Aku Tidak Lagi Memilih Tugasku Berdasarkan Kesukaan

22 November 2024

Pada tahun 2006, aku menerima pekerjaan Tuhan di akhir zaman. Sejak itu, aku melayani sebagai pemimpin dan pekerja di gereja. Meskipun sibuk dan lelah setiap hari, aku tak pernah mengeluh, karena aku percaya bahwa memimpin dan mengawasi adalah tugas bagi mereka yang mengejar kebenaran, dan mereka yang melaksanakan tugas-tugas ini sangat dihormati oleh saudara-saudari. Pada tahun 2018, aku menerima tugas tulis-menulis. Aku sangat senang, dan merasa bahwa aku pasti melakukannya dengan baik, kalau tidak, aku tidak akan dipilih untuk tugas sepenting ini. Beberapa hari kemudian, seorang pemimpin tingkat atas bertemu denganku dan berkata, "Gereja menghadapi penangkapan oleh PKT; situasi menjadi tegang di mana-mana, dan kami sangat membutuhkan orang untuk melaksanakan tugas menangani urusan umum. Kami sudah berdiskusi dan ingin kau dan suamimu melaksanakan tugas ini." Saat mendengar perkataan pemimpin itu, kepalaku terasa berdengung. Aku hampir tak bisa mempercayai telingaku, berpikir, "Bagaimana mungkin mereka menugaskanku untuk menangani urusan umum? Tidakkah pemimpin melakukan kesalahan? Bukankah menangani urusan umum hanya berarti berjerih payah? Betapa rendahnya tugas ini! Apa yang akan saudara-saudari pikirkan tentangku jika mereka mengetahuinya?" Makin aku memikirkannya, makin aku merasa menentang, dan aku ingin memberi tahu pemimpin bahwa aku tak ingin melaksanakan tugas ini, tetapi mengingat bahwa pengaturan gereja didasarkan pada kebutuhan pekerjaan, aku tak punya pilihan selain dengan enggan menyetujuinya. Dalam perjalanan pulang, pikiranku kacau: "Sejak percaya kepada Tuhan, aku selalu melayani sebagai pemimpin dan pekerja, atau melaksanakan tugas tulis-menulis, dan kedua tugas itu terdengar lebih bergengsi daripada tugas urusan umum. Harus melaksanakan pekerjaan berat, kotor, dan melelahkan seperti itu sama sekali tidak bergengsi dibandingkan dengan tugas tulis-menulis yang sedang kulaksanakan, dan jika para saudari di timku tahu, bukankah mereka pasti akan meremehkanku, berkata bahwa aku pasti tak mengejar kebenaran sehingga mendapatkan tugas ini?" Sesampainya di rumah, aku berbaring di tempat tidur, merasa lemah dan tak berdaya, tetapi aku memasang senyuman palsu ketika menghadapi para saudari, tak berani bersekutu secara terbuka tentang keadaanku, khawatir mereka akan meremehkanku saat mengetahui bahwa aku sedang melaksanakan tugas menangani urusan umum.

Beberapa hari kemudian, aku dan suamiku secara resmi melaksanakan tugas menangani urusan umum. Di beberapa hari pertama, kami membantu saudara-saudari yang berada dalam bahaya untuk pindah ke rumah baru. Aku dan suamiku bangun sekitar pukul tiga pagi untuk membantu pindahan, naik turun tangga, dan setiap hari kami kelelahan, punggung nyeri dan pinggang terasa sakit, dan setibanya kami di rumah pada malam hari, aku bahkan tak ingin makan, bahkan terlalu lemas untuk bangun dari tempat tidur. Setelah seminggu melaksanakan pekerjaan ini dari pagi hingga malam, aku mulai mengeluh, "Ini hanyalah berjerih payah. Di dunia ini, pekerjaan seperti ini dilakukan oleh mereka yang tak punya pengetahuan, pendidikan, atau keterampilan, dan aku tak pernah membayangkan akan jatuh ke level ini setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, hanya mampu melakukan tugas yang paling tidak menonjol, yang berjerih payah. Dahulu aku melaksanakan pekerjaan tulis-menulis, duduk di depan komputer, memakai pakaian bersih dan terlindung dari angin dan hujan, tetapi sekarang aku bermandi keringat dan kelelahan setiap hari! Perbedaannya bagaikan siang dan malam!" Setiap hari aku melaksanakan tugasku dengan enggan, dengan kondisiku yang begitu menurun, merasa linglung seperti mayat hidup, dengan batin yang begitu merana.

Dalam rasa sakitku, aku datang ke hadirat Tuhan dan berdoa, "Ya Tuhan, para pemimpin mengatur agar aku menangani urusan umum, tetapi aku tak bisa tunduk. Aku merasa bahwa tugas ini rendahan dan akan membuat orang-orang meremehkanku. Aku tidak memahami maksud-Mu. Tolong cerahkan dan bimbinglah aku agar dapat memetik pelajaran dari hal ini." Setelah berdoa, aku membaca dua bagian firman Tuhan: "Ada orang yang sering merasa lebih unggul di rumah Tuhan. Dalam hal apa? Apa yang menyebabkan dia merasa lebih unggul dalam hal ini? Sebagai Contoh, ada orang yang tahu bagaimana berbicara bahasa asing, dan dia menganggap bahwa itu berarti dia memiliki karunia dan cakap, serta menganggap bahwa jika rumah Tuhan tidak memiliki orang seperti dirinya, mungkin akan sangat sulit untuk memperluas pekerjaannya. Akibatnya, dia ingin membuat orang-orang menghormatinya di mana pun dia berada. Metode apa yang digunakan orang semacam ini ketika dia bertemu orang lain? Di dalam hatinya, dia menetapkan berbagai macam peringkat yang berbeda pada orang-orang yang melaksanakan berbagai tugas di rumah Tuhan. Para pemimpin berada di urutan pertama, orang-orang yang memiliki bakat khusus berada di urutan kedua, selanjutnya ada orang-orang yang memiliki bakat biasa, dan urutan yang terbawah adalah orang yang melaksanakan segala macam tugas pendukung. Ada orang yang memperlakukan kemampuan untuk melaksanakan tugas penting dan tugas khusus sebagai modal, dan memperlakukannya sebagai memiliki kenyataan kebenaran. Apa masalahnya di sini? Bukankah ini tidak masuk akal? Melaksanakan beberapa tugas khusus membuatnya congkak dan angkuh, serta memandang rendah semua orang. Ketika dia bertemu seseorang, hal pertama yang selalu dia lakukan adalah menanyakan tugas apa yang dia laksanakan. Jika orang tersebut melaksanakan tugas biasa, dia akan memandang rendah orang tersebut, dan menganggap orang tersebut tidak layak mendapatkan perhatiannya. Ketika orang ini ingin bersekutu dengannya, dia menyetujuinya di luarnya, tetapi di dalam hati dia berpikir, 'Kau ingin bersekutu denganku? Kau bukan siapa-siapa. Lihatlah tugas yang kaulaksanakan, bagaimana kau layak berbicara denganku?' Jika tugas yang orang tersebut laksanakan lebih penting daripada tugasnya, dia akan menyanjung orang tersebut dan merasa iri terhadapnya. Ketika dia melihat para pemimpin atau pekerja, dia akan patuh dan menyanjung mereka. Apakah caranya memperlakukan orang memiliki prinsip? (Tidak. Dia memperlakukan orang berdasarkan tugas yang mereka laksanakan, dan berdasarkan berbagai ragam peringkat yang dia tetapkan.) Dia memberi peringkat pada orang berdasarkan pengalaman dan senioritas mereka, serta berdasarkan bakat dan karunia mereka" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya di dalam Menerapkan Kebenaran Terdapat Jalan Masuk Kehidupan"). "Apa pun tugasmu, jangan membedakan antara tugas yang tinggi dan rendah. Misalkan engkau berkata, 'Meskipun tugas ini adalah amanat dari Tuhan dan merupakan pekerjaan rumah Tuhan, jika aku melakukannya, orang-orang mungkin akan memandang rendah diriku. Orang-orang lain dapat melakukan pekerjaan yang membuat mereka menonjol. Aku telah diberi tugas ini, yang tidak membuatku menonjol tetapi membuatku berupaya keras di balik layar, ini tidak adil! Aku tidak akan melaksanakan tugas ini. Tugasku haruslah sebuah tugas yang membuatku menonjol di depan orang lain dan memungkinkanku untuk menjadi terkenal—dan bahkan jika aku tidak terkenal atau menonjol, aku harus tetap mendapatkan manfaat darinya dan merasa nyaman secara fisik.' Apakah ini sikap yang bisa diterima? Bersikap pilih-pilih artinya tidak menerima apa yang berasal dari Tuhan; artinya membuat pilihan sesuai preferensimu sendiri. Ini artinya tidak menerima tugasmu; artinya menolak tugasmu, yang adalah perwujudan dari pemberontakanmu terhadap Tuhan. Sikap pilih-pilih seperti itu dicemari oleh preferensi dan keinginan pribadimu. Ketika engkau mempertimbangkan keuntunganmu sendiri, reputasimu, dan sebagainya, maka sikapmu terhadap tugasmu bukanlah tunduk" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa cara pandangku tentang tugas tidaklah benar, dan bahwa aku telah menggolongkan tugas-tugas di rumah Tuhan ke dalam berbagai tingkatan. Aku berpikir bahwa menjadi seorang pemimpin dan pekerja atau pengawas tim di rumah Tuhan berarti bahwa seseorang memiliki kualitas yang baik dan mengejar kebenaran dengan kuat, dan saudara-saudari akan sangat menghormati orang seperti itu, sedangkan mereka yang melaksanakan tugas menangani urusan umum adalah orang berkualitas rendah dan kurang memahami kebenaran, dan melaksanakan tugas seperti itu dianggap rendah dan tidak memungkinkan seseorang untuk tampil menonjol. Jadi aku merindukan tugas-tugas yang sebelumnya kulaksanakan, ketika saudara-saudari menghormatiku, dan aku selalu merasa unggul dari yang lain, yang membuatku sangat termotivasi dalam melaksanakan tugasku, bersedia meninggalkan keluarga dan karierku, serta menderita dan mengorbankan diri. Kini, saat aku ditugaskan menangani urusan umum, aku merasa seolah telah diturunkan pangkatnya, dan merasa rendah di hadapan saudara-saudari. Khususnya ketika tugas itu menyakitkan dan melelahkan, aku mengeluh dalam hatiku, dan merasa bahwa pengaturan dari para pemimpin ini tidak adil dan merusak integritasku, dan aku hanya ingin menghindari tanggung jawab ini. Di titik ini, aku menyadari bahwa aku memilih tugas berdasarkan pada apakah itu memungkinkanku untuk menonjolkan diri dan menguntungkan diriku, dan bahwa aku sama sekali tidak memikirkan pekerjaan gereja. Setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, aku masih belum memandang segala sesuatu berdasarkan firman Tuhan, tetapi malah membagi tugas-tugas ke dalam berbagai tingkat. Cara pandangku tidak ada bedanya dengan cara pandang para pengikut yang bukan orang percaya. Saat menyadari hal ini, aku merasa sedih dan bersalah.

Kemudian, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Di rumah Tuhan, selalu disebutkan tentang menerima amanat Tuhan dan bagaimana orang melaksanakan tugasnya dengan benar. Bagaimana tugas muncul? Secara umum, tugas muncul sebagai hasil dari pekerjaan pengelolaan Tuhan yang membawa keselamatan bagi umat manusia; secara khusus, saat pekerjaan pengelolaan Tuhan dilakukan dan dinyatakan di antara manusia, pada saat itulah muncul berbagai pekerjaan yang menuntut orang untuk bekerja sama dan menyelesaikannya. Ini telah memunculkan tanggung jawab dan misi untuk orang penuhi, dan tanggung jawab serta misi ini adalah tugas yang Tuhan limpahkan kepada umat manusia. Di rumah Tuhan, berbagai tugas yang membutuhkan kerja sama manusia merupakan tugas yang harus mereka penuhi. Jadi, apakah ada perbedaan dalam pengertian apakah tugas tersebut lebih baik dan lebih buruk, apakah tugas tersebut tinggi dan rendah, atau besar dan kecil? Perbedaan semacam itu tidak ada; selama sesuatu ada hubungannya dengan pekerjaan pengelolaan Tuhan, selama itu adalah tuntutan pekerjaan rumah-Nya, dan diperlukan untuk menyebarluaskan Injil Tuhan, maka itu adalah tugas orang. Inilah asal mula dan definisi tugas" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). "Sikap apakah yang seharusnya engkau miliki terhadap tugasmu? Pertama, engkau tidak sepatutnya menganalisisnya, berusaha mencari tahu siapa yang sudah menugaskannya kepadamu; sebaliknya, sepatutnyalah engkau menerimanya dari Tuhan, sebagai tugas yang dipercayakan kepadamu oleh Tuhan, dan engkau seharusnya menaati penataan dan pengaturan Tuhan, dan menerima tugasmu itu dari Tuhan. Kedua, jangan membeda-bedakan antara tugas yang tinggi dan yang rendah, dan jangan memusingkan dirimu dengan natur dari tugas tersebut, apakah tugas itu akan membuatmu menonjol atau tidak, apakah tugas itu dilakukan di depan umum atau di belakang layar. Jangan mempertimbangkan hal-hal ini. Ada juga sikap yang lain: ketundukan dan kerja sama secara aktif" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). Setelah membaca firman Tuhan, tiba-tiba aku mendapatkan terang di hatiku, dan aku memahami bahwa di rumah Tuhan, tidak ada perbedaan antara tugas yang tinggi atau rendah, mulia atau hina. Apa pun tugas yang dilaksanakan, semuanya adalah untuk memenuhi peran dan fungsi seseorang, serta untuk melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan. Gereja mengatur siapa yang melaksanakan tugas apa berdasarkan tingkat pertumbuhan dan kualitas masing-masing orang, dan berdasarkan kebutuhan pekerjaan gereja. Apa pun tugasnya, semuanya dilakukan untuk menyebarkan Injil. Para pemimpin menugaskanku untuk menangani urusan umum, serta mengatur akomodasi bagi saudara-saudari, mengatur kehidupan mereka dengan baik agar mereka bisa melaksanakan tugasnya dengan tenang; itu juga diperlukan untuk pekerjaan ini. Seperti sebuah mesin, setiap bagian memiliki perannya, dan jika ada bagian yang hilang, mesin itu tidak bisa beroperasi. Demikian pula di rumah Tuhan, setiap tugas sangat diperlukan, dan dalam hal tugas, tidak ada yang namanya tingkatan. Selain itu, apakah seseorang memiliki kenyataan kebenaran atau tidak, itu tidak diukur dari jenis tugas yang dilaksanakannya. Dahulu, ketika aku sedang melaksanakan tugas sebagai pemimpin dan pekerja, aku sering bersekutu dengan saudara-saudari dalam pertemuan, tetapi saat aku dipindahkan ke tugas yang baru, aku tidak bisa tunduk, dan aku mengukurnya dengan sudut pandang orang tidak percaya, memperlihatkan bahwa aku menyedihkan karena tak memiliki kebenaran. Tuhan berkata bahwa tugas apa pun yang berhubungan dengan rencana pengelolaan-Nya adalah tugas, bahwa tidak ada perbedaan antara tugas yang tinggi atau rendah, yang mulia atau hina, dan bahwa semua itu adalah tanggung jawab yang tidak bisa dihindari manusia. Namun, aku menganggap diriku sebagai kaum elite, dan berpikir bahwa ditugaskan untuk menangani urusan umum berarti menyia-nyiakan bakatku. Aku bersikap negatif, menentang, dan bahkan ingin menghindarinya. Bagaimana aku melaksanakan tugasku? Esensi Tuhan begitu suci dan mulia, tetapi Dia telah menanggung segala penderitaan untuk menjadi daging dan mengungkapkan kebenaran, diam-diam berjerih payah demi keselamatan umat manusia. Setelah merenungkan diriku sendiri, ketika aku mengalami sedikit saja kesukaran fisik, aku terus mengeluh dan salah paham. Sikapku terhadap tugasku ini benar-benar tidak memiliki kemanusiaan dan sungguh menyakiti Tuhan! Aku merasa sangat berutang kepada Tuhan dan menyesali sikapku yang memberontak. Aku tidak boleh lagi memilih tugas berdasarkan kesukaan dan keinginanku sendiri. Ketika aku tunduk, pola pikirku terhadap tugasku berubah, dan aku tidak terlalu merasa sakit dan lelah di hatiku. Pengaturan Tuhan atas berbagai situasi menyingkapkan pandanganku yang salah, dan ini adalah kasih serta keselamatan dari Tuhan bagiku.

Setelah melaksanakan tugas menangani urusan umum selama enam bulan, kupikir pandanganku sudah berubah, dan aku tak lagi mengejar status atau reputasi, tetapi ketika timbul suatu situasi, hal itu kembali menyingkapkan diriku. Suatu hari, pemimpin datang untuk berdiskusi denganku tentang penugaskanku dan suamiku untuk menjadi tuan rumah. Mengingat bahwa sebelumnya aku tidak tunduk dalam melaksanakan tugas menangani urusan umum telah membuatku merasa berutang, aku tahu bahwa aku tidak boleh memberontak kali ini, jadi aku setuju, dan kami segera menyewa sebuah rumah. Namun, setelah menghabiskan hari-hari kami dengan tinggal bersama saudara-saudari dan melihat mereka semua melaksanakan tugas tulis-menulis, aku merasa agak pahit dan tidak senang, berpikir, "Sebelumnya, aku juga melaksanakan tugasku di depan komputer, dan sekarang aku berjongkok di dapur setiap hari, menyiapkan sayuran dan memasak." Aku merasa begitu rendah di hadapan mereka. Ketika memikirkan ini, air mataku menggenang. Suatu hari, pemimpin datang ke rumahku untuk mendiskusikan pekerjaan dengan saudara-saudari, dan pergi tanpa menanyakan keadaanku, yang membuatku merasa makin terpuruk. Aku teringat akan saat melaksanakan tugas-tulis menulis. Saat itu, aku dihargai oleh para pemimpin, tetapi sekarang aku hanya berurusan dengan panci dan wajan sepanjang hari, dan sepertinya aku tak akan pernah punya kesempatan untuk tampil menonjol. Makin aku memikirkannya, makin sakit rasanya, dan aku merasa bahwa hidup ini tidak berarti. Aku menyadari bahwa keadaanku ini tidak benar, jadi aku segera mencari firman Tuhan untuk dibaca. Aku membaca satu bagian firman Tuhan: "Di bawah pengaruh kuat watak rusak Iblis, apa yang akan menjadi cita-cita, harapan, ambisi, dan tujuan serta arah hidup manusia? Bukankah semua itu bertentangan dengan hal-hal positif? Sebagai contoh, manusia selalu ingin terkenal atau menjadi selebritas; mereka ingin mendapatkan ketenaran dan martabat yang besar, dan ingin membawa kehormatan bagi leluhur mereka. Apakah ini hal-hal positif? Ini sama sekali tidak sejalan dengan hal-hal positif; selain itu, semua ini bertentangan dengan hukum kedaulatan Tuhan atas nasib manusia. Mengapa Aku mengatakan itu? Orang seperti apakah yang Tuhan inginkan? Apakah Dia menginginkan orang yang hebat, selebritas, bangsawan, atau orang yang mengguncangkan dunia? (Tidak.) Jadi, orang seperti apakah yang Tuhan inginkan? (Orang yang tetap teguh dalam memenuhi perannya sebagai makhluk ciptaan.) Ya, dan apa lagi? (Tuhan menginginkan orang jujur yang takut akan Dia dan menjauhi kejahatan, serta tunduk kepada-Nya.) (Orang yang berpihak kepada Tuhan dalam segala hal, yang berusaha untuk mengasihi Tuhan.) Jawaban-jawaban itu juga benar. Orang yang Tuhan inginkan adalah siapa pun yang sehati dan sepikir dengan Tuhan. Adakah dikatakan dalam firman Tuhan bahwa orang harus mempertahankan posisinya sebagai manusia? (Ada.) Apa isinya? ('Sebagai salah satu makhluk ciptaan, manusia wajib menjaga posisinya masing-masing, dan berperilaku dengan penuh tanggung jawab. Dengan patuh menjaga apa yang dipercayakan kepadamu oleh Sang Pencipta. Jangan bertindak di luar batas, atau melakukan hal-hal di luar jangkauan kemampuanmu atau yang menjijikkan bagi Tuhan. Jangan berusaha menjadi orang hebat, atau menjadi manusia super, atau berada di atas orang lain, jangan berusaha menjadi Tuhan. Ini adalah hal-hal yang seharusnya tidak diinginkan oleh orang. Berusaha menjadi orang hebat atau manusia super itu tidak masuk akal. Berusaha untuk menjadi Tuhan lebih memalukan lagi; itu hal yang menjijikkan, dan tercela. Apa yang patut dipuji, dan apa yang harus terus dilakukan oleh makhluk ciptaan lebih dari apa pun, adalah menjadi makhluk ciptaan yang sejati; ini adalah satu-satunya tujuan yang harus dikejar oleh semua orang' (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I").) Karena engkau tahu apa yang firman Tuhan tuntut dari manusia, mampukah engkau bertindak sesuai dengan tuntutan Tuhan? Apakah engkau selalu ingin mengepakkan sayapmu dan terbang, apakah engkau selalu ingin terbang sendiri, menjadi elang daripada menjadi burung kecil? Watak apakah ini? Inikah prinsip manusia dalam bertindak? Pengejaranmu dalam berperilaku sebagai manusia haruslah didasarkan pada firman Tuhan; hanya firman Tuhan yang adalah kebenaran. ... Apa yang selalu membuat orang ingin lepas dari kedaulatan Tuhan, dan selalu ingin mengendalikan nasib mereka sendiri serta merencanakan masa depan mereka sendiri, dan ingin mengendalikan prospek, arah, dan tujuan hidup mereka sendiri? Berasal dari manakah titik awal ini? (Dari watak rusak Iblis dalam diri kami.) Lalu apa akibatnya jika orang memiliki watak rusak Iblis dalam dirinya? (Mereka menentang Tuhan.) Apa yang terjadi dengan orang yang menentang Tuhan? (Penderitaan.) Penderitaan? Yang terjadi adalah kebinasaan! Ini jauh lebih buruk daripada penderitaan. Yang engkau lihat tepat di depan matamu adalah penderitaan, kenegatifan, dan kelemahan, dan itu merupakan penentangan dan keluhan—akibat apa yang akan dihasilkan semua ini? Kebinasaan! Ini bukan masalah kecil dan ini bukan lelucon" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Watak yang Rusak Hanya Dapat Diselesaikan dengan Menerima Kebenaran"). Saat merenungkan firman Tuhan, aku menyadari bahwa alasanku selalu ingin melaksanakan tugas sebagai pemimpin dan pekerja serta mengejar kekaguman dan rasa hormat dari orang lain adalah karena aku dikendalikan oleh keinginanku akan reputasi dan status. Dengan hidup berdasarkan "Manusia membutuhkan harga dirinya seperti pohon membutuhkan kulitnya", "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang", "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah", "Kau harus menanggung penderitaan yang sangat besar agar bisa unggul dari yang lain", dan racun-racun Iblis lain semacam itu, aku salah mengira bahwa ketenaran dan keterkenalan, serta pengejaran akan keunggulan adalah hal-hal yang positif, menganggap bahwa hidup yang seperti itulah yang berharga, dan berpikir bahwa diremehkan oleh orang lain berarti hidup tanpa keberhasilan dan menjadikanku rendah diri. Aku merenungkan masa-masa setelah aku menikah. Meski aku dan suamiku memiliki pekerjaan yang stabil dan kehidupan yang nyaman, aku ambisius dan tak mau menjalani hidup yang biasa-biasa saja. Aku ingin meningkatkan kehidupanku dan memperoleh kekaguman dari kerabat serta kolegaku. Untuk mencapai ini, aku dan suamiku melakukan pekerjaan sampingan selain pekerjaan tetap kami, memelihara ayam dan menanam sayuran, dan setiap hari kami bekerja dari fajar hingga senja. Seiring berjalannya waktu, kehidupan kami mengalami peningkatan, dan sanak saudara serta para kolega memuji kemampuanku, yang membuatku sangat senang dan merasa bahwa hidupku tidak sia-sia. Setelah masuk ke gereja, aku tetap mengejar reputasi dan keunggulan, mengira bahwa menjadi pemimpin dan pekerja atau pengawas tim akan membuat saudara-saudari mengagumiku. Ketika keinginanku akan reputasi, keuntungan, dan status terpenuhi, segala kesukaran pun dapat kutanggung, tetapi saat harus melaksanakan tugas seperti menangani urusan umum atau menjadi tuan rumah untuk orang lain, aku merasa itu merendahkanku, dan hatiku dipenuhi penentangan serta keluhan, dan aku tidak memiliki ketundukan. Aku tidak memikirkan cara untuk mempertahankan pekerjaan gereja, dan memperlihatkan suatu watak Iblis yang melawan Tuhan. Ketika menyadari hal ini, aku merasa sangat takut, dan datang ke hadapan Tuhan dalam doa, "Ya Tuhan, pandanganku akan pengejaran telah salah, dan selama bertahun-tahun percaya kepada-Mu, aku tidak mengikuti jalan mengejar kebenaran, tetapi malah menggunakan tugas-tugasku untuk memuaskan keinginanku sendiri akan reputasi dan status, dan tidak dengan tulus melaksanakan tugasku sebagai makhluk ciptaan. Tuhan, aku bersedia untuk bertobat, dan kumohon bimbinglah aku agar dapat memahami kebenaran dan memperbaiki pandanganku yang keliru akan pengejaran." Setelah itu, aku merenung, dan menyadari bahwa melaksanakan tugas ini bermanfaat bagi jalan masuk kehidupanku. Walau aku telah bertahun-tahun menjadi pemimpin dan pekerja, aku belum mengejar kebenaran, dan banyak pandanganku yang keliru tetap tidak berubah. Dipindahkan ke tugas lain memaksaku untuk merenung dan mengenal diriku sendiri, yang merupakan kasih dan keselamatan dari Tuhan bagiku. Setelah memahami hal ini, aku menyesal dan merasa bersalah, dan aku hanya ingin membiarkan Tuhan mengaturku sekehendak hati-Nya, serta bekerja sama dengan tulus dan dengan hati yang mencari serta tunduk dalam tugas apa pun.

Belakangan, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Semua orang sama di hadapan kebenaran, dan tidak ada perbedaan usia atau posisi dan seberapa luhurnya mereka yang melaksanakan tugas mereka di rumah Tuhan. Semua orang sama di hadapan tugas mereka, mereka hanya melakukan pekerjaan yang berbeda. Tidak ada perbedaan di antara mereka berdasarkan siapa yang memiliki senioritas. Di hadapan kebenaran, setiap orang harus memiliki hati yang tunduk, menerima, dan rendah hati. Orang-orang harus memiliki nalar dan sikap ini" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Delapan)). "Pada akhirnya, apakah orang dapat memperoleh keselamatan atau tidak, itu bukan tergantung pada tugas apa yang telah mereka laksanakan, tetapi tergantung pada apakah mereka dapat memahami dan memperoleh kebenaran, dan tergantung pada apakah mereka pada akhirnya dapat sepenuhnya tunduk kepada Tuhan, berserah diri pada belas kasihan pengaturan-Nya, tidak memikirkan masa depan dan nasib mereka, dan menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi syarat. Tuhan itu benar dan kudus, dan inilah standar yang Dia gunakan untuk menilai seluruh umat manusia. Standar ini tidak dapat diubah dan engkau harus mengingat standar ini" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Dari firman Tuhan, aku melihat watak Tuhan yang benar. Di mata Tuhan, kita semua adalah makhluk ciptaan dan setara. Tuhan tidak memperkenan seseorang hanya karena dia adalah seorang pemimpin, atau merendahkan seseorang karena dia menangani urusan umum. Tuhan mengungkapkan kebenaran, membekali setiap orang, dan selama orang-orang haus akan kebenaran serta mengejarnya, semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk diselamatkan. Tuhan tidak menentukan kesudahan seseorang berdasarkan jenis tugas yang dilaksanakannya, tetapi berdasarkan esensi dan jalan yang dia tempuh. Jika seseorang tidak mengejar kebenaran, tidak menerapkan firman Tuhan, dan wataknya tidak berubah, sekalipun dia adalah seorang pemimpin dan pekerja, dia pada akhirnya akan disingkirkan. Pada titik ini, aku juga memahami bahwa tidak peduli seberapa tinggi statusku atau berapa banyak orang yang mengagumiku, semua itu tak bisa menyelamatkanku. Hanya dengan mengejar kebenaran dan berusaha mengubah watak berdasarkan maksud Tuhan, barulah ada kesempatan untuk diselamatkan. Ketika memahami hal-hal ini, hatiku terasa lega, dan sejak saat itu, aku hanya ingin melaksanakan tugasku dengan baik dan membayar utangku kepada Tuhan. Ketika melaksanakan tugasku setelah ini, aku tidak lagi fokus pada bagaimana pandangan saudara-saudariku terhadapku, tetapi memikirkan cara untuk memastikan keamanan rumah dan menjadi tuan rumah yang baik bagi saudara-saudari, agar mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan tenang. Selain itu, saat melaksanakan tugas sebagai tuan rumah, aku fokus merenungkan pemikiran dan kerusakanku yang terlihat dalam interaksiku sehari-hari dengan orang, peristiwa, dan hal-hal, dan aku mencari firman Tuhan untuk mengatasinya, mementingkan untuk menulis catatan saat teduh, dan berlatih menulis artikel kesaksian pengalaman, dan setiap hari terasa begitu memuaskan. Hajaran dan penghakiman firman Tuhan-lah yang telah memperbaiki pandanganku yang salah, dan perubahan yang kualami hari ini adalah hasil dari pekerjaan Tuhan. Terima kasih, Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Setelah Gempa Bumi

Oleh Saudari Jane, Filipina Pada Juli 2019, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Kemudian, aku banyak membaca...

Permenungan Setelah Tersesat

Oleh Saudari Xin Zhi, Tiongkok Suatu hari pada Agustus 2019, lewat surat, pemimpin memintaku menjemput seorang saudari dari luar kota....