Aku Menemukan Jalan untuk Mengenal Tuhan

13 September 2019

Xiaocao Kota Changzhi, Provinsi Shanxi

Suatu hari, aku melihat sepenggal kalimat berikut ini di dalam perikop firman Tuhan: "Selama mengikut Yesus, Petrus mengamati dan memperhatikan segala sesuatu mengenai kehidupan-Nya: tindakan, perkataan, gerakan, dan ekspresi-Nya. ... Sejak bergaul dengan Yesus, Petrus juga menyadari bahwa karakter-Nya berbeda dengan manusia biasa. Dia selalu bertindak dengan mantap dan tidak pernah tergesa-gesa, tidak pernah melebih-lebihkan atau meremehkan suatu perkara, dan Dia menjalani hidup-Nya dengan cara yang mengungkapkan karakter yang normal sekaligus mengagumkan. Dalam bertutur kata, Yesus berbicara dengan jelas dan elegan, selalu berkomunikasi dengan cara yang ceria tetapi tenang—tetapi tidak pernah kehilangan martabat-Nya saat melaksanakan pekerjaan-Nya. Petrus melihat bahwa Yesus terkadang pendiam, tetapi pada waktu lain berbicara tanpa henti. Terkadang Dia begitu bahagia sehingga tampak seperti burung merpati nan lincah dan ceria, tetapi di lain waktu Dia begitu sedih sehingga sama sekali tidak berbicara, tampak diliputi kesedihan seolah-olah Dia adalah seorang ibu yang letih dan kelelahan. Adakalanya Dia dipenuhi kemarahan seperti seorang prajurit pemberani yang menerjang maju untuk membunuh musuhnya atau, pada beberapa kesempatan, Dia bahkan menyerupai seekor singa yang mengaum. Terkadang Dia tertawa; di lain waktu Dia berdoa dan menangis. Bagaimanapun Yesus bertindak, Petrus semakin memiliki kasih dan rasa hormat yang tak terbatas kepada-Nya. Tawa Yesus memenuhinya dengan kebahagiaan, kesedihan-Nya menjerumuskannya ke dalam duka, dan amarah-Nya membuatnya takut, sementara belas kasihan, pengampunan, dan tuntutan-Nya yang tegas terhadap orang-orang membuat Petrus menjadi sungguh-sungguh mengasihi Yesus, dan menumbuhkan rasa hormat dan kerinduan yang sejati kepada-Nya. Tentu saja, Petrus secara berangsur-angsur menyadari semua ini setelah tinggal bersama Yesus selama beberapa tahun" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Setelah membaca perikop ini aku berpikir: Tidak heran Petrus dapat mencapai pengetahuan tentang Tuhan! Ternyata hal itu terjadi karena selama dia tinggal bersama Yesus siang dan malam, secara pribadi dia menyaksikan setiap kata dan tindakan Yesus, dan dari situ dia menemukan lebih banyak kemuliaan Tuhan. Sekarang adalah zaman ketika Tuhan menjadi daging untuk secara pribadi turun ke dunia manusia untuk bekerja. Jika aku juga dapat memiliki nasib baik untuk dapat berhubungan dengan Tuhan dan menghabiskan waktu bersama-Nya seperti yang dialami Petrus, maka bukankah aku juga akan mengenal-Nya lebih baik? Ah! Memang memalukan karena sekarang aku hanya bisa membaca firman Tuhan tetapi tidak bisa melihat wajah Kristus. Lalu bagaimana aku bisa memperoleh pengetahuan sejati tentang Tuhan?

Ketika aku bersedih dan kecewa atas hal ini, firman Tuhan mencerahkan aku: "Mengenal Tuhan harus dicapai melalui membaca dan memahami firman Tuhan. Sebagian orang mengatakan: 'Aku belum pernah melihat Tuhan yang berinkarnasi, jadi bagaimana seharusnya aku mengenal Tuhan?' Kenyataannya, firman Tuhan adalah pengungkapan dari watak-Nya. Dari firman Tuhan, engkau dapat melihat kasih dan keselamatan-Nya bagi manusia, juga cara-Nya menyelamatkan mereka ... Ini karena firman-Nya diungkapkan oleh Tuhan itu sendiri, bukan ditulis oleh manusia. Firman-Nya telah diungkapkan secara pribadi oleh Tuhan; Tuhan itu sendiri sedang mengungkapkan perkataan-Nya sendiri dan suara hati-Nya. Mengapa firman-Nya disebut perkataan dari hati-Nya? Karena perkataan itu dikeluarkan dari lubuk hati, dan mengungkapkan watak-Nya, kehendak-Nya, pikiran-Nya, kasih-Nya bagi umat manusia, penyelamatan-Nya atas umat manusia, dan apa yang diharapkan-Nya dari umat manusia ... Perkataan Tuhan terdiri dari perkataan yang keras, dan perkataan yang lembut dan penuh pengertian, juga beberapa firman pewahyuan yang tidak selaras dengan keinginan manusia. Jika engkau hanya melihat pada firman pewahyuan, engkau mungkin merasa bahwa Tuhan cukup keras. Jika engkau hanya melihat pada perkataan yang lembut, engkau mungkin merasa bahwa Tuhan tidak terlalu berotoritas. Karena itu, engkau tidak boleh memaknai firman Tuhan di luar konteksnya; melainkan harus melihatnya dari setiap sudut. Terkadang Tuhan berbicara dari sudut pandang yang lembut dan penuh belas kasihan, maka orang melihat kasih-Nya kepada umat manusia; terkadang Dia berbicara dari sudut pandang yang sangat tegas, maka orang melihat watak-Nya yang tidak akan menoleransi pelanggaran. Manusia begitu menjijikkan, dan tidak layak memandang wajah Tuhan atau datang ke hadapan-Nya. Bahwa manusia pada saat ini diizinkan untuk datang ke hadapan-Nya adalah murni karena kasih karunia-Nya. Hikmat Tuhan dapat terlihat dari cara-Nya bekerja dan dalam makna penting pekerjaan-Nya. Manusia tetap dapat melihat hal-hal ini di dalam firman Tuhan, bahkan tanpa bersentuhan secara langsung dengan diri-Nya" ("Cara Mengenal Tuhan yang Berinkarnasi" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Firman Tuhan tiba-tiba membuatku melihat cahaya itu. Ya! Tuhan dalam daging pada akhir zaman telah menggunakan firman-Nya untuk menyatakan seluruh watak-Nya kepada manusia. Melalui firman-Nya, Tuhan mengizinkan manusia untuk melihat kuasa-Nya yang agung, supremasi-Nya, kerendahan hati dan ketersembunyian-Nya, kemuliaan-Nya, dan terlebih lagi memahami sukacita dan dukacita-Nya, serta tahu semua yang dimiliki-Nya dan keberadaan-Nya. Hal ini cukup untuk menunjukkan bahwa membaca dan mengalami firman Tuhan adalah satu-satunya cara untuk mengenal-Nya. Jika aku menjauhi firman Tuhan, maka apa jadinya jika aku hanya melihat Tuhan dalam daging? Bukankah orang-orang Farisi juga melihat Yesus saat itu? Jadi mengapa mereka memaku Yesus di kayu salib? Bukankah karena mereka tidak mendengarkan firman Yesus sehingga mereka arogan dan keras kepala memegang konsepsi dan imajinasi mereka sendiri, menolak dan mengutuk Tuhan Yesus berdasarkan sedikit tulisan kitab suci yang mereka pahami? Di sisi lain, Petrus mampu mengenal Yesus karena dia dapat melepaskan konsepsi dan imajinasinya sendiri, mendengarkan firman Tuhan Yesus dengan penuh perhatian, dan pandai merenungkan dengan seksama setiap kata dan kalimat yang diucapkan Yesus. Melalui ucapan dan pekerjaan Tuhan Yesus, dia mengetahui watak Tuhan dan semua yang dimiliki-Nya dan keberadaan-Nya. Akhirnya, dia memperoleh pengetahuan sejati tentang Tuhan. Bukankah fakta kuat ini cukup menjelaskan bahwa manusia hanya bisa mengenal Tuhan melalui firman-Nya? Lagi pula, mengingat bahwa pekerjaan utama Tuhan di dalam daging pada akhir zaman adalah pekerjaan firman, tidakkah ini bermanfaat bagiku dalam mengenal Tuhan?

Semakin aku memikirkan kembali alasan logisku, semakin aku merasakan kemalangan, kebodohan, dan kekanak-kanakanku sendiri. Setiap hari aku memegang firman Tuhan di tanganku, makan dan minum firman Tuhan, membaca dan mengalami firman-Nya, tetapi aku tidak mengasihi firman-Nya dengan sungguh-sungguh. Aku berpikir bahwa aku hanya bisa mengenal Tuhan dengan melihat wajah Kristus. Aku benar-benar menjalani hidup yang diberkati tanpa menghargainya! Ya, Tuhan! Terima kasih karena Engkau telah mengungkapkan dan membalikkan caraku yang salah untuk mengetahui dan membuatku melihat jalan untuk mengenal-Mu. Mulai sekarang, aku akan rindu membaca firman-Mu, merenungkan firman-Mu, berusaha untuk memahami sukacita dan dukacita-Mu melalui firman-Mu, dan dengan menemukan lebih banyak kemuliaan-Mu, aku mengenal Engkau semakin mendalam.

Selanjutnya: Kelahiran Kembali

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Apa yang Kupetik dari Kegagalan

Oleh Saudara Shi Fang, Korea Pada tahun 2014, aku dilatih sebagai produser video untuk gereja. Pada waktu itu, sebuah video baru mulai...