Pertobatan Seorang Dokter

04 Juli 2023

Oleh Saudara Yang Fan, Tiongkok

Ketika mulai berpraktik sebagai dokter, aku selalu berusaha keras untuk bersikap baik dan profesional. Selain itu, aku memperlakukan orang dengan baik, dan membuat diagnosis yang akurat. Tak lama kemudian, aku mendapatkan kepercayaan semua orang di lingkungan tempat tinggalku. Bertahun-tahun kemudian, aku mendapati semua rekan sejawatku bisa membeli mobil dan tinggal di rumah-rumah besar, sedangkan keluargaku masih tinggal di bungalo tua kami, dan aku masih naik sepeda. Putra kembarku tumbuh dengan cepat dan ada begitu banyak yang harus dibayar, tetapi aku masih saja tidak punya banyak uang. Saat memikirkan keuangan kami, aku tidak bisa makan atau tidur. Aku bertanya-tanya: "Mengapa aku hampir tak mampu memenuhi kebutuhan kami, sedangkan semua dokter lain menghasilkan begitu banyak uang?"

Suatu hari, aku mengobrol dengan beberapa rekan sejawatku. Aku bertanya bagaimana mereka bisa menghasilkan begitu banyak uang. Dokter Sun berkata, "Otoritas pusat telah mengatakan: 'Tidak penting kucing itu putih atau hitam, yang penting bisa menangkap tikus.' Uang adalah segalanya di tengah masyarakat zaman sekarang. Menghasilkan uang adalah keterampilan tersendiri. Namun, jika membiarkan hati nuranimu menghalangi, kau akan miskin seumur hidupmu!" Yang satunya, Dokter Li, berkata: "Jika ingin menghasilkan lebih banyak, kau harus pertahankan pasien. Saat merawat mereka, beri mereka sedikit hormon. Itu akan menyembuhkan mereka dengan cepat, dan pasien akan merasa puas. Kau akan mendapat reputasi yang bagus, akan ada lebih banyak pasien yang berobat, dan kau akan mendapatkan lebih banyak uang." Dokter lain, Dokter Jin, berkata: "Ada trik lain: obati penyakit ringan dengan obat yang mahal. Jika seseorang datang dengan masalah batuk dan pilek, obat biasa tidak akan menghasilkan banyak uang untukmu. Obatilah seperti kau mengobati pneumonia. Pengobatannya akan berhasil, kau akan menghasilkan lebih banyak uang, dan pasien juga akan merasa puas. Semua orang akan diuntungkan." Mendengar mereka semua punya cara sendiri untuk menghasilkan uang, aku terkejut. Menghasilkan uang dari pasien dengan cara seperti ini, dengan tanpa hati nurani, apakah ini etis secara medis? Beginikah cara dokter berperilaku? Bukankah ini perilaku yang tidak jujur? Namun, aku juga memikirkan rumah besar yang mereka huni, mobil mewah yang mereka kendarai, dan betapa percaya dirinya mereka saat bicara. Sedangkan aku masih berkeliling dengan sepeda dan sangat miskin. Jika tidak melakukan yang mereka katakan, bagaimana aku akan menghasilkan lebih banyak uang? Kapan aku akan mampu memberi keluargaku kehidupan yang baik? Selain itu, semua orang sepertinya berpraktik dengan cara seperti ini. Meskipun aku tetap berpraktik dokter dengan cara yang etis, aku tidak bisa mengubah masyarakat. Lalu, dengan harapan mendapatkan lebih banyak uang, aku mulai mengabaikan hati nuraniku dan memutuskan untuk mencoba cara yang sejawatku ajarkan kepadaku. Aku mengobati pasien dan menjual obat-obatan secara berlebihan untuk menghasilkan lebih banyak uang.

Suatu hari, seorang pasien datang dengan sakit gigi. Itu hanya radang gusi, yang bisa diobati dengan sedikit obat-obatan murah. Namun, aku teringat perkataan Dokter Jin: "Mengobati penyakit ringan dengan obat mahal." Jadi, aku meresepkan obat-obatan Barat sekaligus obat tradisional Tiongkok, dan suntikan intramuskuler. Aku takut pasien akan menolak begitu banyak obat, jadi aku berpura-pura kasihan dan berkata: "Obatnya banyak, tetapi itu akan mengobati penyebab dari gejalamu." Pasien itu hanya mencengkeram pipinya dan mengangguk, lalu membayar dan pergi tanpa bicara. Melihatnya saat dia pergi, kecemasan yang kurasakan perlahan mereda. Meskipun merasa sedikit tidak tenang, aku menghasilkan lebih banyak uang daripada biasanya, dan perasaan itu segera hilang. Suatu hari, seorang ibu datang dengan putranya yang berusia lima tahun. Anak itu pilek dan batuk, jadi dia hanya butuh beberapa hari minum obat-obatan murah. Namun, aku ingat pengobatan semacam ini tidak akan menghasilkan banyak uang bagiku. Jadi, aku berkata kepada ibu anak itu: "Putramu menderita infeksi trakea. Dia butuh infus sekarang juga, atau itu akan menjadi pneumonia." Dia terkejut, tetapi percaya semua perkataanku tanpa pertanyaan, dan aku menginfus putranya selama empat hari. Aku melihat uang yang kuhasilkan berlipat-lipat daripada yang biasanya kuhasilkan. Aku merasa gelisah, tetapi, sekali lagi, aku memikirkan perkataan dokter lain, "Hati nurani tidak bisa membayar tagihan atau membelikanmu makanan. Jika kau mendengarkan hati nuranimu, kau akan selalu miskin." Saat memikirkan apa yang mereka katakan kepadaku, perasaan gelisahku pun lenyap. Di tengah masyarakat ini, kau harus menipu orang agar bisa menjadi kaya. Aku tak punya pilihan lain. Beberapa waktu kemudian, seorang pasien dengan bronkitis kronis datang menemuiku. Kondisinya bisa diatasi dengan hanya minum beberapa obat sederhana. Namun, tentu saja, itu tidak akan membuatku menghasilkan banyak uang. Jadi, kukatakan kepadanya: "Kau harus diinfus, jika tidak, itu bisa menjadi emfisema, dan jika menjadi sangat parah bisa menyebabkan penyakit jantung." Atas doronganku, dia dengan senang hati diinfus selama tujuh hari. Aku ingat pada hari terakhir perawatan, dia memegang tanganku dan berkata: "Terima kasih, Dokter. Berkat dokter penyakit ini bisa diobati tepat waktu. Aku merasa jauh lebih baik sekarang. Jika ini menjadi emfisema atau penyakit jantung, aku benar-benar akan menderita." Mendengar ini, hati nuraniku tertusuk dan wajahku merah padam. Namun, aku berpikir: "Zaman sekarang, siapa yang tidak berbohong atau curang? Menghasilkan uang adalah keterampilan sendiri." Memikirkan ini, kegelisahan yang kurasakan mulai menguap. Dengan ini, aku terus terperosok makin dalam demi mengejar uang. Setelah beberapa tahun, aku menghasilkan banyak uang. Aku punya rumah yang lebih besar, anak-anakku sudah menikah, dan kehidupanku baik. Namun, aku sering selalu merasa bersalah dan menderita. Aku selalu berada dalam keadaan gelisah. Aku khawatir seseorang akan mengetahui perbuatanku dan akan memberi tahu semua orang di belakangku. Pemikiran ini sangat berat untuk kutanggung.

Suatu hari, seorang saudari di desa kami memberitakan Injil Kerajaan Tuhan Yang Mahakuasa kepadaku, dan aku mulai sering membaca firman Tuhan. Suatu kali, di sebuah pertemuan, kami membaca satu bagian firman Tuhan tentang menjadi orang yang jujur: "Engkau harus tahu bahwa Tuhan menyukai mereka yang jujur. Dalam esensi-Nya, Tuhan adalah setia, jadi firman-Nya selalu bisa dipercaya; tindakan-tindakan-Nya, terlebih lagi, tidak mengandung kesalahan dan tidak dapat disangkal, inilah sebabnya Tuhan menyukai mereka yang sepenuhnya jujur kepada-Nya. Kejujuran berarti memberikan hatimu kepada Tuhan, bersungguh-sungguh kepada Tuhan dalam segala sesuatu, terbuka kepada-Nya dalam segala sesuatu, tidak pernah menyembunyikan yang sebenarnya, tidak berusaha menipu mereka yang di atas dan di bawahmu, dan tidak melakukan sesuatu semata-mata demi mengambil hati Tuhan. Singkatnya, jujur berarti kudus dalam tindakan dan perkataanmu, dan tidak menipu baik Tuhan maupun manusia. Apa yang Kukatakan ini sangat sederhana, tetapi bagimu sangat berat. Banyak orang lebih suka dihukum di neraka daripada berkata dan bertindak jujur. Tidak mengherankan bahwa Aku punya perlakuan lain yang menanti mereka yang tidak jujur. ... Bagaimana nasib orang pada akhirnya bergantung pada apakah dia memiliki hati yang jujur dan bersih, dan apakah dia memiliki jiwa yang murni. Jika engkau adalah seorang yang sangat tidak jujur, seorang yang hatinya kejam, dan seorang yang jiwanya cemar, maka engkau pasti akan berakhir di tempat di mana manusia dihukum, sebagaimana tercatat dalam suratan takdirmu. Jika engkau mengeklaim dirimu sebagai seorang yang sangat jujur, tetapi tidak pernah berhasil bertindak sesuai kebenaran atau mengucapkan perkataan kebenaran, maka apakah engkau masih menantikan Tuhan untukmengupahimu? Apakah engkau masih berharap Tuhan menganggapmu sebagai biji mata-Nya? Bukankah ini cara berpikir yang tidak masuk akal? Engkau menipu Tuhan dalam segala sesuatu; bagaimana mungkin rumah Tuhan menampung orang sepertimu, yang tangannya cemar?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tiga Peringatan"). Setelah membaca firman Tuhan, aku mengerti bahwa esensi Tuhan adalah setia dan Dia menyukai orang yang jujur. Tuhan meminta kita untuk menerima pemeriksaan-Nya dalam ucapan dan tindakan kita, tidak berbohong kepada Tuhan atau kepada orang lain. Kita harus jujur dan bisa dipercaya, karena hanya orang seperti itu yang bisa diselamatkan dan masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Saat memikirkan tentang apa yang Tuhan tuntut dari kita, aku sadar, sebagai dokter, aku tidak memikirkan tentang bagaimana menyembuhkan pasienku ataupun melegakan penderitaan mereka, melainkan bagaimana aku dapat menghasilkan lebih banyak uang untuk diriku sendiri. Demi menghasilkan lebih banyak uang, aku bahkan telah menipu pasien ketika mengobati mereka. Aku mengeksploitasi ketakutan orang, membuat kondisi sepele menjadi serius, serta menggunakan itu untuk menjajakan obat-obatan mahal dan memperpanjang pengobatan. Aku membuat mereka membuang-buang uang, tetapi mereka tetap berterima kasih kepadaku. Ini perilaku yang tercela dan memalukan! Meskipun melakukan hal ini membuatku memiliki kehidupan yang nyaman, aku terus-menerus paranoid, gelisah, dan tidak bisa santai. Aku telah bertindak tanpa hati nurani. Firman Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa Tuhan membenci orang yang berbohong dan menipu orang lain, dan orang-orang ini tidak akan memperoleh kesudahan yang baik. Hanya orang jujur yang bisa menerima pujian dan penyelamatan Tuhan. Sejak saat itu, aku ingin menjadi orang jujur. Kuputuskan aku tidak akan pernah lagi menipu siapa pun, aku tidak akan lagi menipu pasien demi uang. Aku ingin berpraktik sebagai dokter dengan cara terhormat dan jujur.

Beberapa waktu kemudian, aku sadar, sejak aku tidak lagi menipu dan mengobati pasien secara berlebihan, penghasilanku menjadi jauh lebih sedikit. Saat itu, kinerja badan pengelola rumah sakit berkaitan dengan penjualan obat-obatan di klinik kami. Suatu hari, rumah sakit memerintahkan pertemuan evaluasi kinerja. Ketua menuduhku menjatuhkan rumah sakit dan menurunkan peringkat kami sebagai "klinik tingkat lanjut". Rumah sakit juga mulai memberi insentif kepada stafnya. Sebagai contoh, jika seorang dokter berhasil melebihi kuota bulanan penjualan resep, maka 50 persen dari surplus pemasukan akan diberikan kepada mereka sebagai komisi mereka. Jika aku kembali merawat pasien secara berlebihan, aku akan mendapatkan tambahan lebih dari 4.000 yuan tiap bulannya, yang berarti aku bisa menghasilkan tambahan 50.000 yuan setiap tahunnya. Namun, jika aku tidak melakukan perawatan yang berlebihan kepada pasien, aku tak akan pernah mencapai target yang mereka tetapkan untuk kami, dan aku akan kehilangan banyak uang. Semakin memikirkannya, semakin aku merasa menjadi orang jujur mustahil dalam bidang pekerjaanku, dan jika aku tidak menipu orang, aku tidak akan menghasilkan uang. Setelah ini, aku mengabaikan tuntutan Tuhan terhadapku. Aku mengabaikan hati nuraniku dan kembali ke cara lamaku.

Suatu hari, sepasang suami istri membawa putra mereka menemuiku. Dia menderita pilek, yang menyebabkan infeksi pernapasan, dan bisa disembuhkan dengan sedikit obat. Dengan berpura-pura khawatir, aku mengeluarkan stetoskop, lalu mendengarkan dada dan punggung anak itu. Setelah pemeriksaan pura-pura ini, aku berkata kepada orang tuanya, dengan sangat tegas: "Anak kalian menderita pneumonia pediatrik. Itu sudah menyebar. Kalian harusnya datang lebih cepat! Satu hari lagi saja, kondisinya akan gawat! Untungnya masih ada waktu. Kami akan infus dia beberapa hari, dan dia akan baik-baik saja." Dengan demikian, aku kembali memperdaya pasien untuk mengeluarkan uang. Aku dengan sengaja membuat penyakit anak itu tampak parah. Belakangan, aku menyesali diri. Aku takut yang kulakukan akan terungkap, jadi aku gelisah setiap hari. Terkadang, aku memberi tahu diriku, ini yang terakhir, dan setelah itu aku akan berhenti. Namun, aku tak bisa menahan godaan uang, dan tak pernah bisa menghentikan diriku melakukan dosa-dosa ini. Hidupku menjadi perjuangan. Aku tahu Tuhan menuntut kita untuk menjadi orang yang jujur, tetapi aku tak bisa mengendalikan diriku sendiri ataupun berhenti menipu pasienku.

Beberapa waktu kemudian, aku membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa: "Terlahir di negeri yang najis seperti itu, manusia telah sangat dirusak oleh masyarakat, dia telah dipengaruhi oleh etika feodal, dan telah diajar di 'institusi pendidikan tinggi'. Pemikiran terbelakang, moralitas yang rusak, pandangan hidup yang buruk, falsafah yang menjijikkan tentang cara berinteraksi dengan orang lain, keberadaan diri yang sepenuhnya tak berguna, dan adat-istiadat serta gaya hidup yang bejat—semua ini telah sedemikian parahnya memasuki hati manusia, dan telah sangat merusak dan menyerang hati nuraninya. Akibatnya, manusia menjadi semakin jauh dari Tuhan, dan semakin menentang-Nya. Watak manusia menjadi lebih jahat hari demi hari, dan tidak seorang pun yang akan rela mengorbankan segalanya untuk Tuhan, tidak ada seorang pun yang akan rela tunduk kepada Tuhan, dan terlebih lagi, tidak seorang pun yang akan rela mencari penampakan Tuhan. Sebaliknya, di bawah kuasa Iblis, manusia tidak melakukan apa pun selain mengejar kesenangan, menyerahkan diri mereka pada kerusakan daging dalam kubangan lumpur. Bahkan ketika mereka mendengar kebenaran, mereka yang hidup dalam kegelapan tidak berpikir untuk menerapkan kebenaran tersebut, mereka juga tidak ingin mencari Tuhan bahkan sekalipun mereka telah melihat penampakan-Nya. Bagaimana mungkin seorang manusia yang begitu bejat memiliki kesempatan untuk diselamatkan? Bagaimana mungkin seorang manusia yang begitu merosot martabatnya hidup dalam terang?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan"). "Setelah kerusakan selama beberapa ribu tahun, manusia menjadi mati rasa dan dungu; manusia telah menjadi setan yang menentang Tuhan, sampai ke taraf pemberontakan manusia terhadap Tuhan telah didokumentasikan dalam buku-buku sejarah, dan bahkan manusia itu sendiri tidak mampu menceritakan dengan lengkap tentang perilakunya yang suka memberontak—karena manusia telah begitu dalam dirusak oleh Iblis, dan telah disesatkan oleh Iblis sampai sedemikian rupa hingga dia tidak tahu ke mana harus berpaling. Bahkan sekarang pun, manusia masih mengkhianati Tuhan: ketika manusia melihat Tuhan, dia mengkhianati-Nya, dan ketika dia tidak dapat melihat Tuhan, dia juga mengkhianati-Nya. Bahkan ada orang-orang yang, setelah menyaksikan kutukan Tuhan dan murka Tuhan, tetap saja mengkhianati-Nya. Jadi, Aku katakan bahwa akal manusia telah kehilangan fungsi aslinya, dan hati nurani manusia juga telah kehilangan fungsi aslinya" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan"). Firman Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa masyarakat kita telah dirusak oleh Iblis. "Tidak ada kekayaan tanpa kelicikan," "Uang adalah yang utama," dan "Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya"—falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain yang populer di tengah masyarakat ini semuanya berasal dari Iblis. Karena dipengaruhi dan diracuni oleh pandangan-pandangan ini, cara pandang dan nilai-nilai hidup kita menjadi bengkok. Kita menempatkan uang di atas segalanya. Kita mengabaikan hati nurani dan moralitas kita untuk memaksimalkan keuntungan kita sendiri. Kita berbohong dan curang, makin egois, licik, serakah, dan kejam, menjadi semakin kehilangan kemanusiaan kita. Tugas seorang dokter adalah menyembuhkan pasiennya dan memberikan perawatan medis yang etis, dan dokter tidak boleh kehilangan hati nuraninya sebagai manusia. Namun, di bawah pengaruh uang, kebanyakan dokter memberi penanganan dan meresepkan obat-secara berlebihan, bahkan menipu pasien agar mengonsumsi hormon. Meskipun awalnya pasien tidak bisa melihat bahayanya, menggunakan terlalu banyak obat-obatan dan hormon, seiring waktu akan sangat merusak tubuh mereka. Racun dalam obat-obatan akan bertumpuk di tubuh mereka, dan akan sering menyebabkan penyakit kronis. Ini adalah bentuk pembunuhan secara perlahan. Makin memikirkan tentang hal ini, makin aku takut. Sewaktu masih kuliah kedokteran, awalnya aku ingin membantu orang biasa. Namun, di bawah kendali pandangan Iblis "Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya", "Uang adalah yang utama," dan "Tidak penting kucing itu putih atau hitam, yang penting bisa menangkap tikus", aku mulai mati-matian mengejar uang. Aku mengubah penyakit tiga hari menjadi penyakit lima hari, hanya untuk menghasilkan uang. Aku selalu meresepkan obat yang lebih mahal daripada yang dibutuhkan pasien. Iblis telah benar-benar merusakku sampai aku kehilangan semua hati nurani dan nalarku. Setelah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, aku tahu Tuhan menuntut kita untuk menjadi orang jujur. Namun, aku masih belum mampu menahan godaan uang atau keuntungan pribadi, dan, sekali lagi, aku terus mencurangi pasienku. Racun Iblis telah menjadi bagian dari naturku. Jika aku tidak membaca firman Tuhan dan menyadari kebencian dan bahaya dari kebohonganku, aku akan terus hidup sebagai penipu. Aku akan gelisah dan menyesal sepanjang hidupku, dan aku pasti akan masuk neraka dan dihukum karena perilaku jahatku. Aku akhirnya mengerti betapa pentingnya Tuhan meminta kita untuk jujur. Bersikap jujur dan melakukan perbuatan jujur memberi kita integritas dan martabat. Bersikap jujur adalah satu-satunya cara untuk menerima pujian Tuhan dan menenangkan hati kita. Setelah memahami maksud Tuhan, aku berdoa kepada-Nya. Aku bersedia memulai kembali, memberontak terhadap diriku sendiri, menerapkan kebenaran, dan menjadi orang yang jujur.

Suatu hari, seorang pasien dari desa lain datang menemuiku. Setelah pemeriksaan yang saksama, aku mendiagnosis dia menderita ulkus vena pada kakinya. Penyakit ini biasa disebut "ulkus kaki". Penyakit ini sulit disembuhkan dan sulit mengobatinya, tetapi aku tahu pengobatan rahasia untuk mengatasi penyakit ini dengan biaya yang rendah, hanya beberapa sen yuan saja. Pasienku berkata dia telah menemui banyak dokter kabupaten, dan beberapa sinse, dan telah menghabiskan ribuan yuan tanpa hasil. Mendengar ini, aku mulai berpikir: "Dia sudah menghabiskan ribuan yuan tanpa mengalami kesembuhan, jadi jika aku menagihnya beberapa ratus untuk obatnya, itu tidak akan terlalu buruk, kan? Sayang sekali jika uang ini disia-siakan." Saat memikirkan ini, hatiku melompat. "Aku akan menipu satu orang terakhir ini, dan setelah itu, aku akan jujur." Namun, saat bersiap memberinya resep, aku teringat tekad yang telah kubuat di hadapan Tuhan. Aku mulai berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku masih punya keinginan untuk berbohong. Aku tahu aku tidak boleh terus melanggar janjiku dan mengecewakan-Mu. Ya Tuhan, tolonglah aku untuk mengesampingkan kepentingan pribadiku dan menjadi orang yang jujur." Satu bagian firman Tuhan terlintas di benakku: "Orang-orang yang dengan tulus percaya kepada Tuhan selalu memiliki Dia di dalam hati mereka, dan mereka selalu memelihara hati yang takut akan Tuhan, hati yang mengasihi Tuhan. Mereka yang percaya kepada Tuhan harus melakukan segala sesuatu dengan hati-hati dan bijaksana, dan semua yang mereka lakukan haruslah sesuai dengan tuntutan Tuhan dan mampu memuaskan hati-Nya. Mereka tidak boleh keras kepala, melakukan apa pun yang mereka sukai; itu tidak sesuai dengan tata tertib orang kudus" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Peringatan Bagi Orang yang Tidak Melakukan Kebenaran"). Bagian firman Tuhan ini menunjukkan kepadaku bahwa orang percaya sejati memiliki hati yang takut akan Tuhan, jujur, dan bisa diandalkan. Mereka bertindak secara terbuka, menerima pengawasan Tuhan, dan tidak menipu orang lain. Mereka melakukan segala sesuatu yang selayaknya dilakukan orang-orang kudus dan berperilaku sesuai dengan tuntutan Tuhan. Mereka tidak melakukan hal-hal yang menghina Tuhan. Aku sangat bersyukur atas bimbingan dan pencerahan Tuhan, dan dalam hatiku, aku berdoa kepada Tuhan sekali lagi: "Ya Tuhan! Sebelumnya, aku berbohong dan menipu demi uang, juga hidup dalam keserupaan dengan Iblis. Namun, mulai hari ini, Aku ingin menjadi orang jujur, untuk menyenangkan-Mu, dan mempermalukan Iblis." Setelah berdoa, aku berkata dengan sungguh-sungguh kepada pasien itu: "Meskipun penyakit ini sulit diobati, aku punya resep yang kujamin akan menyembuhkanmu. Dan hampir tidak perlu biaya untuk mengobatinya." Jika ini terjadi sebelumnya, resep semacam ini pasti akan dihargainya berkali lipat harga ini. Namun, kini firman Tuhan telah memberiku kepercayaan diri untuk menerapkan kebenaran, menjadi orang yang jujur dan bermartabat. Aku tidak akan lagi mencurangi orang untuk mendapatkan uang dari mereka. Saat pasien itu pergi dengan obatnya, aku merasa sangat bahagia dan hatiku damai. Sepuluh hari kemudian, pasien itu kembali, dan berkata dengan rasa terima kasih: "Aku sudah ke mana-mana untuk mengobati penyakit ini, tetapi tidak kunjung pulih. Aku bahkan tidak menggunakan semua obat yang kau berikan, dan lukaku sudah sembuh! Itu obat ajaib! Terima kasih banyak! Aku akan memberi tahu semua orang yang kukenal tentangmu. Kau bukan hanya sangat terampil, tetapi biaya yang kaukenakan juga terjangkau." Saat mendengar kata-kata terima kasihnya, aku merasa sangat bersyukur kepada Tuhan, dan aku tahu perubahan kecil dalam diriku ini karena telah aku telah dibimbing oleh firman Tuhan.

Aku ingat, dahulu kupikir: "Uang adalah yang utama," "Tidak ada kekayaan tanpa kelicikan," dan "Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya." Di bawah kendali racun-racun ini, aku kehilangan hati nurani, integritas, dan moralku. Hatiku menjadi hitam. Firman dan penyelamatan Tuhan memulihkan hati nurani dan nalarku serta membantuku menemukan prinsip bagi tindakanku. Sejak itu, aku dengan hati-hati menangani setiap pasien yang datang menemuiku. Aku hanya memberi apa yang mereka butuhkan dan jujur tentang kondisi mereka. Aku terus memenuhi standarku untuk bersikap jujur. Setelah beberapa waktu bertindak seperti ini, aku merasa benar-benar mantap melakukannya, damai, dan bebas dari kecemasan. Selain itu, banyak dari pasien yang pernah kurawat memberi tahu orang lain tentang pengalaman mereka denganku. Orang-orang dari semua desa sekitar ingin aku mengobati mereka. Aku sadar bahwa hanya dengan mengatakan yang sebenarnya dan bersikap jujur, barulah orang dapat memiliki keserupaan dengan manusia. Menolak kebohongan dan mengatakan yang sebenarnya adalah langkah awal menjadi orang jujur, dan aku tahu aku masih harus bekerja keras sesuai dengan tuntutan Tuhan, dan berusaha untuk sungguh-sungguh menjadi orang yang jujur.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Pilihanku untuk Sisa Hidupku

Oleh Saudara Xiao Yong, Tiongkok Saat masih anak-anak, keluargaku terbilang miskin dan kami sering dirundung oleh penduduk desa lain. Aku...

Tinggalkan Balasan

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh