangat egois dan licik! Paulus di Zaman Kasih Karunia berkeliling Eropa untuk menyebarkan Injil Tuhan, banyak menderita dan menanggung beban berat, tapi semua yang dia berikan hanyalah untuk masuk ke kerajaan surga dan diupah. Dia berkata, "Aku sudah melakukan pertandingan yang baik. Aku sudah menyelesaikan perlombaanku, aku sudah menjaga imanku: Mulai dari sekarang sudah tersedia bagiku mahkota kebenaran" (2 Timotius 4:7-8). Artinya, jika Tuhan tak memberinya mahkota, Dia tak adil. Orang-orang di dunia keagamaan sangat terpengaruh oleh kata-kata Paulus ini. Mereka yang bekerja dan menderita atas nama Tuhan, melakukannya agar masuk surga dan diberkati. Mereka berdebat dengan Tuhan jika mereka tak diberkati. Bukankah aku juga sama? Lalu aku takut. Tak pernah kubayangkan aku menunjukkan watak begitu. Kalau bukan karena pengungkapan ini, aku tak akan tahu bahwa aku punya watak antikristus parah. Aku memikirkan beberapa firman Tuhan: "Selama ini Aku telah menentukan standar yang ketat untuk manusia. Jika kesetiaanmu disertai niat dan persyaratan, Aku lebih baik tidak memiliki apa yang engkau sebut sebagai kesetiaan, karena Aku membenci mereka yang menipu-Ku melalui niat mereka dan memeras-Ku dengan persyaratan mereka. Aku hanya berharap agar manusia sepenuhnya setia kepada-Ku, dan melakukan segala sesuatu demi dan untuk membuktikan—satu kata ini: iman. Aku membenci penggunaan kata-kata manismu untuk berusaha membuat-Ku bersukacita, karena Aku selalu memperlakukanmu dengan penuh ketulusan, jadi Aku ingin engkau semua juga bertindak dengan iman yang sejati terhadap-Ku" (Firman, Vol. 1, Pekerjaan Tuhan dan Mengenal Tuhan, "Apakah Engkau Benar-benar Orang yang Percaya kepada Tuhan?"). Dari firman Tuhan, aku bisa merasakan watak-Nya benar, kudus, dan tak bisa dilanggar. Tuhan bekerja untuk menyelamatkan manusia dan Dia menginginkan ketulusan dan pengabdian manusia. Kalau dalam usaha manusia ada motif, kepalsuan, tawar-menawar, atau kecurangan, Tuhan tak cuma menolaknya, tapi semua itu membuat-Nya muak dan jijik, dan Dia menghukumnya. Seperti Paulus, yang akhirnya tak diberkati Tuhan, dan dihukum di neraka. Tugasku yang mengandung kepalsuan transaksi juga pasti membuat Tuhan muak dan jijik. Aku yang jatuh sakit sungguh menyingkapkan watak benar dan kudus Tuhan. Jadi, aku menerima dan tunduk kepada penyakit ini dengan sepenuh hati.
Lalu aku membaca kutipan firman Tuhan lainnya: "Sebagai makhluk ciptaan, ketika engkau datang ke hadapan Sang Pencipta, engkau harus melaksanakan tugasmu. Ini adalah hal yang tepat untuk dilakukan, dan tanggung jawabnya berada di pundakmu. Dalam hal makhluk ciptaan melaksanakan tugas mereka, Sang Pencipta telah melakukan pekerjaan yang lebih besar di antara umat manusia. Dia telah melakukan tahap pekerjaan lebih lanjut dalam diri umat manusia. Dan apakah pekerjaan itu? Dia membekali umat manusia dengan kebenaran, memungkinkan mereka untuk mendapatkan kebenaran dari-Nya saat mereka melaksanakan tugas mereka, dan dengan demikian, menyingkirkan watak rusak mereka dan ditahirkan. Dengan demikian, mereka datang untuk memenuhi kehendak Tuhan dan mulai menempuh jalan yang benar dalam hidup, dan pada akhirnya, mereka mampu untuk takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, mendapatkan penyelamatan penuh, dan tidak lagi mengalami penderitaan yang disebabkan oleh Iblis. Inilah efek yang Tuhan ingin umat manusia capai pada akhirnya ketika mereka melaksanakan tugas mereka. Oleh karena itu, selama proses melaksanakan tugasmu, Tuhan tidak hanya membuatmu melihat satu hal dengan jelas dan memahami sedikit kebenaran, Dia juga tidak hanya memungkinkanmu menikmati kasih karunia dan berkat yang kauterima dengan memenuhi tugasmu sebagai makhluk ciptaan. Sebaliknya, Dia memungkinkanmu untuk ditahirkan dan diselamatkan, dan pada akhirnya, engkau pun mulai hidup dalam terang wajah Sang Pencipta" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Tujuh)"). Firman Tuhan membuatku sangat tersentuh. Bertugas adalah tanggung jawab dan kewajiban yang tak bisa dihindari makhluk ciptaan, ini juga menjadi jalan untuk mendapat kebenaran dan mencapai perubahan watak. Dalam tugas kita, Tuhan mengatur berbagai situasi untuk mengungkap watak rusak manusia, kemudian melalui penghakiman dan penyingkapan firman-Nya, dan disiplin-Nya, Dia membuat kita memahami kerusakan kita dan berubah, agar tak lagi dirusak dan diganggu Iblis. Ini adalah kehendak baik Tuhan. Selama bertahun-tahun bertugas, aku menunjukkan banyak kerusakan dalam lingkungan yang diatur Tuhan. Aku telah memahami watak rusakku, lalu mulai membenci diriku sendiri, bertobat dan berubah, dan sedikit terlihat seperti manusia. Aku mendapat banyak untung dalam tugasku, tapi masih belum bersyukur. Malah, aku menggunakan tugasku sebagai alat tawar-menawar untuk mendapat berkat, akses keluar dari bencana, kuperlakukan Tuhan seperti aku bisa mencurangi dan memanfaatkan-Nya. Aku ini tercela! Tuhan telah mengungkapkan banyak kebenaran, tapi aku tak menghargainya, dan cuma memikirkan cara agar diberkati, menghindari bencana, masuk ke kerajaan dan diupah. Aku sangat jahat. Aku berdoa dan bersumpah pada Tuhan untuk berhenti bertugas agar diberkati, tapi aku akan mengejar kebenaran dalam tugasku untuk membalas kasih Tuhan. Aku membaca kutipan firman Tuhan lainnya yang memberiku jalan penerapan. "Jika, dalam imanmu kepada Tuhan dan pengejaran kebenaran, engkau dapat berkata, 'Apa pun penyakit atau kejadian tidak menyenangkan yang Tuhan ijinkan untuk menimpaku—apa pun yang Tuhan lakukan—aku harus taat dan tetap pada posisiku sebagai makhluk ciptaan. Pertama dan terutama, aku harus menerapkan aspek kebenaran ini—ketaatan—aku harus menerapkannya dan hidup dalam kenyataan ketaatan kepada Tuhan. Selain itu, aku tidak boleh mengesampingkan apa yang telah Tuhan amanatkan kepadaku dan tugas yang harus kulaksanakan. Bahkan di akhir napasku, aku harus mempertahankan tugasku.' Bukankah ini arti menjadi kesaksian? Ketika engkau memiliki jenis tekad dan keadaan seperti ini, masih bisakah engkau mengeluh terhadap Tuhan? Tidak. Pada saat seperti itu, engkau akan berpikir, 'Tuhan memberiku napas ini, Dia telah membekali dan melindungiku selama ini, Dia telah mengambil banyak penderitaan dariku, memberiku banyak kasih karunia dan banyak kebenaran. Aku telah memahami kebenaran dan misteri yang tidak dipahami orang selama generasi ke generasi. Aku telah mendapatkan sangat banyak dari Tuhan, jadi aku harus membalas Tuhan! Sebelumnya, tingkat pertumbuhanku terlalu rendah, aku tidak memahami apa pun dan semua yang kulakukan menyakitkan bagi Tuhan. Aku mungkin tidak memiliki kesempatan lagi untuk membalas Tuhan di masa depan. Sebanyak apa pun waktu hidupku yang tersisa, aku harus memberikan sedikit kekuatan yang kumiliki dan melakukan apa yang bisa kulakukan untuk Tuhan sehingga Tuhan dapat melihat bahwa pembekalan-Nya untukku selama bertahun-tahun tidak sia-sia tetapi telah membuahkan hasil. Biarkan aku membawa penghiburan kepada Tuhan dan tidak lagi menyakiti atau mengecewakan-Nya.' Bagaimana kalau engkau berpikir seperti ini? Jangan berpikir tentang bagaimana menyelamatkan dirimu sendiri atau melarikan diri, berpikir, 'Kapan penyakit ini akan sembuh? Jika aku sembuh, aku akan melakukan yang terbaik untuk melaksanakan tugasku dan menjadi setia. Bagaimana aku bisa setia jika aku sakit? Bagaimana aku bisa melaksanakan tugas makhluk ciptaan?' Selama engkau memiliki napas, mampukah engkau melaksanakan tugasmu? Selama engkau memiliki napas, mampukah engkau untuk tidak mempermalukan Tuhan? Selama engkau memiliki napas, selama pikiranmu jernih, mampukah engkau untuk tidak mengeluh tentang Tuhan? (Ya.) Memang mudah untuk mengatakan 'mampu' sekarang, tetapi tidak akan begitu mudah ketika hal ini benar-benar terjadi kepadamu. Jadi, engkau harus mengejar kebenaran, sering berusaha keras menerapkan kebenaran, dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk berpikir, 'Bagaimana aku bisa memuaskan kehendak Tuhan? Bagaimana aku bisa membalas kasih Tuhan? Bagaimana aku bisa melaksanakan tugas makhluk ciptaan?' Apa arti makhluk ciptaan? Apakah tanggung jawab makhluk ciptaan hanyalah mendengarkan firman Tuhan? Tidak—tanggung jawabnya adalah menghidupi firman Tuhan. Tuhan telah memberimu begitu banyak kebenaran, begitu banyak jalan, dan begitu banyak hidup sehingga engkau dapat menghidupi hal-hal ini dan menjadi kesaksian bagi Dia. Inilah yang harus dilakukan oleh makhluk ciptaan, dan inilah tanggung jawab dan kewajibanmu" (Firman, Vol. 2, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Sering Membaca Firman Tuhan dan Merenungkan Kebenaran, Ada Jalan ke Depan"). Firman Tuhan membuatku tersentuh. Tuhan itu Sang Pencipta dan aku adalah makhluk ciptaan, jadi takdirku ada di tangan-Nya. Dia membiarkan penyakit itu menimpaku, hidup ataupun mati, aku harus tunduk kepada kedaulatan dan penataan Tuhan. Itu adalah alasan dasar yang harus dimiliki makhluk ciptaan. Dan tugas harus dijalankan oleh makhluk ciptaan. Kapan pun dan apa pun yang terjadi, selama aku masih bisa bernapas, aku harus bertugas. Aku menikmati banyak kasih Tuhan selama bertahun-tahun, tapi karena aku tak mengejar kebenaran, aku selalu memberontak dan menyakiti-Nya—aku banyak berutang kepada-Nya. Jadi selagi masih hidup, aku harus bertugas untuk membalas kasih Tuhan. Beberapa hari kemudian, aku selalu memikirkan cara bertugas dengan baik untuk memenuhi kehendak Tuhan. Saudari yang berpartner denganku baru saja bertugas dan tak tahu banyak tentang prinsip penyebaran Injil, jadi sejumlah masalah tiba-tiba muncul. Aku membantu dan membimbingnya secara online. Aku juga sering membaca firman Tuhan dengan tenang dan menyanyikan lagu pujian untuk Tuhan. Aku tetap batuk dan demam, tapi tak lagi dihalangi oleh sakitku, dan aku berhenti memikirkan apakah aku akan mati. Aku tahu takdirku ada di tangan Tuhan, dan lamanya aku hidup ditentukan oleh kedaulatan Tuhan. Aku akan bertugas dengan baik dan membalas kasih Tuhan sampai kapan pun Dia membiarkanku hidup, aku akan tunduk dan tak pernah mengeluh lagi sampai kapan pun Dia membuatku mati.
Suatu petang, aku terus-terusan batuk, tenggorokanku dipenuhi dahak, aku juga mengalami demam tinggi dan sekujur tubuhku sakit. Aku berbaring di tempat tidur, tak merasa nyaman dan terus gelisah, tak bisa tidur. Aku bertanya-tanya: "Apakah aku akan mati? Setelah aku tidur, akankah aku bangun lagi?" Memikirkan kematian membuatku sangat sebal, dan memikirkan bahwa suatu saat nanti aku tak berkesempatan untuk membaca firman Tuhan lagi membuatku terus menangis. Aku bangun, menyalakan komputer, dan membaca kutipan firman Tuhan ini: "Masa hidup setiap orang telah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan. Suatu penyakit mungkin di permukaan tampak mematikan dari sudut pandang medis, tetapi dari sudut pandang Tuhan, jika hidupmu masih harus terus berlanjut dan waktumu belum tiba, maka engkau tidak bisa mati bahkan sekalipun engkau menginginkannya. Jika Tuhan telah memberimu amanat dan misimu belum selesai, engkau bahkan tidak akan mati karena penyakit yang seharusnya bisa mematikan—Tuhan belum akan mengambilmu. Meskipun engkau tidak berdoa, tidak merawat dirimu, tidak memperhatikan penyakitmu dengan serius, atau mencari pengobatan—seolah-olah engkau telah menunda pengobatanmu—engkau tidak bisa mati. Hal ini terutama berlaku bagi mereka yang telah menerima amanat dari Tuhan: jika misi mereka belum selesai, penyakit apa pun yang menimpa mereka, mereka tidak bisa langsung mati; mereka harus hidup sampai saat terakhir misi tersebut diselesaikan. Apakah engkau percaya akan hal ini? ... Sebenarnya, apakah engkau berusaha untuk menawar lebih banyak waktu, atau sama sekali tidak menganggap serius penyakitmu, dari sudut pandang Tuhan, jika engkau mampu melaksanakan tugasmu dan masih berguna, jika Tuhan telah memutuskan bahwa engkau akan dipakai, maka engkau tidak akan mati. Engkau tidak akan bisa mati meskipun engkau menginginkannya. Namun, jika engkau membuat masalah, dan melakukan segala macam perbuatan jahat, dan menyinggung watak Tuhan, engkau akan mati dengan cepat; hidupmu akan dipersingkat. Masa hidup setiap orang ditentukan oleh Tuhan sebelum penciptaan dunia. Jika mereka mampu menaati pengaturan dan penataan Tuhan, maka entah mereka mengidap penyakit atau tidak, atau entah mereka dalam keadaan sehat atau sakit, mereka akan hidup sesuai masa hidup yang telah ditentukan dari semula oleh Tuhan. Apakah engkau percaya akan hal ini?" (Firman, Vol. 2, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Saat membaca firman Tuhan, aku bisa merasakan kasih dan rahmat-Nya, dan hatiku terasa hangat. Aku lebih memahami kehendak Tuhan. Aku bisa lahir di akhir zaman, percaya kepada Tuhan dan bertugas itu semua ditentukan oleh Tuhan dan merupakan misi dari-Nya. Jika misiku selesai, aku pasti mati meski aku tak sakit. Sebaliknya, aku tak akan mati meski aku terkena penyakit mematikan. Aku tak tahu apa yang menungguku, yang kutahu, aku harus memasrahkan hidupku di tangan Tuhan dan mengikuti pengaturan-Nya. Memikirkan bahwa aku bisa mati sewaktu-waktu, aku sangat ingin bicara dengan Tuhan lagi dari hati. Aku bersujud dan berdoa kepada-Nya, "Ya Tuhan! Terima kasih telah memilihku untuk datang ke rumah-Mu dan membolehkanku mendengar suara-Mu. Mendapat penyiraman dan pasokan dari banyak firman-Mu membuatku belajar banyak kebenaran dan mengetahui prinsip untuk menjadi manusia. Kurasa hidupku tak sia-sia. Tapi aku sangat rusak, dan aku selalu memberontak dan menyakiti-Mu. Aku tak mengejar kebenaran dengan baik atau bertugas dengan tulus untuk membalas kasih-Mu. Aku juga tak pernah memberi-Mu kenyamanan. Aku banyak berutang kepada-Mu. Aku tak tahu apakah aku berkesempatan lebih untuk membalas kasih-Mu. Jika aku hidup, aku ingin benar-benar mengejar kebenaran dan bertugas untuk memuaskan-Mu ...."
Malam itu, aku tiba-tiba tertidur. Begitu bangun keesokan harinya, aku benar-benar tenang, seperti tak pernah sakit. Tenggorokanku normal, tanpa kelebihan dahak. Aku segera mengukur suhuku dan tahu itu sudah normal lagi. Aku sangat tersentuh, dan tahu ini adalah rahmat dan perlindungan Tuhan. Meski aku menunjukkan banyak pemberontakan dan perlawanan saat aku terkena virus korona, Tuhan tak memperlakukanku sesuai dengan pelanggaranku, tapi masih melindungiku. Aku tak bisa menahan air mata, dan aku mengucapkan syukur dan pujian kepada Tuhan.
Dua bulan berlalu dan suhuku selalu normal. Virus itu tak kambuh lagi, dan tiba-tiba aku sembuh total. Banyak orang telah meninggal di pandemi ini, dan aku bisa bertahan semata-mata karena kepedulian dan penyelamatan menakjubkan Tuhan. Terinfeksi virus ini menunjukkan motif dan kepalsuan dalam iman dan tugasku, jadi aku bisa melihat motif jahatku untuk membuat kesepakatan dengan Tuhan demi berkat, aku menjadi sadar dan membenci diriku sendiri. Selain itu, aku mendapat pengalaman nyata dan pemahaman tentang watak benar dan kudus Tuhan, dan punya ketundukan pada kedaulatan dan penataan Tuhan. Aku mengalami beberapa pemurnian dan penderitaan dalam situasi ini, tapi aku mendapat banyak untung, yang tak bisa kudapatkan di situasi nyaman. Tiap kali kupikirkan kembali apa yang kupetik dari pengalaman ini, aku dipenuhi rasa syukur dan pujian kepada Tuhan. Kupanjatkan syukur kepada Tuhan atas kasih dan penyelamatan-Nya.