Kenapa Aku Tidak Bisa Berperilaku Jujur
Oleh Saudari Xiao Fan, Tiongkok Saat pertama mulai mengawasi pekerjaan menyiram petobat baru, rekan sekerjaku, Saudari Zhang, sering bicara...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Suatu kali, ketika kami sedang merangkum pekerjaan kami, seorang pemimpin gereja menunjukkan bahwa pekerjaan penginjilan kami tidak berjalan dengan baik belakangan ini, dan memintaku menjelaskannya. Pada saat itu, barulah aku sadar bahwa produktivitas kami telah menurun. Setelah pertemuan, aku bergegas menyelidiki masalah itu, dan mendapati produktivitas kami telah menurun setengahnya dibandingkan bulan sebelumnya. Ini membuatku sangat cemas: "Jika kami terus seperti ini, bekerja sedemikian buruknya, akankah aku diberhentikan? Itu tak boleh terjadi—aku harus mencari penyebabnya, dan meningkatkan kembali produktivitas kami." Jadi, aku berbicara kepada saudara-saudari satu per satu, menanyakan tentang masalah atau kesulitan dalam tugas mereka. Di pertemuan, aku bersekutu secara khusus tentang masalah ini dan meminta orang-orang yang berhasil dalam tugas mereka untuk menceritakan pengalaman mereka. Selama beberapa hari berikutnya, hasil pekerjaan kami mulai sedikit membaik dan aku akhirnya merasa tenang: "Jika segala sesuatunya terus seperti ini, hasil kami akan sedikit lebih baik daripada bulan lalu. Jika aku bisa terus seperti ini, tidak melakukan kejahatan atau apa pun yang mengganggu, aku akan dapat tetap berada di gereja dan tidak akan disingkirkan." Setelah itu, keteganganku mulai mereda. Menjelang akhir bulan, kulihat hasil pekerjaan kami sama seperti bulan sebelumnya. Kupikir: "Jika hasil kami baik bulan ini, hasil kami harus jauh lebih baik pada bulan berikutnya agar aku terlihat membuat kemajuan. Itu berarti aku harus berupaya jauh lebih keras lagi. Apakah aku benar-benar perlu menekan diri seperti itu? Bagaimanapun, hasil kami cukup baik bulan ini—jadi aku tidak akan diberhentikan dan disingkirkan." Ketika memikirkannya seperti itu, aku merasa sangat tenang. Dalam melaksanakan tugasku, aku hanya bersikap asal-asalan, menjadi berpuas diri, dan tidak lagi menindaklanjuti pekerjaan kami dengan saksama. Ketika saudara-saudari menyampaikan pergumulan mereka, aku tidak bersekutu untuk menyelesaikannya. Terkadang, ketika kudapati beberapa dari mereka melanggar prinsip dalam tugas mereka, aku tidak melakukan apa pun mengenainya. Aku hanya menganggap semua ini adalah masalah pribadi masing-masing, dan itu tak masalah selama itu tidak memengaruhi efektivitas kami secara keseluruhan. Terkadang kulihat saudara-saudariku menjadi malas dalam tugas mereka dan tidak memiliki rasa keterdesakan dalam diri mereka. Aku tahu ini adalah masalah yang harus ditangani, tetapi begitu teringat hasil kami yang bagus, kupikir bersikap malas itu hal yang normal dan aku pun berpura-pura tidak melihatnya. Ketika hidup dalam keadaan seperti itu, aku merasakan kegelapan rohani yang nyata. Aku tidak mendapatkan pencerahan atau penerangan dari firman Tuhan. Aku juga tak dapat menemukan masalah dalam pekerjaanku—aku bahkan mengantuk dan tertidur saat merangkum pekerjaan. Saat kulihat produktivitas kami terus menurun, barulah aku mulai panik—lalu bergegas mencari saudara-saudari untuk menemukan letak kesalahan kami.
Kemudian, aku mendengar seorang saudari berbicara di pertemuan: "Beberapa orang, ketika sadar bahwa pekerjaan mereka kurang berhasil, mereka takut dipindahtugaskan atau diberhentikan. Pada saat itulah, mereka mulai berupaya lebih keras. Namun, begitu mereka mendapatkan sedikit hasil, mereka menjadi rakus akan kenyamanan dan tidak lagi terbeban. Ini adalah cara licik orang dalam melaksanakan tugasnya—ini adalah perilaku yang licik." Perkataannya membuatku merasa tertegur. Mau tak mau aku merenungkan diriku: ketika produktivitas kami menurun, aku bekerja lebih keras karena takut dipindahkan atau diberhentikan. Aku ingin mendapatkan hasil yang lebih baik. Ketika aku mendapatkan hasil yang lebih baik atau hasil yang tetap sama, aku mendambakan kenyamanan, dan dalam tugasku, aku asal-asalan dan bermalas-malasan. Kupikir mendapatkan hasil yang konsisten setiap bulan dan tidak diberhentikan sudah cukup baik. Bukankah itu artinya bersikap licik dan licin? Aku sadar setiap kali aku menghadapi situasi seperti itu, apa yang kusingkapkan dan bagaimana caraku berperilaku selalu sama. Saat itu aku merasa sedikit takut.
Selama saat teduhku, aku membaca firman Tuhan: "Saat ini, kesempatanmu untuk melaksanakan tugas tidak banyak, jadi engkau harus memanfaatkannya sebisa mungkin. Justru ketika dihadapkan dengan suatu tugaslah engkau harus mengerahkan dirimu; pada saat itulah, engkau harus mempersembahkan dirimu, mengorbankan dirimu untuk Tuhan, dan ketika engkau dituntut untuk membayar harganya. Jangan menahan apa pun, menyimpan rencana apa pun, memberi ruang bagimu untuk mengatur siasat, atau mencadangkan jalan keluar untuk dirimu sendiri. Jika engkau memberi ruang bagimu sedikit saja untuk mengatur siasat, membuat perhitungan, atau bersikap licik dan curang, engkau pasti akan melakukan pekerjaan dengan buruk. Mungkin engkau berkata, 'Tak seorang pun melihatku berbuat licik. Keren sekali!' Pemikiran macam apa ini? Apakah menurutmu engkau telah menipu dan mengelabui orang, dan juga Tuhan? Namun kenyataannya, apakah Tuhan tahu atau tidak apa yang telah kaulakukan? Dia tahu. Sebenarnya, siapa pun yang berinteraksi denganmu selama beberapa waktu akan mengetahui kerusakan dan kejahatanmu, dan meskipun mereka mungkin tidak mengatakannya secara langsung, di dalam hatinya, mereka akan memiliki penilaian tentang dirimu. Sudah ada banyak orang yang disingkapkan dan disingkirkan karena begitu banyak orang lain yang akhirnya mengenal mereka. Begitu semua orang mengetahui esensi mereka yang sebenarnya, mereka menyingkapkan siapa sebenarnya orang-orang itu dan mengeluarkan mereka. Jadi, entah orang mengejar kebenaran atau tidak, mereka haruslah melaksanakan tugas mereka dengan baik, dengan kemampuan terbaik mereka; mereka harus menggunakan hati nurani mereka untuk melakukan hal-hal nyata. Engkau mungkin memiliki kekurangan, tetapi jika engkau mampu efektif dalam melaksanakan tugasmu, engkau tidak akan disingkirkan. Jika engkau selalu berpikir bahwa engkau baik-baik saja, bahwa engkau yakin tidak akan disingkirkan, jika engkau tetap tidak merenungkan dirimu atau berusaha mengenal dirimu sendiri, dan engkau mengabaikan tugas-tugasmu yang seharusnya, jika engkau selalu bersikap asal-asalan, maka ketika umat pilihan Tuhan benar-benar kehilangan kesabaran mereka terhadapmu, mereka akan menyingkapkan siapa dirimu yang sebenarnya, dan kemungkinan besar, engkau akan disingkirkan. Itu karena semua orang telah mengetahui dirimu yang sebenarnya dan engkau telah kehilangan martabat dan integritasmu. Jika tak seorang pun memercayaimu, mungkinkah Tuhan memercayaimu? Tuhan memeriksa lubuk hati manusia yang terdalam: Dia sama sekali tidak bisa memercayai orang semacam itu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Jalan Masuk Kehidupan Dimulai dengan Pelaksanaan Tugas"). Firman Tuhan berkata sikap yang harus orang miliki dalam tugas adalah mengerahkan segenap hati mereka, membayar harga, dan mengerahkan segenap kemampuan mereka. Jika mereka mampu mendapatkan hasil yang baik dengan membayar harga sedikit lebih mahal tetapi mereka menahan diri, puas dengan hanya mencapai sedikit hasil dalam tugas mereka, itu artinya mereka sedang mempermainkan Tuhan, dan bersikap licik. Aku sadar akan perilakuku sendiri dalam tugasku—aku puas setelah mencapai sedikit hasil, hanya untuk memastikan aku tidak dipindahtugaskan atau diberhentikan. Aku tidak mencari cara untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan saudara-saudari. Ketika merangkum pekerjaan kami, aku hanya bersikap asal-asalan, dan ketika kulihat beberapa dari mereka melanggar prinsip dalam tugas mereka atau bersikap malas, kupikir itu tak masalah asalkan tidak memengaruhi pencapaian kami secara keseluruhan. Aku berpura-pura tidak melihatnya. Aku jelas tahu bahwa melakukan tugas dengan segenap hatiku dan membayar harga sedikit lebih mahal dapat meningkatkan hasil kami, tetapi aku tak mau merasa lelah atau tertekan, jadi aku melakukan tipu muslihat. Dalam tugasku, aku bersikap licin dan licik, serta menipu Tuhan. Sikapku benar-benar licik! Ketika menugaskan orang, semua orang ingin menemukan seseorang yang jujur dan dapat diandalkan—jenis orang yang dapat diandalkan dan membuat orang-orang merasa tenang. Namun, jika kita memberi tugas kepada seseorang yang licin dan penuh tipu muslihat, orang itu bukan saja tidak akan menyelesaikan tugasnya, tetapi dia juga akan merusaknya. Orang semacam itu tak punya hati nurani atau nalar, bahkan tidak memiliki standar dasar dalam perilakunya. Dia sama sekali tak bisa dipercaya, tak layak diberi kepercayaan apa pun. Aku sadar bahwa aku tepat seperti itu. Aku menerima tugas, tetapi tidakmengerahkan segenap kemampuanku. Aku mempermainkan Tuhan dan licik. Sepertinya aku mendapatkan sedikit hasil dalam tugasku, dan orang lain tidak melihat ada masalah, tetapi Tuhan melihat semuanya. Jika aku terus bersikap asal-asalan dalam waktu lama, pada akhirnya, aku akan disingkapkan dan disingkirkan oleh Tuhan. Aku teringat firman Tuhan: "Tuhan Yesus pernah berkata: 'Karena barang siapa yang memiliki, kepada dia akan diberikan, dan dia akan memilikinya lebih melimpah; tetapi barang siapa yang tidak memiliki, apa pun yang dia miliki akan diambil darinya' (Matius 13:12). Apa maksud dari perkataan ini? Maksudnya adalah jika engkau bahkan tidak melaksanakan atau mendedikasikan dirimu untuk tugas atau pekerjaanmu sendiri, Tuhan akan mengambil apa yang pernah menjadi milikmu. Apa maksudnya 'mengambil'? Apa yang akan orang rasakan jika Tuhan melakukannya? Mungkin ketika engkau gagal mencapai apa yang bisa kaucapai dengan kualitas dan karuniamu, dan engkau tidak merasakan apa pun, dan menjadi sama seperti orang tidak percaya. Itu berarti engkau mengalami segalanya diambil oleh Tuhan. Jika dalam tugasmu, engkau lalai, tidak membayar harga, dan engkau tidak tulus, Tuhan akan mengambil apa yang pernah menjadi milikmu, Dia akan mengambil kembali hakmu untuk melaksanakan tugasmu, Dia tidak akan memberimu hak ini" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Orang Jujur yang Mampu Hidup dalam Keserupaan dengan Manusia Sejati"). Tuhan itu benar. Aku bersikap licik dan asal-asalan dalam tugasku, tidak melakukan apa yang seharusnya kulakukan ataupun apa yang mampu kulakukan, sehingga aku tak lagi mampu melihat masalah yang jelas terlihat, aku selalu mengantuk dalam tugasku, dan produktivitasku menurun. Ini berarti Tuhan sedang menyatakan watak-Nya kepadaku. Aku datang ke hadapan Tuhan dalam doa, siap bertobat kepada-Nya, memohon agar Dia membimbingku utnuk lebih mengenal diriku.
Kemudian, di sebuah pertemuan, aku membaca satu bagian firman Tuhan yang sangat menyentuhku. Firman Tuhan katakan: "Tuhan menyukai orang yang jujur, dan Dia membenci orang yang licik dan licin. Jika engkau adalah orang yang curang dan bertindak dengan cara licin, bukankah Tuhan akan membencimu? Akankah rumah Tuhan membiarkanmu lolos begitu saja? Cepat atau lambat, engkau akan dimintai pertanggungjawaban. Tuhan menyukai orang yang jujur dan tidak menyukai orang yang curang. Semua orang harus memahami hal ini dengan jelas, dan tidak lagi menjadi bingung dan melakukan hal-hal bodoh. Ketidaktahuan sementara dapat dimaafkan, tetapi jika orang sama sekali tidak menerima kebenaran berarti mereka sangat keras kepala. Orang yang jujur dapat memikul tanggung jawab. Mereka tidak memikirkan keuntungan dan kerugian mereka sendiri; mereka hanya melindungi pekerjaan dan kepentingan rumah Tuhan. Mereka memiliki hati yang baik dan jujur seperti mangkuk berisi air jernih yang dapat orang lihat dasarnya dalam sekilas pandang. Juga ada transparansi dalam tindakan mereka. Orang yang licik selalu bertindak dengan cara yang licin, selalu berpura-pura, menutupi dan menyembunyikan sesuatu, dan mengemas diri mereka dengan begitu rapat. Tak seorang pun mengetahui orang macam apa mereka yang sebenarnya. Orang tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang pemikiran di dalam hatimu, tetapi Tuhan mampu memeriksa hal-hal terdalam di lubuk hatimu. Ketika Tuhan melihat bahwa engkau bukanlah orang yang jujur, bahwa engkau sesuatu yang licin, bahwa engkau tidak pernah menerima kebenaran, selalu berbuat licik terhadap-Nya, dan tidak pernah menyerahkan hatimu kepada-Nya, Dia tidak menyukaimu, dan Dia akan membenci dan meninggalkanmu. Orang-orang macam apakah mereka yang makmur di antara orang-orang tidak percaya, dan mereka yang fasih dalam berbicara dan lihai? Apakah hal ini jelas bagimu? Apa esensi mereka? Dapat dikatakan bahwa mereka semua luar biasa tak terpahami, mereka semua sangat licik dan curang, mereka adalah setan dan Iblis yang sesungguhnya. Mungkinkah Tuhan menyelamatkan orang-orang seperti ini? Tidak ada yang lebih Tuhan benci selain para setan—selain orang-orang yang licik dan curang—dan Dia pasti tidak akan menyelamatkan orang-orang seperti itu. Engkau semua tidak boleh menjadi orang semacam itu. ... Bagaimana sikap Tuhan terhadap orang yang licik dan curang? Dia membenci dan menolak mereka, Dia mengesampingkan mereka, dan tidak mengindahkan mereka, Dia menganggap mereka sekelas dengan hewan. Di mata Tuhan, orang-orang seperti itu hanya mengenakan kulit manusia dan pada esensinya mereka adalah setan dan Iblis, mereka adalah mayat berjalan, dan Tuhan pasti tidak akan menyelamatkan mereka. Jadi, bagaimana keadaan orang-orang ini sekarang? Ada kegelapan di dalam hati mereka, mereka tidak memiliki iman yang sejati, dan apa pun yang terjadi pada mereka, mereka tidak pernah dicerahkan atau diterangi. Ketika menghadapi bencana dan kesengsaraan, mereka berdoa kepada Tuhan, tetapi Tuhan tidak menyertai mereka, dan mereka tidak memiliki apa pun yang benar-benar dapat mereka andalkan di dalam hati mereka. Agar memperoleh berkat, mereka berusaha berpura-pura, tetapi mereka tak mampu menahan diri, karena mereka tidak berhati nurani dan tidak bernalar. Mereka tidak mampu menjadi orang baik meskipun mereka menginginkannya; sekalipun mereka ingin berhenti melakukan hal-hal buruk, mereka tidak akan mampu mengendalikan diri, itu tidak akan berhasil. Akankah mereka mampu mengenal diri mereka sendiri setelah mereka dikeluarkan dan disingkirkan? Meskipun mereka akan tahu bahwa mereka pantas menerima hal ini, mereka tidak akan mengakuinya kepada siapa pun, dan meskipun kelihatannya mereka mampu melaksanakan sedikit tugas, mereka akan tetap bertindak dengan cara yang licin, dan pekerjaan mereka tidak akan membuahkan hasil yang jelas. Jadi bagaimana menurutmu: apakah orang-orang ini mampu sungguh-sungguh bertobat? Sama sekali tidak. Ini karena mereka tidak memiliki hati nurani atau nalar dan mereka tidak mencintai kebenaran. Tuhan tidak menyelamatkan orang yang curang dan jahat seperti itu. Harapan apa yang dimiliki orang-orang semacam itu dalam kepercayaan kepada Tuhan? Kepercayaan mereka telah kehilangan makna penting, dan mereka pasti tidak akan mendapatkan apa pun darinya. Jika, selama kepercayaan mereka kepada Tuhan, orang tidak mengejar kebenaran, maka sekalipun mereka percaya selama bertahun-tahun, itu tidak akan berpengaruh; sekalipun mereka percaya sampai akhir, mereka tidak akan memperoleh apa pun" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (8)"). Membaca kata-kata—"licin", "licik", "luar biasa tak terpahami", "Tuhan pasti tidak akan menyelamatkan mereka", dan "mereka pasti tidak akan mendapatkan apa pun darinya"—benar-benar menghunjam hatiku. Aku merasa Tuhan seperti sedang menyingkapkan dan mengutukku. Aku selalu berpikir bahwa kita tidak boleh terlalu jujur, bahwa kita harus penuh perhitungan dan punya rencana rahasia. Aku hidup berdasarkan falsafah Iblis "Jangan pernah mengambil ujung tongkat yang pendek", aku selalu mempertimbangkan apakah aku akan mendapat manfaat atau tidak sebelum melakukan sesuatu, dan berharap mendapatkan hasil terbesar dengan upaya yang terkecil. Aku yakin bahwa itulah yang orang cerdas lakukan. Aku terus menjalankan falsafah hidup itu setelah percaya kepada Tuhan. Kupikir aku tak boleh terlalu jujur dalam tugasku ataupun mengerahkan segenap tenagaku, bahwa melakukannya adalah kebodohan. Jika akhirnya aku tidak diberkati, bukankah kerugianku sangat besar? Aku tak sanggup mengalami kerugian. Lebih baik berupaya sedikit saja tetapi mendapatkan berkat yang besar—itu adalah cara yang cerdas. Jadi aku berusaha keras dalam tugasku hanya ketika kunilai itu perlu, dan selalu mengukur apakah aku perlu melakukan upaya tertentu. Aku begitu penuh perhitungan. Ketika produktivitas tinggi, aku menikmati beberapa hari istirahat. Bahkan ketika melihat ada masalah dalam pekerjaan, jika itu tidak memengaruhi keefektifan kami dan aku tak akan diberhentikan atau disingkirkan, aku tak punya rasa keterdesakan dalam diriku, dan hanya mengalir melewati setiap harinya. Jika hasil kami buruk dan aku harus menanggung konsekuensinya, aku akan bekerja keras, mencari penyebabnya, dan menyelesaikan masalah. Setelah kami mendapatkan sedikit hasil, kecemasanku akan hilang dan aku akan mulai menikmati kenyamananku dan beristirahat lebih banyak. Aku sangat curang dan licik! Bagaimana itu bisa dikatakan melakukan tugas atau setia kepada Tuhan? Kupikir aku cerdas, tetapi Tuhan melihat semuanya. Tuhan sama sekali tak akan menyelamatkan orang yang selalu licik dalam tugas mereka. Tuhan menyukai orang yang jujur—orang jujur membuka hati mereka kepada Tuhan. Mereka bersungguh-sungguh dalam tugas mereka. Mereka memenuhi tanggung jawab mereka dan memberikan segala yang mereka miliki, dan tidak mencadangkan jalan keluar untuk diri mereka sendiri atau memikirkan apakah mereka akan diberkati atau tidak. Tuhan akan memberkati orang semacam itu. Aku selama ini adalah orang yang memimpin pekerjaan penginjilan, dan dengan bersikap licik, asal-asalan, dan tidak peduli untuk membuat kemajuan, aku telah menyebabkan orang lain tidak menyelesaikan masalah dan keadaan negatif mereka tepat waktu, dan telah menyebabkan produktivitas pekerjaan kami menurun. Itu bukan saja merugikan saudara-saudari, tetapi juga menghambat pekerjaan penginjilan gereja. Aku merasa sangat menyesal dan mencela diri sendiri ketika memikirkan hal itu. Kukatakan dalam doaku kepada Tuhan bahwa aku siap untuk bertobat, dan berjanji di hadapan-Nya bahwa aku akan mengerahkan segenap tenagaku dalam tugasku sejak saat itu, dan tidak lagi bersikap licik dan asal-asalan.
Kemudian, aku membaca satu bagian firman Tuhan dalam perenunganku yang membantuku memahami arti melaksanakan tugas. Firman Tuhan katakan: "Apa pun tugas yang orang laksanakan, itu adalah hal yang paling benar yang dapat mereka lakukan, hal yang paling indah dan adil di antara umat manusia. Sebagai makhluk ciptaan, manusia harus melaksanakan tugas mereka, dan baru setelah itulah mereka dapat menerima perkenan dari Sang Pencipta. Makhluk ciptaan hidup di bawah kekuasaan Sang Pencipta, dan mereka menerima semua yang disediakan oleh Tuhan serta segala sesuatu yang berasal dari Tuhan, jadi mereka harus memenuhi tanggung jawab dan kewajiban mereka. Hal ini sangat wajar dan dibenarkan, serta ditetapkan oleh Tuhan. Dari sini dapat dipahami bahwa jika manusia mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, itu lebih adil, indah, dan mulia daripada apa pun yang dilakukan selama hidup di bumi; tidak ada apa pun di antara manusia yang lebih bermakna atau berharga, dan tidak ada apa pun yang memberikan makna dan nilai yang lebih besar bagi kehidupan manusia ciptaan, selain melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan. Di bumi, hanya sekelompok orang yang sungguh-sungguh dan dengan tulus melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaanlah yang tunduk kepada Sang Pencipta. Kelompok ini tidak mengikuti tren duniawi; mereka tunduk pada pimpinan dan bimbingan Tuhan, hanya mendengarkan firman Sang Pencipta, menerima kebenaran yang diungkapkan oleh Sang Pencipta, dan hidup berdasarkan firman Sang Pencipta. Inilah kesaksian yang paling sejati dan paling berkumandang, dan merupakan kesaksian terbaik dari kepercayaan kepada Tuhan. Bagi makhluk ciptaan, mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, mampu memuaskan Sang Pencipta, adalah hal yang terindah di antara manusia, dan merupakan sesuatu yang patut disebarluaskan sebagai sebuah kisah yang patut dipuji oleh semua orang. Apa pun yang dipercayakan Sang Pencipta kepada makhluk ciptaan harus diterima tanpa syarat oleh mereka; bagi manusia, ini adalah masalah kebahagiaan dan kehormatan, dan bagi semua orang yang mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, tidak ada yang lebih indah atau patut dikenang. Ini adalah sesuatu yang positif. ... Hal yang begitu indah dan begitu besar diputarbalikkan oleh orang-orang seperti antikristus menjadi sebuah transaksi, di mana mereka menuntut mahkota dan upah dari tangan Tuhan. Transaksi seperti itu mengubah sesuatu yang paling indah dan adil menjadi sesuatu yang paling buruk dan jahat. Bukankah ini yang dilakukan para antikristus? Dilihat dari hal ini, bukankah para antikristus itu jahat? Mereka memang sangat jahat! Inilah perwujudan dari kejahatan mereka" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tujuh)). Membaca firman Tuhan yang menyingkapkan ini sangatlah berdampak bagiku. Tuhan secara diam-diam memberikan segalanya untuk menyelamatkan manusia yang rusak, membekali kita dengan apa yang kita butuhkan dan memberi kita kesempatan untuk melakukan tugas sehingga dalam prosesnya, kita dapat mengejar kebenaran dan menyelesaikan watak rusak kita, tunduk kepada Tuhan, setia kepada-Nya, dan memperoleh keselamatan-Nya. Melakukan tugas di gereja adalah tanggung jawab kita, kewajiban kita, dan itu berarti Tuhan sedang memberi kita kesempatan untuk memperoleh kebenaran dan diselamatkan. Ini adalah tugas terindah dan paling adil yang dapat seseorang lakukan. Namun, antikristus mengambil hal yang indah dan adil ini dan mengubahnya menjadi sebuah bisnis, menjadi sesuatu yang transaksional. Antikristus selalu memiliki harapan untuk diberkati dalam iman dan tugas mereka. Mereka tak mungkin memiliki ketulusan, atau menderita dan membayar harga. Mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya yang khas dan para oportunis. Melihat caraku bertindak dalam tugasku, bukankah aku sama seperti mereka? Aku tidak memikirkan maksud Tuhan dalam tugasku, dan selalu menahan sesuatu. Aku ingin menukarkan pemberian yang kecil dengan keuntungan yang besar. Bukankah, aku sedang mengubah tugasku menjadi sesuatu yang transaksional? Dahulu aku selalu berpikir, asalkan tugasku memberikan hasil, aku boleh tetap berada di gereja, dan tidak diberhentikan atau disingkirkan, aku dapat diselamatkan. Namun, akhirnya aku sadar itu adalah gagasan dan imajinasiku sendiri yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Tuhan tak pernah berkata mencapai sedikit hasil dalam tugasmu, tidak melakukan kejahatan, dan tidak diberhentikan atau disingkirkan, berarti engkau akan diselamatkan. Tuhan menentukan apakah orang dapat diselamatkan atau tidak berdasarkan apakah mereka mengejar kebenaran, apakah mereka masuk ke dalam kenyataan kebenaran dalam tugas mereka, dan apakah mereka menyelesaikan watak rusak mereka atau tidak. Tidak ada jalan pintas untuk hal ini. Tuhan ingin orang bersikap tulus. Jika orang selalu licik dan asal-asalan dalam tugas mereka, meskipun mereka mungkin mencapai beberapa hal, Tuhan membenci mereka. Mereka akhirnya akan disingkapkan dan disingkirkan oleh Tuhan. Aku teringat sesuatu yang Tuhan Yesus katakan: "Karena engkau suam-suam kuku dan tidak panas atau dingin, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku" (Wahyu 3:16). Aku tidak memikirkan kemajuan dalam tugasku, dan hanya bersikap asal-asalan. Bukankah itu berarti bersikap tidak panas atau dingin, hanya suam-suam kuku? Bukankah Tuhan akan memuntahkanku dari mulut-Nya? Menyadari watak Tuhan yang tidak menoleransi pelanggaran sangatlah menakutkan bagiku. Aku berdoa, "Tuhan, aku mau bertobat. Mulai sekarang aku akan mengerahkan segenap kemampuanku dalam pekerjaanku. Kumohon disiplinkan aku jika aku asal-asalan."
Beberapa waktu kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan yang memberiku jalan penerapan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Ketika orang melaksanakan tugas mereka, mereka sebenarnya sedang melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Jika engkau melakukannya di hadapan Tuhan, jika engkau melaksanakan tugasmu dengan hati yang tulus dan sikap yang jujur, serta tunduk kepada Tuhan, bukankah sikap ini jauh lebih tepat? Jadi, bagaimana seharusnya engkau menerapkan sikap ini dalam kehidupanmu sehari-hari? Engkau harus membuat 'menyembah Tuhan dengan hati dan kejujuran' menjadi kenyataanmu. Setiap kali engkau ingin kendur dan bersikap asal-asalan, setiap kali engkau ingin bertindak dengan cara yang licik dan malas, dan setiap kali engkau teralihkan atau lebih suka bersenang-senang, engkau harus berpikir: 'Dengan berperilaku seperti ini, apakah aku tidak dapat dipercaya? Apakah aku sedang bersikap sepenuh hati dalam melakukan tugasku? Apakah aku sedang bersikap tidak setia dengan melakukan hal ini? Dengan melakukan hal ini, apakah aku gagal untuk hidup sesuai dengan amanat yang telah Tuhan percayakan kepadaku?' Beginilah caranya engkau harus merenungkan dirimu sendiri. Jika engkau akhirnya menyadari bahwa engkau selalu bersikap asal-asalan dalam tugasmu, dan engkau tidak setia, dan bahwa engkau telah menyakiti Tuhan, apa yang harus kaulakukan? Engkau harus berkata, 'Pada saat itu, aku merasa ada sesuatu yang salah di sini, tetapi aku tidak menganggapnya masalah; aku mengabaikannya saja dengan ceroboh. Baru sekarang kusadari bahwa aku sebenarnya telah bersikap asal-asalan, bahwa aku belum memenuhi tanggung jawabku. Aku benar-benar tidak memiliki hati nurani dan nalar!' Engkau telah menemukan masalahnya dan mulai sedikit mengenal dirimu sendiri—jadi sekarang, engkau harus berbalik! Sikapmu dalam melakukan tugasmu salah. Engkau ceroboh dalam melakukannya, seperti halnya dengan pekerjaan tambahan, dan engkau tidak mengerahkan segenap hatimu ke dalamnya. Jika engkau kembali bersikap asal-asalan seperti ini, engkau harus berdoa kepada Tuhan dan membiarkan Dia mendisiplinkan dan menghajar dirimu. Engkau haruslah memiliki keinginan seperti itu dalam melaksanakan tugasmu. Hanya dengan cara demikianlah engkau dapat sungguh-sungguh bertobat. Engkau dapat membalikkan dirimu hanya jika hati nuranimu bersih dan sikapmu terhadap pelaksanaan tugasmu berubah. Dan ketika engkau bertobat, engkau juga harus sering merenungkan apakah engkau benar-benar telah mengerahkan segenap hatimu, segenap pikiranmu, dan segenap kekuatanmu untuk melaksanakan tugasmu; kemudian, dengan menggunakan firman Tuhan sebagai ukuran dan menerapkannya pada dirimu sendiri, engkau akan mengetahui masalah apa yang masih ada dalam pelaksanaan tugasmu. Dengan selalu menyelesaikan masalah dengan cara seperti ini, dengan berdasarkan firman Tuhan, bukankah engkau melaksanakan tugasmu dengan segenap hati, pikiran, dan kekuatanmu untuk masuk ke dalam kenyataan? Melaksanakan tugasmu dengan cara seperti ini: bukankah artinya engkau telah melaksanakannya dengan segenap hati, pikiran, dan kekuatanmu?" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Sering Membaca Firman Tuhan dan Merenungkan Kebenaran, Barulah Ada Jalan ke Depan"). Firman Tuhan memberiku jalan penerapan yang jelas. Aku harus menggunakan hatiku dan bersikap jujur dalam tugasku, rela membayar harga, penuh perhatian dan bertanggung jawab, dan mengerahkan segenap tenagaku agar dapat melakukan tugasku dengan baik dan memuaskan Tuhan. Selain itu, ketika ingin bersikap asal-asalan dan malas, aku harus berdoa, memberontak terhadap daging, memohon pendisiplinan, dan didikan-Nya. Dengan demikian, aku tidak akan menuruti keinginan dagingku.
Aku mengikuti firman Tuhan setelah itu. Aku memikirkan bagaimana melakukan tugasku dengan baik dan menjadi lebih produktif. Aku tahu semua saudara-saudari dalam tim memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi aku memikirkan tentang bagaimana mengatur pekerjaan semua orang untuk membuat kelebihan mereka berkembang, dan memberi mereka bimbingan dan bantuan nyata di bidang yang mereka kurang mampu. Selain itu, sebelumnya, aku merasa aku adalah adalah pengawas—asalkan aku mampu menangani pekerjaan dengan baik dan orang lain melakukan tugasnya dengan baik, itu berarti aku berhasil dalam tugasku dan bisa menikmati sedikit waktu luang. Sekarang, aku menetapkan tujuan bagi diriku untuk melakukan tugasku dengan kemampuan terbaikku. Jadwalku menjadi sangat penuh setiap hari, lebih sibuk dari sebelumnya, dan terkadang aku sangat lelah, tetapi aku merasa benar-benar tenang, damai. Dan di luar dugaan, pada bulan berikutnya produktivitas kami meningkat secara signifikan. Aku sangat senang. Aku dapat memahami bahwa Tuhan ingin kita bersikap tulus. Ketika aku mengubah sudut pandangku dan melaksanakan tugasku dengan sungguh-sungguh, aku dapat melihat bimbingan-Nya dan memperoleh hasil dalam tugasku. Syukur kepada Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudari Xiao Fan, Tiongkok Saat pertama mulai mengawasi pekerjaan menyiram petobat baru, rekan sekerjaku, Saudari Zhang, sering bicara...
Sejak usia dini, aku selalu sangat suka menari. Ibuku mengatakan kepadaku bahwa ketika aku masih sangat kecil, setiap kali musik dimainkan,...
Oleh Saudari Xing Xing, TiongkokPada Juni 2020, aku terpilih sebagai pemimpin gereja. Awalnya, saat punya masalah di tempat kerja, aku bisa...
Oleh Saudari Zhou Yuqi, TiongkokAku melakukan pekerjaan urusan umum di gereja. Suatu kali, saat mengobrol, aku mendengar seorang pemimpin...