Kisah tentang Berkhotbah kepada Seorang Pendeta

02 Januari 2023

Oleh Saudari Li Zhi, Tiongkok

Bulan April tahun ini, tiba-tiba seorang pemimpin memberitahuku bahwa seorang pendeta tua, yang telah beriman lebih dari 50 tahun, ingin menyelidiki pekerjaan Tuhan pada akhir zaman—itu adalah Pendeta Cao dari Desa Caojia. Aku harus mendatangi dia dan bersaksi. Pemimpin memberitahuku Pendeta Cao telah berkhotbah di banyak negara, dia tak meninggalkan Tuhan bahkan saat dipenjara oleh PKT karena imannya dan dia sungguh percaya kepada Tuhan. Saat mendengar ini, aku teringat banyak pendeta dan penatua yang kutemui saat menyebarkan Injil. Mayoritas memegang teguh kata-kata Alkitab dan gagasan agama. Mereka sulit mengenali suara Tuhan atau menerima kebenaran. Juga sangat menghargai status dan pendapatan mereka. Beberapa orang mendengar firman Tuhan Yang Mahakuasa dan mengakui itu kebenaran, tapi tak menerima Tuhan Yang Mahakuasa. Apakah pendeta tua ini sungguh bisa menerima kebenaran? Ataukah dia akan berpegang teguh pada gagasan agamanya seperti yang lain? Aku juga sangat gugup—aku telah mengemban tugas lain selama beberapa tahun, dan sudah lama tak menyebarkan Injil. Tiba-tiba aku harus menghadapi pendeta tua yang penuh dengan pengetahuan alkitabiah dan gagasan religius. Jika tak mempersekutukan kebenaran dengan jelas dan gagal mengatasi gagasan agamanya, bukankah aku akan gagal dalam tugasku? Lalu, aku teringat firman Tuhan: "Iman manusia dibutuhkan ketika sesuatu tidak bisa terlihat oleh mata telanjang, dan imanmu dibutuhkan ketika engkau tidak bisa melepaskan gagasanmu sendiri. Ketika engkau tidak memiliki kejelasan tentang pekerjaan Tuhan, yang dibutuhkan darimu adalah memiliki iman dan engkau harus berdiri teguh dan menjadi saksi" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Akan Disempurnakan Harus Mengalami Pemurnian"). "Roh Kudus bekerja berdasarkan prinsip ini: melalui kerja sama manusia, dengan cara mereka secara aktif berdoa, mencari, dan mendekat kepada Tuhan, hasil-hasil dapat dicapai dan mereka dapat dicerahkan dan diterangi oleh Roh Kudus. Bukan berarti Roh Kudus bertindak secara sepihak, atau manusia bertindak secara sepihak. Kerja sama keduanya sangat diperlukan, dan semakin manusia bekerja sama, dan semakin mereka mengejar pencapaian standar tuntutan Tuhan, semakin dahsyat pekerjaan Roh Kudus" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Cara Mengenal Kenyataan"). Benar. Bertemu dengan calon penerima Injil ini adalah pengaturan Tuhan. Meski sebelumnya aku gagal membagikan Injil kepada pendeta dan penatua, aku tak bisa melabeli mereka tak bisa menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Aku harus beriman kepada Tuhan dan membayar mahal dengan bekerja sama. Domba-domba Tuhan mendengar suara-Nya—asalkan dia merindukan kebenaran dan mau menyelidiki jalan yang benar, tugasku bersaksi tentang pekerjaan Tuhan pada akhir zaman kepadanya. Meski hanya ada secercah harapan, aku tak bisa menyerah. Tanggung jawabku adalah mengandalkan Tuhan, serta bersekutu dengan kasih dan kesabaran—maka aku takkan punya utang atau penyesalan. Pikiran ini akhirnya memberiku iman.

Saat menemui Pendeta Cao, kutanyakan pendapatnya tentang kedatangan Tuhan kembali. Dia memberitahuku dengan sungguh-sungguh, "Dua puluh tahun silam, beberapa orang menginjiliku beberapa kali. Mereka bersaksi Tuhan Yang Mahakuasa itu Tuhan Yesus yang datang kembali, mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan penghakiman pada akhir zaman. Mereka bilang Alkitab mencatat firman dan pekerjaan Tuhan sebelumnya—kini Tuhan Yesus telah datang kembali dan mengungkapkan firman baru, serta hanya dengan membaca firman baru dari Tuhan Yang Mahakuasa dan sungguh menerimanya, aku bisa memahami kebenaran dan diselamatkan Tuhan. Mendengar itu, aku tak bisa terima—Paulus jelas berkata, 'Segala tulisan dalam Kitab Suci diberikan atas ilham Tuhan' (2 Timotius 3:16). Artinya, Alkitab itu firman Tuhan, kanon Kristen, yang tak bisa disangkal. Langit dan bumi akan berlalu; firman Tuhan akan tetap ada. Jadi, orang percaya harus selalu membaca Alkitab dan menaatinya. Aku yakin mereka salah dan tak ingin mendengar persekutuan mereka lagi." Aku bilang: "Pendeta Cao, aku paham kenapa kau berpikir begitu. Mayoritas orang di dunia agama memutuskan semua kata dalam Alkitab itu firman Tuhan berdasarkan perkataan Paulus. Namun, apa pernyataan ini sungguh sesuai fakta?" Pendeta Cao lalu menjawab, "Tentu saja." Aku bilang, "Mengenai apakah Alkitab itu sepenuhnya firman Tuhan, telah lama dijawab dengan akurat oleh firman Tuhan Yang Mahakuasa. Mungkin kita bisa membaca itu sekarang?" Dia tampak serius dan ragu sebelum mengangguk: "Baiklah, karena kita sudah di sini." Jadi, kami membagikan firman Tuhan Yang Mahakuasa kepadanya.

Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Sekarang ini, orang-orang percaya bahwa Alkitab adalah Tuhan, dan Tuhan adalah Alkitab. Jadi, mereka juga percaya bahwa semua perkataan dalam Alkitab adalah satu-satunya perkataan yang Tuhan ucapkan, dan bahwa semua perkataan itu diucapkan oleh Tuhan. Mereka yang percaya kepada Tuhan bahkan mengira meskipun enam puluh enam kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru semuanya ditulis oleh manusia, semuanya itu diberikan oleh ilham dari Tuhan, dan merupakan catatan perkataan Roh Kudus. Ini adalah pemahaman manusia yang keliru, dan tidak sepenuhnya sesuai dengan kenyataan. Sebenarnya, selain kitab-kitab nubuat, sebagian besar Perjanjian Lama adalah catatan sejarah. Beberapa surat dalam Perjanjian Baru berasal dari pengalaman orang, dan beberapa berasal dari pencerahan Roh Kudus; surat-surat Paulus, misalnya, muncul dari pekerjaan seorang manusia, surat-surat itu semuanya adalah hasil pencerahan Roh Kudus, dan dituliskan kepada jemaat-jemaat, dan merupakan kata-kata nasihat dan dorongan bagi saudara-saudari di jemaat-jemaat. Perkataan itu bukan perkataan yang diucapkan oleh Roh Kudus—Paulus tidak dapat berbicara atas nama Roh Kudus, dan ia juga bukan seorang nabi, apalagi melihat penglihatan yang Yohanes lihat. Surat-suratnya ditulis untuk jemaat-jemaat di Efesus, Filadelfia, Galatia, dan jemaat-jemaat lain. Dan dengan demikian, surat-surat Paulus dalam Perjanjian Baru adalah surat-surat yang Paulus tulis kepada jemaat-jemaat, dan bukan ilham dari Roh Kudus, juga bukan perkataan langsung Roh Kudus. Surat-surat itu hanyalah kata-kata nasihat, penghiburan, dan dorongan yang ia tuliskan kepada jemaat selama pekerjaannya. Jadi, surat-surat itu juga adalah catatan tentang sebagian besar pekerjaan Paulus pada masa itu. Surat-surat itu ditulis kepada semua orang, yang merupakan saudara-saudari di dalam Tuhan, sehingga saudara-saudari di jemaat-jemaat pada waktu itu akan mengikuti nasihatnya dan mematuhi jalan pertobatan Tuhan Yesus" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tentang Alkitab (3)"). "Tidak segala sesuatu di dalam Alkitab merupakan catatan perkataan yang diucapkan oleh Tuhan secara pribadi. Alkitab hanya mendokumentasikan dua tahap pekerjaan Tuhan sebelumnya, di mana satu bagian berupa catatan tentang nubuatan para nabi, dan satu bagian lagi merupakan pengalaman dan pengetahuan yang ditulis orang-orang yang dipakai Tuhan di sepanjang zaman. Pengalaman manusia dicemari oleh pendapat dan pengetahuan manusia, ini adalah sesuatu yang tak dapat dihindari. Di banyak kitab dalam Alkitab terdapat gagasan manusia, prasangka manusia, dan pemahaman manusia yang tidak masuk akal. Tentu saja, sebagian besar perkataan itu adalah hasil pencerahan dan penerangan Roh Kudus, dan merupakan pemahaman yang benar—tetapi tetap tidak dapat dikatakan bahwa perkataan tersebut seluruhnya merupakan pengungkapan kebenaran yang kurat. Pandangan mereka tentang hal-hal tertentu tidak lebih dari pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman pribadi, atau pencerahan Roh Kudus. Nubuat para nabi diberi petunjuk oleh Tuhan secara pribadi: nubuatan nabi-nabi seperti Yesaya, Daniel, Ezra, Yeremia, dan Yehezkiel berasal dari petunjuk langsung Roh Kudus; orang-orang ini adalah para pelihat, mereka telah menerima Roh nubuat, dan mereka semua adalah nabi Perjanjian Lama. Selama Zaman Hukum Taurat, orang-orang ini, yang telah menerima ilham dari Yahweh, menyampaikan banyak nubuat, yang secara langsung diberi petunjuk oleh Yahweh" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tentang Alkitab (3)").

Saat kami membaca firman Tuhan, Pendeta Cao mendengarkan dengan cermat, sesekali mengangguk. Lalu, aku bersekutu: "Firman Tuhan Yang Mahakuasa sangat jelas—Alkitab hanya mendokumentasikan dua tahap pekerjaan Tuhan sebelumnya. Selain firman Tuhan Yahweh dan Tuhan Yesus, serta firman Tuhan yang disampaikan para nabi, sisanya adalah catatan sejarah dan pengalaman manusia. Alkitab tak hanya berisi firman Tuhan, tapi juga perkataan manusia dan Iblis. Kita harus bedakan ini dan tidak mencampuradukkannya. Ini seperti Perjanjian Lama mencatat nubuat nabi seperti Yesaya, Elia, atau Yehezkiel. Sebelum mereka bicara, selalu ada kalimat seperti 'Demikianlah firman Yahweh,' atau 'Yahweh berfirman kepada'—yang membuktikan, mereka menyampaikan firman Tuhan secara langsung. Namun, epistel-epistel itu adalah pengalaman manusia, catatan manusia. Surat kepada gereja, seperti surat Paulus, adalah pengalaman dan pemahamannya sendiri. Dulu, saat saudara-saudari menerima surat Paul, mereka berkata 'Surat dari Paul telah datang.' Mereka tak akan berkata 'firman Tuhan telah tiba,' kan? Jadi, epistel tak bisa dikatakan sebagai firman Tuhan. Mengambil kata-kata manusia dan Iblis di dalam Alkitab, lalu mengeklaimnya sebagai firman Tuhan, bukankah ini penistaan? Artinya, keyakinan bahwa Alkitab sepenuhnya diilhami oleh Tuhan, dan sepenuhnya firman Tuhan sangatlah keliru."

Saat aku selesai, dia tertegun. Dia berkata dengan penuh semangat, "Aku ingat guru teologiku berkata semua hal di Alkitab sepenuhnya diilhami oleh Tuhan dan adalah firman Tuhan. Itulah yang kami katakan selama ini. Mungkinkah Paulus salah tentang itu?" Mendengar dia menanyakan ini, aku terkejut. Aku baru saja melihatnya mengangguk dan berpikir dia mengerti, tapi dia tak paham. Apa Pendeta Cao sama seperti pemimpin agama lainnya, tak bisa memahami firman Tuhan? Lalu, kupikir, "Pendeta tua ini puluhan tahun menjunjung gagasan agama—bisakah dia mengesampingkannya dengan mudah? Aku harus bersekutu dengan sabar." Lalu, kubilang: "Jangan cemaskan tentang Paulus benar atau salah untuk saat ini. Mari kita lihat faktanya. Pendeta Cao, kau pasti tahu bagaimana Alkitab disusun. Berapa tahun setelah Tuhan wafat, Paulus menulis 2 Timotius?" Tanpa ragu, dia bilang lebih dari 60 tahun kemudian. "Dan berapa tahun setelah Tuhan wafat, Perjanjian Baru disusun?" Dia mengatakan lebih dari 300 tahun kemudian. Jadi, kubilang, "Mari pikirkan—saat Paulus menulis 2 Timotius, apakah Perjanjian Baru ada?" Terkejut, dia berkata, "Tidak." Kulanjutkan: "Jika begitu, apakah ucapan Paulus, 'Segala tulisan dalam Kitab Suci diberikan atas ilham Tuhan,' termasuk Perjanjian Baru?" Matanya terbelalak, lalu berkata, "Aku mengerti. Ucapan Paulus tak mungkin termasuk Perjanjian Baru. Syukur kepada Tuhan! Kenapa aku tak terpikirkan itu? Selama bertahun-tahun beriman, kita selalu percaya 'Segala tulisan dalam Kitab Suci diberikan atas ilham Tuhan, dan adalah firman-Nya,' juga mengkhotbahkan ini di mana pun. Kita tak pernah mempertanyakan kebenaran pernyataan ini. Lewat persekutuan ini, aku paham—Alkitab bukan sepenuhnya firman Tuhan dan gagasanku selama puluhan tahun harus diperbaiki. Syukur kepada Tuhan!" Melihat gagasan Pendeta Cao teratasi, aku lebih percaya diri mengkhotbahkan Injil kepadanya.

Jadi, aku bersekutu dengannya: "Tuhan telah menjadi daging untuk melakukan pekerjaan penghakiman-Nya pada akhir zaman, mengungkapkan jutaan kata kebenaran—menyingkap bukan hanya misteri Alkitab, tapi juga semua misteri dari rencana pengelolaan 6.000 tahun-Nya, seperti misteri tiga tahap pekerjaan-Nya, nama-Nya, dan inkarnasi-Nya. Tuhan Yang Mahakuasa juga menyingkap kebenaran tentang perusakan manusia oleh Iblis, natur jahat manusia yang menentang Tuhan dan berbagai macam watak jahat, juga menunjukkan jalan kepada kita agar lepas dari dosa dan diselamatkan oleh-Nya. Kebenaran yang diungkapkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa ini adalah firman Roh Kudus kepada gereja, jalan kehidupan kekal yang diberikan Tuhan kepada umat manusia pada akhir zaman, satu-satunya cara untuk diselamatkan dan masuk kerajaan Tuhan." Dia menerimanya, tapi masih punya gagasan tentang Tuhan yang menjadi daging pada akhir zaman sebagai perempuan. Dia berkata: "Saudari, aku kini bisa menerima pekerjaan penghakiman dan pentahiran Tuhan Yang Mahakuasa, tapi bagaimana kau bisa bersaksi bahwa Tuhan Yesus telah menjadi daging sebagai wanita? Terakhir kali Dia datang, Dia adalah laki-laki—dan Alkitab sering menyebut-Nya sebagai 'Putra'—jadi Dia pasti laki-laki, saat Dia datang kembali. Bagaimana mungkin Dia perempuan? Ini tak masuk akal bagiku. Bisakah kau memberiku persekutuan tentang ini?" Aku bilang, "Selama ribuan tahun, semua orang percaya berpikir karena Tuhan Yesus datang sebagai laki-laki, Dia pasti akan datang kembali sebagai laki-laki dan bukan wanita. Namun, Tuhan Yang Mahakuasa telah menjadi daging sebagai wanita pada akhir zaman—banyak yang sulit menerimanya. Namun, pahamilah, makin banyak gagasan orang-orang tentang sesuatu, makin banyak kebenaran yang bisa ditemukan. Di dalam Alkitab, saat kedatangan Tuhan Yesus kembali dinubuatkan, selalu disebutkan 'Anak Manusia,' 'kedatangan Anak Manusia,' 'Anak Manusia datang,' dan 'Anak Manusia saat hari kedatangan-Nya tiba.' Apa artinya 'Anak Manusia' ini? Saat ini disebutkan, artinya seseorang yang lahir dari manusia, dan punya kemanusiaan yang normal—entah dia laki-laki atau perempuan. Jadi, kenapa Tuhan Yesus berulang kali menekankan frasa, 'Anak Manusia'? Dia memberi tahu kita bahwa pada akhir zaman, Tuhan akan datang kembali berinkarnasi, sebagai Anak Manusia, untuk bermanifestasi dan bekerja. Namun, Tuhan tak pernah mengatakan Anak Manusia pada akhir zaman itu laki-laki atau perempuan. Jadi, bagaimana orang bisa memutuskan ini? Kita semua tahu Kejadian Bab 1, Ayat 27: 'Maka Tuhan menciptakan manusia menurut gambar-Nya, dalam gambar Tuhan diciptakan-Nya dia, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.' Di sini kita bisa lihat pada mulanya Tuhan menciptakan pria dan wanita menurut gambar-Nya. Jika kita menetapkan Tuhan sebagai laki-laki, bagaimana kita bisa menjelaskan Tuhan juga menciptakan wanita menurut gambar-Nya sendiri? Jadi, kita tak bisa membatasi Tuhan berdasarkan gagasan atau imajinasi sendiri." Lalu, kubacakan beberapa kutipan firman Tuhan Yang Mahakuasa kepada Pendeta Cao.

Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Setiap tahap pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan memiliki signifikansi praktisnya sendiri. Saat itu, ketika Yesus datang, Dia datang dalam wujud laki-laki, dan ketika Tuhan datang kali ini, wujud-Nya adalah perempuan. Dari sini, engkau bisa melihat bahwa ciptaan Tuhan baik laki-laki maupun perempuan dapat digunakan dalam pekerjaan-Nya, dan bagi-Nya tidak ada perbedaan gender. Ketika Roh-Nya datang, Dia dapat mengenakan jenis daging apa pun yang dikehendaki-Nya dan daging tersebut dapat merepresentasikan diri-Nya; entah laki-laki atau perempuan, daging itu dapat merepresentasikan Tuhan selama itu adalah daging inkarnasi-Nya. Jika Yesus menampakkan diri sebagai perempuan ketika Dia datang, dengan kata lain, jika seorang bayi perempuan, dan bukan bayi laki-laki, yang dikandung oleh Roh Kudus, tahap pekerjaan itu akan sama saja diselesaikan. Jika itu masalahnya, tahap pekerjaan saat ini akan diselesaikan oleh seorang laki-laki sebagai gantinya, tetapi pekerjaan itu akan sama saja diselesaikan. Pekerjaan yang dilakukan di setiap tahap memiliki makna pentingnya sendiri; tidak ada tahap pekerjaan yang diulangi, atau yang bertentangan satu sama lain" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kedua Inkarnasi Melengkapi Signifikansi Inkarnasi"). "Secara gender, yang seorang adalah laki-laki dan yang lain adalah perempuan, sehingga melengkapi makna penting dari inkarnasi Tuhan dan menghalau gagasan manusia tentang Tuhan: Tuhan dapat menjadi laki-laki dan perempuan, dan esensi Tuhan yang berinkarnasi tidak bergender. Dia menciptakan laki-laki dan perempuan, dan bagi-Nya, tidak ada pemisahan gender" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Esensi Daging yang Didiami oleh Tuhan"). "Jika Tuhan datang ke dunia hanya sebagai laki-laki, maka orang mendefinisikan Dia sebagai Tuhan atas laki-laki dan orang tidak akan pernah percaya bahwa Dia adalah Tuhan atas perempuan. Para lelaki lalu menganggap bahwa ada kesamaan antara mereka dan Tuhan, yakni sama-sama laki-laki, dan bahwa Tuhan adalah kepala para lelaki. Lalu, bagaimana dengan perempuan? Tidak adil; bukankah ini perlakuan istimewa bagi laki-laki? Kalau begini keadaannya, semua orang yang Tuhan selamatkan adalah laki-laki seperti diri-Nya, dan tak seorang perempuan pun akan diselamatkan. Sewaktu menciptakan umat manusia, Tuhan menciptakan Adam dan Dia menciptakan Hawa. Dia menciptakan bukan hanya Adam, melainkan menjadikan laki-laki dan perempuan sesuai dengan gambar-Nya. Maka, Tuhan bukan hanya Tuhan atas laki-laki, melainkan juga Tuhan atas perempuan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Visi Pekerjaan Tuhan (3)").

Aku lalu bersekutu: "Kita tahu pada mulanya Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan menurut gambar-Nya. Jadi, tentu saja Tuhan bisa menjadi daging sebagai laki-laki serta sebagai perempuan. Jika Tuhan berinkarnasi dua kali sebagai laki-laki, manusia bisa membatasi Dia, dan percaya bahwa Dia hanya bisa menjadi daging sebagai laki-laki, bukan perempuan—bahwa Dia hanyalah Tuhan laki-laki, bukan Tuhan perempuan—bukankah ini kesalahpahaman besar tentang Dia? Ini berarti diskriminasi abadi terhadap wanita. Ini sangat tak adil bagi wanita. Tuhan itu benar. Jadi, Dia pertama kali berinkarnasi sebagai laki-laki, dan pada akhir zaman, sebagai perempuan. Ini sangat signifikan. Ini menunjukkan dengan sempurna watak benar Tuhan, dan bahwa Dia memperlakukan pria dan wanita secara setara. Ini telah menuntaskan makna penciptaan laki-laki dan perempuan oleh Tuhan. Sesungguhnya, tak penting Tuhan berinkarnasi sebagai laki-laki atau perempuan. Selama orang ini bisa mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan menyelamatkan umat manusia, dia bisa merepresentasikan Tuhan, dan merupakan Tuhan yang berinkarnasi. Pada akhir zaman, Tuhan Yang Mahakuasa telah datang. Dia mengungkapkan semua kebenaran yang menyucikan dan menyelamatkan manusia, melakukan pekerjaan penghakiman-Nya pada akhir zaman, memulai Zaman Kerajaan, dan mengakhiri Zaman Kasih Karunia. Ini bukti kuat bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan yang berinkarnasi dan Tuhan Yesus yang datang kembali."

Saat itu, Pendeta Cao memberitahuku dengan serius, "Saudari, semua ucapanmu masuk akal dan aku tak bisa membantahnya. Namun, masih ada yang tak bisa kumengerti. Dalam Kejadian 3:16, Tuhan berfirman: 'Dan engkau akan berahi kepada suamimu, dan ia akan memerintah atasmu.' Dan 1 Korintus 11:3 mengatakan, 'Dan kepala wanita adalah pria.' Dari sini kita bisa melihat wanita adalah sumber kerusakan, dan tunduk pada aturan laki-laki. Bagaimana mungkin Tuhan datang kembali sebagai wanita?" Mendengar ucapan Pendeta Cao, kupikir: "Aku telah membaca banyak firman Tuhan untukmu, dan banyak bersekutu denganmu, tapi kau tetap membatasi Tuhan sebagai laki-laki dan tak bisa menerima fakta Dia berinkarnasi sebagai perempuan. Sepertinya kau tak mudah mengesampingkan gagasanmu." Namun, kupikir: "Gagasannya itu disebabkan oleh penyimpangan dalam pemahamannya tentang kitab suci. Jika dia memahami kebenaran, gagasan ini akan lenyap." Kubilang kepadanya, "Pendeta Cao, Tuhan Yang Mahakuasa telah bicara tentang masalah ini dengan sangat jelas. Mari lihat apa yang Dia firmankan."

Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Di masa lalu, ketika dikatakan bahwa laki-laki adalah kepala perempuan, ini ditujukan kepada Adam dan Hawa, yang telah diperdaya oleh ular—bukan ditujukan kepada laki-laki dan perempuan sebagaimana mereka telah diciptakan Yahweh pada mulanya. Tentu saja, seorang perempuan harus menaati dan mengasihi suaminya, dan seorang suami harus belajar untuk menafkahi dan menyokong keluarganya. Semua ini adalah hukum dan ketetapan yang ditetapkan oleh Yahweh untuk ditaati umat manusia dalam kehidupan mereka di bumi. Yahweh berkata kepada perempuan, 'Engkau akan berahi kepada suamimu, dan ia akan memerintah atasmu.' Dia berkata demikian hanya agar umat manusia (yaitu, laki-laki dan perempuan) dapat menjalani kehidupan yang normal di bawah kekuasaan Yahweh, dan agar kehidupan umat manusia dapat memiliki sebuah struktur, dan tidak melenceng dari tatanan yang semestinya. Oleh karena itu, Yahweh membuat aturan yang pantas tentang bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya bertindak, meskipun ini hanya berkaitan dengan semua makhluk ciptaan yang hidup di bumi, dan tidak ada kaitannya dengan daging inkarnasi Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan menjadi sama dengan makhluk ciptaan-Nya? Firman-Nya ditujukan hanya kepada umat manusia yang diciptakan-Nya; agar umat manusia menjalani kehidupan normal itulah Dia menetapkan aturan untuk laki-laki dan perempuan. Pada mulanya, ketika Yahweh menciptakan umat manusia, Dia menciptakan dua jenis manusia, laki-laki dan perempuan; dan karena itu ada pembagian laki-laki dan perempuan dalam daging inkarnasi-Nya. Dia tidak memutuskan pekerjaan-Nya berdasarkan firman yang Dia ucapkan kepada Adam dan Hawa. Dua kali Dia telah menjadi daging telah ditentukan sepenuhnya menurut pemikiran-Nya pada saat Dia pertama kali menciptakan manusia; artinya, Dia telah menyelesaikan pekerjaan dua inkarnasi-Nya berdasarkan pada laki-laki dan perempuan sebelum mereka dirusak. ... Ketika Yahweh dua kali menjadi daging, gender daging-Nya terkait dengan laki-laki dan perempuan yang tidak diperdaya oleh ular; sesuai dengan laki-laki dan perempuan yang tidak diperdaya oleh ularlah Dia dua kali menjadi daging. Jangan berpikir bahwa kelelakian Yesus sama dengan kelelakian Adam yang telah diperdaya oleh ular. Dia dan Adam sama sekali tidak terkait, keduanya adalah dua laki-laki dengan natur yang berbeda. Tentunya tidak mungkin bahwa kelelakian Yesus membuktikan bahwa Dia adalah kepala atas semua perempuan tetapi bukan kepala atas semua laki-laki, bukan? Bukankah Dia adalah Raja atas semua orang Yahudi (termasuk laki-laki dan perempuan)? Dia adalah Tuhan itu sendiri, bukan hanya kepala atas perempuan tetapi juga kepala atas laki-laki. Dia adalah Tuhan atas semua makhluk dan kepala atas semua makhluk. Bagaimana bisa engkau menentukan kelelakian Yesus sebagai simbol kepala atas perempuan? Bukankah ini adalah penghujatan? Yesus adalah laki-laki yang belum dirusak. Dia adalah Tuhan; Dia adalah Kristus. Bagaimana mungkin Dia menjadi laki-laki seperti Adam yang rusak? Yesus adalah daging yang dikenakan oleh Roh Tuhan yang Mahakudus. Bagaimana bisa engkau mengatakan bahwa Dia adalah Tuhan yang memiliki kelelakian Adam? Jika demikian, bukankah semua pekerjaan Tuhan itu salah? Apakah Yahweh telah menyatukan ke dalam diri Yesus kelelakian Adam, yang telah diperdaya oleh ular? Bukankah inkarnasi pada zaman sekarang merupakan contoh lain dari pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi, yang berbeda secara gender dari Yesus tetapi yang sama seperti Dia secara natur? Masih beranikah engkau mengatakan bahwa Tuhan yang berinkarnasi tidak mungkin perempuan karena perempuan adalah manusia pertama yang diperdaya oleh ular? Masih beranikah engkau mengatakan bahwa karena perempuan adalah yang paling najis dan merupakan sumber kerusakan umat manusia, maka Tuhan tidak mungkin menjadi daging sebagai seorang perempuan? Beranikah engkau berkukuh mengatakan bahwa 'perempuan harus selalu menaati laki-laki dan tidak akan pernah mewujudkan atau merepresentasikan Tuhan secara langsung'?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kedua Inkarnasi Melengkapi Signifikansi Inkarnasi").

Aku melanjutkan: "Dari firman Tuhan Yang Mahakuasa kita bisa melihat saat Tuhan berkata kepada wanita, 'Dan engkau akan berahi kepada suamimu, dan ia akan memerintah atasmu,' ini adalah tuntutan dan kekangan-Nya bagi umat manusia yang rusak, agar umat manusia yang rusak bisa hidup dengan tertib di bawah kekuasaan Tuhan Yahweh. Tuntutan ini sama sekali tak ada hubungannya dengan Tuhan yang berinkarnasi. Sama seperti di Perjanjian Lama, saat Tuhan Yahweh memerintahkan manusia memelihara hari Sabat. Inilah yang Tuhan minta dari manusia—manusia tak bisa meminta ini dari Tuhan Yesus. Seperti yang Tuhan Yesus firmankan, 'Hari sabat diadakan untuk manusia, dan bukan manusia untuk hari sabat. Karena itu Anak Manusia juga Tuhan yang berkuasa atas hari sabat' (Markus 2:27-28). Jadi, meskipun Alkitab mengatakan, 'Dan engkau akan berahi kepada suamimu, dan ia akan memerintah atasmu' (Kejadian 3:16), 'Dan kepala wanita adalah pria' (1 Korintus 11:3), hal ini sama sekali tak ada hubungannya dengan Tuhan yang berinkarnasi. Entah Tuhan berinkarnasi sebagai laki-laki atau perempuan, itu selalu daging yang dipakai oleh Roh-Nya, dan selalu Tuhan itu sendiri. Jika manusia menggunakan kata-kata ini untuk membatasi Tuhan sebagai laki-laki, tak mungkin perempuan, dan menyangkal Tuhan yang berinkarnasi pada akhir zaman, bukankah ini menyamakan Tuhan yang berinkarnasi dengan manusia yang rusak? Bukankah ini penghujatan terhadap Tuhan?" Setelah mendengarkanku, pendeta itu tercengang. Dia berkata dengan serius, "Saudari, karena Tuhan telah datang dalam daging, Dia pasti lahir sebagai manusia, dan punya jenis kelamin. Aku tak bisa langsung menerima bahwa Dia telah berinkarnasi sebagai perempuan kali ini. Aku perlu berdoa dan meminta Tuhan untuk mencerahkanku." Saat pendeta mengatakan ini, aku sedikit cemas dan bingung. Aku sudah banyak bersekutu—kenapa dia belum bisa mengesampingkan gagasannya? Apa yang sebenarnya terjadi? Tak bisakah dia memahami firman Tuhan? Apa dia bukan domba Tuhan? Apa aku harus terus bicara dengannya? Pelajaran apa yang harus kupetik dari ini? Aku berdoa dalam hati.

Lalu, aku ingat firman Tuhan: "Dalam mengabarkan Injil, engkau harus memenuhi tanggung jawabmu dan dengan sungguh-sungguh menangani setiap orang yang kepadanya engkau mengabarkan Injil. Tuhan menyelamatkan manusia sebisa mungkin, dan engkau harus memikirkan kehendak Tuhan, engkau tidak boleh sembarangan melewatkan siapa pun yang sedang mencari dan mempertimbangkan jalan yang benar. ... Ada orang-orang yang sedang mempertimbangkan jalan yang benar memiliki kemampuan untuk memahami dan berkualitas baik, tetapi mereka congkak dan merasa diri benar, berpegang erat pada gagasan agamawi, jadi kebenaran harus dipersekutukan kepada mereka untuk membantu mereka mengatasi hal ini. Engkau baru boleh melepaskan mereka jika mereka tidak menerima kebenaran bagaimanapun caramu bersekutu dengan mereka, karena engkau sudah melakukan semua yang mampu dan harus kaulakukan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Semua Orang Percaya Terikat Secara Moral pada Tugas untuk Menyebarkan Injil"). Firman Tuhan menenangkan hatiku yang gelisah. Tuhan ingin kita penuh kasih dan sabar terhadap calon penerima Injil. Tidak penting apakah mereka akhirnya menerima Injil, kita sudah berusaha yang terbaik. Aku sadar aku belum mengerahkan yang terbaik saat membagikan Injil kepada Pendeta Cao. Aku belum memenuhi tuntutan Tuhan. Melihat dia berpegang teguh pada Alkitab, masih tak bisa mengubah pikirannya, kupikir dia tak akan pernah menerima kebenaran. Dia punya gagasan tentang inkarnasi Tuhan sebagai perempuan dan tak segera memahami persekutuanku, jadi aku kehilangan kesabaran lagi. Aku punya prasangka terhadap Pendeta Cao, berpikir pendeta tak akan mudah mengenali suara Tuhan. Begitu dia punya gagasan yang tak bisa diatasi, aku membatasi dia, bahkan ingin melepaskan dia. Aku memikirkan bagaimana Tuhan berusaha keras menyelamatkan umat manusia yang rusak, dan bagaimana Dia mengungkapkan banyak firman untuk membekali kita. Untuk membantu kita memahami kebenaran, Dia bersekutu dengan kita, menjelaskan setiap kebenaran luar dan dalam. Dia bicara dalam cerita dan metafora, serta dari semua sudut, untuk memberikan detail dan kejelasan yang memadai. Aku melihat kasih Tuhan bagi umat manusia dan pengorbanan-Nya untuk kita begitu besar sehingga tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Namun, dalam tugasku menyebarkan Injil, aku menghindar dari kesulitan dan ingin menyerah atas Pendeta Cao. Di mana hatiku yang penuh kasih? Bagaimana aku bisa melakukan tugasku jika seperti ini? Meski Pendeta Cao tak langsung berubah pikiran, aku tak boleh kehilangan kesabaran. Aku harus memperlakukan dia dengan kasih, dan jika dia tak mengerti, aku harus lebih banyak bersekutu, berdoa dan mengandalkan Tuhan, meminta Dia untuk mencerahkan pendeta.

Memikirkan ini, aku terus bersekutu dengan Pendeta Cao. "Saat kita percaya Tuhan Yang Mahakuasa, kita memercayai kebenaran yang telah Dia ungkapkan. Entah inkarnasi Tuhan itu laki-laki atau perempuan, selama Dia mengungkapkan kebenaran, bisa menyucikan dan menyelamatkan umat manusia, Dia adalah Tuhan itu sendiri, kita harus percaya dan menerima Dia. Tuhan Yang Mahakuasa telah bekerja lebih dari 30 tahun, mengungkapkan jutaan kata. Dia mengungkapkan semua kebenaran yang akan membebaskan manusia dari dosa dan membawa kita kepada penyelamatan Tuhan. Banyak orang yang mendambakan kemunculan Tuhan, dari semua agama dan denominasi, telah mengenali suara Tuhan dalam firman Tuhan Yang Mahakuasa dan berpaling kepada-Nya. Orang-orang ini adalah gadis bijaksana. Mereka mengalami penghakiman dan hajaran dari firman Tuhan, melihat kebenaran dari kerusakan mereka sendiri, merasa menyesal, dan membenci diri mereka. Menyadari watak benar Tuhan tak menoleransi pelanggaran, mereka takut kepada Tuhan, sungguh bertobat, dan watak rusak mereka berangsur-angsur berubah. Tuhan Yang Mahakuasa telah membuat sekelompok pemenang sebelum bencana—mereka adalah buah sulung yang dinubuatkan dalam kitab Wahyu. Firman Tuhan Yang Mahakuasa dan kesaksian umat pilihan Tuhan tentang kemenangan atas Iblis telah lama diunggah di internet. Mereka bersaksi kepada seluruh umat manusia bahwa Juruselamat telah datang kembali. Makin banyak orang dari semua bangsa kini menyelidiki jalan yang benar. Pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman mengakhiri rencana pengelolaan Tuhan selama 6.000 tahun untuk menyelamatkan umat manusia, sepenuhnya menyelamatkan kita dari cengkeraman Iblis. Semua yang dicapai oleh pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa menjadi bukti kuat bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan yang berinkarnasi, Tuhan Yesus yang datang kembali. Ini berarti menentukan apakah Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali, tak bisa dilakukan dari jenis kelamin saja. Bisakah Dia mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan menyelamatkan umat manusia? Inilah kuncinya." Pada titik ini, Pendeta Cao berkata dengan sungguh-sungguh: "Saudari, aku bisa memahami persekutuanmu. Jika seseorang bisa mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan penyelamatan, maka entah dia laki-laki atau perempuan, dia inkarnasi Tuhan. Kini, hatiku tercerahkan!"

Setelah itu, Pendeta Cao membaca lebih banyak firman Tuhan Yang Mahakuasa, gagasannya teratasi, dan dia menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman.

Dari pengalaman membagikan Injil ini, aku melihat semua pekerjaan Tuhan dilakukan oleh Tuhan sendiri. Entah itu pendeta atau penatua, sebanyak apa pun pengetahuan alkitabiah, pembelajaran teologi, atau gagasan agama mereka, mereka semua tak berdaya di hadapan kebenaran. Selama mereka bisa memahami firman Tuhan, bersedia menerima dan mencari kebenaran, mereka bisa menemukan jawaban dalam firman Tuhan, dan pada akhirnya akan ditaklukkannya. Saat membagikan Injil dengan Pendeta Cao, kupikir para pendeta dan penatua akan sulit menerima kebenaran, jadi aku berprasangka buruk terhadap Pendeta Cao. Saat membagikan Injil dengannya, melihat dia berpegang teguh pada gagasan, aku memutuskan dia tak bisa memahami suara Tuhan, dan hampir menyerah atasnya. Syukurlah, firman Tuhan membimbingku dan aku bisa memahami diriku serta menyelesaikan tugasku.

Kemudian, aku membaca satu kutipan firman Tuhan yang menjelaskan cara menghadapi calon penerima Injil yang punya gagasan. "Jika ada orang yang sedang mempertimbangkan jalan yang benar berulang kali mengajukan satu pertanyaan, bagaimana engkau harus menanggapinya? Engkau tidak boleh merasa keberatan untuk meluangkan waktu dan upaya untuk menjawab mereka, dan harus mencari cara untuk mempersekutukan pertanyaan mereka dengan jelas, sampai mereka mengerti dan tidak menanyakannya lagi. Dengan demikian, engkau sudah memenuhi tanggung jawabmu, dan hatimu akan bebas dari rasa bersalah. Yang terpenting, engkau akan bebas dari rasa bersalah terhadap Tuhan dalam hal ini, karena tugas ini, tanggung jawab ini, dipercayakan kepadamu oleh Tuhan. Jika semua yang kaulakukan dilaksanakan di hadapan Tuhan, dilakukan dengan menghadap Tuhan, jika semua itu dilakukan sesuai dengan firman Tuhan, sesuai dengan prinsip kebenaran, maka tindakanmu akan sepenuhnya sesuai dengan kebenaran dan tuntutan Tuhan. Dengan demikian, semua yang kaulakukan dan katakan akan bermanfaat bagi orang-orang, dan mereka akan menyetujuinya dan mudah menerimanya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Semua Orang Percaya Terikat Secara Moral pada Tugas untuk Menyebarkan Injil"). Dari firman Tuhan, aku mengerti tak peduli masalah atau gagasan agamanya, jika mereka yang menyelidiki jalan yang benar punya kemanusiaan yang baik, mendambakan kebenaran, dan bisa memahami firman Tuhan, kita tak boleh berprasangka buruk atau seenaknya membatasi, apalagi menyerah atas mereka. Sebaliknya, kita harus menerapkan firman Tuhan, "Engkau tidak boleh merasa keberatan untuk meluangkan waktu dan upaya untuk menjawab mereka, dan harus mencari cara untuk mempersekutukan pertanyaan mereka dengan jelas," mempersekutukan kebenaran yang kita pahami kepada mereka sebaik mungkin sampai nurani kita jernih. Ini juga tanggung jawabku sebagai makhluk ciptaan. Di masa depan, siapa pun calon penerima Injil yang kutemui, jika mereka punya kemanusiaan yang baik dan memahami firman Tuhan, aku bersedia berusaha keras mempersekutukan kebenaran dan bersaksi bagi Tuhan, agar mereka yang tulus merindukan penampakan Tuhan bisa segera berpaling kepada-Nya, dan menyambut kedatangan Tuhan kembali. Syukur kepada Tuhan!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait