Selamat Tinggal, Orang yang Suka Menyenangkan Semua Orang!

19 Juni 2020

Oleh Saudari Li Fei, Spanyol

Berbicara tentang orang yang sukanya menyenangkan semua orang, aku mengira mereka itu hebat, sebelum aku percaya kepada Tuhan. Mereka memiliki watak yang lembut, tidak pernah marah kepada siapa pun, semua orang menyukai mereka, dan mereka tidak pernah menyinggung siapa pun. Aku ingin menjadi orang seperti ini. Itu karena sejak muda, aku dibombardir melalui pendidikanku dan oleh masyarakat dengan hal-hal seperti "Keselarasan adalah harta karun, kesabaran adalah kebajikan," "Ketika kau tahu sesuatu itu salah, lebih baik jangan terlalu membicarakannya," dan "Tetaplah diam untuk melindungi diri sendiri dan berusahalah agar tidak disalahkan." "Jangan pernah menganggap apa pun terlalu serius," "Saat ketidaktahuan adalah Kebahagiaan, bersikap bijak adalah hal yang bodoh." Dan "Tidak membicarakan kesalahan teman-teman baik menghasilkan persahabatan yang lama dan berkualitas." Yang benar adalah "Tidak membicarakan kesalahan teman-teman baik menghasilkan persahabatan yang lama dan berkualitas." Aku mengadopsi gagasan-gagasan ini sebagai semboyan hidupku. Entah itu terhadap keluarga, teman atau sekadar kenalan, aku tidak mau menyinggung siapa pun, dan selalu mengikuti apa yang orang lain inginkan. Semua orang memujiku karena bersikap baik kepada orang lain dan mudah bergaul. Aku juga merasa bahwa untuk bertahan hidup di tengah masyarakat yang gelap dan jahat ini, engkau perlu menjalin hubungan baik dengan orang-orang di sekitarmu, karena itulah satu-satunya cara untuk memiliki posisi bagi dirimu sendiri. Barulah kemudian, setelah aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan, dan memahami beberapa kebenaran, akhirnya aku memahami bahwa prinsip-prinsip bertahan hidup ini adalah falsafah iblis, racun setan, dan bukan prinsip yang harus dipegang manusia. Aku melihat bahwa, dengan hidup seperti ini, aku menjadi semakin bengkok, curang, egois, dan tercela, bahwa aku tidak memiliki keserupaan yang benar dengan manusia. Akhirnya aku mulai membenci diriku sendiri, dan bertobat kepada Tuhan.

Pada tahun 2018, aku terpilih menjadi pemimpin wilayah. Awalnya, aku tidak tahu banyak tentang semua pekerjaan gereja. Rekan sekerjaku, Saudari Liu, telah melakukan tugas ini selama lebih dari setahun, dan dia mengerti berbagai aspek pekerjaan gereja, jadi aku bertanya kepadanya tentang masalah atau kesulitan yang kuhadapi, dan dia banyak membantuku. Kemudian, aku mendengar Saudari Liu menyebutkan beberapa kali bahwa Saudari Zhang, pemimpin sebuah gereja yang menjadi tanggung jawabnya, belakangan ini melakukan tugasnya dengan asal-asalan dan tanpa komitmen, tidak melakukan pekerjaan yang nyata, menyampaikan kata-kata hampa dan doktrin selama pertemuan, dan bersikap congkak, merasa diri benar, dan menolak menerima saran atau bantuan orang lain. Pada saat itu, aku berpikir semua hal ini mungkin merupakan perwujudan seorang pemimpin palsu yang tidak melakukan pekerjaan nyata, dan karena Saudari Liu mengetahuinya, aku heran mengapa dia tidak melakukan beberapa perubahan dan memberhentikan Saudari Zhang. Aku ingin mengatakan sesuatu kepadanya, tetapi terpikir olehku bahwa aku baru saja mulai melaksanakan tugas ini dan aku tidak mengenal Saudari Zhang dengan baik. Jika aku mengatakan sesuatu secara langsung, Saudari Liu bisa saja mengkritikku karena bersikap gegabah dan tidak memperlakukan orang lain dengan penuh kasih. Dengan pemikiran ini di benakku, aku membagikan pikiranku secara tidak langsung kepada Saudari Liu, tetapi dia tidak terlalu menanggapinya dan memintaku untuk membantu Saudari Zhang dengan kasih. Aku berpikir, "Saudari Liu pasti mengetahui prinsip tentang penggantian pemimpin, jadi jika aku kembali menyinggung hal ini, akankah dia mengira aku sedang mengatakan dia tidak sedang melakukan pekerjaan yang nyata? Dan dia pasti akan berpikir aku menimbulkan terlalu banyak masalah dan aku sulit hidup rukun. Jika ini menyebabkan konflik di antara kami, bagaimana kami bisa melakukan tugas kami di masa depan sebagai rekan sekerja?" Pada saat itu, aku memutuskan untuk tidak lagi mengatakan apa pun.

Aku bersekutu dengan Saudari Zhang beberapa kali untuk menyingkapkan dan menganalisis masalahnya. Dia tidak hanya menolak untuk menerimanya, dia malah berdebat denganku. Segera setelah itu, beberapa saudara-saudari mulai melaporkan bahwa Saudari Zhang tidak melakukan pekerjaan yang nyata. Saat itulah aku menyadari bahwa masalah Saudari Zhang itu serius, dan jika kami tidak menanganinya dengan segera, itu bisa menunda pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari kami. Jadi, aku kembali mengemukakan masalah pemberhentian Saudari Zhang dengan Saudari Liu. Namun Saudari Liu berkata, "Laporan ini telah diserahkan kepada atasan kita. Mari kita tunggu sampai mereka menyelesaikannya sebelum kita memberhentikannya." Kupikir, "Melalui laporan itu dan dengan menyelidiki situasinya, kami dapat melihat bahwa Saudari Zhang belum melakukan pekerjaan yang nyata, dia telah bekerja asal-asalan tanpa komitmen, dan telah menyampaikan kata-kata hampa dan doktrin untuk waktu yang lama. Kami sudah tahu bahwa dia adalah pemimpin palsu, jadi menurut prinsip, dia harus diberhentikan sesegera mungkin." "Kami adalah para pemimpin wilayah, dan seorang pemimpin palsu telah muncul di gereja, tetapi bukannya menangani hal ini dengan segera, kami mengajukannya ke para atasan kami. Bukankah ini hanya mengulur-ulur waktu dan membiarkan seorang pemimpin palsu terus membahayakan saudara-saudari kita? Ini sama seperti berpihak kepada Iblis dan menentang Tuhan!" Ini adalah masalah yang sangat serius! Aku ingin membicarakan lagi dengan Saudari Liu tentang masalah ini, tetapi kupikir, terakhir kali aku menyinggung hal ini, dia tidak ingin mengganti Saudari Zhang, dan menyuruhku memperlakukan Saudari Zhang dengan penuh kasih. Aku melihat bahwa mereka sangat rukun, jadi jika aku kembali mengangkat tentang masalah memberhentikan Saudari Zhang, Saudari Liu mungkin akan berkata aku terlalu congkak. Orang-orang yang baru bekerja harus membuktikan keberanian mereka, jadi bukankah dia akan berpikir aku ingin pamer? Aku memutuskan untuk tidak mengatakan apa pun. Setidaknya para atasan kami sedang menyelidiki dan memeriksa fakta. Beberapa hari lagi tidak masalah. Jadi, aku menahan diri, menahan kata-kata yang siap keluar dari mulutku. Beberapa hari kemudian setelah para atasan kami menyelidiki masalah ini, mereka menangani kami, karena tidak dengan segera menangani pemimpin palsu. Mereka mengatakan kami mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja dan menunda jalan masuk kehidupan saudara-saudari kami. Mereka mengatakan bahwa melakukan ini berarti bertindak sebagai kaki tangan Iblis dan membahayakan saudara-saudari kami. Mendengar ini, aku merasa sedih. Aku menyadari bahwa aku tidak menerapkan kebenaran yang kuketahui dengan jelas, dan aku tidak menegakkan prinsip. Aku sebenarnya telah melindungi pemimpin palsu. Aku sedang menutupi kesalahannya. Jadi, tanpa membuang waktu lagi, aku segera memberhentikannya. Namun setelah itu, aku hanya merasakan sedikit rasa bersalah dan ketidaknyamanan, dan aku tidak mengambil kesempatan itu untuk merenungkan diriku lebih lanjut. Belakangan aku mendapati bahwa Saudari Liu selalu menyampaikan kata-kata hampa dan doktrin selama pertemuan, dan bahwa dia tidak mampu menyelesaikan masalah dan kesulitan saudara-saudari. Ketika aku menunjukkan beberapa masalah dan kekurangannya, dia menolak menerimanya, dan berusaha untuk membantah dan berdebat denganku. Semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya tidak ada yang diselesaikan, dan ketika para atasan kami memangkas dan menanganinya, dia menolak untuk menerimanya. Dia menjadi negatif dan malas dalam pekerjaannya, terperosok dalam keluhan dan kesalahpahaman. Pada saat itu, aku ingin menyingkapkan keadaannya, tetapi aku menyadari bahwa sebagai rekan kerjanya, aku juga bertanggung jawab jika kami tidak melakukan pekerjaan kami dengan baik, dan jika aku menganalisis masalahnya, dia pasti mengatakan aku tidak pengertian, jadi aku tidak berani. Sebaliknya, aku hanya mencoba menghiburnya dan mendorongnya untuk tidak bersikap negatif. Namun setelah itu, aku menyadari Saudari Liu masih belum berubah sedikit pun. Dia sama sekali tidak memiliki kesadaran diri! Jika segala sesuatunya terus berlanjut seperti ini, itu hanya akan menunda pekerjaan gereja dan membahayakan saudara-saudari kami. Aku menyadari bahwa aku harus melaporkan hal-hal ini kepada atasan kami sesegera mungkin. Gereja kebetulan melakukan survei pendapat umum, dan atasan kami memintaku untuk menulis penilaianku tentang Saudari Liu. Aku sedang bersiap-siap untuk menulisnya, tetapi teringat bahwa sebagian besar saudara-saudari kurang memiliki kepekaan terhadapnya dan benar-benar mendukungnya. Jadi, jika aku mengambil risiko melaporkan masalah Saudari Liu, akankah mereka mengatakan aku sedang membuat rencana jahat dan ingin agar Saudari Liu disingkirkan, sehingga aku bisa dengan leluasa mengambil keputusan sendiri? Selain itu, kami adalah rekan kerja dalam tugas kami, dan dia telah melakukan banyak hal untuk membantuku. Jika dia benar-benar diberhentikan, bukankah dia akan membenciku? Pikiranku sangat bingung, dan akhirnya memutuskan bahwa aku tidak akan melaporkan rincian tentang dia tidak melakukan pekerjaan yang nyata atau menerima kebenaran. Namun setelah menyerahkan penilaianku, aku tidak bisa memadamkan kegelisahan di hatiku. Aku tahu aku sedang menyembunyikan fakta dan menipu Tuhan, dan aku semakin merasakan kegelapan rohani. Aku selalu terkantuk-kantuk ketika membaca firman Tuhan, dan tidak memperoleh pencerahan ataupun penerangan dari persekutuan selama pertemuan. Aku tidak dapat menemukan masalah apa pun pada saudara-saudariku. Setiap hari aku tertatih-tatih tanpa tenaga sedikit pun, dan aku merasa Tuhan telah meninggalkanku.

Para atasan kami kemudian menyelidiki segala sesuatu dan Saudari Liu diberhentikan sebagai pemimpin palsu yang tidak melakukan pekerjaan nyata. Aku merasa sangat malu dan mencela diri pada saat itu, khususnya ketika aku teringat firman Tuhan, "Mereka yang suka tidak memihak mana pun adalah orang yang paling pandai menipu. Mereka berusaha untuk tidak menyinggung siapa pun, mereka adalah tukang menyenangkan orang, mereka mudah menyesuaikan diri dengan keadaan dan tidak ada yang bisa mengetahui niat mereka. Orang semacam itu adalah Iblis yang hidup!" ("Hanya dengan Mengamalkan Kebenaran Engkau Dapat Melepaskan Belenggu Watak yang Rusak" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menyatakan bahwa orang yang sukanya menyenangkan semua orang adalah orang yang paling jahat dan licik, mereka adalah Iblis yang hidup. Aku menyadari bahwa itulah diriku. Aku sudah tahu bahwa Saudari Liu adalah pemimpin palsu, tetapi untuk melindungi hubunganku dengannya dan melindungi diriku sendiri, aku malah memilih untuk menyinggung Tuhan dan tidak menerapkan kebenaran. Aku telah kembali melindungi seorang pemimpin palsu, menyinggung watak Tuhan, dan melakukan pelanggaran. Aku merasa aku sudah tamat, bahwa Tuhan tidak akan menyelamatkan orang sepertiku. Aku hidup dalam kesedihan dan kenegatifan selama beberapa hari. Aku kehilangan minat untuk melakukan apa pun. Namun kemudian, aku teringat firman Tuhan: "Tidak peduli apa kesalahan yang telah engkau perbuat, tidak peduli seberapa jauh engkau telah menyimpang, atau seberapa serius engkau telah melanggar, jangan biarkan hal-hal ini menjadi beban atau beban berat yang harus kaubawa bersamamu dalam pengejaranmu untuk memahami Tuhan. Teruslah bergerak maju. Setiap saat, Tuhan mengenggam keselamatan manusia di hati-Nya; ini tidak pernah berubah. Inilah bagian paling berharga dari esensi Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Aku merenungkan firman Tuhan ini berulang-ulang, dan aku merasa bahwa setiap kata dan kalimat mengandung belas kasihan dan harapan bagiku. Meskipun kejahatanku telah menyinggung watak Tuhan, Tuhan masih memakai firman-Nya untuk menghiburku, menyemangatiku, dan menyuruhku untuk terus bergerak maju. Aku merasa sangat bersyukur, dan berkata kepada diriku sendiriku untuk tidak lagi bersikap negatif. Di mana pun aku gagal, aku harus bangkit dari bawah. Aku harus dapat merenung, memahami masalahku, dan mencari kebenaran untuk menyelesaikannya.

Kemudian aku membaca bagian lain dari firman Tuhan: "Engkau semua mengatakan bahwa engkau mempertimbangkan beban Tuhan dan akan membela kesaksian gereja, tetapi siapakah di antaramu yang benar-benar mempertimbangkan beban Tuhan? Tanyakanlah kepada dirimu sendiri: apakah engkau seseorang yang telah menunjukkan pertimbangan akan beban Tuhan? Dapatkah engkau melakukan kebenaran untuk Tuhan? Dapatkah engkau berdiri dan berbicara bagi-Ku? Dapatkah engkau dengan teguh melakukan kebenaran? Apakah engkau cukup berani untuk melawan semua perbuatan Iblis? Apakah engkau mampu menyingkirkan emosimu dan menyingkapkan Iblis demi kebenaran-Ku? Dapatkah engkau membiarkan maksud-maksud-Ku digenapi di dalam dirimu? Sudahkah engkau menyerahkan hatimu pada saat-saat paling krusial? Apakah engkau seseorang yang melakukan kehendak-Ku? Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan ini kepada dirimu sendiri dan seringlah memikirkan tentang hal ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 13"). Setelah membaca firman Tuhan, aku merasakan kesakitan yang menusuk hatiku. Aku memahami bahwa aku tak lebih dari seorang yang licin dan licik yang sukanya menyenangkan semua orang. Diperhadapkan dengan sebuah masalah, aku melakukan semua yang kubisa untuk melindungi diriku sendiri dan tidak mempertimbangkan kepentingan rumah Tuhan, dan aku tidak memiliki rasa tanggung jawab atau beban dalam melaksanakan tugasku. Aku seharusnya segera menangani pada saat pemimpin palsu muncul, tetapi sebaliknya, demi melindungi diriku dan karena takut menyinggung Saudari Liu, aku terlalu takut untuk menerapkan kebenaran atau menyingkapkan dan melaporkannya. Aku sengaja menyembunyikan kebenaran, dan menutupinya untuk melindungi dia. Akibatnya setiap aspek pekerjaan gereja terkena dampaknya dan saudara-saudariku tidak memiliki kehidupan bergereja yang layak. Kupikir, rumah Tuhan telah memercayakan kepadaku tugas yang sedemikian pentingnya, tetapi ketika pemimpin palsu muncul di gereja, aku mengkhianati prinsip-prinsip kebenaran untuk melindungi kepentinganku sendiri, berkali-kali berpihak kepada Iblis dan melindungi mereka. Aku sadar pekerjaan gereja akan menderita, tetapi aku tidak menerapkan kebenaran atau menegakkan kebenaran. Setiap kali ada kemungkinan aku bisa menyinggung seseorang, aku mengabaikan prinsip kebenaran. Aku bertindak secara egois, demi kepentinganku sendiri. Bukankah melakukan segala sesuatu seperti ini sangat mengganggu dan mengacaukan pekerjaan rumah Tuhan dan bertindak sebagai kaki tangan Iblis? Aku tidak berani menerapkan kebenaran atau menegakkan prinsip. Aku sama sekali tidak benar. Bagaimana aku bisa layak menjadi pemimpin gereja? Aku egois, tercela, licin, curang, dan picik! Khususnya menyakitkan ketika aku memikirkan bahwa firman Tuhan berkata Tuhan itu muak dan benci kepada orang yang sukanya menyenangkan semua orang, dan Dia tidak menyelamatkan mereka, dan dalam berbagai khotbah dikatakan berulang kali bahwa rumah Tuhan dengan tegas menolak orang yang sukanya menyenangkan semua orang, untuk menjadi pemimpin, karena mereka memiliki hati yang jahat, dan hanya bisa membahayakan rumah Tuhan dan saudara-saudari mereka. Dengan melindungi dan menutupi para pemimpin palsu, aku telah menyinggung Tuhan dan menyinggung watak-Nya, jadi aku datang ke hadapan Tuhan dan berdoa kepada-Nya: "Ya Tuhan, berkali-kali aku telah melanggar kehendak-Mu. Aku jelas sekali tahu kebenaran tetapi tidak mengamalkannya, dan dengan melakukannya aku telah merusak pekerjaan gereja. Aku bersedia menerima kutukan dan hukuman-Mu. Bagaimanapun Engkau memperlakukan aku di masa depan, aku bersedia untuk taat dan bertobat kepada-Mu."

Setelah berdoa, aku mulai bertanya-tanya mengapa aku berusaha menyenangkan orang dan tidak bisa mengamalkan kebenaran ketika sesuatu terjadi pada diriku. Apa yang mengendalikanku? Kemudian aku membaca satu bagian firman Tuhan: "Iblis merusak manusia melalui pendidikan dan pengaruh pemerintah nasional serta melalui orang-orang terkenal dan hebat. Perkataan jahat mereka telah menjadi natur kehidupan manusia. 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri' adalah pepatah iblis terkenal yang telah ditanamkan dalam diri semua orang, dan itu telah menjadi kehidupan manusia. Ada beberapa perkataan falsafah hidup lainnya yang juga seperti ini. Iblis mendidik manusia melalui setiap budaya tradisional bangsa yang indah, menyebabkan manusia jatuh dan ditelan oleh jurang kebinasaan yang tak berdasar, dan pada akhirnya manusia dimusnahkan oleh Tuhan karena mereka melayani Iblis dan menentang Tuhan. ... Masih ada banyak racun iblis dalam hidup manusia, dalam perilaku dan perbuatannya; mereka sama sekali tidak memiliki kebenaran. Sebagai contoh, falsafah hidup mereka, cara-cara mereka melakukan segala sesuatu, dan pepatah keberhasilan mereka semuanya dipenuhi dengan racun si naga merah yang sangat besar, dan semuanya berasal dari Iblis. Dengan demikian, segala sesuatu yang mengalir dalam tulang dan darah manusia adalah hal-hal yang berasal dari Iblis. Semua pejabat itu, mereka yang memegang tampuk kekuasaan, dan orang-orang yang sukses, memiliki berbagai jalan dan rahasia keberhasilannya sendiri. Bukankah rahasia semacam itu mewakili natur asli mereka dengan tepat? Mereka telah melakukan hal-hal besar di dunia, dan tak seorang pun dapat melihat rencana jahat dan tipu muslihat yang ada di baliknya. Ini menunjukkan betapa berbahaya dan jahatnya natur mereka. Manusia telah dirusak terlalu dalam oleh Iblis. Racun Iblis mengalir dalam darah setiap orang, dan dapat dilihat bahwa natur manusia itu rusak, jahat dan reaksioner, dipenuhi dan dibenamkan dalam falsafah Iblis—secara keseluruhan, itu merupakan natur yang mengkhianati Tuhan. Inilah sebabnya manusia menentang dan berlawanan dengan Tuhan" ("Cara Mengenal Natur Manusia" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca firman Tuhan, aku menemukan akar mengapa aku bertindak seperti orang yang sukanya menyenangkan semua orang. Itu karena sejak aku muda, aku telah dididik oleh PKT, dan aku dipenuhi dengan segala jenis falsafah, logika, dan aturan duniawi, seperti "Tiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan yang ketinggalan akan dimangsa," "Manusia bukan orang suci; bagaimana mereka bisa bebas dari kesalahan?" "Meskipun kau melihat sesuatu yang salah, lebih baik jangan terlalu membahasnya," dan juga "Tetaplah diam untuk melindungi diri sendiri dan berusahalah agar tidak disalahkan," "Tidak membicarakan kesalahan teman-teman baik menghasilkan persahabatan yang lama dan berkualitas," dan sebagainya. Hal-hal ini tertanam jauh di lubuk hatiku, dan aku hidup berdasarkan semua itu. Aku menjadi semakin congkak, merasa diri benar, egois, tercela, licin, dan curang sepanjang waktu. Aku menjadikan hal-hal ini semboyan hidupku. Dalam bergaul dengan orang-orang, aku mengamati dengan saksama setiap kata dan ucapan orang lain, dan aku menangani hubunganku dengan semua orang dengan hati-hati. Aku adalah orang yang sukanya menyenangkan semua orang, aku menapaki jalan yang bagiku aman dan nyaman, aku tidak menyinggung siapa pun, aku tidak berani mengatakan kebenaran atau menegakkan kebenaran, dan aku hidup tanpa martabat sedikitpun. Ketika para pemimpin palsu muncul di gereja, karena takut menyinggung Saudari Liu, aku mengabaikan prinsipku, memilih untuk menjadi pengecut, dan membiarkan mereka membahayakan saudara-saudariku dan menghambat pekerjaan rumah Tuhan. Bagaimana aku bisa menyebut diriku orang yang baik? Aku kejam dan jahat, "orang yang menyenangkan", budak Iblis yang tercela. Aku tidak memiliki rasa keberanian atau kebenaran apa pun. Jika saja aku menganalisis dan menolong Saudari Liu lebih awal, dia mungkin tidak sempat melakukan sedemikian banyak pelanggaran, pekerjaan rumah Tuhan dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari mungkin tidak terhalang, dan aku mungkin tidak menyinggung watak Tuhan. Jadi, akhirnya aku melihat bahwa hidup dengan falsafah duniawi yang jahat ini dan menjadi orang yang sukanya menyenangkan semua orang hanya dapat membahayakan atau merusak orang lain, dan mengakibatkan hal yang sama terhadap diriku sendiri. Dari apa yang disingkapkan oleh fakta-fakta ini, aku akhirnya bisa melihat bahwa falsafah, logika, dan aturan duniawi yang jahat ini hanya dapat menipu dan merusak manusia. Semua itu adalah bertentangan dengan firman Tuhan dan kebenaran. Jika kita hidup berdasarkan falsafah iblis ini, sebaik, selembut, atau seramah apa pun kita terlihat, kita tetap licin, curang, tercela, dan menyedihkan. Jika kita tidak menerapkan kebenaran, bertobat, dan berubah, kita pasti akan ditinggalkan dan disingkirkan oleh Tuhan.

Kemudian aku membaca bagian lain dari firman Tuhan: "Secara hakikat, Tuhan adalah setia, jadi firman-Nya selalu bisa dipercaya; tindakan-tindakan-Nya, terlebih lagi, tidak mengandung kesalahan dan tidak dapat disangkal, inilah sebabnya Tuhan menyukai mereka yang sepenuhnya jujur kepada-Nya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tiga Peringatan"). "Bahwa Tuhan meminta manusia jujur membuktikan bahwa Dia sungguh-sungguh membenci mereka yang menipu, dan bahwa Dia tidak suka penipu. Fakta bahwa Dia tidak suka penipu berarti Dia tidak suka tindakan, watak, dan bahkan motivasi mereka; yaitu, Dia tidak suka cara mereka melakukan sesuatu. Oleh karena itu, jika kita mau menyenangkan Tuhan, pertama-tama kita harus mengubah tindakan dan cara kita hidup" ("Pengamalan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Begitu engkau memiliki iman, ketika engkau datang ke hadapan Tuhan tetapi masih hidup dengan perilaku lama yang sama, apakah kepercayaanmu kepada Tuhan bermakna? Apakah itu ada nilainya? Tujuan dan prinsip hidupmu serta cara hidupmu belum berubah, dan satu-satunya hal yang menempatkanmu lebih tinggi dari orang tidak percaya adalah pengakuanmu akan keberadaan Tuhan. Engkau tampaknya mengikut Tuhan, tetapi watak hidupmu masih belum berubah sedikit pun. Pada akhirnya, engkau tidak akan diselamatkan. Dengan demikian, bukankah ini hanyalah kepercayaan kosong dan sukacita yang hampa?" ("Hanya dengan Mengamalkan Kebenaran Engkau Dapat Melepaskan Belenggu Watak yang Rusak" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa Tuhan pada dasarnya setia. Tuhan menyukai orang jujur dan membenci para penipu. Ketika aku hidup berdasarkan falsafah iblis ini, pandanganku tentang segala sesuatu dan caraku bersikap tidak berubah sama sekali. Aku seperti orang tidak percaya. Berapa tahun pun aku percaya kepada Tuhan dengan cara seperti itu, aku tidak akan pernah mendapatkan kebenaran atau keselamatan penuh. Hanya mereka yang mengamalkan kebenaran, orang yang jujur, yang tidak memiliki kecurangan di dalam hati mereka, orang yang memiliki keberanian untuk menegakkan prinsip kebenaran, yang memiliki rasa keadilan, dan orang yang berdiri di pihak Tuhan dalam segala hal dan memperhatikan kehendak Tuhan adalah orang yang Dia kasihi, dan yang dapat diselamatkan sepenuhnya oleh-Nya! Setelah memahami apa yang Tuhan tuntut, aku berdoa kepada Tuhan dan bersumpah bahwa aku akan bertobat, mengamalkan kebenaran, dan menjadi orang yang jujur.

Beberapa bulan kemudian, Aku mendapati bahwa Saudara Li, rekan kerjaku yang baru, selalu menyampaikan kata-kata hampa dan doktrin, dan pamer selama pertemuan. Aku bersekutu dengannya tentang hal itu beberapa kali, tetapi tidak melihat ada perbaikan apa pun, jadi aku memberi tahu atasan kami tentang hal itu. Namun kemudian, mereka memintaku untuk membedah dan menyingkapkan perilakunya, dan aku mulai merasa segan. Aku merasa tidak berdaya mengatasi hal-hal ini, karena Saudara Li telah melaksanakan tugasnya di sana lebih lama daripada siapa pun. Dia dipandang sebagai semacam penatua, dan dia telah membantuku dengan pekerjaanku di masa lalu. Jika aku menyingkapkan keadaannya, apa yang akan dia pikirkan tentang aku? Apakah dia akan tersinggung? Kemudian, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Jika engkau memiliki motivasi dan sudut pandang 'orang yang baik,' engkau akan selalu jatuh dan gagal dalam perkara semacam itu. Dengan begitu, apa yang harus kaulakukan dalam situasi semacam itu? Ketika dihadapkan dengan hal semacam itu, engkau harus berdoa kepada Tuhan. Mintalah Dia untuk memberimu kekuatan dan memungkinkanmu untuk menaati prinsip, melakukan apa yang harus engkau lakukan, menangani sesuatu berdasarkan prinsip, berdiri teguh, dan mencegah kerugian apa pun terjadi pada pekerjaan rumah Tuhan. Jika engkau mampu meninggalkan kepentingan diri sendiri, reputasi, dan pendirianmu tentang 'orang baik,' dan jika engkau melakukan apa yang harus kaulakukan dengan hati yang jujur dan seutuhnya, engkau akan mengalahkan Iblis, dan akan mendapatkan aspek kebenaran ini" ("Hanya Ketika Engkau Mengenal Dirimu Sendiri Engkau Dapat Mengejar Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Membaca bagian firman Tuhan ini memberiku kejelasan di hati bahwa ini terjadi kepadaku karena Tuhan sedang mengujiku dan memberiku kesempatan untuk bertobat. Tuhan ingin melihat bagaimana aku akan menangani masalah ini. Aku tidak boleh membiarkan diriku melindungi hubunganku dengan orang lain seperti sebelumnya. Aku harus mengutamakan pekerjaan gereja, mengamalkan kebenaran, dan menegakkan kebenaran. Jika Saudara Li adalah orang yang mengejar kebenaran, dia bisa menggunakan persekutuan dan analisis itu untuk merenung dan memahami dirinya sendiri, yang akan membantu jalan masuk kehidupannya, dan kemudian menghindarkan dirinya sendiri melakukan lebih banyak pelanggaran. Jadi, aku pergi menemui Saudara Li, dan menyingkapkan serta membedah keadaan dan perilakunya satu per satu menggunakan firman Tuhan. Di luar dugaan dia bukan saja tidak membenciku, dia justru berkata dengan hati yang bertobat, "Jika kau tidak menyingkapkan dan membedahku dengan cara ini, aku tidak akan pernah tahu tentang masalahku. Aku benar-benar perlu merenung dan mendapatkan jalan masuk." Mendengar Saudara Li mengucapkan kata-kata itu membuatku sangat terharu. Aku sebelumnya khawatir bahwa menyingkapkan dirinya akan membuatnya membenciku, tetapi itu sepenuhnya hanya imajinasiku sendiri. Pada saat itu, aku benar-benar mengalami bahwa mengamalkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur membawa ketenangan dan kedamaian pikiran, dan membawa kita semakin dekat kepada Tuhan. Aku juga benar-benar mengalami bahwa satu-satunya cara untuk melindungi pekerjaan rumah Tuhan adalah mengamalkan kebenaran dan menangani segala sesuatu sesuai prinsip. Ini adalah satu-satunya cara untuk benar-benar membantu saudara-saudari kita. Melalui penghakiman dan hajaran Tuhan, beberapa pandanganku yang keliru diubah, dan watak jahatku yang licin dan licik berubah sedikit. Sekarang, ketika aku melihat saudara-saudariku memperlihatkan kerusakan, atau ketika segala sesuatu ditangani dengan cara yang mengkhianati prinsip kebenaran, aku tidak lagi menutupi mereka, melindungi mereka, atau berusaha melindungi hubunganku dengan orang-orang. Aku dapat dengan sungguh-sungguh mengamalkan kebenaran, bersekutu, membantu, menunjukkan, dan menyingkapkan segala sesuatu. Meskipun terkadang aku masih ragu dan takut menyinggung orang lain, aku bisa berdoa kepada Tuhan, menyangkali diriku sendiri, menerapkan sesuai dengan prinsip kebenaran, dan tidak lagi hidup sesuai dengan falsafah iblis. Dengan penerapan semacam ini, aku merasa jauh lebih tenang dan mantap. Sangat membebaskan. Mencapai perubahan ini dan mendapatkan semua ini sepenuhnya adalah hasil dari penghakiman dan hajaran firman Tuhan.

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Ujian bagi Kontras

Oleh Saudara Xing Dao, Korea"Ya Tuhan! Entah aku memiliki status atau tidak, aku sekarang telah mengerti tentang diriku sendiri. Jika...

Tinggalkan Balasan