Orang Kristen Harus Baca: Empat Prinsip Memuliakan Tuhan Sebagai Tuhan yang Agung

31 Oktober 2021

Oleh Si Yu, Provinsi Henan

Alkitab berkata: "Semoga semua orang yang mencari Engkau bahagia dan gembira, dan semoga mereka yang mencintai keselamatan selalu berkata: 'Tuhan itu Agung!'" (Mazmur 70:4). Memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung berarti memiliki Tuhan di dalam hati, tidak memandang atau menyembah orang, juga tidak bertindak menurut kehendak diri sendiri. Tidak peduli di lingkungan apa pun dia berada atau dengan siapa dia berhubungan, dia dapat mengambil firman Tuhan sebagai pedoman, dan dia dapat melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Tuhan. Orang seperti itu dapat dipuji oleh Tuhan. Sebagai orang Kristen, kita semua ingin memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, tetapi dalam kehidupan nyata, bagaimana kita menerapkan agar kita dapat memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung dan memuaskan Tuhan dalam segala hal? Dengan menguasai dan memasuki empat prinsip berikut, kita akan bisa menjadi orang yang memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung.

1. Mengutamakan Tuhan dalam segala hal, mematuhi firman Tuhan, menaati Tuhan dan bebas dari kendali manusia

Kita percaya kepada Tuhan dan mengikuti Tuhan, dan kita harus memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung, mencari kehendak Tuhan dalam segala hal, menempatkan Tuhan di urutan pertama, mematuhi firman Tuhan, dan tidak boleh secara membabi buta mematuhi perkataan manusia. Ketika kita menghadapi masalah dan kesulitan, pertama-tama kita harus datang kepada Tuhan dan mencari kehendak Tuhan, dan berusaha melakukan segala hal sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, bukan bertanya kepada orang-orang saat sesuatu terjadi, dan menuruti perkataan orang lain. Seperti yang dikatakan Alkitab: "Kita harus lebih taat kepada Tuhan daripada manusia" (Kisah Para Rasul 5:29). Ketika Tuhan Yesus datang untuk bekerja, orang-orang Farisi membuat banyak desas-desus untuk mengutuk Tuhan Yesus, memfitnah, menghujat dan menghalangi orang-orang percaya untuk mendengarkan khotbah Tuhan Yesus. Orang-orang yang percaya pada Yudaisme, meskipun mereka percaya pada Tuhan, mereka tidak memiliki status Tuhan di dalam hati mereka, dan menghargai status serta kekuasaan, berpaling kepada orang-orang Farisi yang berpengetahuan luas dalam Alkitab, berpikir bahwa apa yang dikatakan orang-orang Farisi itu benar, dan secara membabi buta menaati, mematuhi dan mengikuti orang-orang Farisi untuk melawan dan mengutuk Tuhan Yesus; tetapi Petrus, Natanael, Filipus dan yang lainnya tidak tertipu oleh orang-orang Farisi. Mereka dengan sungguh-sungguh menyelidiki khotbah Tuhan Yesus dan melihat bahwa perkataan Tuhan Yesus memiliki otoritas dan kuasa, dan adalah sesuatu yang tidak dapat diungkapkan oleh manusia mana pun, sehingga mereka mengenali bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang akan datang kemudian mengikuti Tuhan Yesus, dan menjadi murid-Nya. Dapat dilihat bahwa dalam kepercayaan kita kepada Tuhan, kita harus memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung. Jika kita tidak memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung, tetapi menuruti perkataan manusia, mudah bagi kita untuk melakukan hal-hal yang menyinggung watak Tuhan dan dibenci serta disingkirkan oleh Tuhan. Bahkan, setelah memeriksa diri sendiri dengan cermat, kita juga memiliki banyak perilaku dan penampilan yang mirip dengan orang-orang percaya Yahudi, seperti ketika kita menghadapi suatu masalah dan kesulitan, kita tidak datang ke hadapan Tuhan dan bertindak sesuai dengan firman Tuhan, tetapi bertanya kepada pendeta atau pengkhotbah, membiarkan mereka membuat rencana untuk kita, dan kita akan melakukan apa pun yang mereka katakan. Bukankah ini percaya pada nama Tuhan tetapi pada kenyataannya mengikuti perkataan orang? Apalagi sekarang ini adalah akhir zaman, adalah saat kritis untuk menyambut kedatangan Tuhan. Banyak nubuatan Alkitab telah digenapi, tetapi para pendeta dan penatua memberi tahu bahwa tingkat pertumbuhan iman kita sangat kecil dan ada terlalu banyak pengkhotbah palsu di luar, jadi terhadap mereka yang memberitakan kedatangan Tuhan, kita jangan mendengar, jangan melihat, jangan menyelidiki. Karena ini, banyak orang percaya menutup pintu hati mereka. Bahkan jika mereka mendengar seseorang bersaksi bahwa Tuhan Yesus telah datang kembali, mereka tidak menyelidikinya. Sebenarnya, dalam menyambut kedatangan Tuhan, Tuhan Yesus memberitahu kita: "Dan pada tengah malam terdengar teriakan: 'Lihat, mempelai laki-laki datang; keluarlah menyambutnya'" (Matius 25:6). Tuhan Yesus dengan jelas memberitahu kita bahwa ketika kita mendengar kabar kedatangan Tuhan, kita harus segera mencari dan menyelidiki serta memperhatikan suara Tuhan sehingga dapat menyambut kedatangan Tuhan kembali. Dapat dilihat bahwa dalam menyelidiki jalan yang benar, kita harus lebih banyak mencari kehendak Tuhan dan menggunakan firman Tuhan sebagai pedoman, daripada mendengarkan perkataan pendeta, penatua, dan pengkhotbah. Jika tidak, kita akan kehilangan kesempatan untuk menyambut kedatangan Tuhan kembali. Tentu saja, tidak ada salahnya mencari orang lain ketika menghadapi masalah yang tidak kita ketahui, tetapi kita semua adalah manusia yang dirusak oleh Iblis, dan tidak memiliki realitas kebenaran. Banyak pandangan dan pendapat kita didasarkan pada konsepsi dan imajinasi kita sendiri dan tidak sesuai dengan kebenaran, Jika kita tidak membedakan apakah pandangan dan pendapat ini sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, maka kita akan mematuhi orang secara membabi buta, dan mudah untuk mengikuti jalan yang sama seperti orang percaya Yahudi, dan pada akhirnya ditolak dan disingkirkan oleh Tuhan. Oleh karena itu, kita harus belajar membedakan apakah perkataan manusia itu sejalan dengan kebenaran, dan apakah ada firman Tuhan sebagai dasarnya. Jika apa yang dikatakan orang sejalan dengan kebenaran dan memiliki firman Tuhan sebagai dasarnya, kita bisa mendengarkan dan menaatinya. Ini adalah menaati Tuhan, bukan menaati manusia; jika apa yang dikatakan orang tidak sejalan dengan kebenaran, dan tanpa ada dasar firman Tuhan, kita tidak dapat menaatinya secara membabi buta. Dengan cara ini, kita secara bertahap dapat memasuki realitas kebenaran dari memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung.

2. Tidak peduli penderitaan dan kesengsaraan apa pun yang kita hadapi, kita tidak dapat menyangkal Tuhan dan mengkhianati Tuhan

Dalam proses mengikuti Tuhan, kita sering mengalami beberapa penderitaan, seperti pemurnian dari penyakit, kekurangan materi, halangan kerabat, fitnahan dunia, penangkapan dari pihak yang berkuasa, dan sebagainya. Ketika kita menghadapi penderitaan dan kesengsaraan ini, karena kita tidak memahami kehendak Tuhan, kita sering jatuh ke dalam kenegatifan, kehilangan kepercayaan diri dan merasa lemah, tanpa sadar jatuh ke dalam tipu daya Iblis, menyalahkan Tuhan, salah memahami Tuhan, dan bahkan mengkhianati Tuhan. Matius pasal 5 ayat 10-12 mengatakan: "Diberkatilah mereka yang dianiaya karena kebenaran: karena kerajaan surga adalah milik mereka. Jika ada orang yang menghinamu, menganiayamu, membuat segala macam hal buruk untuk memfitnahmu karena aku, maka diberkatilah kamu! Bersukacita dan berbahagialah, karena upahmu di surga besar. Para nabi sebelum kamu, orang-orang juga menganiaya mereka dengan cara yang sama." Dari firman Tuhan Yesus, kita dapat melihat bahwa dihina, dianiaya dan mengalami segala macam penderitaan itu bermakna. Tuhan juga menggunakan penganiayaan dan kekuatan jahat Iblis untuk menyempurnakan iman dan kasih kita terhadap-Nya. Oleh karena itu, kita harus memiliki kepercayaan diri untuk menderita dan memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung. Tidak peduli seberapa merajalelanya kekuatan gelap Iblis, kita tidak boleh berkompromi dengan mereka. Tidak peduli seberapa banyak penderitaan yang kita alami dalam daging kita, kita tidak boleh menyalahkan Tuhan atau menyangkal Tuhan. Dengan cara ini, Iblis akan dipermalukan dan melarikan diri. Sama seperti ketika Ayub dicobai oleh Iblis, meskipun dia kehilangan lembu, domba dan kekayaan materi, serta kehilangan anak-anaknya, dia tidak berbuat dosa terhadap Tuhan dengan mulutnya, tetapi tetap memuji nama Yahweh; ketika istri Ayub menyerangnya dan memintanya untuk meninggalkan Tuhan, Ayub tidak mengikuti emosinya untuk mengkhianati Tuhan, tetapi berdiri teguh, berpegang pada prinsip, dan menegur istrinya sebagai wanita bodoh; ketika teman-temannya dan orang-orang di sekitarnya menertawakannya, Ayub masih berpegang pada imannya kepada Tuhan, dan tidak mengucapkan kata-kata keluhan kepada Tuhan. Ayub mampu memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung dalam kesakitan dan penderitaan besar seperti itu, berpegang pada posisi dan prinsipnya, dan tidak menyalahkan Tuhan, menyangkal Tuhan, atau mengkhianati Tuhan. Dia dapat mengatasi godaan dan serangan Iblis, dan memberikan kesaksian yang kuat dan bergema bagi Tuhan. Ada juga murid dan rasul Tuhan Yesus, seperti Petrus, Yakobus, Stefanus, dll, meskipun mereka menghadapi penganiayaan dari orang-orang Farisi dan pemerintah Romawi, mereka masih memberitakan Injil Tuhan Yesus, dan bahkan mereka martir juga tidak menyangkal Tuhan, mereka juga orang-orang yang memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung. Firman Tuhan dan pengalaman orang-orang kudus selama berabad-abad telah memberi kita arahan untuk bertindak. Ketika dihalangi oleh anggota keluarga yang tidak percaya atau dianiaya oleh rezim Iblis, kita harus mengandalkan Tuhan dan menerapkan firman Tuhan, mematuhi prinsip-prinsip, berdiri teguh, dan tidak menyerah pada kekuatan Iblis, tetapi dapat bersaksi untuk Tuhan. Sama seperti yang dikatakan dalam firman Tuhan: "Engkau harus memiliki keberanian-Ku di dalam dirimu, dan engkau harus memiliki prinsip-prinsip dalam hal menghadapi kerabat yang tidak percaya. Namun demi Aku, engkau juga tidak boleh tunduk pada kekuatan gelap apa pun. Andalkanlah hikmat-Ku untuk berjalan dengan cara yang sempurna; jangan izinkan persekongkolan Iblis apa pun menguasaimu. Kerahkan segala upayamu untuk menaruh hatimu di hadapan-Ku..." (Bab 10 dalam Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Orang seperti itu adalah orang yang memiliki status Tuhan di dalam hatinya, dan juga orang yang memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung.

3. Memuaskan Tuhan dalam segala hal, setia kepada Tuhan adalah yang terutama, dan tidak memikirkan masa depan sendiri

Dalam Matius 6:24, Tuhan Yesus berkata: "Seseorang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan; apakah dia akan membenci yang satu dan mengasihi yang lain, atau dia akan menghargai yang satu dan meremehkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Tuhan dan mamon (Mamon berarti uang dan keuntungan)." Dari sini dapat dilihat bahwa Tuhan menuntut kita untuk melayani Tuhan dengan sehati sepikir, hanya untuk memuaskan Tuhan, mempertimbangkan kehendak Tuhan, mengabdikan diri dan mempercayakan masa depan di tangan Tuhan, membiarkan Tuhan yang mengatur dan tidak mencari jalan sendiri. Tetapi sementara beberapa saudara dan saudari yang percaya Tuhan dan melayani Tuhan, mereka selalu berpikir tentang bagaimana mendapatkan lebih banyak uang dan menikmati hidup dengan lebih baik. Meskipun orang-orang mengabdikan diri untuk Tuhan, hati mereka tidak bisa setia kepada Tuhan. Tuhan Yesus berkata: "Lihatlah burung-burung di udara: karena mereka tidak menabur, mereka juga tidak menuai, atau mengumpulkan makanan di dalam lumbung; tetapi Bapamu yang di surga memberi mereka makan. Bukankah engkau jauh lebih baik daripada mereka?... karena itu jangan cemas dan berkata, 'Apa yang akan kita makan?' Atau, 'Apa yang akan kita minum?' Atau, 'Apa yang akan kita pakai?' karena Bapamu yang di surga tahu kamu membutuhkan semua ini. Jadi, carilah kerajaan Tuhan dan kebenaran-Nya terlebih dahulu, dan ini semua akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:26, 31-33). Sebenarnya, apa yang telah Tuhan berikan kepada kita sudah cukup untuk kita nikmati. Maksud Tuhan adalah agar kita fokus mengejar kebenaran, memberitakan Injil dan bersaksi untuk-Nya, dan melakukan kehendak Tuhan. Sama seperti Petrus, setelah menerima amanat Tuhan, dia berfokus pada menerapkan firman Tuhan, memperhatikan kehendak Tuhan, berusaha untuk mengasihi Tuhan, memuaskan Tuhan, dan menggembalakan domba-domba Tuhan dengan segenap hati dan pikirannya, dan tidak pernah memikirkan masa depannya sendiri. Pada akhirnya, Petrus disempurnakan oleh Tuhan. Sebaliknya, mereka yang mencintai uang, hatinya selalu dipenuhi oleh uang, mereka selalu khawatir bahwa mereka akan menderita dan miskin ketika mengabdikan diri untuk Tuhan, membuat rencana dan merasa resah untuk masa depan mereka. Meskipun mereka percaya kepada Tuhan, mereka tidak dapat setia kepada Tuhan dan memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung, tetapi setia kepada uang dan memandang uang lebih tinggi dari segalanya. Orang seperti itu pada akhirnya tidak akan dapat masuk ke dalam kerajaan surga, seperti yang Tuhan Yesus katakan: "Sekali lagi, Aku berkata kepadamu, bahwa lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum daripada orang kaya masuk ke dalam Kerajaan Tuhan!" (Matius 19:24). Tuhan itu benar dan kudus. Jika kita percaya kepada Tuhan dengan setengah hati, percaya kepada Tuhan di mulut, tetapi memikirkan uang, ketenaran dan kekayaan di dalam hati kita, dan mengkhawatirkan masa depan, maka iman kita pada akhirnya akan gagal. Oleh karena itu, jika kita percaya kepada Tuhan, kita harus setia kepada Tuhan, ini juga merupakan manifestasi dari memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung.

4. Takut akan Tuhan dalam segala hal, dengan rendah hati mencari hal-hal yang tidak dapat dipahami, dan tidak menghakimi dengan sesuka hati

Alkitab berkata: "Diberkatilah mereka yang mempertahankan kesaksian-Nya dan mencari Dia dengan segenap hatinya!" (Mazmur 119:2). Terlihat bahwa selalu takut akan Tuhan, dapat mencari kehendak Tuhan dalam segala hal, dan tidak mengandalkan ide dan imajinasi diri sendiri untuk menarik kesimpulan sesuka hati—ini merupakan manifestasi dari memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung. Sama seperti di akhir zaman, Tuhan menubuatkan bahwa Dia akan datang kembali. Kita harus memiliki hati yang takut akan Tuhan dalam menghadapi hal kedatangan Tuhan. Tidak peduli dengan cara apa Tuhan kembali dan menampakkan diri, kita dengan rendah hati mencari kehendak Tuhan, tidak dengan mudah mengambil kesimpulan dan tidak mematok batasan tentang bagaimana Tuhan kembali. Dengan demikian barulah kita dapat menyambut kedatangan Tuhan kembali. Sama seperti ketika Tuhan Yesus datang untuk bekerja, Dia membawa jalan pertobatan, menyembuhkan orang sakit dan mengusir Iblis, dan menunjukkan banyak tanda dan mujizat. Firman dan pekerjaan ini tidak dicatat dalam Perjanjian lama sama sekali. Tetapi para murid dan pengikut Tuhan Yesus tidak mengikuti konsepsi dan imajinasi mereka sendiri, melainkan mereka mengenali suara Tuhan dari firman Tuhan dengan mendengarkan khotbah Tuhan Yesus dan yakin bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang akan datang. Tetapi orang-orang Farisi yang melayani Tuhan tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Mereka tidak hanya tidak berusaha untuk menyelidiki pekerjaan baru yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, tetapi mereka juga dengan keras menentang dan mengutuk bahwa Tuhan Yesus adalah manusia biasa bukanlah Tuhan, dan yang bekerja di luar hukum-hukum Perjanjian Lama bukanlah Tuhan. Oleh karena itu, walaupun mereka melihat bahwa firman dan pekerjaan Tuhan Yesus berotoritas dan berkuasa, dan berasal dari Tuhan, mereka tidak mencari dengan rendah hati, sebaliknya berusaha mencari kesalahan untuk menghakimi , memfitnah, dan menghujat Tuhan Yesus. Pada akhirnya, mereka memakukan Tuhan Yesus di kayu salib, dan mereka telah melakukan kejahatan keji, dan dihukum karena melanggar watak Tuhan. Pelajaran dari kegagalan orang Farisi adalah peringatan bagi kita: dalam menghadapi hal kedatangan Tuhan, kita harus memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung, dan tidak boleh menghakimi pekerjaan Tuhan berdasarkan ide dan imajinasi kita sendiri. Kita harus menjadi gadis yang bijaksana. Meskipun tidak sesuai dengan konsepsi dan imajinasi kita, kita harus mencari dengan rendah hati dan hati yang takut akan Tuhan, sehingga kita memiliki kesempatan untuk menyambut kedatangan Tuhan kembali. Tuhan Yesus berkata: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka engkau akan menemukan; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima; dan yang mencari, menemukan; dan bagi orang yang mengetuk, pintu akan dibukakan" (Matius 7:7-8).

Kita menerapkan sesuai dengan empat aspek di atas. Dalam segala hal, kita mematuhi firman Tuhan, setia kepada Tuhan, dan menghormati Tuhan. Dengan cara ini, kita bisa masuk ke dalam realitas kebenaran dari memuliakan Tuhan sebagai Tuhan yang agung, bertindak menurut kehendak Tuhan dalam segala hal, dan diperkenankan serta disetujui oleh Tuhan.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Arti Kebangkitan Yesus

Oleh Hanxiao Apakah Paskah Itu? Asal-Usul Paskah Paskah, atau juga disebut hari Minggu Kebangkitan, adalah sebuah hari libur yang...