Yang Kudapatkan Ketika Diriku Ditangani

02 Januari 2023

Oleh Saudari Song Yu, Belanda

Suatu hari di penghujung tahun 2020, pemimpin tingkat atas menemukan sebuah gereja di wilayah tanggung jawabku di mana puluhan petobat baru tak menghadiri pertemuan secara teratur. Dia menanganiku, berkata, "Para petobat baru ini baru saja menerima jalan yang benar dan menghadapi banyak gangguan dan pencobaan. Jika tak seorang pun menyirami atau menyokong mereka dan tak menghadiri pertemuan, mereka akan selalu berada dalam bahaya ditawan oleh Iblis. Sebagai pemimpin gereja, kau harus berupaya sebaik mungkin untuk menyirami mereka sehingga dapat membangun dasar di jalan yang benar. Ini pekerjaan yang paling penting. Ada begitu banyak petobat baru yang tak menghadiri pertemuan secara teratur di gereja yang menjadi tanggung jawabmu. Ini membuktikan, sebagai pemimpin, kau belum melakukan pekerjaan penyiraman dengan baik, belum melaksanakan tugasmu dengan baik, tak bertanggung jawab, asal-asalan, menipu Tuhan, dan adalah orang yang menentang Tuhan saat melayani Dia." Sulit menerima diriku dipangkas dan diperlakukan seperti ini. Aku bukan orang yang secara langsung menyirami para petobat baru ini, dan aku telah bersekutu dengan jelas tentang prinsip penyiraman dengan staf penyiraman di gereja ini. Sekarang mereka tak melakukan pekerjaan penyiraman dengan baik, menyebabkan banyak petobat baru tak menghadiri pertemuan secara teratur. Mengapa itu menjadi tanggung jawabku? Kurangnya tanggung jawab dalam pekerjaan penyiramanlah yang menyebabkan para petobat baru mundur, yang merupakan gangguan dan kekacauan. Jika aku mengambil tanggung jawab untuk ini, bukankah itu akan menjadi pelanggaran dan noda pada kepercayaanku kepada Tuhan? Jadi aku langsung menolak masalah yang dilontarkan pemimpin kepadaku, aku terus berdebat dan membenarkan diriku sendiri, dan menekankan bukan aku yang secara langsung menyirami petobat baru untuk menghindari tanggung jawab. Melihatku sama sekali tak merenungkan diriku, pemimpin itu menyelaku, dan menanganiku karena tak menerima kebenaran. Aku terkejut mendengar pemimpin mengatakan hal ini, dan berpikir, "Bukankah mereka yang tak menerima kebenaran adalah orang tidak percaya? Orang tidak percaya selalu berdebat ketika sesuatu terjadi, dan mereka sama sekali tak menerima kebenaran." Penalaran dan alasanku membuatku takut, jadi aku tak berani berbicara lagi. Aku berdoa kepada Tuhan, memohon Dia membimbingku, melindungi hatiku, dan memampukanku untuk taat.

Selama beberapa hari berikutnya, aku terus memikirkan masalah ini. Aku telah ditangani karena tak bertanggung jawab dalam tugasku dan tidak melakukan pekerjaan penyiraman dengan baik. Mengapa aku tak bisa menerima ini? Dalam perenungan, aku sadar, kupikir selama aku tak menyirami petobat baru secara langsung, maka jika mereka tak menghadiri pertemuan secara teratur, itu tanggung jawab staf penyiraman, bukan tanggung jawabku. Namun, gereja telah mengatur agar aku bertanggung jawab atas pekerjaan beberapa gereja, dan setiap kali ada masalah dan kesulitan dalam pekerjaan gereja, aku harus menindaklanjuti dan menyelesaikannya dengan cepat. Namun, aku tak mengawasi atau menindaklanjuti pekerjaan staf penyiraman selama tugasku, dan akibatnya, puluhan petobat baru tak menghadiri pertemuan secara teratur. Bukankah ini akibat dari sikap tak bertanggung jawab dan mengabaikan tugasku? Aku teringat beberapa waktu lalu, aku pernah mendengar staf penyiraman di gereja ini cenderung mengalami kesulitan. Menghadapi kesulitan nyata para petobat baru, ketika beberapa sesi fellowship tak memperoleh hasil, mereka berkata itu terlalu sulit dan tak mau berupaya menyirami para petobat baru itu. Namun, aku tak bersekutu dengan mereka untuk menyelesaikan masalah ini tepat waktu, dan akibatnya, jumlah petobat baru yang menghadiri pertemuan secara teratur terus menurun. Pemimpinku telah menanganiku karena tak bertanggung jawab dalam tugasku, dan dia benar. Mengapa aku tak memiliki sedikit pun penerimaan atau ketaatan, dan mengapa aku tetap berdebat dan membenarkan diriku sendiri? Bukankah ini bersikap tak masuk akal? Dengan pemikiran ini, aku merasa sedikit sedih. Aku merasa telah melakukan kesalahan yang sangat besar, tapi tetap tak mau bertanggung jawab. Seperti orang bodoh, aku berusaha berdalih, membenarkan diri sendiri, dan mengelak dari tanggung jawab. Memikirkan keadaan burukku yang suka berdebat dan membenarkan diri, aku merasa malu, wajahku memerah karena malu, dan berharap bisa menemukan sebuah lubang untuk mengubur diriku sendiri. Aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, aku tak bertanggung jawab dalam tugasku dan menghalangi penyiraman puluhan petobat baru. Aku telah melakukan pelanggaran berat, tapi ketika dipangkas dan ditangani, aku bahkan tak memiliki penerimaan dan ketaatan yang paling mendasar. Tuhan, kumohon bimbinglah aku untuk mengenal diriku sendiri."

Kemudian, setelah membaca satu bagian firman Tuhan, akhirnya aku mendapatkan sedikit pemahaman tentang sumber penolakanku untuk menerima diriku dipangkas dan ditangani. Firman Tuhan berkata, "Sikap khas para antikristus terhadap penanganan dan pemangkasan adalah menolak dengan keras untuk menerima atau mengakuinya. Sebanyak apa pun kejahatan yang mereka lakukan atau sebanyak apa pun kerugian yang mereka timbulkan terhadap pekerjaan rumah Tuhan dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, mereka tidak merasakan penyesalan sedikit pun atau merasa bahwa mereka berutang sesuatu. Dari sudut pandang ini, apakah para antikristus memiliki kemanusiaan? Sama sekali tidak. Mereka menyebabkan berbagai macam kerugian terhadap umat pilihan Tuhan dan menimbulkan kerugian terhadap pekerjaan gereja—umat pilihan Tuhan dapat melihat ini dengan jelas, dan mereka bisa melihat rentetan perbuatan jahat antikristus. Namun, para antikristus tidak menerima atau mengakui fakta ini; mereka dengan keras kepala tidak mau mengakui bahwa mereka salah atau bahwa mereka bertanggung jawab. Bukankah ini adalah suatu tanda bahwa mereka muak terhadap kebenaran? Sampai sejauh itulah perasaan muak antikristus terhadap kebenaran. Sebanyak apa pun kejahatan yang mereka lakukan, mereka tidak mau mengakuinya, dan mereka tetap tidak menyerah sampai akhir. Ini membuktikan bahwa antikristus tidak pernah menganggap serius pekerjaan rumah Tuhan ataupun menerima kebenaran. Mereka belum percaya kepada Tuhan; mereka adalah kaki tangan Iblis, yang datang untuk mengganggu dan mengacaukan pekerjaan rumah Tuhan. Di dalam hati antikristus hanya ada reputasi dan status. Mereka yakin bahwa jika mereka mengakui kesalahan mereka, itu berarti mereka harus menerima tanggung jawab, dan kemudian status dan reputasi mereka pun pasti menjadi sangat rusak. Akibatnya, mereka menentang dengan sikap 'menolak sampai mati'. Apa pun yang orang singkapkan atau analisis, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyangkalnya. Entah penyangkalan mereka disengaja atau tidak, singkatnya, di satu sisi, ini menyingkap natur dan esensi antikristus yang muak dan membenci kebenaran. Di sisi lain, ini memperlihatkan betapa para antikristus menghargai status, reputasi, dan kepentingan mereka sendiri. Sementara itu, apa sikap mereka terhadap pekerjaan dan kepentingan gereja? Sikap mereka adalah sikap penghinaan dan penolakan tanggung jawab. Mereka tidak memiliki hati nurani dan nalar. Bukankah pengabaian tanggung jawab para antikristus menunjukkan masalah-masalah ini? Di satu sisi, pengabaian tanggung jawab membuktikan esensi dan natur mereka yang muak dan membenci kebenaran, sedangkan di sisi lain, itu menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki hati nurani, nalar, dan kemanusiaan. Sebanyak apa pun jalan masuk kehidupan saudara-saudari dirugikan oleh campur tangan dan perbuatan jahat mereka, mereka tidak merasa bersalah dan tidak akan pernah merasa sedih karena hal ini. Makhluk macam apa ini? Bahkan pengakuan mereka terhadap kesalahan dapat dianggap mereka memiliki sedikit hati nurani dan akal, tetapi para antikristus bahkan tidak memiliki kemanusiaan sedikit pun. Jadi, menurutmu, siapa mereka sebenarnya? Esensi antikristus adalah Iblis. Sebesar apa pun kerugian yang mereka timbulkan terhadap kepentingan rumah Tuhan, mereka tidak melihatnya. Hal itu sama sekali tidak membuat hati mereka sedih, mereka juga tidak merasa bersalah, apalagi merasa berutang. Ini sama sekali bukan apa yang seharusnya terlihat dalam diri manusia normal. Ini adalah Iblis, dan Iblis tidak memiliki hati nurani ataupun akal sehat. Sebanyak apa pun hal buruk yang telah antikristus lakukan, yang menimbulkan kerugian besar bagi pekerjaan gereja, mereka tetap bersikeras tidak mengakuinya. Mereka yakin jika mereka mengakui kesalahan, mereka akan dikutuk, dihukum mati, pasti masuk neraka, ke dalam lautan api dan belerang. Apakah menurutmu orang-orang seperti itu mampu menerima kebenaran? Mungkinkah orang-orang seperti itu mengalami pertobatan sejati?" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Firman Tuhan menyingkapkan bahwa antikristus tak pernah menerima kebenaran, pada dasarnya muak akan kebenaran, dan sebesar apa pun kesalahan yang mereka lakukan atau sebesar apa pun kerugian yang mereka timbulkan pada pekerjaan gereja, ketika dipangkas dan ditangani, mereka tak pernah mengakui kesalahan mereka, dan selalu berusaha berdebat dan membenarkan diri mereka sendiri. Antikristus juga egois dan hina, dan hanya menghargai kepentingan dan status mereka sendiri. Oleh karena itu, sebanyak apa pun kerugian yang ditimbulkan antikristus terhadap pekerjaan gereja, mereka tak merasa bersalah sedikit pun atau mau bertanggung jawab. Merenungkan sikapku terhadap diriku dipangkas dan ditangani, aku melihat perilakuku sama seperti perilaku antikristus. Aku pemimpin gereja dan bertanggung jawab atas masalah apa pun dalam pekerjaan gereja. Aku tahu ada masalah dengan staf penyiraman gereja, tapi aku tak menindaklanjuti atau menyelesaikan masalah tersebut. Akibatnya, staf penyiraman tak mempertahankan para petobat baru, tapi aku tak mengakui kesalahanku, dan terus berdalih. Aku menimpakan semua tanggung jawab ke atas saudara-saudariku karena takut mengambil tanggung jawab. Aku tak menerima diriku dipangkas atau ditangani, dan bersikeras di depan pemimpinku bahwa para petobat baru ini tidak secara langsung disirami olehku untuk membebaskan diriku dari pelanggaranku. Begitu banyak petobat baru yang tak menghadiri pertemuan secara teratur, tapi aku sama sekali tak merasa menyesal atau berhutang, dan tak membenci diriku sendiri karena melalaikan tugasku dan merugikan pekerjaan penyiraman gereja. Dengan fakta-fakta di hadapanku ini, bahwa aku tetap mau berusaha membenarkan diriku sendiri memperlihatkan bahwa aku tak menerima kebenaran sedikit pun. Melihatnya sekarang, bagaimanapun aku berdebat, aku tak dapat menyangkali fakta bahwa aku tak bertanggung jawab dalam tugasku. Sebaliknya, pembenaran dan perdebatanku menyingkapkan natur Iblisku yang muak akan kebenaran dan tak menerimanya. Untuk melindungi kepentinganku sendiri, aku menyingkapkan fakta burukku yang melalaikan tanggung jawabku dan bersikap egois dan hina.

Aku membaca firman Tuhan berulang-ulang, dan makin membandingkan bagaimana antikristus menangani dirinya ditangani dengan perilakuku sendiri, makin aku merasa firman Tuhan sedang menyingkapkanku. Aku telah tak bertanggung jawab dalam tugasku, menyebabkan kerugian besar pada pekerjaan penyiraman, melakukan pelanggaran ketika melaksanakannya, tapi ketika dipangkas dan ditangani, aku tak menerimanya, dan muak akan kebenaran. Aku bukan orang yang mengejar kebenaran. Merenungkan hal ini, aku merasa Tuhan pasti sangat muak dengan perilakuku. Selain itu, dengan argumenku, pemimpin itu pasti sudah mengetahui yang sebenarnya mengenai diriku, dan mengetahui aku tak dapat dipercaya dan tak layak untuk dibina. Aku mulai bertanya-tanya, "Apakah pemimpin sedang mengawasiku? Kali ini, aku tak melakukan pekerjaan penyiraman dengan baik, dan telah melakukan pelanggaran. Jika suatu hari aku menyebabkan gangguan atau kekacauan lain dan kembali dipangkas dan ditangani, akankah aku disingkapkan dan diusir? Jika demikian, aku takkan memiliki harapan untuk diselamatkan dari kepercayaanku kepada Tuhan." Kemudian aku teringat bagaimana aku telah meninggalkan keluarga dan karierku untuk melaksanakan tugasku, dan menyadari pada akhirnya, aku mungkin akan diusir. Makin kupikirkan, makin aku merasa negatif. Aku bahkan merasa karena aku tak bertanggung jawab dan melalaikan tugasku, dan tak menerima dan muak akan kebenaran, aku tak pantas menjadi pemimpin, jadi aku harus memiliki kesadaran diri, segera mengundurkan diri, dan mencari tugas mudah yang dapat kulaksanakan dengan jujur. Dengan begitu, aku pasti menyingkapkan lebih sedikit masalah dan lebih sedikit dipangkas dan ditangani, dan masih memiliki harapan untuk diselamatkan ketika pekerjaan Tuhan selesai. Selama waktu itu, aku sama sekali tak mencari kehendak Tuhan, juga tak berusaha menyelesaikan masalahku yang asal-asalan dan tak bertanggung jawab dalam tugasku. Aku hidup dalam keadaan defensif dan kesalahpahaman, Aku hanya memikirkan bagaimana cara mengundurkan diri, dan sama sekali tak memikirkan tugas Akubenar-benar sengsara. Setelah itu, aku memberi tahu rekan sekerjaku tentang keadaanku, dan dia membacakan beberapa firman Tuhan kepadaku, yang memberiku pemahaman akan kehendak Tuhan.

Firman Tuhan berkata, "Diperhadapkan dengan keadaan manusia dan sikap manusia terhadap Tuhan, Tuhan telah melakukan pekerjaan baru, yang memungkinkan manusia untuk memiliki pengetahuan serta ketaatan kepada-Nya, dan kasih juga kesaksian. Jadi, manusia harus mengalami pemurnian Tuhan terhadap dirinya, juga penghakiman, penanganan, dan pemangkasan Tuhan terhadap dirinya, karena tanpa itu manusia tidak akan pernah dapat mengenal Tuhan dan tidak pernah akan mampu sungguh-sungguh mengasihi dan menjadi kesaksian bagi-Nya. Pemurnian manusia oleh Tuhan bukanlah semata-mata demi mencapai dampak yang sepihak, tetapi demi mencapai dampak dari berbagai segi. Hanya dengan cara inilah Tuhan melakukan pekerjaan pemurnian dalam diri mereka yang bersedia mencari kebenaran, yaitu agar tekad dan kasih mereka disempurnakan oleh Tuhan. Bagi mereka yang bersedia mencari kebenaran dan yang mendambakan Tuhan, tidak ada hal lain yang lebih bermakna, atau lebih membantu, daripada pemurnian seperti ini. Watak Tuhan tidak semudah itu diketahui atau dipahami oleh manusia, karena Tuhan, bagaimanapun juga, adalah Tuhan. Yang terutama, tidaklah mungkin bagi Tuhan untuk memiliki watak yang sama dengan manusia, dan karena itu tidaklah mudah bagi manusia untuk mengetahui watak-Nya. Kebenaran tidak dimiliki oleh manusia secara inheren, dan itu tidak mudah dipahami oleh mereka yang telah dirusak Iblis; manusia tidak memiliki kebenaran, dan tidak memiliki tekad untuk melakukan kebenaran, dan jika dia tidak menderita dan tidak dimurnikan atau dihakimi, tekadnya tersebut tidak pernah akan dijadikan sempurna. Bagi semua orang, pemurnian sungguh menyiksa, dan sangat sulit untuk diterima—tetapi, selama pemurnianlah Tuhan menjadikan watak-Nya yang adil dapat dipahami dengan jelas oleh manusia, dan membuat tuntutan-Nya terhadap manusia terbuka, dan memberikan lebih banyak pencerahan, dan lebih banyak pemangkasan dan penanganan yang nyata; lewat pembandingan antara fakta dan kebenaran, Dia memberi kepada manusia pengetahuan yang lebih besar tentang dirinya sendiri dan tentang kebenaran, dan memberi kepada manusia pemahaman yang lebih besar tentang kehendak Tuhan, sehingga manusia dapat memiliki kasih akan Tuhan yang lebih benar dan lebih murni. Itulah tujuan-tujuan Tuhan dalam menjalankan pemurnian. Semua pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan dalam diri manusia memiliki tujuan dan makna penting; Tuhan tidak melakukan pekerjaan yang tidak berarti, dan Dia juga tidak melakukan pekerjaan yang tidak bermanfaat bagi manusia. Pemurnian bukan berarti menyingkirkan manusia dari hadapan Tuhan, dan juga bukan berarti menghancurkan mereka di neraka. Sebaliknya, pemurnian berarti mengubah watak manusia selama pemurnian, mengubah niat-niatnya, pandangan-pandangan lamanya, mengubah kasihnya kepada Tuhan, dan mengubah seluruh hidupnya. Pemurnian merupakan ujian nyata manusia, dan suatu bentuk pelatihan yang nyata, dan hanya selama pemurnianlah kasih manusia dapat memenuhi fungsinya yang inheren" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya dengan Mengalami Pemurnian, Manusia Dapat Memiliki Kasih Sejati"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku mengerti ketika Tuhan mengatur keadaan bagi orang untuk mengalami penderitaan dan pemurnian, penghakiman dan hajaran, dipangkas atau ditangani, semua itu ditujukan untuk kerusakan dan kekurangan orang, dan semua ini adalah hal-hal yang harus dialami dan dihadapi orang dalam proses jalan masuk kehidupan. Meskipun kita harus sedikit menderita dalam proses melewati hal-hal ini, semua itu sangat membantu kita untuk mengetahui pekerjaan Tuhan dan watak rusak kita sendiri. Mengingat kembali tahun terakhirku sebagai pemimpin, pada dasarnya aku tak mengalami kemunduran, dan tak pernah dipangkas atau ditangani secara serius. Terkadang beberapa hal tak dilakukan sesuai prinsip, tapi pemimpin memberikan persekutuan yang sesuai dengan statusku, membantuku membalikkan penyimpangan dalam tugasku, dan menunjukkan jalan penerapan kepadaku. Ketika saudara-saudariku melihat masalah dalam tugasku, mereka sering memberikan bantuan penuh kasih dan jarang menyingkapkan atau menanganiku. Jadi, ketika dihadapkan dengan watakku yang rusak dan masalah yang muncul dalam tugasku, aku selalu berpikir masalah ini tak terlalu besar, bisa dengan mudah kuhindari, jadi aku tak pernah benar-benar merenung untuk memahami sumber kegagalanku. Hanya setelah dipangkas dan ditangani dalam peristiwa ini aku bisa melihat tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya. Aku lalai dalam tugasku, dan akibatnya, banyak petobat baru tak disirami atau dibekali tepat waktu, tapi untuk melindungi kepentinganku sendiri, aku melalaikan tanggung jawab dan membebaskan diriku dari rasa bersalah. Aku bahkan khawatir kehilangan masa depan dan nasibku, dan menjadi negatif, menyimpan kesalahpahaman, dan ingin melepaskan tugasku begitu saja. Dahulu, ketika orang berbicara dengan lembut tentang masalahku, aku bisa menerimanya, tapi ketika dipangkas dan ditangani kali ini, dan diberitahu akibat dari sikapku yang asal-asalan, aku sama sekali tak bisa menerimanya. Ketika ditangani untuk masalah kecil, aku bisa menerimanya. Namun, ketika ditangani untuk masalah besar di mana esensi dan akibatnya lebih serius, dan harus bertanggung jawab, aku tak bisa menerimanya. Aku sadar aku selektif dalam menerima pemangkasan dan penanganan, yang sama sekali bukan perwujudan ketaatan kepada Tuhan. Jika tak dipangkas dan ditangani oleh pemimpinku, aku pasti tak mengenal diriku sendiri, menganggap diriku orang yang mengejar kebenaran, dan dibutakan oleh penampilan palsuku sendiri. Jalan masuk kehidupanku akan stagnan, dan takkan memetik pelajaran dari keadaan yang Tuhan atur, tak mengenal diriku sendiri dalam firman Tuhan, atau menyelesaikan kerusakanku sendiri. Memikirkan hal ini, aku sangat bersyukur kepada Tuhan, dan mau mencari kehendak Tuhan dan memetik pelajaran dari keadaan ini.

Selama perenunganku, aku mencari bagian firman Tuhan yang relevan untuk makan dan minum. Aku membaca satu bagian firman Tuhan yang memberiku sedikit pemahaman tentang keinginanku untuk mengundurkan diri setelah dipangkas dan ditangani. Firman Tuhan berkata, "Ketika antikristus dipangkas dan ditangani, mereka selalu menghubungkannya dengan harapan mereka untuk mendapatkan berkat. Sikap dan pandangan ini tidak benar, dan berbahaya. Ketika seseorang menunjukkan kekurangan atau masalah pada dirinya, antikristus merasa harapan mereka untuk mendapatkan berkat telah hilang; dan ketika mereka dipangkas dan ditangani, atau didisiplinkan, atau ditegur, mereka juga merasa harapan mereka untuk memperoleh berkat telah hilang. Begitu ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai dengan keinginan mereka atau tidak sesuai dengan gagasan mereka, begitu mereka disingkapkan dan ditangani, mereka merasa harga diri mereka telah mengalami pukulan, mereka langsung berpikir apakah mereka tidak lagi memiliki harapan untuk memperoleh berkat. Bukankah mereka terlalu sensitif? Bukankah mereka terlalu berhasrat untuk mendapatkan berkat? Katakan kepada-Ku, bukankah orang-orang seperti itu menyedihkan? (Ya.) Mereka sungguh menyedihkan! Dan dalam hal apa mereka menyedihkan? Apakah orang dapat memperoleh berkat atau tidak, ada hubungannya dengan mereka ditangani dan dipangkas? (Tidak.) Tidak ada hubungannya. Lalu, mengapa antikristus merasa harapan mereka untuk mendapatkan berkat telah hilang ketika mereka ditangani dan dipangkas? Bukankah ini ada hubungannya dengan pengejaran mereka? Apa yang mereka kejar? (Mendapatkan berkat.) Mereka tidak pernah melepaskan keinginan dan niat mereka untuk mendapatkan berkat. Mereka telah berniat untuk mendapatkan berkat dari awal mereka percaya kepada Tuhan, dan meskipun mereka telah mendengarkan banyak khotbah, mereka tidak pernah menerima kebenaran. Selama ini, mereka tidak melepaskan keinginan dan niat mereka untuk mendapatkan berkat. Mereka belum memperbaiki atau mengubah pandangan mereka tentang kepercayaan kepada Tuhan, dan niat mereka dalam melaksanakan tugas belum dimurnikan. Mereka selalu melakukan segala sesuatu sambil mencengkeram harapan dan niat mereka untuk mendapatkan berkat, dan pada akhirnya, ketika harapan mereka untuk mendapatkan berkat akan pupus, mereka meledak marah, dan memprotes keras, yang akhirnya menyingkapkan fakta memalukan bahwa mereka sebenarnya meragukan Tuhan dan mereka sebenarnya menyangkal kebenaran. Bukankah mereka sedang menempuh jalan menuju kehancuran? Seperti itulah akibat yang pasti antikristus alami karena tidak menerima kebenaran sedikit pun, juga tidak menerima dirinya ditangani dan dipangkas. Dalam mengalami pekerjaan Tuhan, semua umat pilihan Tuhan mampu mengetahui bahwa penghakiman dan hajaran Tuhan, penanganan dan pemangkasan-Nya adalah kasih dan berkat-Nya—tetapi antikristus percaya bahwa ini hanyalah sesuatu yang dikatakan orang, dan tidak percaya bahwa itu adalah kebenaran. Jadi, mereka tidak menganggap penanganan dan pemangkasan sebagai pelajaran yang bisa mereka petik, mereka juga tidak mencari kebenaran atau merenungkan diri mereka sendiri. Sebaliknya, mereka percaya bahwa penanganan dan pemangkasan berasal dari kehendak manusia, bahwa itu adalah pelecehan dan hukuman yang disengaja, sarat dengan niat pribadi, dan tentu saja bukan berasal dari Tuhan. Mereka memilih untuk menolak dan mengabaikan hal-hal ini, dan bahkan menyelidiki mengapa seseorang memperlakukan mereka demikian. Mereka sama sekali tidak tunduk. Mereka menghubungkan segala sesuatu yang mereka lakukan dalam pelaksanaan tugas mereka untuk mendapatkan berkat dan upah, dan mereka menganggap mendapatkan berkat sebagai pengejaran terpenting dalam hidup, serta tujuan utama dan tertinggi dalam kepercayaan kepada Tuhan. Mereka berpegang teguh seumur hidup pada niat mereka untuk mendapatkan berkat, bagaimanapun keluarga Tuhan mempersekutukan kebenaran kepada mereka, dan tidak mau melepaskan niat tersebut, menganggap jika kepercayaan kepada Tuhan bukan untuk mendapatkan berkat, maka itu adalah kebodohan dan ketololan, bahwa itu adalah kerugian yang besar. Mereka menganggap siapa pun yang melepaskan niatnya untuk mendapatkan berkat telah tertipu, bahwa hanya orang bodoh yang akan berhenti berharap untuk mendapatkan berkat, dan bahwa orang yang menerima dirinya ditangani dan dipangkas memperlihatkan kebodohan dan ketidakmampuan dirinya, sesuatu yang tidak akan dilakukan oleh orang pintar. Inilah cara berpikir antikristus. Jadi, ketika antikristus dipangkas dan ditangani, di dalam hatinya, mereka sangat menentang, dan mahir dalam tipu daya dan kepura-puraan; mereka tidak menerima kebenaran sedikit pun, juga tidak tunduk. Sebaliknya, mereka dipenuhi dengan ketidaktaatan dan pemberontakan. Hal ini cenderung menyebabkan mereka menentang Tuhan, menghakimi Tuhan, dan memberontak terhadap Tuhan, dan pada akhirnya, mereka pun disingkapkan dan diusir" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Dua Belas). Firman Tuhan menyingkapkan pemahaman antikristus yang keliru tentang dipangkas dan ditangani. Mereka menghubungkan dipangkas dan ditangani dengan berkat, masa depan, dan nasib mereka. Mereka berpikir ketika orang menunjukkan kelemahan dan kekurangan mereka, dan menyingkapkan, memangkas, dan menangani mereka dengan serius, harapan mereka untuk mendapatkan berkat hancur. Ketika antikristus berperilaku seperti ini, itu menyingkapkan bahwa tujuan mereka percaya kepada Tuhan adalah untuk mendapatkan berkat. Antikristus memiliki kecintaan khusus terhadap masa depan, nasib, dan tempat tujuan akhir mereka, sehingga sangat muak dan menentang diri mereka dipangkas dan ditangani, dan dalam menghadapi diri mereka dipangkas dan ditangani, mereka berdebat dan membenarkan diri sendiri dan menolak mengakui masalah mereka. Aku kembali teringat bagaimana aku berperilaku ketika aku dipangkas dan ditangani. Aku terus berusaha membela diri, dan tak mau mengakui telah melakukan kesalahan karena tak bertanggung jawab dalam tugasku. Aku merasa jika aku mengakuinya, aku harus menanggung akibatnya, jadi aku berpegang teguh pada alasanku yang menyimpang dan tak menerima diriku dipangkas dan ditangani. Setelah itu, aku tak mencari kebenaran dalam masalah ini dan memahami telah tak bertanggung jawab dalam tugasku, dan telah merugikan pekerjaan penyiraman. Selain itu, aku menjadi defensif dan salah paham setelah dipangkas dan ditangani, mengira aku telah melakukan pelanggaran, dan jika aku melakukan kesalahan lain dan kembali dipangkas dan ditangani, kemungkinan besar aku akan diusir. Jadi, aku menyerah begitu saja pada diriku sendiri dan sama sekali tak ingin menjadi pemimpin. Melalui apa yang disingkapkan dalam firman Tuhan, aku merenungkan apa yang kusingkapkan, dan aku sadar niatku untuk percaya kepada Tuhan selalu untuk mendapatkan berkat. Aku kembali membaca firman Tuhan: "Ketika harapan mereka untuk mendapatkan berkat akan pupus, mereka meledak marah, dan memprotes keras, yang akhirnya menyingkapkan fakta memalukan bahwa mereka sebenarnya meragukan Tuhan dan mereka sebenarnya menyangkal kebenaran. Bukankah mereka sedang menempuh jalan menuju kehancuran? Seperti itulah akibat yang pasti antikristus alami karena tidak menerima kebenaran sedikit pun, juga tidak menerima dirinya ditangani dan dipangkas." Aku hidup dalam keadaan negatif dan ingin mengundurkan diri. Ini perwujudan dari penentangan terhadap Tuhan, menolak menerima diriku dipangkas atau ditangani, dan menghindarinya. Aku tahu betul harus dipangkas dan ditangani untuk menjadi dewasa dalam hidup, dan Tuhan mengatur keadaan untuk kualami berdasarkan kebutuhan dan kekuranganku, tapi aku menganggap kepercayaan kepada Tuhan untuk berkat sebagai tujuanku yang terbesar dan paling masuk akal, jadi aku tidak mengejar kebenaran dan menyelesaikan watak rusakku. Untuk melindungi masa depan dan nasibku dan memuaskan ambisi dan keinginanku akan berkat, aku ingin menghindarkan diriku dipangkas dan ditangani, dan bahkan ingin berhenti menjadi pemimpin. Naturku sangat curang dan jahat.

Aku membaca ini dalam firman Tuhan. "Karena diberkati bukan tujuan yang dapat dibenarkan untuk dikejar orang, lalu apa tujuan yang dapat dibenarkan? Mengejar kebenaran, mengejar perubahan watak, dan mampu menaati semua pengaturan dan penataan Tuhan: inilah tujuan yang harus orang kejar. Katakanlah, misalnya, dipangkas dan ditangani menyebabkanmu memiliki gagasan dan kesalahpahaman, dan engkau menjadi tak mampu untuk taat. Mengapa engkau tak mampu untuk taat? Karena engkau merasa bahwa tempat tujuan atau impianmu untuk diberkati telah ditantang. Engkau menjadi negatif dan kesal, dan mencoba berhenti melakukan tugasmu. Apa penyebab hal ini? Ada masalah dengan pengejaranmu. Jadi bagaimana memecahkan masalah ini? Sangatlah penting untuk engkau segera meninggalkan pemikiran yang salah ini, dan segera mencari kebenaran untuk memecahkan masalah watak rusakmu. Engkau harus berkata kepada diri sendiri, 'Aku tidak boleh berhenti, aku harus tetap melakukan tugas yang sudah seharusnya dilakukan makhluk ciptaan Tuhan, dan mengesampingkan keinginanku untuk diberkati.' Jika engkau melepaskan keinginanmu untuk diberkati, beban akan terangkat dari pundakmu. Dan apakah engkau masih mampu bersikap negatif? Meski ada kalanya engkau masih bersikap negatif, jangan biarkan hal ini menguasai dirimu, dan dalam hatimu, engkau tetap berdoa dan berjuang, mengubah tujuan pengejaranmu, dari mengejar berkat dan memiliki tempat tujuan, menjadi pengejaran akan kebenaran, dan engkau harus berpikir dalam hatimu, 'Mengejar kebenaran adalah tugas makhluk ciptaan Tuhan. Bisa memahami kebenaran tertentu pada zaman sekarang—tidak ada tuaian yang lebih besar daripada itu, ini adalah berkat yang paling luar biasa. Bahkan seandainya Tuhan tidak menginginkan aku, dan aku tidak memiliki tempat tujuan yang baik, dan harapanku untuk diberkati musnah, aku akan tetap melaksanakan tugasku dengan benar, aku wajib melakukannya. Apa pun alasannya, itu tidak akan memengaruhi pelaksanaan tugasku, tidak akan memengaruhi pencapaianku dalam melaksanakan amanat Tuhan; ini adalah prinsip hidupku.' Dan dalam hal ini, bukankah engkau sudah melepaskan dirimu dari belenggu daging? Beberapa orang mungkin berkata, 'Bagaimana jika aku tetap saja negatif?' Maka carilah lagi kebenaran untuk mengatasinya. Berapa kali pun engkau jatuh ke dalam kenegatifan, jika engkau terus mencari kebenaran untuk mengatasinya, dan terus berjuang untuk kebenaran, engkau akan perlahan-lahan keluar dari kenegatifanmu. Dan suatu hari nanti, engkau akan merasa bahwa engkau tidak memiliki keinginan untuk mendapatkan berkat dan tidak diatur oleh tempat tujuan dan kesudahanmu, karena engkau lebih mudah dan lebih bebas hidup tanpa hal-hal itu. Engkau akan merasa bahwa kehidupan yang kaumiliki sebelumnya, yang setiap hari kaujalani dengan tujuan untuk mendapatkan berkat dan tempat tujuan, sangatlah melelahkan. Setiap hari, berbicara, bekerja, dan memeras otak demi mendapatkan berkat—dan pada akhirnya, apa yang akan kauperoleh? Bernilaikah kehidupan seperti itu? Engkau tidak mengejar kebenaran, tetapi menyia-nyiakan hari-hari terbaikmu untuk hal-hal yang tidak penting. Pada akhirnya, engkau tidak memperoleh kebenaran apa pun, dan engkau tak mampu memberikan kesaksian pengalaman apa pun. Engkau membodohi dirimu sendiri, benar-benar dipermalukan dan gagal. Apa sebenarnya penyebabnya? Itu karena niatmu untuk mendapatkan berkat terlalu kuat, karena kesudahan dan tempat tujuanmu menguasai hatimu dan mengikatmu terlalu erat. Namun, ketika saatnya tiba engkau keluar dari belenggu prospek dan nasibmu, engkau akan mampu meninggalkan segalanya dan mengikuti Tuhan. Kapan engkau bisa melepaskan prospek dan nasibmu sepenuhnya? Saat jalan masuk kehidupanmu makin dalam, engkau akan mencapai perubahan dalam watakmu, dan pada saat itulah, engkau akan dapat melepaskan hal-hal itu sepenuhnya. Beberapa orang akan berkata, 'Aku dapat melepaskan hal-hal itu kapan pun aku mau.' Apakah ini sesuai dengan hukum alam? (Tidak.) Orang lain akan berkata, 'Aku memahami semua ini dalam semalam. Aku adalah orang yang sederhana, tidak rumit atau rapuh seperti kalian semua. Kalian sangat ambisius, dan itu menunjukkan bahwa kalian lebih rusak daripadaku.' Begitukah keadaannya? Tidak. Semua manusia memiliki natur rusak yang sama, tidak berbeda kedalamannya. Satu-satunya perbedaan di antara mereka terletak pada apakah mereka memiliki kemanusiaan atau tidak, dan orang seperti apakah mereka. Mereka yang mencintai dan menerima kebenaran mampu memiliki pengetahuan yang relatif dalam dan jelas tentang watak rusak mereka sendiri, dan orang lain secara keliru mengira orang-orang seperti itu sangatlah rusak. Mereka yang tidak mencintai atau menerima kebenaran selalu berpikir bahwa mereka tidak memiliki kerusakan, bahwa dengan sedikit lagi berperilaku baik, mereka akan menjadi orang suci. Sudut pandang ini jelas tak bisa dibenarkan—sebenarnya, bukan karena kerusakan mereka dangkal, tetapi karena mereka tidak memahami kebenaran dan tidak memiliki pengetahuan yang jelas tentang esensi dan kebenaran tentang kerusakan mereka. Singkatnya, untuk percaya kepada Tuhan, orang haruslah menerima kebenaran, menerapkannya, dan memasuki kenyataannya. Orang harus mencapai perubahan dalam watak hidupnya sebelum mereka dapat mengubah arah dan jalan pengejaran mereka yang salah, sebelum mereka dapat sepenuhnya menyelesaikan masalah mengejar berkat dan menempuh jalan antikristus. Dengan cara inilah, orang dapat diselamatkan dan disempurnakan oleh Tuhan. Semua kebenaran yang diungkapkan Tuhan untuk menghakimi dan menyucikan manusia bekerja untuk tujuan ini" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya di dalam Menerapkan Kebenaran Terdapat Jalan Masuk Kehidupan"). Dalam firman Tuhan, aku menemukan jalan penerapan, yaitu melepaskan keinginanku akan berkat, mengubah tujuanku yang keliru dalam kepercayaanku kepada Tuhan, dan mengubah pengejaran berkatku menjadi pengejaran akan kebenaran dan perubahan watak. Hanya inilah pengejaran yang benar bagi makhluk ciptaan. Aku melihat perilakuku, dan sadar bahwa saat aku disingkapkan, aku ingin melepaskan tugasku, yang mana ini bukanlah cara yang benar untuk menerapkan. Meskipun aku berhenti menjadi pemimpin, karena aku tak menyelesaikan watakku yang muak akan kebenaran atau keinginanku untuk mendapatkan berkat, maka tugas apa pun yang kulakukan, aku tetap dapat melakukan sesuatu yang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja. Selama periode ini, aku hidup dalam keadaan negatif. Aku membuat rencana untuk kepentinganku sendiri, aku sengsara, aku kehilangan antusiasme terhadap tugasku, dan hubunganku dengan Tuhan menjadi jauh. Aku bertekad tak mau lagi diikat atau dikendalikan oleh keinginanku akan berkat. Entah aku akan diberkati atau tidak, pertama-tama aku harus melaksanakan tugasku dengan baik. Gereja memberiku kesempatan untuk melaksanakan tugasku, jadi aku harus berupaya sebaik mungkin untuk memenuhi tanggung jawabku. Setelah itu, keadaanku sedikit berubah, dan mengingat masalahku yang bersikap asal-asalan dan tak bertanggung jawab dalam tugasku, aku makan dan minum firman Tuhan yang relevan, dan memahami bahwa esensi dari bersikap asal-asalan adalah mengelabui dan menipu Tuhan. Jika aku selalu memperlakukan tugasku dengan sikap acuh tak acuh dan tak sopan, aku takkan pernah melaksanakan tugasku dengan sikap yang benar, dan akhirnya akan kehilangan kesempatan untuk melaksanakan sebuah tugas. Memikirkan bagaimana sikapku yang tak bertanggung jawab telah menyebabkan banyak petobat baru berhenti menghadiri pertemuan secara teratur, aku merasa menyesal dan berutang, dan membenci perilakuku yang tak bertanggung jawab dari lubuk hatiku.

Setelah itu, aku membaca bagian lain firman Tuhan yang membuatku memahami arti dipangkas dan ditangani dengan lebih jelas. Firman Tuhan berkata, "Berkenaan dengan dipangkas dan ditangani, apa yang setidaknya harus orang ketahui? Orang harus mengalami dirinya dipangkas dan ditangani agar dia mampu melaksanakan tugasnya secara memadai—hal itu sangat diperlukan. Dipangkas dan ditangani adalah sesuatu yang harus orang hadapi setiap hari dan yang harus sering dialami dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan dan dalam memperoleh keselamatan. Tak seorang pun dapat meluputkan dirinya dipangkas dan ditangani. Apakah memangkas dan menangani orang merupakan sesuatu yang menyangkut masa depan dan nasib mereka? (Tidak.) Jadi, untuk apa memangkas dan menangani orang? Apakah untuk menghukum orang? (Tidak, ini adalah untuk membantu orang memahami kebenaran dan melaksanakan tugas mereka sesuai prinsip.) Benar. Itulah pemahaman yang paling tepat mengenai hal tersebut. Memangkas dan menangani orang adalah semacam disiplin, semacam hajaran, tetapi juga merupakan suatu bentuk pertolongan kepada orang lain. Dipangkas dan ditangani memampukanmu untuk mengubah pengejaranmu yang salah tepat waktu. Hal ini memampukanmu untuk dengan segera mengenali masalah yang kauhadapi sekarang, serta memampukanmu untuk mengenali watak rusak yang kausingkapkan pada waktunya. Apa pun yang terjadi, dipangkas dan ditangani akan membantumu untuk melaksanakan tugasmu sesuai prinsip, itu menghalangimu agar engkau tidak melakukan kesalahan dan tersesat tepat pada waktunya, dan itu menghalangimu agar tidak menimbulkan bencana. Bukankah ini pertolongan terbesar bagi orang-orang, penyelamatan terbesar mereka? Mereka yang memiliki hati nurani dan nalar harus mampu menerima diri mereka ditangani dan dipangkas dengan benar" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Delapan)). Setelah membaca firman Tuhan, aku menyadari aku memiliki gagasan lain yang absurd tentang dipangkas dan ditangani. Ketika menerapkan firman Tuhan pada diriku sendiri, kudapati aku memiliki watak jahat yang muak akan kebenaran, aku merasa seperti dikutuk, kerusakanku terlalu dalam, dan Tuhan pasti membenciku dan takkan menyelamatkanku. Sebenarnya, ini semacam sikap negatif dan bermusuhan. Dengan membaca firman Tuhan, aku memahami, dipangkas dan ditangani tak sama dengan disingkapkan dan disingkirkan, dan itu bukan berarti masa depan dan nasibmu dilucuti darimu. Sebaliknya, itu dilakukan untuk membantu orang mengetahui kekurangan mereka dalam tugas, memahami watak rusak mereka, dengan segera membalikkan penyimpangan dalam tugas mereka, dan mencari kebenaran sehingga dapat bertindak berdasarkan prinsip. Tanpa pengalaman dipangkas dan ditangani ini, aku pasti tak menyadari memiliki watak yang muak akan kebenaran, dan dalam hal-hal yang menyangkut kepentinganku, aku melalaikan tanggung jawab, terus-menerus berdalih, dan sama sekali tak menerima kebenaran. Kupikir mengenali hal ini adalah baik bagiku. Setelah itu, ini membuatku berfokus mencari kebenaran ketika sesuatu terjadi. Dan tak dibutakan oleh perilaku baikku sendiri. Ini sangat penting bagi kemampuanku untuk mencari kebenaran dalam kepercayaanku kepada Tuhan.

Setelah itu, ketika aku dipangkas dan ditangani karena penyimpangan dalam tugasku, aku secara sadar datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa, terlebih dahulu menerapkan ketaatan, dan mencari bagian firman Tuhan yang relevan untuk dibaca berdasarkan kerusakanku dan masalah yang ditunjukkan oleh saudara-saudariku dalam tugasku. Setelah dipangkas dan ditangani beberapa kali, aku sedikit lebih memahami makna pentingnya. Melalui pengalaman dipangkas dan ditangani dan dengan bimbingan firman Tuhan, aku mampu melihat tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya dan banyak masalah dan penyimpangan dalam tugasku. Aku juga mendapatkan beberapa pemahaman tentang watakku yang rusak dan keinginan Tuhan untuk menyelamatkan orang. Dipangkas dan ditangani sangat membantu dan bermanfaat bagi pengejaranku akan jalan masuk kehidupan. Aku merasa, mengenal diriku sendiri dan melaksanakan tugasku dengan baik tak dapat dipisahkan dari diriku dihakimi, disingkapkan, dipangkas, dan ditangani oleh Tuhan.

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait