93. Kerja Sama yang Harmonis adalah Kunci dalam Tugas
Pada musim panas 2020, aku dan Saudari Audrea membuat video di gereja. Pada waktu itu, aku bertanggung jawab mengatur tugas. Aku mengatur agar Audrea melakukan tugas-tugas sederhana, sementara aku mengerjakan tugas-tugas penting. Kupikir aku bisa mengerjakannya sendiri karena sebelumnya aku selalu menyelesaikan tugas-tugas utama sendirian. Pengalamanku lebih banyak daripada Audrea, jadi kurasa dia tak perlu dilibatkan dalam tugas-tugas itu. Lagi pula, jika itu kulakukan sendirian, akulah yang akan dipuji, yang akan lebih menonjolkan kemampuanku dan saudara-saudariku akan menghormatiku. Belakangan, beban kerjaku meningkat tajam, jadi aku lembur setiap hari. Terkadang, Audrea tidur lebih awal sementara aku masih bekerja, aku bangun lebih pagi daripadanya, dan merasa sangat lelah. Namun, aku tak ingin membagikan bebanku kepadanya. Aku selalu menyelesaikan tugas-tugasku sendirian, jadi jika dia membantu menangani beban tugasku, saudara-saudari pasti akan menganggap kemampuan kerjaku buruk, itu akan memalukan. Terkadang kupikir, jika aku membiarkan Audrea membantu, segalanya akan berjalan lebih cepat, aku tak akan terlalu sibuk, dan hasilnya lebih baik daripada jika melakukannya sendiri. Namun, saat berpikir aku harus berbagi pujian dengannya, aku merasa tak puas. Jadi, aku tak pernah membiarkan Audrea berpartisipasi dalam tugas-tugasku. Pada waktu itu, aku tidak merenungkan diriku sampai suatu hari, saat seorang saudari memberitahuku Audrea tidak terbeban dalam tugasnya dan memintaku bersekutu dengannya, aku lalu berpikir, "Apa tidak terbebannya Audrea ada hubungannya denganku? Aku sangat sibuk setiap hari, aku tahu dia punya waktu, tetapi tidak memberinya tugas-tugas baru, yang membuatnya menganggur." Samar-samar kusadari tindakanku salah, dan jika aku melakukan pekerjaan sendirian, aku akan menunda pekerjaan gereja. Namun, kupikir aku bisa mengatasinya dengan berusaha bekerja lebih keras, jadi aku mendiamkannya. Meskipun sadar niatku salah, aku masih tak bisa melepaskannya, dan ini terasa sangat menyakitkan, jadi aku berdoa memohon agar Tuhan membimbingku meninggalkan niatku yang keliru.
Selama waktu teduhku, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Meskipun para pemimpin dan pekerja memiliki rekan sekerja, dan semua orang yang melakukan tugas apa pun memiliki rekan sekerja, antikristus yakin bahwa mereka memiliki kualitas yang baik dan lebih baik daripada orang kebanyakan sehingga orang kebanyakan tidak layak menjadi rekan sekerja mereka, dan semuanya lebih rendah daripada mereka. Inilah sebabnya antikristus suka menjadi penentu keputusan dan tidak suka mendiskusikan segala sesuatu dengan orang lain. Mereka pikir melakukan hal itu membuat mereka terlihat seperti seorang inkompeten yang tidak berguna. Sudut pandang macam apa ini? Watak macam apa ini? Apakah ini watak yang congkak? Mereka menganggap bekerja sama dan mendiskusikan segala sesuatu dengan orang lain, bertanya kepada mereka dan mencari dari mereka, adalah tidak bermartabat dan merendahkan, suatu penghinaan terhadap harga diri mereka. Jadi, untuk melindungi harga dirinya, mereka tidak memiliki transparansi dalam apa pun yang mereka lakukan, mereka juga tidak memberi tahu orang lain tentang hal itu, apalagi mendiskusikannya dengan mereka. Menurut mereka berdiskusi dengan orang lain berarti memperlihatkan diri mereka tidak kompeten; menurut mereka selalu meminta pendapat orang lain berarti mereka bodoh dan tidak mampu berpikir sendiri; menurut mereka bekerja bersama orang lain dalam menyelesaikan sebuah tugas atau menyelesaikan beberapa masalah membuat mereka tampak tidak berguna. Bukankah ini adalah mentalitas mereka yang congkak dan absurd? Bukankah ini adalah watak rusak mereka? Kecongkakan dan sikap merasa diri benar di dalam diri mereka terlalu jelas; mereka telah kehilangan semua nalar manusia normal, dan mereka tidak sehat secara mental. Mereka selalu berpikir bahwa mereka memiliki kemampuan, mampu menyelesaikan segala sesuatu seorang diri, dan tidak perlu bekerja sama dengan orang lain. Karena mereka memiliki watak yang rusak seperti itu, mereka tak mampu mencapai kerja sama yang harmonis. Mereka yakin bahwa bekerja sama dengan orang lain berarti melemahkan dan memecah-belah kekuasaan mereka, bahwa ketika pekerjaan dibagi dengan orang lain, kekuasaan mereka sendiri berkurang dan mereka tak bisa memutuskan sendiri segala sesuatunya, yang berarti mereka tidak memiliki kekuasaan nyata, yang bagi mereka merupakan kerugian besar. Jadi, apa pun yang terjadi pada diri mereka, jika mereka yakin bahwa mereka mengerti dan bahwa mereka tahu cara yang tepat untuk menanganinya, mereka tidak akan mendiskusikannya dengan orang lain, dan mereka yang akan mengambil semua keputusan. Mereka akan lebih memilih melakukan kesalahan daripada membiarkan orang lain tahu, mereka akan lebih memilih untuk salah daripada berbagi kekuasaan dengan orang lain, dan mereka akan lebih memilih diberhentikan daripada membiarkan orang lain ikut campur dalam pekerjaan mereka. Inilah antikristus itu. Mereka lebih suka merugikan kepentingan rumah Tuhan, lebih suka mempertaruhkan kepentingan rumah Tuhan, daripada berbagi kekuasaan dengan orang lain. Menurut mereka, saat mereka sedang melakukan suatu pekerjaan atau menangani suatu masalah, ini bukanlah pelaksanaan tugas, melainkan kesempatan untuk memamerkan diri dan untuk lebih menonjol daripada orang lain, dan kesempatan untuk menunjukkan kekuasaan. Oleh karena itu, meskipun mereka berkata bahwa mereka akan bekerja sama secara harmonis dengan orang lain dan mereka akan mendiskusikan masalah apa pun yang muncul bersama orang lain, sebenarnya, di lubuk hatinya, mereka tidak rela menyerahkan kekuasaan atau status mereka. Menurut mereka asalkan mereka memahami beberapa doktrin dan mampu melakukannya seorang diri, mereka tidak perlu bekerja sama dengan siapa pun; menurut mereka, tugas itu haruslah dilaksanakan dan diselesaikan seorang diri, dan hanya inilah yang membuat mereka cakap. Apakah pandangan ini benar? Mereka tidak tahu jika mereka melanggar prinsip, mereka tidak melakukan tugas mereka, mereka tidak mampu melaksanakan amanat Tuhan, dan mereka hanya mengerahkan tenaga. Alih-alih mencari prinsip-prinsip kebenaran ketika melakukan tugasnya, mereka menggunakan kekuasaan sesuai dengan pemikiran dan niat mereka, pamer, dan memamerkan diri mereka sendiri. Siapa pun rekan sekerja mereka atau apa pun yang mereka lakukan, mereka tidak pernah mau mendiskusikan segala sesuatu, mereka selalu ingin bertindak sendiri, dan selalu ingin menjadi penentu keputusan. Mereka jelas bermain-main dengan kekuasaan dan menggunakan kekuasaan untuk melakukan segala sesuatu. Antikristus semuanya menyukai kekuasaan, dan ketika mereka memiliki status, mereka menginginkan lebih banyak kekuasaan. Ketika mereka memiliki kekuasaan, antikristus cenderung menggunakan status mereka untuk pamer dan memamerkan diri mereka sendiri, sehingga membuat orang lain mengagumi mereka dan mencapai tujuan mereka untuk terlihat paling menonjol. Oleh karena itu, antikristus sangat mementingkan kekuasaan dan status, dan tidak akan pernah melepaskan kekuasaan mereka, selamanya" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Delapan: Mereka Akan Menyuruh Orang Lain Hanya Tunduk kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Satu)"). Dalam firman Tuhan, kulihat antikristus punya watak sangat congkak dan tak mau bekerja sama dengan siapa pun. Mereka mengira jika berbagi pekerjaan dengan orang lain, mereka akan terlihat tidak cakap, kekuasaan mereka akan tersebar, dan mereka tidak akan dikagumi orang lain. Jadi, mereka lebih suka pekerjaan gereja dirugikan daripada berbagi pekerjaan dengan orang lain. Aku merenungkannya dan sadar aku juga sama. Aku tak ingin Audrea ambil bagian dalam tugas-tugasku karena takut partisipasinya akan membuatku tampak tak cakap dan merusak citraku, jadi kukerjakan semuanya sendirian. Akibatnya, aku kelelahan, dan pekerjaan tertunda. Aku benar-benar terlalu congkak dan tak masuk akal! Pekerjaan apa pun yang ada di gereja, tak seorang pun bisa melakukannya sendirian. Semua orang butuh rekan dan bantuan, saudara-saudari perlu satu hati bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan, karena tak ada manusia yang sempurna. Setinggi apa pun kualitas, anugerah, dan bakat mereka, setiap orang punya kekurangan dan kelemahan, kita harus belajar melepaskan diri dan bekerja sama dengan rekan kita untuk melaksanakan tugas kita dengan baik. Namun, aku memiliki watak yang congkak. Aku terlalu ambisius dalam tugasku, aku menginginkan semua pujian, dan ingin orang lain mengagumiku. Aku lebih memilih menunda pekerjaan gereja daripada membiarkan orang lain bergabung atau ikut campur dalam pekerjaanku. Dengan melakukan tugasku dengan cara ini, berarti aku tidak melakukan pekerjaan yang baik, aku sedang melakukan kejahatan! Saat menyadari hal ini, aku merasa sangat sedih, jadi aku berdoa di hadapan Tuhan, "Tuhan, aku terlalu congkak, dan tidak memiliki kemanusiaan dan nalar. Aku ingin bertobat. Bimbinglah aku untuk mengenal diriku sendiri."
Suatu hari aku mencari bagian firman Tuhan yang berkaitan dengan keadaanku, dan menemukan bagian ini: "Apa yang harus orang lakukan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik? Orang harus mulai melaksanakannya dengan segenap hati dan segenap kekuatannya. Menggunakan segenap hati dan kekuatan berarti selalu mencurahkan segenap pikiran dalam melaksanakan tugas mereka dan tidak membiarkan hal-hal lain menguasai pikiran mereka, kemudian menggunakan kekuatan yang dia miliki, mengerahkan segenap kekuatannya itu, dan memanfaatkan kualitas, karunia, kelebihan mereka, dan hal-hal yang mereka pahami untuk mengemban tugas itu. Jika engkau berkemampuan untuk mengerti dan memahami, dan memiliki gagasan yang baik, engkau harus menyampaikannya kepada orang lain. Inilah yang dimaksud dengan bekerja sama secara harmonis. Dengan cara ini engkau akan melaksanakan tugasmu dengan baik, dan engkau akan mendapatkan hasil memuaskan dalam pelaksanaan tugasmu. Jika engkau ingin menanggung semuanya sendiri, jika engkau selalu ingin melakukan hal-hal hebat sendirian, jika engkau selalu ingin dirimu yang menjadi pusat perhatian dan bukan orang lain, apakah itu berarti engkau sedang melaksanakan tugasmu? Yang sedang kaulakukan itu disebut kediktatoran; itu artinya pamer. Itu adalah perilaku jahat, bukan pelaksanaan tugas. Tak seorang pun, apa pun kelebihan, karunia, atau bakat khusus mereka, dapat melakukan semua pekerjaan sendiri; mereka harus belajar bekerja sama secara harmonis jika ingin melaksanakan pekerjaan gereja dengan baik. Itulah sebabnya, kerja sama yang harmonis adalah prinsip penerapan untuk orang gunakan dalam melaksanakan tugasnya. Asalkan engkau mencurahkan segenap hatimu, segenap kekuatanmu, dan seluruh keloyalanmu, serta melakukan semua yang bisa kaulakukan, itu berarti engkau sedang melaksanakan tugasmu dengan baik. Jika engkau memiliki pemikiran atau gagasan tertentu, sampaikanlah itu kepada orang lain; jangan menahan atau menyembunyikannya—jika engkau memiliki saran, sampaikan itu; gagasan siapa pun yang sesuai dengan kebenaran harus diterima dan dipatuhi. Lakukan ini, dan engkau akan mencapai kerja sama yang harmonis. Inilah yang dimaksud dengan melaksanakan tugas dengan loyal. Dalam melaksanakan tugasmu, engkau tidak diharuskan untuk menanggung semuanya sendiri, juga tidak diharuskan untuk bekerja mati-matian, atau menjadi 'satu-satunya bunga yang mekar' atau seorang yang mandiri; sebaliknya, engkau diharuskan untuk belajar caranya bekerja sama dengan orang lain secara harmonis, dan melakukan semua yang bisa kaulakukan, memenuhi tanggung jawabmu, mengerahkan segenap kekuatanmu. Itulah artinya melaksanakan tugas. Melaksanakan tugasmu berarti menggunakan secara maksimal kekuatan dan terang yang kau miliki untuk mencapai hasil. Itu sudah cukup. Jangan selalu berusaha untuk pamer, selalu mengatakan hal-hal yang terdengar muluk, melakukan berbagai hal sendiri. Engkau harus belajar bagaimana bekerja dengan orang lain, dan engkau harus lebih berfokus mendengarkan saran orang lain dan menemukan kelebihan mereka. Dengan cara ini, bekerja sama secara harmonis menjadi mudah. Jika engkau selalu berusaha untuk pamer dan menjadi penentu keputusan, itu artinya engkau tidak bekerja sama secara harmonis. Apa yang sedang kaulakukan? Engkau sedang menimbulkan kekacauan dan melemahkan orang lain. Menimbulkan kekacauan dan melemahkan orang lain berarti memainkan peran Iblis; itu bukan pelaksanaan tugas. Jika engkau selalu melakukan hal-hal yang menimbulkan kekacauan dan melemahkan orang lain, sebanyak apa pun upayamu atau kepedulianmu, Tuhan tidak akan mengingatnya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Saat merenungkan firman Tuhan, aku merasa malu. Firman Tuhan menyingkap keadaanku. Untuk pamer, memantapkan kedudukanku, dan dihormati, aku ingin melakukan pekerjaan video sendirian, tidak mengizinkan Audrea berpartisipasi. Kupikir jika Audrea terlibat, pujian untukku akan dirampas. Dengan demikian, aku tak punya modal untuk kupamerkan, dan tidak mungkin bagiku untuk memperoleh kekaguman orang lain. Kupikir aku akan kehilangan kesempatan. Aku tahu beban kerjanya berat, bahwa aku akan menyebabkan penundaan jika mengerjakannya sendiri, dan jika Audrea terlibat, pekerjaan akan lebih cepat selesai dan hasilnya akan lebih baik. Aku juga tahu aku menangani sebagian besar pekerjaan tim, bahwa dia sering menganggur dan tidak punya pekerjaan, dan bahwa keadaannya terpengaruh, tetapi aku tetap tak mau membagikan bebanku kepadanya. Aku ingin melakukan pekerjaan itu sendirian agar aku memperoleh semua pujian, dan juga membuktikan bahwa aku memiliki keterampilan teknis dan profesional yang baik. Satu-satunya yang kupikirkan sepanjang waktu adalah status dan reputasiku. Aku sama sekali tidak memikirkan pekerjaan gereja dan tidak memedulikan perasaan saudariku. Aku tak punya hati nurani atau kemanusiaan! Di luarnya, aku terlihat bangun pagi dan bekerja keras setiap hari, seolah-olah mampu menanggung beban, menderita, dan membayar mahal, padahal sebenarnya, aku sedang mengejar misi pribadi, memuaskan ambisi dan hasratku sendiri. Aku sama sekali tidak memenuhi tugasku sebagai makhluk ciptaan. Aku mengganggu pekerjaan gereja dengan dalih melakukan tugasku, tetapi melakukan kejahatan. Aku juga menempuh jalan antikristus.
Kemudian, aku membaca dua bagian lagi dari firman Tuhan: "Ketika Tuhan menuntut agar orang-orang melaksanakan tugas mereka dengan baik, Dia tidak meminta mereka untuk menyelesaikan sejumlah tugas atau melakukan upaya besar apa pun, atau melakukan hal-hal besar apa pun. Yang Tuhan inginkan adalah agar orang melakukannya semampu mereka dengan praktis dan realistis, dan hidup sesuai dengan firman-Nya. Tuhan tidak menginginkanmu menjadi orang yang hebat atau mulia, atau melakukan mukjizat apa pun, dan Dia juga tidak ingin melihat kejutan yang menyenangkan dalam dirimu. Dia tidak membutuhkan hal-hal seperti itu. Yang Tuhan butuhkan adalah agar engkau dengan teguh melakukan penerapan sesuai dengan firman-Nya. Ketika engkau mendengarkan firman Tuhan, lakukanlah apa yang telah kaupahami, laksanakanlah apa yang telah kaupahami, ingatlah baik-baik apa yang telah kaudengar, dan kemudian, ketika tiba waktunya untuk menerapkannya, terapkanlah sesuai dengan firman Tuhan. Biarkan semua itu menjadi hidupmu, menjadi kenyataanmu, dan menjadi apa yang kaujalani. Dengan demikian, Tuhan akan dipuaskan. Engkau selalu mencari kebesaran, kemuliaan, dan status; engkau selalu mencari keagungan. Bagaimana perasaan Tuhan ketika Dia melihat hal seperti ini? Dia membencinya, dan Dia akan menjauhkan diri-Nya darimu. Makin engkau mengejar hal-hal seperti kebesaran, kemuliaan, dan menjadi lebih unggul daripada orang lain, terkemuka, luar biasa, dan patut diperhatikan, makin Tuhan menganggapmu menjijikkan. Jika engkau tidak merenungkan dirimu sendiri dan bertobat, Tuhan akan membencimu dan meninggalkanmu. Janganlah menjadi seseorang yang menurut Tuhan menjijikkan; jadilah orang yang Tuhan kasihi. Jadi, bagaimana orang dapat memperoleh kasih Tuhan? Dengan menerima kebenaran secara patuh, berdiri pada posisi sebagai makhluk ciptaan, bertindak berdasarkan firman Tuhan dengan jujur dan terbuka, melaksanakan tugas dengan benar, menjadi orang yang jujur, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia. Ini sudah cukup, Tuhan akan dipuaskan. Orang tidak boleh berambisi atau memiliki impian yang tidak realistis, mencari ketenaran, keuntungan, dan status atau ingin terlihat paling menonjol. Terlebih lagi, mereka tidak boleh berusaha menjadi orang yang hebat atau manusia super, unggul di antara manusia dan membuat orang lain memuja mereka. Itu adalah keinginan manusia yang rusak, dan ini adalah jalan Iblis; Tuhan tidak menyelamatkan orang-orang semacam itu. Jika orang-orang tak henti-hentinya mengejar ketenaran, keuntungan, dan status dan tidak mau bertobat, maka tidak ada harapan bagi mereka, dan hanya satu kesudahannya: mereka akan disingkirkan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). "Standar apa yang digunakan untuk menilai apakah tindakan dan perbuatan seseorang itu baik atau jahat? Lihatlah apakah mereka, dalam pemikiran, penyingkapan, dan tindakan mereka, memiliki kesaksian dalam hal menerapkan kebenaran dan hidup dalam kenyataan kebenaran atau tidak. Jika engkau tidak memiliki kenyataan ini atau tidak hidup di dalamnya, maka tidak diragukan lagi, engkau adalah seorang pelaku kejahatan. Bagaimana Tuhan memandang pelaku kejahatan? Bagi Tuhan, pemikiran dan tindakan lahiriahmu tidak menjadi kesaksian bagi-Nya, juga tidak mempermalukan atau mengalahkan Iblis; sebaliknya, pemikiran dan tindakan lahiriahmu mempermalukan Dia, dan penuh dengan tanda-tanda yang memperlihatkan bahwa engkau tidak menghormati Dia. Engkau tidak bersaksi bagi Tuhan, engkau tidak mengorbankan dirimu untuk Tuhan, engkau juga tidak memenuhi tanggung jawab dan kewajibanmu kepada Tuhan; sebaliknya, engkau bertindak demi kepentinganmu sendiri. Apakah sebenarnya arti 'demi kepentinganmu sendiri'? Tepatnya, itu berarti demi Iblis. Karena itu, pada akhirnya, Tuhan akan berkata, 'Pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan.' Di mata Tuhan, tindakanmu tidak akan dianggap perbuatan baik, tetapi akan dianggap perbuatan jahat. Semua itu bukan saja gagal mendapatkan perkenanan Tuhan—semua itu akan dikutuk. Apa yang dapat diperoleh orang yang percaya kepada Tuhan dengan cara seperti itu? Bukankah kepercayaan seperti itu pada akhirnya akan sia-sia?" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Dari firman Tuhan, aku mengerti kehendak Tuhan. Sebenarnya, tuntutan Tuhan terhadap manusia itu sederhana. Tuhan tak ingin orang melakukan hal besar atau banyak perbuatan dahsyat, Tuhan pun tidak meminta kita menjadi orang yang luar biasa atau hebat. Tuhan hanya ingin kita berdiri di posisi makhluk ciptaan, mengejar kebenaran secara nyata, melakukan tugas sebaik mungkin, dan hidup berdasarkan firman Tuhan. Tuhan menilai apakah kita memenuhi syarat dalam menjalankan tugas atau tidak bukan berdasarkan besarnya pencapaian atau kontribusi kita, melainkan apakah motif kita dalam bertindak mempertimbangkan kehendak Tuhan, dan apakah kita berusaha yang terbaik. Hanya jika kita punya motif yang benar dan mengambil jalan yang benar, kita akan bisa memiliki kesaksian dalam tugas kita. Jika orang melaksanakan tugas hanya untuk memuaskan ambisi dan keinginan mereka sendiri, sebanyak apa pun usaha yang dilakukan atau sebanyak apa pun kontribusi mereka, akhirnya, mereka akan dibenci dan disingkirkan oleh Tuhan. Aku sadar aku selalu ingin memperoleh semua pujian dalam tugasku. Watak congkak membuatku ingin melakukan semua pekerjaan, tidak bekerja sama dengan rekan kerjaku. Aku bekerja keras dan membuat diriku lelah agar orang lain menghormatiku. Tak satu pun upayaku bertujuan memuaskan Tuhan, semuanya adalah untuk memuaskan hasrat dan ambisi pribadiku. Meskipun aku mencapai beberapa hal, dan mendapatkan kekaguman dan penerimaan orang lain, apa gunanya? Tak satu pun dari itu berarti aku melakukan tugas dengan layak. Sebaliknya, aku bertindak berdasarkan watak jahatku, mengerjakan pekerjaan sendirian, menunda kemajuan pekerjaan video, dan mengganggu pekerjaan gereja. Pada akhirnya, aku akan ditolak dan disingkirkan oleh Tuhan. Sebenarnya, bekerja sama dengan Audrea akan menutupi kekuranganku dalam tugas. Dia sangat berfokus dalam belajar, bersedia belajar, dan keterampilannya berkembang pesat, sedangkan aku tidak berfokus mempelajari keterampilan, dan hanya mengandalkan pengalamanku. Meskipun telah lama melaksanakan tugas ini, keterampilanku tidak banyak meningkat. Selain itu, pemikiran orang selalu tidak sama persis. Orang yang sadar diri bisa melepaskan diri dalam tugas dan bersedia bekerja bersama orang lain demi bertugas dengan baik. Inilah nalar yang harus kita miliki dan cara penerapan kita. Namun, aku congkak, merasa benar, dan menginginkan status. Aku tak ingin melepaskan kepentinganku dan bekerja bersama saudariku. Semua itu berdampak pada kemajuan dan hasil pekerjaan. Jika aku bekerja sama dengan dia sebelumnya, dan kami saling membantu, hasil pekerjaan akan jauh lebih baik. Makin merenungkannya, makin kusadari bahwa aku terlalu congkak dan tak punya kemanusiaan, dan aku membenci diriku dan menyesali tindakanku. Aku tak ingin melakukan tugas dengan niat-niat ini. Aku berdoa di hadapan Tuhan, "Tuhan, aku selalu melakukan tugas dengan ambisi, melakukan semua hal demi ketenaran dan status pribadi. Aku tak ingin mengejar seperti ini lagi. Aku ingin bertobat, melepaskan niat keliruku, dan bekerja sama dengan saudariku untuk melaksanakan tugasku dengan baik."
Selama saat teduhku pagi berikutnya, aku membaca firman Tuhan ini: "Mereka yang mampu menerapkan kebenaran mampu menerima pemeriksaan Tuhan dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Ketika engkau menerima pemeriksaan Tuhan, hatimu akan menjadi lurus. Jika engkau hanya pernah melakukan sesuatu supaya dilihat orang lain, dan selalu ingin mendapatkan pujian dan kekaguman orang lain, dan engkau tidak mau menerima pemeriksaan Tuhan, apakah Tuhan masih ada di dalam hatimu? Orang-orang semacam itu tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu mempertimbangkan kepentinganmu sendiri; jangan mempertimbangkan kepentingan manusia, dan jangan memikirkan harga diri, reputasi, dan statusmu sendiri. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritasmu. Engkau harus memikirkan maksud-maksud Tuhan dan memulainya dengan merenungkan apakah ada ketidakmurnian dalam pelaksanaan tugasmu, apakah engkau selama ini loyal, memenuhi tanggung jawabmu, dan mengerahkan segenap kemampuanmu atau tidak, dan apakah engkau selama ini memikirkan tugasmu dan pekerjaan gereja dengan segenap hatimu atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Jika engkau sering memikirkannya dan memahaminya, akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik. Jika kualitasmu buruk, jika pengalamanmu dangkal, atau jika engkau tidak cakap dalam pekerjaanmu, berarti mungkin ada beberapa kesalahan atau kekurangan dalam pekerjaanmu, dan engkau mungkin tidak akan memperoleh hasil yang baik—tetapi engkau telah berusaha sebaik mungkin. Engkau tidak memuaskan kehendak atau keinginan egoismu sendiri. Sebaliknya, engkau terus-menerus mempertimbangkan pekerjaan gereja dan kepentingan rumah Tuhan. Meskipun engkau mungkin tidak memperoleh hasil yang baik dalam tugasmu, hatimu telah diluruskan; jika, di atas segalanya, engkau dapat mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam tugasmu, engkau akan memenuhi standar dalam pelaksanaan tugasmu, dan pada saat yang sama, engkau akan mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kesaksian" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Setelah merenungkan firman Tuhan, kutemukan jalan penerapannya. Untuk melakukan tugas, kita harus melepaskan kepentingan kita sendiri dan memikirkan kepentingan gereja. Meskipun reputasi atau statusmu dirugikan, yang penting adalah melindungi pekerjaan gereja dan memenuhi tugasmu. Setelah memahami kehendak Tuhan, aku tak lagi memikirkan pendapat orang lain tentangku. Aku hanya memikirkan cara memenuhi tugasku dengan baik dan memuaskan Tuhan. Jadi, aku membagikan sebagian tugasku kepada Audrea, dan dia langsung setuju. Tak lama kemudian, keadaan Audrea berbalik, dia tidak sepasif sebelumnya, dan kami bisa menyelesaikan tunggakan pekerjaan. Setelah ini, aku merasa sangat nyaman. Aku juga sadar betapa baiknya menerapkan kebenaran dan bekerja sama secara harmonis dalam tugas.
Tak lama kemudian, kami menerima tugas baru. Tanpa kusadari, aku berpikir, "Jika aku mengerjakannya sendirian, aku tak perlu berbagi pujian. Dengan kemampuanku, aku bisa melakukannya sendiri. Aku tak perlu melibatkan Audrea. Aku akan terlihat tidak kompeten jika dia juga berpartisipasi dalam tugas ini. Semua saudara-saudariku akan menertawakanku." Memikirkan itu, aku ingin menangani tugas itu sendirian. Saat itu, aku sadar niatku salah. Aku masih bertindak untuk memuaskan kepentingan pribadi. Aku teringat firman Tuhan: "Jika di dalam hatimu, engkau masih berfokus pada gengsi dan status, masih sibuk pamer dan membuat orang lain menghormatimu, itu artinya engkau bukan orang yang mengejar kebenaran, dan engkau sedang menempuh jalan yang salah. Yang kaukejar bukanlah kebenaran, juga bukan hidup, melainkan hal-hal yang kaucintai, yaitu ketenaran, keuntungan, dan status—yang berarti apa pun yang kaulakukan tidak ada kaitannya dengan kebenaran, semua itu adalah perbuatan jahat, dan hanya berjerih payah" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Perilaku yang Baik Bukan Berarti Watak Orang Telah Berubah"). Firman Tuhan menyadarkanku. Aku selalu tanpa sadar melakukan hal-hal yang egois. Aku sangat picik dan mementingkan diri. Aku membenci diriku karena terlalu rusak, ingin meninggalkan niat salahku dan menerapkan kebenaran. Jadi, aku minta Audrea berpartisipasi dalam tugas baru itu bersamaku. Sejak saat itu, saat tiba waktunya membagi tugas, aku selalu berkonsultasi dengan Audrea dan meminta pendapatnya, lalu saat ingin mengambil semua pekerjaan karena ingin memperoleh semua pujian, aku secara sadar menyangkal diriku, dan memberikan pekerjaan kepada Audrea berdasarkan kebutuhan tugas. Aku merasa damai dan nyaman menerapkan ini.
Setelah melewati pengalaman ini, sekarang aku sedikit memahami tentang watak Iblis dalam diriku. Aku juga sadar bahwa kerja sama yang harmonis adalah kunci untuk mampu melaksanakan tugasku dengan baik. Kita tak mungkin mampu melaksanakan tugas dengan baik sendirian. Hanya dengan bekerja sama secara harmonis, barulah kita bisa mendapat tuntunan Roh Kudus.