Mengapa Sangat Sulit untuk Merekomendasikan Orang Lain?

31 Mei 2024

Oleh Saudara Qi Yuan, Amerika

Aku bertanggung jawab atas desain grafis di gereja, dan selain mengerjakan desain grafisku sendiri, setiap hari aku juga harus menindaklanjuti pekerjaan tim dan mengatasi masalah saudara-saudari. Meskipun setiap hari aku sibuk, setiap kali saudara-saudari menghadapi masalah dan datang untuk bertanya kepadaku, dan terutama menerima semua nasihat yang kuberikan kepada mereka, aku merasa senang, menikmati rasanya dikagumi oleh semua orang.

Kemudian, beberapa saudara-saudari baru bergabung dengan tim kami. Mereka tidak terlalu cakap dalam desain grafis, sehingga mereka perlu bantuan serta bimbinganku. Seketika, aku merasa sangat tertekan. Setiap hari, selain harus mengerjakan desain grafis sendiri, aku juga harus mengarahkan saudara-saudari ini dan menindaklanjuti pekerjaan orang lain. Aku sudah kewalahan, tetapi seharusnya aku baik-baik saja jika memiliki rekan kerja. Aku terpikir akan Cheyenne. Dia mahir dalam teknologi, bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya, dan terutama mampu menyelesaikan seluruh pekerjaan yang kupercayakan kepadanya dengan serius. Aku ingin merekomendasikan Cheyenne kepada pengawas dan mempromosikannya menjadi pemimpin tim agar dia dapat bekerja sama denganku. Jika kami berdua berbagi beban kerja, pekerjaan kami akan menjadi lebih efisien, dan ketika ada masalah, kami dapat mendiskusikannya bersama-sama. Namun, ketika hendak mengatakan hal itu kepada pengawas, tiba-tiba aku berpikir, "Jika Cheyenne benar-benar menjadi pemimpin tim, mungkinkah dia akan merebut kedudukanku? Jika itu terjadi, saat saudara-saudari menghadapi kesulitan, mereka tidak akan berkonsultasi denganku, dan statusku di hati mereka tidak akan setinggi sekarang. Menjadi pemimpin tim adalah buah dari pekerjaan dan perjuanganku yang tanpa henti: aku mengajarkan teknik desain grafis kepada semua orang dan mengatasi masalah serta kesulitan mereka. Sekarang, jika aku merekomendasikan Cheyenne, berarti aku akan membagi setengah dari status dan kekuatanku kepadanya. Bukankah akhirnya aku yang akan rugi?" Setelah memikirkan hal ini, aku mengurungkan niatku untuk merekomendasikan Cheyenne. Kupikir, "Tunggu saja sebentar lagi. Dengan berpikir lebih keras, dan membayar harga yang sedikit lebih mahal, mungkin aku benar-benar mampu melaksanakan pekerjaan itu. Lalu akhirnya, semua pujian akan tertuju padaku." Beberapa saat kemudian, gereja mengatur agar aku melaksanakan tugas lain, sehingga aku tidak punya cukup waktu untuk menindaklanjuti pekerjaan saudara-saudari dan studi keterampilan profesional. Aku makin khawatir, jika semuanya terus seperti ini, pekerjaan membina orang pasti akan menjadi tertunda. Waktu dan tenagaku sendiri sangat terbatas. Karena itu, lagi-lagi aku ingin merekomendasikan Cheyenne kepada pengawas, tetapi ketika aku benar-benar hampir mengatakannya, aku kembali ragu, "Akulah yang membuat keputusan akhir untuk seluruh pekerjaan di tim ini, dan jika nanti ada dua pemimpin tim, aku akan kehilangan kekuasaan ini. Aku harus menyampaikan dan mendiskusikan semua hal dengan pemimpin yang satunya, dan perkataanku tidak akan bernilai lagi seperti dulu. Bagaimana kalau aku menanggungnya sendiri saja untuk saat ini? Jika ada beberapa pekerjaan yang tak sempat kuawasi, aku akan menindaklanjutinya sedikit demi sedikit. Selain itu, membina orang tak bisa dilakukan dalam waktu satu atau dua hari, dan aku bukan sengaja mengacaukan atau mengganggu segala hal. Aku hanya tidak merekomendasikan orang lain. Mungkin Tuhan tidak akan mengutukku." Belakangan, pekerjaan membina berkembang dengan perlahan, dan setiap kali memikirkannya, aku merasa bersalah. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, dengan berkata, "Ya Tuhan, berdasarkan situasi personel dan beban kerja saat ini, akan bermanfaat bagi pekerjaan jika ada dua pemimpin yang bekerja sama. Aku ingin merekomendasikan Cheyenne, tetapi aku tidak bisa mengatakannya. Mengapa sangat sulit bagiku untuk merekomendasikan orang lain? Mohon cerahkan dan bimbinglah aku agar aku mengetahui masalahku sendiri."

Setelah itu, aku membuka diri tentang keadaanku kepada pemimpin, dan pemimpin menyampaikan beberapa firman Tuhan kepadaku. Tuhan berfirman: "Sebagai pemimpin gereja, engkau bukan saja harus belajar menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, engkau juga harus belajar menemukan dan membina orang-orang berbakat, yang kepadanya engkau sama sekali tidak boleh merasa iri atau menekan. Menerapkan dengan cara ini bermanfaat bagi pekerjaan gereja. Jika engkau dapat membina beberapa orang yang mengejar kebenaran untuk bekerja sama denganmu dan melaksanakan semua pekerjaan dengan baik, dan pada akhirnya, engkau semua memiliki kesaksian pengalaman, maka engkau adalah pemimpin atau pekerja yang memenuhi syarat. Jika engkau mampu menangani segala sesuatu berdasarkan prinsip, berarti engkau sedang berkomitmen pada kesetiaanmu. Ada orang-orang yang selalu takut orang lain lebih baik daripada mereka atau mengungguli mereka, takut orang lain akan dikenali sedangkan mereka diabaikan, dan ini membuat mereka menyerang dan mengucilkan orang lain. Bukankah ini contoh perasaan iri terhadap orang-orang yang berbakat? Bukankah itu egois dan hina? Watak macam apa ini? Ini adalah watak yang jahat! Orang-orang yang hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri, yang hanya memuaskan keinginan egois mereka sendiri, tanpa memikirkan orang lain atau tanpa memikirkan kepentingan rumah Tuhan memiliki watak yang buruk, dan Tuhan tidak mengasihi mereka. Jika engkau benar-benar mampu memikirkan kehendak Tuhan, engkau akan mampu memperlakukan orang lain dengan adil. Jika engkau merekomendasikan orang yang baik dan membiarkan mereka menjalani pelatihan dan melaksanakan suatu tugas, dengan demikian menambahkan seorang yang berbakat ke dalam rumah Tuhan, bukankah itu akan mempermudah pekerjaanmu? Bukankah itu berarti engkau akan menunjukkan kesetiaan dalam tugasmu? Itu adalah sebuah perbuatan baik di hadapan Tuhan; inilah hati nurani dan nalar yang minimal harus dimiliki oleh orang yang melayani sebagai pemimpin" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Ketika membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa para pemimpin dan pekerja harus mempelajari cara untuk menemukan dan membina orang-orang berbakat, bahwa ini menguntungkan bagi pekerjaan gereja, dan bahwa manusia harus memiliki hati nurani dan nalar. Jika seseorang merasa khawatir bahwa merekomendasikan orang lain akan memengaruhi statusnya dan menghambat orang berbakat tersebut, berarti dia iri terhadap orang itu, egois, serta tidak bermoral. Jadi, aku merenungkan diriku sendiri. Ada saudara-saudari yang baru datang untuk berlatih desain grafis. Mereka perlu dibina, dan teknik profesional mereka perlu ditingkatkan. Ini benar-benar terlalu banyak untuk kukerjakan sendiri, dan aku tahu betul bahwa aku hanya bisa menyelesaikan pekerjaan ini bersama seorang rekan kerja, dan Cheyenne cocok untuk menjadi pemimpin tim, jadi akan bermanfaat bagi pekerjaan jika aku merekomendasikannya. Namun, aku khawatir, jika dia akan melakukan pekerjaan dengan lebih baik daripadaku, saudara-saudari akan mengaguminya dan mengabaikanku, lalu aku akan kehilangan statusku. Aku berpikir bahwa aku akan rugi, maka aku tidak jadi merekomendasikan Cheyenne. Aku juga berpikir, jika aku mampu menanggung banyak penderitaan dan membayar harga yang sangat mahal untuk melaksanakan pekerjaan ini, pada akhirnya semua pujian akan tertuju kepadaku sendiri. Jadi, aku memaksakan diri dan melakukan pekerjaan itu sendiri, dan hasilnya, kemajuan pekerjaan membina orang pun melambat. Sebenarnya, dengan mengizinkanku melaksanakan tugas sebagai pemimpin tim, Tuhan meninggikanku dan memperlakukanku dengan penuh kasih karunia. Namun, aku tidak memikirkan maksud Tuhan. Selain tidak membina orang berbakat, bahkan aku khawatir bahwa Cheyenne mungkin akan melaksanakan tugasnya dengan baik dan melampauiku. Meskipun aku melihat pekerjaan menjadi tertunda, aku tetap enggan merekomendasikan dia. Dalam melaksanakan tugasku, aku hanya melindungi ketenaran, keuntungan, dan statusku sendiri, dan aku tidak memikirkan kemajuan ataupun hasil pekerjaan. Tindakanku ini benar-benar sangat egois dan menunjukkan bahwa tak ada sedikit pun kesetiaan terhadap tugasku!

Kemudian, aku membaca firman Tuhan yang lain: "Menurutmu, apakah bekerja sama dengan orang lain itu sulit? Sebenarnya tidak sulit. Bahkan bisa dikatakan mudah. Namun, mengapa orang masih merasa hal ini sulit? Karena mereka memiliki watak yang rusak. Bagi orang yang memiliki kemanusiaan, hati nurani, dan nalar, bekerja sama dengan orang lain itu relatif mudah, dan mereka dapat merasa bahwa ini adalah sesuatu yang menyenangkan. Ini karena tidak mudah bagi siapa pun untuk menyelesaikan sesuatu seorang diri, dan apa pun bidang yang mereka geluti, atau apa pun yang mereka lakukan, selalu merupakan hal yang baik jika ada seseorang yang memberimu petunjuk dan menawarkan bantuan—jauh lebih mudah daripada melakukannya seorang diri. Selain itu, ada batas mengenai apa yang mampu orang capai dengan kualitas mereka atau apa yang mampu mereka alami seorang diri. Tak seorang pun mampu menguasai semua bidang pekerjaan: tidak mungkin satu orang mengetahui semuanya, cakap dalam semuanya, mencapai semuanya—itu tidak mungkin, dan semua orang harus memiliki nalar seperti ini. Jadi, apa pun yang kaulakukan, entah itu penting atau tidak, engkau akan selalu membutuhkan seseorang untuk membantumu, memberimu petunjuk dan nasihat, atau melakukan sesuatu dengan bekerja sama denganmu. Inilah satu-satunya cara untuk memastikan bahwa engkau akan melakukan segala sesuatu dengan lebih tepat, melakukan lebih sedikit kesalahan, sehingga makin kecil kemungkinanmu untuk menyimpang—ini adalah hal yang baik. Melayani Tuhan, khususnya, adalah perkara yang besar, dan tidak menyelesaikan watakmu yang rusak dapat menempatkanmu dalam bahaya! Jika orang memiliki watak Iblis, mereka dapat memberontak dan menentang Tuhan kapan pun dan di mana pun. Orang yang hidup berdasarkan watak Iblis dalam diri mereka, mampu menolak, menentang, dan mengkhianati Tuhan setiap saat. Antikristus sangat bodoh, mereka tidak menyadari hal ini, mereka berpikir, 'Aku sudah cukup kesulitan mendapatkan kekuasaanku, mengapa aku harus membaginya dengan orang lain? Memberikan otoritasku kepada orang lain berarti aku sama sekali tidak memilikinya, bukan? Bagaimana aku bisa menunjukkan bakat dan kemampuanku tanpa kekuasaan?' Mereka tidak tahu bahwa apa yang telah Tuhan percayakan kepada manusia bukanlah kekuasaan atau status, melainkan tugas. Antikristus hanya mau menerima kekuasaan dan status, mereka mengesampingkan tugas mereka, dan mereka tidak melakukan pekerjaan nyata. Sebaliknya, mereka hanya mengejar ketenaran, keuntungan dan status, dan hanya ingin merebut kekuasaan, mengendalikan umat pilihan Tuhan, serta menikmati manfaat dari status. Melakukan segala sesuatu dengan cara ini sangat berbahaya—ini menentang Tuhan!" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Satu)). Tuhan berfirman bahwa tidak ada seorang pun yang ahli dalam segalanya, kita semua perlu orang lain untuk bekerja sama dengan kita, membantu kita, dan menutupi kekurangan kita dengan saling belajar dari satu sama lain. Dengan demikian, kita dapat meminimalkan kesalahan dan penyimpangan dalam pekerjaan kita, serta bersama-sama melaksanakan tugas kita untuk memuaskan Tuhan. Namun, para antikristus tidak memiliki nalar ini, dan mereka selalu ingin memonopoli kekuasaan serta menentukan keputusan akhir, dan tidak pernah mau bekerja sama dengan orang lain atau membiarkan orang lain ikut serta dalam pekerjaan mereka sendiri. Setelah merenung, aku menyadari bahwa aku pun seperti itu. Aku terlalu sibuk melaksanakan tugasku seorang diri sebagai pemimpin tim, dan ada banyak tugas yang tak bisa segera kuatur dan kuterapkan, tetapi saat aku ingin merekomendasikan Cheyenne, dalam hati aku khawatir bahwa kekuasaanku sendiri akan melemah. Aku yakin bahwa merekomendasikan Cheyenne sebagai rekan kerjaku sama saja dengan menyerahkan kekuasanku sebagai pemimpin tim. Aku tak akan bisa menentukan keputusan akhir, membuat semua keputusan, atau memamerkan diriku di depan saudara-saudari lagi. Jadi, aku enggan merekomendasikan Cheyenne. Aku menemukan alasan mengapa aku tak mampu merekomendasikan orang lain atau bekerja sama dengan mereka. Itu karena aku tak dapat melepaskan kekuasaan dan status yang kumiliki. Aku terlalu mementingkan kekuasaan.

Kemudian, aku mencari jawaban mengapa aku begitu mementingkan kekuasaan dan status. Aku membaca satu bagian dari firman Tuhan dan memperoleh sedikit pemahaman akan diriku sendiri. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Bagi antikristus, reputasi dan status adalah hidup mereka. Bagaimanapun cara mereka hidup, di lingkungan mana pun mereka tinggal, pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, apa pun yang mereka perjuangkan, apa pun tujuan mereka, apa pun arah hidup mereka, semua itu berkisar tentang bagaimana memiliki reputasi yang baik dan status yang tinggi. Dan tujuan ini tidak berubah; mereka tak pernah mampu melepaskan hal-hal semacam ini. Inilah wajah para antikristus yang sebenarnya dan esensi mereka. Seandainya engkau menempatkan mereka di hutan primer jauh di pedalaman pegunungan, mereka tetap tidak akan mengesampingkan pengejaran mereka akan reputasi dan status. Engkau dapat menempatkan mereka di antara kelompok orang mana pun, dan satu-satunya yang mereka pikirkan tetaplah reputasi dan status. Meskipun para antikristus juga percaya kepada Tuhan, mereka memandang pengejaran akan reputasi dan status sama dengan pengejaran iman kepada Tuhan dan menganggapnya memiliki bobot yang sama. Artinya, pada saat mereka menempuh jalan iman kepada Tuhan, mereka juga mengejar reputasi dan status mereka sendiri. Dapat dikatakan bahwa di dalam hati para antikristus, mereka percaya bahwa iman kepada Tuhan dan pengejaran akan kebenaran adalah pengejaran akan reputasi dan status; pengejaran akan reputasi dan status juga adalah pengejaran akan kebenaran, dan mendapatkan reputasi dan status berarti mendapatkan kebenaran dan hidup. Jika mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki reputasi atau status, bahwa tak seorang pun mengagumi mereka, atau memuja mereka, atau mengikuti mereka, mereka merasa sangat frustrasi, mereka yakin tidak ada gunanya percaya kepada Tuhan, itu tidak bernilai, dan mereka berkata dalam hati, 'Apakah kepercayaan kepada Tuhan seperti itu adalah sebuah kegagalan? Apakah itu sia-sia?' Mereka sering kali memikirkan hal-hal semacam itu di dalam hatinya, mereka memikirkan bagaimana mereka dapat memiliki kedudukan di rumah Tuhan, bagaimana mereka dapat memiliki reputasi yang tinggi di gereja sehingga orang-orang mendengarkan ketika mereka berbicara, dan mendukung mereka ketika mereka bertindak, dan mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi; agar mereka memiliki hak bicara di gereja, dan memiliki gengsi, keuntungan, dan status—mereka sangat berfokus pada hal-hal semacam itu di dalam hati mereka. Semua ini adalah hal-hal yang dikejar oleh orang-orang semacam itu. Mengapa mereka selalu memikirkan hal-hal semacam itu? Setelah membaca firman Tuhan, setelah mendengarkan khotbah, apakah mereka benar-benar tidak memahami semua ini, apakah mereka benar-benar tidak mampu mengenali semua ini? Apakah firman Tuhan dan kebenaran benar-benar tidak mampu mengubah gagasan, ide, dan pendapat mereka? Sama sekali tidak. Masalahnya berada di dalam diri mereka, itu sepenuhnya karena mereka tidak mencintai kebenaran, karena di dalam hatinya, mereka muak akan kebenaran, dan akibatnya, mereka sama sekali tidak menerima kebenaran—hal mana ditentukan oleh esensi natur mereka" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Tuhan mengungkapkan bahwa di mana pun para antikristus tinggal atau apa pun pekerjaan yang mereka lakukan, mereka tidak akan pernah melepaskan pengejaran mereka akan status. Mereka percaya bahwa selama mereka mampu memperoleh status dan kekuasaan, mereka dapat dipuji dan dikagumi orang-orang, memiliki martabat, hak untuk berbicara, dan hak untuk membuat keputusan. Mereka percaya bahwa kehidupan seperti ini bernilai dan bermakna, dan jika mereka tidak memiliki status, itu berarti kehidupan mereka akan terampas. Persis seperti inilah diriku. Aku sudah sangat terpengaruh oleh racun Iblis seperti "Jika engkau lebih menonjol dari orang lain, engkau akan membawa kehormatan bagi nenek moyangmu" dan "Hanya boleh ada satu laki-laki alfa". Jadi sejak kecil, aku berharap menjadi orang terkenal ketika sudah dewasa, berharap semua orang menghormatiku, dan menganggapku sangat penting di mana pun aku berada. Aku teringat ketika aku baru mulai berkuliah, aku berbagi tanggung jawab sebagai pengawas kelas dengan seorang mahasiswa lain. Beberapa waktu kemudian, aku merasa bahwa dengan adanya dua pengawas kelas, aku tak akan bisa bersinar, jadi aku menyarankan untuk memilih satu pengawas kelas di antara kami berdua. Aku berharap untuk dipilih, agar mulai saat itu aku dapat menjadi yang paling penting di antara semua orang, yang teratas di seluruh kelas, tetapi pada akhirnya aku kalah. Karena aku tidak menjadi pengawas kelas, aku langsung menolak posisi ketua kelas yang lainnya dan tidak melaksanakannya. Saat datang ke gereja, aku masih menganggap bahwa tujuan pengejaranku adalah untuk memperoleh status, aku yakin bahwa sebagai satu-satunya pemimpin tim, aku dapat menjadi penentu keputusan, dan semua orang akan menghormatiku. Dalam hal merekomendasikan Cheyenne, aku percaya bahwa dengan melakukan itu, dia akan mendapatkan sebagian status serta kekuasaanku, dan jika suatu hari dia melakukan pekerjaan dengan lebih baik daripadaku, aku akan kehilangan pengaruhku dan tak akan pernah lagi menikmati rasanya menjadi yang teratas dengan semua orang menghormatiku dan mendengarkan apa yang kukatakan. Karena hal ini, aku memilih untuk menunda pekerjaan daripada merekomendasikan dia. Aku diperbudak oleh status. Aku teringat bagaimana saat itu, karena aku serakah akan keuntungan dari status dan tidak melakukan pekerjaan yang nyata, aku melakukan pelanggaran dan diberhentikan. Saat itulah aku menyadari bahwa hidup berdasarkan falsafah dan hukum Iblis hanya dapat membuatku menempuh jalan yang salah dan melawan Tuhan meskipun aku tak ingin.

Kemudian, aku membaca bagian yang lain dari firman Tuhan: "Siapa pun yang mengejar ketenaran, keuntungan dan status, alih-alih melaksanakan tugas mereka dengan benar, mereka sedang melakukan hal yang berbahaya dan bermain-main dengan hidup mereka. Orang yang melakukan hal berbahaya dan bermain-main dengan hidup mereka dapat menghancurkan diri mereka sendiri setiap saat. Sekarang ini, sebagai pemimpin atau pekerja, engkau sedang melayani Tuhan, dan ini bukan hal yang biasa. Engkau tidak sedang melakukan sesuatu untuk manusia, apalagi bekerja agar dapat membayar tagihan dan menyediakan makanan di atas meja; melainkan, engkau sedang melaksanakan tugasmu di gereja. Dan terutama, mengingat bahwa tugas ini berasal dari amanat Tuhan, apa artinya melaksanakan tugas ini? Itu berarti dalam tugasmu, engkau bertanggung jawab kepada Tuhan, entah engkau melaksanakannya dengan baik atau tidak; pada akhirnya, engkau harus mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan, harus ada hasilnya. Yang telah kauterima ini adalah amanat Tuhan, tanggung jawab yang kudus, jadi sepenting atau sekecil apa pun tanggung jawab ini, ini adalah tanggung jawab yang serius. Seberapa seriuskah tanggung jawab ini? Dalam skala kecil, ini berkaitan dengan apakah engkau dapat memperoleh kebenaran dalam kehidupanmu ini dan berkaitan dengan bagaimana Tuhan akan memandangmu. Dalam skala besar, ini berkaitan langsung dengan masa depanmu, nasibmu, dan kesudahanmu; jika engkau melakukan kejahatan dan menentang Tuhan, engkau akan dikutuk dan dihukum. Segala sesuatu yang kaulakukan ketika engkau melaksanakan tugasmu dicatat oleh Tuhan, dan Tuhan memiliki prinsip dan standar-Nya sendiri tentang bagaimana itu dinilai dan dievaluasi; Tuhan menentukan kesudahanmu berdasarkan semua yang kauwujudkan saat engkau melaksanakan tugasmu. Apakah ini masalah serius? Memang benar! Jadi, jika engkau diberi suatu tugas, apakah itu urusanmu sendiri untuk kautangani? (Tidak.) Pekerjaan itu bukanlah sesuatu yang dapat kauselesaikan sendiri, melainkan pekerjaan itu mengharuskanmu memikul tanggung jawab atasnya. Tanggung jawab ada di tanganmu; engkau harus menyelesaikan amanat itu. Hal ini berkaitan dengan apa? Ini berkaitan dengan kerja sama, dengan cara bekerja sama dalam pelayanan, dengan cara bekerja sama untuk melaksanakan tugasmu, dengan cara bekerja sama untuk menyelesaikan amanatmu, dengan cara bekerja sama sedemikian rupa sehingga engkau mengikuti kehendak Tuhan. Itu berkaitan dengan hal-hal ini" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Satu)). Aku merasa agak takut setelah selesai membaca firman Tuhan, terutama ketika aku membaca firman Tuhan ini: "Siapa pun yang mengejar ketenaran, keuntungan dan status, alih-alih melaksanakan tugas mereka dengan benar, mereka sedang melakukan hal yang berbahaya dan bermain-main dengan hidup mereka. Orang yang melakukan hal berbahaya dan bermain-main dengan hidup mereka dapat menghancurkan diri mereka sendiri setiap saat." Aku menyadari bahwa mengejar ketenaran, keuntungan, dan status sama seperti bermain api dan mempermainkan kehidupan orang, tidak menganggap penting nyawa sendiri. Tugas seseorang adalah amanat dari Tuhan, hal yang sangat serius. Namun, aku menganggap tugasku sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan dan status. Meskipun aku tahu bahwa aku tak mampu melaksanakan pekerjaan ini seorang diri, aku tidak pergi merekomendasikan Cheyenne untuk menjadi rekan kerjaku, tidak memikirkan sedikit pun apakah pekerjaan gereja akan terpengaruh atau tidak. Ini adalah hal yang menentang Tuhan dan dosa terhadap-Nya. Bukankah aku sedang bermain api? Sebagai pemimpin tim, selain aku gagal melaksanakan tugasku, pekerjaan yang kuawasi pun tertunda. Ini tak bisa dipertanggungjawabkan kepada Tuhan! Aku hanya mengejar ketenaran, keuntungan, status, serta membuat orang-orang menghormatiku, dan jalan yang kutempuh adalah jalan antikristus. Jika aku tak bertobat, aku tak akan memiliki kesudahan dan tempat tujuan yang baik. Saat menyadari hal ini, aku mengerti bahwa cara pandang yang kuyakini sebelumnya, "Meskipun aku tidak merekomendasikan orang lain, selama aku tidak mengacaukan dan mengganggu secara terang-terangan, Tuhan tidak akan mengutukku," tidak sesuai dengan kebenaran. Meskipun di luarnya aku tampak sibuk melaksanakan tugasku, menanggung penderitaan dan membayar harga, tidak melakukan apa pun yang jelas-jelas jahat, demi melindungi kekuasaan dan statusku sendiri, aku memilih menunda pekerjaan daripada merekomendasikan Cheyenne. Yang kupikirkan hanyalah cara untuk melindungi ketenaran, keuntungan, dan statusku sendiri. Semua yang kupikirkan itu jahat dan dikutuk oleh Tuhan. Tuhan memeriksa hati dan benak manusia. Jika aku tak meninggalkan jalan kejahatan dan tetap mengejar reputasi serta status, pada akhirnya aku hanya akan dikutuk dan dihukum oleh Tuhan.

Kemudian, aku membaca dua bagian lain dari firman Tuhan dan menemukan jalan penerapan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Bagi semua orang yang melaksanakan tugas, sedalam atau sedangkal apa pun pemahaman mereka akan kebenaran, cara paling sederhana untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran adalah dengan memikirkan kepentingan rumah Tuhan dalam segala sesuatu, dan melepaskan keinginan mereka yang egois, niat pribadi, motif, kesombongan, dan status mereka. Prioritaskan kepentingan rumah Tuhan—inilah setidaknya yang harus orang lakukan. Jika seseorang yang melaksanakan tugas bahkan tak mampu berbuat sebanyak ini, lalu bagaimana mungkin dia bisa disebut melaksanakan tugasnya? Itu bukanlah melaksanakan tugas. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, mempertimbangkan kehendak Tuhan, dan mempertimbangkan pekerjaan gereja. Menempatkan hal-hal ini sebagai yang pertama dan terutama; baru setelah itulah engkau dapat memikirkan tentang stabilitas statusmu atau tentang bagaimana orang lain memandangmu. Bukankah engkau semua akan merasa bahwa akan menjadi sedikit lebih mudah apabila engkau membaginya menjadi kedua langkah ini dan melakukan beberapa kompromi? Jika engkau menerapkan hal ini selama beberapa waktu, engkau akan mulai merasa bahwa memuaskan Tuhan bukan hal yang sesulit itu. Selain itu, engkau harus mampu memenuhi tanggung jawabmu, melaksanakan kewajiban dan tugasmu, dan mengesampingkan keinginanmu yang egois, niat dan motifmu; engkau harus terlebih dahulu memikirkan kehendak Tuhan, dan kepentingan rumah Tuhan, pekerjaan gereja, dan tugas yang harus kaulaksanakan. Setelah mengalami hal ini selama beberapa waktu, engkau akan merasa bahwa ini adalah cara yang baik dalam bertindak. Ini berarti menjalani hidup dengan jujur dan tulus, dan tidak menjadi orang yang hina dan jahat; ini berarti hidup secara adil dan terhormat, bukan hidup dengan tercela, hina dan tidak berguna. Engkau akan merasa bahwa inilah cara orang seharusnya bertindak dan citra diri yang seharusnya mereka jalani. Lambat laun, keinginanmu untuk memuaskan kepentinganmu sendiri akan berkurang" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). "Sebagai seorang pemimpin atau pekerja, jika engkau selalu menganggap dirimu lebih unggul daripada orang lain, dan bersenang-senang dalam tugasmu seperti itu adalah jabatan dalam pemerintahan, selalu menikmati manfaat dari statusmu itu, selalu membuat rencanamu sendiri, selalu memikirkan dan menikmati ketenaran, keuntungan dan statusmu sendiri, selalu mengurus urusanmu sendiri, dan selalu berusaha untuk mendapatkan status yang lebih tinggi, mengatur atau mengendalikan lebih banyak orang, dan memperluas lingkup kekuasaanmu, ini adalah masalah. Memperlakukan tugas penting sebagai kesempatan untuk menikmati kedudukanmu seolah-olah engkau adalah pejabat pemerintah adalah sangat berbahaya. Jika engkau selalu bertindak seperti ini, tidak mau bekerja sama dengan orang lain, tidak mau melemahkan kekuasaanmu dan membaginya dengan orang lain, tidak mau orang lain lebih unggul daripada dirimu, mencuri pusat perhatian, jika engkau hanya ingin menikmati kekuasaan seorang diri, itu berarti engkau adalah antikristus. Namun, jika engkau sering mencari kebenaran, menerapkan pemberontakan terhadap dagingmu, terhadap motivasi dan gagasanmu sendiri, dan mampu mengambil inisiatif untuk bekerja sama dengan orang lain, membuka hatimu untuk berkonsultasi dan mencari bersama orang lain, dengan penuh perhatian mendengarkan gagasan dan saran orang lain, serta menerima saran yang benar dan yang sesuai dengan kebenaran, dari siapa pun itu berasal, itu artinya engkau sedang melakukan penerapan dengan cara yang bijak dan benar, dan engkau dapat menghindarkan dirimu agar tidak menempuh jalan yang salah, di mana ini merupakan perlindungan bagimu" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Satu)). Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, sudah makan dan minum begitu banyak firman Tuhan, aku tak mampu melindungi kepentingan gereja dalam melaksanakan tugasku, tetapi aku malah berbicara dan bertindak di mana pun demi keinginanku yang egois, reputasi, dan statusku sendiri. Aku benar-benar tidak memiliki hati nurani dan nalar, juga tidak layak melaksanakan tugasku di gereja. Di rumah Tuhan, kebenaranlah yang berkuasa, keadilanlah yang berkuasa. Siapa pun yang memiliki kualitas dan kemampuan, dan merasa terbebani oleh pekerjaan gereja, orang itu harus direkomendasikan, dan dia harus diminta untuk melakukan pekerjaan yang sesuai di gereja. Dengan merekomendasikan orang lain, ada satu orang lagi yang melakukan pekerjaan di gereja, dan ini bermanfaat bagi kemajuan pekerjaan dan kemajuan saudara-saudari. Jika seseorang mendambakan keuntungan dari status dan ingin memonopoli kekuasaan sendirian, ingin menjadi yang teratas di antara orang lain dan menjadi penentu keputusan, enggan bekerja sama dengan orang lain, orang itu telah menempuh jalan antikristus. Namun, jika dia memiliki rekan kerja, dan selama melakukan pekerjaan mereka dapat berdiskusi, saling belajar, dan terus saling memeriksa, mereka dapat terhindar dari satu orang yang memonopoli kekuasaan, dan mereka tidak akan menempuh jalan antikristus. Ini menjadi semacam perlindungan yang tak terlihat bagi mereka. Setelah merenungkan hal ini, aku menyadari bahwa selain bermanfaat bagi pekerjaan gereja, merekomendasikan orang berbakat juga akan membantuku. Setelah itu, aku mengirim pesan kepada pemimpin dan merekomendasikan Cheyenne, dan pemimpin menyetujui Cheyenne untuk menjadi rekan kerjaku. Kemudian hatiku terasa sangat lega dan menjadi sangat ringan. Sejak saat itu, aku mendiskusikan pekerjaan dengan Cheyenne, lalu kami berbagi tanggung jawab, dan sedikit demi sedikit, hasil pekerjaan membina orang pun meningkat. Melalui pengalaman ini, aku perlahan-lahan mulai memahami apa yang dikatakan dalam firman Tuhan: "Jika engkau merekomendasikan orang yang baik dan membiarkan mereka menjalani pelatihan dan melaksanakan suatu tugas, dengan demikian menambahkan seorang yang berbakat ke dalam rumah Tuhan, bukankah itu akan mempermudah pekerjaanmu? Bukankah itu berarti engkau akan menunjukkan kesetiaan dalam tugasmu? Itu adalah sebuah perbuatan baik di hadapan Tuhan; inilah hati nurani dan nalar yang minimal harus dimiliki oleh orang yang melayani sebagai pemimpin" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa merekomendasikan orang lain tidak akan merugikan kepentinganku, dan itu berarti menerapkan kebenaran dan mempersiapkan perbuatan baik. Hal itu bermanfaat, baik bagiku dan bagi pekerjaan gereja. Menerapkan dengan cara seperti ini membuatku merasa tenang. Syukur kepada Tuhan!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Dibebaskan dari Keirihatian

Oleh Saudara Claude, Prancis Di awal tahun 2021, aku melayani sebagai pengkhotbah dan berpartner dengan Saudara Matthew untuk memimpin...