Pelajaran yang Dipetik dari Pembagian Gereja-Gereja

04 April 2022

Oleh Saudari Reese, Amerika Serikat

Pada awal tahun 2021, dengan sejumlah gereja baru didirikan, pemimpin memutuskan membagi gereja-gereja di antara aku dan rekan-rekan kerjaku. Awalnya aku tidak terlalu memikirkannya, tetapi saat tahu lebih banyak tentang keadaannya, kulihat aku akan mengawasi beberapa gereja yang lebih bermasalah, di mana para anggotanya belum memiliki dasar di dalam iman dan para pemimpin dan diakennya pun belum dipilih. Namun, gereja-gereja yang dipimpin Saudari Lilly jauh lebih baik keadaannya daripada gereja-gereja yang kupimpin. Para petobat baru di sana memiliki kualitas yang bagus, yang telah memiliki dasar di dalam iman, dan memiliki para pemimpin dan diaken yang bertanggung jawab. Aku tak bisa menahan perasaan iri kepadanya. Aku heran mengapa gereja-gereja yang lebih baik diberikan kepadanya, sedangkan gereja-gereja yang diberikan kepadaku penuh dengan masalah. Itu akan membuatku harus bekerja keras! Jika aku tidak mampu mengelola segala sesuatunya, apa yang akan pemimpin pikirkan tentangku? Akankah dia berkata aku tidak cakap dan tidak mampu menyelesaikan apa pun? Dia pasti akan meremehkanku. Aku merasa sangat tidak puas. Beberapa waktu kemudian, setiap kali aku menghadiri pertemuan gereja-gereja itu, ada banyak masalah dan butuh banyak waktu untuk menanganinya. Ini berarti aku tidak akan memiliki banyak waktu istirahat, dan aku bergumul dalam tugasku. Aku berpikir bahwa tugas yang dapat diselesaikan Lilly dalam satu jam, membutuhkan dua atau tiga jam bagiku. Kualitas dan keterampilanku memang terbatas, dan gereja-gereja ini punya begitu banyak masalah. Jika aku tidak membuat kemajuan nyata terlepas dari semua waktu dan upaya yang kukerahkan, maka saat pemimpin membandingkan hasilku dengan hasil Lilly, dia pasti akan merasa aku biasa-biasa saja, dan merasa bahwa hasil kerjaku tidak baik dan tidak sebaik hasil kerja Lilly. Aku berada dalam keadaan yang cukup buruk selama hari-hari itu dan setiap kali menghadapi masalah, aku merasa jengkel dan sedih. Aku lelah, baik secara fisik maupun emosi. Jadi, aku datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa dan mencari, berkata, "Tuhan, aku tahu Engkau telah mengizinkan pembagian tanggung jawab pekerjaan ini dan aku harus tunduk pada pengaturan-Mu, tetapi aku masih bersikap menolak. Kumohon cerahkanlah aku agar memahami maksud-Mu dan kerusakanku sendiri."

Kemudian, aku membaca firman Tuhan: "Jika engkau telah banyak belajar dan telah banyak diberi oleh Tuhan, sudah seharusnya engkau diberi beban yang lebih berat—bukan untuk mempersulit hidupmu, melainkan karena tugas itulah yang paling cocok untukmu. Itu adalah tugasmu, jadi jangan berusaha pilih-pilih, atau berkata tidak, atau berusaha untuk meninggalkan tugasmu. Mengapa menurutmu tugas itu sulit? Sebenarnya, jika engkau melaksanakannya dengan segenap hatimu, engkau akan sepenuhnya mampu melaksanakan tugas tersebut. Engkau menganggapnya sulit, menganggap dirimu diperlakukan dengan berat sebelah, menganggap dirimu sengaja ditindas—itu adalah perwujudan watak rusakmu. Itu berarti engkau menolak tugasmu, tidak menerima bahwa tugas ini berasal dari Tuhan. Itu berarti engkau tidak menerapkan kebenaran. Ketika engkau pilih-pilih dalam pelaksanaan tugasmu, melakukan apa pun yang ringan dan mudah, hanya melakukan apa yang membuatmu terlihat baik, itu adalah watak rusak Iblis dalam dirimu. Engkau tidak mau menerima tugasmu atau tunduk membuktikan bahwa engkau masih memberontak terhadap Tuhan, bahwa engkau sedang menentang, menolak, dan menghindari-Nya. Ini adalah watak yang rusak. Setelah engkau mulai mengetahui bahwa ini adalah watak yang rusak, apa yang harus kaulakukan? Jika engkau merasa bahwa tugas yang diberikan kepada orang lain dapat diselesaikan dengan mudah, sedangkan tugas yang diberikan kepadamu membuatmu sibuk untuk waktu yang lama dan mengharuskanmu untuk berupaya melakukan penelitian, dan ini membuatmu tidak senang, apakah pantas bagimu untuk merasa tidak senang? Tentu saja tidak. Jadi, apa yang harus kaulakukan ketika engkau merasa bahwa hal ini tidak benar? Jika engkau menentang dan berkata, 'Setiap kali mereka membagikan tugas, mereka memberiku tugas yang sulit, kotor, dan menguras tenaga, dan memberi orang lain tugas yang ringan, sederhana, dan membuat mereka menonjol. Apakah mereka pikir aku ini orang yang bisa ditindas? Ini cara membagi tugas yang tidak adil!'—jika itulah yang kaupikirkan, engkau salah. Terlepas dari apakah terdapat penyimpangan dalam pembagian pekerjaan, atau apakah pembagiannya tidak wajar atau sudah sewajarnya, hal apakah yang Tuhan periksa? Hal yang Dia periksa adalah hati manusia. Dia melihat apakah di dalam hatinya, orang memiliki ketundukan, apakah mereka mampu memikul beban bagi Tuhan, dan apakah mereka orang yang mengasihi Tuhan. Jika diukur berdasarkan tuntutan Tuhan, alasanmu itu tidak dapat dibenarkan, pelaksanaan tugasmu tidak memenuhi standar, dan engkau tidak memiliki kenyataan kebenaran. Engkau sama sekali tidak tunduk, dan engkau mengeluh ketika melakukan beberapa tugas yang kotor atau menguras tenaga. Apa masalahnya di sini? Pertama-tama, mentalitasmu salah. Apa artinya? Itu berarti sikapmu terhadap tugasmu salah. Jika engkau selalu memikirkan harga diri dan kepentinganmu sendiri, serta tidak memperhatikan maksud Tuhan, dan sama sekali tidak memiliki ketundukan, itu bukanlah sikap yang benar yang seharusnya kaumiliki terhadap tugasmu. Jika engkau sungguh-sungguh mengorbankan dirimu bagi Tuhan dan memiliki hati yang mengasihi Tuhan, bagaimana engkau akan memperlakukan tugas-tugas yang kotor, menguras tenaga, atau sulit? Mentalitasmu pasti akan berbeda. Engkau akan memilih tugas apa pun yang sulit dan mencari beban berat untuk kaupikul. Engkau akan mengambil tugas apa pun yang orang lain tidak mau melakukannya, dan akan melaksanakan tugas itu semata-mata untuk mengasihi Tuhan dan memuaskan-Nya. Saat melaksanakan tugasmu, engkau akan dipenuhi sukacita, tanpa sedikit pun keluhan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Setelah membaca firman Tuhan, aku merenungkan tentang apa yang telah kusingkapkan selama beberapa hari terakhir. Melihat anggota gereja yang kupimpin tidak begitu memiliki dasar iman, dan hanya sedikit dari antara mereka yang siap melaksanakan tugas, aku merasakan pergumulan dalam batinku. Para pemimpin dan diaken belum dipilih untuk semua jabatan dan berbagai pekerjaan sulit untuk dikelola. Dibutuhkan waktu dan tenaga untuk menangani semuanya, tetapi tetap saja segala sesuatunya mungkin tidak akan berjalan dengan baik, yang mana aku tak akan terlihat baik. Aku hanya ingin memimpin gereja yang sudah berjalan dengan baik di mana aku tidak perlu khawatir dan bisa lebih mudah memperoleh hasil agar orang lain akan mengagumiku. Aku terus berpikir pembagian kerja seperti itu tidak adil; bahwa Lilly mendapatkan pekerjaan mudah yang membuatnya terlihat baik, sedangkan aku mendapat pekerjaan yang berat dan melelahkan, dan di mana aku tidak bisa menonjol. Aku bersikap menolak tentang hal ini dan sama sekali tidak mau tunduk. Melalui penyingkapan firman Tuhan, aku sadar bahwa aku suka memilih-milih pekerjaan, dan menolak tugas yang tidak menguntungkanku. Aku menolak tugas dan sama sekali tidak tunduk. Aku selalu berpikir aku sangat teliti dan bertanggung jawab dalam tugasku, dan tidak pernah menyangka akan disingkapkan dengan cara seperti itu. Aku sadar aku memiliki niat dan sudut pandang yang keliru terhadap tugasku. Alih-alih tunduk kepada Tuhan dan membalas kasih-Nya, aku ingin dikagumi dan dipuji orang lain. Melaksanakan tugasku dengan cara seperti itu sangat menjijikkan bagi Tuhan.

Ada menemukan satu bagian firman Tuhan: "Jika engkau ingin mencurahkan segenap keloyalanmu dalam segala hal untuk memenuhi maksud Tuhan, engkau tidak bisa melakukannya hanya dengan melakukan suatu tugas; engkau harus menerima amanat apa pun yang Tuhan karuniakan kepadamu. Entah amanat itu sesuai dengan selera dan minatmu, tidak kausenangi, belum pernah dilakukan sebelumnya, atau sulit, engkau tetap harus menerimanya dan tunduk. Engkau bukan saja harus menerimanya, engkau juga harus bekerja sama secara proaktif dan mempelajarinya sambil mengalami dan memasukinya. Meskipun engkau mengalami kesulitan, merasa lelah, dipermalukan, atau dikucilkan, engkau tetap harus mencurahkan segenap keloyalanmu. Hanya menerapkan dengan cara seperti ini, barulah engkau akan dapat mencurahkan segenap keloyalanmu dalam segala hal dan memenuhi maksud Tuhan. Engkau harus menganggap tugas itu sebagai tugas yang harus kaulaksanakan, bukan menganggapnya sebagai urusan pribadimu. Apa yang harus engkau pahami tentang tugas? Engkau harus memahami tugas sebagai sesuatu yang diberikan oleh Sang Pencipta—oleh Tuhan—kepada seseorang untuk dilaksanakannya; dengan cara ini muncullah tugas yang harus manusia lakukan. Amanat yang Tuhan berikan kepadamu adalah tugasmu, maka sepenuhnya wajar dan dapat dibenarkan jika engkau melaksanakan tugasmu sesuai dengan tuntutan Tuhan. Jika engkau paham bahwa tugas ini adalah amanat dari Tuhan, dan ini adalah bentuk kasih dan berkat Tuhan untukmu, engkau akan dapat menerima tugasmu dengan hati yang mengasihi Tuhan, dan engkau akan mampu memperhatikan maksud Tuhan saat melaksanakan tugasmu, dan engkau akan mampu mengatasi semua kesulitan untuk memuaskan Tuhan. Orang yang sungguh-sungguh mengorbankan diri untuk Tuhan tidak akan pernah menolak amanat Tuhan; mereka tidak akan pernah menolak tugas apa pun. Apa pun tugas yang Tuhan percayakan kepadamu, sesulit apa pun tugas tersebut, engkau tidak boleh menolaknya, melainkan harus menerimanya. Inilah jalan penerapannya, yaitu engkau harus menerapkan kebenaran dan mencurahkan segenap keloyalanmu dalam segala hal, untuk memuaskan Tuhan. Apa yang menjadi fokus dalam penerapan ini? Fokusnya adalah kata 'dalam segala hal'. 'Dalam segala hal' bukan berarti hal-hal yang engkau sukai atau kuasai, apalagi hal-hal yang familier untukmu. Terkadang segala hal itu adalah hal-hal yang tidak engkau kuasai, hal-hal yang perlu kaupelajari, hal yang sulit, atau hal yang membuatmu harus menderita. Namun, hal apa pun itu, selama Tuhan telah memercayakannya kepadamu, engkau harus menerimanya dari Dia; engkau harus menerimanya dan melaksanakan tugas tersebut dengan baik, mencurahkan segenap keloyalanmu dan memenuhi maksud Tuhan. Inilah jalan penerapannya. Apa pun yang terjadi, engkau harus selalu mencari kebenaran, dan begitu engkau yakin penerapan seperti apa yang sesuai dengan maksud Tuhan, maka dengan cara itulah engkau harus menerapkannya. Hanya dengan melakukannya dengan cara ini, barulah engkau menerapkan kebenaran, dan hanya dengan cara inilah engkau dapat memasuki kenyataan kebenaran" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Tugas adalah amanat Tuhan bagi kita dan itu adalah tanggung jawab dan kewajiban kita. Sesulit apa pun, atau apakah itu membawa kemuliaan atau tidak, kita berkewajiban untuk menerimanya. Seperti itulah cara kita seharusnya memperlakukan tugas kita, dan itulah akal sehat yang seharusnya dimiliki makhluk ciptaan di hadapan Tuhan. Gereja-gereja yang sekarang kupimpin bukanlah gereja yang kuinginkan dan hasratku akan status tidak akan terpenuhi, tetapi aku harus menerima bahwa amanat ini adalah dari Tuhan dan berhenti memperlakukan tugasku dari sudut pandang yang keliru. Jadi, aku datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa, bersedia tunduk pada pengaturan-Nya, berupaya sebaik mungkin dalam tugasku, menyirami para petobat baru dengan benar dan membantu mereka membangun dasar di jalan yang benar sesegera mungkin. Setelah berdoa, aku merasa lebih tenang dan tidak lagi terganggu oleh masalah pembagian kerja.

Dengan tersebarluasnya Injil, dan semakin banyaknya gereja yang didirikan, pemimpin kembali membagi tanggung jawab kami. Dari gereja-gereja yang menjadi tanggung jawabku, satu gereja yang keadaannya sedikit lebih baik dari yang lainnya, dan seorang saudari yang bekerja dengan baik dalam tugas penyiramannya, dipindahtugaskan ke rekan kerja lainnya. Aku sangat kesal dan tidak senang dengan hal itu. Aku merasa mereka memahami keadaanku dengan baik, bahwa aku memimpin gereja-gereja yang memiliki masalah terbanyak dan aku telah bekerja sangat keras. Akhirnya aku menemukan saudari yang menyiram dengan baik, dan sekarang dia dipindahkan. Bagaimana aku bisa menunjukkan hasil apa pun dalam pekerjaanku? Jika aku terus memperoleh hasil yang buruk, apa yang akan semua orang pikirkan tentangku? Mereka akan menganggapku tidak cakap dan tak mampu menyelesaikan segala sesuatu. Itu akan sangat buruk! Bagaimana aku bisa menunjukkan wajahku di rapat rekan kerja setelah itu? Memikirkan ini membuatku menangis. Aku sadar aku kembali merasa tidak puas dan tidak taat terhadap pembagian kerja. Aku segera berdoa kepada Tuhan dan merenungkan diriku sendiri. Kemudian, aku membaca satu bagian firman Tuhan: "Pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, antikristus tidak pernah memikirkan kepentingan rumah Tuhan. Mereka hanya mempertimbangkan apakah kepentingan mereka sendiri akan terpengaruh, hanya memikirkan sedikit pekerjaan di depan mereka yang menguntungkan mereka. Bagi mereka, pekerjaan utama gereja hanyalah sesuatu yang mereka lakukan di waktu luang mereka. Mereka sama sekali tidak menganggapnya serius. Mereka hanya bergerak jika mereka didorong untuk bertindak, hanya melakukan apa yang mereka suka, dan hanya melakukan pekerjaan demi mempertahankan status dan kekuasaan mereka sendiri. Di mata mereka, pekerjaan apa pun yang diatur oleh rumah Tuhan, pekerjaan menyebarkan Injil, dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, semua itu tidak penting. ... apa pun tugas yang para antikristus laksanakan, yang mereka pikirkan hanyalah apakah itu akan memungkinkan mereka untuk menjadi pusat perhatian; selama itu akan meningkatkan reputasinya, mereka memeras otak agar menemukan cara untuk belajar bagaimana melakukannya, bagaimana melaksanakannya; satu-satunya yang mereka pedulikan adalah apakah hal itu akan membuat mereka menonjol atau tidak. Apa pun yang mereka lakukan atau pikirkan, mereka hanya peduli dengan ketenaran, keuntungan, dan status mereka sendiri. Apa pun tugas yang sedang mereka laksanakan, mereka hanya bersaing untuk memperebutkan siapa yang lebih tinggi atau lebih rendah, siapa yang menang dan siapa yang kalah, siapa yang memiliki reputasi lebih besar. Mereka hanya peduli tentang berapa banyak orang yang memuja dan menghormati mereka, berapa banyak orang yang menaati mereka, dan berapa banyak pengikut yang mereka miliki. Mereka tidak pernah mempersekutukan kebenaran atau menyelesaikan masalah nyata. Mereka tidak pernah memikirkan bagaimana melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip ketika melaksanakan tugas mereka, mereka juga tidak merenungkan apakah mereka telah setia, telah memenuhi tanggung jawab mereka, apakah ada penyimpangan atau kelalaian dalam pekerjaan mereka, atau apakah ada masalah, dan terlebih dari itu, mereka tidak memikirkan apa yang Tuhan tuntut, dan apa maksud-maksud Tuhan. Mereka sama sekali tidak memperhatikan semua hal ini. Mereka hanya bekerja keras dan melakukan segala sesuatu demi ketenaran, keuntungan, dan status, untuk memuaskan ambisi dan keinginan mereka sendiri. Ini adalah perwujudan dari keegoisan dan kecelaan, bukan? Ini sepenuhnya menyingkapkan betapa hati mereka dipenuhi dengan ambisi, keinginan, dan tuntutan mereka yang tidak masuk akal; segala sesuatu yang mereka lakukan dikendalikan oleh ambisi dan keinginan mereka. Apa pun yang mereka lakukan, motivasi dan sumbernya adalah ambisi, keinginan, dan tuntutan mereka sendiri yang tidak masuk akal. Inilah perwujudan khas dari keegoisan dan kecelaan" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, "Lampiran Empat: Merangkum Karakter Para Antikristus dan Esensi Watak Mereka (Bagian Satu)"). Firman Tuhan berbicara tentang betapa egois dan kejinya kemanusiaan antikristus, bahwa mereka punya ambisi dan keinginan mereka sendiri dalam tugas mereka dan perhatian utama mereka adalah selalu melindungi kepentingan mereka sendiri. Apa pun tugas yang mereka laksanakan, mereka tidak pernah memikirkan tentang bagaimana memperhatikan maksud Tuhan, atau bagaimana melaksanakan tugas mereka dengan baik, atau bagaimana memastikan pekerjaan gereja tidak dirugikan. Mereka hanya memikirkan gengsi dan status, tanpa memedulikan kepentingan gereja. Dalam hal apa yang kusingkapkan, hal pertama di benakku ketika melihat betapa banyaknya masalah dalam gereja-gereja yang kupimpin, adalah betapa mengerikannya jika orang lain memandang rendah diriku karena memperoleh hasil yang buruk, daripada berpikir tentang bagaimana mengandalkan Tuhan dan berupaya sebaik mungkin untuk menyokong gereja-gereja itu. Aku bersikap menentang dan marah dengan cara pembagian kerja, dan bahkan mengendur dalam melaksanakan tugasku. Saat aku mengetahui seorang saudari yang cakap di area pekerjaanku dipindahkan ke gereja lain, reaksi pertamaku adalah kini aku kekurangan rekan kerja yang baik dan hasilku akan menurun, menyebabkan pemimpin menganggapku tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan itu. Yang kupikirkan hanyalah tentang melindungi reputasi dan kepentinganku sendiri, dan bagaimana aku bisa memperoleh hasil tanpa terlalu banyak upaya sementara tetap terlihat baik dan mendapatkan kekaguman. Aku tidak melihat gambaran besar dari pekerjaan gereja. Aku egois dan keji, dan ini menyingkapkan watak antikristus di dalam diriku. Jika benar-benar direnungkan, aku tahu ada maksud Tuhan di balik diserahkannya gereja-gereja yang lebih sulit kepadaku untuk dipimpin. Kesulitan-kesulitan ini—gereja dengan banyak masalah, dan para petobat baru yang belum memiliki dasar iman—mengharuskanku lebih mengandalkan Tuhan dan mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Aku juga harus membayar harga lebih mahal untuk menyokong dan menyirami para petobat baru agar mereka dapat dengan segera mulai mengetahui kebenaran tentang pekerjaan Tuhan dan membangun dasar di jalan yang benar. Itu adalah penerapan yang baik bagiku. Dan makin sulit keadaannya, aku makin terdorong untuk mencari kebenaran dan menemukan solusi, dan dengan cara seperti itu, akhirnya aku mampu memahami banyak kebenaran. Ini baik untuk jalan masuk kehidupanku. Kemudian aku sadar bahwa tugas ini bukanlah berarti ada orang yang berusaha mempersulitku. Ini terjadi atas seizin Tuhan dan bermanfaat bagiku. Aku harus menerimanya dan tunduk, melakukannya dengan segenap hatiku. Kesadaran ini membantuku mengubah sikapku, dan aku tidak lagi merasa terlalu buruk tentang segala sesuatu.

Setelah itu, aku membaca bagian lain firman Tuhan yang membantuku memahami masalahku dengan lebih baik. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Jika ada orang yang berkata bahwa mereka mencintai kebenaran dan bahwa mereka mengejar kebenaran, padahal pada dasarnya, tujuan yang mereka kejar adalah untuk membedakan diri mereka sendiri, pamer, membuat orang mengagumi mereka, mencapai kepentingan mereka sendiri, dan pelaksanaan tugas mereka bukanlah untuk tunduk kepada Tuhan atau memuaskan-Nya, melainkan untuk memperoleh ketenaran, keuntungan, dan status, maka pengejaran mereka itu tidak dapat dibenarkan. Dengan demikian, dalam hal pekerjaan gereja, apakah tindakan mereka adalah penghambat, atau apakah membantu memajukannya? Tindakan mereka jelas merupakan penghambat; semua itu tidak memajukan pekerjaan gereja. Ada orang yang di luarnya terlihat sedang melakukan pekerjaan gereja, tetapi mereka sebenarnya mengejar ketenaran, keuntungan, dan status pribadi mereka, menjalankan urusan mereka sendiri, membentuk kelompok tertutup mereka sendiri, kerajaan kecil mereka sendiri—apakah orang semacam ini sedang melaksanakan tugas mereka? Semua pekerjaan yang mereka lakukan pada dasarnya mengacaukan, mengganggu, dan merusak pekerjaan gereja. Apa akibat pengejaran mereka akan ketenaran, keuntungan, dan status? Pertama, ini memengaruhi bagaimana umat pilihan Tuhan makan dan minum firman Tuhan secara normal dan memahami kebenaran, ini menghalangi jalan masuk kehidupan mereka, menghentikan mereka memasuki jalur yang benar dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, dan membawa mereka ke jalan yang salah—yang merugikan umat pilihan, dan membawa mereka menuju kehancuran. Dan pada akhirnya, apa akibatnya terhadap pekerjaan gereja? Itu mengakibatkan gangguan, kerusakan, dan kehancuran. Inilah akibatnya jika orang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status. Ketika mereka melaksanakan tugas mereka dengan cara ini, bukankah ini dapat didefinisikan bahwa mereka sedang menempuh jalan antikristus? Ketika Tuhan meminta agar orang-orang mengesampingkan ketenaran, keuntungan, dan status, bukan berarti Dia sedang merampas hak orang untuk memilih; sebaliknya, itu karena ketika mengejar ketenaran, keuntungan, dan status, orang mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, dan bahkan dapat memengaruhi orang lain dalam makan dan minum firman Tuhan, memahami kebenaran, dan memperoleh keselamatan dari Tuhan. Ini adalah fakta yang tak terbantahkan. Saat orang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status mereka sendiri, mereka pasti tidak akan mengejar kebenaran dan mereka pasti tidak akan melaksanakan tugas mereka dengan setia. Mereka hanya akan berbicara dan bertindak demi ketenaran, keuntungan, dan status, dan semua pekerjaan yang mereka lakukan, tanpa terkecuali, adalah demi hal-hal tersebut. Berperilaku dan bertindak dengan cara seperti ini tentu saja berarti menempuh jalan antikristus; itu adalah pengacauan dan gangguan terhadap pekerjaan Tuhan, dan semua akibatnya menghalangi penyebarluasan injil Kerajaan dan pelaksanaan kehendak Tuhan di dalam gereja. Jadi, dapat dikatakan dengan pasti bahwa jalan yang ditempuh oleh mereka yang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status adalah jalan penentangan terhadap Tuhan. Ini adalah penentangan yang disengaja terhadap-Nya, perlawanan terhadap-Nya—ini artinya bekerja sama dengan Iblis dalam menentang Tuhan dan melawan Dia. Inilah natur dari pengejaran orang akan ketenaran, keuntungan, dan status. Masalah dengan orang yang mengejar kepentingan diri mereka sendiri adalah bahwa tujuan yang mereka kejar adalah tujuan Iblis—semua itu adalah tujuan yang jahat dan tidak adil. Ketika orang mengejar kepentingan pribadi seperti ketenaran, keuntungan, dan status, tanpa disadari mereka menjadi alat Iblis, mereka menjadi saluran keluar bagi Iblis, dan selain itu, mereka menjadi perwujudan Iblis. Mereka memainkan peran negatif di dalam gereja; terhadap pekerjaan gereja, dan terhadap kehidupan bergereja yang normal serta terhadap pengejaran normal umat pilihan Tuhan, efek yang mereka hasilkan adalah mengganggu dan merusak; mereka memiliki efek yang merugikan dan negatif. Jika seseorang yang mengejar kebenaran mampu memikirkan maksud Tuhan dan beban-Nya. Ketika mereka melaksanakan tugas, mereka menjunjung tinggi pekerjaan gereja dalam segala hal. Mereka mampu meninggikan Tuhan dan bersaksi tentang Tuhan, mereka membawa manfaat bagi saudara-saudari, dan menyokong mereka, serta membekali mereka, dan Tuhan menerima kemuliaan dan kesaksian, yang mempermalukan Iblis. Sebagai hasil dari pengejaran mereka, Tuhan mendapatkan makhluk ciptaan yang benar-benar mampu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, dan yang mampu menyembah Tuhan sebagai hasil dari pengejaran mereka juga, kehendak Tuhan dilaksanakan, dan pekerjaan Tuhan dapat berlanjut. Di mata Tuhan, pengejaran semacam itu adalah pengejaran yang positif, itu terbuka dan tulus. Pengejaran semacam itu sangat bermanfaat bagi umat pilihan Tuhan, serta sepenuhnya bermanfaat bagi pekerjaan gereja, itu memajukan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan gereja, dan diperkenan oleh Tuhan" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Satu)). Firman Tuhan membantuku untuk lebih memahami pengejaranku akan kepentingan pribadi. Aku sadar bahwa saat orang mengejar kepentingan pribadi, mereka sedang bertindak mewakili Iblis, menjadi alat untuk dia mengganggu pekerjaan gereja. Dahulu, kupikir hanya dengan melakukan hal-hal yang jelas-jelas jahat, seperti secara terang-terangan menghalangi pekerjaan dan kehidupan bergereja, barulah orang dikatakan sedang bertindak sebagai antek Iblis. Namun, kini aku mengerti bahwa hanya mengejar kepentingan pribadi dalam tugas kita dan mengabaikan kepentingan gereja, itu berdampak negatif terhadap pekerjaan gereja dengan mengganggu dan mengacaukannya. Aku teringat ketika aku menyingkapkan diriku sendiri saat melaksanakan tugasku. Meskipun aku tampak tidak pernah bermalas-malasan, bahwa aku mampu menanggung penderitaan dan bekerja sepanjang hari, dan bahwa aku tidak pernah melakukan apa pun yang jelas-jelas mengganggu, niatku dalam tugas salah. Aku melaksanakan tugas dengan baik bukan untuk memuaskan Tuhan, tetapi untuk menonjol dan dikagumi. Saat aku tidak senang dengan gereja yang diserahkan kepadaku, aku menjadi negatif dan bermalas-malasan. Aku sama sekali tidak mampu tunduk dan tidak memikirkan cara yang terbaik untuk melaksanakan tugasku, atau bagaimana aku dapat segera menyokong saudara-saudari. Tanpa disadari, aku telah menghalangi pekerjaan penyiraman kami. Sebenarnya aku punya lebih banyak pengalaman daripada para rekan kerjaku. Beberapa saudari lain masih baru dalam pekerjaan itu dan tidak terbiasa dengan sebagian besar pekerjaan gereja, jadi dari keseluruhan sudut pandang gereja, adalah benar untuk menugaskan gereja dan personel yang lebih baik kepada mereka. Namun, aku bersikap egois, menginginkan gereja dan personel yang lebih baik di bawah pimpinanku. Namun, melakukan segala sesuatu seperti yang kuinginkan, dengan mengalokasikan gereja yang bermasalah kepada rekan kerja yang kurang berpengalaman, akan memengaruhi pekerjaan kami dan mengurangi efisiensi, dan itu akan merugikan gereja secara keseluruhan. Gereja yang kupimpin memiliki lebih banyak masalah, tetapi itu sebenarnya pelatihan yang bagus untukku. Dengan bekerja sedikit lebih keras, aku mampu menyelesaikan beberapa pekerjaan dengan baik, bagi kepentingan efisiensi kami secara keseluruhan. Bukankah itu pengaturan yang terbaik? Dengan pemikiran ini, aku sadar bahwa pola pikirku yang egois dan hina telah disingkapkan oleh masalah pembagian gereja. Aku sadar bahwa melibatkan kepentingan pribadi dalam tugasku hanya akan mengganggu pekerjaan gereja. Aku teringat bagaimana dahulu, aku melakukan pelanggaran dengan mengejar gengsi dan status, dan dengan melindungi kepentingan pribadiku. Jika aku tidak mengalami perubahan dan terus dengan keras kepala melayani kepentingan pribadiku, aku tahu aku telah kembali mengganggu pekerjaan gereja, dan akan ditolak oleh Tuhan. Kesadaran ini membuatku takut. Aku berdoa kepada Tuhan dan bertobat: "Tuhan, dalam tugasku, aku hanya melindungi kepentinganku sendiri tanpa memikirkan seluruh pekerjaan gereja atau memperhatikan maksud-Mu. Dengan kemanusiaanku yang seperti ini, aku tidak layak melaksanakan tugas. Tuhan, aku ingin sungguh-sungguh bertobat."

Setelah itu, aku menemukan jalan penerapan dalam firman Tuhan: "Bagi semua orang yang melaksanakan tugas, sedalam atau sedangkal apa pun pemahaman mereka akan kebenaran, cara paling sederhana untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran adalah dengan memikirkan kepentingan rumah Tuhan dalam segala sesuatu, dan melepaskan keinginan mereka yang egois, niat pribadi, motif, kesombongan, dan status mereka. Prioritaskan kepentingan rumah Tuhan—inilah setidaknya yang harus orang lakukan. Jika seseorang yang melaksanakan tugas bahkan tak mampu berbuat sebanyak ini, lalu bagaimana mungkin dia bisa disebut melaksanakan tugasnya? Itu bukanlah melaksanakan tugas. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, memikirkan maksud-maksud Tuhan, dan memikirkan pekerjaan gereja. Menempatkan hal-hal ini sebagai yang pertama dan terutama; baru setelah itulah engkau dapat memikirkan tentang stabilitas statusmu atau tentang bagaimana orang lain memandangmu. Bukankah engkau semua akan merasa bahwa akan menjadi sedikit lebih mudah apabila engkau membaginya menjadi kedua langkah ini dan melakukan beberapa kompromi? Jika engkau menerapkan hal ini selama beberapa waktu, engkau akan mulai merasa bahwa memuaskan Tuhan bukanlah hal yang sesulit itu. Selain itu, engkau harus mampu memenuhi tanggung jawabmu, melaksanakan kewajiban dan tugasmu, serta mengesampingkan keinginan, niat dan motifmu yang egois; engkau harus terlebih dahulu memikirkan maksud-maksud Tuhan, kepentingan rumah Tuhan, pekerjaan gereja, dan tugas yang harus kaulaksanakan. Setelah mengalami hal ini selama beberapa waktu, engkau akan merasa bahwa ini adalah cara berperilaku yang baik. Ini berarti menjalani hidup dengan jujur dan tulus, serta tidak menjadi orang yang hina dan jahat; ini berarti hidup secara adil dan terhormat, bukan hidup dengan tercela, hina dan tidak berguna. Engkau akan merasa bahwa inilah cara orang seharusnya bertindak dan citra diri yang seharusnya mereka jalani. Lambat laun, keinginanmu untuk memuaskan kepentinganmu sendiri akan berkurang" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Membaca firman Tuhan mengajariku bahwa kepentingan gereja harus didahulukan dalam segala hal, bukan keuntungan pribadiku. Reputasi dan status bersifat sementara, dan mengejar hal-hal itu tidak ada artinya. Satu-satunya cara untuk mendapatkan perkenanan Tuhan adalah dengan tidak hidup berdasarkan watak yang rusak, menerapkan kebenaran, dan memenuhi maksud Tuhan. Memahami hal ini mencerahkan bagiku. Bagaimanapun tanggung jawab dibagikan, aku tidak boleh terus memikirkan kepentingan pribadi dan melindungi reputasi dan statusku. Aku harus tunduk, dan melaksanakan tugasku dengan baik. Aku harus fokus untuk hidup di hadapan Tuhan dan menerima pemeriksaan-Nya. Apa pun yang orang lain pikirkan tentangku, aku harus melakukan tugasku dengan segenap hati dan memenuhi tanggung jawabku. Ini sesuai dengan maksud Tuhan.

Pada hari-hari selanjutnya, aku mengabdikan diri untuk melaksanakan tugasku, tidak memikirkan kepentinganku sendiri. Dengan melakukan itu, aku merasa tidak terlalu dikekang dan dipengaruhi oleh watak rusakku. Suatu hari, ketika seorang saudari sedang membahas pekerjaan denganku, dia berkata kemampuan berbahasa Inggrisnya tidak terlalu bagus dan membutuhkan penerjemah saat meninjau salah satu dari gerejanya, jadi dia mengalami kesulitan dan pekerjaannya terpengaruh. Karena kemampuan berbahasa Inggrisku baik, kupikir mungkin aku bisa bertukar dengannya dan aku bisa memimpin gereja itu. Namun, segera tebersit di benakku bahwa gerejanya adalah gereja yang memiliki banyak masalah, dan menangani gereja itu mungkin membutuhkan banyak upaya untuk menghasilkan sedikit kemajuan. Kalau begitu, apa yang akan orang lain pikirkan tentangku? Lebih baik aku tidak bertukar dengannya. Namun kemudian aku sadar bahwa aku sedang mempertimbangkan untung-rugi, memikirkan harga diri dan statusku, jadi aku berdoa kepada Tuhan, siap memberontak terhadap diriku sendiri. Aku tahu aku tak boleh terus hidup dalam kerusakan, hanya memikirkan kepentinganku seperti sebelumnya. Jika perubahan ini akan bermanfaat bagi pekerjaan gereja, maka aku harus melakukannya. Setelah itu, aku mempertimbangkan tugas dari rekan kerja lainnya dan menyimpulkan bahwa yang terbaik adalah aku bertukar dengan saudari itu. Aku menyampaikan pemikiranku kepada pemimpin dan setelah mempertimbangkan masalah ini, dia dan rekan-rekan kerja lainnya menyetujui hal itu. Aku merasa sangat tenang setelah kami melakukan perubahan yang diperlukan, dan merasakan kegembiraan yang tak terlukiskan. Sebagaimana Tuhan berfirman: "Engkau harus mampu memenuhi tanggung jawabmu, melaksanakan kewajiban dan tugasmu, serta mengesampingkan keinginan, niat dan motifmu yang egois; engkau harus terlebih dahulu memikirkan maksud-maksud Tuhan, kepentingan rumah Tuhan, pekerjaan gereja, dan tugas yang harus kaulaksanakan. Setelah mengalami hal ini selama beberapa waktu, engkau akan merasa bahwa ini adalah cara berperilaku yang baik. Ini berarti menjalani hidup dengan jujur dan tulus, serta tidak menjadi orang yang hina dan jahat; ini berarti hidup secara adil dan terhormat, bukan hidup dengan tercela, hina dan tidak berguna. Engkau akan merasa bahwa inilah cara orang seharusnya bertindak dan citra diri yang seharusnya mereka jalani" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak").

Setelah itu, aku berhenti bersikap negatif tentang gereja yang kupimpin, dan berupaya sebaik mungkin untuk menangani setiap pekerjaan gereja. Saat para penyiram mengeluhkan kesulitan pekerjaan mereka, aku mempersekutukan firman Tuhan kepada mereka untuk memperbaiki sudut pandang mereka yang keliru, mengandalkan Tuhan dan mencari kebenaran bersama-sama untuk menyelesaikan masalah itu. Saat melihat ada banyak masalah dengan para petobat baru, dan beberapa dari mereka tidak menghadiri pertemuan secara teratur, aku berhenti mengeluh tentang pekerjaan dan malah berbicara secara pribadi dengan saudara-saudari untuk memahami kesulitan mereka, dan mempersekutukan firman Tuhan kepada mereka. Mengenai masalah tidak memiliki cukup pemimpin dan diaken di gereja, aku lebih banyak membina individu-individu yang berbakat. Aku bersekutu dengan saudara-saudari yang memiliki kualitas untuk mengambil peran itu, mempersekutukan makna penting dan prinsip melaksanakan tugas, serta meluangkan waktu bekerja bersama mereka. Saat kulihat beberapa tugas yang cukup rumit di gereja sedang diabaikan, aku berinisiatif untuk menanganinya. Pada waktu itu aku tidak tahu apakah aku mampu melakukan pekerjaan itu dengan baik atau tidak, tetapi di hatiku, aku tahu bahwa aku tidak boleh mengabaikannya begitu saja. Alih-alih dengan egois memikirkan tugasku sendiri, aku harus memperhatikan kehendak Tuhan dan menjunjung tinggi pekerjaan gereja secara keseluruhan. Setelah beberapa waktu, ada kemajuan dalam pekerjaanku, dan para pemimpin dan diaken telah dipilih untuk gereja-gereja yang sedang kupimpin. Jumlah orang yang bertugas ada dua kali lebih banyak daripada sebelumnya, dan beberapa anggota yang baru dibina mampu menangani tugas mereka seorang diri. Di gereja-gereja yang sebelumnya tidak berjalan dengan baik, segalanya mulai membaik di setiap aspek pekerjaan. Aku sungguh bisa melihat tangan Tuhan bekerja. Aku juga benar-benar menyadari bahwa yang Tuhan inginkan dari manusia adalah hati dan ketaatan. Jadi, jika kita mampu memperhatikan maksud-Nya dan hanya memikirkan pekerjaan gereja, bukan kepentingan kita sendiri, kita dapat memperoleh bimbingan Tuhan. Memahami hal ini memperkuat imanku kepada Tuhan. Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Pekerjaan Tuhan Begitu Bijaksana

Shiji Kota Ma’anshan, Provinsi Anhui Selama saya bekerja sebagai pemimpin di gereja, pimpinan saya sering berbagi contoh tentang kegagalan...

Keegoisan Itu Keji

Oleh Saudari Yang Shuo, TiongkokPada awal tahun 2021, aku dan Saudari Zhang Yichen bersama-sama membantu gereja yang baru didirikan. Yichen...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh