Kenyataan di Balik Para Penyenang Orang
Oleh Saudari Su Jie, TiongkokPada Oktober 2020, aku terpilih untuk mengawasi pekerjaan video bersama Wang Li, yang pernah bekerja bersamaku...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Pada tahun 1997, aku mulai percaya pada Tuhan Yesus karena aku tidak bisa menyembuhkan radang usus yang telah kuderita bertahun-tahun, dan setelah menemukan Tuhan, penyakitku menjadi jauh lebih baik. Dua tahun kemudian, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, dan telah melaksanakan tugasku di gereja sejak saat itu. Tanpa kusadari, radang usus yang telah kuderita bertahun-tahun pun sembuh total. Aku pun menjadi makin lebih antusias dalam melaksanakan tugasku, dan tidak pernah mengabaikan atau menolak tugas apa pun yang diatur oleh gereja. Entah aku dihalangi atau dianiaya oleh suamiku atau Partai Komunis berusaha menangkap dan menganiayaku, aku tidak pernah mundur dan aku tidak pernah menunda tugasku.
Suatu hari, pada bulan Mei 2020, aku merasa ada yang tidak nyaman di leherku, seperti aku sedang dicekik, jadi aku pergi ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan. Aku didiagnosis dengan nodul tiroid. Setelah menjalani tes, dokter berkata, "Ini tidak serius. Kau harus minum obat dan datanglah untuk pemeriksaan setiap enam bulan. Asalkan tidak ada kelainan, kau tidak perlu dirawat." Setelah mendengar dokter mengatakan ini, aku berpikir, "Ini bukan penyakit yang serius. Asalkan aku berusaha keras dalam tugasku, Tuhan akan melindungiku." Jadi, aku minum obat dan terus melaksanakan tugasku, dan penyakitku tampaknya sedikit berkurang. Pada tahun 2023, kondisiku memburuk. Aku merasakan tekanan pada leherku ketika aku tidur, dan napasku menjadi sesak. Aku menjadi sulit berbicara dan tidak bisa berbicara tanpa usaha. Setelah pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa penyakitku berkembang ke arah kanker dan aku perlu dioperasi. Aku berpikir, "Saat ini aku sedang melaksanakan tugas kepemimpinan, dan aku sibuk dari pagi hingga malam setiap hari. Tuhan akan melindungiku atas usaha dan pengorbananku dan penyakitku tidak akan berkembang menjadi kanker." Jadi, aku tidak terlalu takut, dan aku menjalani operasi. Operasinya berjalan dengan baik, dan pada hari kedua setelah operasi, aku bisa bangun dari tempat tidur dengan bantuan keluargaku. Aku merasa ini adalah pemeliharaan dan perlindungan Tuhan dan aku bersyukur kepada Tuhan dari lubuk hatiku.
Setengah bulan kemudian, aku pergi ke rumah sakit untuk mengambil riwayat kesehatanku. Riwayat yang kulihat menunjukkan adanya tumor ganas, kanker, dan aku mulai merasa sedih dan berpikir, "Jadi, aku benar-benar menderita kanker! Meskipun aku sudah dioperasi, suatu hari mungkin saja kanker ini akan kambuh atau menyebar. Apakah itu berarti aku akan mati? Mengapa Tuhan tidak melindungiku? Aku telah banyak menderita dalam melaksanakan tugasku selama lebih dari dua puluh tahun. Aku tetap bertahan dalam tugasku meski menghadapi banyak situasi berbahaya dan sulit, jadi bagaimana aku bisa terkena kanker? Kalau saja aku tahu bahwa aku akan terkena kanker, aku tidak akan meninggalkan keluargaku dan pekerjaanku demi melaksanakan tugasku. Aku berpikir bahwa aku akan mampu memperoleh keselamatan Tuhan dan tempat tujuan yang baik di masa depan, tetapi sekarang aku menderita penyakit parah dan bisa saja mati, tempat tujuan yang baik itu di luar jangkauan!" Makin kupikirkan, aku jadi makin merasa putus asa dan sedih. Aku merasa sangat menyedihkan, dan aku tak bisa menahan tangis. Selama beberapa hari berikutnya, satu kata terus bergema di pikiranku—kanker. Aku merasa sangat putus asa. Aku tidak bisa makan atau tidur, semua tulangku sakit, dan lenganku mati rasa. Aku datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa, menceritakan kepada-Nya tentang keadaanku, berharap Dia akan membantuku memahami maksud-Nya. Kemudian, aku membaca firman Tuhan tentang cara menangani penyakit. Aku membaca satu bagian dari firman Tuhan dan sedikit lebih memahami maksud-Nya. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Ketika Tuhan mengatur agar seseorang menderita suatu penyakit, entah berat atau ringan, tujuan Dia melakukannya bukanlah untuk membuatmu memahami seluk-beluk jatuh sakit, kerugian yang penyakit itu timbulkan pada dirimu, kesukaran dan kesulitan yang disebabkan penyakit itu terhadapmu, dan segala macam perasaan yang kaurasakan karena penyakit tersebut—tujuan Dia bukanlah agar engkau memahami penyakit melalui sakitnya dirimu. Sebaliknya, tujuan Dia adalah agar engkau memetik pelajaran dari penyakit, belajar bagaimana memahami maksud Tuhan, belajar memahami watak rusak yang kauperlihatkan dan sikapmu yang keliru terhadap Tuhan saat engkau sakit dan belajar bagaimana tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, sehingga engkau mampu benar-benar tunduk kepada Tuhan dan mampu tetap teguh dalam kesaksianmu—inilah yang terpenting. Tuhan ingin menyelamatkanmu dan mentahirkanmu melalui penyakit. Hal apa tentang dirimu yang ingin Tuhan tahirkan? Dia ingin mentahirkanmu dari semua keinginan dan tuntutanmu yang berlebihan terhadap Tuhan, dan bahkan mentahirkanmu dari berbagai rencana, penilaian, dan perencanaan yang kaubuat dengan segala cara untuk bertahan hidup dan untuk terus hidup. Tuhan tidak memintamu untuk membuat rencana, Dia tidak memintamu untuk menilai, dan Dia tidak mengizinkanmu memiliki keinginan yang berlebihan terhadap-Nya; Dia hanya memintamu untuk tunduk kepada-Nya dan, saat engkau berlatih dan saat engkau tunduk, untuk engkau mengetahui sikapmu sendiri terhadap penyakit, dan mengetahui sikapmu terhadap kondisi tubuh yang Dia berikan kepadamu, serta keinginan pribadimu. Setelah engkau mengetahui hal-hal ini, engkau akan mampu memahami betapa bermanfaatnya lingkungan penyakit yang telah Tuhan aturkan bagimu atau kondisi tubuh yang telah Dia berikan kepadamu; dan engkau akan mampu menyadari betapa bermanfaatnya pengaturan itu untuk mengubah watakmu, untuk engkau memperoleh keselamatan, dan untuk jalan masuk kehidupanmu. Itulah sebabnya, ketika penyakit tiba-tiba menyerang, engkau jangan selalu bertanya-tanya bagaimana engkau dapat menghindarinya atau melarikan diri darinya atau menolaknya" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (3)"). Setelah membaca firman Tuhan, hatiku terasa lebih terang. Ternyata penyakit ini bukan Tuhan yang menyingkapkan dan menyingkirkanku, melainkan Dia sedang membersihkan watakku yang rusak dan menyelamatkanku. Namun, aku tidak mencari maksud Tuhan, dan mengira bahwa dengan menderita penyakit ini berarti Tuhan sedang menyingkapkan dan menyingkirkanku. Aku hidup dalam keputusasaan, berdebat dan mengeluh kepada Tuhan, dan bahkan menyesali usaha dan pengorbananku sebelumnya. Aku sadar bahwa diriku sangat tak bermoral! Sekarang aku memahami bahwa apakah penyakitku akan kambuh atau menyebar, dan sampai sejauh mana itu akan berkembang, semuanya mengandung maksud Tuhan. Aku tidak lagi salah memahami Tuhan. Aku harus mencari kebenaran untuk mengatasi masalahku.
Aku teringat bagian dari firman Tuhan mengenai cara menghadapi kematian dengan benar, jadi aku menemukannya dan membacanya. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Hal kematian memiliki natur yang sama dengan hal lainnya. Kematian tidak bisa dipilih sendiri oleh manusia, dan terlebih dari itu, kematian tidak dapat diubah oleh kehendak manusia. Kematian sama saja dengan peristiwa penting lainnya dalam hidup: kematian sepenuhnya berada di bawah penentuan dan kedaulatan Sang Pencipta. Jika seseorang mohon agar dirinya mati, dia belum tentu akan mati; jika seseorang mohon agar dirinya hidup, dia belum tentu akan hidup. Semua ini berada di bawah kedaulatan dan penentuan Tuhan, dan diubah serta diputuskan oleh otoritas Tuhan, oleh watak benar Tuhan, dan oleh kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Jadi, seandainya engkau menderita penyakit serius, penyakit serius yang berpotensi mengakibatkan kematian—siapa yang memutuskan apakah engkau akan mati atau tidak? (Tuhan.) Tuhanlah yang memutuskan. Dan karena Tuhanlah yang memutuskan dan manusia tidak dapat memutuskan hal semacam itu, apa gunanya manusia merasa cemas dan tertekan mengenainya? ... Yang harus manusia lakukan ketika menghadapi hal tentang kematian yang sangat penting ini bukanlah menjadi tertekan, gelisah, atau takut, melainkan apa? Manusia harus menunggu, bukan? (Ya.) Benar, bukan? Apakah menunggu berarti menunggu kematian? Menunggu mati saat menghadapi kematian? Benarkah demikian? (Tidak, manusia harus menghadapinya dengan positif dan tunduk.) Benar, menunggu bukan berarti menunggu kematian. Jangan takut menghadapi kematian, dan jangan menggunakan seluruh tenagamu memikirkan tentang kematian. Jangan berpikir sepanjang hari, 'Akankah aku mati? Kapan aku akan mati? Apa yang akan kulakukan setelah aku mati?' Jangan berpikir seperti itu. Ada orang-orang yang berkata, 'Mengapa jangan memikirkan kematian? Mengapa jangan memikirkannya padahal aku sudah hampir mati?' Karena engkau tidak tahu apakah engkau akan mati atau tidak, dan engkau tidak tahu apakah Tuhan akan membiarkanmu mati atau tidak—hal-hal ini tidak kauketahui. Terutama, engkau tidak tahu kapan engkau akan mati, di mana engkau akan mati, jam berapa engkau akan mati atau apa yang akan tubuhmu rasakan pada saat engkau mati. Jika engkau memeras otakmu memikirkan dan merenungkan hal-hal yang tidak engkau ketahui, dan merasa cemas dan khawatir tentang hal-hal itu, bukankah itu menunjukkan betapa bodohnya dirimu? Karena bodoh bagimu melakukan hal itu, engkau tidak perlu memeras otakmu untuk memikirkan hal-hal ini" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (4)"). Setelah membaca firman Tuhan, hatiku terasa jauh lebih terang. Kita semua akan mengalami kematian, dan apa penyakit yang kita derita dan kapan kita meninggal itu semua sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Hidup dan matinya seseorang tidak dipengaruhi oleh faktor luar, tetapi hanya bergantung pada kedaulatan dan takdir Tuhan. Tuhan telah menakdirkan lamanya hidup setiap orang, dan hal ini tidak ada hubungannya dengan kondisi fisiknya atau apakah dia mempunyai penyakit serius. Aku memikirkan ibuku, yang selalu sehat tetapi akhirnya menderita kelumpuhan pada satu sisi tubuh dan meninggal dalam beberapa tahun. Namun, tetanggaku, yang kudengar kondisi kesehatannya buruk sejak dia berusia empat puluh tahun, sering sakit, tidak bisa bekerja di ladang, dan hanya bisa memasak dan melakukan pekerjaan rumah tangga, kini sudah berusia sembilan puluhan. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan dan rentang hidup seseorang sudah ditakdirkan oleh Tuhan, dan bahkan dengan penyakit serius, jika menurut takdir Tuhan bahwa waktu orang itu belum tiba, maka dia tidak akan meninggal. Saat memikirkan tentang hal ini, aku pun bisa menghadapi penyakitku sendiri dengan tenang.
Kemudian, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Katakan kepada-Ku, siapakah di antara miliaran orang di seluruh dunia ini yang begitu diberkati bisa mendengar begitu banyak firman Tuhan, memahami begitu banyak kebenaran hidup, dan memahami begitu banyak misteri? Siapakah di antara mereka yang dapat secara pribadi menerima bimbingan Tuhan, perbekalan dari Tuhan, pemeliharaan dan perlindungan-Nya? Siapakah yang begitu diberkati? Sangat sedikit. Jadi, jika engkau yang sedikit ini dapat hidup di rumah Tuhan sekarang ini, menerima keselamatan-Nya, dan menerima perbekalan-Nya, betapa berartinya hidupmu sekalipun engkau harus mati saat ini juga. Engkau benar-benar sangat diberkati, bukan? (Ya.) Jika orang mampu melihatnya dari sudut pandang ini, tidak seharusnya mereka begitu ditakutkan oleh masalah kematian, dan mereka juga tidak seharusnya dikekang olehnya. Sekalipun engkau belum menikmati kemuliaan dan kekayaan dunia ini, engkau telah menerima belas kasihan Sang Pencipta dan mendengar begitu banyak firman Tuhan—bukankah ini adalah kebahagiaan? (Ya.) Berapa tahun pun engkau menjalani kehidupanmu di dunia ini, hidupmu berarti dan engkau tidak menyesalinya, karena selama ini engkau selalu melaksanakan tugasmu dalam pekerjaan Tuhan, engkau telah memahami kebenaran, memahami misteri kehidupan, dan memahami jalan dan tujuan yang harus kaukejar dalam hidup ini—engkau telah memperoleh begitu banyak! Engkau telah menjalani kehidupan yang sangat berarti!" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (4)"). Bahwa seseorang yang tidak penting sepertiku dapat menerima pekerjaan Tuhan di akhir zaman adalah peninggian Tuhan. Dengan percaya kepada Tuhan selama lebih dari dua puluh tahun, aku telah menikmati begitu banyak penyiraman dan penyediaan dari firman Tuhan serta pemeliharaan dan perlindungan Tuhan, tetapi ketika aku jatuh sakit, aku tetap salah memahami dan mengeluh, berdebat dengan Tuhan, dan menentang-Nya. Aku sama sekali tidak memiliki kesaksian dan aku telah menjadi orang yang memalukan. Aku merasa sangat kesakitan, berpikir bahwa bahkan setelah memercayai Tuhan selama bertahun-tahun, aku masih belum memasuki banyak kenyataan kebenaran, dan bahwa jika aku mati, aku akan meninggalkan penyesalan saja. Karena aku masih hidup, aku merasa bahwa aku harus mengejar kebenaran dengan sungguh-sungguh, dan tidak peduli berapa lama aku hidup, aku harus menghargai setiap hari yang kumiliki, dan melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, tanpa meninggalkan penyesalan.
Belakangan, aku membaca bagian lain dari firman Tuhan dan aku sangat tersentuh. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Banyak orang yang mengikut Tuhan hanya peduli dengan bagaimana memperoleh berkat atau menghindari bencana. ... Orang-orang seperti itu hanya memiliki satu tujuan sederhana dalam mengikut Tuhan, dan tujuan itu adalah untuk memperoleh berkat. Orang-orang seperti itu terlalu malas memperhatikan hal lain yang tidak melibatkan tujuan ini secara langsung. Bagi mereka, tidak ada tujuan yang lebih sah daripada percaya kepada Tuhan untuk memperoleh berkat—inilah inti dari iman mereka. Jika sesuatu tidak berkontribusi untuk tujuan ini, mereka tetap tidak tergerak olehnya. Inilah yang terjadi dengan kebanyakan orang yang percaya kepada Tuhan pada masa kini. Tujuan dan niat mereka kelihatannya benar, karena bersamaan dengan percaya kepada Tuhan, mereka juga mengorbankan diri untuk Tuhan, mempersembahkan diri mereka kepada Tuhan, dan melaksanakan tugas mereka. Mereka meninggalkan masa muda mereka, meninggalkan keluarga dan pekerjaan, dan bahkan menghabiskan waktu bertahun-tahun menyibukkan diri jauh dari rumah. Demi tujuan akhir mereka, mereka mengubah minat mereka, pandangan mereka tentang hidup, dan bahkan mengubah arah yang mereka tempuh, tetapi mereka tidak dapat mengubah tujuan kepercayaan mereka kepada Tuhan. ... Untuk saat ini, kita tidak perlu membahas berapa banyak yang telah diberikan oleh orang-orang ini. Meskipun demikian, perilaku mereka sangat layak untuk dianalisis. Selain dari keuntungan yang berhubungan sangat erat dengan mereka, mungkinkah ada alasan lain mengapa orang-orang yang tidak pernah memahami Tuhan mau berkorban begitu banyak bagi-Nya? Dalam hal ini, kita menemukan masalah yang sebelumnya tidak teridentifikasi: hubungan manusia dengan Tuhan semata-mata hubungan kepentingan diri sendiri yang mencolok. Hubungan ini adalah hubungan antara penerima dan pemberi berkat. Sederhananya, ini adalah hubungan antara seorang karyawan dan seorang majikan. Karyawan bekerja keras hanya untuk menerima upah yang diberikan oleh majikannya. Tidak ada kasih sayang dalam hubungan berdasarkan kepentingan seperti itu, hanya ada transaksi. Tidak ada tindakan mencintai dan dicintai, hanya ada derma dan belas kasihan. Tidak ada pengertian, hanya ada kemarahan terpendam tanpa daya dan penipuan. Tidak ada keintiman, hanya ada jurang yang tak bisa diseberangi" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 3: Manusia Hanya Dapat Diselamatkan di Tengah Pengelolaan Tuhan"). Firman Tuhan menyingkapkan dengan tepat keadaanku. Setelah memercayai Tuhan dan melihat bahwa Dia menyembuhkan penyakitku, aku meninggalkan keluargaku dan karierku untuk melaksanakan tugasku, dan bahkan ketika keluargaku menganiayaku dan ada bahaya ditangkap, aku tidak terpengaruh. Namun, ketika aku tahu bahwa aku menderita kanker, maka harapanku akan berkat pun hancur, aku berdebat dengan Tuhan, mengeluh bahwa Dia tidak melindungiku, dan menyesali pengorbanan serta upayaku sebelumnya, dan aku tidak ingin berdoa kepada Tuhan atau membaca firman-Nya lagi. Baru pada saat itulah aku menyadari bahwa hubunganku dengan Tuhan murni bersifat transaksional. Aku ingin menukarkan pengorbanan dan usahaku demi tempat tujuan yang baik. Aku berusaha menipu dan memanfaatkan Tuhan. Aku sangat egois dan tercela! Seseorang dengan kemanusiaan tidak akan salah memahami atau mengeluh tentang Tuhan ketika menghadapi ujian, tetapi akan mencari maksud Tuhan, dan bahkan saat merasa kesakitan, dia akan tetap berdiri pada posisi yang tepat sebagai makhluk ciptaan dan membiarkan Tuhan mengaturnya sekehendak hati-Nya. Namun, setelah melihat diriku sendiri, aku tidak menghargai semua kasih karunia dan berkat yang diberikan Tuhan kepadaku, dan ketika satu hal tidak memuaskan tuntutanku, aku meminta pertanggungjawaban kepada Tuhan. Aku sungguh tidak memiliki kemanusiaan dan tidak pantas untuk hidup. Bahkan jika Tuhan memusnahkanku, itulah kebenaran-Nya! Namun, Tuhan masih memberiku kesempatan untuk bertobat, menggunakan firman-Nya untuk mencerahkan dan membimbingku untuk merenungkan diriku sendiri. Aku tidak lagi salah memahami atau mengeluh tentang Tuhan. Aku harus mengejar kebenaran dan melaksanakan tugasku dengan baik.
Kemudian, aku membaca bagian lain dari firman Tuhan dan menemukan beberapa jalan penerapan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Tidak ada hubungan antara tugas manusia dan apakah dia menerima berkat atau menderita kemalangan. Tugas adalah apa yang manusia harus penuhi; itu adalah panggilan surgawinya, dan seharusnya tidak bergantung pada imbalan jasa, kondisi, atau nalar. Baru setelah itulah dia bisa dikatakan melakukan tugasnya. Menerima berkat mengacu pada ketika seseorang disempurnakan dan menikmati berkat Tuhan setelah mengalami penghakiman. Menderita kemalangan mengacu pada ketika watak seseorang tidak berubah setelah mereka mengalami hajaran dan penghakiman; mereka tidak mengalami proses disempurnakan tetapi dihukum. Namun terlepas dari apakah mereka menerima berkat atau menderita kemalangan, makhluk ciptaan harus memenuhi tugasnya, melakukan apa yang seharusnya dilakukan, dan melakukan apa yang mampu dilakukannya; inilah yang setidaknya harus dilakukan oleh orang yang mengejar Tuhan. Engkau tidak seharusnya melakukan tugasmu hanya untuk menerima berkat, dan engkau tidak seharusnya menolak untuk bertindak karena takut mengalami kemalangan. Kuberitahukan satu hal kepadamu: pelaksanaan tugas manusia adalah apa yang harus dia lakukan, dan jika dia tidak mampu melaksanakan tugasnya, maka ini adalah pemberontakannya. Melalui proses melakukan tugasnyalah manusia secara berangsur-angsur akan diubahkan, dan melalui proses inilah dia menunjukkan kesetiaannya. Karena itu, semakin banyak tugas yang mampu kaulakukan, semakin banyak kebenaran yang akan kauterima, dan akan semakin nyata pengungkapanmu. Orang-orang yang hanya melakukan tugas dengan sekadarnya dan tidak mencari kebenaran pada akhirnya akan disingkirkan, karena orang-orang semacam itu tidak melakukan tugas mereka dalam menerapkan kebenaran, dan tidak menerapkan kebenaran dalam pelaksanaan tugasnya. Orang-orang semacam itu tetap tidak berubah dan akan menderita kemalangan. Tidak hanya pengungkapan mereka yang tidak murni, tetapi segala sesuatu yang mereka ungkapkan juga jahat" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perbedaan antara Pelayanan Tuhan yang Berinkarnasi dan Tugas Manusia"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa melaksanakan tugas seseorang tidak ada hubungannya dengan menerima berkat atau mengalami bencana, dan bahwa hal itu sepenuhnya wajar dan dapat dibenarkan bagi makhluk ciptaan untuk melaksanakan tugas mereka, dan terlepas dari apakah mereka memiliki kesudahan atau tempat tujuan yang baik, atau apakah mereka dapat diberkati, mereka harus melaksanakan tugas mereka. Selain itu, berkat adalah hal yang dinikmati manusia sebagai hasil dari mengejar kebenaran dan mencapai perubahan watak saat melaksanakan tugas mereka dan ketika mereka akhirnya diselamatkan oleh Tuhan. Jika watak rusak seseorang tidak berubah, pada akhirnya dia akan dihukum. Berdasarkan firman Tuhan, aku melihat betapa absurdnya pandanganku dahulu. Aku selalu berpikir bahwa selama aku banyak menderita, berkorban, dan mengorbankan diri untuk Tuhan, aku akan diselamatkan, dan menerima tempat tujuan yang baik yang diberikan Tuhan kepada manusia. Ini hanyalah angan-anganku. Jika aku hanya melaksanakan tugasku tanpa memeriksa ketidakmurnian di dalamnya, tidak fokus untuk mengejar kebenaran, dan watakku yang rusak tidak pernah berubah, dan ketika aku tidak menerima berkat, aku bahkan meminta pertanggungjawaban kepada Tuhan, pada akhirnya aku akan dihukum karena menentang Tuhan. Melihat ini, aku menyadari betapa besarnya bahaya yang kuhadapi. Jika aku terus melanjutkan jalan ini, aku akan disingkirkan bahkan tanpa mengetahui alasannya! Aku berterima kasih dengan tulus kepada Tuhan karena telah membiarkanku menderita penyakit ini, sehingga aku menyadari telah menempuh jalan yang salah dalam imanku dan berbalik sebelum terlambat. Aku juga memahami bahwa percaya kepada Tuhan bukan tentang mengejar berkat, melainkan tentang mengejar kebenaran serta perubahan watak, dan tunduk pada semua pengaturan Tuhan. Ketika menyadari hal-hal ini, hatiku langsung terasa lega dan bebas, dan tidak lagi dikekang oleh penyakit atau kematian. Jika penyakitku kambuh atau menyebar, aku bersedia tunduk pada pengaturan Tuhan. Terlepas dari apakah penyakitku dapat disembuhkan atau apakah aku dapat menerima berkat di masa depan, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan tugasku dengan baik. Setelah itu, aku mulai bekerja dengan saudara-saudari untuk mengatasi kesulitan dan masalah dalam menyebarkan Injil, dan kami mencapai beberapa hasil. Lebih dari sepuluh hari kemudian, aku pergi untuk menjalani pemeriksaan kesehatan lagi, dan tanpa diduga, semua indikatornya normal.
Banyak hal telah kuperoleh dari penyakit ini. Aku melihat tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya, dan aku menyadari bahwa aku telah meninggalkan keluargaku dan karierku selama bertahun-tahun demi memperoleh berkat, dan semua demi keuntungan. Hatiku sungguh keras! Tuhan telah memberiku begitu banyak kasih karunia dan berkat, serta telah bekerja terus-menerus untuk menyelamatkanku, tetapi karena satu hal ini tidak memuaskan tuntutanku, aku berdebat dengan Tuhan dan minta pertanggungjawaban-Nya. Tuhan telah membayar begitu banyak untukku, tetapi belum bisa mendapatkan hatiku yang tulus sebagai balasannya! Saat memikirkan hal ini, aku merasa sangat berutang budi kepada Tuhan. Namun, di saat yang sama, aku sangat bersyukur kepada Tuhan, karena jika bukan karena penyakit ini, aku tidak akan pernah mengenal dan merenungkan diriku sendiri, aku akan terus berusaha menipu, memeras, dan bertransaksi dengan-Nya. Jika Tuhan tidak menyingkapkan hal ini, aku akan tetap berpikir bahwa aku dapat diselamatkan. Namun, sekarang aku menyadari bahwa tingkat pertumbuhanku sangatlah kecil dan jauh dari diselamatkan! Aku harus mulai dari awal, tetapi kali ini, aku harus melakukannya dengan nalar. Tak peduli bagaimana Tuhan mengujiku di masa depan, aku harus tunduk pada pengaturan-Nya, mengejar kebenaran, dan berusaha mengubah watakku.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudari Su Jie, TiongkokPada Oktober 2020, aku terpilih untuk mengawasi pekerjaan video bersama Wang Li, yang pernah bekerja bersamaku...
Oleh Saudari Zhao Ming, TiongkokPada bulan April 2011, aku harus menggantikan tempat seorang pemimpin bernama Yao Lan di sebuah gereja di...
Oleh Saudara Fang Gang, KoreaBeberapa bulan lalu, seorang pemimpin menugaskanku dan Saudara Connor untuk bertanggung jawab atas pekerjaan...
Mei Jie Kota Jinan, Provinsi Shandong Baru-baru ini, gereja membuat pengaturan kerja yang baru, yang mengharuskan pemimpin gereja pada...