Mengapa Aku Tidak Mampu Menghadapi Kesulitan dalam Tugasku

22 November 2024

Pada bulan November 2021, aku terpilih sebagai pemimpin gereja. Awalnya, kupikir dengan melaksanakan tugas ini, aku dapat menerapkan dengan menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, yang akan mempercepat pertumbuhan hidupku. Meskipun ada banyak hal yang kurang dalam diriku, aku bersedia menerima dan taat. Setelah menjalani pelatihan nyata selama beberapa waktu, aku menyadari bahwa para pemimpin gereja bertanggung jawab atas banyak tugas pekerjaan. Para pemimpin bukan hanya harus mengawasi kehidupan bergereja serta pekerjaan penyiraman dan penginjilan, mereka juga terlibat dalam tugas-tugas seperti pekerjaan berbasis teks dan pembersihan gereja. Selama minggu pertama bekerja, hampir setiap hari aku bersekutu dan membereskan keadaan saudara-saudariku di berbagai tempat pertemuan sambil juga mengatur dan melaksanakan semua tugas. Aku sangat sibuk bekerja. Setelah pulang di malam hari, aku masih harus mengurus beberapa surat, dan menurutku melaksanakan tugas ini terlalu melelahkan. Kapan aku bisa beristirahat? Aku bukan hanya kelelahan secara fisik, melainkan juga ada segala macam kesulitan serta masalah dalam pekerjaan, dan aku harus menanggung stres yang terkait dengan pekerjaan. Saat itu, saudari yang menjadi rekan kerjaku sedang disibukkan dengan urusan keluarga, sehingga ada banyak pekerjaan yang tidak dapat dia bantu tangani. Sering kali aku tidak mampu mengurus semuanya sendiri, dan lambat laun, para penyebar Injil, para penyiram, dan saudara-saudari yang bertanggung jawab atas pekerjaan tulis menulis, semuanya berkata bahwa mereka jarang bertemu dengan para pemimpin dan tidak dapat berkomunikasi tentang pekerjaan. Mereka semua tidak puas denganku. Aku memikirkan berbagai macam tugas yang harus kukerjakan; semuanya membutuhkan begitu banyak waktu dan tenaga. Jadi, aku sangat iri dengan saudara-saudari yang melakukan tugas tunggal yang tidak perlu melelahkan diri dan terlalu khawatir sepertiku. Setelah memikirkan hal ini, aku menjadi kurang proaktif dalam melaksanakan tugasku dibandingkan dengan pada awalnya, dan terkadang, ketika pimpinan tingkat atas memintaku melaporkan bagaimana jalannya pelaksanaan pekerjaan, aku tidak menjawab secara proaktif.

Suatu hari, pemimpin tingkat atas mengirimiku sepucuk surat yang mengatakan bahwa dibutuhkan seorang teknisi untuk tugas tertentu, seseorang yang memiliki keterampilan komputer dasar dan penilaian estetika. Dalam hati, aku ingin sekali bertindak, dan kupikir, "Aku pernah membuat video sebelumnya dan memiliki beberapa keterampilan komputer. Selain itu, dengan melaksanakan tugas tunggal, aku bisa fokus pada satu profesi. Aku akan dapat mempelajari hal-hal baru, dan itu tidak akan melelahkan atau mengkhawatirkan seperti menjadi seorang pemimpin." Jadi, aku berencana menulis surat kepada para pemimpin tingkat atas dan memberi tahu mereka bahwa kualitas serta kemampuan kerjaku buruk dan aku tidak cocok melaksanakan tugas kepemimpinan. Saat itu, aku sadar bahwa ada yang salah dengan keadaanku. Aku berpikir tentang bagaimana, ketika aku menemui kesulitan saat membuat video, aku tidak benar-benar membayar harga dan mempelajari keterampilan profesional. Ketika kulihat ada tugas lain yang tidak memiliki banyak persyaratan profesional, aku mengajukan permohonan kepada pemimpin agar mengganti tugasku. Setelah aku dipindahkan, tugas baru itu pada awalnya tidak begitu sulit, dan ketika melihat hasilnya, aku bersemangat dalam bekerja. Namun, kemudian tugas itu menjadi makin berat, dan aku mulai menemui lebih banyak kesulitan. Aku tidak mau membayar harga serta mengatasi kesulitan-kesulitan ini, dan lagi-lagi aku ingin beralih ke tugas lain. Pada akhirnya, aku dipindahkan karena hasil tugasku yang buruk. Sekarang setelah melaksanakan tugas kepemimpinan, mengapa aku masih ingin beralih ke tugas lain ketika menghadapi kesulitan? Keadaan semacam ini sudah memengaruhi pelaksanaan tugasku, aku harus mencari kebenaran untuk menyelesaikannya sesegera mungkin.

Keesokan paginya, di waktu teduh, aku membaca satu bagian firman Tuhan yang kebetulan selaras dengan keadaanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Banyak orang yang tidak memahami kebenaran atau mengejar kebenaran. Seperti apa mereka memperlakukan pelaksanaan tugas? Mereka memperlakukannya seperti sebuah pekerjaan, hobi, atau investasi yang mereka minati. Mereka tidak memperlakukannya seperti sebuah misi atau tugas yang diberikan oleh Tuhan, atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi. Bahkan, mereka tidak berusaha memahami kebenaran atau maksud Tuhan dalam melaksanakan tugas mereka, agar mereka dapat melaksanakan tugas mereka dengan baik dan menyelesaikan amanat Tuhan. Oleh karena itu, dalam proses melaksanakan tugas mereka, begitu mengalami kesulitan, beberapa orang menjadi tidak bersedia dan ingin melarikan diri. Ketika mereka menghadapi beberapa kesulitan atau mengalami kemunduran, mereka mundur dan ingin melarikan diri lagi. Mereka tidak mencari kebenaran; yang mereka pikirkan hanyalah melarikan diri. Seperti kura-kura, jika ada yang tidak beres, mereka akan bersembunyi di dalam cangkangnya, lalu menunggu hingga masalahnya berlalu sebelum muncul kembali. Ada banyak orang yang seperti ini. Khususnya, ada beberapa orang yang ketika diminta untuk bertanggung jawab atas pekerjaan tertentu, mereka tidak mempertimbangkan cara mereka dapat mempersembahkan kesetiaan mereka, atau cara melaksanakan tugas ini dan melaksanakan pekerjaan ini dengan baik. Sebaliknya, mereka mempertimbangkan caranya mengelak dari tanggung jawab, caranya menghindari pemangkasan, caranya agar tidak memikul tanggung jawab apa pun, dan caranya muncul tanpa merugi ketika masalah atau kesalahan terjadi. Mereka terlebih dahulu mempertimbangkan rute pelarian mereka sendiri dan cara memuaskan preferensi dan minat mereka sendiri, bukan cara melaksanakan tugas mereka dengan baik dan mempersembahkan kesetiaan mereka. Dapatkah orang-orang seperti ini memperoleh kebenaran? Mereka tidak berusaha untuk mendapatkan kebenaran dan mereka tidak menerapkan kebenaran dalam melaksanakan tugas mereka. Bagi mereka, rumput tetangga selalu lebih hijau. Hari ini mereka ingin melakukan ini, besok ingin melakukan itu, dan mereka berpikir bahwa tugas orang lain lebih baik dan lebih mudah daripada tugas mereka sendiri. Namun, mereka tidak berusaha dalam hal kebenaran. Mereka tidak memikirkan masalah apa yang ada dengan ide-ide mereka ini dan mereka tidak mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah. Pikiran mereka selalu berfokus pada kapan mimpi mereka akan terwujud, siapa yang menjadi pusat perhatian, siapa yang mendapatkan pengakuan dari Yang Di Atas, siapa yang melaksanakan pekerjaan tanpa dipangkas dan dipromosikan. Pikiran mereka dipenuhi dengan hal-hal ini. Dapatkah orang-orang yang selalu memikirkan hal-hal ini melaksanakan tugasnya dengan memadai? Mereka tidak akan pernah dapat mencapai hal ini. Jadi, orang seperti apa yang melaksanakan tugasnya dengan cara ini? Apakah mereka orang-orang yang mengejar kebenaran? Pertama-tama, satu hal yang pasti: orang-orang seperti ini tidak mengejar kebenaran. Mereka berusaha menikmati sejumlah berkat, menjadi terkenal, dan menjadi sorotan di rumah Tuhan, sama seperti ketika mereka bertahan hidup di masyarakat. Dari segi esensi, orang-orang seperti apakah mereka? Mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Satu)). Setelah membaca firman Tuhan, hatiku tergerak. Apa yang Tuhan singkapkan adalah persisnya keadaanku. Begitu menjumpai kesulitan saat melaksanakan tugas, aku ingin mundur dan menghindarinya, selalu berharap aku dapat beralih ke tugas yang lebih mudah. Dahulu, ketika menjumpai kesulitan saat membuat video, aku tidak mengandalkan Tuhan untuk mempelajari keterampilan teknis dan mengatasinya. Sebaliknya, aku mundur saat menghadapi kesulitan, menganggap bahwa tugas ini terlalu berat, bahwa mempelajari keterampilan profesional itu menghabiskan terlalu banyak waktu dan energi. Lebih baik aku melaksanakan tugas yang tidak memiliki begitu banyak persyaratan profesional atau teknis; dengan begitu, aku tidak perlu terlalu menderita atau kelelahan. Demi kenyamanan daging, aku mengajukan permohonan penugasan ulang. Namun, ketika menjumpai kesulitan dalam tugas baruku, aku tetap tidak mau menderita atau membayar harga, dan aku kembali berpikir untuk beralih ke tugas lain. Karena tidak pernah mencari kebenaran untuk membereskan keadaan ini, aku tetap bereaksi dengan cara yang sama terhadap kesulitan, berpikir bahwa tugas ini terlalu sulit dan ingin memilih yang lebih mudah. Aku melihat bagaimana Tuhan menyingkapkan bahwa orang-orang seperti ini tidak mengejar kebenaran dan tidak pernah mengerahkan upaya, berdoa kepada Tuhan, atau mencari kebenaran untuk mengatasi kesulitan. Mereka tidak pernah serius dengan tugas mereka, hanya menggunakan tugas mereka sebagai sarana untuk menghindari kematian. Tuhan berfirman bahwa orang-orang seperti itu adalah para pengikut yang bukan orang percaya. Melihat kata "para pengikut yang bukan orang percaya", aku merasa tertekan dan terhina, kupikir, "Sudah begitu lama gereja membinaku, tetapi aku takut menderita dalam tugasku dan malah mundur saat menghadapi kesulitan. Aku belum melaksanakan tugasku sampai akhir, dan belum membuahkan hasil yang nyata. Aku benar-benar berutang sangat banyak kepada Tuhan! Jika aku tetap tidak melaksanakan tugasku dengan rendah hati dan bersikap tidak serius terhadap kebenaran atau tidak mengerahkan upaya untuk itu, aku akan disingkapkan dan disingkirkan pada akhirnya." Kenyataannya, dengan membinaku sebagai pemimpin, gereja memberiku kesempatan untuk menerima pelatihan. Meskipun menjumpai banyak kesulitan dan masalah serta pekerjaan yang padat dan melelahkan, jika aku dapat berdoa dan memohon kepada Tuhan ketika menghadapi kesulitan dan masalah, aku akan memperoleh sesuatu dan mencapai pertumbuhan kehidupan. Inilah peninggian dari Tuhan! Setelah memahami hal ini, aku bersedia memberontak terhadap dagingku dan lebih mencari kebenaran ketika menghadapi kesulitan, serta lebih bersungguh-sungguh ketika melaksanakan tugasku daripada sebelumnya.

Tiga bulan kemudian, aku terpilih sebagai pemimpin distrik. Karena aku baru saja mengambil alih tugas ini, ada banyak masalah yang tidak kuketahui bagaimana menyelesaikannya, tetapi kupikir karena aku baru saja mulai berlatih, wajar jika aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat, jadi aku bersedia untuk berupaya memenuhi standar. Namun, setelah dua bulan berlalu, aku melihat bahwa hasil pekerjaan penyiraman yang kuawasi menurun. Hatiku menjadi lemah, dan aku merasa bahwa tugas ini sungguh berat, kupikir, "Aku hampir tidak pernah absen menghadiri pertemuan dengan para penyiram, dan setiap kali bertemu mereka, aku menanyakan secara terperinci tentang bagaimana jalannya penyiraman setiap petobat baru serta mengatur agar orang-orang memberikan bantuan kepada yang lebih lemah. Mengapa hasilnya tidak membaik?" Aku menjadi sangat negatif, dan juga berpikir, "Aku tidak dapat menyelesaikan masalah nyata ini; lebih baik aku beralih ke tugas tunggal saja. Dengan tugas tunggal, aku hanya perlu melakukan bagian pekerjaanku dan tidak perlu khawatir tentang keseluruhan operasinya. Dengan begitu, ini tidak akan terlalu melelahkan atau sulit." Ketika pemikiran ini muncul, aku mulai menjadi gampang marah saat melaksanakan tugasku. Melihat semua surat yang harus kutanggapi setiap hari, aku tidak dapat menahan diri untuk menggerutu, dan berpikir, "Mungkinkah aku membalas surat sebanyak ini?" Aku tidak mau mengerahkan upaya dan memikirkan surat-surat ini secara terperinci, dan beberapa di antaranya kubaca sekilas saja, menganggapnya terlalu rumit, lalu mengesampingkannya, tanpa memedulikannya. Saat itu, aku tidak mencari dan meninjau masalah-masalah serta penyimpangan dalam pekerjaan penyiraman dengan tepat waktu, sehingga pekerjaan menjadi tertunda. Suatu hari, pimpinan tingkat atas mengirimiku sepucuk surat, yang menyatakan bahwa ada banyak masalah dalam pekerjaan yang sedang kami awasi, dan pekerjaan tersebut tidak membuahkan hasil. Aku menentang hal ini dalam hati dan berpikir, "Mengapa ada begitu banyak masalah dalam pekerjaan ini? Mengapa aku tidak pernah mampu menyelesaikannya? Belum lagi, aku harus dipangkas ketika melakukan kesalahan. Aku tidak bisa melakukan pekerjaan ini!" Aku menyadari bahwa keadaanku tidak benar, dan aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, begitu menemui kesulitan, aku mulai merasa tertekan, perasaan menentang muncul dalam diriku, dan aku tidak ingin terus melaksanakan tugasku. Tuhan, kumohon bimbing aku agar bisa mencari kebenaran dan menyelesaikan masalah ini." Selama pencarianku, aku teringat pada satu bagian firman Tuhan. Jadi, aku mencarinya untuk kubaca. "Ketika orang perlu menerapkan pekerjaan spesifik yang telah dipersekutukan oleh Kristus dan bertanggung jawab atas proyek-proyek tertentu, orang-orang itu mungkin akan menghadapi kesulitan. Meneriakkan slogan dan mengkhotbahkan doktrin itu mudah, tetapi menerapkan secara nyata tidaklah sesederhana itu. Setidaknya, orang perlu untuk mengerahkan upaya, membayar harga, dan meluangkan waktu untuk benar-benar pergi serta melaksanakan tugas-tugas ini. Di satu sisi, ini berkaitan dengan menemukan orang-orang yang cocok, dan di sisi lain, ini mengharuskan orang untuk mempelajari profesi terkait, meneliti pengetahuan umum dan teori-teori yang ada kaitannya dengan berbagai aspek profesional, dan metode serta pendekatan pengoperasian yang spesifik. Selain itu, mereka mungkin menghadapi beberapa masalah yang menantang. Secara umum, orang normal akan merasa sedikit gentar saat mendengar tentang kesulitan-kesulitan ini, merasakan sedikit tekanan, tetapi mereka yang setia dan tunduk kepada Tuhan, ketika dihadapkan dengan kesulitan dan tekanan, akan berdoa di dalam hatinya, memohon agar Tuhan membimbing mereka, memperkuat iman mereka, mencerahkan serta membantu mereka, dan juga memohon agar Tuhan melindungi mereka sehingga tidak melakukan kesalahan, agar mereka mampu memenuhi kesetiaan mereka serta mengerahkan upaya terbaik sehingga mereka akan memiliki hati nurani yang murni. Namun, orang-orang seperti antikristus tidak seperti ini. Ketika mendengar tentang pengaturan kerja yang spesifik dari Kristus yang perlu mereka terapkan dan bahwa ada beberapa kesulitan dalam pekerjaan tersebut, mereka mulai merasa menentang di dalam hatinya, dan tidak bersedia untuk melakukannya. Seperti apakah keengganan ini? Mereka berkata: 'Mengapa hal-hal baik tidak pernah terjadi padaku? Mengapa aku selalu diberi masalah dan tuntutan? Apakah aku ini dianggap pengangguran atau budak yang bisa diperintah? Aku tak bisa dimanipulasi semudah itu! Engkau mengatakannya dengan begitu enteng, mengapa tidak kau coba untuk melakukannya sendiri!' Seperti inikah ketundukan itu? Seperti inikah sikap yang menerima itu? Apa yang sedang mereka lakukan? (Menentang, melawan.) ... Apa yang terjadi di sini? Apakah ketika mereka menghadapi kesulitan, perlu menanggung kesukaran fisik, dan tidak dapat lagi hidup nyaman, mereka menjadi menentang? Seperti inikah ketundukan tanpa syarat dan tanpa mengeluh itu? Mereka tidak bersedia begitu menghadapi kesulitan terkecil sekalipun. Apa pun yang tidak ingin mereka lakukan, pekerjaan apa pun yang mereka anggap sulit, tidak diinginkan, merendahkan, atau dipandang rendah oleh orang lain, mereka menentangnya, merasa keberatan, dan menolaknya dengan keras, tidak memperlihatkan sedikit pun ketundukan. Reaksi pertama antikristus ketika dihadapkan dengan firman Kristus, perintah, atau prinsip-prinsip yang Dia persekutukan—begitu itu menyebabkan kesulitan bagi mereka, atau menuntut mereka untuk menderita atau membayar harga—adalah menentang dan menolaknya, merasa jijik di dalam hati mereka. Namun, untuk hal-hal yang ingin mereka lakukan atau yang menguntungkan mereka, sikap mereka tidaklah sama. Antikristus ingin menikmati kenyamanan dan ingin menonjol, tetapi apakah mereka akan dengan gembira dan senang hati bersedia menerima ketika menghadapi penderitaan jasmani, keharusan untuk membayar harga, atau bahkan menghadapi risiko menyinggung orang lain? Mampukah mereka tunduk secara mutlak? Sama sekali tidak; sikap mereka sepenuhnya adalah sikap yang tidak taat dan membangkang. Ketika orang-orang seperti antikristus dihadapkan dengan hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan, hal-hal yang tidak sesuai dengan preferensi, selera, atau kepentingan diri mereka sendiri, sikap mereka terhadap firman yang Kristus ucapkan menjadi sikap yang sepenuhnya menolak dan menentang, tanpa ada sedikit pun tanda ketundukan" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sepuluh (Bagian Empat)). Melalui pengungkapan firman Tuhan, aku menyadari bahwa setiap orang memiliki kesulitan dan tekanan saat melaksanakan tugas mereka, bahwa mereka yang mengejar kebenaran mampu menerima bahwa ini adalah dari Tuhan, dan di tengah kesulitan, mereka mampu berdoa kepada Tuhan, mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah, serta melaksanakan tugas mereka dengan baik. Namun, antikristus mendambakan kenyamanan daging, dan senang melaksanakan tugas-tugas mudah yang membuat mereka menjadi pusat perhatian. Ketika dihadapkan dengan tugas-tugas yang menantang dan membutuhkan penderitaan daging serta mengerahkan upaya, mereka bukan hanya tidak mengatasi kesulitan, melainkan juga menentang dan melawan. Aku menyadari bahwa perilakuku sama seperti perilaku para antikristus. Aku hanya peduli pada kenyamanan daging dan tidak mau membayar harga dalam tugasku. Ketika pekerjaan penyiraman yang menjadi tanggung jawabku tidak membuahkan hasil dan mengalami kesulitan, kupikir tugas ini sulit dilaksanakan dan aku ingin beralih ke tugas lain agar tubuhku bisa sedikit santai. Ketika melihat bahwa aku harus menanggapi banyak surat setiap hari, aku menentang dan menggerutu, menyingkirkan surat-surat itu begitu saja dan mengabaikannya. Akibatnya, penyimpangan dalam pekerjaan tidak segera diperbaiki dan diselesaikan, yang memengaruhi hasil pekerjaan penyiraman. Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan, pekerjaan utamaku adalah mengawasi pekerjaan penyiraman dan membuat lebih banyak petobat baru mengakar di jalan yang benar. Akan tetapi, aku melalaikan pekerjaan ini dan menganggapnya enteng, tidak berupaya menyelesaikan masalah yang ada dan menyebabkan pekerjaan terhenti. Melaksanakan tugas dengan cara seperti ini, aku benar-benar tidak layak dipercayai oleh siapa pun; aku sama sekali tidak punya kemanusiaan!

Kemudian, aku merenung, "Mengapa aku selalu memilih pekerjaan yang mudah dan menghindari pekerjaan yang sulit dalam tugasku, menghindar dari kesulitan dan menyerah saat menghadapi kesukaran?" Aku membaca firman Tuhan. "Saat melaksanakan tugas, orang selalu memilih pekerjaan ringan, pekerjaan yang tidak akan melelahkannya, dan yang tidak melibatkan unsur di luar ruangan. Ini berarti memilih pekerjaan yang mudah dan mengabaikan pekerjaan yang sulit, dan inilah yang terwujud ketika orang mendambakan kenyamanan daging. Apa lagi? (Selalu mengeluh ketika tugasnya sedikit sulit, sedikit melelahkan, ketika harus membayar harga.) (Sibuk dengan makanan dan pakaian, dan kesenangan daging.) Semua inilah yang terwujud ketika orang mendambakan kenyamanan daging. ... Selain itu, ada juga orang-orang yang selalu mengeluhkan kesulitannya ketika menjalankan tugas, ketika mereka tidak mau berupaya keras, ketika, segera setelah dia memiliki sedikit waktu luang, dia beristirahat, mengobrol santai, atau ikut serta dalam kesenangan dan hiburan. Dan ketika pekerjaan meningkat dan itu merusak ritme dan rutinitas hidupnya, dia tidak senang dan tidak puas akan hal itu, dan bersikap asal-asalan dalam menjalankan tugasnya. Ini artinya menuruti kenyamanan daging, bukan? ... Apakah orang yang menuruti kenyamanan daging cocok untuk melaksanakan tugas? Begitu ada orang yang membahas topik tentang pelaksanaan tugasnya, atau berbicara tentang membayar harga dan mengalami kesukaran, dia akan terus menggelengkan kepalanya. Dia selalu memiliki terlalu banyak masalah, dia penuh dengan keluhan, dan dia dipenuhi hal-hal negatif. Orang semacam itu tidak berguna, dia tidak memenuhi syarat untuk melaksanakan tugasnya, dan harus disingkirkan" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (2)"). "Sekarang ini, engkau tidak percaya pada firman yang Kuucapkan, dan engkau tidak menghiraukannya; ketika tiba saatnya pekerjaan ini disebarluaskan, dan engkau menyaksikan seluruhnya, engkau akan menyesal, dan saat itulah engkau akan tercengang. Ada berbagai berkat, tetapi engkau tidak tahu cara menikmatinya, dan ada kebenaran, tetapi engkau tidak mengejarnya. Bukankah engkau menghina dirimu sendiri? Sekarang ini, sekalipun langkah pekerjaan Tuhan berikutnya belum dimulai, tidak ada tuntutan tambahan yang diminta darimu dan apa yang harus kauhidupi. Ada begitu banyak pekerjaan dan begitu banyak kebenaran; apakah semua itu tidak layak engkau ketahui? Apakah hajaran dan penghakiman Tuhan tidak mampu membangkitkan rohmu? Apakah hajaran dan penghakiman Tuhan tidak mampu membuatmu membenci diri sendiri? Apakah engkau puas hidup di bawah pengaruh Iblis, dengan kedamaian dan sukacita, dan sedikit kenyamanan daging? Bukankah engkau yang paling hina dari semua orang? Tidak ada yang lebih bodoh selain mereka yang telah melihat keselamatan tetapi tidak berupaya mendapatkannya; mereka inilah orang-orang yang mengenyangkan daging mereka sendiri dan menikmati Iblis. Engkau berharap bahwa imanmu kepada Tuhan tidak akan mendatangkan tantangan atau kesengsaraan, ataupun kesulitan sekecil apa pun. Engkau selalu mengejar hal-hal yang tidak berharga, dan tidak menghargai hidup, melainkan menempatkan pikiran yang terlalu muluk-muluk di atas kebenaran. Engkau sungguh tidak berharga! Engkau hidup seperti babi—apa bedanya antara engkau, babi, dan anjing? Bukankah mereka yang tidak mengejar kebenaran, melainkan mengasihi daging, adalah binatang buas? Bukankah mereka yang mati, tanpa roh, adalah mayat berjalan? Berapa banyak firman yang telah disampaikan di antara engkau sekalian? Apakah hanya sedikit pekerjaan yang dilakukan di antaramu? Berapa banyak yang telah Kuberikan di antaramu? Lalu mengapa engkau tidak mendapatkannya? Apa yang harus engkau keluhkan? Bukankah engkau tidak mendapatkan apa-apa karena engkau terlalu mengasihi daging? ... Seorang pengecut sepertimu, yang selalu mengejar daging—apa engkau punya hati, apa engkau punya roh? Bukankah engkau adalah binatang buas? Aku memberimu jalan yang benar tanpa meminta imbalan apa pun, tetapi engkau tidak mengejarnya. Apakah engkau salah satu dari orang-orang yang percaya kepada Tuhan? Aku memberikan kehidupan manusia yang nyata kepadamu, tetapi engkau tidak mengejarnya. Apakah engkau tidak ada bedanya dari babi atau anjing? Babi tidak mengejar kehidupan manusia, mereka tidak berupaya supaya ditahirkan, dan mereka tidak mengerti makna hidup. Setiap hari, setelah makan sampai kenyang, mereka hanya tidur. Aku telah memberimu jalan yang benar, tetapi engkau belum mendapatkannya. Tanganmu kosong. Apakah engkau bersedia melanjutkan kehidupan ini, kehidupan seekor babi? Apa pentingnya orang-orang seperti itu hidup? Hidupmu hina dan tercela, engkau hidup di tengah-tengah kecemaran dan kecabulan, dan tidak mengejar tujuan apa pun; bukankah hidupmu paling tercela? Apakah engkau masih berani memandang Tuhan? Jika engkau terus mengalami dengan cara demikian, bukankah engkau tidak akan memperoleh apa-apa? Jalan yang benar telah diberikan kepadamu, tetapi apakah pada akhirnya engkau dapat memperolehnya, itu tergantung pada pengejaran pribadimu sendiri" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa, ketika melaksanakan tugasku, aku menghindari kesulitan dan menyerah saat menghadapi kesukaran, dan akar penyebabnya adalah karena aku tidak mau menderita, karena aku mendambakan kenyamanan daging, dan tidak mau menderita serta membayar harga untuk mengejar kebenaran. Karena aku mengejar dengan sudut pandang yang salah, begitu menemui kesulitan dalam tugasku dan dagingku harus menderita, aku merasa sangat tertekan dan penuh dengan keluhan, bahkan ingin menghindari tugasku. Aku teringat kembali saat masih menjadi pelajar di masa silam, ketika melihat teman-teman sekelasku belajar dengan giat serta berusaha masuk ke universitas yang bagus dan unggul di masa depan, begitu memikirkan penderitaan yang akan kualami jika belajar dengan giat, aku mundur. Karena itu, akhirnya tingkat pendidikanku tidak setinggi mereka. Dahulu, aku berpikir bahwa nilai-nilai hidupku berbeda dari orang lain, dan aku tidak pernah terlalu menginginkan reputasi serta status. Sekarang, akhirnya aku menyadari bahwa itu bukan berarti aku tidak menyukai ketenaran, keuntungan, dan status, tetapi aku telah hidup berdasarkan hukum bertahan hidup menurut Iblis: "Hidup ini terlalu singkat; berbaik hatilah pada diri sendiri." Aku terlalu peduli dengan dagingku. Sekarang, meskipun aku telah percaya kepada Tuhan, falsafah Iblis ini masih tertanam kuat dalam diriku. Begitu menemui kesulitan dalam pekerjaanku, aku mengeluh, ingin melaksanakan tugas yang lebih mudah. Aku bertanggung jawab atas pekerjaan penyiraman, yang berkaitan dengan jalan masuk kehidupan para petobat baru. Jika para petobat baru tidak disirami dengan baik dan mereka tidak dapat membangun landasan di jalan yang benar, akan mudah bagi mereka untuk mundur, tetapi aku tidak mau membayar harga atau mencari kebenaran untuk mengatasi berbagai kesulitan dalam tugasku. Sebaliknya, aku menghindari kesulitan, tidak memikirkan maksud Tuhan dan tidak mempertimbangkan pekerjaan gereja; aku sangat egois dan tercela. Kenyataannya, untuk melaksanakan tugas apa pun di rumah Tuhan dengan baik, kita harus sedikit mengorbankan diri. Misalnya, saudara-saudari yang menyebarkan Injil harus berupaya memperlengkapi diri mereka dengan kebenaran yang berkaitan dengan penyebaran Injil, sementara juga menanggung ejekan serta hinaan dari calon penerima Injil dan bahkan menghadapi bahaya ditangkap serta kehilangan nyawa mereka kapan saja. Selain itu, tugas-tugas teknis hanya dapat dilaksanakan dengan baik jika orang menghabiskan waktu dan tenaga untuk mempelajari keterampilan profesional. Ketika saudara-saudari yang mengejar kebenaran menghadapi kesulitan seperti itu, mereka mampu mencari kebenaran dan memetik pelajaran; semakin lama mereka melaksanakan tugas, semakin mereka mahir, dan mereka merasa bahwa semua penderitaan mereka sepadan dengan upaya itu. Di masa lalu, aku tidak memiliki pengejaran atau tekad seperti itu. Sikapku terhadap tugasku seperti sikap seorang pemalas; ingin melakukan segala hal tanpa tujuan yang jelas, tidak memahami yang sebenarnya dari segala sesuatu, dan tidak menyelesaikan tugas apa pun. Jika aku terus mengejar kenyamanan daging dan tidak mengejar kebenaran dengan benar, dan jika aku tidak menderita serta tidak membayar harga demi melaksanakan tugasku dengan baik, aku tidak akan bisa melaksanakan tugas apa pun dengan baik; aku benar-benar akan menjadi sampah tak berguna yang seharusnya disingkirkan.

Kemudian, aku membaca lebih banyak firman Tuhan. "Manusia harus berupaya hidup dalam kehidupan yang bermakna dan tidak boleh puas dengan keadaannya saat ini. Untuk hidup dalam gambaran Petrus, ia harus memiliki pengetahuan dan pengalaman Petrus. Manusia harus mengejar hal-hal yang lebih tinggi dan lebih mendalam. Ia harus mengejar kasih kepada Tuhan yang lebih dalam dan lebih murni, dan kehidupan yang memiliki nilai dan makna. Hanya inilah sesungguhnya kehidupan; hanya dengan demikian manusia akan sama seperti Petrus. Engkau harus berfokus untuk bersikap proaktif dalam memasuki sisi positif dan tidak dengan pasif membiarkan dirimu kembali murtad demi kenyamanan sesaat dan mengabaikan kebenaran yang lebih mendalam, lebih spesifik, dan lebih nyata. Kasihmu harus praktis dan engkau harus menemukan cara untuk membebaskan dirimu dari kehidupan yang bejat dan tanpa beban yang tidak ada bedanya dengan kehidupan binatang ini. Engkau harus hidup dalam kehidupan yang bermakna, kehidupan yang bernilai, dan jangan sampai membodohi dirimu sendiri, atau menganggap hidupmu seperti mainan yang engkau mainkan. Bagi semua orang yang bercita-cita untuk mengasihi Tuhan, tidak ada kebenaran yang tidak dapat dicapai, dan tidak ada keadilan yang tidak dapat mereka tegakkan. Bagaimana seharusnya engkau menjalani hidupmu? Bagaimana seharusnya engkau mengasihi Tuhan, dan mencurahkan kasih ini untuk memuaskan maksud-Nya? Tidak ada perkara yang lebih besar dalam hidupmu. Di atas segalanya, engkau harus memiliki cita-cita dan ketekunan seperti itu, janganlah seperti orang-orang yang tak punya nyali, orang-orang yang lemah. Engkau harus belajar bagaimana menghayati kehidupan yang berarti dan mengalami kebenaran yang bermakna, dan tidak seharusnya memperlakukan dirimu sendiri secara sembrono dengan cara seperti itu. Tanpa engkau sadari, hidupmu akan berlalu begitu saja; setelah itu, masih adakah kesempatan lain bagimu untuk mengasihi Tuhan? Bisakah manusia mengasihi Tuhan setelah dia mati? Engkau harus memiliki cita-cita dan hati nurani yang sama seperti Petrus; hidupmu harus bermakna, dan jangan main-main dengan dirimu sendiri. Sebagai manusia, dan sebagai orang yang mengejar Tuhan, engkau harus mampu dengan saksama mempertimbangkan bagaimana engkau memperlakukan hidupmu, bagaimana engkau harus mempersembahkan dirimu bagi Tuhan, bagaimana engkau harus memiliki iman yang lebih bermakna dalam Tuhan, dan bagaimana, karena engkau mengasihi Tuhan, engkau harus mengasihi-Nya dengan cara yang lebih murni, lebih indah, dan lebih baik" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Dari firman Tuhan, aku menyadari bahwa Tuhan berharap orang-orang dapat menganggap pengejaran akan kebenaran sebagai bagian utama dari hidup mereka. Jika aku kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebenaran demi kenyamanan daging yang bersifat sementara, bukankah itu bodoh? Ketika pekerjaan Tuhan berakhir, jika kita belum mendapatkan kebenaran atau mengubah watak kita, kita hanya akan menyesalinya seumur hidup. Selama aku melaksanakan tugas kepemimpinan, kendati masih ada banyak kekurangan dalam diriku, dan meskipun pekerjaan itu memiliki banyak kesulitan dan tekanan, aku telah memperoleh jauh lebih banyak daripada yang kudapatkan saat melaksanakan tugas-tugas tunggal. Itu tidak hanya meningkatkan kemampuan kerjaku, tetapi aku juga mulai memahami beberapa prinsip kebenaran. Aku menyadari bahwa kesulitan dan tekanan, semua itu adalah berkat dari Tuhan. Aku bertekad untuk tidak terus-menerus mengelak dan menghindari tugasku demi kepentingan daging. Ketika menghadapi kesulitan, aku lebih banyak berdoa dan mengandalkan Tuhan serta mencari kebenaran untuk mengatasinya. Segera setelah itu, aku mulai mencari dan merenungkan alasan mengapa pekerjaan penyiraman tidak membuahkan hasil. Setelah merenung dan meninjau, kusadari bahwa hal itu terutama terjadi karena aku terlalu pasif dalam tugasku dan tidak fokus meninjau penyimpangan. Ketika para petobat baru memiliki masalah, aku tidak menyelesaikannya dengan alasan bahwa aku tidak memenuhi syarat untuk melakukannya, yang menyebabkan menumpuknya banyak masalah tanpa jalan menuju penyelesaian. Setelah itu, begitu aku benar-benar mulai membayar harga dalam pekerjaanku, hasil pekerjaan penyiraman mulai membaik secara bertahap. Aku mengalami sendiri perasaan bahagia karena tidak hidup di tengah kesulitan dan melakukan penerapan berdasarkan firman Tuhan, dan aku bahkan memiliki iman yang lebih besar dalam mengalami situasi ini.

Kemudian, aku diberi tanggung jawab atas lebih banyak pekerjaan, dan terlebih lagi, aku tidak terbiasa dengan pekerjaan itu serta memiliki kekurangan dalam mempersekutukan kebenaran dan menyelesaikan masalah. Rasanya cukup berat, tetapi aku bersedia memberontak terhadap dagingku dan mengerahkan upaya maksimal dalam tugasku. Setelah satu atau dua bulan melakukan pekerjaan itu, hasilnya tidak terlalu bagus, dan aku merasa sedikit putus asa, berpikir bahwa melaksanakan tugas ini terlalu sulit dan tugas-tugasku yang sebelumnya lebih santai. Aku menyadari bahwa ada yang salah dengan keadaanku, jadi aku berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Aku membaca firman Tuhan: "Semua orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan mereka dengan semestinya, mereka semua bersedia untuk melaksanakan tugas mereka, mampu memikul suatu pekerjaan dan melakukannya dengan baik sesuai dengan kualitas mereka dan aturan rumah Tuhan. Tentu saja, mungkin sulit untuk beradaptasi dengan kehidupan seperti ini pada awalnya. Engkau mungkin merasa lelah secara fisik dan mental. Namun, jika engkau benar-benar memiliki tekad untuk bekerja sama dan kesediaan untuk menjadi orang yang normal dan baik, dan ingin memperoleh keselamatan, engkau harus membayar sedikit harga dan mengizinkan Tuhan untuk mendisiplinkan dirimu. Ketika engkau merasa sangat ingin bersikap seenaknya, engkau harus memberontak terhadap keinginan itu dan melepaskannya, secara berangsur mengurangi sikap seenaknya dan keinginan egoismu. ... Engkau tidak boleh berkata, 'Ini terlalu menekanku, jadi aku tidak mau melakukannya. Aku hanya mencari hiburan, kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan dalam melaksanakan tugasku dan bekerja di rumah Tuhan.' Ini tidak dapat diterima; orang dewasa yang normal tidak boleh memiliki pemikiran seperti ini, dan rumah Tuhan bukanlah tempat bagimu untuk bersenang-senang. Semua orang menghadapi tekanan dan risiko tertentu dalam hidup dan pekerjaan mereka. Dalam pekerjaan apa pun, terutama dalam melaksanakan tugasmu di rumah Tuhan, engkau harus berusaha untuk memperoleh hasil yang optimal. Pada tingkat yang lebih tinggi, ini adalah ajaran dan tuntutan Tuhan. Pada tingkat yang lebih kecil, ini adalah sikap, sudut pandang, standar, dan prinsip yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang dalam perilaku dan tindakan mereka" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Cara Mengejar Kebenaran (5)"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa sebagai orang dewasa dengan nalar yang normal, seharusnya aku mampu mengemban pekerjaan. Meskipun terkadang kesulitan akan muncul dalam pekerjaan, sehingga aku harus menanggung penderitaan, inilah sesuatu yang seharusnya kualami dalam proses mengejar keselamatan. Bahkan orang-orang tidak percaya pun harus banyak menderita untuk mencari nafkah. Bagi kita orang-orang percaya, penderitaan yang kita tanggung saat melaksanakan tugas adalah hal yang berarti dan bermanfaat bagi kehidupan kita. Memahami hal ini, aku pun bersedia tunduk dan mengalaminya. Setelah ini, ketika ada banyak kesulitan dalam tugasku, terkadang aku masih merasa sedikit putus asa, tetapi aku tidak ingin mengundurkan diri dari tugasku karena hal-hal itu. Sebaliknya, aku mampu mencari maksud Tuhan di tengah kesulitan, melakukan yang terbaik untuk memenuhi standar, dan memandang dengan benar kesulitan dan tekanan dalam tugasku. Aku bersyukur kepada Tuhan dari lubuk hatiku!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait