42. Badai Perceraian Mereda
Pada 2015, seorang teman membuatku mulai percaya kepada Tuhan yang Mahakuasa. Setelah menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, aku membaca firman Tuhan dengan lahap, dan melaluinya dapat memahami banyak misteri kebenaran yang belum aku ketahui sebelumnya, seperti: Pekerjaan Tuhan menyelamatkan umat manusia dibagi menjadi tiga tahap, bagaimana Tuhan melaksanakan pekerjaan-Nya dalam setiap tahap, hubungan antara ketiga tahap pekerjaan, apa itu inkarnasi, dan mengapa Tuhan harus menjadi manusia. Ini membuatku semakin yakin bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali. Oleh karena aku mendapatkan bimbingan dari firman Tuhan, aku tidak lagi menghabiskan waktu dengan menonton TV seperti sebelumnya, dan suamiku berkata kepadaku, "Imanmu kepada Tuhan membuatmu membaca, itu lebih baik daripada menonton sinetron Korea setiap hari. Itu benar-benar membuatku bahagia." Meskipun suamiku tidak pergi ke kebaktian, dia selalu percaya ada Tuhan karena ibunya seorang yang percaya, dia juga mendukung imanku kepada Tuhan. Biasanya, setiap kali aku mendapatkan semacam pencerahan dari firman Tuhan, aku akan membagikannya dengan suamiku, dan dia juga setuju untuk memiliki iman. Belakangan, suamiku penasaran mengapa aku selalu menyebut "Tuhan Yang Mahakuasa" untuk menyebut Tuhan Yesus yang dipercayai oleh ibunya, dan dia pun membuka Internet untuk mencari tahu tentang Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Namun tanpa diduga, apa yang dilihatnya adalah bahwa Internet penuh dengan desas-desus, kesaksian palsu, dan penistaan terhadap Tuhan Yang Mahakuasa. Dia sangat teracuni oleh hal ini dan mulai menentang imanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Oleh karena aku telah membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa dan mendengar persekutuan dan kesaksian dari saudara-saudari, aku sudah yakin dalam hatiku bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah satu-satunya Tuhan yang benar, dan aku tahu bahwa hal-hal di Internet itu hanyalah desas-desus dan kebohongan yang dimaksudkan untuk menipu orang-orang. Namun, suamiku teperdaya oleh desas-desas itu dan gagal memahami kenyataan situasinya, sekeras apa pun aku berusaha membujuknya dan memberinya kesaksian tentang pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, dia tidak mau mendengarkan.
Setelah periode waktu tertentu, dengan bantuan Saudari Yinghe, yang berkali-kali membagikan persekutuan dan kesaksian dengan suamiku, dia akhirnya setuju dengan enggan-engganan untuk menyelidiki pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Namun, suamiku dipengaruhi oleh ibunya dan relatif konservatif terkait Alkitab, jadi untuk mengatasi masalah ini, beberapa saudari merekomendasikan agar aku menonton film penginjilan Menguak Misteri Tentang Alkitab bersama suamiku. Namun, aku tidak menyuruhnya melakukan itu. Sebagai gantinya, aku bertindak atas inisiatifku sendiri dan menyuruhnya menonton film Terlepas dari Jerat, yang mengungkap bagaimana pemerintah PKT (Partai Komunis Tiongkok) dan antikristus dari dunia agama menentang pekerjaan Tuhan. Setelah melihat sebagian saja dari film itu, dia berkata: "PKT adalah pemerintah ateis, dan Tiongkok adalah negara ateis yang selalu menganiaya orang-orang beragama. Gereja Tuhan Yang Mahakuasa sedang ditindas oleh pemerintah PKT, dan kita hanyalah seekor pipit, yang tidak pernah bisa berperang melawan garuda. Bagaimana jika kita kembali ke Tiongkok dan ditangkap? Selain itu, semua hal ini dinyatakan di Internet, dan aku tidak bisa mengatakan mana yang benar dan mana yang salah. Aku tetap berpikir engkau tidak boleh memercayai ini." Aku mendesak suamiku untuk selesai menonton film itu dan kemudian membuat keputusan, tetapi dia tidak mau. Melihat bahwa aku bersikeras mempertahankan imanku, suatu kali dia menyerbuku sambil marah, dengan mengatakan, "Jika engkau bersikeras untuk percaya, percayalah, jika engkau ingin ditangkap, ditangkaplah. Namun jika engkau ditangkap, jangan katakan bahwa aku suamimu! Apakah engkau tidak tahu bahwa sekarang, aku mengalami banyak tekanan? Jika aku tidak percaya, aku khawatir ini adalah Tuhan yang benar, tetapi jika aku percaya, ada semua hal di internet itu plus aku akan berada dalam bahaya penangkapan. Jadi, siapa yang benar-benar harus aku dengarkan?" Melihat penderitaan suamiku karena terkekang oleh desas-desus di Internet itu, aku menyadari betapa berbahayanya desas-desus dan kesaksian palsu yang dibuat oleh PKT. Tidak hanya menghalangi orang-orang menerima ajaran yang benar, tetapi mereka juga merusak hubungan keluarga. Rupa-rupanya, orang-orang yang mengarang desas-desus dan memberikan kesaksian palsu adalah keturunan Iblis si setan, sesederhana itu!
Suatu hari, suamiku pulang kerja dan melihat aku sedang berada dalam sebuah kebaktian. Wajahnya langsung muram, lalu dia membuka pintu dan pergi. Waktu makan malam datang dan berlalu, tetapi aku masih belum melihatnya pulang—mau tidak mau aku mulai khawatir. Dia akhirnya pulang ke rumah pada pukul delapan tetapi dia masih menahan amarahnya. Aku telah berencana untuk menyiapkan makanan untuknya, tetapi dia berkata kepadaku dengan dingin, "Jangan repot-repot! Karena engkau tidak mau mendengarku dan terus mempertahankan imanmu, mulai sekarang jangan ikut campur urusanku. Mulai sekarang, aku hanya akan bertanggung jawab atas biaya hidup kita, dan apa pun yang aku lakukan di luar rumah ini tidak ada hubungannya denganmu! Meskipun aku melakukan sesuatu yang akan mengecewakan keluarga ini, itu tetap bukan urusanmu!" Mendengar ucapan ini dari suamiku, aku menjadi semakin sedih semakin aku memikirkannya. Malam itu aku berguling ke sana kemari di tempat tidur, tidak bisa tidur, terus-menerus berdoa kepada Tuhan dalam hati: "Ya Tuhan! Suamiku telah tertipu oleh desas-desus dan berusaha untuk menindas keyakinanku kepada-Mu, dan dia mengatakan hal-hal yang tidak berperasaan. Apa yang harus kulakukan? Tolong tunjukkan aku jalan! Aku tidak ingin berpisah dari-Mu." Pagi berikutnya, aku tiba-tiba teringat beberapa firman Tuhan yang telah kami persekutukan dalam sebuah kebaktian: "Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam diri manusia, dari luar pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah lahir karena pengaturan manusia atau dari campur tangan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan. Misalnya, ketika Ayub diuji: di balik layar, Iblis bertaruh dengan Tuhan, dan yang terjadi kepada Ayub adalah perbuatan manusia, dan campur tangan manusia. Di balik setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam dirimu adalah pertaruhan antara Iblis dengan Tuhan—di balik semua itu ada peperangan. ... Ketika Tuhan dan Iblis berperang di alam roh, bagaimanakah seharusnya engkau memuaskan Tuhan, dan bagaimana engkau harus berdiri teguh dalam kesaksianmu bagi-Nya? Engkau harus tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi kepadamu adalah sebuah ujian besar dan merupakan saat ketika Tuhan membutuhkanmu untuk menjadi kesaksian" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). Melalui pencerahan firman Tuhan aku sedikit tersadar: Selama waktu ini aku selalu memusatkan pandanganku pada suamiku, dan merasa sepertinya ada begitu banyak kepura-puraan dan penipuan di dunia saat ini, bahwa di mana-mana penuh dengan kebohongan dan penipuan, terutama dengan semua kebohongan dan pernyataan palsu yang datang dari media PKT. Aku berpikir bahwa siapa pun yang punya otak sekecil apa pun dapat memikirkannya sejenak dan kemudian menyadari bahwa kata-kata di Internet yang menyerang, menghakimi, dan mengutuk Tuhan Yang Mahakuasa ini semuanya adalah kebohongan dan omong kosong, bahwa mereka tidak boleh tertipu dan dikacaukan oleh semua itu. Namun sayangnya, suamiku percaya desas-desus yang didengarnya di Internet, dan aku benar-benar merasa seharusnya dia tidak begitu. Pada saat itu aku tidak bisa lagi melihat ke luar diriku untuk mengetahui akar masalahnya. Tuhanlah yang sedang mengujiku, menggunakan hal ini untuk menguji apakah imanku kepada-Nya benar atau tidak, untuk melihat apakah aku dapat memegang teguh dengan cara yang benar ketika diserang oleh Iblis, dan apakah aku dapat memberikan kesaksian kepada Tuhan atau tidak sementara aku berada di tengah ujian ini. Saat aku menyadari kehendak Tuhan, kabut yang menyelimuti hati dan pikiranku menipis, dan hatiku sedikit lebih cerah.
Keesokan harinya saat kami sedang sarapan, suamiku masih tampak masam dan tidak bicara kepadaku, tetapi karena aku mendapat bimbingan dari firman Tuhan, aku tidak khawatir atau takut seperti hari sebelumnya. Aku berkata kepadanya dengan tenang, "Aku percaya kepada Tuhan dan tidak pernah melakukan apa pun yang mengecewakan keluarga ini. Jika engkau ingin melakukannya, itu engkau saja yang ingin menjadi orang yang buruk, bukan karena imanku kepada Tuhan." Mendengar aku mengatakan ini, suamiku menggunakan nada yang lebih lembut, dan dia berkata: "Bukankah aku sudah bilang, itu hanya karena engkau tidak mau mendengarku dan terus bersikeras mempertahankan imanmu?" Setelah itu dia tidak mengatakan apa-apa lagi, dan badai pun berlalu. Syukur kepada Tuhan! Firman Tuhanlah yang memberiku kekuatan untuk menang atas pencobaan Iblis!
Namun, hal yang baik tidak bertahan selamanya. Sebulan kemudian suamiku sekali lagi menjelajah Internet dan membaca desas-desus itu. Suatu hari saat dia pulang kerja, dia melihat aku sedang duduk di depan komputer, dan mulai berteriak kepadaku, "Menurutku engkau sudah gila! Aku sudah memikirkannya: Baik engkau melepaskan imanmu segera atau kita harus bercerai. Aku juga sudah memikirkan masalah kedua anak kita; engkau boleh mengambil keduanya, tetapi aku rasa engkau tidak akan bisa tinggal di Jepang, jadi bawa pulang anak-anak kita ke Shanghai! Aku akan memberimu apartemen kita di Shanghai, dan setiap bulan aku juga akan memberimu 100.000 yen untuk tunjangan anak. Dan jika engkau tidak menginginkan anak-anak, itu juga tidak masalah, apa pun yang engkau pilih! Aku bahkan sudah mencari tahu tentang proses perceraian. Yang perlu kita lakukan hanyalah pergi ke kantor pemerintah daerah dan kita berdua menandatangani perjanjian perceraian, jadi katakan saja padaku mana yang engkau pilih!" Setelah mendengar dia mengatakan semua itu, jantungku berdebar-debar dan aku merasa kepalaku berdengung. Aku hanya duduk di sana tidak dapat mengatakan apa pun, dan aku bahkan lupa berdoa kepada Tuhan. Yang bisa aku pikirkan hanyalah, jika kami bercerai, bagaimana dengan anak-anak? Mereka bisa ikut denganku, tetapi aku tidak punya sarana keuangan! Jika mereka tidak ikut denganku, akan kasihan sekali jika mereka tidak punya ibu! Dan kemudian ada orang tuaku, teman-teman dan kerabat lainnya, apa yang akan mereka pikirkan tentangku? Berada di luar negeri pada awalnya merupakan hal yang luar biasa, tetapi jika kami bercerai, bagaimana mungkin orang tuaku akan tetap tegak di depan orang lain .... Jadi, aku tidak memberikan jawaban kepada suamiku; aku hanya mengatakan kepadanya bahwa aku harus memikirkannya. Aku pergi ke kamarku dan mulai menangis pahit. Semakin aku memikirkan hidupku setelah perceraian, semakin aku merasakan derita. Aku tidak tidur sama sekali malam itu, dan air mataku membasahi sarung bantalku. Keesokan harinya, suamiku berangkat kerja tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dan baru saat itulah aku datang ke hadapan Tuhan berdoa, memohon kepada-Nya untuk memberiku lebih banyak kekuatan agar aku bisa menang atas kelemahan daging. Saat aku hidup terperosok dalam penderitaan dan tidak tahu apa yang harus kulakukan, aku memberi tahu beberapa saudara-saudari tentang apa yang telah terjadi. Mereka semua mendorong dan menghiburku, mengatakan bahwa aku sedang mengalami salah satu pencobaan Iblis, dan membantuku belajar bagaimana mengandalkan Tuhan. Mereka berkata aku tidak boleh kehilangan imanku atau salah paham terhadap Tuhan. Mereka juga membagikan pengalaman dan kesaksian saudara-saudari lainnya denganku, dan bersekutu tentang bagaimana Tuhan adalah Yang menyelamatkan umat manusia, bahwa Iblislah yang menyusahkan kita, membuat kita menderita, dan menghancurkan hubungan kita dengan orang lain. Mereka juga membacakan satu bagian dari firman Tuhan Yang Mahakuasa kepadaku: "Ketika orang belum diselamatkan, hidup mereka sering diganggu, dan bahkan dikendalikan oleh Iblis. Dengan kata lain, orang yang belum diselamatkan adalah tawanan Iblis, mereka tidak memiliki kebebasan, mereka belum dilepaskan oleh Iblis, mereka tidak layak atau berhak untuk menyembah Tuhan, dan mereka dikejar dengan gigih dan diserang secara kejam oleh Iblis. Orang-orang semacam itu tidak memiliki kebahagiaan untuk ditunjukkan, mereka tidak memiliki hak keberadaan yang normal untuk ditunjukkan, dan bahkan mereka tidak memiliki martabat untuk ditunjukkan. Hanya jika engkau berjuang dan berperang melawan Iblis, menggunakan imanmu kepada Tuhan serta ketaatanmu, dan rasa takutmu akan Tuhan sebagai senjata yang digunakan dalam pertarungan hidup dan mati melawan Iblis, sehingga engkau akan mengalahkan Iblis sepenuhnya dan membuatnya lari terbirit-birit dan menjadi ketakutan kapan pun dia melihatmu, sehingga dia menghentikan serangan dan tuduhannya terhadapmu—baru setelah itulah engkau akan diselamatkan dan menjadi bebas" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"). Firman Tuhan membuatku sadar bahwa setiap kali aku tidak menerapkan imanku kepada Tuhan, aku sepenuhnya hidup di bawah wilayah kekuasaan Iblis, bahwa aku seorang budak dan mainan Iblis. Setelah mendapatkan imanku, aku keluar dari wilayah Iblis dan kembali di hadapan hadirat Tuhan; karena aku telah meninggalkan Iblis, ia tidak mau dikalahkan, jadi ia menggunakan suamiku untuk menyerang titik lemahku. Ia menggunakan perceraian untuk memaksaku mengkhianati Tuhan dan kembali ke wilayah kekuasaannya. Ini benar-benar kelicikan Iblis. Aku khawatir tentang apa yang harus dilakukan dengan anak-anak setelah perceraian, bagaimana orang-orang dari kota asalku akan melihatku, dan bagaimana orang tuaku dapat mengangkat kepala mereka di depan para tetangga. Semua pikiran ini berasal dari gangguan Iblis, dan jika aku dikendalikan oleh pikiran-pikiran ini, aku akan dikendalikan oleh Iblis, yang akhirnya mengarahkanku untuk menjauhkan diri dari Tuhan atau bahkan menyangkal-Nya, dan sekali lagi kembali ke wilayah Iblis. Imanku dan penyembahanku kepada sang Pencipta adalah hal-hal yang benar-benar positif, itu adalah hukum langit dan prinsip bumi, dan tidak ada orang yang berhak untuk mencampurinya, tetapi Iblis mencoba segalanya untuk mengendalikanku, untuk mendorongku agar mengkhianati Tuhan. Iblis benar-benar tercela dan penuh kebencian! Pada saat itu, aku tahu bahwa aku kurang memiliki iman untuk menghadapi pencobaan Iblis dengan kekuatanku sendiri, tetapi aku bersedia untuk mengandalkan Tuhan dan mengandalkan bimbingan firman Tuhan untuk mengambil jalan di depanku, dan aku bertekad untuk berdiri di sisi Tuhan dan bersaksi kepada-Nya; tidak mungkin aku menyerah kepada Iblis. Saat ini terjadi padaku, hatiku yang gelisah akhirnya menemukan pijakan yang pasti dan penderitaanku pun berkurang.
Kemudian, beberapa saudara-saudari kembali membagikan firman Tuhan kepadaku: "Tanpa izin Tuhan, sulit bagi Iblis untuk menyentuh bahkan setetes air pun atau butiran pasir di atas tanah; tanpa izin Tuhan, Iblis bahkan tidak bebas untuk memindahkan semut di atas tanah, apalagi umat manusia, yang diciptakan oleh Tuhan. Di mata Tuhan, Iblis lebih rendah daripada bunga bakung di gunung, daripada burung-burung yang terbang di udara, daripada ikan di laut, dan daripada belatung di tanah. Perannya antara lain adalah melayani segala sesuatu, dan bekerja untuk umat manusia, serta melayani pekerjaan Tuhan dan rencana pengelolaan-Nya. Selicik apa pun naturnya, dan sejahat apa pun hakikat dirinya, satu-satunya yang dapat ia lakukan hanyalah dengan patuh menaati fungsinya, yaitu: melayani Tuhan, dan menyediakan sebuah kontras bagi Tuhan. Seperti itulah esensi dan posisi Iblis. Hakikat dirinya tidak ada hubungannya dengan hidup, tidak ada hubungannya dengan kuasa, tidak ada hubungannya dengan otoritas; ia hanyalah mainan di tangan Tuhan, hanya mesin yang melayani Tuhan!" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Dari firman Tuhan ini aku menyadari bahwa otoritas Tuhan adalah yang tertinggi, Tuhan mengendalikan langit dan bumi dan segala sesuatu, dan semua milik kita berada di tangan-Nya. Perceraianku dan keluargaku juga berada di tangan Tuhan, dan tanpa izin Tuhan tidak ada yang bisa dilakukan oleh Iblis. Apakah aku diceraikan atau tidak, semuanya berada di bawah kedaulatan dan takdir Tuhan—bukan suamiku yang memiliki keputusan akhir, jadi aku bersedia tunduk pada kedaulatan dan rancangan Tuhan. Aku memikirkan tentang orang-orang tidak percaya yang bercerai. Beberapa melakukannya demi uang, beberapa melakukannya karena pasangan mereka berselingkuh, dan beberapa melakukannya karena hubungan mereka berantakan saja .... Suamiku ingin menceraikanku karena aku memilih untuk percaya kepada Tuhan dan mengambil jalan hidup yang benar, untuk mengejar kebenaran dan menjalani kehidupan yang bermakna. Ini alasan yang terhormat, tidak memalukan! Saat itulah firman dari Tuhan ini muncul di benakku: "Iman itu seperti jembatan dari satu gelondong kayu: mereka yang dengan tercela mempertahankan hidup akan mengalami kesulitan menyeberanginya, tetapi mereka yang siap untuk mengorbankan diri dapat menyeberanginya dengan pasti, tanpa rasa khawatir. Jika manusia memiliki pikiran yang kerdil dan penakut, itu karena mereka telah dibodohi oleh Iblis, yang takut bahwa kita akan menyeberangi jembatan iman untuk masuk ke dalam Tuhan. Iblis menempuh segala cara yang memungkinkan untuk mengirimkan pikiran-pikirannya kepada kita. Kita harus berdoa setiap saat agar Tuhan menerangi kita dengan cahaya-Nya, setiap saat bergantung kepada Tuhan untuk menyucikan kita dari racun Iblis, setiap saat berlatih dalam roh kita untuk mendekat kepada Tuhan, dan mengizinkan Tuhan berkuasa atas seluruh keberadaan kita" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 6"). Firman Tuhan sekali lagi memberiku iman dan kekuatan, sebuah jalan untuk diikuti, serta keberanian untuk menghadapi suamiku. Itu benar—satu-satunya yang bisa aku lakukan hanyalah melakukan semuanya tanpa perlu khawatir. Apa pun yang ada di jalanku pada masa depan, tidak ada salahnya mengambil jalan iman!
Setelah suamiku pulang ke rumah malam itu, aku mengatakan kepadanya dengan jelas dan sederhana: "Engkau tidak ingin aku percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, tetapi bagiku itu tidak mungkin. Jika engkau ingin bercerai, kita akan lakukan caramu!" Suamiku sedikit terkejut setelah mendengar ini, dan tak punya pilihan lain, dia berkata: "Tampaknya aku tidak bisa mengendalikanmu lagi! Ada banyak hal di Internet—jika aku tidak mengendalikanmu, jika suatu hari nanti terjadi sesuatu kepadamu, aku yang akan bertanggung jawab. Aku hanya menggunakan perceraian ini sebagai cara untuk mengancammu, tetapi engkau tetap tidak mau meninggalkan imanmu kepada Tuhan. Jika sesuatu terjadi padamu karena imanmu, ibumu akan tahu, jadi jangan salahkan aku." Sejak saat itu, dia tidak lagi ambil pusing dengan imanku kepada Tuhan; hubungan kami mengalami pemulihan yang ajaib dan dia tidak lagi membicarakan tentang perceraian. Inilah bagaimana badai perceraian yang disebabkan oleh desas-desus PKT mereda.
Kemudian, ada suatu waktu ketika aku dan putriku yang lebih kecil terkena flu. Pada waktu itu hujan ringan turun, tetapi putriku yang lebih tua harus pergi latihan, jadi aku tidak punya pilihan selain mengantarnya, menyeret tubuhku yang kelelahan bersama putriku yang lebih muda. Setelah suamiku mengetahui hal ini, dia berkata, "Kamu bekerja keras hari ini. Lu Xi, aku melihat ada perubahan pada dirimu. Engkau lebih mencintai anak-anak dan sangat rajin." Mendengar kata-kata ini dari suamiku, aku bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa di dalam hatiku karena aku tahu bahwa firman Tuhan Yang Mahakuasalah yang telah mengubahku. Dengan firman Tuhan sebagai fondasiku, aku punya arah dalam hidupku, aku tahu apa itu kemanusiaan yang baik dan apa itu watak yang rusak. Hanya dengan melakukan sesuai firman Tuhan engkau dapat menjalani kehidupan yang layak sebagai manusia. Hasilnya, aku tidak lagi membiarkan amarahku berkobar tak terkendali terhadap anak-anakku, dan aku tidak lagi menjalani hidup hanya demi kesenangan. Perlahan-lahan, aku akhirnya menemukan bahwa suamiku juga telah berubah. Dahulu dia selalu merasa bahwa dia selalu menjadi orang yang benar, tetapi sekarang ketika menangani beberapa urusan, dia akan meminta pendapatku. Dia bahkan telah memberikan kesaksian kepada teman-temannya tentang otoritas dan kedaulatan Tuhan. Melihat hal-hal ini, hatiku penuh rasa syukur. Ya Tuhan, Engkau benar-benar mahakuasa! Firman-Mu adalah kekuatan hidup kami, dan seagresif atau seganas apa pun kekuatan Iblis, selama kami memiliki firman-Mu untuk membimbing kami, kami akan dapat menang atas semua pencobaan Iblis, dan hidup damai di bawah perawatan dan penjagaan-Mu.
Syukur kepada Tuhan karena mengatur semua ini untukku, dan karena mengizinkanku mengalami firman-Nya dan memahami banyak kebenaran. Dengan mengalami situasi-situasi seperti ini aku telah melihat bahwa Iblis benar-benar tercela, bahwa ia memikirkan segala cara yang memungkinkan untuk membuat orang-orang meninggalkan Tuhan dan menjadi mangsanya untuk dilahap. Pada saat yang sama aku juga melihat bahwa Tuhan mengendalikan semua hal dan mengatur segalanya; tanpa izin Tuhan, tidak masalah sebesar apa pun Iblis menjadi lebih gila-gilaan nantinya. Ia tidak akan bisa melakukan apa-apa, ia tidak akan bisa mencapai apa pun—bahkan ia tidak akan bisa menyentuh sehelai rambut pun di kepala kita. Selama kita memiliki iman, dan mengandalkan firman Tuhan untuk hidup, kita akan dapat mengatasi pengaruh gelap Iblis, menjadi kesaksian bagi Tuhan dan membawakan kemuliaan bagi Tuhan! Fakta-fakta juga membuktikan bahwa desas-desus dan kesaksian palsu di Internet tidak bertahan lama. Fakta-fakta dan waktu akan membuktikan segalanya, dan pada akhirnya desas-desus ini akan hilang dalam sejarah dengan aib abadi, seperti "Ateisme", "Teori evolusi Darwin", dan "Komunisme". Semua itu akan menjadi tanda rasa malu abadi bagi PKT. Domba-domba Tuhan akan mendengarkan suara Tuhan, seberapa besar apa pun penghalang Iblis, semua orang yang dengan tulus percaya kepada Tuhan dan mencintai kebenaran, akan dapat menyingkirkan tipuan dan jeratan desas-desus, datang ke hadapan Tuhan dan direngkuh oleh Tuhan. Ini karena inilah sesuatu yang Tuhan ingin capai—tidak ada kekuatan Iblis yang dapat menghalangi!