Membiarkan Diriku Lengah

27 Februari 2023

Oleh Saudari Zhuanyi, Korea

Beberapa waktu lalu, kami harus membuat sejumlah gambar untuk pembuatan film gereja. Rekanku, Saudara Simon, telah merancang sebuah gambar dan mengirimkannya untuk ditinjau. Pemimpin bilang gambarnya terlalu kasar dan komposisinya kurang, dan ini jelas karena Simon acuh tak acuh dan ceroboh. Lalu, aku menanyai Simon terkait hal ini. Dia bilang karena jadwal yang padat, dia tak sempat mengerjakannya dengan mendetail. Aku tak menanggapinya, hanya mengingatkan dia untuk lebih berhati-hati lain kali, dan karena pekerjaan film ini sangat penting, kami tak bisa ceroboh dan membuang waktu dengan revisi. Tak lama kemudian, ada kesalahan prinsip dalam gambar Simon yang lain. Pemimpin menangani dia karena membuat kesalahan dasar setelah latihan begitu lama, dan karena ceroboh dalam bertugas. Akibatnya, dia dipecat dari tugasnya. Hal itu membuatku takut. Aku tak sepenuhnya paham. Pemimpin memecat Simon hanya karena membuat dua kesalahan, bukankah itu agak kejam? Tiba-tiba muncul kesalahpahaman dan kewaspadaan dalam hatiku. Aku merasa tak boleh membuat kesalahan besar dalam tugasku, bisa saja aku ditangani karena kesalahan kecil dan mungkin dipecat karena kesalahan fatal, aku akan kehilangan semua harapan diselamatkan jika tak bisa melakukan tugasku. Aku harus lebih berhati-hati.

Tak lama kemudian, aku sangat gugup mengirimkan gambarku ke pemimpin untuk ditinjau. Aku teringat bagaimana Simon dipecat hanya karena membuat dua kesalahan. Jika kesalahan prinsip juga ada dalam gambarku, pemimpin mungkin tak akan memilihku jadi ketua kelompok karena aku tak bisa bekerja dengan baik. Akankah aku dipecat seperti Simon? Makin memikirkannya, makin aku merasa resah. Aku tidak tenang dalam bertugas, dan tak bersemangat melakukan pekerjaanku saat ini. Aku sadar keadaanku tidak benar. Aku segera berdoa memohon bimbingan Tuhan agar aku bisa mengatasi masalah ini. Lalu, aku melihat video pembacaan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Terkadang, Tuhan menggunakan masalah tertentu untuk menyingkapkan atau mendisiplinkanmu. Apakah ini berarti engkau telah diusir? Apakah itu berarti segalanya sudah berakhir bagimu? Tidak. Ini seperti ketika seorang anak tidak taat dan melakukan kesalahan; orang tuanya mungkin akan menegur dan menghukumnya, tetapi jika dia tidak dapat memahami niat orang tuanya ataupun mengerti alasan mereka melakukannya, dia akan salah memahami niat mereka. Sebagai contoh, orang tua mungkin berkata kepada anak mereka, 'Jangan keluar rumah sendirian, dan jangan keluar seorang diri,' tetapi perkataan ini masuk ke satu telinga dan keluar dari telinga yang lain, dan anak itu tetap menyelinap keluar seorang diri. Begitu orang tuanya mengetahuinya, mereka memarahi anak mereka dan sebagai hukuman, mereka menyuruhnya berdiri di sudut untuk memikirkan perilakunya. Anak itu tidak mengerti niat orang tuanya dan mulai ragu: 'Apakah orang tuaku tidak lagi menginginkanku? Apakah aku benar-benar anak kandung mereka atau bukan? Apakah aku diadopsi?' Inilah hal-hal yang dia pikirkan. Apa sebenarnya niat orang tua itu? Orang tuanya berkata terlalu berbahaya untuk keluar rumah seorang diri dan meminta anak mereka untuk tidak melakukannya. Namun, anak itu tidak mendengarkan, dan perkataan orang tuanya itu masuk ke satu telinga dan keluar dari telinga yang lain. Oleh karena itu, orang tuanya harus menggunakan beberapa bentuk hukuman untuk mendidik anak mereka dengan baik dan membuatnya memetik pelajaran dari hal ini. Apa yang ingin dicapai orang tua itu dengan melakukan hal ini? Apakah hanya untuk membuat anak mereka memetik pelajaran? Memetik pelajaran bukanlah apa yang pada akhirnya ingin mereka capai. Tujuan orang tuanya dalam melakukan ini adalah untuk membuat anak itu melakukan apa yang diperintahkan kepadanya, berperilaku sesuai dengan nasihat mereka, dan tidak melakukan apa pun yang tidak menaati mereka atau membuat mereka khawatir, yang merupakan efek yang diinginkan yang ingin mereka capai. Jika anak itu telah mendengarkan orang tuanya, itu memperlihatkan bahwa dia memahami banyak hal, dan orang tuanya dapat bebas dari rasa khawatir. Lalu bukankah mereka akan puas dengan dirinya? Masih perlukah mereka menghukumnya seperti itu? Mereka tak perlu melakukannya. Percaya kepada Tuhan sama seperti ini. Orang harus belajar untuk mengindahkan firman Tuhan dan memahami hati-Nya. Mereka tidak boleh salah memahami Tuhan. Sebenarnya, dalam banyak hal, kekhawatiran orang berasal dari kepentingan mereka sendiri. Secara umum, kekhawatiran itu adalah ketakutan bahwa mereka tidak akan mendapatkan hasil. Mereka selalu berpikir dalam hati, 'Bagaimana jika Tuhan menyingkapkanku, mengusirku, dan menolakku?' Ini adalah kesalahanmu dalam memahami Tuhan; ini hanyalah pemikiranmu. Engkau harus mencari tahu apa maksud Tuhan. Tuhan menyingkapkan manusia bukanlah untuk mengusir mereka. Orang-orang disingkapkan untuk menyingkapkan kekurangan, kekeliruan, dan esensi dari natur mereka, untuk membuat mereka mengenal diri mereka sendiri, dan mampu sungguh-sungguh bertobat; dengan demikian, menyingkapkan orang adalah untuk membantu mereka agar bertumbuh dalam hidup mereka. Tanpa pemahaman yang murni, orang cenderung salah memahami Tuhan dan menjadi negatif dan lemah. Mereka bahkan mungkin menyerah karena putus asa. Sebenarnya, disingkapkan oleh Tuhan bukan berarti orang itu akan diusir. Itu adalah untuk membantumu menyadari kerusakanmu sendiri, dan membuatmu bertobat. Sering kali, karena orang-orang memberontak, dan tidak mencari kebenaran untuk menemukan penyelesaian ketika kerusakan mereka yang banyak tersingkap, Tuhan harus melakukan pendisiplinan. Dan terkadang, Dia menyingkapkan orang, memperlihatkan keburukan dan keadaan mereka yang menyedihkan, memungkinkan mereka untuk mengenal diri mereka sendiri, yang membantu hidup mereka bertumbuh. Menyingkapkan orang memiliki dua arti yang berbeda: bagi orang jahat, disingkapkan berarti mereka diusir. Bagi orang yang mampu menerima kebenaran, disingkapkan adalah pengingat dan peringatan; itu membuat mereka harus merenungkan diri mereka sendiri untuk melihat keadaan mereka yang sebenarnya, dan tidak lagi suka memberontak dan sembrono, karena terus seperti ini akan berbahaya. Menyingkapkan orang dengan cara ini adalah untuk mengingatkan mereka, agar ketika mereka melaksanakan tugasnya, mereka tidak bingung dan ceroboh, tidak meremehkan tugas, tidak puas hanya dengan sedikit efektif, berpikir bahwa mereka telah melakukan tugas mereka sesuai standar yang dapat diterima—padahal sebenarnya, diukur menurut apa yang Tuhan tuntut, mereka tidak sesuai dengan yang diharapkan, tetapi mereka tetap berpuas diri, dan berpikir pekerjaan mereka baik. Dalam keadaan seperti itu, Tuhan akan mendisiplinkan, memperingatkan, dan mengingatkan manusia. Terkadang, Tuhan menyingkapkan keburukan mereka—yang secara terang-terangan berfungsi sebagai pengingat. Pada saat-saat seperti itu engkau harus merenungkan dirimu, yaitu bahwa melaksanakan tugasmu seperti ini tidaklah memadai, ada pemberontakan yang terlibat di dalamnya, itu mengandung terlalu banyak hal-hal negatif, itu sepenuhnya asal-asalan, dan jika engkau tidak bertobat, engkau akan dihukum. Ketika Tuhan mendisiplinkan dan menyingkapkanmu, ini bukan berarti engkau akan diusir. Masalah ini harus diperlakukan dengan benar. Sekalipun engkau diusir, engkau harus menerimanya dan tunduk akan hal itu, dan segera merenungkan dirimu dan bertobat" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Menerapkan Kebenaran dan Menaati Tuhan Orang Bisa Mencapai Perubahan Watak"). Setelah itu, aku paham disingkap bukan berarti kau diusir. Seperti saat anak melakukan kesalahan, orang tua memarahi mereka agar mereka mau mendengar, memetik pelajaran, dan tak lagi melawan. Jika anak patuh, pikiran orang tua pun jadi tenang, dan mereka tak akan menghukum anak itu. Kita tak memahami kebenaran dan bertindak tanpa prinsip, kita juga punya watak rusak, jadi berbuat salah dalam tugas adalah sesuatu yang tak bisa dihindari. Terkadang, kita tak bisa melihat masalah dengan jelas karena kualitas kita kurang dan tak paham kebenaran; terkadang kita sengaja dan seenaknya melanggar prinsip dengan bertindak sesuai watak congkak, dan mengganggu pekerjaan gereja; terkadang pekerjaan tak dilakukan dengan benar karena kita acuh tak acuh, ceroboh; dan seterusnya. Hanya dengan disingkap kita bisa melihat kerusakan dan kekurangan kita, mencari kebenaran, mengompensasi diri, dan menangani masalah dengan prinsip. Niat baik Tuhan ada di balik ini. Aku tak paham kehendak Tuhan. Saat melihat Simon dipecat, aku khawatir dan takut. Aku takut akan dipecat karena kesalahan sesaat, dan jika kesalahanku cukup fatal, aku akan diusir dan tak diselamatkan. Aku waspada dan salah memahami Tuhan. Aku merasa sangat bersalah. Aku mulai memikirkan kenapa Simon dipecat. Aku ingat pemimpin menunjukkan kesalahannya dua kali. Pertama, pemimpin bilang idenya ketinggalan zaman dan desainnya terlalu kasar, ada masalah teknis dasar tak ditangani dengan baik, dan ini jelas karena Simon acuh tak acuh. Pemimpin mengatakan hal ini agar Simon lebih berhati-hati dan teliti, dan mencapai hasil yang baik dalam tugasnya. Tapi Simon tak menganggapnya serius dan berdalih karena waktunya terbatas. Dia pun tak merenungkan atau meninjau masalah ini setelahnya. Kedua juga karena dia tak bertanggung jawab dan ceroboh dalam desainnya. Dia tak memeriksa pekerjaannya dengan benar dan tak memberi kami kesempatan memeriksanya, dia langsung mengirimkannya ke pemimpin untuk ditinjau. Akibatnya, sejumlah pelanggaran prinsip tak diperbaiki dan harus direvisi, yang menunda kemajuan pekerjaan penting ini. Kegagalan ini terjadi karena Simon tak serius bertugas dan bersikap acuh tak acuh. Pemimpin menangani Simon dengan sangat keras dan memecatnya agar dia bisa merenungkan sikapnya terhadap tugas, cepat memperbaiki sikapnya, bertugas dengan hati-hati dan cermat, dan bertindak sesuai prinsip kebenaran. Jika ditangani dan dipecat membantu dia merenung dan memetik pelajaran, itu akan baik untuk tugas dan jalan masuk kehidupannya! Setelah memahami itu, aku merasa jauh lebih tenang.

Tapi masih ada yang mengganjal di hatiku. Menurutku pemimpin sangat kejam memecat Simon hanya karena dua kesalahan dalam desainnya. Aku bertanya-tanya, akankah aku dipecat juga jika membuat kesalahan yang sama? Aku tahu aku masih salah paham dan waspada akan masalah ini, jadi aku mencari firman Tuhan yang sesuai untuk dibaca. Firman Tuhan menyatakan: "Di luarnya, ada orang-orang yang sepertinya tidak memiliki masalah serius apa pun selama mereka melaksanakan tugas mereka. Mereka tidak melakukan apa pun yang terang-terangan jahat; mereka tidak menyebabkan gangguan atau kekacauan, atau menempuh jalan antikristus. Dalam melaksanakan tugas mereka, tidak ada kesalahan besar atau masalah prinsip apa pun yang muncul, tetapi tanpa menyadarinya, dalam beberapa tahun saja, tersingkaplah bahwa mereka sama sekali tidak menerima kebenaran, bahwa mereka adalah salah satu dari orang-orang tidak percaya. Mengapa demikian? Orang lain tidak dapat melihat adanya masalah, tetapi Tuhan memeriksa lubuk hati orang-orang ini, dan Dia melihat masalah tersebut. Mereka selalu bersikap asal-asalan dan tidak mau bertobat dalam pelaksanaan tugas mereka. Seiring berjalannya waktu, mereka secara alami tersingkap. Apa arti tetap tidak bertobat? Itu artinya meskipun mereka telah melaksanakan tugas mereka selama ini, mereka selalu memiliki sikap yang salah terhadap tugas mereka, sikap yang ceroboh dan asal-asalan, sikap sembrono, dan mereka tidak pernah bertanggung jawab, apalagi setia. Mereka mungkin mengerahkan sedikit upaya, tetapi mereka hanya melakukannya dengan asal-asalan. Mereka tidak mengerahkan segenap kemampuan mereka dan pelanggaran mereka tidak ada habisnya. Di mata Tuhan, mereka tidak pernah bertobat; mereka selalu bersikap asal-asalan, dan tidak pernah ada perubahan sedikit pun dalam diri mereka—artinya, mereka tidak melepaskan kejahatan di tangan mereka dan bertobat kepada-Nya. Tuhan tidak melihat ada sikap pertobatan di dalam diri mereka dan Dia tidak melihat pembalikan dalam sikap mereka. Mereka gigih dalam hal melakukan tugas dan amanat Tuhan dengan sikap dan metode yang ceroboh dan asal-asalan. Secara keseluruhan, tidak ada perubahan dalam watak mereka yang keras kepala dan keras hati ini, dan selain itu, mereka tidak pernah merasa berutang kepada Tuhan, tidak pernah merasa bahwa kecerobohan dan sikap asal-asalan mereka merupakan pelanggaran atau perbuatan jahat. Di dalam hati mereka tidak ada perasaan berutang, tidak ada rasa bersalah, tidak ada penyesalan, apalagi menyalahkan diri sendiri. Dan, seiring berjalannya waktu, Tuhan melihat bahwa orang ini tidak dapat diselamatkan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Dari firman Tuhan aku paham jika orang tak pernah serius memperlakukan tugasnya, tak pernah mencari prinsip kebenaran di setiap perbuatannya, tak pernah peduli atau rajin, dan hanya asal-asalan bertugas, mereka bersikap sangat acuh tak acuh. Meski mereka tak terlihat menyebabkan gangguan atau kekacauan, atau menempuh jalan antikristus, jika tak bertobat dari sikap acuh tak acuh, jika selalu ada penyimpangan dalam tugas, mereka pada akhirnya akan disingkap dan diusir Tuhan. Dengan merenungkan firman Tuhan, aku teringat beberapa perilaku Simon dalam bertugas. Dia sudah lama bekerja di kelompok dan cakap untuk hal teknis, tapi dia sering membuat kesalahan dasar. Terkadang, desain sederhana yang dia buat pun harus direvisi berkali-kali. Dia sering membuat kesalahan bahkan saat mencadangkan dan melabeli berkas. Aku telah menunjukkan ini ke dia berkali-kali, yang lain juga sering memperingatkan, tapi dia tak pernah menganggapnya serius atau merenungkan masalah dan sikapnya terhadap tugas. Saat pemimpin menanganinya pertama kali, dia tak merenungkan masalah dan terus membela diri, berdalih karena waktu pengerjaannya terbatas, jadi dia tak pernah berubah dan terus membuat kesalahan. Aku melihat betapa keras kepalanya Simon. Meski aku memahami perilaku Simon di masa lalu, aku tak khawatir karena tak pernah benar-benar merugikan pekerjaan. Tapi kali ini dia acuh tak acuh dan menunda pekerjaan penting; dipecat oleh pemimpin telah sesuai prinsip dan tak berlebihan sama sekali. Dari firman Tuhan, aku paham sikap acuh tak acuh bukan hal remeh. Jika orang selalu bersikap ceroboh terhadap tugas, cepat atau lambat, mereka akan mengganggu pekerjaan gereja dan disingkap. Teringat Simon, dia terlihat hanya membuat dua kesalahan, tapi setelah diamati, dia dipecat karena sikapnya yang ceroboh terhadap tugas. Dia acuh tak acuh dalam tugas yang sangat penting dan menunda pekerjaan—pemecatannya mengungkap watak benar Tuhan!

Lalu, aku bertanya-tanya apa yang membuatku tak mencari kebenaran, menjadi waspada dan salah memahami Tuhan saat ada yang dipecat. Selama masa teduh, aku membaca firman Tuhan. "Katakan kepada-Ku, jika seseorang yang telah melakukan kesalahan mampu memiliki pemahaman yang benar dan mau bertobat, bukankah rumah Tuhan akan memberi mereka kesempatan? Karena rencana pengelolaan Tuhan selama 6.000 tahun akan segera berakhir, ada begitu banyak tugas yang harus dilaksanakan. Namun, jika orang tidak memiliki hati nurani atau nalar, dan melalaikan tugas mereka, jika mereka telah memperoleh kesempatan untuk melaksanakan tugas tetapi tidak tahu bahwa mereka harus menghargainya, tidak sedikit pun mengejar kebenaran, membiarkan waktu yang optimal berlalu begitu saja, maka mereka akan disingkapkan. Jika engkau selalu ceroboh dan asal-asalan dalam melaksanakan tugasmu, dan engkau sama sekali tidak tunduk ketika menghadapi dirimu dipangkas dan ditangani, akankah rumah Tuhan tetap memakaimu untuk melaksanakan tugas? Di rumah Tuhan, kebenaranlah yang berkuasa, bukan Iblis. Tuhan-lah yang menjadi penentu keputusan atas segalanya. Dialah yang melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia, Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu. Tidak perlu bagimu untuk menganalisis apa yang benar dan apa yang salah; tugasmu hanyalah mendengarkan dan taat. Ketika menghadapi dirimu dipangkas dan ditangani, engkau harus menerima kebenaran dan mampu memperbaiki kesalahanmu. Jika engkau melakukannya, rumah Tuhan tidak akan melepaskan kedudukanmu untuk melaksanakan tugas. Jika engkau selalu takut disingkirkan, selalu mencari-cari alasan, selalu membenarkan dirimu, itu berarti masalah. Jika engkau membiarkan orang lain melihat bahwa engkau tidak sedikit pun menerima kebenaran, dan engkau tidak mau menerima penalaran apa pun, engkau berada dalam masalah. Gereja akan berkewajiban untuk menanganimu. Jika engkau sama sekali tidak menerima kebenaran dalam pelaksanaan tugasmu dan selalu takut dirimu tersingkap dan disingkirkan, artinya ketakutanmu ini dinodai oleh niat manusia dan watak Iblis yang rusak dalam dirimu, dan oleh kecurigaan, sikap waspada, dan kesalahpahaman. Orang tidak boleh memiliki satu pun dari sikap-sikap ini. Engkau harus mulai dengan menyelesaikan ketakutanmu, juga kesalahpahamanmu tentang Tuhan. Bagaimana kesalahpahaman seseorang tentang Tuhan muncul? Ketika seseorang merasa segala sesuatunya berjalan lancar baginya, dia pasti tidak akan salah paham terhadap Tuhan. Dia percaya bahwa Tuhan itu baik, bahwa Tuhan itu mulia, bahwa Tuhan itu adil, bahwa Tuhan itu penyayang dan penuh kasih, bahwa Tuhan itu benar dalam segala sesuatu yang Dia lakukan. Namun, ketika dia dihadapkan pada sesuatu yang tidak sesuai dengan gagasannya, dia berpikir, 'Tampaknya Tuhan tidak terlalu adil, setidaknya tidak dalam hal ini.' Apakah ini kesalahpahaman? Bagaimana mungkin Tuhan tidak lagi adil? Apa yang menyebabkan kesalahpahamanmu ini? Apa yang membuatmu memiliki pendapat dan pemahaman bahwa Tuhan itu tidak adil? Dapatkah engkau mengatakan alasannya dengan pasti? Kalimat yang mana? Dalam hal apa? Situasi seperti apa? Katakanlah, agar semua orang dapat menyelesaikannya dan melihat apakah engkau mampu membuktikannya. Dan ketika seseorang salah paham terhadap Tuhan atau menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan gagasannya, sikap apa yang seharusnya dia miliki? (Sikap yang mencari kebenaran dan taat.) Dia harus terlebih dahulu taat dan merenungkan: 'Aku tidak mengerti, tetapi aku akan taat karena inilah yang telah Tuhan lakukan dan bukan sesuatu yang harus dianalisis manusia. Selain itu, aku tidak boleh meragukan firman Tuhan atau pekerjaan-Nya karena firman Tuhan adalah kebenaran.' Bukankah inilah sikap yang seharusnya orang miliki? Dengan sikap seperti ini, apakah engkau akan tetap memiliki kesalahpahaman? (Tidak akan.) Itu akan membuat pelaksanaan tugasmu tidak terganggu dan dirugikan. Apakah menurutmu orang yang menyimpan kesalahpahaman saat melaksanakan tugasnya bisa setia? Atau apakah seseorang tanpa kesalahpahaman yang bisa setia? (Orang yang tidak menyimpan kesalahpahaman dalam pelaksanaan tugasnya yang bisa setia.) Ini berarti engkau harus terlebih dahulu memiliki sikap yang taat. Terlebih dari itu, engkau setidaknya harus percaya bahwa Tuhan adalah kebenaran, bahwa Tuhan itu adil, dan bahwa semua yang Tuhan lakukan adalah benar. Inilah prasyarat yang menentukan apakah engkau dapat setia dalam melaksanakan tugasmu atau tidak" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan membuat segalanya jadi jelas bagiku. Aku salah paham dan waspada terhadap Tuhan karena iman sejatiku kepada-Nya dan pemahamanku akan kebenaran-Nya kurang. Melihat Simon dipecat karena membuat kesalahan, membuatku ragu dan waspada terhadap Tuhan. Kupikir jika membuat kesalahan, aku akan digantikan atau bahkan diusir. Kupikir rumah Tuhan sama seperti dunia luar. Mereka yang membuat kesalahan akan dipecat dan diusir, seolah-olah Tuhan menyingkap orang hanya untuk mengusir mereka. Gereja memiliki prinsip untuk memecat dan mengusir orang. Orang dievaluasi secara penuh berdasarkan sikapnya terhadap tugas, kemanusiaan dan kualitasnya, apakah mereka bisa menerima kebenaran, dan lainnya. Mereka tak dipecat atau diusir karena pelanggaran sesekali atau menghindari penyingkapan kerusakan. Memikirkan kembali pemimpin dan pekerja di sekitarku, ada yang dipecat karena punya kualitas yang buruk dan tak bisa bekerja nyata, ada pula yang karena kurang keahlian dan tak sesuai dengan tugasnya, dan ada yang karena punya watak sangat rusak dan tak mencari kebenaran untuk mengatasinya. Tapi selama bukan pelaku kejahatan dan tak menimbulkan gangguan, gereja tak akan menyingkirkan atau mengeluarkan mereka. Sebaliknya, mereka akan diberi tugas sesuai kualitas dan kekuatan dan mendapat kesempatan untuk merenung dan bertobat. Jika, melalui pemecatan, mereka bisa menerima kebenaran, merenung, dan sungguh bertobat dan berubah, gereja akan mempromosikan dan menggunakan mereka lagi. Hanya antikristus dan pelaku kejahatan yang sama sekali tak menerima kebenaran, tak merenung saat dipecat atau disingkap, terus berbuat jahat dan menimbulkan kekacauan, akan benar-benar dikeluarkan gereja. Kulihat gereja memperlakukan semua orang dengan adil dan benar dan kebenaranlah yang berkuasa. Misalnya, Simon dipecat karena dia terlalu ceroboh dalam bertugas, dan menunda pekerjaan dengan selalu acuh tak acuh. Itu keadilan Tuhan untuk dirinya. Jika dia bisa menanggapi dengan benar, mencari kebenaran dan merenung, itu akan jadi kesempatan baik baginya untuk mengenal diri, bertobat, dan berubah. Pemecatan Simon juga peringatan bagiku. Aku punya masalah yang sama seperti dia. Aku sering acuh tak acuh dan ceroboh dalam tugasku. Terkadang aku sadar desainku bermasalah, tapi setelah memikirkan waktu dan usaha yang diperlukan untuk memperbaikinya, dan hanya mengirimkannya ke pemimpin untuk ditinjau, mengira masalahnya kecil, jika pemimpin menemukan beberapa masalah, aku bisa memperbaiki semuanya. Alhasil, pekerjaan yang seharusnya bisa langsung selesai harus direvisi, menunda kemajuan pekerjaan. Terkadang aku tahu ide desainku ketinggalan zaman, tapi menjadi inovatif memerlukan banyak usaha, pemikiran, dan penelitian. Kupikir itu terlalu merepotkan dan kerja yang pas-pasan sudah cukup baik, jadi desainku tak berkembang selama beberapa tahun. Kegagalan Simon memberiku pelajaran penting. Aku tak mencari kebenaran atau belajar dari hal ini. Aku tak mengerti kehendak Tuhan, salah paham dan waspada terhadap-Nya. Aku sangat licik. Pikiran ini membuatku menyesal dan bersalah. Aku harus mencari kebenaran secara tepat, menemukan jalan penerapan yang benar, dan berhenti salah paham dan waspada terhadap Tuhan.

Lalu, aku membaca firman Tuhan. "Jika seseorang memiliki hati yang terbuka, dia adalah orang yang jujur. Ini berarti dia telah membuka hati dan jiwanya sepenuhnya kepada Tuhan, tidak ada yang disembunyikan dan tidak ada yang dia hindari. Dia telah sepenuhnya menyerahkan dan memperlihatkan hatinya kepada Tuhan, yang berarti dia telah memberikan seluruh dirinya kepada-Nya. Apakah masih akan ada jarak antara dirinya dengan Tuhan? Tidak. Dengan demikian, mudah baginya untuk tunduk kepada Tuhan. Jika Tuhan berkata dia curang, dia akan mengakuinya. Jika Tuhan berkata dia congkak dan merasa dirinya benar, dia juga akan mengakuinya. Dan dia tidak mau hanya mengakui hal-hal ini dan menganggapnya selesai—dia mampu bertobat, mengejar prinsip kebenaran, dan mengakui kesalahannya serta memperbaikinya. Tanpa sadar, dia sudah memperbaiki banyak kesalahannya, dan dia menjadi makin tidak curang, licik, ceroboh, dan asal-asalan. Semakin lama dirinya hidup dengan cara seperti ini, semakin dia menjadi terbuka dan tulus dan semakin dekat tujuannya menjadi orang jujur akan tercapai. Itulah artinya hidup dalam terang. Segala kemuliaan bagi Tuhan! Ketika orang hidup dalam terang, itu adalah perbuatan Tuhan—itu bukan sesuatu yang bisa mereka banggakan. Ketika mereka hidup dalam terang, mereka memahami berbagai kebenaran, mereka memiliki hati yang takut akan Tuhan, mereka tahu bagaimana mencari kebenaran dalam setiap masalah yang mereka hadapi dan menerapkannya, dan mereka hidup dengan hati nurani dan nalar. Meskipun mereka tidak dapat disebut orang benar, di mata Tuhan mereka memiliki sedikit keserupaan dengan manusia, dan setidaknya, mereka tidak menentang Tuhan dalam perkataan atau perbuatan mereka, mereka mampu mencari kebenaran ketika segala sesuatu menimpa mereka, dan mereka mampu tunduk kepada Tuhan. Dengan demikian, mereka relatif aman dan terjamin, dan tak mungkin mengkhianati Tuhan. Meskipun mereka mungkin tidak memiliki pemahaman yang mendalam akan kebenaran, mereka mampu untuk taat dan tunduk, mampu takut akan Tuhan di dalam hati mereka, dan menjauhkan diri mereka dari kejahatan. Ketika mereka diberi tugas, mereka mampu menggunakan segenap hati dan pikiran mereka, dan melaksanakannya dengan sebaik mungkin. Orang semacam ini dapat dipercaya dan Tuhan memercayai mereka—orang semacam ini hidup dalam terang. Apakah mereka yang hidup dalam terang mampu menerima pemeriksaan Tuhan? Mungkinkah mereka masih menyembunyikan hati mereka dari Tuhan? Apakah mereka masih memiliki rahasia yang tak mau mereka ceritakan kepada Tuhan? Apakah mereka masih punya rencana rahasia yang curang? Tidak. Mereka telah membuka hati mereka sepenuhnya kepada Tuhan, dan tidak menyembunyikan apa pun. Mereka mampu mengungkapkan isi hati mereka kepada Tuhan, bersekutu dengan-Nya mengenai apa pun, dan membiarkan Dia mengetahui segalanya. Tidak ada yang mereka sembunyikan dari Tuhan dan tidak ada yang tidak akan mereka perlihatkan kepada-Nya. Ketika orang mampu mencapai tingkat keterbukaan ini, hidup mereka menjadi mudah, bebas dan merdeka" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Hatiku tercerahkan setelah membaca firman Tuhan. Tuhan berharap kita bisa jadi orang yang jujur dan terbuka kepada-Nya. Terlepas dari apakah kita disingkap Tuhan, atau dipangkas, ditangani dan dipecat, kita harus tunduk terlebih dulu, jangan ada perlawanan terhadap Tuhan dalam hati, percayalah yang Dia lakukan itu baik, lalu merenung dan mencari prinsip kebenaran. Saat hati kita terbuka untuk Tuhan, mencintai kebenaran, dan rela tunduk kepada-Nya, kita akan mudah mendapat pencerahan dan penerangan Roh Kudus, mencapai pemahaman sejati akan kebenaran, mengetahui masalah kita, memperbaiki kesalahan, bertobat, berubah, dan bertugas sesuai firman dan tuntutan Tuhan. Kita juga harus percaya kepada kebenaran Tuhan. Tuhan tidak menilai orang dari penampilannya, Tuhan melihat apakah niat mereka untuk memuaskan Dia dan mencari prinsip kebenaran. Jika kita bisa memperbaiki sikap, dan berusaha yang terbaik, meski gagal dalam prosesnya, kita bisa menanggapinya dengan benar, belajar dari kegagalan dan meninjau penyimpangan. Saat aku memperbaiki sikap, kekhawatiranku secara alami teratasi.

Lalu, saat gambarku dikirim ke pimpinan untuk ditinjau, aku tak lagi merasa takut atau melawan. Aku bersedia memperbaiki niatku, mencari prinsip, dan berkomitmen pada tugas. Ke depannya, aku berusaha meneliti teknik dan mencari bahan acuan yang bagus untuk dipelajari untuk menanggapi masalah yang ditemukan pemimpin saat meninjau gambarku. Aku juga bekerja sesuai prinsip yang dituntut rumah Tuhan dan terus mencoba sesuatu. Setelah itu, keterampilan teknisku meningkat dan kualitas kerjaku jauh membaik. Aku merasa sangat tenang. Lalu, saat mengirimkan gambar untuk ditinjau pemimpin, aku terkejut mendengarnya berkata: "Desain ini sangat bagus, kita bisa menggunakannya!" Mendengar hal ini, aku jadi sangat bahagia dan hatiku sungguh tersentuh. Lalu, Simon memahami watak rusaknya dan mau bertobat dan berubah, jadi gereja terus mengatur tugas untuknya. Pemecatan Simon juga membuatku mengubah sikap acuh tak acuh terhadap tugas. Kini, aku lebih teliti, dan tidak lagi acuh tak acuh. Dari pengalaman ini, aku belajar Tuhan tidak mengizinkan orang untuk dipangkas, ditangani, atau dipecat demi mengusir mereka. Jika bisa tunduk dan mencari kebenaran, melalui pengalaman seperti ini kita mampu mengetahui watak rusak kita, dan menemukan masalah dan penyimpangan dalam cara kita bertugas, sehingga kita bisa segera mengubah dan mengatasinya, dan membuat kemajuan dalam jalan masuk kehidupan dan tugas. Ini hal yang luar biasa! Dengan mengesampingkan kesalahpahaman dan kewaspadaanku terhadap Tuhan, berhati-hati dan teliti dalam bertugas, dan memenuhi semua tanggung jawabku, aku merasa tenang dan damai.

Sebelumnya: Gengsi Adalah Kutukan

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait