Pelajaran yang Dipetik dari Proses Subdivisi Gereja-Gereja

04 April 2022

Oleh Saudari Yi Xin, Amerika

Awal tahun lalu, karena gereja-gereja pendatang baru kami tumbuh pesat, pemimpin memutuskan membagi kembali tanggung jawabku dan rekan kerja lainnya. Awalnya aku tidak terlalu memikirkannya, tetapi saat tahu lebih banyak tentang yang terjadi, kulihat hal-hal yang akan menjadi tanggung jawabku lebih sulit. Sebagian besar anggota belum punya pijakan dalam iman, para pemimpin dan diaken pun belum semuanya dipilih. Namun, gereja-gereja yang dipimpin Saudari Liu jauh lebih baik daripada gerejaku. Orang-orang percaya baru di sana punya pijakan dan kualitas yang bagus, para pemimpin dan diaken mereka juga sangat bertanggung jawab. Aku tak bisa menahan diri iri kepadanya. Aku bertanya-tanya kenapa dia mendapatkan gereja yang lebih baik, sementara gerejaku punya begitu banyak masalah. Itu akan membuatku bekerja keras! Jika tidak bisa menggerakkan gereja, apa nanti pendapat pemimpin tentangku? Apa dia akan bilang aku tidak kompeten dan tidak bisa menuntaskan apa pun? Dia mungkin meremehkanku. Memikirkan itu membuatku sangat tidak puas. Di pertemuan gereja-gereja itu setelahnya, selalu ada masalah untuk diatasi yang butuh banyak waktu. Masing-masing gereja punya semua masalah ini. Aku kurang tidur dan benar-benar sengsara. Kupikir sesuatu yang Saudari Liu perlu satu jam untuk selesaikan, aku butuh dua atau tiga jam. Kualitas dan keterampilanku terbatas, tetapi gereja-gereja itu punya begitu banyak masalah. Aku tidak membuat kemajuan nyata terlepas semua waktu dan usaha itu, jadi saat pemimpin membandingkan hasilku dengan Saudari Liu, dia pasti akan merasa aku kurang bagus, hasil kerjaku tidak baik dan bukan tandingan Saudari Liu. Keadaanku cukup buruk saat itu dan setiap kali menghadapi masalah, aku merasa jengkel dan teraniaya. Aku lelah secara fisik dan emosional. Jadi, aku berdoa di hadapan Tuhan dan mencari, berkata, "Tuhan, kutahu Kau mengizinkan distribusi kerja ini dan aku harus tunduk pada pengaturan-Mu, tetapi aku masih enggan. Cerahkanlah aku agar memahami kehendak-Mu dan kerusakanku."

Aku lalu membaca beberapa kutipan firman Tuhan, dan salah satunya tepat untuk keadaanku saat itu. Tuhan berfirman: "Menambahi bebanmu bukanlah untuk mempersulit dirimu, tetapi itulah yang sebenarnya dibutuhkan: ini adalah tugasmu, jadi jangan berusaha memilah dan memilih, atau menolak, atau melarikan diri darinya. Mengapa menurutmu itu sulit? Sebenarnya, jika engkau berusaha sedikit lebih keras, engkau pasti mampu menyelesaikan tugas ini sepenuhnya. Bahwa engkau merasa tugas itu sulit, merasa seolah-olah engkau sedang diperlakukan tidak adil, seolah-olah engkau dengan sengaja dipersulit, itu adalah penyingkapan watak yang rusak, ini berarti menolak untuk melakukan tugasmu, dan tidak menerima dari Tuhan; ini berarti tidak menerapkan kebenaran. Ketika engkau memilah dan memilih tugasmu, melakukan tugas yang enak dan mudah, tugas yang membuatmu terlihat baik, maka ini adalah watak Iblis yang rusak. Jika engkau tidak mampu menerima dan tunduk, ini membuktikan bahwa engkau masih memberontak terhadap Tuhan, bahwa engkau menentang, menolak, menghindari—hal mana merupakan watak yang rusak. Jadi, apa yang harus kaulakukan ketika engkau tahu bahwa ini adalah watak yang rusak? Ketika engkau merasa bahwa tugas yang diberikan kepada orang lain hanya akan memakan waktu dua malam untuk diselesaikan, sedangkan tugas yang diberikan kepadamu dapat memakan waktu tiga hari tiga malam, dan akan membutuhkan banyak pemikiran dan upaya, dan engkau harus selalu melakukan banyak penelitian, ini membuatmu tidak bahagia. Apakah benar jika engkau merasa tidak bahagia? (Tidak benar.) Tentu saja tidak. Jadi, apa yang harus kaulakukan ketika engkau merasa bahwa ini salah? Jika engkau melihat ke lubuk hatimu, dan berpikir, 'Ini karena aku baik dan mudah dimanfaatkan orang. Tugas yang mudah, yang membuat orang terlihat baik, selalu diberikan kepada orang lain. Akulah satu-satunya yang mendapatkan tugas yang sulit, melelahkan, dan kotor. Tidak bisakah aku tidak melakukannya? Bukankah itu giliran orang lain? Ini tidak adil! Bukankah Tuhan itu adil? Mengapa Dia tidak adil dalam hal-hal semacam itu? Mengapa selalu aku yang dipilih? Bukankah ini artinya merundung orang baik?' Jika inilah pemikiranmu, berarti engkau tidak memiliki niat untuk melakukan tugas ini, engkau berusaha melepaskan tugas itu sehingga engkau tidak akan menemukan inspirasi bagaimana cara melakukannya, dan tidak akan mampu melakukannya. Di mana letak masalahnya? Pertama-tama, sikapmu salah. Menunjukkan apa sikap yang salah ini? Menunjukkan bahwa engkau memiliki sikap yang salah terhadap tugasmu; ini bukanlah sikap yang seharusnya kaumiliki terhadap tugasmu. Mengapa bersikap memilih-milih seperti itu? Engkau harus taat dan menerima segala sesuatu yang seharusnya kaulakukan, tanpa mengeluh atau memilih-milih" ("Cara Mengalami Firman Tuhan Dalam Tugas Seseorang" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Membaca ini, aku merenungkan apa yang kutunjukkan selama beberapa hari terakhir. Melihat anggota gereja yang kupimpin tidak punya pijakan bagus dan tidak banyak yang bisa mengemban tugas, aku merasa sangat enggan. Belum semua pemimpin dan diaken telah dipilih dan berbagai proyek sulit dikelola, jadi bukan hanya harus mencurahkan waktu dan energi untuk menangani semuanya, tetapi hasilnya mungkin tidak baik, lalu aku takkan terlihat baik. Aku hanya ingin mengelola gereja yang sudah berjalan dengan baik, agar tidak perlu khawatir dan bisa lebih mudah mendapatkan hasil, pandangan orang lain tentangku pun akan baik. Aku terus berpikir pembagian kerja seperti itu tidak adil untukku, Saudari Liu mendapat pekerjaan mudah yang membuatnya terlihat baik, tetapi aku mendapat pekerjaan yang berat dan melelahkan. Aku tidak akan bisa menonjol. Jadi, aku sangat menentang dan tidak mau menerimanya. Namun, melalui firman Tuhan, kulihat cara pikirku tentang itu artinya menolak tugas itu, pilih-pilih dan tidak ingin melakukan apa pun yang tidak memberiku kebanggaan. Aku sangat jauh dari taat. Aku selalu berpikir aku sangat teliti dan bertanggung jawab dalam tugasku, juga tidak pernah menyangka akan disingkap seperti itu. Kulihat motivasi dan perspektifku dalam tugas salah. Bukannya coba memuaskan Tuhan, aku ingin dikagumi dan dipuji orang lain. Bagaimana aku bisa mendapat perkenanan Tuhan dengan menyembunyikan niat itu dalam tugasku?

Ada kutipan firman Tuhan yang kutemukan. Tuhan berfirman, "Jika engkau ingin mendedikasikan diri dalam segala sesuatu yang engkau lakukan untuk memenuhi kehendak Tuhan, engkau tidak bisa hanya mengerjakan satu tugas; engkau harus menerima amanat apa pun yang Tuhan berikan kepadamu. Entah itu sesuai dengan seleramu dan termasuk dalam minatmu atau tidak, ataukah merupakan sesuatu yang tidak engkau sukai atau belum pernah dilakukan sebelumnya, atau sesuatu yang sulit, engkau tetap harus menerimanya dan tunduk. Engkau tidak hanya harus menerimanya, tetapi engkau juga harus secara proaktif bekerja sama, dan mempelajarinya, serta memperoleh jalan masuk. Bahkan seandainya engkau menderita, dipermalukan, dan tidak pernah menonjol, engkau tetap harus menjalankan pengabdianmu. Engkau harus menganggapnya sebagai tugas yang harus kaupenuhi, bukan sebagai urusan pribadimu, melainkan sebagai tugasmu. Bagaimana seharusnya orang memahami tugas mereka? Tugas seseorang muncul pada saat Sang Pencipta—Tuhan—memberikan kepada orang tersebut tugas untuk dilakukan. Tugas yang diberikan Tuhan kepadamu, amanat yang diberikan Tuhan kepadamu—semua ini adalah tugasmu. Ketika engkau mengejarnya sebagai tujuanmu, dan engkau benar-benar memiliki hati yang mengasihi Tuhan, dapatkah engkau tetap menolak amanat Tuhan? (Tidak.) Ini bukan soal apakah engkau bisa atau tidak—engkau tidak boleh menolaknya. Engkau harus menerimanya. Inilah jalan penerapan. Apa yang dimaksud dengan jalan penerapan? (Bersikap penuh pengabdian dalam segala sesuatu.) Mengabdikan diri dalam segala sesuatu untuk memenuhi kehendak Tuhan. Di manakah letak titik fokusnya di sini? Titik fokusnya terletak pada 'segala sesuatu'. 'Segala sesuatu' tidak selalu berarti hal-hal yang engkau sukai atau hal-hal yang cakap kaulakukan, juga tidak selalu hal-hal yang sudah engkau ketahui dengan baik. Terkadang, engkau tidak cakap dalam sesuatu, terkadang engkau perlu belajar, terkadang engkau akan menghadapi kesulitan, dan terkadang engkau harus menderita. Namun, tugas apa pun itu, asalkan itu diamanatkan oleh Tuhan, engkau harus menerimanya sebagai tugas dari Tuhan, menganggapnya sebagai tugasmu, dengan setia memenuhinya, dan menggenapi kehendak Tuhan: inilah jalan penerapannya. Apa pun yang terjadi padamu, engkau harus selalu mencari kebenaran dan begitu engkau yakin penerapan seperti apa yang sejalan dengan kehendak Tuhan, engkau harus menerapkannya. Hanya bertindak dengan cara inilah yang disebut menerapkan kebenaran, dan hanya dengan cara demikianlah engkau dapat memasuki kenyataan kebenaran" ("Hanya dengan Menjadi Orang yang Jujur, Orang Bisa Benar-Benar Bahagia" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Membaca ini, aku tahu itu benar. Tugas datang dari Tuhan, itu amanat dari-Nya untuk kita, dan itu tanggung jawab kita. Sesulit atau sekecil apa pun kemuliaan yang ada di sana, itu kewajiban yang harus kita terima. Itulah sikap yang harus kita miliki, dan itu alasan makhluk ciptaan harus berdiri di hadapan Tuhan. Gereja-gereja yang kukelola bukanlah yang kuinginkan dan hasratku akan status tidak akan terpenuhi, tetapi itu amanat Tuhan untukku. Aku harus menerimanya, dan tidak melihat tugasku dari perspektif yang salah. Aku berdoa di hadapan Tuhan, ingin tunduk pada pengaturan-Nya, agar mengerahkan semua dayaku dalam tugas, menyirami orang percaya baru dengan benar, dan membantu mereka segera memantapkan diri di jalan yang benar. Sikapku terhadap tugasku sedikit membaik setelah berdoa dan kekesalanku mereda.

Setelah beberapa saat, makin banyak gereja didirikan, jadi pemimpin membagi tanggung jawab kami lagi. Dari gereja-gereja dalam lingkupku, satu-satunya yang sedikit lebih bagus dan seorang saudari yang bertugas menyiram yang bekerja dengan baik ditugaskan ke manajemen orang lain. Aku sangat kesal dan tidak senang tentang itu. Aku merasa mereka memahami situasiku, aku mengelola gereja-gereja dengan masalah terbanyak dan sudah bekerja sangat keras. Tidak mudah menemukan saudari yang menyiram dengan baik, dan dia diambil, jadi bagaimana aku bisa menyelesaikan apa pun dalam pekerjaanku? Jika aku terus berjuang mendapatkan hasil bagus, apa pendapat orang lain tentangku? Mereka akan pikir aku tak kompeten, tak bisa mendapat hasil. Itu akan sangat memalukan! Bagaimana aku bisa menunjukkan wajahku di rapat rekan kerja setelah itu? Memikirkan ini membuatku menangis. Aku juga sadar aku tidak puas dan tidak taat lagi. Aku langsung berlutut dalam doa dan mulai merenungkan diri. Lalu, aku membaca sebuah kutipan firman Tuhan. "Pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, orang yang adalah antikristus tidak pernah memikirkan kepentingan rumah Tuhan. Mereka hanya mempertimbangkan apakah kepentingan mereka sendiri akan terpengaruh, hanya memikirkan tugas-tugas yang ada di hadapan mereka. Pekerjaan rumah Tuhan dan gereja hanyalah sesuatu yang mereka lakukan di waktu luang, dan mereka harus didorong untuk melakukan segala sesuatu. Melindungi kepentingan diri mereka sendiri adalah panggilan mereka yang sebenarnya, segala sesuatu yang mereka suka lakukan adalah hal yang benar. Di mata mereka, apa pun yang diatur oleh rumah Tuhan atau yang berkaitan dengan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan tidak penting. ... Apa pun tugas yang mereka laksanakan, yang mereka pikirkan hanyalah apakah itu akan meningkatkan penampilan mereka atau tidak; selama itu akan meningkatkan reputasinya, mereka memeras otak agar menemukan cara untuk belajar bagaimana melakukannya, bagaimana melaksanakannya; satu-satunya yang mereka pedulikan adalah apakah hal itu akan membuat mereka menonjol atau tidak. Apa pun yang mereka lakukan atau pikirkan, mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri. Dalam sebuah kelompok, apa pun tugas yang sedang mereka laksanakan, mereka hanya bersaing untuk memperebutkan siapa yang lebih tinggi atau lebih rendah, siapa yang menang dan siapa yang kalah, siapa yang memiliki reputasi lebih besar. Mereka hanya peduli tentang berapa banyak orang yang menghormati mereka, berapa banyak orang yang menaati mereka, dan berapa banyak pengikut yang mereka miliki. Mereka tidak pernah mempersekutukan kebenaran atau menyelesaikan masalah nyata, mereka tidak pernah membicarakan tentang bagaimana melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip ketika melaksanakan tugas, apakah mereka telah setia, telah memenuhi tanggung jawab mereka, telah menyimpang atau tidak. Mereka sama sekali tidak memperhatikan apa yang dituntut oleh rumah Tuhan dan apa kehendak Tuhan. Mereka hanya bekerja keras dan melakukan segala sesuatu demi status dan gengsi, untuk memuaskan ambisi dan keinginan mereka sendiri. Ini adalah perwujudan dari keegoisan dan kekejian, bukan? Ini sepenuhnya menyingkapkan betapa hati mereka dipenuhi dengan ambisi, keinginan, dan tuntutan mereka yang tidak masuk akal; segala sesuatu yang mereka lakukan dikendalikan oleh ambisi dan keinginan di dalam hati mereka. Apa pun yang mereka lakukan, motivasi dan titik awalnya adalah ambisi, keinginan, dan tuntutan mereka sendiri yang tidak masuk akal. Inilah perwujudan khas dari keegoisan dan kekejian" ("Lampiran Empat: Meringkas Karakter Kemanusiaan Para Antikristus dan Esensi Watak Mereka (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Firman Tuhan membicarakan betapa egois dan kejinya antikristus, mereka punya ambisi dan hasrat dalam tugas mereka dan selalu melindungi kepentingan sendiri saat mendekati berbagai hal. Apa pun tugas yang diemban, mereka tidak pernah memikirkan kehendak Tuhan, cara melakukan tugas dengan baik, atau memastikan pekerjaan rumah Tuhan tidak dirugikan. Mereka hanya memikirkan nama dan status, tanpa memedulikan gereja. Lalu, dalam hal perilaku, melihat gereja-gereja yang kukelola punya banyak masalah, hal pertama di benakku bukanlah bagaimana bersandar pada Tuhan untuk berusaha yang terbaik mendukung mereka, tetapi justru takut tidak mendapat hasil dan dipandang rendah oleh orang lain, yang akan memalukan. Aku menentang dan tidak senang dengan distribusi kerja itu, bahkan mengendur dalam tugasku. Saat tahu seorang saudari yang cukup cakap bekerja di bawahku akan dipindahkan, reaksi pertamaku adalah aku kehilangan pekerja yang baik, jadi pencapaianku dalam pekerjaan akan turun. Lalu, pemimpin akan berpikir aku tidak kompeten dan tidak bisa menguasai pekerjaan gereja. Aku sadar yang kupikirkan dalam tugasku adalah reputasi dan kepentinganku sendiri, bagaimana bisa sukses tanpa terlalu banyak usaha, tetap tampil baik dan dikagumi orang lain. Aku tidak melihat gambaran besar dari pekerjaan gereja. Aku sangat egois, dan itu watak antikristus. Jika dipikirkan baik-baik, aku tahu menyerahkan gereja-gereja yang lebih sulit kepadaku adalah kehendak Tuhan. Gereja dengan lebih banyak pendatang baru yang belum mantap mengharuskanku bersandar pada Tuhan dan lebih banyak mencari kebenaran untuk menyelesaikan semua kesulitan itu. Aku juga harus membayar lebih mahal untuk mendukung mereka, agar mereka mengetahui kebenaran tentang pekerjaan Tuhan dan mendapat fondasi di jalan yang benar. Itu penerapan yang baik bagiku. Lalu, makin sulit situasinya, aku makin terdorong untuk datang kepada Tuhan, mencari kebenaran dan menemukan solusi, jadi aku bisa mempelajari banyak kebenaran dengan cara itu. Itu bagus untuk jalan masuk kehidupanku. Aku lalu sadar tugas itu bukanlah seseorang mencoba mempersulitku, tetapi kasih dan berkat Tuhan. Aku harus menerimanya dan tunduk, mengerahkan segenap hatiku. Pemahaman ini membantuku mengubah sikap, dan perasaan tak enakku berkurang.

Setelah itu aku membaca kutipan lain dari firman Tuhan yang membantuku makin memahami masalahku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Jika seseorang berkata bahwa mereka mencintai kebenaran dan bahwa mereka mengejar kebenaran, tetapi pada dasarnya, tujuan yang mereka kejar adalah untuk menonjolkan diri mereka sendiri, untuk pamer, untuk membuat orang mengagumi mereka, untuk mencapai kepentingan diri mereka sendiri, dan melaksanakan tugas mereka bukan untuk menaati atau memuaskan Tuhan, dan sebaliknya untuk memperoleh reputasi, keuntungan, dan status, maka pengejaran mereka tidak dapat dibenarkan. Dengan demikian, dalam hal pekerjaan Tuhan, pekerjaan gereja, dan pekerjaan rumah Tuhan, apakah mereka adalah penghambat, atau apakah mereka membantu kemajuan hal-hal ini? Mereka jelas merupakan penghambat; mereka tidak memajukan hal-hal ini. Semua orang yang berkoar-koar menyatakan bahwa mereka sedang melakukan pekerjaan gereja, tetapi mengejar kekayaan, martabat, dan status pribadi mereka, menjalankan urusan mereka sendiri, membuat kelompok tertutup mereka sendiri, kerajaan kecil mereka sendiri—apakah pemimpin atau pekerja semacam ini sedang melaksanakan tugas mereka? Semua pekerjaan yang mereka lakukan pada dasarnya mengganggu, mengacaukan, dan merusak pekerjaan rumah Tuhan. Lalu apa akibatnya jika orang mengejar status dan gengsi, dilihat dari esensinya? Pertama, ini memengaruhi jalan masuk umat pilihan ke dalam kehidupan, itu memengaruhi bagaimana umat pilihan makan dan minum firman Tuhan, bagaimana mereka memahami kebenaran, dan menyingkirkan watak rusak mereka, itu menghentikan mereka memasuki jalur yang benar dalam kepercayaan kepada Tuhan, dan membawa mereka ke jalan yang salah—yang merugikan umat pilihan, dan membawa mereka menuju kehancuran. Dan pada akhirnya, apa akibatnya terhadap pekerjaan rumah Tuhan? Itu mengakibatkan penghancuran, gangguan, dan perusakan. Ketika mereka melaksanakan tugas mereka dengan cara ini, bukankah ini dapat didefinisikan sebagai menempuh jalan antikristus? Ketika Tuhan meminta agar orang-orang mengesampingkan status dan gengsi, bukan berarti Dia sedang merampas hak kebebasan orang untuk memilih; sebaliknya, sementara mengejar status dan gengsi, orang merugikan pekerjaan rumah Tuhan, mereka mengganggu jalan masuk saudara-saudari ke dalam kehidupan, dan bahkan memengaruhi orang lain dalam hal makan dan minum firman Tuhan secara normal dan dalam memahami kebenaran, dan dengan demikian dalam memperoleh keselamatan Tuhan. Yang lebih serius lagi adalah, ketika orang mengejar status dan gengsi, perilaku dan tindakan semacam itu dapat digolongkan sebagai bekerja sama dengan Iblis dalam merusak dan menghalangi kemajuan normal pekerjaan Tuhan sampai taraf tertinggi, dan mencegah dilaksanakannya kehendak Tuhan secara normal di antara manusia. Mereka dengan sengaja melawan dan menentang Tuhan. Inilah natur para pemimpin dan pekerja yang mengejar status dan gengsi. Masalah dengan orang yang mengejar kepentingan diri mereka sendiri adalah bahwa tujuan yang mereka kejar adalah tujuan Iblis—semua itu adalah tujuan yang jahat dan tidak adil. Ketika orang mengejar kepentingan-kepentingan ini, tanpa disadari mereka menjadi alat Iblis, mereka menjadi saluran bagi Iblis, dan selain itu, mereka menjadi perwujudan Iblis. Di rumah Tuhan, dan di dalam gereja, mereka memainkan peran negatif; terhadap pekerjaan rumah Tuhan, dan terhadap kehidupan bergereja yang normal serta terhadap pengejaran normal saudara-saudari di gereja, efek yang mereka hasilkan adalah mengganggu dan merusak; mereka memiliki efek negatif. Jika seseorang yang mengejar kebenaran mampu memikirkan kehendak Tuhan dan memikirkan beban Tuhan. Ketika mereka melaksanakan tugas mereka, mereka menjunjung tinggi pekerjaan rumah Tuhan dalam segala hal. Mereka mampu meninggikan Tuhan dan bersaksi tentang Tuhan, mereka membawa manfaat bagi saudara-saudari, dan menyokong mereka, serta membekali mereka, dan Tuhan menerima kemuliaan dan kesaksian, yang mempermalukan Iblis. Sebagai hasil dari pengejaran mereka, Tuhan mendapatkan makhluk ciptaan yang benar-benar mampu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, dan yang mampu menyembah Tuhan; dan sebagai hasil dari pengejaran mereka juga, jalan bagi kehendak Tuhan dilaksanakan. Di mata Tuhan, pengejaran semacam itu adalah pengejaran yang positif, proaktif, dan merupakan manfaat terbesar bagi pekerjaan rumah Tuhan dan bagi umat pilihan Tuhan di gereja-gereja" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Ini membuatku lebih memahami pengejaran kepentingan pribadiku. Aku sadar saat orang melakukan itu, mereka bertindak mewakili Iblis, menjadi alat untuk mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Sebelumnya kupikir hanya melakukan hal-hal yang jelas-jelas jahat, terang-terangan menghalangi pekerjaan rumah Tuhan dan kehidupan gereja adalah bertindak sebagai antek Iblis. Namun, aku melihat jika kita hanya mengejar kepentingan sendiri dalam tugas dan mengabaikan kepentingan rumah Tuhan, kita hanya akan merugikan pekerjaan gereja dan mengganggu. Aku memikirkan apa yang kutunjukkan dalam tugasku, dan meskipun aku tampak tidak pernah bermalas-malasan, bisa bekerja keras dan bekerja hingga larut, juga tidak pernah melakukan sesuatu yang jelas-jelas mengganggu, motivasiku dalam tugas tidak tepat. Motivasiku bukan memuaskan Tuhan, tetapi upaya untuk menonjol dan dikagumi orang lain. Saat tidak suka pembagian kerjanya, aku benar-benar tidak puas dan tidak ingin melakukannya. Aku tidak bisa tunduk dan memikirkan cara melakukan tugas itu dengan baik, atau bagaimana menawarkan dukungan langsung kepada saudara-saudari. Tanpa disadari, aku sudah menghalangi pekerjaan penyiraman kami. Sesungguhnya aku punya lebih banyak pengalaman daripada rekan kerjaku. Beberapa saudari lain baru dalam pekerjaan itu dan tidak terbiasa dengan pekerjaan gereja, jadi memberikan gereja dan pekerja penyiraman yang lebih baik untuk mereka bagus untuk pekerjaan kami secara keseluruhan. Namun, aku egois, ingin mempertahankan gereja dan pekerja penyiraman yang lebih baik di bawah pimpinanku. Namun, jika semuanya berjalan seperti keinginanku dan rekan kerja yang lebih baru menangani gereja dengan lebih banyak masalah, pekerjaan itu akan terpengaruh dan tidak akan efisien, yang tidak baik untuk rumah Tuhan. Gerejaku punya lebih banyak masalah, tetapi itu sebenarnya pelatihan yang bagus untukku. Aku bisa bekerja sedikit lebih keras dan menyelesaikan beberapa masalah, lalu efisiensi keseluruhan kami bisa ditingkatkan. Bukankah itu pengaturan terbaik? Lalu, aku sadar bagaimana tugas ini menyingkap pemikiranku yang egois, mengerikan, dan tidak masuk akal. Aku juga lihat jika aku mengutamakan kepentinganku dalam tugas, itu hanya membahayakan pekerjaan rumah Tuhan. Dahulu, aku hanya mengejar nama dan status, serta kepentingan pribadi dalam tugasku, aku juga telah melakukan pelanggaran. Jika tidak berubah kali ini, justru terus melindungi kepentingan sendiri, aku tahu aku akan merugikan pekerjaan rumah Tuhan lagi, menyinggung watak Tuhan, dan disingkirkan. Ini pemikiran yang menakutkan bagiku. Aku datang kepada Tuhan untuk berdoa dan bertobat. Aku berkata, "Tuhan, dalam tugasku, aku hanya melindungi kepentinganku sendiri tanpa memikirkan pekerjaan gereja atau kehendak-Mu. Dengan kemanusiaanku, aku tidak layak mengemban tugas. Tuhan, aku ingin benar-benar bertobat."

Aku membaca sebuah kutipan firman Tuhan setelah itu yang memberiku jalan masuk. "Bagi semua orang yang melaksanakan tugas mereka, sedalam atau sedangkal apa pun pemahaman mereka akan kebenaran, cara penerapan paling sederhana yang dapat digunakan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran adalah dengan memikirkan kepentingan rumah Tuhan dalam segala sesuatu, dan melepaskan keinginan yang egois, niat, motif, reputasi, dan status individu. Prioritaskan kepentingan rumah Tuhan—inilah setidaknya yang harus orang lakukan. Jika orang yang sedang melaksanakan tugasnya bahkan tidak bisa berbuat sebanyak ini, lalu bagaimana mungkin dia bisa disebut melaksanakan tugasnya? Ini bukanlah melaksanakan tugas. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, memikirkan kepentingan Tuhan sendiri, dan memikirkan pekerjaan-Nya, serta menempatkan pertimbangan ini sebagai yang pertama dan terutama; baru setelah itulah engkau dapat memikirkan tentang stabilitas kedudukanmu atau bagaimana orang lain memandangmu. Bukankah engkau semua merasa bahwa hal ini menjadi sedikit lebih mudah apabila engkau membaginya ke dalam langkah-langkah ini dan melakukan beberapa kompromi? Jika engkau melakukan hal ini selama beberapa waktu, engkau akan mulai merasa bahwa memuaskan Tuhan tidaklah sulit. Selain itu, engkau harus mampu memenuhi tanggung jawabmu, melaksanakan kewajiban dan tugasmu, mengesampingkan keinginanmu yang egois, mengesampingkan niat dan motifmu sendiri, memikirkan kehendak Tuhan, dan mengutamakan kepentingan Tuhan dan rumah-Nya. Setelah mengalami hal ini selama beberapa saat, engkau akan merasa bahwa ini adalah cara hidup yang baik. Ini berarti menjalani hidup dengan jujur dan tulus, tanpa menjadi orang yang hina atau tak berguna, serta hidup secara adil dan terhormat, bukan berpikiran sempit atau jahat; engkau akan merasa bahwa inilah cara orang seharusnya hidup dan bertindak. Lambat laun, keinginan di dalam hatimu untuk memuaskan kepentinganmu sendiri akan berkurang" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku tahu dari firman Tuhan rumah Tuhan harus didahulukan dalam segala hal yang terjadi, bukan keuntungan pribadiku. Reputasi dan status bersifat sementara, serta mengejar hal-hal itu tidak ada artinya. Tidak hidup dalam kerusakan, menerapkan kebenaran, dan melakukan kehendak Tuhan itu satu-satunya cara mendapatkan perkenanan Tuhan. Memahami ini mencerahkanku. Bagaimanapun pekerjaan dibagi, aku tidak bisa terus melindungi kepentingan pribadi, wajah, dan statusku. Aku harus patuh dan melakukan tugasku dengan baik. Meskipun tidak mendapatkan hasil bagus, aku harus fokus untuk hidup di hadapan Tuhan dan menerima pengawasan-Nya. Apa pun pendapat orang lain tentangku, mencurahkan hati pada tugas dan tanggung jawabku adalah satu-satunya cara melakukan kehendak Tuhan.

Selama beberapa hari kemudian, aku bekerja keras dalam tugasku, tidak memikirkan kepentingan sendiri. Dengan melakukan itu, aku merasa tidak terlalu dikendalikan oleh kerusakanku. Membahas pekerjaan dengan seorang saudari beberapa hari kemudian, dia bilang bahasa Inggrisnya tidak terlalu bagus dan butuh penerjemah saat meninjau gereja pendatang baru. Dia mengalami kesulitan dan tidak mencapai banyak dalam tugasnya. Saat dia mengatakan itu, kupikir bahasa Inggrisku baik, jadi mungkin aku bisa bertukar dengannya, dan aku bisa mengawasi pekerjaan gereja itu. Namun, tebersit di benakku bahwa gereja itu punya banyak masalah, jadi menangani itu mungkin membutuhkan banyak usaha dan tidak ada banyak kemajuan. Aku khawatir itu bisa memengaruhi pendapat orang lain tentangku, jadi aku tidak ingin bertukar dengan dia. Namun, memikirkan itu, aku sadar hanya mempertimbangkan keuntungan sendiri lagi, melindungi wajah dan statusku, jadi aku segera berdoa di hadapan Tuhan, meminta Dia membimbingku meninggalkan diriku. Setelah berdoa, aku sadar bahwa situasi ini adalah Tuhan mengujiku dan memberiku kesempatan menerapkan kebenaran. Aku tidak bisa terus hidup dalam kerusakan, melindungi kepentinganku seperti sebelumnya. Jika perubahan ini bermanfaat bagi pekerjaan rumah Tuhan, aku harus melakukannya. Jadi, aku memikirkan tanggung jawab rekan kerja kami yang satunya dan merasa yang terbaik adalah aku bertukar dengan saudari itu. Aku berbagi pemikiranku dengan pemimpin, lalu dia dan rekan kerja yang satunya menyetujui itu. Aku merasa sangat nyaman setelah kami melakukan perubahan, dan aku menghargainya dengan cara yang sulit kugambarkan. Aku merasa akhirnya menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang nyata. Seperti yang Tuhan firmankan, "Engkau harus mampu memenuhi tanggung jawabmu, melaksanakan kewajiban dan tugasmu, mengesampingkan keinginanmu yang egois, mengesampingkan niat dan motifmu sendiri, memikirkan kehendak Tuhan, dan mengutamakan kepentingan Tuhan dan rumah-Nya. Setelah mengalami hal ini selama beberapa saat, engkau akan merasa bahwa ini adalah cara hidup yang baik. Ini berarti menjalani hidup dengan jujur dan tulus, tanpa menjadi orang yang hina atau tak berguna, serta hidup secara adil dan terhormat, bukan berpikiran sempit atau jahat; engkau akan merasa bahwa inilah cara orang seharusnya hidup dan bertindak. Lambat laun, keinginan di dalam hatimu untuk memuaskan kepentinganmu sendiri akan berkurang" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman").

Setelah itu, aku berhenti bersikap negatif tentang gereja yang kupimpin, aku sebaliknya bekerja keras mengurus setiap pekerjaan gereja. Saat ada orang di tim penyiraman mengeluhkan kesulitan pekerjaan mereka, aku akan bersekutu dengan firman Tuhan untuk memperbaiki perspektif keliru mereka, mengandalkan Tuhan dan mencari kebenaran dengan mereka untuk menyelesaikan masalah itu. Saat melihat pendatang baru punya banyak masalah dan tidak menghadiri pertemuan, aku berhenti menyalahkan kerumitan masalah itu, sebaliknya aku melakukan percakapan nyata dengan saudara-saudari untuk memahami kesulitan mereka, dan bersekutu menggunakan firman Tuhan. Tentang tidak punya cukup pemimpin dan diaken, aku lebih banyak melatih orang yang berbakat. Aku bersekutu dengan saudara-saudari yang berkualitas lebih baik, yang lebih cocok untuk peran itu, tentang signifikansi dan prinsip melakukan tugas, serta meluangkan waktu bekerja berdampingan dengan mereka. Saat tahu ada pekerjaan cukup rumit di gereja-gereja dan tidak ada yang meninjaunya, aku berusaha menanganinya. Awalnya aku tidak tahu apa aku bisa menyelesaikannya dengan baik, tetapi aku tahu pasti tidak bisa terus menjauhkan diri dari hal-hal itu, aku tidak bisa dengan egois memikirkan lingkup kecil pekerjaanku, aku harus pikirkan kehendak Tuhan dan menjunjung pekerjaan gereja secara keseluruhan. Setelah beberapa saat, ada kemajuan dalam pekerjaanku, semua pemimpin dan diaken telah dipilih di gereja-gereja yang kukelola. Di beberapa gereja, ada dua kali jumlah orang yang bertugas, dan beberapa pendatang baru bisa melakukan pekerjaan sendirian. Di gereja yang sebelumnya tidak berjalan baik, setiap bagian pekerjaan dicermati. Aku sungguh bisa melihat perbuatan Tuhan dalam hal itu. Aku juga benar-benar melihat yang Tuhan inginkan adalah hati dan ketaatan manusia, jadi jika kita bisa mempertimbangkan kehendak-Nya dan hanya memikirkan pekerjaan rumah Tuhan, bukan kepentingan sendiri, kita bisa memperoleh bimbingan dan berkat Tuhan. Memahami ini memperkuat imanku kepada Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Setelah Kematian Putraku

Oleh Saudari Wang Li, Tiongkok Suatu hari pada Juni 2014, putriku tiba-tiba menelepon dan mengatakan putraku tersengat listrik saat...