Mengapa Aku Tidak Bisa dengan Tenang Menerima Tugasku
Pada akhir Maret 2023, para pemimpin memintaku untuk mengawasi pekerjaan pembersihan gereja. Aku merasa sangat tertekan ketika mereka...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Aku telah bertanggung jawab atas pekerjaan pembersihan di gereja beberapa tahun terakhir ini. Karena aku telah melaksanakan tugas ini cukup lama dan telah memahami beberapa prinsip, aku biasanya tidak merasakan banyak tekanan dari tugasku dan bisa menyelesaikan pekerjaan dengan mudah. Tanpa sadar, aku mulai melaksanakan tugas sesuai dengan keinginanku sendiri dan bekerja dengan santai. Tidak lama kemudian, para pemimpin meminta dilakukannya penyelidikan menyeluruh untuk mengidentifikasi orang-orang yang perlu dikeluarkan. Aku menyerahkan daftar nama orang-orang yang diidentifikasi kepada para pemimpin. Kemudian, mereka sering bertanya kepadaku tentang hal-hal spesifik dari setiap orang yang ada dalam daftar nama itu dan bertanya kapan aku bisa selesai menyusun materi untuk proses pengeluaran, dan lain sebagainya. Menghadapi pengawasan dan tindak lanjut dari para pemimpin, kupikir, "Bukankah aku sedang mengerjakannya? Aku tidak duduk di sini tanpa melakukan apa-apa. Tidakkah kau memercayaiku? Bagaimana mungkin melengkapi dan memastikan informasi dapat dilakukan dengan begitu cepat? Mengapa kau menindaklanjuti dengan sangat ketat? Tidak bisakah kau memberiku sedikit kebebasan?" Namun, kemudian aku menyadari bahwa jika aku tidak cepat-cepat menyelesaikannya, para pemimpin mungkin mengatakan bahwa aku tidak terbebani, jadi aku tidak punya pilihan selain memastikan dan melengkapi informasi secepat mungkin. Setelah itu, aku mengisi jadwalku sampai penuh setiap hari. Melakukan hal itu membuatku merasa terkekang dan tertekan saat melaksanakan tugasku. Kemudian, saat aku melaporkan hasil kerjaku, aku tidak memberikan daftar nama orang-orang tertentu dalam penyelidikanku. Para pemimpin mengira aku sudah hampir menyelesaikan tugas dan tidak lagi menindaklanjuti serta mengawasi pekerjaanku sesering sebelumnya. Oleh karena itu, aku tidak lagi merasa terdesak. Aku terkadang menunda pergi ke gereja untuk melengkapi materi sampai siang hari, meskipun sebenarnya aku bisa melakukannya di pagi hari. Aku juga tidak memiliki rencana yang jelas dan melakukan berbagai hal berdasarkan keinginanku. Belakangan, para pemimpin mendapati bahwa aku belum melaporkan daftar nama beberapa orang yang perlu dikeluarkan. Mereka memangkasku karena dengan sengaja dalam tugasku, tidak menerima pengawasan, dan sama sekali tidak mempertimbangkan pekerjaan gereja. Pada waktu itu, aku merasa sangat menentang karena berpikir bahwa aku hanya belum melaporkan daftar nama lengkap kepada mereka, tetapi itu bukan berarti aku tidak mengerjakannya. Terlebih lagi, aku tidak menunda-nunda tugasku.
Kemudian, aku membaca firman Tuhan: "Antikristus tidak mengizinkan orang lain ikut campur, menanyakan, atau mengawasi mereka dalam pekerjaan mereka. Apa pun pengaturan yang dibuat rumah Tuhan untuk menindaklanjuti pekerjaan mereka, atau mempelajari lebih lanjut tentangnya, atau mengawasinya, mereka akan menggunakan segala macam cara untuk menghalangi dan menolaknya. Sebagai contoh, ketika ada orang-orang yang ditugaskan pada sebuah proyek oleh Yang di Atas, beberapa waktu berlalu tanpa ada kemajuan sama sekali. Mereka tidak memberi tahu Yang di Atas apakah mereka sedang mengerjakannya, atau bagaimana keadaannya, atau apakah ada kesulitan atau masalah yang terjadi. Mereka tidak memberikan umpan balik. Beberapa pekerjaan mendesak dan tidak dapat ditunda, tetapi mereka menunda-nunda, mengulur-ulur untuk waktu yang lama tanpa menyelesaikan pekerjaan tersebut. Yang di Atas kemudian harus mengajukan pertanyaan. Ketika Yang di Atas bertanya, mereka menganggap pertanyaan-pertanyaan itu sangat memalukan, dan mereka menentangnya di dalam hati: 'Baru kira-kira sepuluh hari sejak aku ditugaskan pekerjaan ini. Aku bahkan belum mengetahui apa yang harus kulakukan, dan Yang di Atas sudah mulai bertanya. Tuntutan mereka terhadap orang-orang terlalu tinggi!' Lihatlah mereka, mencari-cari kesalahan dari pertanyaan tersebut. Apa masalahnya di sini? Katakan kepada-Ku, bukankah wajar bagi Yang di Atas untuk bertanya? Di satu sisi, Yang di Atas ingin mengetahui lebih banyak tentang keadaan kemajuan pekerjaan, serta kesulitan apa yang masih harus diselesaikan; dan selain itu, Yang di Atas ingin mengetahui lebih banyak tentang seperti apa kualitas orang-orang yang ditugaskan pada pekerjaan tersebut, dan apakah mereka benar-benar mampu menyelesaikan masalah dan melakukan pekerjaan dengan baik. Yang di Atas ingin mengetahui fakta apa adanya, dan sering kali, dia bertanya dalam keadaan seperti itu. Bukankah itu sesuatu yang seharusnya dia lakukan? Yang di Atas khawatir bahwa engkau tidak tahu cara menyelesaikan masalah dan tidak mampu menangani pekerjaan itu. Itulah sebabnya Yang di Atas bertanya. Ada orang-orang yang sangat menentang dan tidak suka akan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Mereka tidak mau membiarkan orang lain bertanya, dan selama orang lain bertanya, mereka bersikap menentang dan memiliki sejumlah kekhawatiran, selalu berpikir, 'Mengapa mereka selalu bertanya dan ingin tahu lebih banyak? Apakah mereka tidak memercayaiku dan memandang rendah diriku? Jika mereka tidak memercayaiku, mereka seharusnya tidak menggunakanku!' Mereka tidak pernah memahami pertanyaan dan pengawasan dari Yang di Atas, tetapi menentangnya. Apakah orang-orang semacam ini memiliki nalar? Mengapa mereka tidak mengizinkan Yang di Atas untuk bertanya dan mengawasi mereka? Selain itu, mengapa mereka bersikap melawan dan menentang? Apa masalahnya di sini? Mereka tidak peduli apakah pelaksanaan tugas mereka efektif atau apakah itu akan menghambat kemajuan pekerjaan. Mereka tidak mencari prinsip-prinsip kebenaran ketika melaksanakan tugas, tetapi melakukan apa pun yang mereka inginkan. Mereka tidak memikirkan hasil atau efisiensi pekerjaan, dan sama sekali tidak memikirkan kepentingan rumah Tuhan, apalagi memikirkan yang Tuhan maksudkan dan tuntut. Pemikiran mereka adalah, 'Aku memiliki cara dan kebiasaanku sendiri untuk melaksanakan tugasku. Jangan menuntut terlalu banyak dariku atau menuntut hal-hal yang terlalu terperinci. Sudah cukup bagiku untuk melaksanakan tugasku. Aku tidak boleh terlalu lelah atau terlalu menderita.' Mereka tidak memahami pertanyaan dan upaya Yang di Atas untuk mengetahui lebih banyak tentang pekerjaan mereka. Apa yang tidak ada dari kurangnya pemahaman mereka ini? Bukankah tidak adanya ketundukan? Bukankahtidak adanya rasa tanggung jawab? Kesetiaan? Jika mereka benar-benar bertanggung jawab dan setia dalam melaksanakan tugas mereka, apakah mereka akan menolak pertanyaan Yang di Atas tentang pekerjaan mereka? (Tidak.) Mereka akan dapat memahaminya. Jika mereka benar-benar tidak dapat memahaminya, hanya ada satu kemungkinan: mereka memandang tugas mereka sebagai panggilan dan mata pencaharian mereka, dan mereka memanfaatkannya, pada saat yang sama menganggap tugas yang mereka laksanakan sebagai syarat dan alat tawar-menawar untuk mendapatkan upah. Mereka hanya akan melakukan sedikit pekerjaan bergengsi untuk dilihat oleh Yang di Atas, tanpa ada upaya untuk menjadikan amanat Tuhan sebagai tugas dan kewajiban mereka. Jadi, ketika Yang di Atas bertanya tentang pekerjaan mereka atau mengawasinya, mereka akan masuk ke dalam kerangka berpikir yang menentang dan tidak suka. Bukankah demikian? (Ya.) Dari mana masalah ini berasal? Apa esensinya? Sikap mereka terhadap proyek pekerjaan itu keliru. Mereka hanya memikirkan kemudahan dan kenyamanan daging, status dan harga diri mereka sendiri, bukannya memikirkan efektivitas pekerjaan dan kepentingan rumah Tuhan. Mereka sama sekali tidak berusaha untuk bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Dua)). Tuhan menyingkapkan bahwa antikristus tidak ingin membiarkan orang mengawasi pekerjaan mereka. Saat para pemimpin memeriksa dan menanyakan pekerjaan mereka, mereka merasa menentang dan melakukan hal-hal sesuka hati mereka, tidak peduli dengan efektivitas pekerjaan mereka. Setelah merenungkan diriku sendiri, aku telah menunjukkan perilaku yang sama. Saat para pemimpin bertanya tentang kemajuan pekerjaanku, aku merasa sangat menentang, berpikir bahwa aku tidak berdiam diri, dan bahwa mereka telah bersikap terlalu mendesak. Meskipun aku terus bekerja setelah itu, aku melakukannya dengan enggan. Aku bahkan telah menipu mereka dengan tidak secara jujur melaporkan hal-hal spesifik dari orang-orang yang diidentifikasi dalam penyelidikan, membuat para pemimpin sangat kesulitan untuk mengawasi pekerjaanku, sehingga aku dapat melaksanakan tugasku sesuka hati sesuai dengan rencanaku sendiri. Dari luar, aku tidak tampak berdiam diri, tetapi sikapku yang santai dalam melakukan berbagai hal sesuai dengan kebiasaan telah secara langsung memengaruhi kemajuan pekerjaan. Aku menyadari bahwa aku tidak memiliki rasa tanggung jawab dalam tugasku dan tidak dapat dipercaya.
Kemudian, aku membaca firman Tuhan ini: "Jika seorang pemimpin mengawasi pekerjaanmu, itu merupakan hal yang baik. Mengapa? Karena hal itu berarti mereka bertanggung jawab atas pekerjaan gereja; ini adalah tugasnya, tanggung jawabnya. Kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab tersebut membuktikan bahwa mereka adalah pemimpin yang kompeten, pemimpin yang baik. Jika engkau diberi kebebasan dan hak asasi sepenuhnya, dan engkau dapat melakukan apa pun yang kauinginkan, mengikuti keinginanmu, dan menikmati kebebasan dan demokrasi sepenuhnya, dan apa pun yang kaulakukan atau bagaimanapun engkau melakukannya, pemimpin itu tidak peduli atau tidak mengawasi, tidak pernah bertanya kepadamu, tidak memeriksa pekerjaanmu, tidak berbicara ketika masalah ditemukan, dan hanya membujuk atau bernegosiasi denganmu, apakah mereka pemimpin yang baik? Jelas tidak. Pemimpin semacam itu merugikanmu. Mereka membiarkanmu berbuat jahat, membiarkanmu menentang prinsip dan berbuat sekehendak hatimu—mereka menjerumuskanmu ke jurang api. Ini bukanlah pemimpin yang bertanggung jawab dan sesuai standar. Sebaliknya, jika seorang pemimpin mampu secara teratur mengawasimu, mengidentifikasi masalah dalam pekerjaanmu dan segera mengingatkan atau menegur serta menyingkapkanmu, sekaligus mengoreksi serta membantumu dalam pengejaran yang keliru dan penyimpanganmu dalam melaksanakan tugasmu tepat waktu, dan melalui pengawasan, teguran, pembekalan, dan bantuan mereka, engkau akan mampu mengubah sikapmu yang salah terhadap tugasmu, engkau akan mampu membuang beberapa pandangan yang tidak masuk akal, ide-idemu sendiri dan hal-hal yang timbul dari kecerobohan akan secara bertahap berkurang, dan engkau akan mampu dengan tenang menerima pernyataan dan pandangan yang benar dan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, bukankah ini bermanfaat bagimu? Manfaatnya tentu sangat besar!" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (7)"). Firman Tuhan membantuku memahami bahwa sudah menjadi tanggung jawab para pemimpin untuk mengawasi dan menindaklanjuti pekerjaan. Ini juga menunjukkan bahwa mereka bertanggung jawab atas tugas mereka dan bertujuan untuk melakukan pekerjaan gereja dengan baik. Orang yang benar-benar memiliki hati nurani dan nalar akan sering merenungkan diri sendiri saat dihadapkan dengan pengawasan para pemimpin, merangkum, dan memperbaiki penyimpangan serta masalah dalam tugas mereka secara tepat waktu untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam tugas mereka. Aku teringat saat pertama kali mulai melakukan pekerjaan pembersihan, aku tidak memahami prinsip-prinsipnya. Baru setelah saudara-saudari mempersekutukan dan membantuku berkali-kali, aku dapat memahami beberapa prinsip dan memiliki beberapa penilaian terhadap perilaku berbagai orang. Ini adalah kemurahan istimewa bagiku untuk melaksanakan tugas ini dan itu adalah kasih karunia Tuhan. Gereja telah menugaskanku untuk tugas ini, jadi aku harus memikul tugas ini dan melakukan yang terbaik dengan segenap hati dan kekuatanku untuk memastikan kelancaran pekerjaan. Ini memperlihatkan bahwa aku memiliki hati nurani dan nalar. Namun, aku hanya melaksanakan tugasku dengan santai, dan puas hanya dengan memiliki tugas yang harus dilakukan, tanpa mempertimbangkan kemajuan pekerjaan. Aku bahkan telah menipu para pemimpin dengan tidak melaporkan rincian spesifik untuk mencegah mereka dari memeriksa dan mengawasi pekerjaanku. Bagaimana bisa aku mengatakan bahwa aku memiliki hati nurani atau kemanusiaan dengan melaksanakan tugasku dengan cara seperti itu? Aku terus-menerus menghindari pengawasan dan tidak ingin dikekang. Hal itu telah membuat dagingku nyaman, tetapi menunda pekerjaan dan menyebabkanku melakukan pelanggaran. Aku sudah sangat bodoh!
Lalu, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Apa yang dimaksud dengan tugas? Tugas adalah amanat yang dipercayakan Tuhan kepada manusia, itu adalah bagian dari pekerjaan rumah Tuhan, dan itu adalah tanggung jawab dan kewajiban yang harus dipikul oleh setiap umat pilihan Tuhan. Apakah tugas adalah kariermu? Apakah ini urusan keluarga pribadi? Dapatkah dikatakan bahwa begitu engkau diberi sebuah tugas, tugas ini pun menjadi urusan pribadimu? Sama sekali tidak demikian. Jadi, bagaimana engkau harus melaksanakan tugasmu? Dengan bertindak sesuai dengan tuntutan, firman, dan standar Tuhan, dan dengan mendasarkan perilakumu pada prinsip-prinsip kebenaran dan bukannya pada keinginan manusia yang subjektif. Beberapa orang berkata, 'Begitu tugas telah diberikan kepadaku, bukankah tugas itu adalah urusanku sendiri? Tugasku adalah tanggung jawabku, dan bukankah apa yang dibebankan kepadaku adalah urusanku sendiri? Jika aku menangani tugasku sebagai urusanku sendiri, bukankah itu berarti aku akan melakukannya dengan benar? Akankah aku melakukannya dengan baik jika aku tidak memperlakukannya seperti urusanku sendiri?' Apakah perkataan-perkataan ini benar atau salah? Semua itu salah; semua itu bertentangan dengan kebenaran. Tugas bukanlah urusan pribadimu sendiri, itu adalah urusan Tuhan, itu adalah bagian dari pekerjaan Tuhan, dan engkau harus melakukannya sebagaimana yang Tuhan tuntut; hanya dengan melaksanakan tugasmu dengan hati yang tunduk kepada Tuhan, barulah engkau dapat memenuhi standar. Jika engkau selalu melaksanakan tugasmu menurut gagasan dan imajinasimu sendiri, dan menurut kecenderunganmu sendiri, engkau tidak akan pernah sesuai standar. Hanya melaksanakan tugasmu sesuai keinginanmu bukanlah berarti engkau sedang melaksanakan tugasmu, karena yang kaulakukan tidak berada dalam lingkup pengelolaan Tuhan, itu bukan pekerjaan rumah Tuhan; sebaliknya engkau sedang menjalankan urusanmu sendiri, melakukan tugasmu sendiri, jadi, ini tidak diingat oleh Tuhan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mencari Prinsip Kebenaran Orang Dapat Melaksanakan Tugasnya dengan Baik"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa tugas itu berasal dari Tuhan; tugas itu adalah tanggung jawab dan kewajiban dari setiap pengikut Tuhan. Ini tidak seperti menangani urusan rumah tangga, di mana orang dapat melakukan hal-hal sesuai keinginan mereka. Sebaliknya, mereka harus mencari kebenaran dan melaksanakan tugas mereka sesuai dengan prinsip. Aku bertanggung jawab atas pekerjaan pembersihan di gereja. Tuntutan Tuhan atas tugas ini adalah untuk membersihkan antikristus, orang-orang jahat, dan pengikut yang bukan percaya dari gereja sesegera mungkin, untuk menyediakan kehidupan bergereja yang baik bagi saudara-saudari. Namun, aku tidak mempertimbangkan maksud Tuhan. Aku tidak mempertimbangkan cara menyelesaikan pekerjaan ini dengan cepat sesuai dengan prinsip-prinsip. Sebaliknya, setiap hari, aku memikirkan bagaimana membuat dagingku nyaman dan menghindari kesukaran serta kelelahan. Aku telah melaksanakan tugasku dengan sengaja, bersantai, dan tidak tergesa-gesa. Untuk tugas-tugas yang seharusnya dapat diselesaikan lebih awal, aku tidak mempercepatnya, dan aku tidak mau mengerjakan lebih banyak meskipun aku bisa, dan aku sengaja menyembunyikan daftar nama orang-orang yang memenuhi kriteria untuk dikeluarkan. Aku mencegah para pemimpin untuk mengetahui kemajuan spesifik dari pekerjaan itu, sehingga mereka tidak bisa mengawasiku, dan agar aku tidak terlalu sibuk atau lelah. Demi kenyamanan daging, aku telah berbohong dan menipu. Aku sungguh tidak layak untuk tugas ini!
Kemudian, aku merenungkan diriku sendiri. Mengapa aku tidak mau menerima pengawasan dan selalu ingin melakukan segala sesuatu dengan caraku sendiri? Belakangan, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Seperti apa orang-orang yang melakukan pekerjaan mereka dengan semestinya? Mereka adalah orang-orang yang tidak menganggap penting kebutuhan dasar mereka seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan transportasi. Asalkan hal-hal ini memenuhi standar normal, itu sudah cukup bagi mereka. Mereka lebih mementingkan jalan hidup mereka, misi mereka sebagai manusia, pandangan hidup dan nilai-nilai mereka. Apa yang direnungkan oleh orang-orang yang sudah tidak ada harapan ini sepanjang harinya? Mereka selalu merenungkan bagaimana mereka bisa bermalas-malasan, bagaimana melakukan tipu muslihat agar mereka dapat melalaikan tanggung jawab, bagaimana bisa makan enak dan bersenang-senang, bagaimana hidup dalam kemudahan dan kenyamanan fisik, tanpa memikirkan hal-hal yang semestinya. Oleh karena itu, mereka merasa tertekan berada dalam pengaturan dan lingkungan pelaksanaan tugas mereka di rumah Tuhan. ... Orang-orang ini, yang tidak melakukan pekerjaan mereka dengan semestinya, dan yang berbuat sekehendak hatinya, tidak ingin melakukan hal-hal yang sudah sepantasnya tersebut. Tujuan akhir yang ingin mereka capai dengan melakukan apa pun yang mereka inginkan adalah kenyamanan fisik, kesenangan, dan kemudahan, dan tidak dibatasi atau diperlakukan tidak adil dengan cara apa pun. Tujuan mereka adalah agar dapat makan apa pun yang mereka inginkan sepuasnya, dan berbuat sekehendak hatinya. Kualitas kemanusiaan dan pengejaran batin merekalah yang menyebabkan mereka sering merasa tertekan. Bagaimanapun caramu mempersekutukan kebenaran kepada mereka, mereka tidak akan berubah, dan perasaan tertekan mereka tidak akan dibereskan. Mereka memang orang yang semacam itu; mereka tidak melakukan pekerjaan mereka dengan semestinya. Meskipun di luarnya mereka tampak tidak melakukan kejahatan besar atau menjadi orang yang jahat, dan meskipun mereka tampak hanya tidak mematuhi prinsip dan aturan, sebenarnya, esensi natur mereka adalah mereka tidak melakukan pekerjaan mereka dengan semestinya atau mereka tidak menempuh jalan yang benar. Orang-orang semacam ini tidak memiliki hati nurani dan nalar kemanusiaan yang normal, dan mereka tidak mampu mencapai kecerdasan manusia yang normal. Mereka tidak memikirkan, merenungkan, atau mengejar tujuan yang seharusnya dikejar oleh manusia normal, atau sikap hidup dan cara bertahan hidup yang seharusnya dimiliki oleh manusia normal. Pikiran mereka setiap hari dipenuhi dengan pemikiran tentang bagaimana mendapatkan kemudahan dan kesenangan fisik. Namun, di lingkungan hidup di gereja, mereka tidak dapat memuaskan preferensi fisik mereka sehingga mereka merasa tidak nyaman dan tertekan. Itulah sebabnya emosi seperti muncul dalam diri mereka. Katakan kepada-Ku, bukankah orang-orang semacam ini menjalani kehidupan yang melelahkan? (Ya.) Apakah mereka patut dikasihani? (Tidak.) Benar, mereka tidak patut dikasihani. Bahasa halusnya, orang semacam ini adalah orang yang tidak melakukan pekerjaan mereka dengan semestinya. Di tengah masyarakat, siapakah orang yang tidak melakukan pekerjaan mereka dengan semestinya? Mereka adalah orang yang suka menganggur, orang bodoh, pemalas, penjahat, dan orang yang malas bekerja—orang-orang semacam itu. Mereka tidak ingin mempelajari keterampilan atau kemampuan baru, dan mereka tidak ingin mengejar karier yang serius atau mencari pekerjaan agar dapat bertahan hidup. Mereka adalah orang yang suka menganggur dan orang yang malas bekerja di tengah masyarakat. Mereka menyusup ke dalam gereja, dan kemudian mereka ingin mendapatkan sesuatu secara cuma-cuma, dan mendapatkan bagian berkat. Mereka adalah para oportunis. Para oportunis ini tidak pernah mau melaksanakan tugas mereka. Jika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai dengan keinginan mereka, bahkan sedikit pun, mereka merasa tertekan. Mereka selalu ingin hidup bebas, mereka tidak ingin melakukan pekerjaan apa pun, tetapi mereka tetap ingin makan makanan enak dan mengenakan pakaian bagus, dan makan apa pun yang mereka mau dan tidur kapan pun mereka mau. Mereka berpikir ketika hari seperti ini datang, itu pasti akan indah. Mereka tidak ingin menanggung kesukaran sedikit pun dan mereka menginginkan kehidupan yang menyenangkan. Orang-orang ini bahkan menganggap hidup itu melelahkan; mereka dibelenggu oleh emosi-emosi negatif. Mereka sering merasa lelah dan bingung karena tidak dapat berbuat sekehendak hatinya. Mereka tidak ingin melakukan pekerjaan mereka atau menangani urusan mereka dengan semestinya. Mereka tidak mau berfokus pada suatu pekerjaan dan melakukannya terus-menerus dari awal hingga akhir, tidak mau memperlakukannya sebagai pekerjaan dan tugas mereka sendiri, sebagai kewajiban dan tanggung jawab mereka; mereka tidak ingin menyelesaikannya dan memperoleh hasil, atau melakukannya dengan standar terbaik. Mereka tidak pernah berpikir dengan cara seperti itu. Mereka hanya ingin bersikap asal-asalan dan menggunakan tugas mereka sebagai sarana untuk mencari nafkah. Ketika mereka menghadapi sedikit tekanan atau kendali tertentu, atau ketika mereka dituntut untuk memenuhi standar yang sedikit lebih tinggi, atau diminta memikul sedikit tanggung jawab, mereka merasa tidak nyaman dan tertekan. Emosi-emosi negatif ini muncul dalam diri mereka, hidup terasa melelahkan bagi mereka, dan mereka menderita. Salah satu penyebab mendasar mengapa hidup terasa melelahkan bagi mereka adalah karena orang-orang semacam ini tidak bernalar. Nalar mereka terganggu, mereka menghabiskan sepanjang hari dengan berkhayal, hidup dalam mimpi, di awang-awang, selalu membayangkan hal-hal terliar. Itu sebabnya perasaan tertekan mereka sangat sulit dibereskan. Mereka tidak tertarik akan kebenaran, mereka adalah para pengikut yang bukan orang percaya. Satu-satunya yang dapat kita lakukan adalah meminta mereka untuk meninggalkan rumah Tuhan, kembali ke dunia dan menemukan tempat yang mudah dan nyaman bagi diri mereka sendiri" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (5)"). Dari firman Tuhan, aku menyadari bahwa mereka yang melaksanakan tugas mereka dengan sesuka hati dan yang tidak melakukan pekerjaan dengan benar tidak pernah memikirkan hal-hal yang benar. Setiap hari, mereka hanya memikirkan bagaimana membuat daging mereka nyaman. Meski sudah berapa tahun pun melaksanakan tugas, mereka selalu mempertahankan sikap sekadar bertahan hidup saja, tidak ada bedanya dengan pemalas dan pengangguran di dunia sekuler. Orang-orang seperti itu muak akan kebenaran dan tidak mencintai hal-hal yang positif, menjadikan mereka tipikal pengikut yang bukan orang percaya. Jika mereka tidak bertobat, mereka pasti akan disingkapkan dan disingkirkan. Dahulu aku sering meremehkan pemalas dan pengangguran, berpikir bahwa orang-orang itu tidak melakukan pekerjaan dengan benar, dan hanya bermalas-malasan. Membandingkan diriku dengan firman Tuhan, aku sekarang menyadari bahwa aku sama seperti orang-orang itu. Aku tidak ingin diawasi atau didesak dalam tugasku; aku hanya ingin kebebasan dan tidak dikekang, tidak menunjukkan tanggung jawab terhadap pekerjaan utamaku. Aku tidak melakukan pekerjaan dengan benar dan memanjakan diri dalam kenyamanan. Apakah aku bahkan memiliki sedikit pun rasa integritas dan martabat? Meskipun aku tampak melakukan beberapa pekerjaan, aku tidak tulus kepada Tuhan, bersikap licin, dan bermalas-malasan dalam melaksanakan tugasku, berpikir bahwa aku bisa berhasil menipu Tuhan untuk menerima berkat-Nya. Aku telah melaksanakan beberapa tugas hanya demi prospek dan tempat tujuanku. Bukankah aku benar-benar seorang oportunis? Tuhan memeriksa segala sesuatu, dan siapa pun yang tidak tulus dalam tugas mereka akan disingkapkan dan disingkirkan. Aku telah menipu diriku sendiri dengan berpikir bahwa aku bisa memperoleh berkat dari Tuhan melalui cara-cara yang licik. Bukankah itu sangat bodoh? Apa bedanya semua perwujudanku dengan perwujudan pengikut yang bukan orang percaya yang telah dikeluarkan? Jika aku terus seperti ini, aku akan merusak kesudahan dan tempat tujuanku sendiri. Makin aku memikirkannya, makin aku merasa takut. Jadi aku berdoa kepada Tuhan untuk bertobat, dan bersedia mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalahku.
Kemudian, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Semua orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan mereka dengan semestinya, mereka semua bersedia untuk melaksanakan tugas mereka, mampu memikul suatu pekerjaan dan melakukannya dengan baik sesuai dengan kualitas mereka dan aturan rumah Tuhan. Tentu saja, mungkin sulit untuk beradaptasi dengan kehidupan seperti ini pada awalnya. Engkau mungkin merasa lelah secara fisik dan mental. Namun, jika engkau benar-benar memiliki tekad untuk bekerja sama dan kesediaan untuk menjadi orang yang normal dan baik, dan ingin memperoleh keselamatan, engkau harus membayar sedikit harga dan mengizinkan Tuhan untuk mendisiplinkan dirimu. Ketika engkau merasa sangat ingin bersikap seenaknya, engkau harus memberontak terhadap keinginan itu dan melepaskannya, secara berangsur mengurangi sikap seenaknya dan keinginan egoismu. Engkau harus mencari pertolongan Tuhan dalam hal-hal penting, pada saat-saat penting, dan dalam tugas-tugas penting. Jika engkau benar-benar bertekad, mohonlah kepada Tuhan agar Dia menghajar dan mendisiplinkanmu, serta mencerahkanmu sehingga engkau mampu memahami kebenaran, sehingga dengan demikian engkau akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Jika engkau sudah benar-benar bertekad, dan engkau berdoa kepada Tuhan di hadirat-Nya serta memohon kepada-Nya, Tuhan akan bertindak. Dia akan mengubah keadaan dan pemikiranmu. Jika Roh Kudus sedikit saja bekerja dalam dirimu, sedikit saja menggerakkanmu, sedikit saja mencerahkanmu, hatimu akan berubah, dan keadaanmu akan berubah. Saat perubahan ini terjadi, engkau akan merasa bahwa hidup dengan cara seperti ini tidak membuatmu tertekan. Keadaan dan emosimu yang tertekan akan berubah dan menjadi lebih baik, dan akan berbeda dari sebelumnya. Engkau akan merasa menjalani hidup dengan cara seperti ini tidaklah melelahkan. Engkau akan menemukan kenikmatan saat melaksanakan tugasmu di rumah Tuhan. Engkau akan merasa bahwa berperilaku, dan melaksanakan tugasmu dengan cara seperti ini, menanggung kesukaran dan membayar harga, mematuhi aturan, dan melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip adalah kehidupan yang baik. Engkau akan merasa bahwa kehidupan seperti inilah yang seharusnya dimiliki oleh orang normal. Ketika engkau hidup berdasarkan kebenaran dan melaksanakan tugasmu dengan baik, engkau akan merasa bahwa hatimu tenang dan damai, dan hidupmu bermakna" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (5)"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa orang yang tulus percaya kepada Tuhan melakukan pekerjaan dengan benar, senantiasa memikirkan bagaimana melaksanakan tugas mereka dengan baik, dan bagaimana mencapai hasil yang terbaik. Mereka bersedia untuk menderita serta membayar harga, dan mereka juga dapat menerima pengawasan orang lain. Mereka sering merenungkan penyimpangan dalam pekerjaan mereka dan segera memperbaiki masalah apa pun yang ditemukan. Aku juga memahami bahwa dengan lebih banyak mempertimbangkan pekerjaan rumah Tuhan dan selalu mengingat hal-hal yang benar, seseorang tidak akan merasa tertekan atau terkekang karena sedikit penderitaan. Setelah beberapa waktu, aku mengumpulkan informasi tentang seseorang yang jahat. Saat para pemimpin mengetahuinya, mereka bertanya kapan aku bisa menyusunnya. Kupikir, "Orang ini baru saja dipindahkan ke gereja kami dari gereja lain. Untuk beberapa perbuatan jahatnya, aku perlu mencari tahu dan memastikannya dengan gereja orang itu sebelumnya, jadi tidak akan mudah untuk menyusunnya. Selain itu, aku memiliki materi lain yang perlu dilengkapi sesegera mungkin. Sepertinya dagingku harus menanggung penderitaan lagi." Pada saat itu, aku menyadari bahwa aku sedang mempertimbangkan kedaginganku lagi. Merenungkan bagaimana sebelumnya aku memperlambat kemajuan pekerjaan, sekarang aku tahu bahwa aku tidak bisa menundanya lagi. Terlebih lagi, orang ini telah memancing ketidakharmonisan dan menekan saudara-saudari di gereja. Orang ini perlu dikeluarkan sesegera mungkin. Aku segera mengatur agar orang-orang yang relevan membantuku memahami dan memastikan informasi tersebut. Aku segera selesai mengumpulkan semua detail yang diperlukan. Dengan persetujuan dari 80% saudara-saudari di gereja, orang jahat itu diusir dari gereja. Saat aku berfokus pada tugasku tanpa mempertimbangkan kedaginganku, aku merasa sangat teguh di dalam hatiku. Sejak saat itu, ketika melaksanakan tugasku, aku melaporkan pekerjaanku tepat waktu. Saat para pemimpin mengawasi dan menindaklanjuti pekerjaanku, aku tidak lagi merasa menentang. Sebaliknya, aku menemukan penyimpangan dalam pekerjaanku melalui pengawasan mereka, dan kemudian segera memperbaikinya. Misalnya, saat ditanya tentang kemajuan pekerjaan yang lambat, aku merenungkan melalui rangkuman kami dan menyadari bahwa hal ini disebabkan oleh ketidakmampuanku dalam memprioritaskan tugas-tugas yang lebih penting. Jadi, aku segera melakukan perbaikan. Saat aku menerapkan cara seperti ini, aku tidak lagi merasa tertekan atau menentang. Selain itu, efektivitas tugasku meningkat secara signifikan, dengan jumlah materi yang disusun dalam sebulan menjadi dua kali lipat dari sebelumnya. Aku tahu semua ini adalah hasil dari firman Tuhan, dan aku merasa sangat bersyukur kepada Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Pada akhir Maret 2023, para pemimpin memintaku untuk mengawasi pekerjaan pembersihan gereja. Aku merasa sangat tertekan ketika mereka...
Ibu Siqiu Kota Suihua, Propinsi Heilongjiang Setiap kali melihat penggalan firman Tuhan berikut ini, "Jika engkau selalu sangat setia...
Oleh Saudari Li Hui, TiongkokAku bertumbuh di daerah pedesaan bersama delapan saudara-saudari. Kesehatan ibuku buruk dan dia tak dapat...
Suatu hari di bulan Mei 2023, Saudari Zhao Fei mengajakku untuk menyebarkan Injil akhir zaman Tuhan kepada seseorang yang percaya Tuhan...