Inkarnasi
Firman Tuhan Harian: Kutipan 99
"Inkarnasi" adalah penampakan Tuhan dalam daging; Tuhan bekerja di antara manusia ciptaan-Nya dalam rupa manusia. Jadi, agar Tuhan berinkarnasi, pertama-tama Dia harus menjadi daging, daging dengan kemanusiaan yang normal; ini adalah prasyarat paling mendasar. Faktanya, implikasi dari inkarnasi Tuhan adalah bahwa Tuhan hidup dan bekerja dalam daging, Tuhan di dalam esensi-Nya menjadi daging, menjadi seorang manusia. Kehidupan dan pekerjaan inkarnasi-Nya dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap yang pertama adalah kehidupan yang dijalani-Nya sebelum melakukan pelayanan-Nya. Dia hidup dalam keluarga manusia biasa, dalam kemanusiaan yang sepenuhnya normal, menaati nilai-nilai moral dan hukum normal kehidupan manusia, dengan kebutuhan manusia normal (makanan, pakaian, tempat tinggal, tidur), kelemahan manusia normal, dan emosi manusia normal. Dengan kata lain, selama tahap pertama ini, Dia hidup dalam kemanusiaan non-ilahi dan sepenuhnya normal, terlibat dalam semua kegiatan manusia normal. Tahap kedua adalah kehidupan yang Dia jalani setelah Dia mulai melakukan pelayanan-Nya. Dia masih berdiam dalam kemanusiaan biasa dengan wujud manusia yang normal, tidak menunjukkan tanda-tanda supranatural yang kasat mata. Namun, Dia hidup murni demi pelayanan-Nya, dan selama periode ini, kemanusiaan-Nya yang normal sepenuhnya ada untuk menopang pekerjaan keilahian-Nya yang normal, karena pada saat itu kemanusiaan-Nya yang normal telah dewasa sehingga dapat melakukan pelayanan-Nya. Jadi, tahap kedua dari kehidupan-Nya adalah melakukan pelayanan-Nya dalam kemanusiaan-Nya yang normal, yaitu kehidupan di mana Dia menjalani kemanusiaan yang normal dan sekaligus keilahian yang utuh. Alasan mengapa selama tahap pertama kehidupan-Nya, Dia hidup dalam kemanusiaan yang sepenuhnya biasa adalah karena kemanusiaan-Nya belum mampu menanggung keseluruhan pekerjaan ilahi, belum dewasa; hanya setelah kemanusiaan-Nya tumbuh dewasa dan mampu memikul pelayanan-Nya, barulah Dia dapat mulai melakukan pelayanan yang harus dilakukan-Nya. Karena Dia, sebagai daging, perlu bertumbuh dan menjadi dewasa, tahap pertama kehidupan-Nya adalah kehidupan kemanusiaan yang normal—sedangkan dalam tahap kedua, karena kemanusiaan-Nya sudah mampu menanggung pekerjaan-Nya dan melakukan pelayanan-Nya, kehidupan yang dijalani oleh Tuhan yang berinkarnasi selama pelayanan-Nya adalah kehidupan dalam kemanusiaan dan keilahian yang utuh. Jika sejak saat kelahiran-Nya, Tuhan yang berinkarnasi memulai pelayanan-Nya dengan sungguh-sungguh, melakukan tanda-tanda dan mukjizat supranatural, Dia tidak akan memiliki esensi jasmani. Oleh karena itu, kemanusiaan-Nya ada demi esensi jasmani-Nya; tidak ada daging tanpa kemanusiaan, dan seseorang tanpa kemanusiaan bukanlah manusia. Dengan demikian, kemanusiaan daging Tuhan adalah sifat hakiki dari daging Tuhan yang berinkarnasi. Mengatakan bahwa "ketika Tuhan menjadi daging, Dia sepenuhnya ilahi, dan sama sekali bukan manusia," adalah penghujatan, karena pernyataan ini sama sekali tidak ada, dan melanggar prinsip inkarnasi. Bahkan setelah Dia mulai melakukan pelayanan-Nya, Dia masih hidup dalam keilahian-Nya dengan wujud luar seorang manusia saat Dia melakukan pekerjaan-Nya; hanya saja pada saat itu, kemanusiaan-Nya hanya memiliki satu tujuan, yaitu memungkinkan keilahian-Nya untuk melakukan pekerjaan dalam daging yang normal. Jadi, perantara dari pekerjaan tersebut adalah keilahian yang mendiami kemanusiaan-Nya. Keilahian-Nyalah yang bekerja, bukan kemanusiaan-Nya, tetapi keilahian ini tersembunyi di dalam kemanusiaan-Nya; pada intinya, pekerjaan-Nya dilakukan oleh keilahian-Nya yang utuh, bukan oleh kemanusiaan-Nya. Namun, pelaku pekerjaan itu adalah daging-Nya. Orang dapat mengatakan bahwa Dia adalah manusia sekaligus Tuhan, karena Tuhan menjadi Tuhan yang hidup dalam daging, dengan wujud manusia dan esensi manusia, tetapi juga esensi Tuhan. Karena Dia adalah manusia dengan esensi Tuhan, Dia berada di atas semua manusia ciptaan, di atas siapa pun yang dapat melakukan pekerjaan Tuhan. Demikianlah, di antara semua yang memiliki wujud manusia seperti Diri-Nya, di antara semua yang memiliki kemanusiaan, hanya Dialah Tuhan yang berinkarnasi itu sendiri—semua yang lain adalah manusia ciptaan. Meskipun mereka semua memiliki kemanusiaan, manusia ciptaan tidak memiliki apa pun selain kemanusiaan, sedangkan Tuhan yang berinkarnasi berbeda: di dalam daging-Nya, Dia bukan saja memiliki kemanusiaan, tetapi yang lebih penting, Dia memiliki keilahian. Kemanusiaan-Nya dapat dilihat dalam penampakan fisik daging-Nya dan dalam kehidupan-Nya sehari-hari, tetapi keilahian-Nya sulit dipahami. Karena keilahian-Nya diungkapkan hanya ketika Dia memiliki kemanusiaan, dan tidak begitu supranatural sebagaimana yang dibayangkan orang, keilahian-Nya sangat sulit untuk dipahami orang. Bahkan sekarang, orang-orang paling kesulitan untuk memahami esensi sejati dari Tuhan yang berinkarnasi. Bahkan setelah Aku menjelaskan panjang lebar tentang semua ini, Kuduga hal ini masih tetap menjadi misteri bagi kebanyakan orang di antaramu. Sebenarnya, masalah ini sangat sederhana: karena Tuhan menjadi daging, esensi-Nya adalah kombinasi antara kemanusiaan dan keilahian. Kombinasi ini disebut Tuhan itu sendiri, Tuhan sendiri yang berada di bumi.
Dikutip dari "Esensi Daging yang Didiami oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 100
Kehidupan yang Yesus jalani di bumi adalah kehidupan daging yang normal. Dia hidup dalam kemanusiaan normal daging-Nya. Otoritas-Nya—untuk melakukan pekerjaan-Nya dan mengucapkan firman-Nya, atau untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat, untuk melakukan hal-hal yang sedemikian luar biasa itu—pada dasarnya belum terwujud nyata, sebelum Dia memulai pelayanan-Nya. Kehidupan-Nya sebelum berusia dua puluh sembilan tahun, sebelum Dia melakukan pelayanan-Nya, merupakan bukti yang memadai bahwa Dia hanyalah tubuh normal yang berdarah-daging. Oleh karena hal ini, dan karena Dia belum mulai melakukan pelayanan-Nya, orang tidak melihat apa pun yang ilahi dalam diri-Nya, hanya melihat-Nya tidak lebih dari manusia normal, manusia biasa—jadi, pada saat itu, sebagian orang hanya percaya bahwa Dia adalah anak Yusuf. Orang-orang menganggap-Nya anak dari seorang manusia biasa, mereka sama sekali tidak menduga bahwa Dia adalah daging inkarnasi Tuhan. Bahkan selama melakukan pelayanan-Nya, saat Dia melakukan banyak mukjizat, kebanyakan orang tetap mengatakan bahwa Dia adalah anak Yusuf, karena Dia adalah Kristus yang mengenakan kemanusiaan normal sebagai wujud luar-Nya. Kemanusiaan-Nya yang normal dan pekerjaan-Nya ada untuk menggenapkan makna penting dari inkarnasi yang pertama, untuk membuktikan bahwa Tuhan telah sepenuhnya datang dalam daging, bahwa Dia telah menjadi manusia biasa sepenuhnya. Kemanusiaan-Nya yang normal sebelum Dia memulai pekerjaan-Nya merupakan bukti bahwa Dia adalah daging biasa; dan bahwa Dia bekerja sesudahnya juga membuktikan bahwa Dia adalah daging biasa, karena Dia melakukan tanda-tanda dan mukjizat, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir roh-roh jahat dalam daging dengan kemanusiaan yang normal. Alasan Dia dapat melakukan mukjizat adalah karena daging-Nya yang membawa otoritas Tuhan, adalah daging yang dikenakan oleh Roh Tuhan. Dia memiliki otoritas ini karena Roh Tuhan, dan itu bukan berarti bahwa Dia bukan daging. Menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat adalah pekerjaan yang perlu Dia lakukan dalam pelayanan-Nya, sebuah ungkapan keilahian-Nya yang tersembunyi dalam kemanusiaan-Nya, dan tanda ajaib apa pun yang Dia tunjukkan atau bagaimanapun Dia menunjukkan otoritas-Nya, Dia masih hidup dalam kemanusiaan yang normal, dan masih merupakan daging yang normal. Sampai pada titik Dia dibangkitkan setelah kematian-Nya di kayu salib, Dia masih berdiam di dalam daging yang normal. Menganugerahkan kasih karunia, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir roh jahat, semua itu adalah bagian dari pelayanan-Nya, semua itu adalah pekerjaan yang Dia lakukan di dalam daging-Nya yang normal. Sebelum disalibkan, Dia tidak pernah meninggalkan daging manusia normal-Nya, terlepas dari apa pun yang Dia lakukan. Dia adalah Tuhan itu sendiri, Dia melakukan pekerjaan Tuhan itu sendiri, tetapi karena Dia adalah daging inkarnasi Tuhan, Dia makan, mengenakan pakaian, memiliki kebutuhan manusia normal, memiliki nalar manusia normal, dan memiliki pemikiran manusia normal. Semua ini bukti bahwa Dia adalah manusia normal, yang membuktikan bahwa daging inkarnasi Tuhan adalah daging dengan kemanusiaan yang normal, bukan supranatural. Pekerjaan-Nya adalah untuk menyelesaikan pekerjaan inkarnasi pertama Tuhan, menggenapi pelayanan yang harus dilakukan oleh inkarnasi yang pertama. Makna penting inkarnasi adalah bahwa manusia normal dan biasa-biasa saja melakukan pekerjaan Tuhan itu sendiri; artinya Tuhan melakukan pekerjaan ilahi-Nya di dalam kemanusiaan-Nya dan dengan demikian mengalahkan Iblis. Inkarnasi berarti Roh Tuhan menjadi daging, artinya, Tuhan menjadi daging; pekerjaan yang dilakukan daging adalah pekerjaan Roh, yang diwujudkan dalam daging dan diungkapkan oleh daging. Tidak seorang pun kecuali daging Tuhan yang dapat menggenapkan pelayanan Tuhan yang berinkarnasi; artinya, hanya daging inkarnasi Tuhan, hanya kemanusiaan normal ini—dan tidak ada yang lain—yang dapat mengungkapkan pekerjaan ilahi. Jika, selama kedatangan-Nya yang pertama, Tuhan tidak memiliki kemanusiaan yang normal sebelum berusia dua puluh sembilan tahun—jika segera setelah dilahirkan, Dia dapat melakukan mukjizat, jika segera setelah belajar berbicara, Dia dapat berbicara bahasa surga, jika pada saat Dia pertama kali menjejakkan kaki-Nya di bumi, Dia dapat memahami segala perkara duniawi, membedakan pikiran dan niat semua orang—orang seperti itu tidak dapat disebut sebagai manusia normal, dan daging seperti itu tidak dapat disebut daging manusia. Jika Kristus seperti itu adanya, makna dan esensi inkarnasi Tuhan akan hilang. Bahwa Dia memiliki kemanusiaan yang normal membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan yang berinkarnasi dalam daging; fakta bahwa Dia menjalani proses pertumbuhan manusia normal menunjukkan lebih jauh lagi bahwa Dia adalah daging yang normal; lebih dari itu, pekerjaan-Nya adalah bukti yang cukup bahwa Dia adalah Firman Tuhan, Roh Tuhan, yang menjadi daging. Tuhan menjadi daging karena kebutuhan pekerjaan-Nya; dengan kata lain, tahap pekerjaan ini perlu dilakukan dalam daging, ini harus dilakukan dalam kemanusiaan yang normal. Ini adalah prasyarat bagi "Firman menjadi daging," prasyarat bagi "penampakan Firman dalam rupa manusia," dan merupakan kisah nyata di balik kedua inkarnasi Tuhan. Orang mungkin percaya bahwa Yesus melakukan mukjizat sepanjang hidup-Nya, bahwa Dia tidak menunjukkan tanda-tanda kemanusiaan hingga pekerjaan-Nya di bumi berakhir, bahwa Dia tidak memiliki kebutuhan atau kelemahan atau emosi manusia normal, bahwa Dia tidak memerlukan kebutuhan hidup mendasar atau memiliki pikiran manusia normal. Mereka membayangkan Dia hanya memiliki pikiran manusia super, suatu kemanusiaan yang transenden. Mereka percaya bahwa karena Dia adalah Tuhan, Dia seharusnya tidak berpikir dan hidup selayaknya manusia normal, dan bahwa hanya manusia normal, manusia tulen, yang dapat memiliki pikiran-pikiran manusia normal, dan menjalani kehidupan manusia normal. Semua ini adalah ide manusia dan gagasan manusia, yang sangat bertentangan dengan niat semula pekerjaan Tuhan. Pemikiran manusia normal menopang nalar manusia normal dan kemanusiaan yang normal; kemanusiaan yang normal menopang fungsi normal daging; dan fungsi normal daging memungkinkan kehidupan normal dari daging tersebut secara keseluruhan. Hanya dengan bekerja dalam daging seperti itu, Tuhan dapat menggenapkan tujuan inkarnasi-Nya. Jika Tuhan yang berinkarnasi hanya memiliki wujud luar daging, tetapi tidak memiliki pikiran manusia normal, daging ini tidak akan memiliki nalar manusia, apalagi kemanusiaan yang tulen. Bagaimana mungkin daging seperti ini, tanpa kemanusiaan, menggenapi pelayanan yang harus dilakukan oleh Tuhan yang berinkarnasi? Pikiran yang normal menopang semua aspek kehidupan manusia; tanpa pikiran yang normal, seseorang tidak akan menjadi manusia. Dengan kata lain, orang yang tidak memiliki pikiran yang normal menderita gangguan mental, dan Kristus yang tidak memiliki kemanusiaan, tetapi hanya memiliki keilahian, tidak dapat dikatakan sebagai daging inkarnasi Tuhan. Jadi, bagaimana mungkin daging inkarnasi Tuhan tidak memiliki kemanusiaan yang normal? Bukankah mengatakan bahwa Kristus tidak memiliki kemanusiaan adalah suatu penghujatan? Semua aktivitas yang manusia normal lakukan bergantung pada berfungsinya pikiran manusia normal. Tanpa itu, manusia akan berperilaku menyimpang; mereka bahkan tidak akan mampu membedakan antara hitam dan putih, baik dan jahat; dan mereka tidak akan memiliki etika dan prinsip-prinsip moral manusia. Demikian pula, jika Tuhan yang berinkarnasi tidak berpikir seperti manusia normal, Dia tidak akan menjadi daging yang tulen, daging yang normal. Daging yang tidak berpikir seperti itu tidak akan mampu melakukan pekerjaan ilahi. Dia tidak dapat secara normal terlibat dalam aktivitas daging yang normal, apalagi hidup bersama dengan manusia di bumi. Dengan demikian, makna penting dari inkarnasi Tuhan, esensi yang sebenarnya dari kedatangan Tuhan ke dalam daging, akan hilang. Kemanusiaan Tuhan yang berinkarnasi ada untuk memelihara pekerjaan ilahi yang normal, yang dilakukan dalam daging; pemikiran manusia-Nya yang normal menopang kemanusiaan-Nya yang normal dan semua aktivitas jasmani-Nya yang normal. Dapat dikatakan bahwa pemikiran manusia-Nya yang normal ada untuk menopang seluruh pekerjaan Tuhan dalam daging. Jika daging ini tidak memiliki pikiran normal manusia, Tuhan tidak dapat bekerja dalam daging, dan apa yang perlu Dia lakukan dalam daging tidak akan pernah dapat diselesaikan. Meskipun Tuhan yang berinkarnasi memiliki pikiran normal manusia, pekerjaan-Nya tidak tercemar oleh pikiran manusia; Dia melakukan pekerjaan dalam kemanusiaan dengan pikiran yang normal, dengan prasyarat bahwa Dia memiliki kemanusiaan dengan pikiran, bukan bertindak berdasarkan pikiran normal manusia. Seluhur apa pun pikiran daging-Nya, pekerjaan-Nya tidak ternoda oleh logika atau pemikiran. Dengan kata lain, pekerjaan-Nya bukan merupakan buah dari pemikiran daging-Nya, melainkan ungkapan langsung dari pekerjaan ilahi di dalam kemanusiaan-Nya. Semua pekerjaan-Nya adalah pelayanan yang harus Dia genapi, dan tak satu pun dari pekerjaan itu merupakan hasil dari pemikiran-Nya. Sebagai contoh, menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dan penyaliban, semua itu bukan hasil dari pemikiran manusia-Nya, dan tidak mungkin dapat dicapai oleh manusia mana pun dengan pemikiran manusia. Sama halnya, pekerjaan penaklukan di zaman sekarang merupakan pelayanan yang harus dilakukan oleh Tuhan yang berinkarnasi, tetapi ini bukan merupakan pekerjaan atas kehendak manusia, itu merupakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh keilahian-Nya, pekerjaan yang tidak mampu dilakukan oleh seorang manusia mana pun yang berdarah-daging. Jadi, Tuhan yang berinkarnasi harus memiliki pemikiran normal manusia, harus memiliki kemanusiaan yang normal, karena Dia harus melakukan pekerjaan-Nya dalam kemanusiaan dengan pikiran yang normal. Inilah esensi pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi, esensi yang sebenarnya dari Tuhan yang berinkarnasi.
Dikutip dari "Esensi Daging yang Didiami oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 101
Sebelum Yesus melakukan pekerjaan-Nya, Dia hanya hidup dalam kemanusiaan-Nya yang normal. Tidak ada yang menduga bahwa Dia adalah Tuhan, tidak ada yang mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan yang berinkarnasi; orang hanya mengenal Dia sebagai manusia yang benar-benar biasa. Kemanusiaan-Nya yang benar-benar biasa dan normal adalah bukti bahwa Tuhan berinkarnasi dalam daging, dan bahwa Zaman Kasih Karunia adalah zaman pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi, bukan zaman pekerjaan Roh. Itu adalah bukti bahwa Roh Tuhan diwujudkan sepenuhnya dalam daging, bahwa di zaman inkarnasi Tuhan, daging-Nya dapat melakukan semua pekerjaan Roh. Kristus dengan kemanusiaan yang normal adalah daging yang di dalamnya Roh diwujudkan, dan memiliki kemanusiaan yang normal, akal sehat, serta pikiran manusia. "Diwujudkan" artinya Tuhan menjadi manusia, Roh menjadi daging; atau secara gamblang, artinya adalah ketika Tuhan itu sendiri mendiami daging dengan kemanusiaan yang normal, dan melaluinya, Dia mengungkapkan pekerjaan ilahi-Nya—inilah yang dimaksud dengan diwujudkan, atau berinkarnasi. Selama inkarnasi-Nya yang pertama, adalah perlu bagi Tuhan untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh-roh jahat, karena pekerjaan-Nya adalah untuk menebus. Untuk menebus seluruh umat manusia, Dia perlu berbelas kasihan dan mengampuni. Pekerjaan yang Dia lakukan sebelum disalibkan adalah menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat, yang menandakan penyelamatan-Nya atas manusia dari dosa dan kenajisan. Karena zaman itu adalah Zaman Kasih Karunia, perlu bagi-Nya untuk menyembuhkan orang sakit, dan dengan demikian menunjukkan tanda-tanda dan mukjizat, yang mewakili kasih karunia di zaman itu—karena Zaman Kasih Karunia berpusat di sekitar penganugerahan kasih karunia, yang dilambangkan dengan damai sejahtera, sukacita, dan berkat-berkat materi, semuanya merupakan tanda iman manusia kepada Yesus. Artinya, menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat, dan menganugerahkan kasih karunia merupakan kemampuan naluriah daging Yesus di Zaman Kasih Karunia; itu adalah pekerjaan yang Roh wujudkan dalam daging. Akan tetapi, ketika Dia melakukan pekerjaan itu, Dia hidup dalam daging, Dia tidak melampaui daging. Apa pun tindakan penyembuhan yang Dia lakukan, Dia masih memiliki kemanusiaan yang normal, masih menjalani kehidupan manusia normal. Alasan Aku mengatakan bahwa selama zaman inkarnasi Tuhan, daging melakukan semua pekerjaan Roh adalah bahwa apa pun pekerjaan yang Dia lakukan, Dia melakukannya dalam daging. Namun, karena pekerjaan-Nya, orang tidak menganggap daging-Nya memiliki esensi yang sepenuhnya jasmaniah, karena daging ini dapat melakukan mukjizat, dan di waktu-waktu khusus tertentu dapat melakukan hal-hal yang melampaui daging. Tentu saja, semua kejadian ini terjadi setelah Dia memulai pelayanan-Nya, seperti ketika Dia diuji selama empat puluh hari atau ketika Dia berubah rupa di atas gunung. Jadi, dengan Yesus, makna inkarnasi Tuhan tidak lengkap, melainkan hanya digenapi sebagian. Kehidupan yang Dia jalani dalam daging sebelum memulai pekerjaan-Nya sepenuhnya normal dalam segala hal. Setelah memulai pekerjaan-Nya, Dia mempertahankan hanya wujud luar daging-Nya. Karena pekerjaan-Nya merupakan ungkapan keilahian, pekerjaan itu melebihi fungsi normal daging. Bagaimanapun, daging inkarnasi Tuhan berbeda dari manusia dengan darah dan daging. Tentu saja, dalam kehidupan-Nya sehari-hari, Dia membutuhkan makanan, pakaian, tidur, dan tempat berlindung, Dia memerlukan semua kebutuhan normal, serta memiliki nalar manusia normal, dan berpikir layaknya manusia normal. Orang-orang tetap menganggap-Nya manusia normal, kecuali bahwa pekerjaan yang Dia lakukan supranatural. Sesungguhnya, apa pun yang Dia lakukan, Dia hidup dalam kemanusiaan yang biasa dan normal, dan sejauh Dia melakukan pekerjaan-Nya, nalar-Nya sangat normal, pikiran-Nya sangat jernih, lebih dari manusia normal lainnya. Perlu bagi Tuhan yang berinkarnasi untuk berpikir dan bernalar seperti ini, karena pekerjaan ilahi perlu diungkapkan oleh daging yang penalarannya sangat normal dan pikirannya sangat jernih—hanya dengan cara demikian, daging-Nya dapat mengungkapkan pekerjaan ilahi. Selama tiga puluh tiga setengah tahun Yesus hidup di bumi, Dia mempertahankan kemanusiaan-Nya yang normal, tetapi oleh karena pekerjaan-Nya selama tiga setengah tahun pelayanan-Nya, orang menganggap-Nya sangat transenden, bahwa Dia jauh lebih supranatural dibandingkan sebelumnya. Pada kenyataannya, kemanusiaan Yesus yang normal tetap tidak berubah sebelum dan sesudah Dia memulai pelayanan-Nya; kemanusiaan-Nya sama selama itu, tetapi karena ada perbedaan sebelum dan sesudah Dia memulai pelayanan-Nya, dua pandangan yang berbeda mengenai daging-Nya pun muncul. Apa pun yang orang pikirkan, Tuhan yang berinkarnasi mempertahankan kemanusiaan-Nya yang asli dan normal sepanjang waktu, karena sejak Tuhan berinkarnasi, Dia hidup di dalam daging, yaitu daging yang memiliki kemanusiaan yang normal. Terlepas dari apakah Dia sedang melakukan pelayanan-Nya atau tidak, kemanusiaan normal dari daging-Nya tidak dapat dihapuskan, karena kemanusiaan adalah esensi dasar dari daging. Sebelum Yesus melakukan pelayanan-Nya, daging-Nya tetap sepenuhnya normal, melakukan segala macam aktivitas manusia biasa; Dia sama sekali tidak tampak supranatural dan tidak menunjukkan tanda ajaib apa pun. Pada waktu itu, Dia benar-benar manusia biasa yang menyembah Tuhan, meskipun pengejaran-Nya lebih jujur, lebih tulus daripada siapa pun. Seperti inilah kemanusiaan-Nya yang benar-benar normal terwujud. Karena Dia sama sekali tidak melakukan pekerjaan sebelum menerima pelayanan-Nya, tak seorang pun menyadari identitas-Nya, tak seorang pun menyangka bahwa daging-Nya berbeda dari semua orang lain, karena Dia tidak mengerjakan satu mukjizat pun, tidak melakukan sedikit pun pekerjaan Tuhan itu sendiri. Namun, setelah mulai melakukan pelayanan-Nya, Dia tetap mempertahankan wujud luar kemanusiaan-Nya yang normal dan masih hidup dengan nalar normal manusia. Namun, karena Dia telah mulai melakukan pekerjaan Tuhan itu sendiri, mulai melakukan pelayanan Kristus dan melakukan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh makhluk fana, manusia yang berdarah-daging, maka orang-orang pun berasumsi bahwa Dia tidak memiliki kemanusiaan yang normal dan bahwa Dia bukanlah daging yang sepenuhnya normal, melainkan daging yang tidak utuh. Oleh karena pekerjaan yang Dia lakukan, orang mengatakan bahwa Dia adalah Tuhan dalam daging yang tidak memiliki kemanusiaan yang normal. Ini adalah pemahaman yang keliru, karena orang tidak memahami makna penting dari inkarnasi Tuhan. Kesalahpahaman ini muncul dari fakta bahwa pekerjaan yang Tuhan ungkapkan dalam daging adalah pekerjaan ilahi, yang diungkapkan dalam daging yang memiliki kemanusiaan normal. Tuhan mengenakan daging, Dia berdiam di dalam daging, dan pekerjaan-Nya di dalam kemanusiaan-Nya telah mengaburkan kenormalan kemanusiaan-Nya. Karena alasan inilah, orang percaya bahwa Tuhan tidak memiliki kemanusiaan, tetapi hanya memiliki keilahian.
Dikutip dari "Esensi Daging yang Didiami oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 102
Tuhan dalam inkarnasi-Nya yang pertama tidak menyelesaikan pekerjaan inkarnasi; Dia hanya menyelesaikan langkah pertama dari pekerjaan yang perlu Tuhan lakukan dalam daging. Jadi, untuk menyelesaikan pekerjaan inkarnasi, Tuhan telah kembali menjadi daging sekali lagi, menjalani semua kenormalan dan realitas daging, yaitu menjadikan firman Tuhan terwujud dalam daging yang sepenuhnya normal dan biasa, dan dengan demikian menyelesaikan pekerjaan yang belum Dia selesaikan dalam daging. Pada intinya, daging inkarnasi yang kedua serupa dengan yang pertama, tetapi jauh lebih nyata, jauh lebih normal daripada yang pertama. Sebagai konsekuensinya, penderitaan yang ditanggung oleh daging inkarnasi yang kedua lebih besar daripada yang pertama, tetapi penderitaan ini adalah akibat dari pelayanan-Nya dalam daging, yang berbeda dari penderitaan manusia yang rusak. Penderitaan ini juga berasal dari kenormalan dan realitas dari daging-Nya. Karena Dia melakukan pelayanan-Nya dalam daging yang benar-benar normal dan nyata, daging itu harus menanggung banyak kesukaran. Semakin normal dan nyata daging ini, semakin banyak Dia akan menderita dalam melakukan pelayanan-Nya. Pekerjaan Tuhan diungkapkan dalam daging yang sangat biasa, daging yang sama sekali tidak supranatural. Karena daging-Nya itu normal dan juga harus memikul pekerjaan menyelamatkan manusia, Dia menderita dalam ukuran yang jauh lebih besar daripada yang mampu ditanggung oleh daging yang supranatural—semua penderitaan ini berasal dari realitas dan kenormalan daging-Nya. Dari penderitaan yang telah dialami oleh kedua daging inkarnasi ketika melakukan pelayanan Mereka, manusia dapat melihat esensi dari daging inkarnasi. Semakin normal daging, semakin besar kesukaran yang harus Dia tanggung ketika melakukan pekerjaan; semakin nyata daging yang melakukan pekerjaan, semakin keras gagasan yang orang miliki, dan semakin besar bahaya yang akan menimpa-Nya. Namun, semakin nyata daging, dan semakin daging memiliki kebutuhan dan nalar lengkap seorang manusia normal, semakin mampu Dia melakukan pekerjaan Tuhan dalam daging. Daging Yesus-lah yang dipakukan di kayu salib, daging-Nyalah yang Dia korbankan sebagai korban penghapus dosa; melalui daging dengan kemanusiaan yang normallah Dia mengalahkan Iblis dan sepenuhnya menyelamatkan manusia dari salib. Dan sebagai daging sepenuhnya, Tuhan dalam inkarnasi-Nya yang kedua melakukan pekerjaan penaklukan dan mengalahkan Iblis. Hanya daging yang sepenuhnya normal dan nyata yang dapat melakukan pekerjaan penaklukan secara menyeluruh serta menjadi kesaksian yang kuat. Artinya, penaklukan manusia berhasil dilakukan melalui realitas dan kenormalan Tuhan dalam daging, bukan melalui mukjizat supranatural dan pewahyuan. Pelayanan Tuhan yang berinkarnasi ini adalah berfirman, dan melaluinya, Dia menaklukkan dan menyempurnakan manusia; dengan kata lain, pekerjaan Roh yang diwujudkan dalam daging, yaitu tugas daging, adalah berfirman, dan dengan demikian, Dia menaklukkan, menyingkapkan, menyempurnakan, dan menyingkirkan manusia sepenuhnya. Jadi, di dalam pekerjaan penaklukanlah, pekerjaan Tuhan dalam daging akan diselesaikan sepenuhnya. Pekerjaan awal penebusan hanyalah permulaan dari pekerjaan inkarnasi; daging yang melakukan pekerjaan penaklukan akan menyelesaikan seluruh pekerjaan inkarnasi. Secara gender, yang seorang adalah laki-laki dan yang lain adalah perempuan, sehingga melengkapi makna penting dari inkarnasi Tuhan dan menghalau gagasan manusia tentang Tuhan: Tuhan dapat menjadi laki-laki dan perempuan, dan pada intinya, Tuhan yang berinkarnasi tidak bergender. Dia menciptakan laki-laki dan perempuan, dan bagi-Nya, tidak ada pemisahan gender. Pada tahap pekerjaan ini, Tuhan tidak melakukan tanda-tanda dan mukjizat, sehingga pekerjaan akan mencapai hasilnya dengan menggunakan sarana firman. Alasan untuk ini, terlebih lagi, adalah karena pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi kali ini bukanlah untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat, tetapi untuk menaklukkan manusia dengan cara berfirman, yang berarti bahwa kemampuan asli yang dimiliki daging inkarnasi Tuhan ini adalah mengucapkan firman dan menaklukkan manusia, bukan menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat. Pekerjaan-Nya dalam kemanusiaan yang normal bukan untuk melakukan mukjizat, bukan untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat, tetapi untuk berfirman, dan dengan demikian, bagi orang-orang, daging inkarnasi yang kedua tampak jauh lebih normal daripada yang pertama. Orang melihat bahwa inkarnasi Tuhan bukan dusta; tetapi inkarnasi Tuhan ini berbeda dari Yesus yang berinkarnasi, dan meskipun Mereka keduanya adalah Tuhan yang berinkarnasi, Mereka tidak sepenuhnya sama. Yesus memiliki kemanusiaan yang normal, kemanusiaan biasa, tetapi Dia disertai dengan banyak tanda dan mukjizat. Dalam inkarnasi Tuhan yang ini, mata manusia tidak akan menyaksikan tanda-tanda atau mukjizat, penyembuhan orang sakit, pengusiran setan, berjalan di atas air, ataupun puasa selama empat puluh hari .... Dia tidak melakukan pekerjaan yang sama dengan yang Yesus lakukan, bukan karena daging-Nya secara esensi berbeda dengan daging Yesus, tetapi karena pelayanan-Nya bukanlah untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat. Dia tidak meruntuhkan pekerjaan-Nya sendiri, tidak mengganggu pekerjaan-Nya sendiri. Karena Dia menaklukkan manusia melalui firman-Nya yang nyata, tidak perlu menundukkannya dengan mukjizat, dan dengan demikian, tahap ini adalah untuk menyelesaikan pekerjaan inkarnasi. Inkarnasi Tuhan yang engkau lihat di masa sekarang adalah daging sepenuhnya, dan tidak ada yang supranatural mengenai diri-Nya. Dia bisa sakit seperti orang lain, membutuhkan makanan dan pakaian seperti orang lain; Dia sepenuhnya daging. Jika kali ini, Tuhan yang berinkarnasi melakukan tanda-tanda dan mukjizat supranatural, jika Dia menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat, atau dapat membunuh hanya dengan satu kata, bagaimana pekerjaan penaklukan bisa dilaksanakan? Bagaimana pekerjaan itu bisa disebarkan di antara bangsa-bangsa lain? Menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat adalah pekerjaan di Zaman Kasih Karunia, itu merupakan langkah pertama dalam pekerjaan penebusan, dan sekarang setelah Tuhan menyelamatkan manusia dari salib, Dia tidak lagi melakukan pekerjaan tersebut. Jika di akhir zaman, sosok "Tuhan" yang sama seperti Yesus menampakkan diri, sosok yang menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat, dan disalibkan bagi manusia, maka "Tuhan" itu, meskipun identik dengan gambaran Tuhan di Alkitab dan mudah diterima oleh manusia, pada esensinya, bukanlah daging yang bisa dikenakan oleh Roh Tuhan, melainkan oleh roh jahat. Karena prinsip pekerjaan Tuhan adalah tidak pernah mengulangi apa yang telah Dia selesaikan. Jadi, pekerjaan inkarnasi Tuhan yang kedua berbeda dari pekerjaan inkarnasi yang pertama. Di akhir zaman, Tuhan mewujudkan pekerjaan penaklukan dalam daging yang normal, yang biasa; Dia tidak menyembuhkan orang sakit, tidak akan disalibkan bagi manusia, tetapi hanya mengucapkan firman dalam daging, dan menaklukkan manusia dalam daging. Hanya daging seperti itu merupakan daging inkarnasi Tuhan; hanya daging seperti itu yang dapat menyelesaikan pekerjaan Tuhan dalam daging.
Dikutip dari "Esensi Daging yang Didiami oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 103
Entah pada tahap ini Tuhan yang berinkarnasi sedang mengalami kesukaran atau melakukan pelayanan-Nya, Dia melakukannya untuk melengkapi makna dari inkarnasi, karena ini merupakan inkarnasi Tuhan yang terakhir. Tuhan hanya dapat berinkarnasi dua kali. Tidak ada yang ketiga. Inkarnasi yang pertama adalah laki-laki, inkarnasi yang kedua adalah perempuan, dan dengan demikian citra daging Tuhan pun lengkap dalam pemikiran manusia; selain itu, kedua inkarnasi telah menyelesaikan pekerjaan Tuhan dalam daging. Pada kali pertama, Tuhan yang berinkarnasi memiliki kemanusiaan yang normal untuk melengkapi makna inkarnasi. Kali ini pun Dia memiliki kemanusiaan yang normal, tetapi makna dari inkarnasi ini berbeda: maknanya lebih dalam, dan pekerjaan-Nya pun memiliki makna penting yang lebih mendalam. Alasan Tuhan kembali menjadi daging adalah untuk melengkapi makna inkarnasi. Ketika Tuhan telah sepenuhnya mengakhiri tahap pekerjaan-Nya ini, seluruh makna inkarnasi, yaitu pekerjaan Tuhan dalam daging, akan menjadi lengkap, dan tidak akan ada lagi pekerjaan yang dilakukan dalam daging. Artinya, mulai dari sekarang. Tuhan tidak akan pernah lagi datang dalam daging untuk melakukan pekerjaan-Nya. Hanya untuk menyelamatkan dan menyempurnakan umat manusialah Tuhan melakukan pekerjaan inkarnasi. Dengan kata lain, bukan sesuatu yang biasa bagi Tuhan untuk datang dalam daging, kecuali untuk melakukan pekerjaan. Dengan datang dalam daging untuk bekerja, Dia menunjukkan kepada Iblis bahwa Tuhan adalah daging, manusia normal, manusia biasa—tetapi Dia dapat memerintah dengan kemenangan atas dunia, dapat mengalahkan Iblis, menebus umat manusia, menaklukkan umat manusia! Tujuan pekerjaan Iblis adalah merusak umat manusia, sedangkan tujuan pekerjaan Tuhan adalah menyelamatkan umat manusia. Iblis menjebak manusia dalam jurang maut, sedangkan Tuhan menyelamatkannya dari sana. Iblis membuat semua manusia menyembahnya, sedangkan Tuhan membuat mereka tunduk pada kekuasaan-Nya, karena Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Semua pekerjaan ini dicapai melalui kedua inkarnasi Tuhan. Pada intinya, daging-Nya merupakan persatuan antara kemanusiaan dan keilahian, serta memiliki kemanusiaan yang normal. Jadi, tanpa daging inkarnasi Tuhan, Tuhan tidak akan mencapai hasil dalam menyelamatkan umat manusia, dan tanpa kemanusiaan yang normal dari daging-Nya, pekerjaan-Nya dalam daging tetap tidak bisa mencapai hasil. Esensi inkarnasi Tuhan adalah Dia harus memiliki kemanusiaan yang normal; karena jika tidak, akan bertentangan dengan niat Tuhan yang semula dalam berinkarnasi.
Dikutip dari "Esensi Daging yang Didiami oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 104
Mengapa Aku katakan bahwa makna inkarnasi tidak diselesaikan dalam pekerjaan Yesus? Karena Firman tidak sepenuhnya menjadi daging. Apa yang Yesus lakukan hanyalah satu bagian dari pekerjaan Tuhan dalam daging; Dia hanya melakukan pekerjaan penebusan dan bukan pekerjaan untuk sepenuhnya mendapatkan manusia. Untuk alasan ini, Tuhan telah menjadi daging sekali lagi di akhir zaman. Tahap pekerjaan ini juga dilakukan dalam daging biasa; dilakukan oleh manusia yang benar-benar normal, yang kemanusiaannya sama sekali tidak transenden. Dengan kata lain, Tuhan telah menjadi manusia yang seutuhnya; Dia adalah orang yang identitasnya merupakan identitas Tuhan, seorang manusia yang utuh, daging yang utuh, yang melakukan pekerjaan. Mata manusia melihat tubuh jasmani yang sama sekali tidak transenden, seseorang yang sangat biasa yang dapat berbicara bahasa surgawi, yang tidak menunjukkan tanda-tanda ajaib, tidak melakukan mukjizat, apalagi mengungkapkan keadaan sebenarnya mengenai agama di aula-aula pertemuan besar. Bagi orang-orang, pekerjaan dari daging inkarnasi kedua tampak sama sekali berbeda dengan yang pertama, sedemikian berbedanya sehingga keduanya tampak tidak memiliki kesamaan sama sekali, dan tidak ada apa pun dari pekerjaan pertama yang dapat terlihat saat ini. Meskipun pekerjaan dari daging inkarnasi yang kedua berbeda dengan yang pertama, hal itu tidak membuktikan bahwa sumber Mereka bukanlah satu dan sama. Sama tidaknya sumber Mereka tergantung pada sifat dari pekerjaan yang dilakukan oleh kedua daging dan bukan pada wujud luar Mereka. Selama tiga tahap pekerjaan-Nya, Tuhan telah berinkarnasi dua kali, dan kedua pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi meresmikan dimulainya zaman yang baru, memulai pekerjaan yang baru; kedua inkarnasi saling melengkapi satu dengan yang lain. Tidaklah mungkin bagi mata manusia untuk mengetahui bahwa kedua daging sebenarnya berasal dari sumber yang sama. Jelas bahwa semua itu di luar kemampuan mata atau pikiran manusia. Namun, dalam esensi Keduanya, Mereka adalah sama, karena pekerjaan Mereka berasal dari Roh yang sama. Apakah kedua daging inkarnasi muncul dari sumber yang sama tidaklah dapat dinilai dari zaman dan tempat di mana Mereka dilahirkan, atau oleh faktor-faktor lain semacam itu, tetapi oleh pekerjaan ilahi yang diungkapkan oleh Mereka. Daging inkarnasi yang kedua tidak melakukan satu pun pekerjaan yang dilakukan Yesus, karena pekerjaan Tuhan tidak mematuhi aturan apa pun, tetapi membukakan jalan yang baru, setiap kali. Daging inkarnasi yang kedua tidak bertujuan untuk memperdalam atau memantapkan kesan daging yang pertama dalam pikiran manusia, tetapi untuk melengkapi dan menyempurnakannya, untuk memperdalam pengetahuan manusia akan Tuhan, mematahkan segala aturan yang ada dalam hati orang, dan menghapuskan gambaran yang keliru tentang Tuhan dalam hati mereka. Dapat dikatakan bahwa tidak ada satu tahap pun dari pekerjaan Tuhan sendiri yang dapat memberi manusia pengetahuan yang lengkap tentang Dia; masing-masing tahap pekerjaan hanya memberi sebagian, bukan keseluruhan. Meskipun Tuhan telah mengungkapkan watak-Nya secara penuh, oleh karena terbatasnya kemampuan manusia untuk memahami, pengetahuannya akan Tuhan masih tetap tidak lengkap. Tidak mungkin menyampaikan keseluruhan watak Tuhan dengan menggunakan bahasa manusia; lagi pula, bagaimana mungkin satu tahap dari pekerjaan-Nya bisa sepenuhnya mengungkapkan Tuhan? Dia bekerja dalam daging dalam kemanusiaan normal-Nya, dan orang hanya dapat mengenal-Nya melalui ungkapan keilahian-Nya, bukan melalui wujud tubuh-Nya. Tuhan datang dalam daging demi memungkinkan manusia mengenal-Nya melalui pekerjaan-Nya yang beragam, dan kedua tahap pekerjaan-Nya itu tidak serupa. Hanya dengan cara inilah, manusia dapat memiliki pengetahuan yang penuh tentang pekerjaan Tuhan dalam daging, tidak terbatas pada satu segi saja. Meskipun pekerjaan kedua daging inkarnasi berbeda, esensi dari daging, dan sumber pekerjaan Mereka, adalah identik; hanya saja, Mereka ada untuk melakukan dua tahap pekerjaan yang berbeda, dan muncul di dua zaman yang berbeda. Bagaimanapun juga, daging inkarnasi Tuhan memiliki esensi dan asal yang sama—ini adalah kebenaran yang tidak dapat disangkal oleh siapa pun.
Dikutip dari "Esensi Daging yang Didiami oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 105
Tuhan yang berinkarnasi disebut Kristus, dan Kristus adalah daging yang dikenakan oleh Roh Tuhan. Daging ini tidak seperti manusia mana pun yang terbuat dari daging. Perbedaan ini dikarenakan Kristus bukanlah berasal dari daging dan darah; Dia adalah inkarnasi Roh. Dia memiliki kemanusiaan yang normal sekaligus keilahian yang lengkap. Keilahian-Nya tidak dimiliki oleh manusia mana pun. Kemanusiaan-Nya yang normal menunjang semua kegiatan normal-Nya dalam daging, sementara keilahian-Nya melaksanakan pekerjaan Tuhan sendiri. Baik kemanusiaan-Nya maupun keilahian-Nya, keduanya tunduk pada kehendak Bapa surgawi. Hakikat Kristus adalah Roh, yaitu keilahian. Oleh karena itu, hakikat-Nya adalah hakikat Tuhan sendiri; hakikat ini tidak akan menyela pekerjaan-Nya sendiri, dan Dia tidak mungkin melakukan apa pun yang menghancurkan pekerjaan-Nya sendiri, ataupun mengucapkan perkataan yang bertentangan dengan kehendak-Nya sendiri. Oleh karena itu, Tuhan yang berinkarnasi tentunya tidak akan melakukan pekerjaan apa pun yang menyela pengelolaan-Nya sendiri. Inilah yang harus dipahami semua manusia. Esensi pekerjaan Roh Kudus adalah menyelamatkan manusia dan demi kepentingan pengelolaan Tuhan sendiri. Begitu pula, pekerjaan Kristus bertujuan untuk menyelamatkan manusia dan demi kehendak Tuhan. Dengan Tuhan menjadi daging, Dia pun mewujudkan hakikat-Nya dalam daging-Nya, sehingga daging-Nya memadai untuk melaksanakan pekerjaan-Nya. Oleh karena itu, semua pekerjaan Roh Tuhan digantikan oleh pekerjaan Kristus selama masa inkarnasi, dan inti semua pekerjaan di sepanjang masa inkarnasi adalah pekerjaan Kristus. Pekerjaan tersebut tidak dapat dicampur dengan pekerjaan di zaman lain. Lalu, karena Tuhan menjadi daging, Dia bekerja dalam identitas daging-Nya; karena Dia datang dalam daging, Dia pun menyelesaikan pekerjaan yang harus dilakukan-Nya dalam daging. Baik Roh Tuhan maupun Kristus, keduanya adalah Tuhan itu sendiri, dan Dia melakukan pekerjaan yang harus dilakukan-Nya serta melaksanakan pelayanan yang harus dilaksanakan-Nya.
Dikutip dari "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 106
Hakikat Tuhan itu sendiri memiliki otoritas, tetapi Dia sanggup untuk sepenuhnya tunduk pada otoritas yang datang dari-Nya. Baik pekerjaan Roh maupun pekerjaan daging tidaklah bertentangan satu sama lain. Roh Tuhan merupakan otoritas atas seluruh ciptaan. Daging dengan hakikat Tuhan juga memiliki otoritas, tetapi Tuhan dalam daging dapat melakukan semua pekerjaan yang taat pada kehendak Bapa surgawi. Hal ini tidak dapat dicapai atau dipahami oleh manusia mana pun. Tuhan sendiri adalah otoritas, tetapi daging-Nya dapat tunduk pada otoritas-Nya itu. Inilah makna yang terkandung dalam perkataan: "Kristus taat pada kehendak Bapa." Tuhan adalah Roh dan dapat melakukan pekerjaan penyelamatan, sebagaimana Tuhan dapat menjadi manusia. Bagaimanapun juga, Tuhan sendiri melakukan pekerjaan-Nya sendiri; Dia tidak menyela atau mencampuri, apalagi melakukan pekerjaan yang saling bertentangan, sebab hakikat pekerjaan yang dilakukan Roh dan daging itu serupa. Baik Roh maupun daging, keduanya bekerja untuk menggenapi satu kehendak dan mengelola pekerjaan yang sama. Meskipun Roh dan daging memiliki dua kualitas yang berbeda, hakikat keduanya sama; keduanya memiliki hakikat Tuhan itu sendiri, dan identitas Tuhan itu sendiri. Tuhan itu sendiri tidak memiliki unsur ketidaktaatan; hakikat-Nya baik. Dia merupakan pengungkapan segala keindahan dan kebaikan, juga segenap kasih. Bahkan dalam daging, Tuhan tidak melakukan apa pun yang tidak menaati Bapa. Bahkan ketika harus mengorbankan nyawa-Nya, Dia bersedia melakukannya dengan sepenuh hati dan tidak mengambil pilihan lain. Tuhan tidak memiliki unsur pembenaran diri atau mementingkan diri sendiri, atau unsur kesombongan dan keangkuhan; Dia tidak memiliki unsur kecurangan. Segala sesuatu yang tidak menaati Tuhan berasal dari Iblis; Iblis adalah sumber segala keburukan dan kejahatan. Alasan mengapa manusia memiliki kualitas yang serupa dengan kualitas Iblis adalah karena manusia telah dirusak dan dikuasai oleh Iblis. Kristus tidak pernah dirusak oleh Iblis, sehingga Dia hanya memiliki karakter Tuhan dan tidak satu pun karakter Iblis. Betapapun sukarnya pekerjaan atau lemahnya daging, saat hidup dalam daging, Tuhan tidak akan pernah melakukan apa pun yang menyela pekerjaan Tuhan sendiri, apalagi meninggalkan kehendak Bapa dalam ketidaktaatan. Dia lebih memilih menanggung penderitaan daging daripada mengkhianati kehendak Bapa; sebagaimana yang telah dikatakan Yesus dalam doa-Nya: "Bapa-Ku, jikalau mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku: tetapi bukan seperti yang Aku kehendaki, melainkan seperti kehendak-Mu." Manusia membuat pilihannya sendiri, tetapi Kristus tidak. Meskipun Dia memiliki identitas Tuhan sendiri, Dia tetap mencari kehendak Bapa dan menggenapi apa yang dipercayakan kepada-Nya oleh Bapa, dari sudut pandang daging. Ini adalah hal yang tidak dapat dicapai manusia. Hal yang berasal dari Iblis tidak dapat memiliki hakikat Tuhan, melainkan hanya hakikat yang tidak menaati dan menentang Tuhan. Hakikat itu tidak dapat sepenuhnya taat pada Tuhan, apalagi bersedia taat pada kehendak Tuhan. Semua manusia selain Kristus dapat melakukan hal yang menentang Tuhan, dan tak seorang pun dapat secara langsung melaksanakan pekerjaan yang dipercayakan oleh Tuhan; tak seorang pun dapat menganggap pengelolaan Tuhan sebagai tugas yang harus mereka laksanakan sendiri. Berserah kepada kehendak Bapa merupakan hakikat Kristus, sedangkan ketidaktaatan terhadap Tuhan merupakan karakter Iblis. Kedua kualitas ini tidak sesuai, dan siapa pun yang memiliki kualitas Iblis tidak dapat disebut Kristus. Alasan mengapa manusia tidak dapat melakukan pekerjaan Tuhan menggantikan-Nya adalah karena manusia tidak memiliki sedikit pun hakikat Tuhan. Manusia bekerja untuk Tuhan demi kepentingan pribadi manusia dan harapan-harapannya di masa depan, tetapi Kristus bekerja untuk melakukan kehendak Tuhan Bapa.
Dikutip dari "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 107
Kemanusiaan Kristus dikuasai oleh keilahian-Nya. Meskipun Dia hidup dalam daging, kemanusiaan-Nya tidak sepenuhnya seperti manusia yang berasal dari daging. Dia memiliki karakter unik-Nya sendiri, dan ini pun dikuasai oleh keilahian-Nya. Keilahian-Nya tidak memiliki kelemahan; kelemahan Kristus mengacu pada kelemahan kemanusiaan-Nya. Sampai tingkat tertentu, kelemahan ini membatasi keilahian-Nya, tetapi batasan tersebut hanya dalam lingkup dan waktu tertentu, dan bukan tanpa batas. Ketika tiba saatnya untuk melaksanakan pekerjaan keilahian-Nya, pekerjaan itu dilakukan tanpa memandang kemanusiaan-Nya. Kemanusiaan Kristus sepenuhnya dikendalikan oleh keilahian-Nya. Terlepas dari kehidupan normal kemanusiaan-Nya, seluruh tindakan kemanusiaan-Nya dipengaruhi, dipelihara, dan diarahkan oleh keilahian-Nya. Meskipun Kristus memiliki kemanusiaan, hal itu tidak mengganggu pekerjaan keilahian-Nya. Hal ini karena kemanusiaan Kristus diarahkan oleh keilahian-Nya; meskipun kemanusiaan-Nya tidak matang dalam cara-Nya membawa diri di tengah orang lain, hal itu tidak memengaruhi pekerjaan normal keilahian-Nya. Saat Aku berkata kemanusiaan-Nya tidak terusakkan, maksud-Ku adalah kemanusiaan Kristus dapat secara langsung diperintah oleh keilahian-Nya, dan bahwa Dia memiliki nalar yang lebih tinggi daripada manusia biasa. Kemanusiaan-Nya paling tepat diarahkan oleh keilahian dalam pekerjaan-Nya; kemanusiaan-Nya paling sanggup mengungkapkan pekerjaan keilahian, juga paling sanggup tunduk pada pekerjaan itu. Karena Tuhan bekerja dalam daging, Dia tidak pernah melupakan tugas yang harus digenapi oleh manusia di dalam daging; Dia dapat menyembah Tuhan yang di surga dengan hati yang tulus. Dia memiliki hakikat Tuhan, dan identitas-Nya adalah identitas Tuhan itu sendiri. Hanya saja Dia telah datang ke bumi dan menjadi makhluk ciptaan, dengan wujud luar serupa makhluk ciptaan, dan kini memiliki kemanusiaan yang tidak Dia miliki sebelumnya. Dia mampu menyembah Tuhan yang di surga; inilah wujud Tuhan sendiri dan tidak dapat ditiru manusia. Identitas-Nya adalah Tuhan itu sendiri. Dari sudut pandang daginglah Dia menyembah Tuhan; oleh karena itu, perkataan "Kristus menyembah Tuhan di surga" tidaklah keliru. Hal yang diminta-Nya dari manusia adalah hakikat-Nya sendiri; Dia telah mencapai semua yang diminta-Nya dari manusia sebelum meminta hal itu dari mereka. Dia tidak akan menuntut apa pun dari orang lain sementara Dia sendiri terbebas dari hal itu, sebab semua ini membentuk hakikat-Nya. Dengan cara apa pun Dia melaksanakan pekerjaan-Nya, Dia tidak akan bertindak dengan cara yang tidak taat pada Tuhan. Apa pun yang diminta-Nya dari manusia, tuntutan-Nya tidak ada yang melebihi apa yang sanggup dicapai oleh manusia. Semua yang dilakukan-Nya adalah perihal melakukan kehendak Tuhan dan demi pengelolaan-Nya. Keilahian Kristus melampaui seluruh manusia; oleh karena itu, Dia memiliki otoritas tertinggi atas seluruh makhluk ciptaan. Otoritas ini adalah keilahian-Nya, yaitu watak dan hakikat Tuhan sendiri, yang menentukan identitas-Nya. Oleh karena itu, betapapun normalnya kemanusiaan-Nya, tidak dapat disangkal bahwa Dia memiliki identitas Tuhan itu sendiri; dari posisi mana pun Dia berbicara dan bagaimanapun Dia menaati kehendak Tuhan, tidak dapat dikatakan bahwa Dia bukanlah Tuhan itu sendiri. Manusia yang bodoh dan bebal sering kali menganggap kemanusiaan Kristus yang normal sebagai kecacatan. Bagaimanapun Dia mengungkapkan dan menyingkapkan hakikat keilahian-Nya, manusia tidak sanggup mengakui bahwa Dia adalah Kristus. Semakin Kristus menunjukkan ketaatan dan kerendahhatian-Nya, semakin remeh manusia bebal memandang Kristus. Bahkan ada orang-orang yang mengucilkan dan menghina-Nya, tetapi menempatkan gambar mewah "orang-orang hebat" itu di atas meja untuk disembah. Perlawanan dan ketidaktaatan manusia terhadap Tuhan berasal dari fakta bahwa hakikat Tuhan yang berinkarnasi tunduk pada kehendak Tuhan, juga dari kemanusiaan Kristus yang normal; di sinilah terletak sumber dari perlawanan dan ketidaktaatan manusia terhadap Tuhan. Jika Kristus tidak memiliki kedok kemanusiaan-Nya atau tidak mencari kehendak Bapa dari sudut pandang makhluk ciptaan, melainkan memiliki kemanusiaan yang luar biasa, maka mungkin tidak akan ada ketidaktaatan dalam diri manusia. Alasan mengapa manusia selalu bersedia percaya kepada Tuhan yang tidak kelihatan yang di surga adalah karena Tuhan yang di surga tidak memiliki kemanusiaan dan Dia tidak memiliki satu pun kualitas sebagai makhluk ciptaan. Jadi, manusia selalu memandang-Nya dengan penuh hormat, tetapi bersikap merendahkan terhadap Kristus.
Dikutip dari "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 108
Meskipun Kristus di bumi mampu bekerja atas nama Tuhan itu sendiri, Dia tidak datang dengan tujuan untuk menunjukkan citra-Nya dalam daging kepada seluruh manusia. Dia tidak datang supaya semua manusia melihat-Nya; Dia datang agar manusia dapat dituntun oleh tangan-Nya, sehingga manusia dapat memasuki zaman baru. Fungsi daging Kristus adalah untuk pekerjaan Tuhan itu sendiri, yaitu untuk pekerjaan Tuhan dalam daging, dan bukan untuk memungkinkan manusia memahami sepenuhnya hakikat daging-Nya. Bagaimanapun Dia bekerja, pekerjaan-Nya tidak akan melebihi apa yang mampu dicapai daging. Bagaimanapun Dia bekerja, Dia melakukannya dalam daging dengan kemanusiaan yang normal, dan tidak sepenuhnya mengungkapkan rupa Tuhan kepada manusia. Terlebih lagi, pekerjaan-Nya dalam daging tidak pernah begitu supranatural dan tak terukur sebagaimana yang manusia bayangkan. Meskipun Kristus merepresentasikan Tuhan sendiri dalam daging dan secara pribadi melaksanakan pekerjaan yang harus dilangsungkan Tuhan sendiri, Dia tidak menyangkal keberadaan Tuhan yang di surga, ataupun menyatakan perbuatan-perbuatan-Nya sendiri dengan terburu-buru. Akan tetapi, Dia tetap menyembunyikan diri-Nya dalam daging dengan rendah hati. Selain Kristus, orang-orang yang mengaku sebagai Kristus tidak memiliki kualitas-kualitas-Nya. Saat disejajarkan dengan watak para Kristus palsu yang sombong dan tinggi hati itu, jelas terlihat bagaimana daging Kristus yang sejati. Semakin besar kepalsuan mereka, semakin menjadi-jadi para Kristus palsu itu memamerkan diri, dan semakin cakap juga mereka dalam melakukan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat untuk menyesatkan manusia. Kristus-Kristus palsu tidak memiliki kualitas-kualitas Tuhan; Kristus tidak dinodai oleh unsur apa pun yang dimiliki Kristus-Kristus palsu. Tuhan menjadi daging hanya untuk menyempurnakan pekerjaan daging, bukan untuk sekadar mengizinkan manusia melihat-Nya. Sebaliknya, Dia membiarkan pekerjaan-Nya menegaskan identitas-Nya, dan memungkinkan apa yang diungkapkan-Nya membuktikan hakikat-Nya. Hakikat-Nya tidaklah tanpa dasar; identitas-Nya tidak diraih tangan-Nya, melainkan ditentukan oleh pekerjaan-Nya dan hakikat-Nya. Meskipun Dia memiliki hakikat Tuhan itu sendiri dan mampu melakukan pekerjaan Tuhan itu sendiri, bagaimanapun juga Dia tetaplah daging, berbeda dari Roh. Dia bukanlah Tuhan dengan kualitas-kualitas Roh, melainkan Tuhan dengan wujud luar berupa daging. Oleh karena itu, betapapun normal dan lemahnya Dia, dan bagaimanapun Dia mencari kehendak Bapa, keilahian-Nya tidak dapat disangkal. Dalam diri Tuhan yang berinkarnasi tidak hanya terdapat kemanusiaan yang normal beserta kelemahan-kelemahannya, tetapi juga terdapat keilahian-Nya yang ajaib dan tak terselami, juga seluruh perbuatan-Nya dalam daging. Oleh karena itu, baik kemanusiaan maupun keilahian sungguh-sungguh dan secara nyata ada dalam diri Kristus. Hal ini sama sekali bukan sesuatu yang hampa atau gaib. Dia datang ke bumi dengan tujuan utama untuk melaksanakan pekerjaan. Memiliki kemanusiaan yang normal merupakan keharusan untuk dapat melakukan pekerjaan di bumi; jika tidak, betapapun hebatnya kuasa keilahian-Nya, fungsi aslinya tidak dapat dimanfaatkan. Meskipun kemanusiaan-Nya amat penting, itu bukanlah hakikat-Nya. Hakikat-Nya adalah keilahian; oleh karena itu, saat Dia mulai melaksanakan pelayanan-Nya di bumi adalah saat Dia memulai mengungkapkan hakikat keilahian-Nya. Kemanusiaan-Nya hanya ada untuk menunjang kehidupan normal daging-Nya sehingga keilahian-Nya dapat melaksanakan pekerjaan sebagaimana yang biasa dilakukan dalam daging; keilahianlah yang mengarahkan seluruh pekerjaan-Nya. Saat Dia menuntaskan pekerjaan-Nya, itu berarti Dia telah menggenapi pelayanan-Nya. Hal yang harus diketahui manusia adalah keseluruhan pekerjaan-Nya, dan melalui pekerjaan-Nya, Dia memampukan manusia untuk mengenal-Nya. Selama pelaksanaan pekerjaan-Nya, Dia sepenuhnya mengungkapkan wujud keilahian-Nya, yaitu watak yang tidak dinodai oleh kemanusiaan, atau dinodai oleh pikiran dan perilaku manusia. Saat tiba waktunya ketika semua pelayanan-Nya berakhir, saat itu Dia telah mengungkapkan watak yang harus diungkapkan-Nya dengan sempurna dan sepenuhnya. Pekerjaan-Nya tidak dibimbing oleh petunjuk manusia mana pun; pengungkapan watak-Nya juga bebas, tidak dikendalikan oleh pikiran atau dipengaruhi penalaran, melainkan diungkapkan secara alami. Hal ini tidak dapat dicapai oleh manusia mana pun. Bahkan jika lingkungan sekitar menyulitkan dan keadaan tidak memungkinkan, Dia mampu mengungkapkan watak-Nya di saat yang tepat. Dia, yang adalah Kristus, mengungkapkan hakikat Kristus, sementara mereka yang bukan Kristus tidak memiliki watak Kristus. Oleh karena itu, bahkan jika semua orang melawan-Nya atau memiliki gagasan manusia tentang diri-Nya, tak seorang pun dapat menyangkal berdasarkan gagasan manusia bahwa watak yang diungkapkan oleh Kristus adalah watak Tuhan. Semua orang yang mencari Kristus dengan segenap hati atau mencari Tuhan dengan bersungguh-sungguh akan mengakui bahwa Dia adalah Kristus berdasarkan pengungkapan keilahian-Nya. Mereka tidak akan pernah menyangkal Kristus berdasarkan aspek apa pun dalam diri-Nya yang tidak sesuai dengan gagasan manusia. Meskipun manusia itu teramat bebal, semua mengetahui dengan tepat apa kehendak manusia dan apa yang berasal dari Tuhan. Hanya saja, banyak orang sengaja melawan Kristus karena maksud mereka sendiri. Jika bukan karena hal tersebut, tak seorang pun memiliki alasan untuk menyangkal keberadaan Kristus, sebab keilahian yang diungkapkan Kristus memang ada, dan pekerjaan-Nya dapat disaksikan oleh mata kepala semua orang.
Dikutip dari "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 109
Pekerjaan dan pengungkapan Kristus menentukan hakikat-Nya. Dia sanggup menunaikan apa yang telah dipercayakan kepada-Nya dengan segenap hati. Dia sanggup menyembah Tuhan yang di surga dengan hati tulus, dan dengan hati tulus mencari kehendak Bapa. Semua ini ditentukan oleh hakikat-Nya. Demikian pula pewahyuan alami-Nya ditentukan oleh hakikat-Nya; alasan Aku menyebutnya sebagai "pewahyuan alami" adalah karena pengungkapan-Nya bukanlah tiruan, ataupun didikan manusia, atau hasil pengembangan bertahun-tahun oleh manusia. Dia tidak mempelajarinya ataupun memperelok diri-Nya dengan hal itu; sebaliknya, semua itu memang sudah melekat di dalam diri-Nya. Manusia bisa saja menyangkal pekerjaan-Nya, pengungkapan-Nya, kemanusiaan-Nya, dan seluruh kehidupan kemanusiaan-Nya yang normal, tetapi tak seorang pun dapat menyangkal bahwa Dia menyembah Tuhan yang di surga dengan hati tulus; tak seorang pun dapat menyangkal bahwa Dia telah datang untuk menggenapi kehendak Bapa surgawi, dan tak seorang pun dapat menyangkal ketulusan-Nya dalam mencari Bapa. Meskipun citra-Nya tidak tampak menarik, khotbah-Nya tidak terasa luar biasa, dan pekerjaan-Nya tidak menggemparkan dunia atau mengguncang surga seperti yang dibayangkan manusia, Dia benar-benar adalah Kristus, yang menggenapi kehendak Bapa surgawi dengan hati tulus, sepenuhnya berserah kepada Bapa surgawi, dan taat sampai mati. Ini karena hakikat-Nya adalah hakikat Kristus. Kebenaran ini sulit dipercaya manusia tetapi ini fakta. Saat pelayanan Kristus telah sepenuhnya tergenapi, manusia akan dapat melihat dari pekerjaan-Nya bahwa watak dan hakikat-Nya mewakili watak dan hakikat Tuhan yang di surga. Pada saat itu, keseluruhan pekerjaan-Nya dapat meneguhkan bahwa Dia memang Firman yang menjadi manusia, dan tidak sama dengan daging dan darah manusia. Setiap langkah pekerjaan Kristus di bumi memiliki makna penting yang mewakilinya, tetapi manusia yang mengalami setiap langkah pekerjaan nyata itu tidak mampu memahami makna penting pekerjaan-Nya. Hal ini terutama terjadi dalam beberapa langkah pekerjaan yang dilangsungkan oleh Tuhan dalam inkarnasi-Nya yang kedua. Kebanyakan orang yang hanya pernah mendengar atau melihat perkataan Kristus tetapi belum pernah melihat-Nya tidak memiliki gagasan manusia mengenai pekerjaan-Nya; mereka yang pernah melihat Kristus dan mendengar perkataan-Nya, juga mengalami pekerjaan-Nya, merasa sulit menerima pekerjaan-Nya. Bukankah ini karena penampakan dan kemanusiaan Kristus yang normal tidak sesuai dengan selera manusia? Orang-orang yang menerima pekerjaan-Nya setelah Kristus pergi tidak akan mengalami kesulitan seperti itu, sebab mereka hanya menerima pekerjaan-Nya dan tidak berhubungan dengan kemanusiaan Kristus yang normal. Manusia tidak mampu melepaskan gagasannya mengenai Tuhan dan malah menilik-Nya dengan saksama; ini karena manusia hanya memusatkan perhatian pada penampilan-Nya dan tidak mampu mengenali hakikat-Nya berdasarkan pekerjaan-Nya dan perkataan-Nya. Jika manusia menutup mata terhadap penampilan Kristus atau menghindari diskusi tentang kemanusiaan Kristus, dan hanya membicarakan keilahian-Nya, yang pekerjaan dan perkataan-Nya tidak dapat dicapai manusia, maka gagasan manusia akan berkurang setengahnya, bahkan hingga semua kesulitan manusia terpecahkan.
Dikutip dari "Esensi Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 110
Dia yang adalah Tuhan yang berinkarnasi akan memiliki esensi Tuhan, dan Dia yang adalah Tuhan yang berinkarnasi akan memiliki pengungkapan Tuhan. Karena Tuhan menjadi daging, Dia akan melaksanakan pekerjaan yang ingin Dia lakukan, dan karena Tuhan menjadi daging, Dia akan mengungkapkan siapa Dia, dan akan dapat membawa kebenaran kepada manusia, menganugerahkan hidup kepadanya, dan menunjukkan jalan kepadanya. Daging yang tidak memiliki esensi Tuhan pasti bukan Tuhan yang berinkarnasi; ini tidak diragukan lagi. Jika manusia berniat untuk menyelidiki apakah daging itu adalah daging inkarnasi Tuhan, manusia harus menegaskannya dari watak yang Dia ungkapkan dan perkataan yang Dia ucapkan. Dengan kata lain, untuk menegaskan apakah itu adalah daging inkarnasi Tuhan atau bukan, dan apakah itu jalan yang benar atau bukan, orang harus membedakan berdasarkan esensi-Nya. Jadi, untuk menentukan apakah itu daging Tuhan yang berinkarnasi atau bukan, kuncinya terletak pada esensi-Nya (pekerjaan-Nya, perkataan-Nya, watak-Nya, dan banyak aspek lainnya), bukan pada penampilan lahiriahnya. Jika manusia hanya mengamati penampilan lahiriah-Nya, dan sebagai akibatnya mengabaikan esensi-Nya, ini menunjukkan bahwa manusia itu bodoh dan tidak tahu apa-apa. Penampilan lahiriah tidak dapat menentukan esensi; selain itu, pekerjaan Tuhan tidak pernah dapat sesuai dengan gagasan manusia. Bukankah penampilan lahiriah Yesus bertentangan dengan gagasan manusia? Bukankah raut wajah dan pakaian-Nya tidak dapat memberi petunjuk sedikit pun tentang jati diri-Nya yang sebenarnya? Bukankah alasan orang-orang Farisi mula-mula menentang Yesus justru karena mereka hanya melihat penampilan lahiriah-Nya, dan tidak memperhatikan perkataan yang Dia ucapkan? Aku berharap agar setiap saudara-saudari yang mencari penampakan Tuhan tidak akan mengulangi tragedi sejarah itu. Engkau tidak boleh menjadi orang-orang Farisi masa kini dan sekali lagi menyalibkan Tuhan di kayu salib. Engkau harus memikirkan dengan saksama bagaimana menyambut kedatangan Tuhan kembali, dan engkau harus memiliki pikiran yang jernih tentang bagaimana menjadi orang yang tunduk pada kebenaran. Inilah tanggung jawab setiap orang yang menantikan Yesus datang kembali di atas awan. Kita harus membersihkan mata rohani kita untuk membuatnya jelas, dan tidak terperosok ke dalam kata-kata khayalan yang berlebihan. Kita harus merenungkan tentang pekerjaan Tuhan yang nyata, dan melihat aspek Tuhan yang nyata. Jangan terbawa atau tersesat dalam khayalanmu, yang selalu menantikan hari ketika Tuhan Yesus tiba-tiba turun di antaramu di atas awan untuk membawa engkau semua yang tidak pernah mengenal atau melihat-Nya, dan yang tidak tahu bagaimana melakukan kehendak-Nya. Lebih baik pikirkanlah hal-hal yang lebih nyata!
Dikutip dari "Kata Pengantar, Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 111
Tuhan yang menjadi daging hanya mewujudkan diri-Nya sendiri kepada sejumlah orang yang mengikuti-Nya selama periode ini, saat Dia secara pribadi melakukan pekerjaan-Nya, dan bukan kepada semua makhluk ciptaan. Dia menjadi daging hanya untuk menyelesaikan satu tahap pekerjaan-Nya, dan bukan untuk menunjukkan gambar diri-Nya kepada manusia. Namun, pekerjaan-Nya harus dilakukan oleh diri-Nya sendiri, oleh karena itu, perlu bagi Dia untuk melakukannya di dalam daging. Ketika pekerjaan ini selesai, Dia akan meninggalkan dunia manusia; Dia tidak bisa tinggal selama jangka waktu yang panjang di antara umat manusia karena takut menghalangi pekerjaan yang akan datang. Yang Dia wujudkan kepada orang banyak hanyalah watak-Nya yang benar dan seluruh perbuatan-Nya, dan bukan gambar ketika Dia dua kali menjadi daging, karena gambar Tuhan hanya dapat diperlihatkan melalui watak-Nya dan tidak dapat digantikan oleh gambar daging inkarnasi-Nya. Gambar daging-Nya hanya diperlihatkan kepada sejumlah orang yang terbatas, hanya kepada mereka yang mengikuti-Nya tatkala Dia bekerja dalam daging. Inilah sebabnya pekerjaan yang dilakukan sekarang, dilakukan secara rahasia. Dengan cara yang sama, Yesus hanya memperlihatkan diri-Nya kepada orang Yahudi ketika Dia melakukan pekerjaan-Nya, dan tidak pernah secara terbuka memperlihatkan diri-Nya kepada bangsa lain mana pun. Jadi, begitu Dia telah menyelesaikan pekerjaan-Nya, Dia segera meninggalkan dunia manusia dan tidak tetap tinggal; sesudahnya, bukan Dia, bukan gambar manusia ini, yang memperlihatkan diri-Nya kepada manusia, melainkan Roh Kudus yang melakukan pekerjaan secara langsung. Begitu pekerjaan Tuhan yang menjadi daging sepenuhnya selesai, Dia akan meninggalkan dunia fana, dan tidak akan pernah lagi Dia melakukan pekerjaan yang sama dengan apa yang telah Dia lakukan ketika Dia berada dalam daging. Setelah ini, semua pekerjaan dilakukan secara langsung oleh Roh Kudus. Selama periode ini, manusia hampir tidak dapat melihat gambar dari tubuh daging-Nya; Dia sama sekali tidak memperlihatkan diri-Nya kepada manusia, tetapi tetap tersembunyi untuk selamanya. Waktu bagi pekerjaan Tuhan yang menjadi daging terbatas. Pekerjaan itu dilakukan pada zaman, periode, dan bangsa tertentu, dan di antara orang-orang tertentu. Pekerjaan ini hanya merepresentasikan pekerjaan selama periode inkarnasi Tuhan; itu merepresentasikan sebuah zaman; dan itu merepresentasikan pekerjaan Roh Tuhan pada zaman tertentu, dan bukan keseluruhan pekerjaan-Nya. Oleh karena itu, gambar Tuhan yang menjadi daging tidak akan diperlihatkan kepada semua orang. Apa yang diperlihatkan kepada orang banyak adalah kebenaran Tuhan dan watak-Nya secara keseluruhan, bukan gambar-Nya ketika Dia dua kali menjadi daging. Tidak satu gambar pun yang diperlihatkan kepada manusia, juga tidak dua gambar yang digabungkan. Oleh karena itu, sangat penting bahwa daging inkarnasi Tuhan harus meninggalkan bumi setelah menyelesaikan pekerjaan yang perlu Dia lakukan, karena Dia datang hanya untuk melakukan pekerjaan yang harus Dia lakukan, dan bukan untuk memperlihatkan gambar diri-Nya kepada manusia. Walaupun makna penting inkarnasi telah digenapi oleh Tuhan dengan dua kali menjadi daging, Dia tetap tidak akan secara terbuka mewujudkan diri-Nya kepada bangsa mana pun yang belum pernah melihat-Nya. Yesus tidak akan pernah lagi memperlihatkan diri-Nya kepada orang Yahudi sebagai Surya Kebenaran, Dia juga tidak akan berdiri di atas Bukit Zaitun dan menampakkan diri kepada semua suku bangsa; satu-satunya yang orang Yahudi lihat adalah potret Yesus selama waktu-Nya di Yudea. Ini karena pekerjaan Yesus dalam inkarnasi-Nya berakhir dua ribu tahun yang lalu; Dia tidak akan kembali ke Yudea dalam gambar seorang Yahudi, apalagi memperlihatkan diri-Nya dalam gambar seorang Yahudi kepada bangsa non-Yahudi mana pun, karena gambar Yesus menjadi daging hanyalah gambar seorang Yahudi, dan bukan gambar Anak manusia yang Yohanes lihat. Meskipun Yesus berjanji kepada para pengikut-Nya bahwa Dia akan datang kembali, Dia tidak akan sama sekali memperlihatkan diri-Nya dalam gambar seorang Yahudi kepada semua orang di negara-negara non-Yahudi. Engkau semua harus tahu bahwa pekerjaan Tuhan yang menjadi daging adalah membuka zaman. Pekerjaan ini terbatas untuk beberapa tahun saja, dan Dia tidak dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan Roh Tuhan, sebagaimana gambar Yesus sebagai orang Yahudi hanya dapat merepresentasikan gambar Tuhan saat Dia bekerja di Yudea, dan Dia hanya dapat melakukan pekerjaan penyaliban. Selama periode Yesus berada dalam daging, Dia tidak dapat melakukan pekerjaan mengakhiri zaman atau menghancurkan umat manusia. Oleh karena itu, setelah Dia disalibkan dan telah menyelesaikan pekerjaan-Nya, Dia naik ke tempat tertinggi dan selamanya menyembunyikan diri-Nya dari manusia. Sejak saat itu, orang-orang percaya yang setia dari bangsa-bangsa bukan Yahudi tidak dapat melihat perwujudan Tuhan Yesus, tetapi hanya potret diri-Nya yang mereka tempelkan di dinding. Potret ini hanya gambar yang dibuat manusia, dan bukan gambar Tuhan seperti yang Dia sendiri perlihatkan kepada manusia. Tuhan tidak akan secara terbuka memperlihatkan diri-Nya kepada orang banyak dalam gambar ketika Dia dua kali menjadi daging. Pekerjaan yang Dia lakukan di antara umat manusia adalah untuk memungkinkan mereka memahami watak-Nya. Semua ini diperlihatkan kepada manusia melalui pekerjaan di zaman yang berbeda; ini dicapai melalui watak yang telah Dia perlihatkan dan pekerjaan yang telah Dia lakukan, bukan melalui perwujudan Yesus. Dengan kata lain, gambar Tuhan diperlihatkan kepada manusia bukan melalui gambar inkarnasi, tetapi melalui pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan yang berinkarnasi yang memiliki baik gambar maupun bentuk; dan melalui pekerjaan-Nya, gambar-Nya dan watak-Nya diperlihatkan. Inilah makna penting pekerjaan yang Dia ingin lakukan dalam daging.
Begitu pekerjaan kedua inkarnasi Tuhan berakhir, Dia akan mulai memperlihatkan watak benar-Nya di seluruh bangsa-bangsa yang tidak percaya kepada Tuhan, memungkinkan orang banyak untuk melihat gambar-Nya. Dia akan mewujudkan watak-Nya dan melalui cara ini membuat kesudahan kategori manusia yang berbeda menjadi jelas, dengan demikian mengakhiri zaman yang lama sepenuhnya. Alasan mengapa pekerjaan-Nya dalam daging tidak meluas ke wilayah yang lebih luas (sama seperti Yesus hanya bekerja di Yudea, dan sekarang Aku hanya bekerja di antaramu) adalah karena pekerjaan-Nya dalam daging memiliki batas-batas dan keterbatasan. Dia hanya melakukan pekerjaan jangka pendek di dalam gambar diri seorang manusia yang normal dan biasa; Dia tidak menggunakan daging inkarnasi ini untuk melakukan pekerjaan kekekalan atau pekerjaan menampakkan diri kepada orang-orang dari bangsa-bangsa yang tidak percaya kepada Tuhan. Pekerjaan dalam daging hanya dapat dilakukan dalam lingkup yang terbatas (seperti bekerja hanya di Yudea atau hanya di antaramu), dan kemudian, melalui pekerjaan yang dilakukan dalam batas-batas inilah, ruang lingkupnya dapat kemudian diperluas. Tentu saja, pekerjaan perluasan dilakukan secara langsung oleh Roh-Nya dan tidak akan lagi menjadi pekerjaan daging inkarnasi-Nya. Karena pekerjaan dalam daging memiliki batas-batas dan tidak meluas ke segala penjuru alam semesta—ini tak dapat dicapai oleh pekerjaan dalam daging. Melalui pekerjaan dalam daging, Roh-Nya melakukan pekerjaan selanjutnya. Jadi, pekerjaan yang dilakukan dalam daging bersifat perdana yang dilakukan dalam batas-batas tertentu: setelah ini, Roh-Nyalah yang akan melanjutkan pekerjaan ini, dan Dia melakukannya dalam lingkup yang lebih luas.
Dikutip dari "Misteri Inkarnasi (2)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 112
Tuhan datang untuk bekerja di bumi ini hanya untuk memimpin zaman; Dia hanya bermaksud membuka zaman yang baru dan mengakhiri zaman yang lama. Dia tidak datang untuk menjalani perjalanan hidup seorang manusia di bumi, untuk mengalami sendiri suka dan duka kehidupan dunia manusia, atau untuk menyempurnakan orang tertentu dengan tangan-Nya atau secara pribadi mengawasi orang tertentu saat dia bertumbuh. Ini bukan pekerjaan-Nya; pekerjaan-Nya hanya memulai zaman yang baru dan mengakhiri zaman yang lama. Artinya, Dia akan secara pribadi memulai sebuah zaman, secara pribadi mengakhiri zaman yang lain, dan mengalahkan Iblis dengan melakukan pekerjaan-Nya secara pribadi. Setiap kali Dia melakukan pekerjaan-Nya secara pribadi, seolah-olah Dia sedang menjejakkan kaki di medan perang. Pertama-tama, Dia mengalahkan dunia dan menang atas Iblis selagi berada dalam daging; Dia mendapatkan segala kemuliaan dan memulai keseluruhan pekerjaan selama dua ribu tahun, membuat semua manusia di bumi memiliki jalan yang benar untuk ditapaki, serta kehidupan penuh damai dan sukacita untuk dijalani. Namun, Tuhan tidak dapat hidup di bumi bersama dengan manusia untuk waktu yang lama, karena Tuhan adalah Tuhan dan bagaimanapun tidak sama dengan manusia. Dia tidak dapat hidup seumur kehidupan orang normal, artinya, Dia tidak dapat tinggal di bumi sebagai seseorang pada umumnya, karena Dia hanya memiliki bagian minimal kemanusiaan normal seorang manusia normal untuk menopang kehidupan manusia-Nya. Dengan kata lain, bagaimana mungkin Tuhan memulai sebuah keluarga, memiliki karier, dan membesarkan anak-anak di bumi? Bukankah ini sebuah aib bagi-Nya? Bahwa kepada-Nya diberikan kemanusiaan yang normal hanyalah demi tujuan melaksanakan pekerjaan dengan cara yang normal, bukan untuk memampukan-Nya untuk berkeluarga dan berkarier seperti yang dilakukan manusia normal. Nalar-Nya yang normal, pikiran-Nya yang normal, serta makan dan berpakaian daging-Nya yang normal cukup untuk membuktikan bahwa Dia memiliki kemanusiaan yang normal; tidak perlu bagi-Nya untuk memiliki keluarga atau karier untuk membuktikan bahwa Dia dilengkapi dengan kemanusiaan yang normal. Ini sama sekali tidak perlu! Kedatangan Tuhan ke bumi adalah Firman menjadi manusia; Dia hanya mengizinkan manusia untuk memahami firman-Nya dan melihat firman-Nya, yaitu, mengizinkan manusia untuk melihat pekerjaan yang dilakukan oleh daging. Dia tidak bermaksud agar manusia memperlakukan daging-Nya dengan cara tertentu, tetapi hanya agar manusia taat sampai pada akhirnya, yaitu menaati seluruh firman yang keluar dari mulut-Nya, dan tunduk pada semua pekerjaan yang Dia lakukan. Dia hanya bekerja di dalam daging; Dia bukan secara sengaja meminta manusia untuk meninggikan kebesaran dan kekudusan daging-Nya, melainkan memperlihatkan kepada manusia hikmat pekerjaan-Nya dan semua otoritas yang Dia miliki. Oleh karena itu, meskipun Dia memiliki kemanusiaan yang luar biasa, Dia tidak membuat pengumuman, dan hanya berfokus pada pekerjaan yang harus Dia lakukan. Engkau semua seharusnya tahu mengapa Tuhan menjadi daging, tetapi tidak mengumumkan atau bersaksi tentang kemanusiaan normal-Nya, tetapi hanya melakukan pekerjaan yang Dia ingin lakukan. Oleh karena itu, satu-satunya yang dapat engkau lihat dari Tuhan yang berinkarnasi adalah siapa diri-Nya secara ilahi; ini karena Dia tidak pernah menyatakan siapa diri-Nya sebagai manusia sehingga manusia dapat meniru siapa diri-Nya sebagai manusia. Hanya saat manusia memimpin orang-orang, barulah dia membicarakan siapa dirinya sebagai manusia, demi memperoleh kekaguman dan kepercayaan mereka dengan lebih baik dan dengan demikian mencapai kepemimpinannya atas orang lain. Sebaliknya, Tuhan menaklukkan manusia hanya melalui pekerjaan-Nya (yaitu, pekerjaan yang tidak dapat dicapai oleh manusia); tidaklah penting apakah dia dikagumi oleh manusia atau membuat manusia mengagumi-Nya. Satu-satunya yang Dia lakukan adalah menanamkan dalam diri manusia rasa hormat terhadap-Nya atau perasaan akan betapa tak terselami diri-Nya. Tuhan tidak perlu membuat manusia terkesan; satu-satunya yang Dia butuhkan adalah engkau menghormati diri-Nya begitu engkau telah menyaksikan watak-Nya. Pekerjaan yang Tuhan lakukan adalah pekerjaan-Nya sendiri; pekerjaan itu tidak dapat dilakukan oleh manusia menggantikan diri-Nya, juga tidak dapat dicapai manusia. Hanya Tuhan itu sendiri yang dapat melakukan pekerjaan-Nya sendiri dan memulai zaman yang baru untuk memimpin manusia masuk ke dalam kehidupan yang baru. Pekerjaan yang Dia lakukan adalah memampukan manusia untuk memiliki kehidupan yang baru dan memasuki zaman yang baru. Sisa pekerjaan diserahkan kepada mereka dengan kemanusiaan yang normal yang dikagumi oleh orang lain. Oleh karena itu, pada Zaman Kasih Karunia, Dia menyelesaikan pekerjaan dua ribu tahun hanya dalam waktu tiga setengah tahun dari ketiga puluh tiga tahun umur-Nya di dalam daging. Ketika Tuhan datang ke bumi untuk melakukan pekerjaan-Nya, Dia selalu menyelesaikan pekerjaan dua ribu tahun atau pekerjaan seluruh zaman dalam rentang waktu terpendek selama beberapa tahun. Dia tidak berlambat-lambat, dan Dia tidak menunda: Dia hanya memadatkan pekerjaan bertahun-tahun sehingga pekerjaan itu diselesaikan hanya dalam waktu beberapa tahun saja. Ini karena pekerjaan yang Dia lakukan secara pribadi sepenuhnya untuk membukakan jalan keluar yang baru dan memimpin zaman yang baru.
Dikutip dari "Misteri Inkarnasi (2)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 113
Ketika Tuhan melakukan pekerjaan-Nya, Dia datang bukan untuk terlibat dalam pembangunan atau gerakan apa pun, melainkan untuk melakukan pelayanan-Nya. Setiap kali Dia menjadi manusia, hal itu hanyalah untuk menyelesaikan satu tahap pekerjaan dan meluncurkan zaman yang baru. Sekarang Zaman Kerajaan telah tiba, demikian halnya dengan pelatihan untuk kerajaan. Tahap pekerjaan ini bukanlah pekerjaan manusia, dan bukan untuk membentuk manusia sampai ke taraf tertentu, melainkan hanya untuk menyelesaikan sebagian dari pekerjaan Tuhan. Apa yang Dia lakukan bukanlah pekerjaan manusia, bukan untuk mencapai hasil tertentu dalam membentuk manusia sebelum meninggalkan bumi; apa yang Dia lakukan adalah untuk melakukan pelayanan-Nya dan menyelesaikan pekerjaan yang harus Dia lakukan, yakni membuat pengaturan yang tepat untuk pekerjaan-Nya di bumi, dan dengan demikian memperoleh kemuliaan. Pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi tidak seperti pekerjaan orang-orang yang dipakai oleh Roh Kudus. Ketika Tuhan datang untuk melakukan pekerjaan-Nya di bumi, Dia hanya memedulikan tentang pelaksanaan pelayanan-Nya. Sedangkan mengenai semua hal lain yang tidak berkaitan dengan pelayanan-Nya, Dia nyaris tidak ambil bagian, bahkan sampai ke taraf menutup mata terhadap hal itu. Dia hanya melakukan pekerjaan yang harus Dia lakukan, dan tidak sedikit pun peduli tentang pekerjaan yang harus manusia lakukan. Pekerjaan yang Dia lakukan hanyalah yang berkaitan dengan zaman di mana Dia berada dan dengan pelayanan yang harus Dia lakukan, seolah-olah semua hal lainnya berada di luar lingkup-Nya. Dia tidak memperlengkapi diri-Nya dengan lebih banyak pengetahuan dasar tentang kehidupan sebagai salah satu di antara umat manusia, Dia juga tidak belajar lebih banyak keterampilan sosial atau memperlengkapi diri-Nya dengan hal lain apa pun yang manusia pahami. Segala sesuatu yang perlu dimiliki oleh manusia, sama sekali tidak dipedulikan-Nya dan Dia hanya melakukan pekerjaan yang merupakan tugas-Nya. Jadi, dalam pandangan manusia, Tuhan yang berinkarnasi memiliki kekurangan dalam banyak hal, sampai-sampai Dia bahkan tidak memperhatikan banyak hal yang seharusnya manusia miliki, dan Dia tidak memiliki pemahaman tentang hal-hal semacam itu. Hal-hal seperti pengetahuan umum tentang kehidupan, serta prinsip-prinsip yang mengatur perilaku pribadi dan interaksi dengan orang lain, tampaknya tidak ada hubungan dengan diri-Nya. Namun, engkau sama sekali tidak dapat merasakan sedikit pun ketidaknormalan dari Tuhan yang berinkarnasi. Dengan kata lain, kemanusiaan-Nya hanya mempertahankan kehidupan-Nya sebagai seorang yang normal dan penalaran normal otak-Nya, memberi-Nya kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah. Namun, Dia tidak diperlengkapi dengan hal lain apa pun, semua hal yang hanya manusia (makhluk ciptaan) saja yang seharusnya memilikinya. Tuhan menjadi daging hanya untuk melakukan pelayanan-Nya sendiri. Pekerjaan-Nya ditujukan pada keseluruhan zaman, bukan pada orang atau tempat tertentu melainkan pada seluruh alam semesta. Inilah arah pekerjaan-Nya dan prinsip-Nya dalam bekerja. Tidak seorang pun dapat mengubah hal ini, dan manusia sama sekali tidak dapat terlibat di dalamnya. Setiap kali Tuhan menjadi daging, Dia membawa bersama-Nya pekerjaan zaman itu, dan tidak berniat untuk hidup berdampingan dengan manusia selama dua puluh, tiga puluh, empat puluh, bahkan tujuh puluh atau delapan puluh tahun agar manusia dapat lebih memahami dan memperoleh wawasan tentang diri-Nya. Hal itu tidak perlu dilakukan! Melakukannya sama sekali tidak akan memperdalam pengetahuan manusia tentang watak yang melekat pada diri Tuhan; sebaliknya, itu hanya akan menambah gagasannya serta membuat gagasan dan pemikirannya itu menjadi keras dan tak mungkin berubah. Oleh karena itu, engkau semua harus memahami secara tepat apa yang dimaksud dengan pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi. Tentunya engkau semua tidak mungkin gagal memahami firman yang Kusampaikan kepadamu: "Aku telah datang bukan untuk mengalami kehidupan seorang manusia normal"? Apakah engkau semua sudah lupa dengan firman: "Tuhan datang ke bumi bukan untuk menjalani kehidupan seorang manusia normal"? Engkau semua tidak mengerti tujuan Tuhan dalam menjadi daging, engkau semua juga tidak memahami makna dari "Bagaimana mungkin Tuhan datang ke bumi dengan maksud mengalami kehidupan seorang makhluk ciptaan?" Tuhan datang ke bumi semata-mata untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya, jadi pekerjaan-Nya di bumi tidak memakan waktu lama. Dia datang ke bumi bukan dengan maksud menyebabkan Roh Tuhan mengolah tubuh daging-Nya untuk menjadi manusia unggul yang akan memimpin gereja. Ketika Tuhan datang ke bumi, itu adalah Firman yang menjadi manusia; tetapi manusia tidak mengetahui pekerjaan-Nya tersebut dan secara paksa menghubungkan segala sesuatu kepada-Nya. Namun, engkau semua harus menyadari bahwa Tuhan adalah Firman yang menjadi manusia, bukan tubuh daging yang telah diolah oleh Roh Tuhan untuk mengambil peran sebagai Tuhan untuk saat ini. Tuhan itu sendiri bukan merupakan hasil pengolahan, melainkan Firman yang menjadi manusia, dan sekarang ini Dia secara resmi melakukan pekerjaan-Nya di antara engkau semua. Engkau semua mengetahui, dan mengakui, bahwa inkarnasi Tuhan adalah fakta yang nyata, tetapi engkau semua bertindak seolah-olah engkau memahaminya. Mulai dari pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi hingga makna penting dan hakikat dari inkarnasi-Nya, engkau semua tidak mampu memahami hal-hal ini sedikit pun dan hanya mengikuti orang lain melafalkan kata-kata yang dihafalkan dengan fasih. Apakah engkau menganggap Tuhan yang berinkarnasi itu seperti yang engkau bayangkan?
Dikutip dari "Misteri Inkarnasi (3)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 114
Tuhan menjadi daging semata-mata untuk memimpin zaman ini dan memulai pekerjaan baru. Penting bagi engkau semua untuk memahami poin ini. Hal ini sangat berbeda dengan fungsi manusia, dan keduanya tidak dapat disamakan. Manusia perlu diolah dan disempurnakan untuk waktu yang lama sebelum ia dapat dipakai untuk melakukan sebuah pekerjaan, dan jenis kemanusiaan yang dibutuhkan adalah yang bertaraf sangat tinggi. Manusia bukan saja harus mampu mempertahankan nalar kemanusiaannya yang normal, tetapi ia juga harus lebih jauh memahami banyak prinsip dan aturan yang mengatur perilakunya dalam hubungannya dengan orang lain, tambahan lagi ia harus berkomitmen untuk belajar lebih banyak lagi mengenai hikmat dan pengetahuan tentang etika manusia. Dengan hal-hal inilah manusia harus diperlengkapi. Namun, tidak demikian halnya dengan Tuhan yang menjadi daging, karena pekerjaan-Nya tidak merepresentasikan manusia, juga bukan merupakan pekerjaan manusia; sebaliknya, pekerjaan-Nya adalah pengungkapan langsung dari wujud-Nya dan implementasi langsung dari pekerjaan yang harus Dia lakukan. (Tentu saja, pekerjaan-Nya dilakukan pada saat yang tepat, tidak secara sembarangan atau acak, dan pekerjaan-Nya itu dimulai ketika tiba saatnya untuk melakukan pelayanan-Nya.) Dia tidak ambil bagian dalam kehidupan manusia ataupun pekerjaan manusia, yang berarti, kemanusiaan-Nya tidak diperlengkapi dengan satu pun dari hal-hal ini (meskipun ini tidak memengaruhi pekerjaan-Nya). Dia hanya melakukan pelayanan-Nya ketika tiba saat bagi-Nya untuk melakukannya; apa pun status-Nya, Dia hanya terus maju dengan pekerjaan yang harus Dia lakukan. Apa pun yang manusia ketahui tentang diri-Nya dan apa pun pendapat manusia tentang diri-Nya, pekerjaan-Nya sama sekali tidak terpengaruh. Sebagai contoh, ketika Yesus melakukan pekerjaan-Nya, tidak seorang pun mengetahui dengan pasti siapa diri-Nya, tetapi Dia hanya terus maju dalam pekerjaan-Nya. Tidak satu pun dari hal ini menghalangi Dia dalam melakukan pekerjaan yang harus Dia lakukan. Oleh karena itu, Dia tidak dari sejak awal mengakui atau menyatakan identitas-Nya sendiri, dan hanya meminta manusia untuk mengikuti diri-Nya. Tentu saja ini bukan semata-mata kerendahhatian Tuhan, tetapi juga merupakan cara Tuhan bekerja dalam daging. Dia hanya dapat bekerja dengan cara ini, karena manusia tidak mungkin dapat mengenali Dia dengan mata telanjang. Dan bahkan sekalipun manusia mengenali-Nya, manusia tidak akan mampu membantu dalam pekerjaan-Nya. Lagipula, Dia menjadi manusia bukan untuk membuat manusia mengenal tubuh daging-Nya; melainkan untuk melakukan pekerjaan dan menggenapi pelayanan-Nya. Karena alasan ini, Dia tidak menganggap penting untuk menyingkapkan identitas-Nya kepada orang banyak. Ketika Dia telah menyelesaikan semua pekerjaan yang harus Dia lakukan, seluruh identitas dan status-Nya akan dengan sendirinya menjadi jelas bagi manusia. Tuhan yang menjadi daging tetap berdiam diri dan tak pernah membuat pernyataan apa pun. Dia tidak memedulikan manusia atau bagaimana keadaan manusia dalam mengikuti Dia, tetapi terus saja maju dalam melaksanakan pelayanan-Nya dan melakukan pekerjaan yang harus Dia lakukan. Tidak seorang pun mampu menghalangi pekerjaan-Nya. Ketika tiba saatnya bagi-Nya untuk mengakhiri pekerjaan-Nya, pekerjaan itu pasti disudahi dan diakhiri, dan tidak seorang pun dapat menentukan hal yang sebaliknya. Hanya setelah Dia meninggalkan manusia setelah menyelesaikan pekerjaan-Nya, barulah manusia akan memahami pekerjaan yang Dia lakukan, meskipun masih belum memahami sepenuhnya dengan jelas. Dan akan perlu waktu yang lama bagi manusia untuk sepenuhnya memahami maksud Tuhan ketika Dia pertama kali melakukan pekerjaan-Nya. Dengan kata lain, pekerjaan zaman inkarnasi Tuhan terbagi menjadi dua bagian. Satu bagian terdiri atas pekerjaan yang dilakukan oleh daging inkarnasi dari Tuhan itu sendiri dan firman yang diucapkan oleh daging inkarnasi dari Tuhan itu sendiri. Begitu pelayanan daging-Nya telah diselesaikan sepenuhnya, bagian lainnya dari pekerjaan itu harus tetap dilakukan oleh mereka yang dipakai oleh Roh Kudus. Pada waktu inilah manusia harus memenuhi fungsinya, karena Tuhan telah membuka jalan, dan jalan itu harus ditempuh oleh manusia itu sendiri. Dengan kata lain, Tuhan yang menjadi manusia melakukan satu bagian pekerjaan, dan kemudian Roh Kudus dan mereka yang dipakai oleh Roh Kudus akan melanjutkan pekerjaan ini. Jadi, manusia harus tahu apa pekerjaan yang terutama dilakukan oleh Tuhan yang menjadi daging pada tahap ini, dan ia harus memahami secara tepat apa makna penting Tuhan menjadi daging dan pekerjaan apa yang harus dilakukan-Nya, dan tidak mengajukan tuntutan kepada Tuhan sesuai dengan tuntutan yang diajukan kepada manusia. Di sinilah letak kesalahan manusia, gagasannya, dan terlebih lagi, ketidaktaatannya.
Dikutip dari "Misteri Inkarnasi (3)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 115
Tuhan menjadi daging bukan dengan maksud memungkinkan manusia mengenal daging-Nya, atau memungkinkan manusia untuk mengetahui perbedaan antara daging dari Tuhan yang berinkarnasi dengan daging manusia; Tuhan juga menjadi daging bukan untuk melatih kekuatan kemampuan manusia dalam membedakan, dan terlebih lagi, Dia menjadi daging bukan dengan maksud memungkinkan manusia untuk menyembah daging inkarnasi Tuhan, sehingga dengan demikian memperoleh kemuliaan yang besar. Tidak satu pun dari hal-hal ini merupakan maksud Tuhan yang semula dalam menjadi daging. Tuhan juga menjadi daging bukan untuk menghukum manusia, bukan untuk secara sengaja menyingkapkan manusia, ataupun mempersulit manusia. Tidak satu pun dari hal-hal ini merupakan maksud Tuhan . Setiap kali Tuhan menjadi daging, ini adalah bentuk pekerjaan yang tak terhindarkan. Demi pekerjaan-Nya yang lebih besar dan pengelolaan-Nya yang lebih besarlah Dia bertindak sebagaimana yang Dia lakukan, dan bukan karena alasan-alasan yang manusia bayangkan. Tuhan datang ke bumi semata-mata yang diharuskan oleh pekerjaan-Nya, dan semata-mata sesuai dengan kebutuhan. Dia tidak datang ke bumi dengan maksud sekadar melihat-lihat, melainkan untuk melakukan pekerjaan yang harus Dia lakukan. Untuk apa lagi Dia menanggung beban seberat itu dan mengambil risiko sebesar itu untuk melakukan pekerjaan ini? Tuhan menjadi daging hanya saat Dia harus melakukannya, dan selalu dengan makna penting yang unik. Jika tujuan-Nya hanyalah memungkinkan orang untuk melihat diri-Nya dan untuk memperluas wawasan mereka, maka mutlak dapat dipastikan, Dia tidak akan pernah semudah itu datang di antara manusia. Dia datang ke bumi demi pengelolaan dan pekerjaan-Nya yang lebih besar, dan agar Dia bisa mendapatkan lebih banyak manusia. Dia datang untuk merepresentasikan zaman, Dia datang untuk mengalahkan Iblis, dan Dia mengenakan daging pada diri-Nya untuk mengalahkan Iblis. Bahkan lebih dari itu, Dia datang untuk menuntun seluruh umat manusia dalam menjalani hidup mereka. Semua ini menyangkut pengelolaan-Nya, dan menyangkut pekerjaan seluruh alam semesta. Jika Tuhan menjadi daging hanya untuk memungkinkan manusia mengenal daging-Nya dan membuka mata orang-orang, mengapa Dia tidak melakukan saja perjalanan ke semua negara? Bukankah ini hal yang sangat mudah? Namun, Dia tidak melakukannya, sebaliknya memilih sebuah tempat yang sesuai untuk menetap dan memulai pekerjaan yang harus Dia lakukan. Daging ini saja sudah memiliki makna yang sangat penting. Dia merepresentasikan seluruh zaman, dan juga melakukan pekerjaan seluruh zaman; Dia mengakhiri zaman yang lama serta memulai zaman yang baru. Semua ini adalah perkara penting yang menyangkut pengelolaan Tuhan, dan semua ini merupakan makna penting dari satu tahap pekerjaan yang membuat Tuhan datang ke bumi untuk melakukan-Nya.
Dikutip dari "Misteri Inkarnasi (3)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 116
Cara Tuhan menyelamatkan manusia tidaklah dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode Roh dan identitas Roh, karena Roh-Nya tidak dapat disentuh ataupun dilihat manusia, serta tidak dapat didekati oleh manusia. Jika Dia mencoba menyelamatkan manusia secara langsung dengan menggunakan perspektif Roh, manusia tidak akan mampu menerima keselamatan-Nya. Dan, jika bukan karena Tuhan mengenakan bentuk luar manusia ciptaan, manusia tidak akan mungkin menerima keselamatan ini. Karena manusia sama sekali tidak dapat mendekati-Nya, sama seperti tak seorang pun mampu mendekati awan Yahweh. Hanya dengan menjadi seorang manusia ciptaan, yakni memasukkan firman-Nya ke dalam daging, Dia akan menjadi manusia, dapat secara pribadi mengerjakan firman-Nya dalam diri semua orang yang mengikuti-Nya. Hanya dengan demikian, manusia dapat mendengar sendiri firman-Nya, melihat firman-Nya, menerima firman-Nya, dan kemudian melalui hal ini, sepenuhnya diselamatkan. Jika Tuhan tidak menjadi daging, tidak ada manusia daging yang akan menerima keselamatan yang demikian agung, tidak akan ada seorang pun yang akan diselamatkan. Jika Roh Tuhan bekerja secara langsung di antara manusia, manusia akan diremukkan dan ditawan sepenuhnya oleh Iblis karena manusia tidak mampu untuk berhubungan dengan Tuhan. Inkarnasi pertama adalah untuk menebus manusia dari dosa melalui daging Yesus, yang artinya Dia menyelamatkan manusia dari salib. Namun watak Iblis yang rusak tetap ada dalam diri manusia. Inkarnasi kedua tidak lagi berfungsi sebagai korban penghapus dosa, melainkan bertujuan untuk sepenuhnya menyelamatkan mereka yang telah ditebus dari dosa. Ini dilakukan agar orang-orang yang telah diampuni dapat dibebaskan dari dosa-dosa mereka dan ditahirkan sepenuhnya, serta mencapai perubahan dalam watak mereka, terlepas dari pengaruh kegelapan si Iblis dan kembali ke hadapan takhta Tuhan. Hanya dengan cara inilah manusia dapat sepenuhnya disucikan. Tuhan memulai pekerjaan penyelamatan di Zaman Kasih Karunia setelah Zaman Hukum Taurat berakhir. Berlanjut hingga akhir zaman, dimana melalui pekerjaan penghakiman dan hajaran-Nya atas manusia karena pemberontakan mereka, Tuhan akan sepenuhnya menyucikan umat manusia. Baru setelah itu Tuhan akan menyimpulkan pekerjaan penyelamatan dan memasuki hari perhentian-Nya. Oleh karena itu, dalam tiga tahap pekerjaan, hanya dua kali Tuhan sendiri menjadi daging untuk melakukan pekerjaan-Nya di antara manusia. Itu dikarenakan hanya satu dari ketiga tahap pekerjaan yang bertujuan untuk memimpin manusia dalam kehidupan mereka, sementara dua tahap lainnya adalah pekerjaan penyelamatan. Hanya jika Tuhan menjadi manusia, Dia dapat hidup berdampingan dengan manusia, mengalami penderitaan dunia dan hidup dalam daging yang normal. Hanya dengan cara inilah Dia dapat menyediakan bagi manusia jalan praktis yang mereka butuhkan sebagai makhluk ciptaan. Manusia menerima keselamatan penuh dari Tuhan karena Tuhan yang berinkarnasi, bukan langsung menerimanya melalui doa-doa yang mereka naikkan ke surga. Karena manusia itu adalah darah dan daging; mereka tidak mampu melihat Roh Tuhan, apalagi mendekati-Nya. Manusia hanya dapat berhubungan dengan Tuhan yang berinkarnasi dalam daging. Hanya melalui Dia, manusia dapat memahami seluruh jalan dan kebenaran, serta menerima keselamatan penuh. Inkarnasi kedua memadai untuk menyingkirkan dosa manusia dan sepenuhnya menyucikan manusia. Oleh karena itu, inkarnasi kedua akan mengakhiri semua pekerjaan Tuhan dalam daging dan melengkapi makna inkarnasi Tuhan. Setelah itu, pekerjaan Tuhan dalam daging akan sepenuhnya berakhir. Setelah inkarnasi kedua, Dia tidak akan lagi menjadi daging untuk melakukan pekerjaan-Nya. Karena seluruh pengelolaan-Nya akan berakhir. Di akhir zaman, inkarnasi-Nya akan sepenuhnya memungkinkan Dia memenangkan umat pilihan-Nya, dan semua manusia di akhir zaman akan terbagi menurut jenis mereka. Dia tidak akan lagi melakukan pekerjaan penyelamatan, juga tidak akan kembali menjadi daging untuk melakukan pekerjaan apa pun.
Dikutip dari "Misteri Inkarnasi (4)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 117
Apa yang telah manusia capai sekarang—tingkat pertumbuhan manusia sekarang, pengetahuan mereka, kasih, kesetiaan, ketaatan, dan cara mereka memandang—semuanya dicapai melalui penghakiman oleh firman. Bahwa engkau bisa setia dan tetap bertahan sampai hari ini, itu semua diperoleh melalui firman. Sekarang, manusia melihat pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi yang sungguh luar biasa. Ada banyak yang tidak dapat dicapai oleh manusia; semua itu misteri dan keajaiban. Oleh karena itu, banyak orang telah tunduk. Beberapa orang tidak pernah tunduk kepada siapa pun sejak mereka dilahirkan, namun sekarang ketika mereka melihat firman Tuhan, mereka sepenuhnya tunduk tanpa menyadari bahwa mereka telah melakukannya, dan mereka tidak berani meneliti atau mengatakan hal-hal lain. Manusia telah jatuh di bawah firman dan bertekuk lutut di bawah penghakiman oleh firman. Jika Roh Tuhan berbicara kepada manusia secara langsung, mereka semua akan tunduk kepada suara itu, jatuh tanpa mendapatkan firman pewahyuan, sama seperti Paulus yang jatuh ke tanah ketika melihat cahaya dalam perjalanannya ke Damsyik. Jika Tuhan terus bekerja dengan cara seperti ini, manusia tidak akan pernah mampu mengetahui kerusakan dirinya melalui penghakiman oleh firman dan mencapai keselamatan. Hanya dengan menjadi daging, Dia dapat secara pribadi menyampaikan firman-Nya ke telinga semua orang sehingga semua yang bertelinga dapat mendengar firman-Nya dan menerima pekerjaan penghakiman-Nya melalui firman. Hanya dengan cara ini, hasil akan diperoleh melalui firman-Nya, lebih dari kemunculan Roh yang menakutkan manusia sehingga mereka tunduk. Hanya melalui pekerjaan yang praktis dan luar biasa seperti inilah, watak lama manusia yang selama bertahun-tahun begitu tersembunyi dalam diri manusia dapat sepenuhnya tersingkap, sehingga manusia pun akan menyadarinya dan mengubahnya. Inilah pekerjaan praktis Tuhan yang berinkarnasi. Dia berbicara dan melaksanakan penghakiman dengan cara yang praktis untuk memperoleh hasil dari penghakiman atas manusia melalui firman-Nya. Inilah otoritas Tuhan yang berinkarnasi dan inilah makna penting dari inkarnasi Tuhan. Hal ini dilakukan untuk menyatakan otoritas Tuhan yang berinkarnasi, hasil-hasil yang dicapai oleh pekerjaan firman, dan bahwa Roh telah datang dalam daging; Dia menyatakan otoritas-Nya melalui penghakiman atas manusia oleh firman. Meskipun daging-Nya adalah penampilan luar kemanusiaan yang biasa dan normal, hasil yang dicapai oleh firman-Nyalah yang menunjukkan kepada manusia bahwa diri-Nya dipenuhi otoritas, bahwa Dia adalah Tuhan itu sendiri dan bahwa kata-kata-Nya adalah ungkapan Tuhan sendiri. Ini menunjukkan kepada semua manusia bahwa Dia adalah Tuhan sendiri, Tuhan sendiri yang menjadi daging, bahwa Dia tidak dapat disinggung oleh siapa pun, Dan tak seorang pun dapat melampaui penghakiman oleh firman-Nya, dan tidak ada kuasa kegelapan yang dapat mengalahkan otoritas-Nya. Manusia tunduk sepenuhnya kepada-Nya karena Dia adalah Firman yang menjadi manusia, karena otoritas-Nya, dan karena penghakiman-Nya melalui firman. Pekerjaan yang dilakukan oleh inkarnasi diri-Nya dalam daging adalah otoritas yang Dia miliki. Dia menjadi daging karena dalam daging pun Dia memiliki otoritas, dan Dia mampu melakukan pekerjaan-Nya di antara manusia dengan cara yang praktis, yang terlihat dan yang nyata bagi manusia. Pekerjaan semacam itu jauh lebih nyata dibandingkan pekerjaan apa pun yang dilakukan oleh Roh Tuhan yang memiliki seluruh otoritas, dan hasilnya pun tampak jelas. Ini karena daging inkarnasi Tuhan dapat berbicara dan melakukan pekerjaan dengan cara yang praktis. Bentuk luar dari daging-Nya tidak memiliki otoritas dan dapat didekati oleh manusia. Hakikat-Nya sendiri membawa otoritas, namun otoritas itu tidak terlihat siapa pun. Ketika Dia berbicara dan melakukan pekerjaan-Nya, manusia tidak mampu untuk mendeteksi keberadaan otoritas-Nya; ini bahkan lebih menguntungkan bagi pekerjaan-Nya yang sebenarnya. Dan seluruh pekerjaan semacam ini bisa membuahkan hasil. Meskipun tidak ada manusia yang menyadari bahwa Dia memegang otoritas, atau melihat bahwa Dia tidak bisa disinggung, atau menyaksikan murka-Nya, melalui otoritas dan murka-Nya yang terselubung dan perkataan-Nya, Dia mencapai hasil yang dimaksudkan oleh firman-Nya. Dengan kata lain, melalui nada suara-Nya, ketegasan perkataan-Nya, dan seluruh hikmat dalam firman-Nya, manusia benar-benar diyakinkan. Dengan cara ini, manusia pun tunduk kepada firman dari Tuhan yang berinkarnasi, yang tampaknya tidak berotoritas, namun mampu mencapai tujuan Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Inilah makna lain dari inkarnasi-Nya: Dia berfirman dengan cara yang lebih nyata dan membiarkan kenyataan firman-Nya itu memberi dampak kepada manusia sehingga mereka menyaksikan kuasa firman Tuhan. Jadi pekerjaan ini, jika tidak dilakukan melalui inkarnasi, tidak akan mencapai hasil sekecil apa pun dan tidak akan dapat sepenuhnya menyelamatkan orang berdosa. Jika Tuhan tidak menjadi daging, Dia akan tetap Roh yang tak terlihat dan tak nampak wujudnya bagi manusia. Manusia adalah makhluk daging. Manusia dan Tuhan milik dua dunia yang berbeda dan keduanya berbeda secara sifatnya. Roh Tuhan tidak sesuai dengan manusia, yang terdiri dari daging, dan tidak ada hubungan yang bisa dibangun di antara mereka. Lebih dari itu, manusia tidak dapat menjadi roh. Oleh karena itu, Roh Tuhanlah yang harus menjadi makhluk ciptaan itu dan melakukan pekerjaan-Nya yang semula. Tuhan dapat melakukan keduanya, baik naik ke tempat paling tinggi maupun merendahkan diri-Nya dengan menjadi manusia ciptaan, melakukan pekerjaan dan hidup di antara manusia, tetapi manusia tidak dapat naik ke tempat paling tinggi dan menjadi roh, apalagi turun ke tempat paling rendah. Karena itu, Tuhan harus menjadi daging untuk melakukan pekerjaan-Nya. Sama seperti inkarnasi yang pertama, hanya Tuhan yang berinkarnasi dalam daginglah yang dapat menebus manusia melalui penyaliban-Nya, sementara tidaklah mungkin bagi Roh Tuhan untuk disalibkan sebagai korban penghapus dosa bagi manusia. Tuhan bisa secara langsung menjadi daging untuk menjadi korban penghapus dosa bagi manusia, tetapi manusia tidak dapat secara langsung naik ke surga untuk mengambil korban penghapus dosa yang telah Tuhan sediakan bagi mereka. Dengan demikian, yang sangat mungkin adalah meminta Tuhan bolak-balik ke surga dan ke bumi beberapa kali, dan bukannya manusia yang naik ke surga untuk mengambil keselamatan ini, karena manusia telah jatuh dan tidak dapat naik ke surga, apalagi mendapatkan korban penghapus dosa. Oleh karena itu, perlu bagi Yesus untuk datang di antara manusia dan secara pribadi melakukan pekerjaan yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh manusia. Setiap kali Tuhan menjadi daging, itu adalah sesuatu yang benar-benar perlu dilakukan. Jika ada salah satu tahap yang dapat dilakukan langsung oleh Roh Tuhan, Dia tidak perlu menanggung kehinaan karena berinkarnasi.
Dikutip dari "Misteri Inkarnasi (4)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 118
Tuhan menjadi daging karena sasaran pekerjaan-Nya bukanlah roh Iblis, ataupun sesuatu yang tidak jasmaniah, melainkan manusia, yang berasal dari daging dan telah dirusak Iblis. Justru karena daging manusia telah dirusak, maka Tuhan telah menjadikan manusia yang terbuat dari daging sebagai sasaran pekerjaan-Nya; apalagi, karena manusia adalah sasaran kerusakan, Tuhan telah menjadikan manusia sebagai satu-satunya sasaran pekerjaan-Nya di semua tahap pekerjaan penyelamatan-Nya. Manusia adalah makhluk fana dengan darah dan daging, dan Tuhanlah satu-satunya yang bisa menyelamatkan manusia. Dengan cara ini, Tuhan harus menjadi daging yang berciri sama dengan manusia untuk melakukan pekerjaan-Nya, sehingga pekerjaan-Nya tersebut bisa memperoleh dampak yang lebih baik. Tuhan harus menjadi daging untuk melakukan pekerjaan-Nya karena manusia itu semata-mata berasal dari daging, dan tidak mampu mengalahkan dosa ataupun melepaskan dirinya dari kedagingan. Meskipun hakikat dan identitas Tuhan yang berinkarnasi sangat berbeda dari hakikat dan identitas manusia, tetapi penampakan-Nya identik dengan penampakan manusia; Dia memiliki penampakan seorang manusia normal, serta menjalani kehidupan manusia normal, dan mereka yang melihat-Nya tidak bisa membedakan Dia dari manusia normal. Penampakan dan kemanusiaan-Nya yang normal ini cukup bagi Dia untuk melakukan pekerjaan ilahi-Nya dalam kemanusiaan yang normal. Daging-Nya memungkinkan Dia untuk melakukan pekerjaan-Nya dalam kemanusiaan yang normal, dan membantu-Nya melakukan pekerjaan-Nya di antara manusia, dan terlebih lagi, kemanusiaan-Nya yang normal membantu-Nya melaksanakan pekerjaan penyelamatan di antara manusia. Meskipun kemanusiaan-Nya yang normal telah menyebabkan banyak kegemparan di antara manusia, kegemparan semacam itu tidak memengaruhi dampak normal dari pekerjaan-Nya. Singkatnya, pekerjaan dalam daging-Nya yang normal memberikan manfaat tertinggi bagi manusia. Meskipun kebanyakan orang tidak menerima kemanusiaan-Nya yang normal, pekerjaan-Nya tetap bisa membuahkan hasil, dan hasil ini diraih berkat kemanusiaan-Nya yang normal. Hal ini tak diragukan lagi. Dari pekerjaan-Nya dalam daging, manusia memperoleh sepuluh atau lusinan kali lipat lebih banyak hal daripada pemahaman yang ada di antara manusia mengenai kemanusiaan-Nya yang normal, dan pemahaman semacam itu pada akhirnya akan ditelan oleh pekerjaan-Nya. Dan dampak yang telah dicapai oleh pekerjaan-Nya, yang berarti, pengetahuan manusia akan Dia, jauh melebihi pemahaman manusia tentang Dia. Tidak ada cara untuk membayangkan atau mengukur pekerjaan yang Dia lakukan dalam daging, karena daging-Nya tidak sama seperti daging manusia jasmani; meski wujud luarnya identik, hakikatnya tidak sama. Daging-Nya menimbulkan banyak pemahaman di antara manusia tentang Tuhan, tetapi daging-Nya juga memungkinkan manusia memperoleh banyak pengetahuan, dan bahkan bisa menaklukkan siapa pun yang memiliki wujud luar yang serupa. Karena Dia bukan sekadar manusia, tetapi Tuhan dengan wujud luar manusia, dan tidak ada yang benar-benar dapat menyelami atau memahami Dia. Tuhan yang tak terlihat dan tak berwujud dikasihi dan disambut oleh semua orang. Jika Tuhan hanyalah Roh yang tidak terlihat oleh manusia, sangat mudah bagi manusia untuk percaya kepada Tuhan. Manusia dapat membiarkan imajinasi mereka mengambil alih, dapat memilih gambar apa pun yang mereka sukai sebagai gambar Tuhan untuk menyenangkan diri mereka sendiri dan membuat diri mereka merasa bahagia. Dengan cara ini, manusia dapat melakukan apa pun yang Tuhannya sendiri paling sukai dan inginkan untuk mereka lakukan, tanpa ada kesangsian. Terlebih lagi, manusia percaya bahwa tidak ada seorang pun yang lebih setia dan taat kepada Tuhan selain mereka, dan bahwa orang lain adalah anjing kafir, dan tidak setia kepada Tuhan. Bisa dikatakan inilah yang dicari oleh mereka yang kepercayaannya kepada Tuhan samar dan didasarkan pada doktrin; yang mereka cari sama saja, dengan sedikit variasi. Hanya saja gambar Tuhan dalam imajinasi mereka berbeda, tetapi hakikatnya sebenarnya sama.
Dikutip dari "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 119
Satu-satunya alasan bagi Tuhan yang berinkarnasi untuk datang menjadi daging adalah karena kebutuhan manusia yang rusak. Ini karena kebutuhan manusia, bukan kebutuhan Tuhan, dan seluruh pengorbanan dan penderitaan-Nya adalah demi manusia, dan bukan demi keuntungan Tuhan sendiri. Tidak ada pro dan kontra atau upah bagi Tuhan; Dia tidak akan memanen tuaian di masa depan, selain apa yang awalnya menjadi milik-Nya. Semua yang dilakukan dan dikorbankan-Nya bagi umat manusia bukanlah agar Dia bisa mendapatkan upah yang besar, tetapi semata-mata demi umat manusia. Meskipun pekerjaan Tuhan dalam daging melibatkan berbagai kesulitan yang tak terbayangkan, tetapi dampak yang dicapainya pada akhirnya jauh melebihi dampak pekerjaan yang dilakukan langsung oleh Roh. Pekerjaan daging melibatkan banyak kesulitan, dan daging tidak dapat memiliki identitas agung yang sama seperti Roh, Dia tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan supranatural yang sama seperti Roh, apalagi memiliki otoritas yang sama dengan Roh. Namun, hakikat dari pekerjaan yang dilakukan oleh daging yang biasa-biasa saja ini jauh lebih unggul dari hakikat pekerjaan yang dilakukan langsung oleh Roh, dan daging ini Sendiri adalah jawaban bagi kebutuhan semua manusia. Bagi mereka yang akan diselamatkan, nilai guna Roh jauh lebih rendah daripada nilai guna daging: pekerjaan Roh dapat meliputi seluruh alam semesta, melintasi gunung, sungai, danau, dan lautan, tetapi pekerjaan daging lebih terkait secara efektif dengan setiap orang yang berhubungan dengan-Nya. Lebih jauh lagi, daging Tuhan yang berbentuk nyata dapat dipahami dan dipercayai dengan lebih baik oleh manusia, dan dapat lebih jauh memperdalam pengetahuan manusia akan Tuhan, dan dapat memberi kesan yang lebih dalam akan perbuatan Tuhan yang nyata. Pekerjaan Roh terselubung dalam misteri, hal ini sulit dipahami oleh makhluk fana, dan lebih sulit lagi untuk dilihat, sehingga mereka hanya dapat mengandalkan imajinasi-imajinasi hampa. Sebaliknya, pekerjaan daging normal dan didasarkan pada kenyataan, dan kaya akan hikmat, dan merupakan fakta yang dapat dilihat oleh mata jasmani manusia; manusia dapat secara pribadi mengalami hikmat pekerjaan Tuhan, dan tak perlu menggunakan imajinasinya yang kaya. Inilah keakuratan dan nilai nyata dari pekerjaan Tuhan dalam daging. Roh hanya dapat melakukan hal-hal yang tak terlihat dan sulit untuk dibayangkan oleh manusia, sebagai contohnya, pencerahan oleh Roh, gerakan oleh Roh, dan bimbingan Roh, tetapi bagi manusia yang memiliki pikiran, hal-hal tersebut tak memberikan arti yang jelas. Hal-hal tersebut hanya memberikan gerakan, atau arti yang luas, dan tidak dapat memberikan petunjuk dengan kata-kata. Namun, pekerjaan Tuhan dalam daging jauh berbeda: itu melibatkan panduan kata-kata yang akurat, memiliki kehendak yang jelas dan tujuan wajib yang jelas. Dengan demikian, manusia tak perlu mencari-cari, atau menggunakan imajinasinya, apalagi menerka-nerka. Inilah kejelasan dari pekerjaan dalam daging, dan perbedaan besarnya dari pekerjaan Roh. Pekerjaan Roh hanyalah cocok untuk lingkup yang terbatas, dan tak dapat menggantikan pekerjaan daging. Pekerjaan daging memberi manusia tujuan yang jauh lebih pasti dan lebih penting, serta pengetahuan yang jauh lebih nyata dan bernilai daripada pekerjaan Roh. Pekerjaan paling bernilai bagi manusia yang rusak adalah pekerjaan yang menyediakan kata-kata yang akurat, tujuan yang jelas untuk dikejar, dan yang bisa dilihat serta disentuh. Hanya pekerjaan yang realistis dan bimbingan di saat yang tepatlah yang cocok dengan selera manusia, dan hanya pekerjaan yang nyata yang dapat menyelamatkan manusia dari wataknya yang rusak dan bejat. Hal ini hanya dapat diraih oleh Tuhan yang berinkarnasi; hanya Tuhan yang berinkarnasilah yang dapat menyelamatkan manusia dari wataknya yang dahulu rusak dan bejat. Meskipun Roh adalah hakikat yang melekat pada diri Tuhan, pekerjaan semacam ini hanya dapat dikerjakan oleh daging-Nya. Jika Roh bekerja sendiri, tidaklah mungkin pekerjaan-Nya akan efektif—ini kebenaran yang nyata. Meskipun sebagian besar manusia telah menjadi musuh Tuhan karena daging ini, saat Dia menyelesaikan pekerjaan-Nya, mereka yang melawan-Nya bukan saja akan berhenti menjadi musuh-Nya, justru sebaliknya, mereka akan menjadi saksi-Nya. Mereka akan menjadi saksi yang telah ditaklukkan oleh-Nya, saksi yang sesuai dengan-Nya dan tak terpisahkan dari-Nya. Dia akan membuat manusia mengerti pentingnya pekerjaan-Nya dalam daging bagi manusia, dan manusia akan mengerti pentingnya daging ini bagi makna keberadaan manusia, akan mengerti nilai sejati-Nya bagi pertumbuhan hidup manusia, dan, lebih jauh lagi, akan mengerti bahwa daging ini akan menjadi mata air kehidupan yang darinya manusia tak bisa terpisah. Meski daging Tuhan yang berinkarnasi jauh dari identitas dan kedudukan Tuhan, dan bagi manusia tampak tidak sesuai dengan status Tuhan sesungguhnya, daging ini, yang tidak memiliki gambar sejati Tuhan, atau identitas sejati Tuhan, dapat melakukan pekerjaan yang tak dapat dilakukan Roh Tuhan secara langsung. Itulah makna penting dan nilai sejati dari inkarnasi Tuhan, dan makna penting dan nilai inilah yang manusia tak mampu hargai dan akui. Meskipun semua manusia memandang tinggi Roh Tuhan dan memandang rendah daging Tuhan, terlepas dari bagaimana mereka memandang ataupun berpikir, makna penting dan nilai sesungguhnya dari daging jauh melampaui makna penting dan nilai Roh. Tentu saja, ini hanya berkenaan dengan manusia yang rusak. Bagi setiap orang yang mencari kebenaran dan merindukan penampakan Tuhan, pekerjaan Roh hanya dapat menggerakkan atau menginspirasi mereka, serta memberikan rasa takjub akan pekerjaan Roh yang tak dapat dijelaskan dan tak terbayangkan, dan kesan bahwa pekerjaan Roh begitu luar biasa, transenden, dan mengagumkan, sekaligus tak terjangkau dan tak dapat diraih oleh semua orang. Manusia dan Roh Tuhan hanya dapat saling memandang dari kejauhan, seolah-olah ada jarak yang jauh sekali di antara mereka, dan mereka tidak pernah bisa sama, seolah-olah manusia dan Tuhan dipisahkan oleh jurang pemisah yang tak terlihat. Pada kenyataannya, ini adalah ilusi yang diberikan Roh kepada manusia, yang dikarenakan Roh dan manusia tidaklah sejenis dan tak akan pernah bisa hidup berdampingan di dunia yang sama, dan karena Roh tak memiliki apa pun yang dimiliki manusia. Jadi, manusia tidaklah membutuhkan Roh, karena Roh tidak dapat secara langsung mengerjakan pekerjaan yang paling dibutuhkan manusia. Pekerjaan daging memberi manusia tujuan yang nyata untuk dikejar, kata-kata yang jelas, dan rasa bahwa Tuhan itu nyata dan normal, bahwa Tuhan itu rendah hati dan biasa. Meskipun manusia mungkin takut kepada-Nya, bagi kebanyakan orang, berhubungan dengan-Nya itu mudah: manusia dapat melihat wajah-Nya, dan mendengar suara-Nya, dan tak perlu memandang-Nya dari kejauhan. Daging ini terasa lebih bisa didekati manusia, tidak jauh atau tak terselami, tetapi bisa dilihat dan disentuh, karena daging ini berada di dunia yang sama dengan manusia.
Dikutip dari "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 120
Bagi mereka yang hidup dalam daging, untuk mengubah watak mereka, haruslah ada tujuan untuk dikejar, dan untuk mengenal Tuhan, mereka haruslah menyaksikan perbuatan nyata dan wajah nyata Tuhan. Keduanya hanya dapat dicapai oleh daging Tuhan yang berinkarnasi, dan keduanya hanya dapat diraih oleh daging yang normal dan nyata. Inilah mengapa inkarnasi itu perlu, dan mengapa itu dibutuhkan oleh semua manusia yang rusak. Karena manusia wajib mengenal Tuhan, gambar tuhan-tuhan yang samar dan supranatural harus dihapuskan dari hati mereka, dan karena manusia wajib membuang watak rusak mereka, mereka harus terlebih dahulu mengenal watak rusak mereka. Jika hanya manusia yang berupaya untuk menghapus gambar tuhan-tuhan yang samar dari hati orang, ia akan gagal memperoleh dampak yang semestinya. Gambar tuhan-tuhan yang samar di hati manusia tidak dapat disingkapkan, dibuang, atau benar-benar dihapus oleh firman saja. Dengan melakukan ini, pada akhirnya tetaplah tidak mungkin untuk menghapus hal-hal yang telah sangat berakar ini dari diri manusia. Hanya dengan mengganti hal-hal samar dan supranatural ini dengan Tuhan yang nyata dan gambar sejati Tuhan, dan membuat manusia perlahan-lahan memahaminya, barulah dampak yang diinginkan dapat dicapai. Manusia menyadari bahwa Tuhan yang ia cari di masa lalu adalah Tuhan yang samar dan supranatural. Yang dapat mencapai dampak ini bukanlah kepemimpinan langsung Roh, apalagi ajaran individu tertentu, melainkan Tuhan yang berinkarnasi. Pemahaman manusia disingkapkan saat Tuhan yang berinkarnasi secara resmi melaksanakan pekerjaan-Nya, karena kenormalan dan kenyataan Tuhan yang berinkarnasi adalah antitesis dari Tuhan yang samar dan supranatural dalam imajinasi manusia. Pemahaman manusia yang semula hanya dapat disingkapkan ketika dikontraskan dengan Tuhan yang berinkarnasi. Tanpa dikontraskan dengan Tuhan yang berinkarnasi, pemahaman manusia tak dapat disingkapkan; dengan kata lain, tanpa adanya kenyataan sebagai kontras, hal-hal yang samar tidak akan dapat disingkapkan. Tak seorang pun yang mampu menggunakan kata-kata untuk melakukan pekerjaan ini, dan tak seorang pun yang mampu mengartikan pekerjaan ini dengan menggunakan kata-kata. Hanya Tuhan sendirilah yang dapat melakukan pekerjaan-Nya sendiri, dan tak ada orang lain yang dapat melakukan pekerjaan ini atas nama-Nya. Betapapun kayanya bahasa manusia, ia tak mampu mengartikan kenyataan dan kenormalan Tuhan. Manusia hanya dapat mengenal Tuhan secara lebih nyata, dan hanya dapat melihat Dia dengan lebih jelas, bila Tuhan secara pribadi bekerja di antara manusia dan benar-benar menunjukkan gambar dan wujud-Nya. Dampak ini tak dapat dicapai oleh manusia mana pun yang berasal dari daging. Tentu saja, Roh Tuhan juga tak mampu mencapai dampak ini. Tuhan dapat menyelamatkan manusia yang rusak dari pengaruh Iblis, tetapi pekerjaan ini tak dapat secara langsung dirampungkan oleh Roh Tuhan; sebaliknya, pekerjaan itu hanya dapat dilaksanakan oleh daging yang dikenakan oleh Roh Tuhan, oleh daging Tuhan yang berinkarnasi. Daging ini adalah manusia dan juga Tuhan, manusia dengan kemanusiaan yang normal dan juga Tuhan dengan keilahian yang penuh. Maka, meskipun daging ini bukanlah Roh Tuhan, dan berbeda sekali dari Roh, daging ini tetap adalah Tuhan sendiri yang berinkarnasi yang menyelamatkan manusia, yang adalah Roh dan juga daging. Bagaimanapun Dia disebut, pada akhirnya tetaplah Tuhan itu sendiri yang menyelamatkan umat manusia. Karena Roh Tuhan tak terpisahkan dari daging, dan pekerjaan daging juga adalah pekerjaan Roh Tuhan; hanya saja pekerjaan ini tak dilakukan dengan menggunakan identitas Roh, melainkan identitas daging. Pekerjaan yang harus dilakukan langsung oleh Roh tidak memerlukan inkarnasi, dan pekerjaan yang harus dilakukan oleh daging tidak dapat dilakukan langsung oleh Roh, dan hanya bisa dilakukan oleh Tuhan yang berinkarnasi. Inilah yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini, dan yang dibutuhkan oleh umat manusia yang rusak. Dalam tiga tahap pekerjaan Tuhan, hanya satu tahap yang langsung dilakukan oleh Roh, dan dua tahap lainnya dilaksanakan oleh Tuhan yang berinkarnasi, dan tidak langsung oleh Roh. Pekerjaan Zaman Hukum Taurat yang dilakukan oleh Roh tidak melibatkan mengubah watak manusia yang rusak, dan tak ada kaitannya dengan pengetahuan manusia akan Tuhan. Namun, pekerjaan daging Tuhan di Zaman Kasih Karunia dan Zaman Kerajaan, melibatkan watak manusia yang rusak dan pengetahuannya akan Tuhan, dan merupakan bagian yang penting dan sangat dibutuhkan dalam pekerjaan penyelamatan. Oleh karena itu, manusia yang rusak lebih membutuhkan penyelamatan dari Tuhan yang berinkarnasi, dan lebih membutuhkan pekerjaan langsung dari Tuhan yang berinkarnasi. Umat manusia membutuhkan Tuhan yang berinkarnasi untuk menggembalakan, mendukung, menyirami, memberi makan, menghakimi, dan menghajarnya, dan manusia membutuhkan lebih banyak kasih karunia dan penebusan yang lebih besar dari Tuhan yang berinkarnasi. Hanya Tuhan dalam daging yang bisa menjadi Pribadi yang dipercaya manusia, gembala manusia, pertolongan nyata saat dibutuhkan oleh manusia, dan semua inilah alasan mengapa inkarnasi itu perlu, baik di masa kini dan di masa lalu.
Dikutip dari "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 121
Manusia telah dirusak oleh Iblis, dan manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi, maka manusia membutuhkan penyelamatan dari Tuhan. Sasaran penyelamatan Tuhan adalah manusia, bukan Iblis, dan yang akan diselamatkan adalah daging dan jiwa manusia, dan bukan Iblis. Iblis adalah sasaran pemusnahan Tuhan, manusia adalah sasaran penyelamatan Tuhan, tetapi daging manusia telah dirusak Iblis, jadi, yang pertama kali harus diselamatkan adalah daging manusia. Daging manusia telah sangat dirusak, dan telah menjadi sesuatu yang menentang Tuhan sedemikian rupa, bahkan sampai secara terang-terangan menentang dan menyangkal keberadaan Tuhan. Daging yang rusak ini terlalu sulit diatur, dan tak ada yang lebih sulit ditangani atau diubah daripada watak rusak daging. Iblis masuk ke dalam daging manusia untuk menimbulkan kekacauan, dan menggunakan daging manusia untuk mengganggu pekerjaan Tuhan dan menggagalkan rencana Tuhan, sehingga manusia telah menjadi Iblis, dan menjadi musuh Tuhan. Agar manusia diselamatkan, pertama-tama ia harus ditaklukkan. Karena inilah Tuhan bertindak dan datang menjadi daging untuk melakukan pekerjaan yang ingin Dia lakukan, dan untuk berperang melawan Iblis. Tujuan-Nya adalah menyelamatkan umat manusia, yang telah dirusak, serta mengalahkan dan memusnahkan Iblis, yang telah memberontak melawan-Nya. Dia mengalahkan Iblis melalui pekerjaan-Nya menaklukkan manusia, sementara pada saat yang sama, Dia menyelamatkan umat manusia yang rusak. Dengan demikian, ini merupakan pekerjaan yang mencapai dua tujuan sekaligus. Dia bekerja dalam daging, dan berfirman dalam daging, dan melakukan semua pekerjaan dalam daging untuk lebih bisa berhubungan dengan manusia dan menaklukkan manusia dengan lebih baik. Saat terakhir kali Tuhan menjadi daging, pekerjaan-Nya di akhir zaman akan dirampungkan dalam daging. Dia akan mengelompokkan semua orang menurut jenisnya, mengakhiri seluruh pengelolaan-Nya, dan juga mengakhiri seluruh pekerjaan-Nya dalam daging. Setelah seluruh pekerjaan-Nya di bumi berakhir, Dia akan sepenuhnya menang. Dengan bekerja dalam daging, Tuhan akan sepenuhnya menaklukkan umat manusia, dan sepenuhnya mendapatkan manusia. Bukankah itu berarti bahwa seluruh pengelolaan-Nya akan berakhir? Saat Tuhan mengakhiri pekerjaan-Nya dalam daging, saat Dia telah sepenuhnya mengalahkan Iblis dan telah menang, Iblis tak akan punya kesempatan lagi untuk merusak manusia. Pekerjaan inkarnasi pertama Tuhan adalah penebusan dan pengampunan dosa manusia. Sekarang saatnya untuk pekerjaan penaklukan dan sepenuhnya mendapatkan umat manusia, sehingga Iblis tak punya cara lagi untuk melaksanakan pekerjaannya, dan akan sepenuhnya kalah, dan Tuhan akan sepenuhnya menang. Inilah pekerjaan daging, dan pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan sendiri.
Dikutip dari "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 122
Pekerjaan awal dari tiga tahap pekerjaan Tuhan dilakukan langsung oleh Roh, dan bukan oleh daging. Namun, pekerjaan terakhir dari tiga tahap pekerjaan Tuhan, dilakukan oleh Tuhan yang berinkarnasi, dan bukan langsung oleh Roh. Pekerjaan penebusan pada tahap perantara juga dilakukan oleh Tuhan dalam daging. Sepanjang seluruh pekerjaan pengelolaan-Nya, pekerjaan terpenting adalah untuk menyelamatkan manusia dari pengaruh Iblis. Pekerjaan utama adalah penaklukan seutuhnya atas manusia yang rusak, dengan demikian, memulihkan kembali rasa hormat akan Tuhan dalam hati manusia yang telah ditaklukkan, dan memungkinkan manusia untuk mencapai kehidupan yang normal, yang artinya, kehidupan normal makhluk ciptaan Tuhan. Pekerjaan ini sangat penting, dan merupakan inti dari pekerjaan pengelolaan. Dalam tiga tahap pekerjaan penyelamatan, tahap pertama pekerjaan Zaman Hukum Taurat jauh dari inti pekerjaan pengelolaan; tahap pekerjaan itu hanya memiliki sekilas penampakan dari pekerjaan penyelamatan, dan bukanlah awal dari pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan manusia dari wilayah kekuasaan Iblis. Tahap pertama dari pekerjaan-Nya dilakukan langsung oleh Roh karena, di bawah hukum Taurat, manusia hanya tahu mematuhi hukum Taurat, dan tidak memiliki lebih banyak kebenaran, dan karena pekerjaan di Zaman Hukum Taurat hampir tidak melibatkan perubahan watak manusia, apalagi berkaitan dengan pekerjaan untuk menyelamatkan manusia dari wilayah kekuasaan Iblis. Dengan demikian, Roh Tuhan menyelesaikan tahap pekerjaan yang sangat sederhana ini yang tidak berkaitan dengan watak rusak manusia. Tahap pekerjaan ini memiliki sedikit kaitan dengan inti pengelolaan-Nya, dan tak memiliki kaitan kuat dengan pekerjaan resmi penyelamatan manusia, sehingga tidak mengharuskan Tuhan untuk menjadi daging untuk menjalankan pekerjaan-Nya secara pribadi. Pekerjaan yang dilakukan Roh tersirat dan tak terselami, dan itu sangat menakutkan serta tak dapat didekati manusia; Roh tidak cocok untuk melaksanakan pekerjaan penyelamatan secara langsung, dan tidak cocok untuk secara langsung memberikan kehidupan kepada manusia. Yang paling cocok bagi manusia adalah mengubah pekerjaan Roh menjadi suatu pendekatan yang dekat bagi manusia, yang artinya, yang paling cocok bagi manusia adalah Tuhan menjadi orang biasa dan normal untuk melaksanakan pekerjaan-Nya. Hal ini mengharuskan Tuhan berinkarnasi untuk menggantikan Roh dalam pekerjaan-Nya, dan bagi manusia, tak ada cara yang lebih cocok bagi Tuhan untuk bekerja. Di antara ketiga tahap pekerjaan, dua tahap dikerjakan oleh daging, dan keduanya adalah fase kunci dari pekerjaan pengelolaan. Kedua inkarnasi saling melengkapi dan mereka melengkapi satu sama lain dengan sempurna. Tahap pertama inkarnasi Tuhan meletakkan dasar bagi tahap kedua, dan bisa dikatakan bahwa kedua inkarnasi Tuhan membentuk satu keutuhan, dan tidak bertentangan satu dengan yang lainnya. Kedua tahap pekerjaan Tuhan dilaksanakan dalam identitas inkarnasi-Nya karena keduanya begitu penting bagi keseluruhan pekerjaan pengelolaan-Nya. Hampir dapat dikatakan bahwa tanpa pekerjaan kedua inkarnasi Tuhan, keseluruhan pekerjaan pengelolaan-Nya akan berhenti, dan pekerjaan penyelamatan umat manusia akan menjadi tak lebih dari omong kosong. Penting tidaknya pekerjaan ini didasarkan pada kebutuhan umat manusia, pada kenyataan kebejatan manusia, dan pada parahnya ketidaktaatan Iblis serta gangguannya atas pekerjaan-Nya. Orang yang tepat untuk menjalankan tugas itu dipilih berdasarkan natur pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, dan pentingnya pekerjaan tersebut. Bila bicara soal pentingnya pekerjaan ini, dalam hal metode kerja apa yang harus dipakai—pekerjaan yang dilakukan secara langsung oleh Roh Tuhan, atau pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan yang berinkarnasi, atau pekerjaan yang dilakukan melalui manusia—yang pertama-tama harus disingkirkan adalah pekerjaan yang dilakukan lewat manusia, dan, berdasarkan natur dari pekerjaan ini, dan natur dari pekerjaan Roh versus pekerjaan daging, akhirnya diputuskan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh daging lebih bermanfaat bagi manusia daripada pekerjaan yang dilakukan langsung oleh Roh, dan memberikan lebih banyak keuntungan. Inilah pemikiran Tuhan saat memutuskan apakah pekerjaan ini akan dilakukan oleh Roh atau oleh daging. Ada makna penting dan dasar untuk tiap tahap pekerjaan. Tahapan-tahapan itu bukanlah imajinasi tanpa dasar, bukan pula dikerjakan semaunya; ada hikmat tertentu di dalamnya. Itulah kebenaran di balik semua pekerjaan Tuhan. Secara khusus, ada bahkan lebih banyak lagi rencana Tuhan dalam pekerjaan yang agung semacam itu ketika Tuhan yang berinkarnasi bekerja secara pribadi di antara manusia. Jadi, hikmat Tuhan dan keseluruhan wujud-Nya tecermin dalam setiap tindakan, pemikiran, dan gagasan dalam pekerjaan-Nya; inilah wujud Tuhan yang lebih konkret dan sistematis. Pemikiran dan gagasan yang mendalam ini sulit dibayangkan manusia, dan sulit dipercayai manusia, dan, lebih jauh lagi, sulit diketahui manusia. Pekerjaan yang dilakukan manusia sesuai dengan prinsip umum, yang bagi manusia, sangat memuaskan. Namun, bila dibandingkan dengan pekerjaan Tuhan, ada kesenjangan yang terlalu besar; meskipun perbuatan Tuhan itu hebat dan skala pekerjaan-Nya luar biasa, di balik semua itu ada banyak detail dan rencana serta pengaturan yang tepat yang tak dapat dibayangkan manusia. Setiap tahap pekerjaan-Nya tidak hanya dilakukan sesuai dengan prinsip, tetapi juga berisi banyak hal yang tidak bisa diartikan oleh bahasa manusia, dan hal-hal inilah yang tak terlihat oleh manusia. Terlepas dari apakah itu pekerjaan Roh atau pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi, masing-masing berisi rencana pekerjaan-Nya. Dia tidak bekerja tanpa dasar, dan tidak melakukan pekerjaan yang tak penting. Saat Roh bekerja langsung, Dia bekerja dengan tujuan-Nya, dan saat Dia menjadi manusia (dapat dikatakan, saat Dia mengganti "wujud luar"-Nya) untuk bekerja, ini bahkan lebih mengandung tujuan-Nya. Untuk apa lagi Dia tanpa ragu mengubah identitas-Nya? Untuk apa lagi Dia tanpa ragu menjadi manusia yang dianggap hina dan teraniaya?
Dikutip dari "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 123
Pekerjaan-Nya dalam daging adalah yang paling penting, yang disampaikan sehubungan dengan pekerjaan itu, dan Dia yang akhirnya menyelesaikan pekerjaan itu adalah Tuhan yang berinkarnasi, dan bukan Roh. Beberapa orang percaya bahwa Tuhan bisa turun ke bumi pada saat yang tidak diketahui dan menampakkan diri kepada manusia, di mana Dia secara pribadi akan menghakimi seluruh umat manusia, menguji mereka satu demi satu tanpa ada yang terlewat. Mereka yang berpikir seperti ini tak mengerti tahap pekerjaan inkarnasi ini. Tuhan tidak menghakimi manusia satu per satu dan tidak menguji manusia satu per satu; melakukan itu bukanlah pekerjaan penghakiman. Bukankah kerusakan semua manusia itu sama? Bukankah hakikat semua manusia itu sama? Yang dihakimi adalah hakikat rusak umat manusia, hakikat manusia yang dirusak oleh Iblis, dan seluruh dosa manusia. Tuhan tidak menghakimi kesalahan manusia yang remeh dan tak penting. Pekerjaan penghakiman bersifat representatif, dan tidak dilakukan secara khusus untuk orang tertentu. Sebaliknya, ini adalah pekerjaan di mana sekelompok orang dihakimi untuk merepresentasikan penghakiman atas seluruh umat manusia. Dengan melakukan pekerjaan-Nya secara pribadi atas sekelompok orang, Tuhan dalam daging menggunakan pekerjaan-Nya untuk merepresentasikan pekerjaan-Nya atas seluruh umat manusia, setelah itu, pekerjaan ini secara bertahap menyebar. Demikian juga halnya dengan pekerjaan penghakiman. Tuhan tidak menghakimi orang tertentu atau sekelompok orang tertentu, tetapi menghakimi kefasikan seluruh umat manusia—penentangan manusia terhadap Tuhan, contohnya, atau sikap tidak hormat manusia terhadap-Nya, atau gangguan mereka terhadap pekerjaan Tuhan, dan seterusnya. Yang dihakimi adalah hakikat penentangan umat manusia terhadap Tuhan, dan pekerjaan ini adalah pekerjaan penaklukan pada akhir zaman. Pekerjaan dan firman Tuhan yang berinkarnasi yang disaksikan manusia adalah pekerjaan penghakiman di hadapan takhta putih yang besar pada akhir zaman, yang dipahami manusia di masa lampau. Pekerjaan yang sedang dilakukan Tuhan yang berinkarnasi adalah penghakiman di hadapan takhta putih yang besar. Tuhan yang berinkarnasi zaman sekarang adalah Tuhan yang menghakimi seluruh umat manusia pada akhir zaman. Daging ini dan pekerjaan, firman, dan seluruh watak-Nya adalah keseluruhan diri-Nya. Meskipun cakupan pekerjaan-Nya terbatas, dan tidak secara langsung melibatkan seluruh alam semesta, hakikat pekerjaan penghakiman adalah penghakiman langsung atas seluruh umat manusia—bukan saja untuk umat pilihan di Tiongkok, ataupun untuk sejumlah kecil orang. Selama pekerjaan Tuhan dalam daging, meskipun cakupan pekerjaan ini tidak melibatkan seluruh semesta, ini mewakili pekerjaan atas seluruh semesta, dan setelah Dia menyelesaikan pekerjaan dalam cakupan pekerjaan daging-Nya, Dia akan segera memperluas pekerjaan ini ke seluruh semesta, dengan cara yang sama seperti Injil Yesus menyebar ke seluruh semesta setelah kebangkitan dan kenaikan-Nya. Terlepas dari apakah ini pekerjaan Roh atau pekerjaan daging, pekerjaan ini dilaksanakan dalam cakupan yang terbatas, tetapi mewakili pekerjaan atas seluruh semesta. Pada akhir zaman, Tuhan melaksanakan pekerjaan-Nya dengan menampakkan diri dalam identitas inkarnasi-Nya, dan Tuhan dalam daging adalah Tuhan yang menghakimi manusia di hadapan takhta putih yang besar. Entah Dia berupa Roh atau daging, Dia yang melakukan pekerjaan penghakiman adalah Tuhan yang menghakimi umat manusia di akhir zaman. Hal ini didefinisikan berdasarkan pekerjaan-Nya, dan bukan didefinisikan menurut penampakan luar-Nya atau faktor-faktor lainnya. Meskipun manusia memiliki banyak pemahaman tentang firman ini, tak seorang pun yang dapat menyangkal fakta penghakiman dan penaklukan oleh Tuhan yang berinkarnasi atas seluruh umat manusia. Bagaimanapun manusia menganggapnya, fakta pada akhirnya adalah fakta. Tak seorang pun dapat mengatakan, "Pekerjaan ini dilakukan Tuhan, tetapi daging ini bukanlah Tuhan." Itu tidak masuk akal, karena pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh siapa pun kecuali Tuhan dalam daging. Karena pekerjaan ini telah dirampungkan, setelah pekerjaan ini, pekerjaan penghakiman Tuhan atas manusia tak akan muncul untuk kedua kalinya; Tuhan dalam inkarnasi-Nya yang kedua telah mengakhiri seluruh pekerjaan dari keseluruhan pengelolaan-Nya, dan tak akan ada tahap keempat dari pekerjaan Tuhan. Karena yang dihakimi adalah manusia, manusia yang adalah daging dan telah menjadi rusak, dan bukanlah roh Iblis yang dihakimi secara langsung, oleh sebab itu, pekerjaan penghakiman ini tidak dilaksanakan di alam roh, tetapi di tengah manusia.
Dikutip dari "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 124
Tak seorang pun yang lebih tepat, dan layak, daripada Tuhan dalam daging untuk pekerjaan menghakimi kerusakan daging manusia. Bila penghakiman dilaksanakan langsung oleh Roh Tuhan, maka penghakiman ini tak akan mencakup semuanya. Lebih jauh lagi, pekerjaan seperti itu akan sulit diterima manusia, karena Roh tidak bisa berhadapan langsung dengan manusia, dan karenanya, pengaruhnya tak akan seketika, apalagi manusia tak akan bisa melihat watak Tuhan yang tak dapat disinggung dengan lebih jelas. Iblis hanya dapat sepenuhnya dikalahkan jika Tuhan dalam daging menghakimi kerusakan umat manusia. Menjadi sama dengan manusia yang memiliki kemanusiaan yang normal, Tuhan dalam daging dapat menghakimi langsung kefasikan manusia; inilah tanda kekudusan yang melekat dalam diri-Nya, dan keluarbiasaan-Nya. Hanya Tuhan yang layak dan berhak menghakimi manusia, karena Dia memiliki kebenaran dan keadilan, sehingga Dia sanggup menghakimi manusia. Mereka yang tanpa kebenaran dan keadilan tidak layak menghakimi orang lain. Bila pekerjaan ini dilakukan oleh Roh Tuhan, maka itu bukan berarti kemenangan atas Iblis. Roh pada dasarnya lebih agung daripada makhluk fana, dan Roh Tuhan pada dasarnya adalah kudus, dan menang atas daging. Jika Roh melakukan pekerjaan ini secara langsung, Dia tak akan dapat menghakimi seluruh ketidaktaatan manusia, dan tak dapat mengungkapkan seluruh kefasikan manusia. Karena pekerjaan penghakiman juga dilaksanakan melalui pemahaman manusia tentang Tuhan, dan manusia tak pernah memiliki pemahaman tentang Roh, maka Roh tak mampu menyingkapkan kefasikan manusia dengan lebih baik, apalagi mengungkapkan kefasikan itu sepenuhnya. Tuhan yang berinkarnasi adalah musuh dari semua yang tidak mengenal-Nya. Dengan menghakimi pemahaman manusia dan penentangan mereka terhadap-Nya, Dia mengungkapkan semua ketidaktaatan umat manusia. Dampak dari pekerjaan-Nya dalam daging lebih tampak daripada dampak pekerjaan Roh. Maka, penghakiman atas seluruh umat manusia tidak dilakukan secara langsung oleh Roh, tetapi ini adalah pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi. Tuhan dalam daging dapat dilihat dan disentuh manusia, dan Tuhan dalam daging dapat sepenuhnya menaklukkan manusia. Dalam hubungannya dengan Tuhan dalam daging, manusia berkembang dari yang sebelumnya menentang menjadi taat, dari yang sebelumnya menganiaya menjadi menerima, dari pemahaman menjadi pengenalan, dan dari penolakan menjadi kasih—inilah dampak dari pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi. Manusia hanya diselamatkan melalui penerimaan atas penghakiman-Nya, manusia hanya perlahan-lahan mengenal-Nya melalui firman dari mulut-Nya, manusia ditaklukkan oleh-Nya saat dia menentang-Nya, dan dia menerima pemeliharaan hidup dari-Nya selama menerima hajaran-Nya. Semua pekerjaan ini adalah pekerjaan Tuhan dalam daging dan bukan pekerjaan Tuhan dalam identitas-Nya sebagai Roh. Pekerjaan yang dilakukan Tuhan yang berinkarnasi adalah pekerjaan terbesar, dan pekerjaan paling mendalam, dan bagian penting dari ketiga tahap pekerjaan Tuhan adalah kedua tahap pekerjaan inkarnasi. Kerusakan manusia yang mendalam adalah halangan besar bagi pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi. Secara khusus, pekerjaan yang dilaksanakan atas manusia di akhir zaman sangatlah sulit, dan lingkungannya penuh perseteruan, dan kualitas semua jenis manusia sangat buruk. Namun, pada akhirnya, pekerjaan ini akan tetap mencapai dampak yang seharusnya, tanpa cacat; inilah dampak dari pekerjaan daging, dan dampak ini lebih meyakinkan daripada pekerjaan Roh. Ketiga tahap pekerjaan Tuhan akan diselesaikan di dalam daging, dan harus diselesaikan oleh Tuhan yang berinkarnasi. Pekerjaan terpenting dan yang paling genting dilaksanakan di dalam daging, dan penyelamatan manusia harus dilakukan secara pribadi oleh Tuhan dalam daging. Meskipun seluruh umat manusia merasa bahwa Tuhan dalam daging sepertinya tidak berkaitan dengan manusia, pada kenyataannya, daging ini bersangkutan dengan nasib dan keberadaan seluruh umat manusia.
Dikutip dari "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 125
Setiap tahap pekerjaan Tuhan dilaksanakan demi umat manusia, dan ditujukan bagi seluruh umat manusia. Meskipun ini merupakan pekerjaan-Nya dalam daging, hal ini tetap ditujukan bagi seluruh umat manusia; Dia adalah Tuhan atas seluruh umat manusia, dan Tuhan atas semua makhluk yang diciptakan dan tidak diciptakan. Meskipun pekerjaan-Nya dalam daging berada dalam lingkup terbatas, dan sasaran pekerjaan ini pun terbatas, setiap kali Dia menjadi daging untuk melakukan pekerjaan-Nya, Dia memilih sasaran pekerjaan-Nya yang benar-benar bersifat representatif; Dia tidak memilih sekelompok orang sederhana dan tak menonjol sebagai sasaran pekerjaan-Nya, tetapi sebaliknya, sebagai sasaran pekerjaan-Nya, Dia memilih sekelompok orang yang mampu menjadi representasi pekerjaan-Nya dalam daging. Kelompok orang ini dipilih karena cakupan pekerjaan-Nya dalam daging terbatas, dan dipersiapkan khusus untuk daging inkarnasi-Nya, serta dipilih khusus untuk pekerjaan-Nya dalam daging. Pilihan Tuhan atas sasaran pekerjaan-Nya bukanlah tanpa dasar, tetapi berdasarkan prinsip: sasaran pekerjaan-Nya haruslah bermanfaat bagi pekerjaan Tuhan dalam daging, dan harus bisa merepresentasikan seluruh umat manusia. Sebagai contoh, orang Yahudi mampu merepresentasikan keseluruhan umat manusia dalam menerima penebusan pribadi dari Yesus, dan orang Tionghoa mampu merepresentasikan seluruh umat manusia dalam menerima penaklukan pribadi dari Tuhan yang berinkarnasi. Ada dasar mengapa orang Yahudi menjadi representasi seluruh umat manusia, dan juga ada dasar mengapa orang Tionghoa menjadi representasi seluruh umat manusia dalam menerima penaklukan pribadi dari Tuhan. Tak ada yang mengungkapkan pentingnya penebusan lebih daripada pekerjaan penebusan yang terjadi di antara orang Yahudi, dan tak ada yang mengungkapkan kesaksamaan dan keberhasilan pekerjaan penaklukan lebih daripada pekerjaan penaklukan yang terjadi di antara orang Tionghoa. Pekerjaan dan firman Tuhan yang berinkarnasi tampaknya hanya ditujukan bagi sekelompok kecil orang, tetapi pada kenyataannya, pekerjaan-Nya di antara kelompok kecil ini adalah pekerjaan atas seluruh semesta, dan firman-Nya ditujukan bagi seluruh umat manusia. Setelah pekerjaan-Nya dalam daging berakhir, mereka yang mengikuti-Nya akan mulai menyebarluaskan pekerjaan yang telah dilakukan-Nya di antara mereka. Hal terbaik tentang pekerjaan-Nya dalam daging adalah bahwa Dia dapat meninggalkan firman dan nasihat yang akurat, dan kehendak-Nya yang khusus bagi mereka yang mengikuti-Nya, sehingga kemudian pengikut-Nya dapat lebih akurat dan lebih konkret lagi meneruskan semua pekerjaan-Nya dalam daging dan kehendak-Nya bagi seluruh umat manusia, kepada mereka yang menerima jalan ini. Hanya pekerjaan Tuhan dalam daging di antara manusia yang sungguh-sungguh menggenapkan fakta bahwa wujud Tuhan berada dan tinggal bersama manusia. Hanya pekerjaan inilah yang memenuhi keinginan manusia untuk melihat wajah Tuhan, menyaksikan pekerjaan Tuhan, dan mendengar firman Tuhan pribadi. Tuhan yang berinkarnasi mengakhiri zaman ketika hanya punggung Yahweh yang ditampakkan kepada umat manusia, dan Dia juga mengakhiri zaman kepercayaan manusia kepada Tuhan yang samar. Secara khusus, pekerjaan inkarnasi terakhir Tuhan membawa seluruh umat manusia ke dalam zaman yang lebih realistis, lebih nyata, dan lebih indah. Dia bukan saja mengakhiri Zaman Hukum Taurat dan doktrin, melainkan lebih penting dari itu, Dia menyingkapkan kepada umat manusia Tuhan yang nyata dan normal, yang benar dan kudus, yang membuka pekerjaan dari rencana pengelolaan dan menunjukkan misteri dan tempat tujuan umat manusia, yang menciptakan umat manusia dan mengakhiri pekerjaan pengelolaan, dan yang telah tersembunyi ribuan tahun lamanya. Dia sepenuhnya mengakhiri masa ketidakjelasan, Dia mengakhiri zaman di mana seluruh umat manusia ingin mencari wajah Tuhan tetapi tidak mampu mencari-Nya, Dia mengakhiri zaman di mana seluruh umat manusia melayani Iblis, dan Dia memimpin seluruh umat manusia menuju era yang sepenuhnya baru. Semua ini adalah hasil pekerjaan Tuhan dalam daging, bukan Roh Tuhan. Saat Tuhan bekerja dalam daging-Nya, mereka yang mengikuti Dia tak lagi mencari dan meraba-raba hal-hal yang sepertinya ada dan tidak ada, dan berhenti menebak-nebak kehendak Tuhan yang samar. Saat Tuhan menyebarluaskan pekerjaan-Nya dalam daging, mereka yang mengikuti Dia akan meneruskan pekerjaan yang telah dilakukan-Nya dalam daging kepada semua agama dan denominasi, dan mereka akan menyampaikan seluruh firman-Nya ke telinga seluruh umat manusia. Semua yang didengar oleh mereka yang menerima injil-Nya akan menjadi fakta pekerjaan-Nya, akan menjadi hal yang dilihat dan didengar manusia secara pribadi, dan akan menjadi fakta, bukan kabar angin belaka. Fakta ini adalah bukti yang Dia gunakan untuk menyebarluaskan pekerjaan-Nya, dan juga alat yang digunakan-Nya dalam menyebarluaskan pekerjaan-Nya. Tanpa adanya fakta, injil-Nya tak akan tersebar ke semua negara dan ke segala tempat; tanpa fakta, tetapi hanya dengan imajinasi manusia, Dia tak akan pernah dapat melakukan pekerjaan penaklukan seluruh semesta. Roh tak mudah dipahami manusia, dan tak dapat dilihat manusia, dan pekerjaan Roh tak mampu memberikan bukti lebih atau fakta tentang pekerjaan Tuhan bagi manusia. Manusia tidak akan pernah melihat wajah sejati Tuhan, dan akan selalu percaya kepada Tuhan yang samar, yang tak pernah ada. Manusia tak akan pernah melihat wajah Tuhan, juga tidak akan pernah mendengar firman yang diucapkan Tuhan secara pribadi. Lagi pula imajinasi manusia itu hampa, dan tidak dapat menggantikan wajah sejati Tuhan; watak yang melekat dalam diri Tuhan dan pekerjaan Tuhan sendiri, tidak dapat ditiru oleh manusia. Tuhan yang tak kasat mata di surga dan pekerjaan-Nya hanya dapat dibawa ke bumi oleh Tuhan yang berinkarnasi, yang secara pribadi melakukan pekerjaan-Nya di antara manusia. Ini adalah cara paling ideal bagi Tuhan untuk menampakkan diri kepada manusia, di mana manusia melihat Tuhan dan mengenal wajah sejati-Nya, dan itu tak dapat dicapai oleh Tuhan yang tak berinkarnasi. Setelah Tuhan melakukan pekerjaan-Nya hingga tahap ini, pekerjaan-Nya telah mencapai dampak yang optimal, dan telah sepenuhnya berhasil. Pekerjaan pribadi Tuhan dalam daging telah menyelesaikan 90% pekerjaan dari keseluruhan pengelolaan-Nya. Daging ini memberikan permulaan yang lebih baik bagi seluruh pekerjaan-Nya, dan telah merangkum seluruh pekerjaan-Nya, dan telah mempermaklumkan seluruh pekerjaan-Nya, dan membuat penambahan terakhir yang menyeluruh atas seluruh pekerjaan-Nya. Sejak saat ini, tak akan ada Tuhan yang berinkarnasi lainnya untuk melakukan tahap keempat pekerjaan Tuhan, dan tak akan pernah ada pekerjaan ajaib dari inkarnasi Tuhan yang ketiga.
Dikutip dari "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 126
Setiap tahap pekerjaan Tuhan dalam daging merepresentasikan pekerjaan-Nya di seluruh zaman dan tidak merepresentasikan masa tertentu, seperti halnya pekerjaan manusia. Dengan demikian, akhir dari pekerjaan inkarnasi terakhir-Nya tidak berarti bahwa pekerjaan-Nya telah sepenuhnya berakhir, karena pekerjaan-Nya dalam daging merepresentasikan seluruh zaman, dan tidak hanya merepresentasikan masa di mana Dia melakukan pekerjaan-Nya dalam daging. Hanya saja Dia menyelesaikan pekerjaan-Nya di seluruh zaman selama Dia dalam daging, setelah itu, pekerjaan-Nya menyebar ke segala tempat. Setelah Tuhan yang berinkarnasi menggenapi pelayanan-Nya, Dia akan memercayakan pekerjaan-Nya di masa depan kepada mereka yang mengikuti Dia. Dengan cara ini, pekerjaan-Nya di seluruh zaman akan berlanjut tanpa terputus. Pekerjaan seluruh zaman dari inkarnasi hanya akan dianggap selesai jika telah menyebar ke seluruh semesta. Pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi memulai era baru, dan mereka yang melanjutkan pekerjaan-Nya adalah orang-orang yang dipakai-Nya. Pekerjaan yang dilakukan manusia seluruhnya berada dalam pelayanan Tuhan dalam daging, dan tak dapat melampaui lingkup ini. Jika Tuhan yang berinkarnasi tidak datang untuk melakukan pekerjaan-Nya, manusia tak mungkin dapat mengakhiri zaman yang lama, dan tak akan dapat memulai era yang baru. Pekerjaan yang dikerjakan manusia hanya berada dalam cakupan tugasnya yang mungkin untuk dilakukan secara manusiawi, dan tidak merepresentasikan pekerjaan Tuhan. Hanya Tuhan yang berinkarnasi yang dapat datang dan menuntaskan pekerjaan yang harus Dia lakukan, dan selain Dia, tak seorang pun yang bisa melakukannya atas nama-Nya. Tentu saja, yang Aku bicarakan berkaitan dengan pekerjaan inkarnasi. Tuhan yang berinkarnasi ini pertama-tama melaksanakan langkah pekerjaan yang tidak sesuai dengan pemahaman manusia, setelahnya Dia melakukan lebih banyak pekerjaan yang tidak sesuai dengan pemahaman manusia. Tujuan dari pekerjaan-Nya adalah menaklukkan manusia. Dalam hal ini, inkarnasi Tuhan tidak sesuai dengan pemahaman manusia, terlebih lagi Dia melakukan lebih banyak pekerjaan yang tidak sesuai dengan pemahaman manusia, sehingga manusia mengembangkan pandangan yang lebih kritis mengenai Dia. Dia hanya melakukan pekerjaan penaklukan di tengah manusia yang memiliki segudang pemahaman tentang Dia. Terlepas dari cara mereka memperlakukan-Nya, begitu Dia sudah menggenapi pelayanan-Nya, seluruh manusia akan tunduk pada kekuasaan-Nya. Fakta tentang pekerjaan ini tidak hanya tecermin di antara orang Tionghoa, tetapi juga merepresentasikan bagaimana seluruh umat manusia akan ditaklukkan. Dampak yang akan dicapai atas orang-orang ini adalah pendahuluan dari dampak yang akan dicapai atas seluruh umat manusia, dan dampak pekerjaan yang dilakukan-Nya di kemudian hari akan semakin melampaui dampak atas orang-orang ini. Pekerjaan Tuhan dalam daging tidak melibatkan kehebohan besar, tidak pula diliputi oleh ketidakjelasan. Pekerjaan ini nyata dan aktual, dan inilah pekerjaan di mana satu tambah satu sama dengan dua. Ini tidak tersembunyi bagi siapa pun, tidak pula menipu siapa pun. Apa yang orang lihat adalah hal-hal yang nyata dan asli, dan apa yang manusia peroleh adalah kebenaran dan pengetahuan yang nyata. Saat pekerjaan ini berakhir, manusia akan memperoleh pengetahuan baru akan Dia, dan mereka yang sungguh-sungguh mengejar Tuhan tak akan lagi memiliki gagasan tentang Dia. Ini bukan hanya dampak dari pekerjaan-Nya atas orang Tionghoa, tetapi juga merepresentasikan dampak pekerjaan-Nya dalam menaklukkan seluruh umat manusia, karena tidak ada yang lebih bermanfaat bagi pekerjaan penaklukan seluruh umat manusia daripada daging ini, dan pekerjaan daging ini, dan segala sesuatu dari daging ini. Semua itu bermanfaat bagi pekerjaan-Nya saat ini, dan bermanfaat bagi pekerjaan-Nya di kemudian hari. Daging ini akan menaklukkan seluruh umat manusia dan akan mendapatkan seluruh umat manusia. Tak ada pekerjaan yang lebih baik yang melaluinya seluruh umat manusia akan melihat Tuhan, menaati Tuhan, dan mengenal Tuhan. Pekerjaan yang dilakukan manusia hanya mewakili lingkup yang terbatas, dan saat Tuhan melakukan pekerjaan-Nya, Dia tidak berbicara kepada orang tertentu, tetapi berbicara kepada seluruh umat manusia, dan semua yang menerima firman-Nya. Akhir yang dinyatakan-Nya adalah akhir dari seluruh umat manusia, bukan kesudahan dari orang tertentu saja. Dia tidak memberikan perlakuan khusus atas siapa pun, tidak pula menjadikan siapa pun sebagai korban, dan Dia bekerja dan berbicara kepada seluruh umat manusia. Dengan demikian, Tuhan yang berinkarnasi ini telah mengelompokkan seluruh umat manusia menurut jenisnya, telah menghakimi seluruh umat manusia, dan telah mengatur tempat tujuan yang sesuai bagi seluruh umat manusia. Meskipun Tuhan hanya melakukan pekerjaan-Nya di Tiongkok, pada kenyataannya Dia telah menyelesaikan pekerjaan atas seluruh alam semesta. Dia tidak dapat menunggu sampai pekerjaan-Nya menyebar di antara seluruh umat manusia sebelum mengucapkan perkataan-Nya dan membuat pengaturan langkah demi langkah. Bukankah itu akan terlambat? Sekarang, Dia sepenuhnya mampu menyelesaikan pekerjaan masa depan di awal. Karena Dia yang bekerja adalah Tuhan dalam daging, Dia melakukan pekerjaan tanpa batas dalam lingkup yang terbatas, dan selanjutnya Dia akan membuat manusia melakukan tugas yang seharusnya dilakukan manusia; inilah prinsip kerja-Nya. Dia hanya dapat hidup bersama manusia untuk sementara waktu, dan tidak dapat menemani manusia sampai pekerjaan seluruh zaman dirampungkan. Karena Dia adalah Tuhan, Dia menubuatkan pekerjaan-Nya di kemudian hari terlebih dahulu. Selanjutnya, Dia akan mengelompokkan seluruh umat manusia menurut jenisnya dengan firman-Nya, dan umat manusia akan masuk ke dalam pekerjaan-Nya yang selangkah demi selangkah sesuai dengan firman-Nya. Tak ada yang bisa lolos, dan semua harus melakukan penerapan sesuai dengan ini. Jadi, di masa mendatang, zaman akan dibimbing oleh firman-Nya, dan bukan dibimbing oleh Roh.
Dikutip dari "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 127
Daging manusia telah dirusak Iblis dan telah begitu dibutakan, dan sangat dicelakakan. Alasan paling mendasar mengapa Tuhan bekerja secara pribadi dalam daging adalah karena sasaran keselamatan-Nya adalah manusia yang adalah daging, dan karena Iblis juga menggunakan daging manusia untuk mengganggu pekerjaan Tuhan. Perang melawan Iblis sesungguhnya adalah pekerjaan penaklukan manusia, dan pada saat yang sama, manusia juga merupakan sasaran keselamatan Tuhan. Dengan begini, pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi adalah penting. Iblis merusak daging manusia, dan manusia menjadi perwujudan Iblis, dan menjadi sasaran yang akan dikalahkan Tuhan. Maka, pekerjaan untuk berperang melawan Iblis dan menyelamatkan umat manusia terjadi di bumi, dan Tuhan harus menjadi manusia untuk berperang melawan Iblis. Ini adalah pekerjaan paling nyata. Ketika Tuhan bekerja dalam daging, Dia sesungguhnya sedang berperang melawan Iblis dalam daging. Ketika Dia bekerja dalam daging, Dia sedang melakukan pekerjaan-Nya di alam roh, dan membuat seluruh pekerjaan-Nya di alam roh menjadi nyata di bumi. Yang ditaklukkan adalah manusia, manusia yang tidak taat kepada-Nya, dan yang dikalahkan adalah perwujudan Iblis (tentu saja, ini juga manusia), yang berseteru dengan Dia, dan yang akhirnya diselamatkan juga adalah manusia. Dengan cara ini, lebih penting bagi-Nya untuk menjadi manusia yang memiliki "wujud luar" seorang ciptaan, sehingga Dia bisa melakukan perlawanan yang nyata terhadap Iblis, untuk menaklukkan manusia yang tidak taat kepada-Nya dan memiliki wujud luar yang sama dengan-Nya, dan untuk menyelamatkan manusia, yang memiliki wujud luar yang sama dengan-Nya dan yang telah dicelakakan oleh Iblis. Musuh-Nya adalah manusia, sasaran penaklukan-Nya adalah manusia, dan sasaran keselamatan-Nya adalah manusia, yang diciptakan-Nya. Jadi, Dia harus menjadi manusia, dan dengan cara ini, pekerjaan-Nya jadi lebih mudah. Dia dapat mengalahkan Iblis dan menaklukkan umat manusia, dan, lebih jauh lagi, dapat menyelamatkan umat manusia. Meskipun daging ini normal dan nyata, Dia bukanlah daging biasa: Dia bukanlah hanya daging yang manusiawi, tetapi daging yang manusiawi sekaligus ilahi. Inilah perbedaan-Nya dengan manusia, dan inilah tanda dari identitas Tuhan. Hanya daging yang seperti ini yang dapat melakukan pekerjaan yang hendak dilakukan-Nya, dan menggenapi pelayanan Tuhan dalam daging, dan sepenuhnya menyelesaikan pekerjaan-Nya di antara manusia. Jika tidak demikian, pekerjaan-Nya di antara manusia akan selalu menjadi hampa dan bercela. Meskipun Tuhan bisa berperang melawan roh Iblis dan menang, natur lama manusia yang rusak tak pernah dapat diselesaikan, dan mereka yang tidak taat kepada Tuhan dan melawan-Nya tak akan pernah benar-benar tunduk pada kekuasaan-Nya, yang artinya, Dia tak akan pernah bisa menaklukkan umat manusia, dan tidak akan pernah bisa mendapatkan seluruh umat manusia. Jika pekerjaan-Nya di bumi tidak bisa diselesaikan, pengelolaan-Nya tak akan bisa diakhiri dan seluruh umat manusia tidak akan bisa masuk ke dalam perhentian. Jika Tuhan tidak dapat masuk ke dalam perhentian bersama seluruh makhluk ciptaan-Nya, tidak akan pernah ada hasil dari pekerjaan pengelolaan tersebut, dan sebagai akibatnya, kemuliaan Tuhan akan hilang. Meskipun daging-Nya tidak memiliki otoritas, pekerjaan yang dilakukan-Nya akan mencapai dampaknya. Ini tujuan yang tak bisa dielakkan dari pekerjaan-Nya. Terlepas dari apakah daging-Nya memiliki otoritas atau tidak, selama Dia dapat melakukan pekerjaan Tuhan itu sendiri, maka Dia adalah adalah Tuhan itu Sendiri. Tanpa memandang betapa normal dan biasanya daging ini, Dia dapat melakukan pekerjaan yang Dia harus lakukan, karena daging ini adalah Tuhan dan bukan sekadar manusia. Alasan daging ini bisa melakukan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan manusia adalah karena hakikat batin-Nya tidak sama dengan hakikat batin manusia mana pun, dan alasan Dia dapat menyelamatkan manusia adalah karena identitas-Nya berbeda dari manusia mana pun. Daging ini juga amat penting bagi umat manusia karena Dia adalah manusia dan lebih dari itu, Dia adalah Tuhan, karena Dia dapat melakukan pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan manusia biasa, dan karena Dia dapat menyelamatkan manusia yang rusak, yang hidup bersama-Nya di bumi. Meskipun Dia identik dengan manusia, Tuhan yang berinkarnasi lebih penting bagi umat manusia daripada orang penting mana pun, karena Dia dapat melakukan pekerjaan yang tak dapat dilakukan Roh Tuhan, Dia lebih mampu daripada Roh Tuhan untuk menjadi kesaksian tentang Tuhan itu sendiri, dan lebih mampu daripada Roh Tuhan untuk sepenuhnya mendapatkan umat manusia. Sebagai akibatnya, meskipun daging ini normal dan biasa, sumbangsih-Nya bagi umat manusia dan makna penting-Nya bagi keberadaan umat manusia membuat-Nya teramat berharga, dan nilai serta makna penting sesungguhnya dari daging ini tak terukur dibandingkan manusia mana pun. Meskipun daging ini tak dapat secara langsung menghancurkan Iblis, Dia dapat menggunakan pekerjaan-Nya untuk menaklukkan umat manusia dan mengalahkan Iblis, dan membuat Iblis sepenuhnya tunduk pada kekuasaan-Nya. Karena Tuhan berinkarnasi, Dia dapat mengalahkan Iblis dan bisa menyelamatkan umat manusia. Dia tidak secara langsung menghancurkan Iblis, tetapi sebaliknya, Dia menjadi daging untuk melakukan pekerjaan menaklukkan manusia, yang telah dirusak Iblis. Dengan begini, Dia lebih mampu memberi kesaksian bagi diri-Nya sendiri di antara makhluk ciptaan-Nya, dan lebih mampu menyelamatkan manusia yang rusak. Tuhan yang berinkarnasi mengalahkan Iblis, menjadi kesaksian yang lebih besar, dan lebih meyakinkan, daripada penghancuran Iblis secara langsung oleh Roh Tuhan. Tuhan dalam daging lebih mampu menolong manusia untuk mengenal Sang Pencipta, dan lebih mampu menjadi kesaksian bagi diri-Nya sendiri di tengah mahkluk ciptaan-Nya.
Dikutip dari "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 128
Tuhan telah datang ke bumi untuk melakukan pekerjaan-Nya di antara manusia, untuk secara pribadi memperlihatkan diri-Nya kepada manusia dan membuat manusia dapat melihat-Nya; apakah ini masalah kecil? Ini sama sekali bukan masalah yang sederhana! Tidak seperti yang manusia bayangkan: bahwa Tuhan telah datang agar manusia dapat melihat-Nya, sehingga manusia dapat mengerti bahwa Tuhan itu nyata dan tidak samar atau hampa, dan bahwa Tuhan itu mulia tetapi juga rendah hati. Mungkinkah sesederhana itu? Sebenarnya karena Iblis telah merusak daging manusia, dan manusia adalah pihak yang Tuhan ingin selamatkan, maka Tuhan harus mengambil rupa sebagai manusia untuk melakukan peperangan melawan Iblis dan untuk secara pribadi menggembalakan manusia. Hanya ini yang bermanfaat bagi pekerjaan-Nya. Kedua tubuh inkarnasi Tuhan telah ada untuk mengalahkan Iblis, dan juga untuk menyelamatkan manusia dengan lebih baik. Itu karena pribadi yang bisa melakukan peperangan melawan Iblis hanyalah Tuhan, entah itu Roh Tuhan atau daging inkarnasi Tuhan. Singkatnya, tidak mungkin malaikat yang berperang melawan Iblis, apalagi manusia, yang telah dirusak oleh Iblis. Para malaikat tidak berdaya melakukan peperangan ini, dan manusia bahkan lebih lemah. Dengan demikian, jika Tuhan ingin bekerja dalam kehidupan manusia, jika Dia ingin secara pribadi datang ke bumi untuk menyelamatkan manusia, maka Dia harus secara pribadi menjadi manusia—artinya, Dia harus secara pribadi mengenakan daging, dan dengan identitas yang melekat pada diri-Nya dan pekerjaan yang harus Dia lakukan, Dia datang di antara manusia dan secara pribadi menyelamatkan manusia. Kalau tidak, jika Roh Tuhan atau manusia yang melakukan pekerjaan ini, maka tidak akan pernah ada hasil dari peperangan ini, dan tidak akan pernah berakhir. Ketika Tuhan menjadi manusia untuk secara pribadi berperang melawan Iblis di antara manusia barulah manusia memiliki kesempatan untuk diselamatkan. Selanjutnya, baru pada saat itulah Iblis dipermalukan dan tidak lagi memiliki kesempatan untuk mengeksploitasi atau rencana untuk dilaksanakan. Pekerjaan yang dilakukan Tuhan yang berinkarnasi tidak dapat dicapai oleh Roh Tuhan, dan akan lebih mustahil bagi manusia jasmani untuk melakukannya mewakili Tuhan, karena pekerjaan yang Dia lakukan adalah demi kehidupan manusia, dan untuk mengubah watak manusia yang rusak. Seandainya manusia ikut serta dalam peperangan ini, dia hanya akan melarikan diri dalam kekacauan yang menyedihkan, dan sama sekali tidak akan mampu mengubah wataknya yang rusak. Dia tidak akan mampu menyelamatkan manusia dari salib, atau menaklukkan semua umat manusia yang suka memberontak, tetapi hanya akan mampu melakukan sedikit pekerjaan lama yang tidak melampaui prinsip, atau pekerjaan lain yang tidak berkaitan dengan kekalahan Iblis. Jadi mengapa repot-repot? Apa pentingnya pekerjaan yang tidak bisa mendapatkan umat manusia, apalagi mengalahkan Iblis? Karena itu, peperangan melawan Iblis hanya dapat dilakukan oleh Tuhan itu sendiri, dan sama sekali tidak mungkin bagi manusia untuk melakukannya. Tugas manusia adalah taat dan mengikuti, karena manusia tidak mampu melakukan pekerjaan seperti menciptakan langit dan bumi, terlebih lagi, tidak mampu melakukan pekerjaan memerangi Iblis. Manusia hanya dapat memuaskan Sang Pencipta di bawah kepemimpinan Tuhan itu sendiri, yang melaluinya Iblis dikalahkan; inilah satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh manusia. Dan karena itu, setiap kali peperangan baru dimulai, yang berarti, setiap kali pekerjaan zaman baru dimulai, pekerjaan ini secara pribadi dilakukan oleh Tuhan itu sendiri, yang melaluinya Dia memimpin seluruh zaman dan membuka jalan baru bagi seluruh umat manusia. Dimulainya setiap zaman baru adalah awal yang baru dalam peperangan melawan Iblis, yang melaluinya manusia memasuki dunia yang lebih baru dan lebih indah, dan zaman baru yang secara pribadi dipimpin oleh Tuhan itu sendiri. Manusia adalah penguasa segala sesuatu, tetapi mereka yang telah didapatkan akan menjadi hasil dari semua peperangan melawan Iblis. Iblis adalah perusak segala sesuatu, dia adalah pihak yang kalah di akhir semua peperangan, dan juga pihak yang akan dihukum setelah peperangan ini. Di antara Tuhan, manusia, dan Iblis, hanya Iblislah yang akan dibenci dan ditolak. Sementara itu, mereka yang didapatkan oleh Iblis tetapi tidak didapatkan kembali oleh Tuhan menjadi orang-orang yang akan menerima hukuman mewakili Iblis. Dari ketiganya, hanya Tuhan yang harus disembah oleh semua makhluk. Sementara itu, mereka yang dirusak oleh Iblis tetapi didapatkan kembali oleh Tuhan dan mereka yang mengikuti jalan Tuhan menjadi orang-orang yang akan menerima janji Tuhan dan menghakimi orang yang jahat untuk Tuhan. Tuhan pasti akan menang dan Iblis pasti akan dikalahkan, tetapi di antara manusia ada mereka yang akan menang dan ada mereka yang akan kalah. Mereka yang menang akan menjadi para pemenang, dan mereka yang kalah akan menjadi pihak yang kalah; ini adalah klasifikasi masing-masing menurut jenisnya, ini adalah hasil akhir dari semua pekerjaan Tuhan. Ini juga adalah tujuan dari semua pekerjaan Tuhan, dan ini tidak akan pernah berubah. Inti dari pekerjaan utama rencana pengelolaan Tuhan terfokus pada penyelamatan manusia, dan Tuhan menjadi manusia terutama demi inti ini, demi pekerjaan ini, dan untuk mengalahkan Iblis. Pertama kalinya Tuhan menjadi manusia juga untuk mengalahkan Iblis: Dia secara pribadi menjadi manusia, dan secara pribadi dipaku di kayu salib, untuk menyelesaikan pekerjaan peperangan yang pertama, yang merupakan pekerjaan penebusan manusia. Demikian juga, tahap pekerjaan ini juga secara pribadi dilakukan oleh Tuhan, yang telah menjadi manusia untuk melakukan pekerjaan-Nya di antara manusia, untuk secara pribadi mengucapkan firman-Nya dan mengizinkan manusia untuk melihat-Nya. Tentu saja, tidak dapat dihindarkan bahwa Dia juga melakukan beberapa pekerjaan lain pada masa itu, tetapi alasan utama Dia melakukan pekerjaan-Nya secara pribadi adalah untuk mengalahkan Iblis, untuk menaklukkan seluruh umat manusia, dan untuk mendapatkan orang-orang ini. Jadi, pekerjaan inkarnasi Tuhan sebenarnya tidaklah sederhana. Jika tujuan-Nya hanya untuk menunjukkan kepada manusia bahwa Tuhan itu rendah hati dan tersembunyi, dan bahwa Tuhan itu nyata, jika hanya demi melakukan pekerjaan ini, maka tidak perlu menjadi manusia. Bahkan seandainya Tuhan tidak menjadi manusia, Dia dapat mengungkapkan kerendahhatian dan ketersembunyian-Nya, kebesaran dan kekudusan-Nya, kepada manusia secara langsung, tetapi hal seperti ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan mengelola umat manusia. Semua itu tidak mampu menyelamatkan manusia atau menyempurnakannya, apalagi mengalahkan Iblis. Jika kekalahan Iblis hanya melibatkan Roh yang melakukan peperangan melawan roh, maka pekerjaan seperti ini akan memiliki nilai nyata yang jauh lebih rendah; pekerjaan ini tidak akan mampu mendapatkan manusia dan akan menghancurkan nasib dan prospek manusia. Karena itu, pekerjaan Tuhan saat ini sangat penting. Bukan hanya agar manusia dapat melihat-Nya, atau agar mata manusia dapat dibuka, atau untuk memberinya sedikit perasaan tergerak dan terdorong; pekerjaan semacam itu tidak ada artinya. Jika engkau hanya dapat berbicara tentang jenis pengetahuan ini, itu membuktikan bahwa engkau tidak mengetahui makna sebenarnya dari inkarnasi Tuhan.
Dikutip dari "Memulihkan Kehidupan Normal Manusia dan Membawanya ke Tempat Tujuan yang Mengagumkan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 129
Setiap tahap pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan memiliki signifikansi praktisnya sendiri. Saat itu, ketika Yesus datang, Dia datang dalam wujud laki-laki, dan ketika Tuhan datang kali ini, wujud-Nya adalah perempuan. Dari sini, engkau bisa melihat bahwa ciptaan Tuhan baik laki-laki maupun perempuan dapat digunakan dalam pekerjaan-Nya, dan bagi-Nya tidak ada perbedaan gender. Ketika Roh-Nya datang, Dia dapat mengenakan jenis daging apa pun yang dikehendaki-Nya dan daging tersebut dapat merepresentasikan diri-Nya; entah laki-laki atau perempuan, daging itu dapat merepresentasikan Tuhan selama itu adalah daging inkarnasi-Nya. Jika Yesus menampakkan diri sebagai perempuan ketika Dia datang, dengan kata lain, jika seorang bayi perempuan, dan bukan bayi laki-laki, yang dikandung oleh Roh Kudus, tahap pekerjaan itu akan sama saja diselesaikan. Jika itu masalahnya, tahap pekerjaan saat ini akan diselesaikan oleh seorang laki-laki sebagai gantinya, tetapi pekerjaan itu akan sama saja diselesaikan. Pekerjaan yang dilakukan di setiap tahap memiliki makna pentingnya sendiri; tidak ada tahap pekerjaan yang diulangi, atau yang bertentangan satu sama lain. Pada saat itu, Yesus dalam melakukan pekerjaan-Nya disebut "Putra tunggal", dan "Putra" menyiratkan gender laki-laki. Lalu, mengapa Putra tunggal tidak disebutkan di tahap saat ini? Karena tuntutan pekerjaan mengharuskan adanya perubahan dalam gender yang berbeda dengan gender Yesus. Bagi Tuhan, tidak ada perbedaan gender. Dia melakukan pekerjaan-Nya seperti yang Dia inginkan, dan dalam melakukan pekerjaan-Nya, Dia tidak tunduk pada batasan apa pun, tetapi sangat bebas. Namun, setiap tahap pekerjaan memiliki signifikansi praktisnya sendiri. Tuhan menjadi daging dua kali, dan dengan sendirinya terbukti bahwa inkarnasi-Nya selama akhir zaman adalah untuk yang terakhir kalinya. Dia telah datang untuk membuat semua perbuatan-Nya diketahui. Jika di tahap ini Dia tidak menjadi daging untuk secara pribadi melakukan pekerjaan untuk disaksikan manusia, manusia akan selamanya berpegang teguh pada gagasan bahwa Tuhan itu hanya laki-laki, bukan perempuan. Sebelum ini, semua manusia yakin bahwa Tuhan hanya bisa menjadi laki-laki dan bahwa seorang perempuan tidak dapat disebut sebagai Tuhan, karena semua manusia menganggap laki-laki memiliki otoritas atas perempuan. Mereka yakin bahwa tidak ada perempuan yang dapat memegang otoritas, hanya laki-laki. Terlebih lagi, mereka bahkan mengatakan bahwa laki-laki adalah kepala atas perempuan dan perempuan harus menaati laki-laki dan tidak boleh mengunggulinya. Di masa lalu, ketika dikatakan bahwa laki-laki adalah kepala perempuan, ini ditujukan kepada Adam dan Hawa, yang telah diperdaya oleh ular—bukan ditujukan kepada laki-laki dan perempuan sebagaimana mereka telah diciptakan Yahweh pada mulanya. Tentu saja, seorang perempuan harus menaati dan mengasihi suaminya, dan seorang suami harus belajar untuk menafkahi dan menyokong keluarganya. Semua ini adalah hukum dan ketetapan yang ditetapkan oleh Yahweh untuk ditaati umat manusia dalam kehidupan mereka di bumi. Yahweh berkata kepada perempuan, "Engkau akan berahi kepada suamimu, dan ia akan memerintah atasmu." Dia berkata demikian hanya agar umat manusia (yaitu, laki-laki dan perempuan) dapat menjalani kehidupan yang normal di bawah kekuasaan Yahweh, dan agar kehidupan umat manusia dapat memiliki sebuah struktur, dan tidak melenceng dari tatanan yang semestinya. Oleh karena itu, Yahweh membuat aturan yang pantas tentang bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya bertindak, meskipun ini hanya berkaitan dengan semua makhluk ciptaan yang hidup di bumi, dan tidak ada kaitannya dengan daging inkarnasi Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan menjadi sama dengan makhluk ciptaan-Nya? Firman-Nya ditujukan hanya kepada umat manusia yang diciptakan-Nya; agar umat manusia menjalani kehidupan normal itulah Dia menetapkan aturan untuk laki-laki dan perempuan. Pada mulanya, ketika Yahweh menciptakan umat manusia, Dia menciptakan dua jenis manusia, laki-laki dan perempuan; dan karena itu ada pembagian laki-laki dan perempuan dalam daging inkarnasi-Nya. Dia tidak memutuskan pekerjaan-Nya berdasarkan firman yang Dia ucapkan kepada Adam dan Hawa. Dua kali Dia telah menjadi daging telah ditentukan sepenuhnya menurut pemikiran-Nya pada saat Dia pertama kali menciptakan manusia; artinya, Dia telah menyelesaikan pekerjaan dua inkarnasi-Nya berdasarkan pada laki-laki dan perempuan sebelum mereka dirusak. Jika manusia menggunakan firman yang diucapkan Yahweh kepada Adam dan Hawa, yang telah diperdaya oleh ular, dan menerapkan firman itu pada pekerjaan inkarnasi Tuhan, tidakkah Yesus juga harus mengasihi istri-Nya sebagaimana seharusnya? Jika demikian, akankah Tuhan tetap adalah Tuhan? Dan jika demikian, akankah Dia tetap dapat menyelesaikan pekerjaan-Nya? Seandainya adalah salah bagi daging inkarnasi Tuhan untuk menjadi perempuan, maka bukankah juga merupakan kesalahan yang paling besar bagi Tuhan karena telah menciptakan perempuan? Jika manusia masih percaya bahwa adalah keliru bagi Tuhan untuk berinkarnasi sebagai perempuan, maka bukankah Yesus, yang tidak menikah dan karenanya tidak dapat mengasihi istri-Nya, juga menjadi kekeliruan yang sama besarnya dengan inkarnasi di masa sekarang? Karena engkau menggunakan firman yang diucapkan Yahweh kepada Hawa untuk mengukur kebenaran inkarnasi Tuhan pada zaman sekarang, maka engkau harus menggunakan firman Yahweh kepada Adam untuk menilai Tuhan Yesus yang menjadi daging pada Zaman Kasih Karunia. Bukankah keduanya satu dan sama? Karena engkau mengukur Tuhan Yesus menurut laki-laki yang tidak diperdaya oleh ular, maka engkau tidak boleh menilai kebenaran inkarnasi pada zaman sekarang menurut perempuan yang telah diperdaya oleh ular. Ini tentu tidak adil! Mengukur Tuhan dengan cara ini membuktikan bahwa engkau tidak rasional. Ketika Yahweh dua kali menjadi daging, gender daging-Nya terkait dengan laki-laki dan perempuan yang tidak diperdaya oleh ular; sesuai dengan laki-laki dan perempuan yang tidak diperdaya oleh ularlah Dia dua kali menjadi daging. Jangan berpikir bahwa kelelakian Yesus sama dengan kelelakian Adam yang telah diperdaya oleh ular. Dia dan Adam sama sekali tidak terkait, keduanya adalah dua laki-laki dengan natur yang berbeda. Tentunya tidak mungkin bahwa kelelakian Yesus membuktikan bahwa Dia adalah kepala atas semua perempuan tetapi bukan kepala atas semua laki-laki, bukan? Bukankah Dia adalah Raja atas semua orang Yahudi (termasuk laki-laki dan perempuan)? Dia adalah Tuhan itu sendiri, bukan hanya kepala atas perempuan tetapi juga kepala atas laki-laki. Dia adalah Tuhan atas semua makhluk dan kepala atas semua makhluk. Bagaimana bisa engkau menentukan kelelakian Yesus sebagai simbol kepala atas perempuan? Bukankah ini adalah penghujatan? Yesus adalah laki-laki yang belum dirusak. Dia adalah Tuhan; Dia adalah Kristus. Bagaimana mungkin Dia menjadi laki-laki seperti Adam yang rusak? Yesus adalah daging yang dikenakan oleh Roh Tuhan yang Mahakudus. Bagaimana bisa engkau mengatakan bahwa Dia adalah Tuhan yang memiliki kelelakian Adam? Jika demikian, bukankah semua pekerjaan Tuhan itu salah? Apakah Yahweh telah menyatukan ke dalam diri Yesus kelelakian Adam, yang telah diperdaya oleh ular? Bukankah inkarnasi pada zaman sekarang merupakan contoh lain dari pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi, yang berbeda secara gender dari Yesus tetapi yang sama seperti Dia secara natur? Masih beranikah engkau mengatakan bahwa Tuhan yang berinkarnasi tidak mungkin perempuan karena perempuan adalah manusia pertama yang diperdaya oleh ular? Masih beranikah engkau mengatakan bahwa karena perempuan adalah yang paling najis dan merupakan sumber kerusakan umat manusia, maka Tuhan tidak mungkin menjadi daging sebagai seorang perempuan? Beranikah engkau berkukuh mengatakan bahwa "perempuan harus selalu menaati laki-laki dan tidak akan pernah mewujudkan atau merepresentasikan Tuhan secara langsung"? Engkau tidak mengerti di masa lalu, tetapi bolehkah sekarang engkau terus menghujat pekerjaan Tuhan, terutama daging inkarnasi Tuhan? Jika ini tidak jelas bagimu, lebih baik jaga lidahmu, jangan sampai kebodohan dan ketidaktahuanmu terungkap dan keburukanmu tersingkap. Jangan berpikir bahwa engkau memahami segalanya. Kukatakan kepadamu bahwa semua yang telah kaulihat dan alami tidak cukup bagimu untuk memahami bahkan seperseribu bagian saja dari rencana pengelolaan-Ku. Jadi mengapa engkau bertindak sedemikian sombongnya? Secuil bakat dan pengetahuan minim yang kaumiliki tidak cukup untuk Yesus pakai bahkan dalam satu detik pun dari pekerjaan-Nya! Seberapa banyakkah pengalaman yang sebenarnya kaumiliki? Apa yang telah kaulihat dan semua yang telah kaudengar di sepanjang hidupmu serta apa yang telah kaubayangkan jauh lebih sedikit dibandingkan pekerjaan yang Kulakukan sebentar saja! Sebaiknya engkau jangan suka mengkritik dan mencari-cari kesalahan. Engkau bisa bersikap congkak sesukamu, tetapi engkau tidak lebih daripada makhluk yang bahkan tidak setara dengan semut! Yang mampu kautampung di dalam perutmu lebih sedikit daripada isi perut seekor semut! Jangan mengira, hanya karena engkau telah mendapatkan sedikit pengalaman dan senioritas, maka ini membuatmu berhak untuk menggerakkan tanganmu dengan pongah dan bicara muluk-muluk. Bukankah pengalaman dan senioritasmu adalah hasil dari firman yang telah Kuucapkan? Apakah engkau menganggap bahwa semua itu adalah imbalan untuk kerja keras dan usahamu sendiri? Saat ini, engkau melihat bahwa Aku telah menjadi daging, dan mengenai hal ini saja, engkau dipenuhi dengan banyak pemahaman di dalam dirimu, dan dari situ ada gagasan yang tiada akhir. Jika bukan karena inkarnasi-Ku, bahkan seandainya engkau memiliki bakat yang luar biasa, engkau tidak akan memiliki begitu banyak pemahaman; dan bukankah dari pemahaman-pemahaman inilah semua gagasanmu muncul? Jika Yesus tidak menjadi daging untuk pertama kalinya, apakah engkau bahkan akan mengetahui tentang inkarnasi? Bukankah karena inkarnasi pertama telah memberimu pengetahuan sehingga engkau memiliki kelancangan untuk mencoba menilai inkarnasi yang kedua? Mengapa, alih-alih menjadi pengikut yang taat, engkau malah menjadikannya bahan penelitian? Ketika engkau telah masuk ke dalam aliran ini dan datang ke hadapan Tuhan yang berinkarnasi, akankah Dia mengizinkanmu untuk meneliti-Nya? Engkau dapat meneliti sejarah keluargamu sendiri, tetapi jika engkau mencoba untuk meneliti "sejarah keluarga" Tuhan, apakah Tuhan zaman sekarang akan mengizinkanmu untuk melakukan penelitian semacam itu? Bukankah engkau buta? Bukankah engkau membawa penghinaan kepada dirimu sendiri?
Dikutip dari "Kedua Inkarnasi Melengkapi Signifikansi Inkarnasi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 130
Yesus dan Aku berasal dari satu Roh. Walaupun Kami tidak terkait di dalam daging Kami, Roh Kami adalah satu; meskipun muatan dari apa yang Kami lakukan dan pekerjaan yang Kami lakukan tidak sama, Kami sama dalam esensi; daging Kami mengambil wujud yang berbeda, tetapi ini dikarenakan perubahan pada zaman dan kebutuhan yang berbeda dari pekerjaan Kami; pelayanan Kami tidak sama, jadi pekerjaan yang Kami hasilkan dan watak yang Kami ungkapkan kepada manusia pun berbeda. Itulah sebabnya apa yang manusia lihat dan pahami saat ini berbeda dengan apa yang mereka lihat dan pahami di masa lalu, yaitu karena perubahan pada zaman. Karena semua itu, Mereka berbeda dalam gender dan wujud daging Mereka, dan Mereka tidak terlahir di keluarga yang sama, apalagi pada periode waktu yang sama, Roh Mereka bagaimanapun juga adalah satu. Karena semua itu, daging Mereka tidak sedarah dan sama sekali tidak ada kaitan kekerabatan secara jasmani, tidak dapat disangkal bahwa Mereka adalah daging inkarnasi Tuhan pada dua periode waktu yang berbeda. Bahwa Mereka adalah daging inkarnasi Tuhan merupakan kebenaran yang tidak terbantahkan. Namun, Mereka tidak memiliki garis keturunan yang sama, dan tidak berbicara bahasa manusia yang sama (yang satu adalah seorang laki-laki yang berbicara bahasa orang Yahudi dan yang satunya lagi adalah seorang perempuan yang hanya berbicara bahasa Mandarin). Karena alasan-alasan inilah Mereka telah tinggal di negara yang berbeda untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh mereka masing-masing, dan pada periode waktu yang berbeda pula. Terlepas dari fakta bahwa Mereka adalah Roh yang sama, memiliki esensi yang sama, tidak ada kesamaan sama sekali di antara penampilan lahiriah daging Mereka. Yang sama-sama mereka miliki adalah kemanusiaan yang sama, tetapi dalam hal penampilan lahiriah daging Mereka dan keadaan kelahiran Mereka, Mereka tidak sama. Hal-hal ini tidak berdampak pada pekerjaan Mereka masing-masing atau pada pengetahuan yang manusia miliki tentang Mereka, karena sesungguhnya, Mereka adalah Roh yang sama dan tak seorang pun dapat memisahkan Mereka. Meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah, seluruh keberadaan Mereka berada dalam kendali Roh Mereka, yang mengalokasikan kepada Mereka pekerjaan yang berbeda pada periode waktu yang berbeda, dan daging Mereka berasal dari garis keturunan yang berbeda. Roh Yahweh bukanlah bapa dari Roh Yesus, dan Roh Yesus bukanlah anak dari Roh Yahweh: Mereka adalah satu dan Roh yang sama. Demikian pula, Tuhan yang berinkarnasi pada zaman sekarang dan Yesus tidak memiliki hubungan darah, tetapi Mereka adalah satu, ini karena Roh Mereka adalah satu. Tuhan dapat melakukan pekerjaan belas kasihan dan kasih setia, juga pekerjaan penghakiman yang adil dan hajaran terhadap manusia, serta pekerjaan mendatangkan kutuk atas manusia; dan pada akhirnya, Dia dapat melakukan pekerjaan memusnahkan dunia dan menghukum orang yang jahat. Bukankah Dia sendiri yang melakukan semuanya ini? Bukankah ini adalah kemahakuasaan Tuhan?
Dikutip dari "Kedua Inkarnasi Melengkapi Signifikansi Inkarnasi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 131
Tuhan sebagai yang terbesar di seantero alam semesta dan dunia atas, dapatkah Dia menjelaskan diri-Nya sepenuhnya dengan menggunakan gambar manusia? Tuhan menjadi daging untuk melakukan satu tahap pekerjaan-Nya. Tidak ada makna khusus pada gambar manusia ini, tidak ada kaitannya dengan berlalunya zaman, juga tidak ada hubungannya dengan watak Tuhan. Mengapa Yesus tidak membiarkan gambar diri-Nya tetap ada? Mengapa tidak dibiarkan-Nya manusia melukis gambar diri-Nya sehingga dapat diteruskan ke generasi selanjutnya? Mengapa Dia tidak membiarkan orang mengakui bahwa gambar diri-Nya adalah gambar Tuhan? Meskipun manusia diciptakan menurut gambar Tuhan, mungkinkah rupa manusia merepresentasikan gambar Tuhan Yang Mahamulia? Ketika Tuhan menjadi daging, Dia hanya turun dari surga ke dalam daging tertentu. Adapun yang turun ke dalam daging tersebut ialah Roh-Nya, dan melalui daging itu, Dia melakukan pekerjaan Roh. Roh inilah yang diungkapkan dalam daging dan Roh inilah yang melakukan pekerjaan-Nya dalam daging. Pekerjaan yang dilakukan dalam daging sepenuhnya merepresentasikan Roh-Nya, dan daging tersebut adalah demi kepentingan pekerjaan itu. Namun demikian, bukan berarti bahwa gambar manusia itu menggantikan gambar sejati Tuhan sendiri; ini bukan tujuan atau makna penting dari Tuhan menjadi manusia. Dia menjadi daging hanya agar Roh dapat menemukan tempat tinggal yang sesuai dengan pekerjaan-Nya, tempat yang lebih baik untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya dalam daging, sehingga orang dapat melihat perbuatan-Nya, memahami watak-Nya, mendengarkan firman-Nya, dan mengetahui keajaiban pekerjaan-Nya. Nama-Nya merepresentasikan watak-Nya, pekerjaan-Nya merepresentasikan identitas-Nya, tetapi Dia tidak pernah mengatakan bahwa penampakan-Nya dalam daging merepresentasikan gambar-Nya. Itu semata-mata gagasan manusia. Karena itu, aspek penting dari inkarnasi Tuhan ialah nama-Nya, pekerjaan-Nya, watak-Nya, dan gender-Nya. Semua aspek ini digunakan untuk merepresentasikan pengelolaan-Nya di zaman ini. Penampakan-Nya dalam daging tidak ada kaitannya dengan pengelolaan-Nya, tetapi semata-mata demi pekerjaan-Nya saat itu. Namun, tidak mungkin Tuhan yang berinkarnasi tidak memiliki penampakan tertentu. Karena itu, Dia memilih keluarga yang tepat untuk menentukan penampakan-Nya. Seandainya penampakan Tuhan mempunyai makna penting yang representatif, semua orang yang berwajah mirip dengan-Nya juga akan merepresentasikan Tuhan. Bukankah itu kesalahan yang luar biasa? Potret Yesus dilukis oleh manusia agar manusia dapat menyembah-Nya. Pada saat itu, Roh Kudus tidak memberi arahan khusus, jadi manusia mengedarkan potret hasil imajinasi tersebut sampai hari ini. Padahal, menurut maksud Tuhan yang semula, manusia tidak boleh melakukan hal tersebut. Hanya karena semangat manusialah potret Yesus itu tetap ada sampai hari ini. Tuhan adalah Roh, dan karena itu, manusia tidak akan pernah mampu menangkap gambar-Nya. Gambar-Nya hanya bisa direpresentasikan oleh watak-Nya. Adapun penampakan hidung, mulut, mata, dan rambut-Nya, semua ini berada di luar kemampuanmu untuk menerimanya. Ketika pewahyuan sampai kepada Yohanes, dia melihat gambar Anak Manusia: dari mulut-Nya keluar pedang tajam bermata dua, mata-Nya bagaikan nyala api, kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu domba, kaki-Nya seperti dipoles perunggu, dan ada selempang emas di dada-Nya. Meskipun perkataan Yohanes sangat jelas, gambar Tuhan yang dijelaskannya itu bukan gambar makhluk ciptaan. Gambar yang dilihatnya hanyalah sebuah penglihatan, bukan gambar seseorang dari dunia materiel. Yohanes menyaksikan penglihatan, tetapi dia tidak melihat penampakan Tuhan yang sebenarnya. Gambar daging inkarnasi Tuhan, wujud gambar makhluk ciptaan, tidak mampu merepresentasikan watak Tuhan seluruhnya. Ketika Yahweh menciptakan umat manusia, Dia berkata bahwa menurut gambar-Nya Dia menciptakan laki-laki dan perempuan. Pada waktu itu, Dia berkata bahwa Dia menciptakan laki-laki dan perempuan menurut gambar Tuhan. Meskipun gambar manusia menyerupai gambar Tuhan, tidak dapat ditafsirkan bahwa penampakan manusia adalah gambar Tuhan. Engkau pun tidak dapat menggunakan bahasa umat manusia untuk sepenuhnya menjelaskan gambar Tuhan, sebab Tuhan itu terlalu mulia, terlalu besar, terlalu menakjubkan, dan tak terselami!
Dikutip dari "Visi Pekerjaan Tuhan (3)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 132
Kali ini, Tuhan datang untuk melakukan pekerjaan bukan dalam tubuh rohani, tetapi dalam tubuh yang sangat biasa. Selain itu, tubuh ini bukan hanya tubuh inkarnasi Tuhan yang kedua, tetapi ini juga tubuh yang melaluinya Tuhan datang kembali menjadi daging. Ini adalah tubuh daging yang sangat biasa. Engkau tidak dapat melihat apa pun yang membuat-Nya berbeda dari orang lain, tetapi engkau dapat memperoleh kebenaran dari-Nya yang belum pernah kaudengar sebelumnya. Daging yang tak berarti ini merupakan perwujudan seluruh firman kebenaran dari Tuhan, yang melakukan pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, dan mengungkapkan seluruh watak Tuhan untuk dipahami manusia. Tidakkah engkau sangat rindu melihat Tuhan yang di surga? Tidakkah engkau sangat rindu memahami Tuhan yang di surga? Tidakkah engkau sangat rindu untuk melihat tempat tujuan manusia? Dia akan memberitahukan kepadamu semua rahasia ini—rahasia yang tak mampu diungkapkan siapa pun kepadamu, dan Dia juga akan memberitahukan kepadamu kebenaran-kebenaran yang tidak kaupahami. Dia adalah pintu gerbangmu untuk masuk ke dalam kerajaan, dan pemandumu untuk memasuki zaman yang baru. Daging yang biasa itu menyimpan banyak misteri yang tak terselami. Perbuatan-perbuatan-Nya mungkin tidak dapat kaupahami, tetapi seluruh tujuan pekerjaan yang Dia lakukan sudah cukup untuk membuatmu melihat bahwa Dia bukanlah sekadar daging biasa sebagaimana yang diyakini manusia. Karena Dia merepresentasikan kehendak Tuhan dan pemeliharaan yang ditunjukkan Tuhan kepada umat manusia pada akhir zaman. Meskipun engkau tidak dapat mendengar firman-Nya yang tampak mengguncangkan langit dan bumi, meskipun engkau tidak dapat melihat mata-Nya yang bagaikan nyala api, dan meskipun engkau tidak dapat menerima pendisiplinan gada besi-Nya, tetapi engkau dapat mendengar dari firman-Nya bahwa Tuhan murka dan mengetahui bahwa Tuhan sedang memperlihatkan belas kasihan-Nya kepada umat manusia; engkau dapat melihat watak benar Tuhan dan hikmat-Nya, dan, terlebih lagi, menyadari perhatian Tuhan bagi seluruh umat manusia. Pekerjaan Tuhan pada akhir zaman bertujuan untuk memungkinkan manusia melihat Tuhan yang di surga hidup di antara manusia di bumi, dan memampukan manusia untuk mengenal, menaati, menghormati, dan mengasihi Tuhan. Inilah sebabnya Dia telah datang kembali menjadi daging untuk kedua kalinya. Meskipun yang manusia lihat sekarang adalah Tuhan yang sama seperti manusia, Tuhan yang memiliki satu hidung dan sepasang mata, dan Tuhan yang berpenampilan biasa, pada akhirnya, Tuhan akan memperlihatkan kepada engkau semua bahwa seandainya manusia ini tidak ada, langit dan bumi akan mengalami perubahan yang luar biasa; seandainya manusia ini tidak ada, langit akan menjadi redup, bumi akan jatuh ke dalam kekacauan, dan seluruh umat manusia akan hidup di tengah bencana kelaparan dan wabah. Dia akan menunjukkan kepada engkau semua bahwa seandainya Tuhan yang berinkarnasi tidak datang untuk menyelamatkanmu pada akhir zaman, maka Tuhan akan sudah sejak lama memusnahkan seluruh umat manusia di neraka; seandainya daging ini tidak ada, engkau semua akan selamanya menjadi pendosa besar dan engkau akan menjadi mayat selamanya. Engkau semua harus tahu bahwa seandainya daging ini tidak ada, seluruh umat manusia akan menghadapi bencana yang tak terelakkan dan merasa mustahil untuk melepaskan diri dari hukuman yang lebih berat yang Tuhan timpakan kepada umat manusia pada akhir zaman. Seandainya daging yang biasa ini tidak dilahirkan, engkau semua akan berada dalam sebuah keadaan di mana engkau semua memohon kehidupan tanpa bisa hidup dan berdoa untuk kematian tanpa bisa mati; seandainya daging ini tidak ada, engkau semua tidak akan bisa mendapatkan kebenaran dan tidak bisa datang ke hadapan takhta Tuhan sekarang ini, melainkan, engkau akan dihukum Tuhan karena dosa-dosamu yang menyedihkan. Tahukah engkau bahwa kalau bukan karena kedatangan kembali Tuhan menjadi daging, tak seorang pun akan memiliki kesempatan untuk diselamatkan; dan kalau bukan karena kedatangan daging ini, Tuhan pasti sudah sejak lama mengakhiri zaman lama. Oleh karena itu, apakah engkau semua masih dapat menolak inkarnasi Tuhan yang kedua ini? Karena engkau semua bisa mendapatkan begitu banyak manfaat dari orang biasa ini, mengapa engkau semua tidak dengan senang hati menerima Dia?
Dikutip dari "Sudah Tahukah Engkau? Tuhan Telah Melakukan Hal yang Hebat di antara Manusia" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 133
Pekerjaan Tuhan adalah sesuatu yang tidak dapat kaupahami. Jika engkau tidak mampu sepenuhnya memahami apakah pilihanmu benar atau tidak, ataupun dapat mengetahui apakah pekerjaan Tuhan bisa berhasil atau tidak, lalu mengapa engkau tidak mencoba peruntunganmu dan melihat apakah orang biasa ini bisa menjadi pertolongan besar bagimu atau tidak, dan apakah Tuhan telah benar-benar melakukan pekerjaan yang hebat atau tidak. Namun, Aku harus memberitahumu bahwa pada zaman Nuh, orang makan dan minum, kawin dan mengawinkan sedemikian rupa sampai-sampai Tuhan tak tahan menyaksikannya, jadi Dia mengirimkan air bah untuk memusnahkan umat manusia, hanya menyisakan keluarga Nuh yang berjumlah delapan orang dan berbagai jenis burung dan binatang. Namun, pada akhir zaman, orang-orang yang diselamatkan Tuhan adalah mereka yang telah setia kepada-Nya hingga kesudahannya. Meskipun kedua zaman itu adalah masa-masa kerusakan besar hingga Tuhan tak tahan menyaksikannya, dan umat manusia pada kedua zaman ini menjadi sedemikian rusaknya dan menyangkal bahwa Tuhan adalah Tuhan mereka, Tuhan hanya memusnahkan manusia pada zaman Nuh. Umat manusia pada kedua zaman tersebut telah menimbulkan kesedihan besar bagi Tuhan, tetapi Tuhan masih tetap bersabar terhadap manusia pada akhir zaman hingga sekarang ini. Mengapa demikian? Pernahkah engkau semua bertanya-tanya apa alasannya? Jika engkau semua benar-benar tidak tahu, akan Kuberitahukan alasannya kepadamu. Alasan Tuhan dapat memberikan anugerah kepada manusia pada akhir zaman bukanlah karena mereka tidak serusak manusia pada zaman Nuh, atau bukan karena mereka telah menunjukkan pertobatan kepada Tuhan, apalagi karena teknologi pada akhir zaman begitu mutakhir sehingga Tuhan tak sampai hati untuk memusnahkan manusia. Sebenarnya, alasannya adalah, Tuhan masih memiliki pekerjaan yang harus dilakukan di dalam diri sekelompok manusia pada akhir zaman, dan Tuhan itu sendiri akan melakukan pekerjaan ini dalam inkarnasi-Nya. Selain itu, Tuhan akan memilih sebagian dari kelompok ini untuk menjadi objek keselamatan-Nya dan hasil dari rencana pengelolaan-Nya, dan membawa orang-orang ini ke zaman selanjutnya. Karena itu, apa pun yang terjadi, harga yang sudah dibayar Tuhan ini telah sepenuhnya dipersiapkan untuk pekerjaan yang akan dilakukan inkarnasi-Nya pada akhir zaman. Fakta bahwa engkau semua masih hidup hingga sekarang adalah berkat daging ini. Karena Tuhan hidup dalam daginglah engkau semua memiliki kesempatan untuk hidup. Seluruh keberuntungan ini telah diperoleh oleh karena manusia biasa ini. Bukan itu saja, tetapi pada akhirnya, segala bangsa akan menyembah manusia biasa ini, sekaligus mengucapkan syukur dan menaati manusia yang tak berarti ini, karena jalan, kebenaran, dan hidup yang telah dibawa-Nyalah yang telah menyelamatkan seluruh umat manusia, meredakan konflik antara Tuhan dan manusia, memperpendek jarak di antara mereka, dan membuka hubungan antara pikiran Tuhan dan manusia. Dia jugalah yang telah memperoleh kemuliaan yang jauh lebih besar bagi Tuhan. Bukankah manusia biasa semacam ini layak kaupercayai dan puja? Bukankah daging biasa seperti ini layak disebut Kristus? Dapatkah manusia biasa seperti ini menjadi pengungkapan Tuhan di antara manusia? Bukankah manusia semacam ini, yang telah menyelamatkan umat manusia dari bencana, layak mendapatkan kasihmu dan menjadi kerinduanmu untuk kaupegang erat? Jika engkau semua menolak kebenaran yang diungkapkan dari mulut-Nya dan membenci keberadaan-Nya di antaramu, lalu apa yang akan terjadi padamu pada akhirnya?
Seluruh pekerjaan Tuhan pada akhir zaman dilakukan melalui manusia biasa ini. Dia akan mengaruniakan segalanya kepadamu, dan bahkan, Dia akan dapat memutuskan apa pun yang berkaitan denganmu. Bisakah seorang manusia seperti ini menjadi apa yang kau yakini sebagaimana adanya Dia: seorang manusia yang begitu sederhana sampai-sampai tak layak disebutkan? Tidakkah kebenaran-Nya cukup untuk meyakinkanmu sepenuhnya? Tidakkah kesaksian tentang perbuatan-perbuatan-Nya cukup untuk meyakinkanmu sepenuhnya? Atau bukankah jalan yang Dia berikan kepadamu layak untuk kautempuh? Akhirnya, apa gerangan yang menyebabkan engkau semua membenci dan membuang-Nya serta menjauh dari-Nya? Manusia inilah yang mengungkapkan kebenaran, manusia inilah yang membekali kebenaran, dan manusia inilah yang memberimu jalan untuk kautempuh. Mungkinkah engkau masih tidak dapat menemukan jejak-jejak pekerjaan Tuhan di dalam kebenaran-kebenaran ini? Tanpa pekerjaan Yesus, umat manusia tidak mungkin turun dari kayu salib, tetapi tanpa inkarnasi yang sekarang ini, orang-orang yang sudah turun dari kayu salib tidak akan pernah bisa mendapatkan perkenanan Tuhan atau memasuki zaman yang baru. Tanpa kedatangan manusia biasa ini, engkau semua tidak akan punya kesempatan untuk melihat wajah Tuhan yang sebenarnya, ataupun akan memenuhi syarat, karena engkau semua adalah orang-orang yang seharusnya telah dimusnahkan sejak lama. Berkat kedatangan inkarnasi Tuhan yang kedua ini, Tuhan telah mengampunimu dan menunjukkan belas kasihan kepadamu. Bagaimanapun juga, perkataan yang harus Kutinggalkan kepada engkau semua pada akhirnya tetaplah ini: manusia biasa ini, yang adalah Tuhan yang berinkarnasi, sangatlah penting bagimu. Inilah hal hebat yang Tuhan telah lakukan di antara manusia.
Dikutip dari "Sudah Tahukah Engkau? Tuhan Telah Melakukan Hal yang Hebat di antara Manusia" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 134
Apa yang harus engkau ketahui tentang Tuhan yang praktis? Roh, Pribadi, dan Firman adalah Tuhan yang praktis itu sendiri, dan ini adalah makna sejati dari Tuhan yang praktis. Jika engkau hanya mengenal Pribadi-Nya—jika engkau mengetahui kebiasaan dan kepribadian-Nya—tetapi tidak mengenal pekerjaan Roh, atau apa yang dilakukan Roh dalam daging, dan jika engkau hanya memperhatikan Roh, dan Firman, dan hanya berdoa di hadapan Roh, tetapi tidak mengetahui pekerjaan Roh Tuhan di dalam Tuhan yang praktis, ini membuktikan bahwa engkau tidak mengenal Tuhan yang praktis. Pengetahuan tentang Tuhan yang praktis meliputi pengenalan dan pengalaman akan firman-Nya, serta pemahaman akan peraturan-peraturan dan prinsip-prinsip pekerjaan Roh Kudus, dan cara Roh Tuhan bekerja di dalam daging. Ini juga termasuk mengetahui bahwa setiap tindakan Tuhan di dalam daging dipimpin oleh Roh, dan bahwa firman yang diucapkan-Nya adalah ungkapan langsung Roh. Dengan demikian, untuk mengenal Tuhan yang praktis, hal yang terpenting adalah mengetahui cara Tuhan bekerja dalam kemanusiaan dan keilahian; hal ini, pada gilirannya, berkaitan dengan ungkapan-ungkapan Roh, yang dengannya semua orang terlibat.
Apa saja aspek ungkapan Roh? Terkadang Tuhan bekerja dalam kemanusiaan, dan terkadang dalam keilahian—tetapi Rohlah yang berkuasa dalam kedua kondisi tersebut. Apa pun roh yang ada di dalam diri orang, demikianlah ungkapan lahiriah mereka. Roh bekerja secara normal, tetapi ada dua bagian dalam pengarahan-Nya oleh Roh: satu bagian adalah pekerjaan-Nya dalam kemanusiaan, dan bagian lainnya adalah pekerjaan-Nya melalui keilahian. Engkau harus mengetahui hal ini dengan jelas. Pekerjaan Roh bervariasi tergantung keadaan: ketika pekerjaan kemanusiaan-Nya dibutuhkan, Roh mengarahkan pekerjaan manusia ini, dan ketika pekerjaan keilahian-Nya dibutuhkan, keilahian langsung menampakkan diri untuk melakukannya. Karena Tuhan bekerja dalam daging dan menampakkan diri dalam daging, Dia bekerja di dalam kemanusiaan dan juga di dalam keilahian. Pekerjaan-Nya di dalam kemanusiaan diarahkan oleh Roh, dan dilakukan untuk memuaskan kebutuhan daging manusia, untuk memfasilitasi keterlibatan mereka dengan-Nya, untuk memperkenankan mereka memandang realitas dan kenormalan Tuhan, dan memperkenankan mereka melihat bahwa Roh Tuhan telah datang di dalam daging, dan berada di antara manusia, hidup bersama manusia, dan terlibat dengan manusia. Pekerjaan-Nya dalam keilahian dilakukan untuk membekali kehidupan manusia dan untuk membimbing mereka dalam segala hal dari sisi positif, mengubah watak orang, dan benar-benar memperkenankan mereka untuk memandang penampakan Roh di dalam daging. Intinya, pertumbuhan dalam kehidupan manusia dicapai secara langsung melalui pekerjaan Tuhan dan firman dalam keilahian. Hanya jika orang menerima pekerjaan Tuhan dalam keilahian, barulah mereka akan dapat mencapai perubahan dalam watak mereka, dan hanya setelah itulah mereka dapat terpuaskan di dalam roh; selain itu, hanya jika ada pekerjaan dalam kemanusiaan di sini—penggembalaan, dukungan, dan pembekalan Tuhan dalam kemanusiaan—barulah hasil pekerjaan Tuhan dapat dicapai sepenuhnya. Tuhan yang praktis itu sendiri, yang sedang dibicarakan, saat ini bekerja dalam kemanusiaan dan keilahian. Melalui penampakan Tuhan yang praktis, pekerjaan dan kehidupan kemanusiaan-Nya yang normal serta pekerjaan-Nya yang sepenuhnya ilahi tercapai. Kemanusiaan dan keilahian-Nya tergabung menjadi satu, dan pekerjaan keduanya dicapai melalui firman; baik dalam kemanusiaan maupun keilahian, Dia mengucapkan firman. Ketika Tuhan bekerja di dalam kemanusiaan, Dia berbicara dengan bahasa manusia, sehingga orang dapat terlibat dan paham. Firman-Nya diucapkan dengan sederhana dan mudah dipahami, sehingga dapat diberikan kepada semua orang; bterlepas dari apakah orang-orang memiliki pengetahuan atau berpendidikan rendah, mereka semua dapat menerima firman Tuhan. Pekerjaan Tuhan dalam keilahian juga dilakukan melalui firman-Nya, tetapi pekerjaan-Nya ini penuh dengan perbekalan, penuh dengan kehidupan, tidak tercemar oleh ide-ide manusia, tidak melibatkan preferensi manusia, dan tanpa batas-batas manusia, berada di luar batas-batas kemanusiaan normal mana pun; pekerjaan ini dilakukan dalam daging, tetapi merupakan ungkapan langsung Roh. Jika manusia hanya menerima pekerjaan Tuhan dalam kemanusiaan, mereka akan membatasi diri dalam lingkup tertentu, dan oleh karena itu, akan membutuhkan penanganan, pemangkasan, dan disiplin terus menerus supaya mereka bisa sedikit saja berubah. Namun, tanpa pekerjaan atau kehadiran Roh Kudus, mereka akan selalu kembali ke cara-cara lama; hanya melalui pekerjaan keilahian, barulah penyakit dan kekurangan ini dapat diperbaiki, dan hanya setelah itulah manusia dapat menjadi lengkap. Alih-alih penanganan dan pemangkasan berkelanjutan, yang dibutuhkan adalah perbekalan positif, memakai firman untuk menebus segala kelemahan, memakai firman untuk menyingkapkan semua keadaan manusia, memakai firman untuk mengarahkan hidup mereka, semua ucapan mereka, semua tindakan mereka, untuk menyingkapkan niat dan motivasi mereka. Inilah pekerjaan sejati Tuhan yang praktis. Oleh karena itu, dalam sikapmu terhadap Tuhan yang praktis, engkau harus segera tunduk di hadapan kemanusiaan-Nya, mengenali dan mengakui-Nya, dan selain itu, engkau juga harus menerima dan menaati pekerjaan dan perkataan ilahi-Nya. Penampakan Tuhan di dalam daging berarti semua pekerjaan dan firman Roh Tuhan dilakukan melalui kemanusiaan-Nya yang normal, dan melalui daging inkarnasi-Nya. Dengan kata lain, Roh Tuhan segera mengarahkan pekerjaan kemanusiaan-Nya dan melakukan pekerjaan keilahian di dalam daging, dan di dalam Tuhan yang berinkarnasi engkau bisa melihat baik pekerjaan Tuhan dalam kemanusiaan maupun pekerjaan-Nya yang sepenuhnya ilahi. Inilah makna penting yang sesungguhnya dari penampakan Tuhan yang nyata dalam daging. Jika bisa melihat ini dengan jelas, engkau akan dapat mengaitkan semua bagian Tuhan yang berbeda; engkau tidak akan lagi melekatkan kepentingan yang tak semestinya pada pekerjaan-Nya dalam keilahian, dan engkau akan berhenti memandang pekerjaan-Nya di dalam kemanusiaan dengan sikap meremehkan yang tidak semestinya, dan engkau tidak akan bersikap berlebihan, atau melenceng. Secara keseluruhan, arti dari Tuhan yang praktis adalah bahwa pekerjaan kemanusiaan dan keilahian-Nya, yang diarahkan oleh Roh, diungkapkan melalui daging-Nya, sehingga orang dapat melihat bahwa Dia kasatmata dan hidup, nyata dan benar.
Pekerjaan Roh Tuhan dalam kemanusiaan memiliki beberapa tahap peralihan. Dengan menyempurnakan kemanusiaan, Dia memampukan kemanusiaan-Nya untuk menerima arahan Roh, sehingga kemanusiaan-Nya mampu memenuhi kebutuhan dan menggembalakan gereja-gereja. Ini adalah salah satu ungkapan pekerjaan normal Tuhan. Dengan demikian, jika engkau bisa melihat dengan jelas prinsip-prinsip pekerjaan Tuhan di dalam kemanusiaan, engkau tidak mungkin menyimpan gagasan mengenai pekerjaan Tuhan di dalam kemanusiaan. Terlepas dari hal-hal lainnya, Roh Tuhan tidak mungkin salah. Dia benar dan tanpa kesalahan; Dia tidak mungkin melakukan apa pun secara keliru. Pekerjaan ilahi adalah ungkapan langsung kehendak Tuhan, tanpa campur tangan kemanusiaan. Pekerjaan ilahi tidak melewati penyempurnaan, melainkan berasal langsung dari Roh. Namun, fakta bahwa Dia dapat bekerja dalam keilahian adalah karena kemanusiaan-Nya yang normal; hal ini sama sekali tidak bersifat supranatural, dan itu terkesan dilakukan oleh orang normal. Tuhan datang dari surga ke bumi terutama untuk mengungkapkan firman Tuhan melalui daging, untuk menyelesaikan pekerjaan Roh Tuhan melalui sarana daging.
Dikutip dari "Engkau Harus Tahu Bahwa Tuhan yang Praktis adalah Tuhan itu Sendiri" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 135
Saat ini, pengetahuan manusia mengenai Tuhan yang praktis tetap terlalu berat sebelah, dan pemahaman mereka mengenai makna penting inkarnasi masih terlalu kurang. Dalam daging Tuhan, manusia melihat melalui pekerjaan dan firman-Nya bahwa Roh Tuhan mencakup banyak hal, bahwa Dia begitu kaya. Namun, bagaimanapun juga, kesaksian Tuhan pada akhirnya berasal dari Roh Tuhan: apa yang Tuhan kerjakan dalam daging, prinsip-prinsip mana yang mendasari pekerjaan-Nya, apa yang dikerjakan-Nya di dalam kemanusiaan, dan apa yang dilakukan-Nya di dalam keilahian. Manusia harus memiliki pengetahuan tentang hal ini. Saat ini engkau dapat menyembah pribadi ini, padahal pada intinya engkau menyembah Roh, dan itulah yang setidaknya harus dicapai oleh manusia dalam pengetahuan mereka mengenai mengenai Tuhan yang berinkarnasi: mengenal esensi Roh melalui daging, mengenal pekerjaan ilahi Roh di dalam daging dan pekerjaan manusia dalam daging, menerima semua firman dan ucapan Roh dalam daging, dan melihat cara Roh Tuhan mengarahkan daging dan menunjukkan kuasa-Nya dalam daging. Dengan demikian, manusia mengenal Roh di surga melalui daging; penampakan Tuhan yang praktis itu sendiri di antara manusia telah menghilangkan Tuhan yang samar di dalam gagasan manusia. Penyembahan manusia kepada Tuhan yang praktis sendiri telah meningkatkan ketaatan mereka kepada Tuhan, dan melalui pekerjaan ilahi Roh Tuhan di dalam daging, dan pekerjaan kemanusiaan-Nya di dalam daging, manusia menerima wahyu dan mereka digembalakan, dan perubahan pun tercapai dalam watak hidup manusia. Inilah makna sejati kedatangan Roh di dalam daging, tujuan utamanya adalah agar manusia dapat terlibat dengan Tuhan, mengandalkan Tuhan, dan mencapai pengetahuan tentang Tuhan.
Yang terutama, sikap seperti apa yang harus dimiliki manusia terhadap Tuhan yang praktis? Apa yang engkau ketahui tentang inkarnasi, tentang penampakan Firman di dalam daging, tentang penampakan Tuhan di dalam daging, tentang perbuatan Tuhan yang praktis? Apa topik-topik utama yang dibahas saat ini? Inkarnasi, kedatangan Firman di dalam daging, dan penampakan Tuhan di dalam daging, semuanya merupakan perkara yang harus dipahami. Engkau sekalian harus secara bertahap memahami masalah-masalah ini, dan memiliki pengetahuan yang jelas tentang semua itu dalam pengalaman hidupmu, berdasarkan tingkat pertumbuhanmu dan berdasarkan zaman. Proses yang dilalui manusia dalam mengalami firman Tuhan sama dengan proses yang mereka lalui dalam mengenal penampakan firman Tuhan dalam daging. Semakin orang mengalami firman Tuhan, semakin dalam pula mereka mengenal Roh Tuhan; dengan mengalami firman Tuhan, manusia memahami prinsip-prinsip pekerjaan Roh dan mulai mengenal Tuhan yang praktis itu sendiri. Sebenarnya, ketika Tuhan menyempurnakan manusia dan mendapatkan mereka, Dia mengizinkan mereka mengetahui perbuatan Tuhan yang praktis; Dia memakai pekerjaan Tuhan yang praktis itu untuk menunjukkan kepada manusia makna penting inkarnasi yang sebenarnya, memperlihatkan kepada mereka bahwa Roh Tuhan sebenarnya sudah menampakkan diri di hadapan manusia. Ketika manusia didapatkan dan disempurnakan oleh Tuhan, ungkapan-ungkapan dari Tuhan yang praktis telah menaklukkan mereka; firman Tuhan yang praktis telah mengubah mereka dan mengerjakan hidup-Nya sendiri ke dalam diri mereka, memenuhi mereka dengan hakikat-Nya (baik Dia dalam kemanusiaan-Nya maupun Dia dalam keilahian-Nya), memenuhi mereka dengan substansi firman-Nya, dan memampukan mereka untuk hidup dalam firman-Nya. Ketika Tuhan mendapatkan manusia, Dia melakukannya terutama dengan menggunakan firman dan ucapan Tuhan yang praktis sebagai sarana untuk menangani kekurangan manusia, dan untuk menghakimi serta menyingkapkan watak mereka yang suka memberontak, sehingga mereka mendapatkan apa yang mereka butuhkan, serta menunjukkan kepada mereka bahwa Tuhan telah datang ke tengah-tengah manusia. Yang terpenting dari semuanya, pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan yang praktis adalah pekerjaan menyelamatkan semua orang dari pengaruh Iblis, menjauhkan mereka dari negeri kecemaran, dan menghilangkan watak rusak mereka. Makna penting terdalam dari didapatkan oleh Tuhan yang praktis adalah mampu hidup dalam kemanusiaan yang normal dengan menjadikan Tuhan yang praktis sebagai teladan dan contoh, mampu melakukan pengamalan seturut firman dan tuntutan Tuhan yang praktis, tanpa menyimpang atau menyeleweng sedikit pun, melakukan pengamalan sesuai apa pun yang dikatakan-Nya, dan mampu mencapai apa pun yang diminta-Nya. Dengan demikian, engkau telah didapatkan oleh Tuhan. Ketika engkau didapatkan oleh Tuhan, engkau bukan saja mempunyai pekerjaan Roh Kudus; pada prinsipnya, engkau mampu hidup dalam tuntutan Tuhan yang praktis. Hanya memiliki pekerjaan Roh Kudus bukan berarti engkau memiliki hidup. Intinya adalah apakah engkau mampu bertindak seturut tuntutan Tuhan yang praktis bagimu, yang berkaitan dengan apakah engkau bisa didapatkan Tuhan. Inilah makna terbesar pekerjaan Tuhan yang praktis dalam daging. Dengan demikian, Tuhan mendapatkan sekelompok orang dengan sungguh-sungguh dan benar-benar menampakkan diri dalam daging, dan menjadi kasatmata dan hidup, terlihat oleh manusia, benar-benar melakukan pekerjaan Roh dalam daging, dan bertindak sebagai teladan dalam daging untuk manusia. Kedatangan Tuhan dalam daging terutama dimaksudkan untuk memampukan manusia melihat perbuatan sejati Tuhan, untuk memberikan wujud daging bagi Roh yang tak berwujud, dan untuk memungkinkan manusia melihat dan menyentuh-Nya. Dengan demikian, mereka yang dilengkapi oleh-Nya akan hidup dalam-Nya, didapatkan oleh-Nya, dan juga berkenan di hati-Nya. Jika Tuhan hanya berbicara di surga, dan tidak benar-benar turun ke bumi, orang-orang tetap tidak akan mampu mengenal Tuhan; mereka hanya akan dapat memberitakan perbuatan Tuhan dengan teori kosong, dan tidak memiliki firman Tuhan sebagai kenyataan. Tuhan telah turun ke bumi terutama untuk bertindak sebagai teladan dan contoh bagi mereka yang akan didapatkan oleh-Nya; hanya dengan beginilah manusia dapat benar-benar mengenal Tuhan, menyentuh Tuhan, dan melihat-Nya, dan barulah setelah itu mereka bisa sungguh-sungguh didapatkan oleh Tuhan.
Dikutip dari "Engkau Harus Tahu Bahwa Tuhan yang Praktis adalah Tuhan itu Sendiri" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 136
Pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi mencakup dua bagian. Ketika Dia menjadi daging untuk pertama kalinya, manusia tidak percaya kepada-Nya atau mengenal Dia, dan mereka menyalibkan Yesus di kayu salib. Kemudian, ketika Dia menjadi daging untuk kedua kalinya, manusia tetap tidak percaya kepada-Nya, apalagi mengenal Dia, dan sekali lagi mereka menyalibkan Kristus di kayu salib. Bukankah manusia adalah musuh Tuhan? Jika manusia tidak mengenal Dia, bagaimana mungkin manusia bisa menjadi sahabat karib Tuhan? Bagaimana mungkin dia bisa memenuhi syarat untuk memberi kesaksian tentang Tuhan? Bukankah pernyataan manusia bahwa dia mengasihi Tuhan, melayani Tuhan, dan memuliakan Tuhan semuanya adalah kebohongan yang menyesatkan? Jika engkau mencurahkan hidupmu untuk hal-hal yang tidak realistis dan tidak praktis seperti ini, bukankah engkau melakukan pekerjaan yang sia-sia? Bagaimana mungkin engkau bisa menjadi sahabat karib Tuhan jika engkau bahkan tidak mengenal siapa Tuhan? Bukankah pengejaran semacam itu samar dan abstrak? Bukankah itu menyesatkan? Bagaimana orang bisa menjadi sahabat karib Tuhan? Apa signifikansi nyata dari menjadi sahabat karib Tuhan? Dapatkah engkau menjadi sahabat karib Roh Tuhan? Dapatkah engkau memahami betapa agung dan mulianya Roh? Menjadi sahabat karib dari Tuhan yang tak kelihatan dan tidak berwujud—bukankah itu samar dan abstrak? Apa signifikansi nyata dari pengejaran semacam itu? Bukankah semua itu adalah kebohongan yang menyesatkan? Yang kaukejar adalah menjadi sahabat karib Tuhan, tetapi sebenarnya engkau adalah pengikut Iblis, karena engkau tidak mengenal Tuhan, dan engkau mengejar "Tuhan atas segala sesuatu" yang tidak ada, tak kelihatan, tidak berwujud, dan yang merupakan hasil dari gagasanmu sendiri. Secara samar, "Tuhan" semacam itu adalah Iblis, dan secara nyata, "Tuhan" semacam itu adalah dirimu sendiri. Engkau berupaya untuk menjadi sahabat karib bagi dirimu sendiri, tetapi tetap mengatakan bahwa engkau berupaya untuk menjadi sahabat karib Tuhan—bukankah itu penghujatan? Apa nilai dari pengejaran semacam itu? Jika Roh Tuhan tidak menjadi daging, hakikat Tuhan hanyalah Roh kehidupan yang tak kelihatan dan tidak berwujud, tidak berbentuk dan amorf, tidak berfisik, tidak dapat didekati dan tidak dapat dipahami oleh manusia. Bagaimana mungkin manusia bisa menjadi sahabat karib dari Roh yang tidak berwujud, menakjubkan, dan yang tak terselami seperti ini? Bukankah ini sebuah lelucon? Penalaran yang tidak masuk akal semacam itu tidaklah benar dan tidak praktis. Manusia ciptaan pada dasarnya berbeda jenis dengan Roh Tuhan, jadi bagaimana keduanya bisa menjadi sahabat karib? Jika Roh Tuhan tidak berinkarnasi menjadi daging, jika Tuhan tidak menjadi daging dan merendahkan diri-Nya dengan menjadi makhluk ciptaan, manusia ciptaan tidak akan memenuhi syarat dan sekaligus tidak dapat menjadi sahabat karib-Nya, dan selain dari orang-orang percaya yang beriman yang mungkin memiliki kesempatan untuk menjadi sahabat karib Tuhan setelah jiwa mereka masuk ke dalam surga, kebanyakan orang tidak akan dapat menjadi sahabat karib Roh Tuhan. Dan jika manusia ingin menjadi sahabat karib dari Tuhan yang di surga di bawah bimbingan Tuhan yang berinkarnasi, bukankah mereka adalah makhluk bukan manusia yang sangat bodoh? Manusia hanya mengejar "kesetiaan" kepada Tuhan yang tak kelihatan, dan sedikit pun tidak memberi perhatian kepada Tuhan yang dapat dilihat, karena mengejar Tuhan yang tak kelihatan itu sangatlah mudah. Manusia dapat melakukannya dengan cara apa pun yang mereka suka, tetapi pengejaran akan Tuhan yang kelihatan tidaklah begitu mudah. Orang yang mencari Tuhan yang samar sama sekali tidak bisa mendapatkan Tuhan, karena segala sesuatu yang samar dan abstrak semuanya dibayangkan oleh manusia, dan tidak dapat diperoleh oleh manusia. Jika Tuhan yang datang di antaramu adalah Tuhan yang mulia dan agung yang tidak dapat engkau semua jangkau, lalu bagaimana engkau semua bisa memahami kehendak-Nya? Dan bagaimana engkau semua bisa mengenal dan memahami Dia? Jika Dia hanya melakukan pekerjaan-Nya, dan tidak memiliki hubungan yang normal dengan manusia, atau tidak memiliki kemanusiaan yang normal serta tidak dapat didekati oleh manusia biasa, meskipun Dia melakukan banyak pekerjaan untukmu, tetapi engkau semua tidak memiliki hubungan dengan Dia, dan tidak dapat melihat Dia, bagaimana engkau semua bisa mengenal Dia? Jika bukan karena daging ini yang memiliki kemanusiaan yang normal, manusia tidak akan mungkin mengenal Tuhan; hanya karena inkarnasi Tuhanlah, maka manusia memenuhi syarat untuk menjadi sahabat karib Tuhan dalam rupa manusia. Manusia menjadi sahabat karib Tuhan karena mereka berhubungan dengan Dia, karena manusia hidup bersama Dia dan menemani-Nya, dan karena itu mereka berangsur-angsur mulai mengenal Dia. Jika tidak demikian, bukankah pengejaran manusia akan sia-sia? Dengan kata lain, bukan semata-mata karena pekerjaan Tuhan manusia dapat menjadi sahabat karib Tuhan, tetapi karena kenyataan dan kenormalan Tuhan yang berinkarnasi. Hanya karena Tuhan menjadi daging, maka orang memiliki kesempatan untuk melakukan tugas mereka, dan kesempatan untuk menyembah Tuhan yang benar. Bukankah ini merupakan kebenaran yang paling nyata dan praktis? Nah, apakah sekarang engkau masih ingin menjadi sahabat karib dari Tuhan yang di surga? Hanya setelah Tuhan merendahkan diri-Nya sampai pada titik tertentu, artinya, setelah Tuhan menjadi daging, barulah manusia dapat menjadi sahabat karib dan orang kepercayaan-Nya. Tuhan adalah Roh: bagaimana manusia memenuhi syarat untuk menjadi sahabat karib Roh ini, yang maha mulia dan tak dapat dipahami? Setelah Roh Tuhan turun menjadi daging, dan menjadi makhluk dengan bentuk lahiriah yang sama seperti manusia, barulah manusia dapat memahami kehendak-Nya dan benar-benar didapatkan oleh-Nya. Dia berbicara dan bekerja di dalam daging, turut mengalami sukacita, dukacita, dan kesengsaraan manusia, hidup di dunia yang sama dengan manusia, melindungi manusia, dan membimbing mereka, dan melalui semua ini, Dia mentahirkan manusia dan memungkinkan mereka untuk memperoleh penyelamatan dan berkat-Nya. Setelah memperoleh hal-hal ini, manusia benar-benar memahami kehendak Tuhan, dan setelah itu, barulah mereka dapat menjadi sahabat karib Tuhan. Hanya inilah yang praktis. Jika Tuhan tak kelihatan dan tidak berwujud bagi manusia, lalu bagaimana mungkin manusia bisa menjadi sahabat karib-Nya? Bukankah ini adalah doktrin kosong?
Dikutip dari "Hanya Orang yang Mengenal Tuhan dan Pekerjaan-Nya yang Dapat Memuaskan Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 137
Ketika Tuhan datang ke bumi, Dia hanya melakukan pekerjaan-Nya dalam keilahian, di mana itulah yang dipercayakan Roh surgawi kepada Tuhan yang berinkarnasi. Ketika Dia datang, Dia hanya berbicara di seluruh negeri, menyuarakan perkataan-Nya dengan berbagai cara dan dari berbagai sudut pandang. Dia terutama menganggap tugas membekali dan mengajar manusia sebagai tujuan dan prinsip pekerjaan-Nya, dan tidak memusingkan diri-Nya dengan hal-hal seperti hubungan antarpribadi atau detail kehidupan manusia. Pelayanan utama-Nya adalah berbicara atas nama Roh. Artinya, ketika Roh Tuhan menampakkan diri secara nyata dalam daging, Dia hanya membekali hidup manusia dan melepaskan kebenaran. Dia tidak melibatkan diri-Nya dalam pekerjaan manusia, dengan kata lain, Dia tidak berpartisipasi dalam pekerjaan umat manusia. Manusia tidak bisa melakukan pekerjaan ilahi, dan Tuhan tidak berpartisipasi dalam pekerjaan manusia. Selama bertahun-tahun sejak Tuhan datang ke bumi untuk melakukan pekerjaan-Nya, Dia selalu melakukannya melalui manusia. Namun, orang-orang ini tidak bisa dianggap sebagai Tuhan yang berinkarnasi—hanya dianggap sebagai manusia yang dipakai oleh Tuhan. Sementara itu, Tuhan zaman sekarang bisa berbicara langsung dari sudut pandang keilahian, memperdengarkan suara Roh-Nya dan bekerja atas nama Roh. Semua manusia yang telah dipakai oleh Tuhan selama berabad-abad juga adalah contoh-contoh Roh Tuhan yang bekerja dalam tubuh daging—jadi mengapa mereka tidak bisa disebut sebagai Tuhan? Namun, Tuhan zaman sekarang juga adalah Roh Tuhan yang bekerja secara langsung dalam daging, dan Yesus juga adalah Roh Tuhan yang bekerja dalam daging; keduanya disebut sebagai Tuhan. Jadi apa perbedaannya? Orang-orang yang telah dipakai Tuhan selama berabad-abad semuanya mampu berpikir dan bernalar secara normal. Mereka semua memahami prinsip-prinsip perilaku manusia. Mereka memiliki ide-ide manusia normal, dan telah memiliki segala sesuatu yang seharusnya dimiliki manusia normal. Kebanyakan dari mereka memiliki bakat dan kecerdasan bawaan yang luar biasa. Dalam bekerja atas orang-orang ini, Roh Tuhan memanfaatkan bakat mereka, yang merupakan karunia pemberian Tuhan kepada mereka. Roh Tuhan mengaktivasi bakat mereka, menggunakan kekuatan mereka dalam pelayanan kepada Tuhan. Namun hakikat Tuhan tidak memiliki ide atau pemikiran, tidak tercemar dengan niat manusia, dan bahkan tidak memiliki hal-hal yang dimiliki manusia normal. Dengan kata lain, Dia bahkan tidak memahami prinsip-prinsip perilaku manusia. Beginilah keadaannya ketika Tuhan zaman sekarang datang ke bumi. Pekerjaan-Nya dan firman-Nya tidak tercemar dengan niat atau pemikiran manusia, tetapi merupakan perwujudan langsung dari niat Roh, dan Dia bekerja secara langsung atas nama Tuhan. Ini berarti Roh berfirman secara langsung, yaitu, keilahian melakukan pekerjaan secara langsung, tanpa tercampur sedikit pun dengan niat manusia. Dengan kata lain, Tuhan yang berinkarnasi mewujudkan keilahian secara langsung, tanpa pemikiran atau gagasan manusia, dan tidak memiliki pemahaman tentang prinsip-prinsip perilaku manusia. Jika hanya keilahian saja yang bekerja (artinya jika hanya Tuhan itu sendiri yang bekerja), tidak mungkin pekerjaan Tuhan dapat dilakukan di bumi. Jadi ketika Tuhan datang ke bumi, Dia harus memiliki sejumlah kecil orang yang Dia pakai untuk bekerja dalam kemanusiaan dalam hubungannya dengan pekerjaan yang Tuhan lakukan dalam keilahian. Dengan kata lain, Dia memakai pekerjaan manusia untuk menopang pekerjaan ilahi-Nya. Jika tidak, maka tidak mungkin manusia bisa terlibat langsung dengan pekerjaan ilahi. Inilah yang terjadi dengan Yesus dan murid-murid-Nya. Selama Dia berada di dunia, Yesus menghapuskan hukum yang lama dan menetapkan perintah yang baru. Dia juga mengucapkan banyak firman. Semua pekerjaan ini dilakukan dalam keilahian. Yang lainnya, seperti Petrus, Paulus, dan Yohanes, semua melandaskan pekerjaan mereka selanjutnya di atas dasar firman Yesus. Dengan kata lain, Tuhan memulai pekerjaan-Nya pada zaman itu, memulai awal Zaman Kasih Karunia; yang berarti, Dia memulai sebuah zaman yang baru, menghapuskan zaman yang lama, dan juga menggenapi firman, "Tuhan adalah Yang Pertama dan Yang Terakhir". Dengan kata lain, manusia harus melakukan pekerjaan manusia di atas dasar pekerjaan ilahi. Setelah Yesus menyampaikan semua yang harus dikatakan-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya di bumi, Dia meninggalkan manusia. Setelah ini, semua manusia, dalam bekerja, melakukan pekerjaannya menurut prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam firman-Nya, dan melakukannya sesuai dengan kebenaran yang Dia sampaikan. Semua orang ini adalah orang-orang yang bekerja bagi Yesus. Jika Yesus sendiri saja yang bekerja, seberapa banyak pun firman yang diucapkan-Nya, manusia tidak akan memiliki sarana untuk terlibat dengan firman-Nya, karena Dia bekerja dalam keilahian dan hanya bisa mengucapkan firman keilahian, dan Dia tidak bisa menjelaskan segala sesuatu sampai ke tahap di mana manusia normal mampu memahami firman-Nya. Itu sebabnya Dia harus memiliki para rasul dan nabi yang datang setelah Dia pergi untuk melengkapi pekerjaan-Nya. Inilah prinsip bagaimana Tuhan yang berinkarnasi melakukan pekerjaan-Nya—memakai daging inkarnasi-Nya untuk berfirman dan bekerja untuk menyelesaikan pekerjaan keilahian, dan kemudian memakai beberapa atau mungkin lebih banyak orang yang berkenan di hati-Nya untuk melengkapi pekerjaan-Nya. Artinya, Tuhan memakai manusia yang berkenan di hati-Nya untuk melakukan pekerjaan penggembalaan dan penyiraman umat manusia sehingga umat pilihan Tuhan bisa masuk ke dalam kebenaran kenyataan.
Jika, ketika Dia datang dalam daging, Tuhan hanya melakukan pekerjaan keilahian, dan tidak ada orang yang berkenan di hati-Nya untuk bekerja sama dengan-Nya, maka manusia tidak akan mampu memahami kehendak Tuhan atau terhubung dengan Tuhan. Tuhan harus memakai orang normal yang berkenan di hati-Nya untuk menyelesaikan pekerjaan ini, untuk mengawasi, dan menggembalakan gereja-gereja, sehingga tingkat proses berpikir manusia, otaknya, dapat membayangkannya. Dengan kata lain, Tuhan memakai sejumlah kecil orang yang berkenan di hati-Nya untuk "menerjemahkan" pekerjaan yang Dia lakukan dalam keilahian-Nya, sehingga pekerjaan keilahian itu dapat dibuka—mengubah bahasa ilahi menjadi bahasa manusia, sehingga manusia bisa mengerti dan memahaminya. Jika Tuhan tidak melakukan hal itu, tak seorang pun akan mengerti bahasa ilahi Tuhan, karena bagaimanapun juga, orang yang berkenan di hati-Nya sangatlah sedikit, dan kemampuan manusia untuk memahami lemah. Itulah sebabnya Tuhan memilih menggunakan metode ini hanya ketika bekerja di dalam daging inkarnasi-Nya. Jika yang ada hanyalah pekerjaan ilahi, tidak mungkin manusia mengenal atau terhubung dengan Tuhan, karena manusia tidak mengerti bahasa Tuhan. Manusia bisa mengerti bahasa ini hanya lewat bantuan manusia lain yang berkenan di hati Tuhan, yang menjelaskan firman-Nya. Namun, jika hanya ada orang-orang itu semacam itu yang bekerja dalam kemanusiaan, yang hanya mampu mempertahankan kehidupan manusia normal; itu tidak bisa mengubah watak manusia. Pekerjaan Tuhan tidak dapat memiliki titik awal yang baru; hanya akan ada lagu-lagu lama yang sama, kata-kata hambar usang yang sama. Hanya melalui perantaraan Tuhan yang berinkarnasi, yang mengatakan semua yang perlu dikatakan dan melakukan semua yang perlu dilakukan selama masa inkarnasi-Nya, di mana setelah itu manusia bekerja dan mengalami sesuai dengan firman-Nya, hanya dengan demikianlah watak hidup mereka dapat berubah, dan hanya dengan demikianlah mereka akan mampu mengikuti pergerakan zaman. Dia yang bekerja dalam keilahian merepresentasikan Tuhan, sementara mereka yang bekerja dalam kemanusiaan adalah orang-orang yang dipakai oleh Tuhan. Dengan kata lain, Tuhan yang berinkarnasi sebenarnya berbeda dengan manusia yang dipakai oleh Tuhan. Tuhan yang berinkarnasi mampu melakukan pekerjaan keilahian, sedangkan orang-orang yang dipakai oleh Tuhan tidak mampu. Di awal setiap zaman, Roh Tuhan berbicara secara pribadi dan memulai zaman baru untuk membawa manusia masuk ke dalam ke awal yang baru. Ketika Dia sudah selesai berfirman, ini menandakan bahwa pekerjaan Tuhan dalam keilahian-Nya sudah selesai. Setelah itu, semua orang mengikuti pimpinan mereka yang dipakai oleh Tuhan untuk masuk ke dalam pengalaman hidup mereka. Dengan cara yang sama, ini juga merupakan tahap di mana Tuhan membawa manusia masuk ke dalam zaman yang baru dan memberi semua orang titik awal yang baru—di mana pekerjaan Tuhan dalam daging berakhir.
Dikutip dari "Perbedaan Mendasar antara Tuhan yang Berinkarnasi dan Orang-Orang yang Dipakai oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 138
Tuhan datang ke bumi bukan untuk menyempurnakan kemanusiaan-Nya yang normal ataupun untuk melakukan pekerjaan kemanusiaan yang normal. Dia datang hanya untuk melakukan pekerjaan keilahian dalam kemanusiaan yang normal. Yang dimaksud Tuhan dengan kemanusiaan yang normal bukanlah seperti yang dibayangkan manusia. Manusia mengartikan "kemanusiaan yang normal" sebagai memiliki istri, atau suami, dan anak-anak lelaki dan perempuan, yang adalah bukti bahwa seseorang adalah orang yang normal; tetapi, Tuhan tidak memandangnya seperti ini. Dia memandang kemanusiaan yang normal sebagai manusia yang memiliki pikiran manusia normal, memiliki kehidupan manusia normal, dan dilahirkan dari manusia normal. Namun kenormalan-Nya tidak termasuk memiliki istri, atau suami, atau anak sebagaimana kenormalan yang dibicarakan oleh manusia. Artinya, bagi manusia, kemanusiaan yang normal sebagaimana yang dimaksudkan Tuhan adalah apa yang dianggap manusia sebagai ketiadaan kemanusiaan, hampir tidak memiliki emosi dan tampaknya tidak memiliki kebutuhan duniawi, sama seperti Yesus, yang hanya memiliki penampilan lahiriah manusia normal dan memiliki wujud manusia normal, tetapi secara esensi tidak sepenuhnya memiliki apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang manusia normal. Dari sini dapat dipahami bahwa hakikat Tuhan yang berinkarnasi tidak mencakup keseluruhan kemanusiaan yang normal, tetapi hanya sebagian kecil dari hal-hal yang seharusnya dimiliki manusia, untuk dapat menyokong rutinitas kehidupan manusia normal dan menunjang daya nalar manusia normal. Namun hal-hal ini tidak ada hubungannya dengan apa yang dianggap manusia sebagai kemanusiaan yang normal. Semua itu adalah apa yang seharusnya dimiliki oleh Tuhan yang berinkarnasi. Namun, ada orang yang bersikukuh mengatakan bahwa Tuhan yang berinkarnasi baru bisa dikatakan memiliki kemanusiaan yang normal jika Dia memiliki istri, anak lelaki dan perempuan, sebuah keluarga; tanpa hal-hal ini, kata mereka, Dia bukan seorang manusia normal. Aku bertanya kepadamu kalau begitu: "Apakah Tuhan memiliki istri? Apakah mungkin bagi Tuhan untuk memiliki seorang suami? Dapatkah Tuhan memiliki anak?" Bukankah semua ini adalah kekeliruan? Namun Tuhan yang berinkarnasi tidak dapat muncul dari celah di antara bebatuan atau jatuh dari langit. Dia hanya bisa dilahirkan ke dalam keluarga manusia normal. Itulah sebabnya Dia memiliki orang tua dan beberapa saudara perempuan. Ini adalah hal-hal yang harus dimiliki oleh kemanusiaan normal Tuhan yang berinkarnasi. Itulah yang terjadi dengan Yesus; Yesus memiliki ayah dan ibu, saudara laki-laki dan perempuan, dan semua ini normal. Namun, jika Dia memiliki istri serta anak lelaki dan perempuan, maka keberadaan-Nya bukanlah kemanusiaan normal yang Tuhan maksudkan untuk dimiliki oleh Tuhan yang berinkarnasi. Jika itu yang terjadi, Dia tidak akan mampu bekerja atas nama keilahian. Justru karena Dia tidak memiliki istri atau anak, tetapi dilahirkan dari manusia normal ke dalam keluarga normal, maka Dia mampu melakukan pekerjaan keilahian. Untuk memperjelas hal ini lebih lanjut, yang Tuhan anggap sebagai manusia normal adalah manusia yang lahir dalam keluarga normal. Hanya orang semacam itulah yang layak melakukan pekerjaan ilahi. Sebaiknya, jika orang tersebut memiliki istri, anak, atau suami, maka orang itu tidak akan bisa melakukan pekerjaan ilahi, karena dia hanya akan memiliki kemanusiaan normal yang manusia butuhkan tetapi bukan kemanusiaan normal yang Tuhan butuhkan. Apa yang Tuhan pikirkan dan apa yang manusia pahami sering kali sangat jauh berbeda. Dalam tahap pekerjaan Tuhan ini, ada banyak hal yang bertentangan dan sangat berbeda dari gagasan manusia. Bisa dikatakan bahwa tahap pekerjaan Tuhan ini seluruhnya terdiri dari keilahian yang bekerja secara langsung, dengan kemanusiaan sebagai peran pendukung. Karena Tuhan datang ke bumi untuk melakukan pekerjaan-Nya sendiri, alih-alih membiarkan manusia mengerjakannya, Dia sendiri berinkarnasi dalam daging (sebagai manusia normal yang tidak sempurna) untuk melakukan pekerjaan-Nya. Dia menggunakan inkarnasi ini untuk menghadirkan sebuah zaman yang baru kepada umat manusia, untuk memberi tahu manusia tentang langkah selanjutnya dalam pekerjaan-Nya, dan meminta mereka untuk melakukannya sesuai dengan jalan yang dijelaskan dalam firman-Nya. Demikianlah pekerjaan Tuhan dalam daging diselesaikan; Dia akan meninggalkan umat manusia, tidak lagi berdiam dalam daging dari kemanusiaan yang normal, tetapi menyingkir dari manusia untuk melanjutkan bagian lain dari pekerjaan-Nya. Kemudian, memakai orang-orang yang berkenan di hati-Nya, Dia melanjutkan pekerjaan-Nya di bumi di antara sekelompok orang ini, tetapi dalam kemanusiaan mereka.
Dikutip dari "Perbedaan Mendasar antara Tuhan yang Berinkarnasi dan Orang-Orang yang Dipakai oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 139
Tuhan yang berinkarnasi tidak bisa selamanya tinggal bersama manusia karena Tuhan memiliki banyak pekerjaan lain yang harus dilakukan. Dia tidak bisa terikat pada daging; Dia harus memisahkan diri dari daging untuk melakukan pekerjaan yang harus dilakukan-Nya, walaupun Dia melakukan pekerjaan itu dalam gambar daging. Ketika Tuhan datang ke bumi, Dia tidak menunggu sampai Dia mencapai keadaan yang perlu dicapai oleh manusia normal sebelum mati dan meninggalkan umat manusia. Berapa pun umur daging-Nya, ketika pekerjaan-Nya sudah selesai, Dia pun pergi dan meninggalkan manusia. Tidak ada batasan umur bagi-Nya, Dia tidak menghitung hari-hari-Nya menurut masa hidup manusia; sebaliknya, Dia mengakhiri hidup-Nya dalam daging sesuai dengan langkah-langkah pekerjaan-Nya. Mungkin ada orang yang merasa bahwa Tuhan, dengan menjadi manusia, harus menua sampai umur tertentu, harus bertumbuh menjadi dewasa, mencapai usia tua, dan meninggalkan dunia hanya ketika tubuh-Nya sudah tidak mampu lagi bertahan hidup. Ini adalah imajinasi manusia; Tuhan tidak bekerja seperti itu. Dia menjadi manusia hanya untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya Dia lakukan, dan bukan menjalani kehidupan manusia normal yang dilahirkan dari orang tua, bertumbuh dewasa, membangun keluarga dan memulai karier, memiliki dan membesarkan anak, atau mengalami suka duka kehidupan—semua aktivitas dari seorang manusia normal. Ketika Tuhan datang ke bumi, ini adalah Roh Tuhan yang mengenakan daging, menjadi manusia, tetapi Tuhan tidak menjalani kehidupan manusia normal. Dia datang hanya untuk menyelesaikan satu bagian dari rencana pengelolaan-Nya. Setelah itu, Dia akan meninggalkan umat manusia. Ketika Dia menjadi manusia, Roh Tuhan tidak menyempurnakan kemanusiaan normal dari daging tersebut. Sebaliknya, pada saat yang telah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan, keilahian langsung bekerja. Lalu, setelah melakukan semua yang harus dilakukan-Nya dan menyelesaikan seluruh pelayanan-Nya, pekerjaan Roh Tuhan pada tahap ini selesai, di mana kehidupan Tuhan yang berinkarnasi juga berakhir, terlepas dari apakah tubuh jasmani-Nya telah mencapai batas usianya atau belum. Dengan kata lain, tahap kehidupan apa pun yang dicapai oleh tubuh jasmani, betapapun lamanya Dia hidup di bumi, semuanya ditentukan oleh pekerjaan Roh. Itu tidak ada hubungannya dengan apa yang dianggap oleh manusia sebagai kemanusiaan yang normal. Contohnya Yesus. Dia hidup dalam daging selama tiga puluh tiga setengah tahun. Dalam hal masa hidup tubuh manusia, Dia tidak seharusnya meninggal pada usia itu, dan Dia tidak seharusnya pergi. Namun ini bukanlah urusan Roh Tuhan. Setelah pekerjaan-Nya selesai, pada saat itu tubuh-Nya diambil, lenyap bersama Roh. Inilah prinsip kerja Tuhan dalam daging. Jadi, perlu ditegaskan, kemanusiaan Tuhan yang berinkarnasi bukankah kepentingan yang utama. Untuk menegaskan, Dia datang ke bumi bukan untuk menjalani kehidupan sebagai manusia normal. Dia tidak terlebih dahulu membangun kehidupan manusia normal dan kemudian mulai bekerja. Sebaliknya, selama Dia dilahirkan dalam keluarga yang normal, Dia mampu melakukan pekerjaan ilahi, pekerjaan yang tidak tercemar oleh niat manusia, yang tidak bersifat daging, yang tentu saja tidak mengadopsi cara hidup masyarakat atau melibatkan pemikiran atau gagasan manusia, dan terlebih lagi, yang tidak melibatkan falsafah hidup manusia. Inilah pekerjaan yang ingin dilakukan oleh Tuhan yang berinkarnasi, dan itu juga merupakan makna penting yang nyata dari inkarnasi-Nya. Tuhan menjadi manusia terutama untuk melakukan satu tahap dari pekerjaan-Nya yang harus dilakukan dalam daging, tanpa menjalani proses-proses yang tidak penting lainnya, dan Dia tidak memiliki pengalaman manusia normal. Pekerjaan yang harus dilakukan daging inkarnasi Tuhan tidak mencakup pengalaman manusia normal. Jadi Tuhan menjadi manusia untuk menyelesaikan pekerjaan yang harus Dia selesaikan dalam daging. Sisanya tidak ada hubungan dengan Dia; Dia tidak melewati begitu banyak proses yang tidak penting. Begitu pekerjaan-Nya selesai, makna penting inkarnasi-Nya juga berakhir. Menyelesaikan tahap ini berarti pekerjaan yang harus Dia lakukan dalam daging sudah selesai, dan pelayanan-Nya dalam daging sudah tuntas. Namun Dia tidak bisa terus bekerja dalam daging tanpa batas waktu. Dia harus berpindah ke tempat lain untuk bekerja, tempat di luar daging. Hanya dengan demikianlah pekerjaan-Nya dapat dilakukan sepenuhnya, dan berkembang ke dampak yang lebih besar. Tuhan bekerja menurut rencana awal-Nya. Pekerjaan apa yang harus dikerjakan-Nya dan pekerjaan apa yang harus diselesaikan-Nya, Dia tahu sejelas telapak tangan-Nya. Tuhan memimpin setiap orang untuk menempuh jalan yang sudah Dia tetapkan sebelumnya. Tak seorang pun dapat meloloskan diri dari hal ini. Hanya mereka yang mengikuti bimbingan Roh Tuhan yang akan bisa masuk ke dalam tempat perhentian. Mungkin saja, dalam pekerjaan selanjutnya, bukan Tuhan yang berbicara dalam daging untuk membimbing manusia, tetapi Roh dengan wujud yang bisa disentuh yang membimbing hidup manusia. Baru pada saat itulah manusia akan dapat menyentuh Tuhan secara nyata, melihat Tuhan, dan masuk ke dalam kenyataan yang Tuhan inginkan dengan lebih baik, sehingga disempurnakan oleh Tuhan yang nyata. Inilah pekerjaan yang hendak dicapai oleh Tuhan, apa yang sudah Dia rencanakan sejak dahulu. Dari sini, engkau semua seharusnya bisa melihat jalan yang seharusnya kautempuh!
Dikutip dari "Perbedaan Mendasar antara Tuhan yang Berinkarnasi dan Orang-Orang yang Dipakai oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Firman Tuhan Harian: Kutipan 140
Tuhan yang menjadi daging disebut Kristus, dan karena itu, Kristus yang bisa memberikan kebenaran kepada orang-orang disebut Tuhan. Tidak ada yang berlebihan dalam hal ini, karena Dia memiliki hakikat Tuhan, dan memiliki watak Tuhan, serta hikmat dalam pekerjaan-Nya yang tidak bisa dicapai oleh manusia. Mereka yang menyebut dirinya Kristus, tetapi tidak bisa melakukan pekerjaan Tuhan, adalah para penipu. Kristus bukan sekadar manifestasi Tuhan di bumi, tetapi juga merupakan daging khusus yang dikenakan Tuhan selagi Dia menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan-Nya di antara manusia. Daging ini tidak bisa digantikan oleh sembarang manusia, melainkan daging yang mampu memikul pekerjaan Tuhan di bumi dengan memadai, dan mengungkapkan watak Tuhan, dan mewakili Tuhan dengan baik, dan memberikan hidup bagi manusia. Cepat atau lambat, mereka semua yang menyamar sebagai Kristus akan jatuh, karena walau mereka mengaku sebagai Kristus, mereka sama sekali tidak memiliki hakikat Kristus. Karena itu, Aku mengatakan bahwa keaslian Kristus tidak bisa didefinisikan oleh manusia, melainkan dijawab dan diputuskan oleh Tuhan sendiri. Dengan cara ini, jika engkau sungguh-sungguh ingin mencari jalan hidup, engkau harus terlebih dahulu mengakui bahwa dengan datang ke bumi, Tuhan melakukan pekerjaan menganugerahkan jalan hidup kepada manusia, dan engkau harus mengakui bahwa pada akhir zaman Dia datang ke bumi untuk menganugerahkan jalan hidup kepada manusia. Ini bukan masa yang lampau; ini terjadi sekarang.
Kristus akhir zaman membawa hidup, dan membawa jalan kebenaran yang abadi dan tidak berkesudahan. Kebenaran ini adalah jalan yang memungkinkan manusia memperoleh hidup, dan satu-satunya jalan untuk manusia mengenal Tuhan dan menjadi berkenan di hadapan Tuhan. Apabila engkau tidak mencari jalan hidup yang disediakan Kristus akhir zaman, engkau tidak akan pernah memperoleh perkenanan Yesus, dan tidak akan pernah memenuhi syarat untuk memasuki gerbang kerajaan surga, karena engkau adalah boneka dan tawanan sejarah. Mereka yang dikendalikan oleh peraturan-peraturan, oleh hukum yang tertulis, dan terbelenggu oleh sejarah, tidak akan pernah bisa memperoleh hidup maupun mendapatkan jalan hidup yang kekal. Ini karena satu-satunya yang mereka miliki hanyalah air keruh yang telah dipertahankan selama ribuan tahun, dan bukan air kehidupan yang mengalir dari takhta. Mereka yang tidak menerima air kehidupan akan selamanya tetap mayat, mainan Iblis, dan anak-anak neraka. Lalu, bagaimana mereka bisa melihat Tuhan? Jika engkau hanya mencoba untuk berpegang teguh pada masa lalu, hanya mencoba untuk mempertahankan hal-hal sebagaimana adanya dengan tidak berubah sama sekali, dan tidak mencoba untuk mengubah status quo dan menyingkirkan sejarah, bukankah engkau akan selalu menentang Tuhan? Langkah-langkah pekerjaan Tuhan sangat luas dan dahsyat, seperti ombak yang bergelora dan guruh yang menderu—tetapi engkau hanya duduk pasif dan menunggu kehancuran, mempertahankan kebodohanmu dan tidak melakukan apa pun. Dengan cara seperti ini, bagaimana engkau bisa dianggap sebagai seorang yang mengikut jejak langkah Anak Domba? Bagaimana engkau bisa menyatakan bahwa Tuhan yang engkau yakini dengan teguh adalah Tuhan yang selalu baru dan tidak pernah usang? Bagaimana kata-kata dalam buku-bukumu yang sudah menguning termakan usia bisa mengantarkanmu ke zaman baru? Bagaimana kata-kata itu bisa menuntunmu mencari langkah-langkah pekerjaan Tuhan? Bagaimana kata-kata itu bisa membawamu ke surga? Yang engkau pegang di tanganmu adalah hukum yang tertulis yang hanya bisa memberikan penghiburan sementara, bukan kebenaran yang bisa memberikan hidup. Kitab suci yang engkau baca hanya bisa memperkaya lidahmu, bukan kata-kata hikmat yang bisa membantumu memahami hidup manusia, apalagi jalan yang bisa menuntunmu menuju kesempurnaan. Apakah kesenjangan ini tidak memberimu alasan untuk merenung? Tidakkah ini membantumu memahami misteri yang terkandung di dalamnya? Mampukah engkau membawa dirimu sendiri ke surga untuk bertemu Tuhan dengan caramu sendiri? Tanpa kedatangan Tuhan, bisakah engkau membawa dirimu sendiri ke surga untuk menikmati kebahagiaan keluarga bersama Tuhan? Apakah sekarang engkau masih bermimpi? Jika demikian, Aku menyarankan agar engkau berhenti bermimpi dan menyaksikan siapa yang sedang bekerja sekarang—lihatlah siapa yang sekarang sedang melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia pada akhir zaman. Kalau engkau tidak melakukan itu, engkau tidak akan pernah mendapatkan kebenaran, dan tidak akan pernah memperoleh hidup.
Mereka yang berharap memperoleh hidup tanpa mengandalkan kebenaran yang diucapkan oleh Kristus adalah orang-orang paling konyol di bumi, dan mereka yang tidak menerima jalan hidup yang dibawa oleh Kristus adalah orang-orang yang sesat dalam fantasi. Maka Aku mengatakan bahwa orang-orang yang tidak menerima Kristus akhir zaman selamanya akan dibenci Tuhan. Kristus adalah pintu gerbang bagi manusia menuju kerajaan pada akhir zaman, yang tidak bisa dilangkahi oleh siapa pun. Tidak seorang pun bisa disempurnakan oleh Tuhan kecuali melalui Kristus. Engkau percaya kepada Tuhan, karena itu, engkau harus menerima firman-Nya dan menaati jalan-Nya. Engkau tidak bisa hanya berpikir tentang memperoleh berkat sementara engkau tidak mampu menerima kebenaran dan tidak mampu menerima perbekalan hidup. Kristus datang pada akhir zaman agar semua yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya bisa diberi hidup. Pekerjaan-Nya adalah untuk mengakhiri zaman lama dan memasuki zaman baru, dan pekerjaan-Nya adalah jalan yang harus ditempuh oleh semua orang yang ingin memasuki zaman baru. Kalau engkau tidak bisa mengakui-Nya, malah mengutuk, menghujat, atau bahkan menganiaya Dia, maka engkau pasti akan dibakar sepanjang keabadian, dan tidak akan pernah memasuki kerajaan Tuhan. Karena Kristus sesungguhnya adalah pengungkapan Roh Kudus, pengungkapan Tuhan, Pribadi yang Tuhan beri kepercayaan untuk melakukan pekerjaan-Nya di bumi. Oleh karena itu, Aku mengatakan bahwa jika engkau tidak bisa menerima segala hal yang dilakukan oleh Kristus akhir zaman, berarti engkau menghujat Roh Kudus. Hukuman setimpal yang harus ditanggung oleh mereka yang menghujat Roh Kudus sangat jelas bagi semua orang. Aku juga mengatakan kepadamu bahwa jika engkau menentang Kristus akhir zaman, jika engkau menghinakan Kristus akhir zaman, tidak ada seorang lain pun yang akan memikul konsekuensinya bagimu. Selain itu, mulai hari ini engkau tidak akan memiliki kesempatan lain untuk memperoleh perkenanan Tuhan; meskipun engkau berupaya menebus kesalahanmu, engkau tidak akan pernah lagi melihat wajah Tuhan. Karena yang engkau lawan bukanlah manusia, yang engkau tolak bukanlah makhluk yang lemah, melainkan Kristus. Apakah engkau menyadari akan seperti apa konsekuensinya? Engkau tidak akan telah melakukan suatu kesalahan kecil, tetapi melakukan suatu kejahatan yang mengerikan. Karena itu, Aku menasihati semua orang agar tidak menentang kebenaran, atau melontarkan kritik yang gegabah, karena hanya kebenaran yang bisa memberimu hidup, dan tidak ada suatu pun selain kebenaran yang bisa memungkinkanmu untuk lahir kembali dan melihat wajah Tuhan kembali.
Dikutip dari "Hanya Kristus Akhir Zaman yang Bisa Memberi Manusia Jalan Hidup yang Kekal" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"