Hanya dengan Menyelesaikan Gagasannya Orang Dapat Memasuki Jalur yang Benar dalam Kepercayaan kepada Tuhan (1)

Engkau semua telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun dan meskipun engkau memahami sedikit kebenaran, di dalam hatimu masing-masing terdapat penafsiran, keyakinan, dan imajinasimu sendiri—dan semuanya benar-benar tidak sesuai dan bertentangan dengan kebenaran dan maksud Tuhan. Apakah hal-hal ini? Hal-hal ini adalah gagasan manusia. Meskipun manusia sama sekali tidak memiliki kebenaran, pikiran mereka mampu menghasilkan banyak gagasan dan imajinasi, yang semuanya tidak sesuai dengan kebenaran. Segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran berkaitan dengan gagasan dan imajinasi manusia. Jadi, bagaimana gagasan manusia muncul? Ada berbagai macam penyebab. Sebagian penyebabnya adalah pengondisian budaya tradisional, penyebaran dan penanaman pengetahuan, dampak tren sosial serta ajaran keluarga. Di Tiongkok—negara yang telah dikuasai oleh ateisme selama ribuan tahun—apa pemahaman dan definisi orang tentang Tuhan? Meskipun Tuhan tidak terlihat dan tidak berwujud, Dia benar-benar ada, Dia bisa terbang ke sana ke mari di udara, datang dan pergi tanpa jejak, menampakkan diri dan menghilang secara tiba-tiba, mampu berjalan menembus tembok, tidak dibatasi oleh benda atau ruang apa pun, dan dengan kemampuan yang luar biasa, benar-benar mahakuasa—inilah gagasan dan imajinasi yang orang miliki tentang Tuhan. Jadi, bagaimana gagasan dan imajinasi manusia muncul? Hal ini terutama berkaitan dengan pendidikan dan pengondisian budaya tradisional. Ajaran ateisme telah ada di Tiongkok selama ribuan tahun dan telah lama menanamkan benih ateisme di dalam lubuk hati orang-orang. Pada saat ini, Iblis dan segala jenis roh jahat telah melakukan banyak tanda dan mukjizat di antara manusia untuk menyesatkan dan mengendalikan mereka. Benih-benih ateisme ini tersebar luas di tengah orang-orang, dan mempunyai dampak yang sangat buruk. Roh-roh jahat ini bertindak sembarangan untuk menyesatkan, mengelabui, dan merusak manusia, sehingga manusia pun mengembangkan banyak gagasan dan imajinasi tentang Tuhan. Kesimpulannya, gagasan dan imajinasi manusia sepenuhnya berasal dari pengondisian masyarakat yang jahat dan indoktrinasi Iblis. Dari zaman dahulu hingga zaman sekarang, generasi demi generasi manusia telah menerima ajaran Iblis dan menerima penyebaran serta indoktrinasi dari budaya dan pengetahuan tradisional, dan dengan demikian telah menghasilkan segala macam gagasan dan imajinasi. Meskipun hal-hal ini belum secara langsung memengaruhi pekerjaan, studi, dan kehidupan normal manusia, gagasan dan imajinasi inilah yang telah menjadi hambatan besar bagi orang-orang untuk menerima dan tunduk pada pekerjaan Tuhan. Bahkan sekalipun manusia telah menerima pekerjaan Tuhan, hal-hal ini masih memberikan penghalang besar bagi mereka untuk mengenal dan tunduk kepada Tuhan, menyebabkan mereka memiliki iman yang sangat kecil, sering merasa negatif dan lemah, dan sangat sulit untuk tetap teguh dalam ujian, bahkan setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan. Inilah akibat dari memiliki gagasan dan imajinasi.

Kebanyakan orang beranggapan bahwa percaya kepada Tuhan berarti melakukan hal-hal yang baik dan menjadi orang baik. Sebagai contoh, mereka beranggapan bahwa seseorang baru percaya kepada Tuhan jika dia bersedekah kepada fakir miskin. Jika seseorang melakukan banyak hal baik dan dipuji oleh orang lain, dia bersyukur kepada Tuhan dari hatinya dan berkata kepada orang-orang, "Jangan berterima kasih kepadaku. Kau harus bersyukur kepada Tuhan yang di Surga, karena Dialah yang mengajariku untuk melakukan hal ini." Setelah dipuji orang, dia merasa sangat puas dan tenang, dan dia yakin bahwa kepercayaan kepada Tuhan itu baik, bahwa dia diakui oleh manusia dan pasti juga akan diakui oleh Tuhan. Dari manakah perasaan tenang ini berasal? (Dari gagasan dan imajinasinya.) Apakah perasaan tenang itu asli atau palsu? (Palsu.) Namun, bagi orang itu, perasaan tenang itu asli, dan dia merasa sangat tenang, praktis, dan realistis, karena yang telah dia kejar adalah perasaan ditenangkan. Bagaimana perasaan tenang ini muncul? Kesan yang salah ini telah muncul karena gagasan orang itu, dan gagasannya itulah yang menyebabkan dia menganggap bahwa beginilah kepercayaan kepada Tuhan, bahwa dia harus menjadi orang seperti ini, bahwa dia harus bertindak dengan cara seperti ini, bahwa Tuhan pasti akan berkenan kepadanya karena telah melakukan hal-hal ini, dan bahwa dia pasti akan memperoleh keselamatan dan masuk ke dalam Kerajaan Surga pada akhirnya. Dari manakah kata "pasti" ini berasal? (Dari gagasan orang.) Gagasan dan imajinasinyalah yang memberi dia kepastian dan kesan yang salah ini, dan yang membuat dia merasa sangat nyaman. Dan bagaimanakah sebenarnya Tuhan menilai dan menentukan hal ini? Itu hanyalah semacam perilaku baik, yang dilakukan sesuai dengan gagasan dan kebaikan manusia. Suatu hari, orang ini melakukan sesuatu yang bertentangan dengan prinsip dan dia dipangkas, dan kemudian dia mendapati bahwa standar Tuhan untuk menilai orang yang baik tidak seperti yang dia pikirkan dan firman Tuhan tidak mengatakan hal seperti itu, sehingga dia merasakan pergumulan dalam batinnya dan berpikir, "Apakah aku bukan orang baik? Aku telah menjadi orang yang baik selama bertahun-tahun dan tak ada seorang pun yang pernah mengatakan bahwa aku bukan orang yang baik. Hanya Tuhan yang berkata aku bukan orang yang baik!" Bukankah ada masalah di sini? Bagaimana masalah ini bisa timbul? Masalah ini timbul karena gagasan mereka. Apa penyebab utama masalah ini? (Gagasan.) Penyebab utamanya adalah gagasan manusia. Gagasan manusia sering kali menyebabkan mereka salah paham terhadap Tuhan, sering mengajukan segala macam tuntutan dan penilaian terhadap Tuhan, serta memiliki segala macam standar untuk menilai Tuhan; hal ini menyebabkan orang sering menggunakan suatu pemikiran dan pandangan yang keliru untuk menilai apakah segala sesuatunya benar atau salah, apakah seseorang itu baik atau tidak, dan untuk menilai apakah seseorang setia kepada Tuhan dan percaya kepada Tuhan atau tidak. Apa sumber penyebab dari kekeliruan ini? Sumber penyebabnya adalah gagasan manusia. Gagasan manusia mungkin tidak memengaruhi apa yang mereka makan atau bagaimana mereka tidur, dan gagasan mereka mungkin tidak memengaruhi kehidupan mereka yang normal, tetapi gagasan-gagasan itu memang ada dalam pikiran dan pemikiran manusia, itu melekat pada orang seperti bayangan, selalu mengikuti mereka. Jika engkau tidak mampu menyingkirkannya pada waktunya, itu akan terus-menerus mengendalikan pemikiranmu, penilaianmu, perilakumu, pengetahuanmu akan Tuhan, dan hubunganmu dengan Tuhan. Apakah engkau melihatnya dengan jelas sekarang? Gagasan adalah sebuah masalah besar. Gagasan yang manusia miliki tentang Tuhan adalah seperti tembok yang berdiri di antara mereka dan Tuhan, yang menghentikan mereka untuk melihat wajah Tuhan yang sesungguhnya, yang menghentikan mereka untuk melihat watak dan esensi Tuhan yang sesungguhnya. Mengapa begitu? Karena manusia hidup di antara gagasan dan imajinasi mereka, serta menggunakan gagasan mereka untuk menentukan apakah Tuhan itu benar atau salah, dan untuk menilai, menghakimi, dan mengutuk semua yang Tuhan lakukan. Keadaan seperti apa yang sering dialami manusia dengan melakukan hal ini? Bisakah manusia benar-benar tunduk kepada Tuhan ketika mereka hidup di antara gagasan mereka? Bisakah mereka memiliki iman yang sejati kepada Tuhan? (Tidak, tidak bisa.) Sekalipun orang-orang sedikit tunduk kepada Tuhan, mereka melakukannya menurut gagasan dan imajinasi mereka sendiri. Ketika seseorang bersandar pada gagasan dan imajinasi mereka, itu menjadi tercemar dengan hal-hal pribadi yang berasal dari Iblis dan dunia, dan itu bertentangan dengan kebenaran. Masalah gagasan manusia tentang Tuhan adalah masalah yang serius; ini adalah masalah besar antara manusia dan Tuhan yang harus segera diselesaikan. Semua orang yang datang ke hadapan Tuhan membawa gagasan, mereka membawa berbagai macam kecurigaan tentang Tuhan. Atau, dapat dikatakan bahwa mereka membawa banyak kesalahpahaman tentang Tuhan di hadapan segala yang Tuhan berikan kepada mereka, di hadapan penataan dan pengaturan-Nya. Lalu akan seperti apa hubungan mereka dengan Tuhan? Manusia selalu salah memahami Tuhan, mereka selalu curiga kepada Tuhan, dan mereka selalu menggunakan standar mereka sendiri untuk menilai apakah Tuhan itu benar atau salah, selalu menimbang setiap perkataan dan pekerjaan-Nya. Perilaku macam apa ini? (Itu adalah pemberontakan dan penentangan.) Benar, itu berarti orang-orang memberontak, menentang, dan mengutuk Tuhan, dan itu berarti orang-orang menghakimi Tuhan, menghujat Tuhan, dan bersaing dengan-Nya, dan dalam kasus yang parah, orang-orang ingin membawa Tuhan ke pengadilan dan dan "berduel" melawan Dia. Apa taraf terparah yang dapat dicapai oleh gagasan manusia? Menyangkal Tuhan yang benar, menyangkal bahwa firman-Nya adalah kebenaran, dan mengutuk pekerjaan Tuhan. Ketika gagasan manusia mencapai taraf ini, mereka dengan sendirinya menolak Tuhan, mengutuk Tuhan, menghujat Tuhan, dan mengkhianati Tuhan. Mereka tidak hanya menyangkal keberadaan Tuhan, tetapi juga menolak untuk menerima kebenaran dan mengikuti Tuhan—bukankah ini menakutkan? (Ya.) Ini adalah masalah yang menakutkan. Dapat dikatakan bahwa gagasan dapat sepenuhnya merugikan manusia, tanpa manfaat apa pun. Itulah sebabnya hari ini kita mempersekutukan dan menelaah apa yang dimaksud dengan gagasan, dan gagasan apa yang orang miliki—ini sangat penting. Gagasan apa yang biasanya muncul di dalam dirimu? Manakah dari pemikiran, pemahaman, penilaian, dan pandanganmu yang berkaitan dengan gagasanmu? Bukankah ini layak dipikirkan? Perilaku orang tidak berkaitan dengan gagasan mereka, tetapi pemikiran dan pandangan di balik perilaku tersebut berkaitan langsung dengan gagasan mereka. Gagasan manusia tidak berada di luar lingkup pekerjaan Tuhan. Pertama: berbagai gagasan yang orang miliki mengenai kepercayaan kepada Tuhan. Yaitu, orang-orang memiliki imajinasi dan definisi yang berbeda-beda mengenai kepercayaan kepada Tuhan, apa yang harus mereka peroleh dari kepercayaan mereka kepada Tuhan, dan jalan apa yang harus mereka tempuh dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, sehingga mereka memiliki segala macam gagasan. Kedua: gagasan manusia tentang inkarnasi Tuhan. Manusia memiliki jauh lebih banyak imajinasi dan definisi tentang inkarnasi, sehingga mereka dengan sendirinya memiliki banyak gagasan—ini saling berkaitan. Ketiga: gagasan yang manusia miliki tentang pekerjaan Tuhan. Manusia memiliki berbagai ragam imajinasi dan definisi tentang kebenaran yang Tuhan ungkapkan, watak yang Tuhan singkapkan, dan cara Tuhan bekerja, sehingga mereka memiliki banyak gagasan. Kita dapat membagi ketiga hal ini menjadi jauh lebih detail, tetapi ketiga hal ini pada dasarnya mencakup semua gagasan manusia, jadi mari kita persekutukan satu per satu.

Sekarang, mari kita bahas poin pertama, yaitu berbagai gagasan yang orang miliki tentang kepercayaan kepada Tuhan. Gagasan semacam ini cakupannya agak luas. Entah orang masih asing dengan kepercayaan kepada Tuhan, atau entah mereka pernah percaya kepada Tuhan sebelumnya atau tidak, mereka memiliki banyak gagasan dan imajinasi ketika mereka pertama kali mulai percaya kepada Tuhan. Ketika mereka pertama kali membaca Alkitab, orang-orang merasakan gejolak di dalam hati mereka, dan berpikir, "Aku akan menjadi orang yang baik; aku akan masuk ke dalam Surga." Setelah itu, mereka mulai memiliki segala macam imajinasi dan definisi atau gagasan pasti tentang kepercayaan kepada Tuhan, dan mereka pada akhirnya pasti akan memiliki berbagai gagasan. Sebagai contoh, orang-orang membayangkan hal-hal tentang mereka seharusnya menjadi orang seperti apa setelah mulai percaya kepada Tuhan. Seseorang berkata, "Setelah aku mulai percaya kepada Tuhan, aku tidak akan lagi merokok, minum minuman beralkohol, atau berjudi. Aku tidak akan pergi ke tempat-tempat buruk itu. Aku akan berbicara dengan sopan kepada orang-orang dan tersenyum." Apakah ini? Apakah ini sebuah gagasan, atau memang seperti itukah seharusnya perilaku orang? (Seperti itulah seharusnya perilaku orang.) Ini adalah wujud dari kemanusiaan yang normal, dan orang seharusnya bersikap seperti ini. Ini bukanlah gagasan, juga bukan imajinasi—cara berpikir seperti ini sepenuhnya rasional dan masuk akal. Ada saudara-saudara yang lanjut usia berkata, "Aku sudah tua dan aku sudah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun. Aku seharusnya memberikan contoh kepada generasi muda dalam caraku berbicara dan melakukan segala sesuatu. Orang seusiaku tidak boleh bercanda secara berlebihan atau bersikap dengan tidak pantas. Aku harus terlihat bermartabat dan beradab serta memiliki sikap seorang pria terhormat yang sopan." Jadi, ketika dia berbicara kepada orang-orang muda, raut wajahnya terlihat serius dan dipenuhi dengan kata-kata dan ungkapan sastra, dan ketika orang-orang muda melihatnya, mereka merasa tidak nyaman dan tidak ingin mendekatinya. Saudara-saudari menari dan memuji Tuhan di pertemuan, dan saudara lanjut usia itu menganggap bahwa dia harus mengendalikan nafsu di matanya dan hanya melihat apa yang pantas, jadi dia menahan dirinya agar tidak menonton, tetapi tetap menggerutu di dalam hatinya, "Orang-orang muda ini hidup begitu bebas; mengapa rasanya hidupku sangat sengsara? Tetap saja, sudah seharusnya merasa sedikit sengsara ketika percaya kepada Tuhan, mau bagaimana lagi, usia juga sudah setua ini!" Dia berkata dia tidak boleh menonton para penari, tetapi tetap saja dia mencuri-curi pandang, jelas sekali sedang berpura-pura. Bagaimana kepura-puraan ini bisa muncul? Bagaimana dia bisa berada dalam keadaan memalukan seperti ini? Hal ini karena dia memiliki imajinasi tentang perilaku dan ungkapan yang seharusnya dia miliki dalam kepercayaannya kepada Tuhan, dan karena dikuasai oleh imajinasi tersebut, ucapan dan tindakannya menjadi terselubung dan pura-pura. Sebagai contoh, ketika mereka bernyanyi di pertemuan, ada orang-orang yang bertepuk tangan sambil bernyanyi, bersikap dengan bebas, tetapi saudara lanjut usia ini mati rasa dan bodoh seperti orang mati, sama sekali tanpa semangat hidup atau keserupaan dengan manusia. Dia beranggapan bahwa karena dia sudah tua, dia harus terlihat seperti orang tua dan tidak bertingkah seperti anak kecil yang naif dan membuat orang-orang menertawakan dirinya. Singkatnya, semua yang dia ungkapkan hanyalah kepura-puraan dan dia hanya memaksakan dirinya untuk berpura-pura seperti orang penting. Apakah kerohanian orang lain terdidik ketika menyaksikan perilaku yang pura-pura tersebut? (Tidak.) Bagaimana perasaanmu ketika melihat hal ini? Pertama, engkau merasa dia munafik dan itu membuatmu merasa tidak nyaman. Kedua, engkau merasa dia palsu, ada juga perasaan muak dan jijik, dan ketika berbicara dengannya, engkau merasa tercekik dan terkekang, tidak dapat berbicara dengan bebas. Jika engkau tidak berhati-hati, engkau akan diceramahi oleh dia yang berkata, "Lihatlah bagaimana jadinya orang-orang muda seperti kalian, kalian sangat rusak! Kalian makan enak dan mengenakan pakaian bagus, makan seperti saat kita makan di Tahun Baru dan festival lainnya, tetapi kalian masih suka memilih-milih makanan dan merasa tidak puas. Saat kami masih kecil, yang bisa kami makan hanyalah sekam gandum dan sayuran liar." Dia memamerkan senioritasnya dan menceramahi orang lain, dan orang-orang muda menghindari dirinya. Dia tidak memahami hal ini dan bahkan mengkritik orang-orang muda karena tidak menghormati orang yang lanjut usia dan berperilaku buruk. Bukankah perkataannya sarat dengan gagasan dan kehendak manusia, tidak sesuai dengan kebenaran dan tidak mampu mendidik kerohanian orang lain? Namun, semua ini hanyalah masalah sepele. Yang terpenting adalah ini: mampukah dia memahami kebenaran dengan bertindak seperti ini? (Tidak.) Apakah ini membantu dan bermanfaat untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran? (Tidak.) Dengan menerapkan dan berperilaku seperti ini, hidup seperti ini hari demi hari, dapatkah itu memungkinkan dia untuk hidup di hadapan Tuhan? Pernahkah dia merenung, "Apakah pemahamanku tentang kepercayaan kepada Tuhan sesuai dengan kebenaran dan tuntutan Tuhan? Apa yang Tuhan tuntut? Orang seperti apa yang Tuhan kasihi? Apakah ada perbedaan antara pemahamanku dan apa yang Tuhan tuntut?" Tentu saja dia tidak pernah memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini sebelumnya. Jika dia memikirkannya, meskipun dia belum menemukan jawabannya, dia tidak akan berperilaku dengan cara yang bodoh seperti itu. Jadi, apa sumber penyebab dari cara dia bertindak ini? (Gagasan.) Dan apa sumber yang menyebabkan dia memiliki gagasan seperti itu? Ini karena dia memiliki pemahaman yang keliru tentang bagaimana orang yang percaya kepada Tuhan harus berperilaku dan mengekspresikan diri mereka sendiri. Dan bagaimana pemahaman keliru ini bisa muncul? Apa sumbernya? Ada pengondisian budaya tradisional dan ajaran yang diberikan oleh guru-guru di sekolah. Sebagai contoh, para remaja harus menghormati orang yang lanjut usia dan mengasihi anak-anak kecil, sedangkan orang lanjut usia harus bersikap sesuai dengan usia mereka, dan sebagainya. Karena itu, dia mengembangkan berbagai perilaku aneh, terkadang bertingkah aneh dan terkadang memperlihatkan ekspresi wajah yang aneh, tetapi bagaimanapun juga, dia tidak terlalu terlihat normal. Entah dia bersikap aneh atau memperlihatkan ekspresi wajah yang aneh, selama dia tidak memahami kebenaran atau tuntutan Tuhan, dan dia tidak mencari kebenaran, maka cara dia bertindak pasti akan jauh dari kebenaran. Dalam hal yang sangat sederhana ini—hanya beberapa perilaku lahiriah—karena orang memiliki gagasan yang berakar di dalam hati merekalah sehingga mereka melakukan hal-hal yang tidak masuk akal ini. Jika orang tidak memahami kebenaran, tidak memahami firman Tuhan, dan tidak memahami maksud Tuhan, mereka tidak akan memahami standar apa yang Tuhan tuntut dari manusia. Jika orang lanjut usia tidak memahami standar yang Tuhan tuntut dari manusia, mereka akan memiliki perilaku dan ekspresi yang aneh, serta melakukan tindakan yang tidak masuk akal; jika orang-orang muda tidak memahami standar yang dituntut oleh Tuhan, dan kepercayaan mereka kepada Tuhan didasarkan pada imajinasi dan gagasan mereka, mereka pun akan memiliki perilaku dan ekspresi yang salah. Perilaku dan ekspresi salah apa yang mereka miliki? Sebagai contoh, ada orang-orang muda yang membaca dalam firman Tuhan bahwa Tuhan menuntut manusia untuk hidup murni dan terbuka, segar dan bersemangat seperti anak-anak, dan mereka berpikir, "Kami akan selalu menjadi bayi di hadapan Tuhan dan kami tidak akan pernah bertumbuh dewasa, jadi kami harus berjalan dan berbicara seperti anak-anak. Sekarang aku tahu bagaimana menjadi salah satu umat pilihan Tuhan dan pengikut Tuhan, dan sekarang aku mengerti bagaimana rasanya menjadi seperti anak kecil. Dahulu aku suka menipu, terlihat begitu berpengalaman, mati rasa, dan bodoh, tetapi kelak, aku harus bertindak dengan lebih segar dan lebih bersemangat." Setelah itu, mereka mengamati bagaimana perilaku anak-anak muda zaman sekarang di tengah masyarakat, dan setelah mereka menyimpulkan bagaimana cara bertindak, mereka mulai menerapkannya di antara saudara-saudari, berbicara kepada semua orang dengan suara anak-anak, memberi tekanan pada tenggorokan mereka saat berbicara dan berbicara dengan nada bicara yang manis dan kekanak-kanakan. Dalam benak mereka, mereka menganggap bahwa hanya suara seperti inilah yang merupakan suara seorang anak, sedangkan pada saat yang sama, mereka melakukan gerakan-gerakan aneh tertentu yang membuat orang merasa sangat canggung dan tidak nyaman. Mereka belum memahami apa yang Tuhan maksudkan dengan menjadi murni dan terbuka, segar dan bersemangat seperti anak kecil, dan yang mereka lakukan hanyalah perilaku lahiriah yang pura-pura, tiruan, dan dibuat-buat. Pemahaman orang-orang semacam ini menyimpang. Apa masalah terbesarnya di sini? Mereka bukan saja tidak mampu memahami makna firman Tuhan secara murni, melainkan, mereka mencampur-adukkan firman Tuhan dengan perilaku, tindakan, dan tren orang-orang tidak percaya. Bukankah ini sebuah kesalahan? Mereka tidak datang dan mencari di hadapan Tuhan, mereka tidak membaca firman Tuhan, dan mereka tidak mencari kebenaran. Sebaliknya, mereka menganalisis dan mempelajari hal-hal menggunakan otak mereka sendiri, atau mereka mencari landasan teori di kalangan orang-orang tidak percaya, dalam budaya tradisional, atau dalam pengetahuan ilmiah. Bukankah ini sebuah kesalahan? (Ya, benar.) Inilah kesalahan terbesarnya. Adakah kebenaran dalam pengetahuan orang-orang tidak percaya? Jika engkau sedang mencari dasar untuk caramu berperilaku, engkau hanya dapat mencari kebenaran di dalam firman Tuhan. Bagaimanapun juga, sejauh mana pun tingkat pemahaman yang mampu dicapai manusia, setiap firman Tuhan dan setiap tuntutan-Nya terhadap manusia adalah nyata dan terperinci, serta sama sekali tidak sesederhana seperti yang dibayangkan dalam gagasan dan imajinasi manusia. Tuntutan Tuhan terhadap manusia bukanlah untuk memperindah penampilan lahiriah mereka, semua itu bukan perilaku sederhana, apalagi sekadar cara melakukan sesuatu, melainkan standar yang Tuhan tuntut dari manusia; itulah prinsip-prinsip dan standar-standar yang harus digunakan oleh manusia dalam berperilaku dan bertindak, dan prinsip-prinsip inilah yang harus orang kuasai dan miliki. Jika Aku tidak mempersekutukan masalah-masalah yang terperinci ini dengan jelas, orang hanya akan memahami beberapa doktrin dan akan merasa sulit untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran.

Yang baru saja kita persekutukan adalah gagasan dan imajinasi yang orang-orang miliki mengenai kepercayaan kepada Tuhan dalam kaitannya dengan perilaku lahiriah mereka. Apa lagi yang engkau semua ketahui sehubungan dengan perilaku lahiriah? Berbicara tentang gagasan, apakah gagasan itu benar ataukah salah? (Salah.) Apakah gagasan itu positif ataukah negatif? (Negatif.) Gagasan pasti bertentangan dengan tuntutan dan kebenaran Tuhan; itu tidak sesuai dengan kebenaran. Entah orang tiba-tiba membayangkannya atau memiliki dasar tertentu, bagaimanapun juga, tak ada satu pun darinya yang berhubungan dengan kebenaran. Jadi, apa tujuan mempersekutukan dan menelaah gagasan-gagasan ini? Yaitu pertama-tama untuk membuat orang mengetahui apa yang dimaksud dengan gagasan, dan pada saat yang sama menyadari bahwa itu adalah gagasan, serta memungkinkan orang memahami apa yang dimaksud dengan kebenaran sebelum masuk ke dalam kebenaran. Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang memahami esensi kebenaran, yaitu menghadap Tuhan dengan sungguh-sungguh. Betapapun masuk akalnya gagasanmu atau sebanyak apa dasarnya, gagasan tetaplah gagasan; itu bukanlah kebenaran, dan itu juga tidak dapat menggantikan kebenaran. Jika engkau menganggap gagasan sebagai kebenaran, maka kebenaran tidak akan ada hubungannya denganmu, engkau tidak akan ada hubungannya dengan kepercayaan kepada Tuhan, dan kepercayaanmu tidak akan ada gunanya. Sebanyak apa pun engkau bekerja atau sesibuk apa pun engkau mengerjakan banyak hal untuk Tuhan, atau sebesar apa pun harga yang kaubayar untuk Tuhan, apa yang akan menjadi hasil akhirnya jika engkau melakukan semua ini berdasarkan gagasan dan imajinasimu? Apa pun yang kaulakukan tidak ada hubungannya dengan kebenaran atau dengan Tuhan; Tuhan akan mengutuknya dan tidak menyetujuinya—semua ini adalah hasil yang merugikan dan menguntungkan. Sekarang engkau semua seharusnya memahami betapa pentingnya bagi orang untuk meluruskan gagasan dan imajinasi mereka.

Apa langkah pertama dalam meluruskan gagasanmu? Langkah pertama adalah dengan mengenali dan memahami apa yang dimaksud dengan gagasan. Saat rumah Tuhan pertama kali mulai membuat film, sesuatu yang memuakkan terjadi pada Tim Produksi Film, yang berkaitan dengan gagasan orang. Aku menggunakan masalah ini untuk menelaahnya sekarang, bukan untuk menghukum siapa pun, melainkan untuk memungkinkanmu bertumbuh dalam kearifan, sehingga engkau mengingat masalah ini, dan agar engkau semua memperdalam pemahamanmu tentang gagasan melalui masalah ini dan mengetahui betapa berbahayanya gagasan terhadap orang-orang. Jika Aku tidak membahas hal ini, engkau semua mungkin menganggap bahwa ini bukan masalah besar. Namun, setelah Aku menelaahnya, engkau semua pasti akan menganggukkan kepalamu dan setuju bahwa ini adalah masalah besar. Dalam hal membuat film, ada pertanyaan tentang warna dan gaya pakaian apa yang harus dipilih. Ada orang-orang yang sangat konservatif, secara spesifik menggunakan warna abu-abu dan coklat muda. Aku merasa bingung dengan hal ini dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Mengapa mereka memilih warna-warna pakaian itu? Warna abu-abu dan coklat muda membuat seluruh pemandangan menjadi gelap, dan ketika Aku melihatnya, Aku merasa sangat tidak nyaman. Mengapa mereka tidak memilih warna-warna yang lebih cerah? Aku sudah mengatakan bahwa warna pakaian harus cerah dan gayanya harus pantas serta elegan. Jadi, mengapa orang-orang melupakan firman Tuhan dan tuntutan rumah Tuhan dan sama sekali tidak memperhatikannya, malah memilih kain berwarna abu-abu dan coklat muda untuk membuat pakaian? Mengapa mereka berperilaku dengan cara seperti ini? Bukankah hal ini layak untuk direnungkan? Apa sumber penyebabnya? Orang tidak memahami kebenaran, mereka tidak mendengarkan apa yang dikatakan, dan mereka tidak tunduk—sumber penyebabnya adalah di dalam diri mereka, manusia memiliki natur yang mengkhianati Tuhan. Natur apakah ini? Watak apakah ini? Yang paling krusial, orang-orang tidak mencintai kebenaran dan tidak mau menerima kebenaran, serta hati mereka mengeras. Orang-orang berkata mereka bersedia tunduk pada pengaturan Tuhan dan bersedia mencari kebenaran, tetapi ketika mereka melakukan segala sesuatu, mereka hanya melakukannya berdasarkan apa yang mereka sukai demi mencapai tujuan mereka sendiri. Jika ini adalah masalah kehidupan pribadimu, melakukan segala sesuatu sesuai keinginanmu bukanlah masalah besar, karena itu hanya berhubungan dengan jalan masuk kehidupanmu sendiri. Namun, sekarang engkau sedang melaksanakan tugasmu di gereja, dan konsekuensi tindakan seperti itu berkaitan dengan pekerjaan Tuhan dan kemuliaan Tuhan, serta berkaitan dengan reputasi gereja; jika orang bertindak sembarangan berdasarkan keinginan mereka sendiri, mereka akan cenderung mempermalukan Tuhan. Rumah Tuhan tidak mencampuri cara setiap orang berpakaian—prinsipnya adalah berpenampilan sopan dan pantas, agar orang lain terdidik ketika mereka melihatmu. Namun, pantaskah seseorang mengusulkan agar mengenakan pakaian serba abu-abu dan coklat muda saat membuat film? Apa esensi masalahnya? Ini adalah orang-orang yang melakukan segala sesuatu dengan mengandalkan gagasan mereka dan menganggap warna abu-abu dan coklat muda sebagai tanda dan simbol orang yang percaya dan mengikuti Tuhan. Dapat dikatakan bahwa mereka menggolongkan warna-warna ini sebagai warna-warna yang sesuai dengan kebenaran, sesuai dengan maksud Tuhan, dan sesuai dengan tuntutan Tuhan. Ini adalah sebuah kesalahan. Tidak ada yang salah dengan warna-warna itu sendiri, tetapi jika orang melakukan segala sesuatu berdasarkan gagasan mereka dan menjadikan warna-warna ini sebagai semacam simbol, maka itulah masalahnya. Konsekuensi ini disebabkan oleh gagasan manusia, dan gagasan serta penerapan ini muncul karena gagasan-gagasan ini ada di dalam hati orang. Orang-orang memperlakukan gagasan dan imajinasi ini seolah-olah itu adalah kebenaran, menganggap warna abu-abu dan coklat muda sebagai simbol pakaian yang dikenakan oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan, sambil mengesampingkan kebenaran, firman Tuhan, dan tuntutan Tuhan serta meniadakannya, menggantinya dengan gagasan dan standar manusia—inilah sumber penyebab masalahnya. Sebenarnya, pemilihan warna dan gaya pakaian adalah hal lahiriah yang tidak ada hubungannya dengan kebenaran, tetapi hal-hal yang tidak masuk akal ini terjadi karena gagasan orang, dan semua itu menimbulkan dampak negatif tertentu, sehingga kebenaran diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Dalam kepercayaan orang kepada Tuhan, apa pun yang terjadi atau masalah apa pun yang mereka hadapi, gagasan mereka terus-menerus muncul dan mereka terus menggunakannya. Mereka selalu hidup berdasarkan gagasan mereka dan dikekang, dikuasai, serta dikendalikan oleh gagasan mereka. Hal ini menyebabkan semua pemikiran, perilaku, cara hidup, prinsip berperilaku, arah dan tujuan hidup, serta cara mereka memperlakukan firman dan pekerjaan Tuhan dipengaruhi oleh gagasan mereka, dan mereka sama sekali tidak dibebaskan dan dilepaskan oleh kebenaran. Dengan percaya kepada Tuhan dengan cara seperti ini dan selalu berpaut pada gagasan, setelah 10 atau 20 tahun hingga sekarang, gagasan-gagasan yang orang miliki sejak awal tetap tak tersentuh. Tak ada seorang pun yang pernah menelaahnya, orang-orang sendiri tidak pernah memeriksanya, apalagi pernah menerima diri mereka dipangkas. Orang tidak pernah menanganinya dengan sungguh-sungguh, jadi seberapa pun lamanya mereka telah percaya kepada Tuhan, apakah mereka memperoleh hasil, atau tidak? Mereka pasti tidak memperoleh hasil. Hubungan antara manusia dan Tuhan berangsur-angsur membaik melalui proses menelaah, memahami gagasan, lalu membereskannya secara terus-menerus. Bukankah hal ini ada sisi praktisnya? (Ya.) Namun, jika gagasanmu tetap berada pada tahap ketika engkau baru mulai percaya kepada Tuhan, itu berarti hubunganmu dengan Tuhan dapat dikatakan sama sekali belum meningkat. Dalam hal kepercayaan kepada Tuhan, gagasan apa lagi yang engkau semua andalkan dalam hidup yang belum kauluruskan? Gagasan manakah yang selalu kauanggap benar, sesuai dengan kebenaran, dan gagasan manakah yang kauanggap bukan masalah? Gagasan manakah yang dapat memengaruhi perilakumu, pengejaranmu, dan pandanganmu tentang kepercayaan kepada Tuhan, yang menyebabkan hubunganmu dengan Tuhan selalu suam-suam kuku dan tidak dekat ataupun jauh? Engkau secara keliru meyakini bahwa engkau sangat mengasihi Tuhan, bahwa kepercayaan dan kesetiaanmu kepada Tuhan telah bertumbuh, bahwa tekadmu untuk menderita telah bertumbuh, padahal bagi Tuhan, engkau sama sekali tidak memiliki kebenaran sedikit pun. Engkau semua harus menelaah hal ini, dan masing-masing darimu pasti akan memiliki banyak gagasan yang kauandalkan dalam hidup, yang masih ada dan yang belum kauluruskan. Ini adalah masalah yang sangat serius.

Mengenai gagasan orang tentang kepercayaan kepada Tuhan, Aku telah memberikan tiga contoh. Jadi sekarang, apakah engkau semua makin menyadari gagasan-gagasan manakah yang kaumiliki tentang kepercayaan kepada Tuhan? (Ya.) Jadi, katakan kepada-Ku, gagasan dan imajinasi apa lagi yang dapat menghalangi orang agar tidak menerapkan kebenaran dan memengaruhi pelaksanaan tugas mereka serta hubungan mereka yang normal dengan Tuhan? Dengan kata lain, gagasan manakah yang dapat menghalangi orang agar tidak datang ke hadapan Tuhan dan yang dapat secara langsung memengaruhi pengenalan mereka akan Tuhan? (Aku memiliki satu gagasan yang cukup kuat. Aku percaya bahwa jika aku mampu melaksanakan tugasku secara normal setiap hari, aku dapat memperoleh keselamatan.) Percaya bahwa engkau dapat memperoleh keselamatan dengan melaksanakan tugasmu adalah sebuah gagasan dan imajinasi. Jadi, pentingkah melaksanakan tugasmu sesuai dengan standar? Dapatkah orang yang tidak melaksanakan tugas mereka sesuai dengan standar memperoleh keselamatan? Jika orang melaksanakan tugasnya dengan sembrono, ini berarti dia sedang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan Tuhan. Orang yang melaksanakan tugasnya dengan sembrono bukan saja tidak dapat memperoleh keselamatan, tetapi dia juga akan dihukum. Engkau semua tidak mampu memikirkan hal-hal ini, engkau tidak memahaminya, dan engkau tidak dapat melihatnya dengan jelas, tetapi engkau tetap mengatakan hal-hal seperti, "Asalkan aku melaksanakan tugasku, aku dapat memperoleh keselamatan dan masuk ke dalam Kerajaan Surga." Apakah ini sesuai dengan firman Tuhan? Pemikiran seperti ini hanyalah angan-angan; bagaimana mungkin engkau dapat memperoleh keselamatan dengan begitu mudahnya? Apakah tidak menerima kebenaran dapat dianggap sebagai memiliki kepercayaan kepada Tuhan? Dapatkah seseorang memperoleh keselamatan tanpa membuang wataknya yang rusak? Ada terlalu banyak gagasan dan imajinasi di dalam diri engkau semua. Segala macam imajinasi, pemahaman, dan definisi yang tidak sesuai dengan kebenaran adalah gagasan. Gagasan apa lagi yang engkau semua miliki? (Menurutku, makin penting tugas yang kulaksanakan dan makin banyak prestasi yang kucapai menjadi kesaksian bagi Tuhan, maka makin banyak pahala yang akan kuperoleh, makin Tuhan akan berkenan, dan makin besar berkatku di masa depan.) Ini pun adalah gagasan. Singkatnya, semua gagasan adalah imajinasi dan pemikiran orang yang muncul begitu saja. Meskipun gagasan-gagasan ini mungkin memiliki dasar tertentu, tetapi gagasan-gagasan tersebut bukanlah berasal dari dasar apa pun dalam firman Tuhan atau kebenaran, melainkan berasal dari angan-angan orang dan dihasilkan oleh hasrat untuk diberkati. Ketika orang melakukan hal-hal yang dikuasai oleh pemikiran seperti itu, mereka melakukan segala macam hal, dan mereka membayar harga yang mahal sebelum akhirnya mendapati bahwa mereka telah melakukan kesalahan dan melanggar prinsip, bahwa segala sesuatunya tidak seperti yang mereka bayangkan, sehingga mereka menjadi negatif. Suatu hari, ketika mereka melihat ke masa lalu dan menyadari bahwa mereka telah menempuh jalan yang didasarkan pada gagasan dan imajinasi mereka, banyak waktu telah terbuang, dan mereka ingin kembali, tetapi tidak mungkin. Gagasan apa lagi yang engkau semua miliki yang belum kauluruskan? (Menurutku, karena aku percaya kepada Tuhan dan mengorbankan diriku untuk Tuhan, maka Tuhan harus memberkatiku dan memberiku keuntungan. Ketika aku memiliki masalah dan aku berseru kepada Tuhan, kurasa Tuhan seharusnya membukakan jalan bagiku, dan karena Aku percaya kepada Tuhan, semuanya seharusnya berjalan dengan lancar. Itu sebabnya, ketika aku sedang melaksanakan tugasku dan menghadapi situasi sulit, aku salah paham dan membenci Tuhan, dan merasa Tuhan tidak seharusnya membiarkan hal itu terjadi padaku.) Kebanyakan orang memiliki gagasan ini; ini adalah semacam pemahaman yang orang miliki tentang kepercayaan kepada Tuhan. Orang-orang beranggapan bahwa orang percaya kepada Tuhan untuk mendapatkan keuntungan, dan jika mereka tidak mendapatkan keuntungan, berarti jalan tersebut pasti salah. Jadi sekarang, sudahkah gagasan tersebut diluruskan? Sudahkah engkau mulai meluruskannya? Ketika gagasan ini mengendalikan perilakumu atau memengaruhi arah yang kautuju, sudahkah engkau mencari kebenaran untuk meluruskannya? Di dalam hatinya, orang sering kali memiliki pola pikir tertentu tentang kepercayaan kepada Tuhan, beranggapan bahwa karena mereka percaya kepada Tuhan, maka segala sesuatunya harus aman, atau mereka berpikir, "Aku mengorbankan diriku dan melaksanakan tugasku untuk Tuhan, jadi Tuhan seharusnya memberkati keluargaku, memberkati seluruh keluargaku dengan kedamaian, membuatku tidak sakit, dan agar seluruh keluargaku bisa berbahagia. Dan meskipun aku melaksanakan tugasku, ini adalah pekerjaan Tuhan, jadi Tuhan seharusnya memikul semua tanggung jawab untuk itu dan mengatur segalanya dengan baik dan membuatku tidak menghadapi kesulitan, bahaya, atau pencobaan apa pun saat aku sedang melaksanakan tugasku. Jika hal seperti ini terjadi, kemungkinan itu bukan perbuatan Tuhan." Semua ini adalah gagasan manusia; manusia cenderung memiliki gagasan seperti itu ketika mereka tidak memahami pekerjaan Tuhan. Apakah gagasan-gagasan ini sering muncul saat engkau semua sedang melaksanakan tugasmu? (Ya.) Jika engkau selalu beranggapan bahwa gagasan dan imajinasimu benar-benar normal dan masuk akal dan bahwa memang seperti inilah seharusnya, dan engkau tidak mencari kebenaran untuk meluruskannya, engkau tidak akan mampu memperoleh kebenaran dan tidak akan memiliki jalan masuk kehidupan. Bagimu, kebenaran tidak akan bernilai atau bermakna, dan kepercayaanmu kepada Tuhan juga tidak akan ada artinya. Dalam kepercayaan orang-orang kepada Tuhan, jika mereka sering makan dan minum firman Tuhan, menghadiri pertemuan, mendengarkan khotbah, dan menjalani kehidupan rohani yang sangat normal, tetapi mereka bertindak, berperilaku, dan melaksanakan tugas mereka dengan mengandalkan gagasan mereka, mendasarkan segalanya pada gagasan mereka, dan menggunakan gagasan mereka untuk menilai benar atau salahnya segala sesuatu, bukankah orang-orang semacam ini hidup dalam gagasan mereka? Sebanyak apa pun khotbah yang mereka dengar atau sebanyak apa pun mereka makan dan minum firman Tuhan, dapatkah orang-orang yang hidup dalam gagasan mereka berubah sama sekali? Dapatkah hubungan mereka dengan Tuhan menjadi lebih baik? (Tidak.) Jadi, apakah Tuhan berkenan terhadap iman seperti ini? (Tidak.) Tentu saja tidak. Itulah sebabnya sangat penting untuk menelaah gagasan-gagasan yang ada dalam diri manusia.

Kebanyakan orang tidak memiliki gagasan ketika mereka telah makan dan minum sampai kenyang dan semuanya baik-baik saja, ataupun ketika menjalankan ritual keagamaan tradisional. Namun, ketika Tuhan melakukan pekerjaan-Nya dan mengungkapkan kebenaran, ada banyak gagasan yang bermunculan. Manusia tidak memiliki gagasan ketika mereka belum melaksanakan tugas mereka dan hanya menghadiri pertemuan seperti biasanya, tetapi ketika Tuhan menuntut mereka untuk melaksanakan tugas mereka atau ketika mereka menghadapi kesulitan dalam tugas mereka, banyak gagasan yang bermunculan. Orang-orang tidak memiliki gagasan ketika mereka merasa nyaman secara fisik dan menikmati hidup, tetapi ketika mereka sakit atau menghadapi kesulitan, gagasan-gagasan bermunculan dengan sendirinya. Sebagai contoh, sebelum dia percaya kepada Tuhan, pekerjaan dan kehidupan keluarga seseorang semuanya berjalan dengan lancar, tetapi setelah dia mulai percaya kepada Tuhan, terjadilah hal-hal yang tidak dia sukai. Terkadang dia dihakimi, didiskriminasi, ditindas, dan bahkan ditangkap, disiksa, dan menderita penyakit yang berkepanjangan, yang membuatnya merasa tidak tenang dan berpikir, "Mengapa segala sesuatunya tidak pernah berjalan dengan baik selama bertahun-tahun aku percaya kepada Tuhan? Aku percaya kepada Tuhan yang benar, jadi mengapa Tuhan tidak melindungiku? Bagaimana bisa Tuhan melihatku dipukuli oleh orang jahat dan diinjak-injak oleh setan-setan dan tidak peduli?" Bukankah orang-orang memiliki gagasan seperti ini? Apa yang membuat mereka memiliki gagasan tersebut? Orang-orang beranggapan, "Karena sekarang aku percaya kepada Tuhan, maka aku adalah milik-Nya, dan Tuhan harus menjagaku, menyediakan makanan dan tempat tinggalku, mengurus masa depan dan nasibku, serta menjaga keamanan pribadiku, termasuk keamanan keluargaku, dan menjamin bahwa segala sesuatunya akan berjalan dengan baik bagiku, bahwa segala sesuatunya akan berjalan dengan damai dan tanpa insiden." Dan jika faktanya tidak seperti yang diharapkan dan dibayangkan, mereka berpikir, "Percaya kepada Tuhan tidaklah sebaik atau semudah yang kubayangkan. Ternyata aku masih harus menanggung semua penganiayaan dan kesengsaraan ini serta melewati banyak ujian dalam kepercayaanku kepada Tuhan. Mengapa Tuhan tidak melindungiku?" Apakah pemikiran seperti ini benar, atau salah? Apakah itu sesuai dengan kebenaran? (Tidak.) Jadi, bukankah pemikiran seperti ini menunjukkan bahwa mereka sedang mengajukan tuntutan yang tidak masuk akal terhadap Tuhan? Mengapa orang yang memiliki pemikiran seperti itu tidak berdoa kepada Tuhan atau mencari kebenaran? Dengan mengizinkan manusia menghadapi hal-hal seperti itu, Tuhan pada dasarnya memiliki kehendak baik; mengapa manusia tidak memahami maksud Tuhan? Mengapa mereka tidak mampu bekerja sama dengan pekerjaan Tuhan? Tuhan dengan sengaja membuat manusia menghadapi hal-hal seperti itu agar mereka dapat mencari kebenaran dan memperoleh kebenaran, sehingga mereka dapat hidup berdasarkan kebenaran. Namun, manusia tidak mencari kebenaran, tetapi selalu menggunakan gagasan dan imajinasi mereka sendiri untuk menilai Tuhan. Inilah masalah mereka. Dengan cara seperti inilah engkau harus memahami hal-hal yang tidak menyenangkan ini: tak ada seorang pun yang menjalani seluruh hidup mereka tanpa penderitaan. Bagi beberapa orang, ini ada hubungannya dengan keluarga, bagi beberapa orang, dengan pekerjaan atau perkawinan, dan bagi beberapa orang, dengan penyakit fisik. Semua orang harus menderita. Beberapa orang berkata, "Mengapa manusia harus menderita? Alangkah baiknya jika kita dapat menjalani seluruh hidup kita dengan damai dan bahagia. Tak bisakah kita tidak menderita?" Tidak—semua orang harus menderita. Penderitaan menyebabkan semua orang mengalami berbagai perasaan kehidupan jasmani, entah perasaan ini positif, negatif, aktif atau pasif; penderitaan memberimu berbagai perasaan dan pengetahuan, yang bagimu, semuanya merupakan pengalaman hidupmu. Itu adalah satu aspek, dan itu untuk membuat orang lebih berpengalaman. Jika engkau dapat mencari kebenaran dan memahami maksud Tuhan dari penderitaan ini, engkau akan makin dekat dengan standar yang Tuhan tuntut darimu. Aspek lainnya adalah bahwa itu adalah tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada manusia. Tanggung jawab apa? Inilah penderitaan yang harus kaualami. Jika engkau dapat menanggung penderitaan ini dan memikulnya, maka ini adalah kesaksian, dan bukan sesuatu yang memalukan. Ketika mereka menderita penyakit, ada orang-orang yang takut bahwa orang lain akan mengetahuinya; mereka menganggap bahwa menderita penyakit adalah sesuatu yang memalukan, padahal sebenarnya itu bukanlah sesuatu yang memalukan. Sebagai manusia normal, jika meskipun sedang sakit, engkau mampu tunduk pada pengaturan Tuhan, menanggung segala macam penderitaan, dan tetap mampu melaksanakan tugasmu dengan normal, mampu menyelesaikan amanat yang Tuhan berikan kepadamu, apakah ini hal yang baik atau buruk? Ini adalah hal yang baik, ini adalah kesaksian atas ketundukanmu kepada Tuhan, ini adalah kesaksian atas kesetiaanmu dalam melaksanakan tugasmu, dan ini adalah kesaksian yang mempermalukan dan kemenangan atas Iblis. Oleh karena itu, setiap makhluk ciptaan dan setiap umat pilihan Tuhan harus menerima dan tunduk pada penderitaan apa pun. Beginilah caramu harus memahaminya, dan engkau harus memetik pelajaran ini dan mencapai ketundukan sejati kepada Tuhan. Hal ini sesuai dengan maksud Tuhan, dan itu adalah harapan Tuhan. Inilah yang diatur Tuhan bagi setiap makhluk ciptaan. Tuhan menempatkanmu dalam situasi dan kondisi ini setara dengan memberimu tanggung jawab, kewajiban, dan amanat, dan karena itu, engkau harus menerimanya. Bukankah ini adalah kebenaran? (Ya.) Selama itu berasal dari Tuhan, selama Tuhan yang menuntut hal seperti itu darimu, dan memiliki maksud ini terhadapmu, maka itu adalah kebenaran. Mengapa ini dikatakan sebagai kebenaran? Ini karena, jika engkau menerima firman ini sebagai kebenaran, engkau akan mampu mengatasi watak rusakmu, gagasanmu, dan pemberontakanmu, sehingga ketika engkau kembali menghadapi kesulitan, engkau tidak akan melawan keinginan Tuhan atau memberontak terhadap Tuhan. Dengan kata lain, engkau akan mampu menerapkan kebenaran dan tunduk kepada Tuhan. Dengan demikian, engkau akan mampu menjadi kesaksian yang mempermalukan Iblis, dan engkau akan dapat memperoleh kebenaran dan memperoleh keselamatan. Jika engkau berpaut pada gagasan dan pemikiranmu sendiri, dan berpikir, "Sekarang aku percaya kepada Tuhan, jadi Tuhan seharusnya memberkatiku. Aku harus menjadi orang yang diberkati", lalu bagaimana engkau memahami berkat ini? Yang kaupahami tentang berkat adalah kemegahan dan kesejahteraan seumur hidup, memiliki segala sesuatu yang ingin kaumakan dan minum, tidak mengidap penyakit apa pun, dilahirkan memiliki segalanya, memiliki segala sesuatu yang siap untuk digunakan, dan menikmati kekayaan materiel tanpa harus bekerja untuk mendapatkannya. Selain itu, menjalani kehidupan yang tenang di mana segala sesuatunya berjalan dengan lancar, hidup dalam kenyamanan luar biasa tanpa penderitaan apa pun. Inilah yang kaumaksud dengan berkat. Namun, jika dilihat sekarang, apakah itu adalah berkat? Itu bukan berkat, itu adalah bencana. Menempuh jalan yang mendambakan kenyamanan daging akan membuatmu makin menjauh dari Tuhan, serta membuatmu makin tenggelam dalam dunia yang jahat ini, tidak mampu melepaskan dirimu. Ketika Sang Pencipta memanggilmu, ada banyak hal yang tidak bersedia kaulepaskan, dan engkau tidak mampu melepaskan kenyamanan daging ini. Sekalipun Tuhan memberimu amanat dan memintamu melaksanakan tugas, engkau terlalu memperlakukan dirimu berharga: hari ini engkau merasa tidak enak badan, besok suasana hatimu sedang tidak baik, engkau merindukan orang tuamu, engkau merindukan pasanganmu, setiap hari hanya memikirkan hal-hal duniawi, tidak melaksanakan tugas apa pun dengan baik, tetapi ingin mendapatkan lebih banyak kesenangan daripada orang lain. Engkau hidup seperti parasit. Mampukah engkau menerapkan kebenaran? Mampukah engkau menjadi kesaksian? Tidak, engkau tidak mampu. Orang-orang memiliki begitu banyak imajinasi mengenai kepercayaan kepada Tuhan. Mereka membayangkan bahwa setelah mereka mulai percaya kepada Tuhan, mereka akan memiliki kekayaan dan kedamaian sepanjang hidup mereka, bahwa semua kerabat mereka akan mendapat manfaat dari kehidupan mereka dan menatap mereka dengan rasa iri, bahwa mereka tidak akan pernah menjadi miskin, dan bahwa mereka tidak akan pernah sakit atau menghadapi bencana apa pun. Imajinasi seperti itu menyebabkan manusia memiliki banyak tuntutan yang tidak masuk akal terhadap Tuhan. Ketika engkau mulai memiliki tuntutan yang tidak masuk akal terhadap Tuhan, apakah hubunganmu dengan Tuhan normal, atau tidak normal? Tentu saja tidak normal. Jadi, apakah gagasan dan imajinasi ini membuatmu berpihak pada Tuhan, atau menentang Tuhan? Hal-hal tersebut hanya dapat membuatmu menentang Tuhan, bersaing dan menolak Tuhan, serta bahkan mengkhianati serta meninggalkan Tuhan, dan perilaku-perilaku ini menjadi makin serius. Dengan kata lain, begitu manusia memiliki gagasan ini, mereka tidak lagi mampu menjaga hubungan yang normal dengan Tuhan. Ketika orang memiliki gagasan tentang Tuhan, hati mereka kemudian menghasilkan perasaan yang memberontak dan negatif. Pada saat-saat seperti ini, mereka harus mencari kebenaran untuk meluruskan gagasan-gagasan tersebut. Ketika mereka memahami kebenaran, ketika mereka memahami amanat yang Tuhan berikan kepada mereka dan banyaknya tuntutan yang Tuhan miliki dalam kepercayaan mereka kepada-Nya, begitu mereka memahami hal-hal ini dan dapat berperilaku serta bertindak sesuai dengan tuntutan Tuhan, dengan begitu gagasan dan imajinasi mereka akan diluruskan. Setelah mereka mulai memahami kebenaran, mereka akan dengan sendirinya melepaskan gagasan mereka, dan pada saat itulah hubungan mereka dengan Tuhan akan menjadi makin normal. Meluruskan gagasan sama dengan meluruskan kesalahpahaman tentang Tuhan. Dengan kata lain, hanya jika mereka melepaskan dan meluruskan gagasan mereka, barulah mereka akan memahami apa yang dimaksud dengan kebenaran dan apa itu tuntutan-tuntutan Tuhan.

Gagasan apa lagi yang ada di dalam hatimu yang dapat memengaruhi pelaksanaan tugasmu? Gagasan apa yang sering memengaruhi dan menguasaimu dalam kehidupanmu? Ketika hal-hal tertentu yang tidak sesuai dengan keinginanmu terjadi pada dirimu, gagasanmu dengan sendirinya muncul, dan kemudian engkau mengeluh kepada Tuhan, berdebat dan bersaing dengan Tuhan, dan hal-hal tersebut menghasilkan perubahan yang cepat dalam hubunganmu dengan Tuhan: engkau berubah dari keadaanmu yang semula, merasa bahwa engkau sangat mengasihi Tuhan dan sangat setia kepada-Nya, dan ingin mengabdikan seluruh hidupmu kepada-Nya, menjadi tiba-tiba berubah pikiran, tidak ingin lagi melaksanakan tugasmu atau setia kepada Tuhan, dan engkau menyesali kepercayaanmu kepada Tuhan, engkau menyesal telah memilih jalan ini, dan bahkan mengeluh karena dipilih oleh Tuhan. Gagasan apa lagi yang dapat tiba-tiba menyebabkan hubunganmu dengan Tuhan berubah? (Ketika Tuhan mengatur sebuah situasi untuk menguji dan menyingkapkanku, dan aku merasa bahwa aku tidak akan mendapatkan hasil yang baik, aku pun membentuk gagasan tentang Tuhan. Aku merasa bahwa aku percaya kepada Tuhan dan mengikuti Tuhan, dan aku selalu melaksanakan tugasku, jadi asalkan aku tidak meninggalkan Tuhan, maka tidak seharusya Dia meninggalkanku.) Itu adalah sejenis gagasan. Apakah engkau semua sering memiliki gagasan seperti itu? Apa yang engkau semua pahami tentang ditinggalkan oleh Tuhan? Apakah engkau berpikir bahwa jika Tuhan meninggalkanmu, artinya Tuhan tidak menginginkanmu dan tidak akan menyelamatkanmu? Ini adalah jenis gagasan lain. Lalu, bagaimana gagasan seperti itu muncul? Apakah itu berasal dari imajinasimu atau apakah itu memiliki dasar? Bagaimana engkau tahu bahwa Tuhan tidak akan memberikan kesudahan yang baik kepadamu? Apakah Tuhan memberitahumu secara pribadi? Pemikiran seperti itulah yang sepenuhnya kaugambarkan. Sekarang engkau tahu bahwa ini adalah gagasan; pertanyaan pentingnya adalah bagaimana cara meluruskannya. Orang sebenarnya memiliki banyak gagasan tentang kepercayaan kepada Tuhan. Jika engkau dapat menyadari bahwa engkau memiliki gagasan, maka engkau harus tahu bahwa itu salah. Jadi, bagaimana seharusnya gagasan-gagasan ini diluruskan? Pertama-tama, engkau harus melihat dengan jelas apakah gagasan-gagasan ini berasal dari pengetahuan atau falsafah Iblis, atau bukan, di mana letak kesalahannya, di mana letak kerugiannya, dan setelah engkau memahaminya dengan jelas, engkau akan dengan sendirinya mampu melepaskan gagasan tersebut. Namun, ini bukan berarti engkau telah meluruskannya secara menyeluruh; engkau harus tetap mencari kebenaran, melihat apa saja tuntutan Tuhan dan kemudian menelaah gagasan tersebut berdasarkan firman Tuhan. Ketika engkau dapat dengan jelas memahami bahwa gagasan tersebut salah, bahwa itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal, dan bahwa itu sama sekali tidak sesuai dengan kebenaran, itu berarti pada dasarnya engkau telah meluruskan gagasan tersebut. Jika engkau tidak mencari kebenaran, jika engkau tidak membandingkan gagasan tersebut terhadap firman Tuhan, engkau tidak akan mampu mengerti dengan jelas betapa kelirunya gagasan tersebut, sehingga engkau tidak akan mampu benar-benar melepaskan gagasan itu; sekalipun engkau tahu bahwa itu adalah gagasan, engkau belum tentu mampu melepaskannya sepenuhnya. Dalam keadaan seperti itu, ketika gagasanmu bertentangan dengan tuntutan Tuhan, dan meskipun engkau mungkin menyadari bahwa gagasanmu keliru, tetapi hatimu masih berpaut pada gagasanmu, dan engkau mengetahui dengan pasti bahwa gagasanmu bertentangan dengan kebenaran, tetapi di dalam hatimu, engkau tetap meyakini bahwa gagasanmu dapat dipertahankan, itu berarti engkau tidak akan menjadi orang yang memahami kebenaran, dan orang-orang sepertimu tidak memiliki jalan masuk kehidupan dan benar-benar tidak memiliki tingkat pertumbuhan. Misalnya, orang-orang sangat sensitif terhadap kesudahan dan tempat tujuan mereka sendiri, serta terhadap penyesuaian tugas mereka dan digantikan dalam tugas mereka. Beberapa orang sering mengambil kesimpulan yang keliru tentang hal-hal semacam itu, berpikir bahwa segera setelah mereka digantikan dalam tugas mereka dan mereka tidak memiliki status lagi, atau Tuhan berkata Dia tidak menyukai atau menginginkan mereka lagi, maka semuanya berakhir bagi mereka. Inilah kesimpulan yang mereka dapatkan. Mereka meyakini, "Tidak ada gunanya percaya kepada Tuhan, Tuhan tidak menginginkanku, dan kesudahanku sudah ditentukan, jadi apa gunanya hidup?" Orang lain yang mendengar pemikiran seperti itu menganggapnya masuk akal dan bermartabat—tetapi pemikiran macam apa itu sebenarnya? Ini adalah pemberontakan terhadap Tuhan, membiarkan diri mereka dipengaruhi oleh keputusasaan. Mengapa mereka membiarkan diri mereka dipengaruhi oleh keputusasaan? Itu karena mereka tidak memahami maksud Tuhan, mereka tidak dapat melihat dengan jelas bagaimana Tuhan menyelamatkan manusia, dan mereka tidak memiliki iman yang sejati kepada Tuhan. Apakah Tuhan mengetahuinya ketika manusia membiarkan diri mereka dipengaruhi oleh keputusasaan? (Ya.) Tuhan mengetahuinya, lalu bagaimana Dia memperlakukan orang-orang semacam itu? Orang-orang yang memiliki semacam gagasan dan berkata, "Tuhan telah membayar harga yang sangat mahal bagi manusia, Dia telah melakukan banyak pekerjaan dalam diri setiap orang dan mengerahkan banyak upaya; tidak mudah bagi Tuhan untuk memilih dan menyelamatkan seseorang. Tuhan akan sangat terluka jika seseorang membiarkan dirinya dipengaruhi oleh keputusasaan dan akan berharap setiap hari agar dia dapat bangkit." Ini adalah makna pada tingkat yang dangkal, tetapi sebenarnya, ini juga merupakan gagasan manusia. Tuhan memiliki sikap tertentu terhadap orang-orang semacam itu: jika engkau membiarkan dirimu sendiri dipengaruhi oleh keputusasaan dan tidak berusaha untuk bergerak maju, Dia akan membiarkanmu membuat pilihan sendiri; Dia tidak akan memaksamu melakukan apa pun yang bertentangan dengan kehendakmu. Jika engkau berkata, "Aku tetap ingin melaksanakan tugas makhluk ciptaan, melakukan yang terbaik untuk melakukan penerapan sesuai yang Tuhan tuntut dan memuaskan maksud Tuhan. Aku akan menggunakan semua karunia dan bakatku, dan jika aku tidak mampu melakukan apa pun, aku akan belajar untuk tunduk dan taat; aku tidak akan meninggalkan tugas-Ku," Tuhan berfirman, "Jika engkau ingin hidup dengan cara seperti ini, teruslah mengikuti, tetapi engkau harus melakukannya sesuai tuntutan Tuhan; standar yang dituntut oleh Tuhan dan prinsip-prinsip-Nya tidak berubah." Apa arti dari perkataan ini? Itu berarti bahwa hanya manusia yang bisa menyerah pada diri mereka sendiri; Tuhan tidak akan pernah menyerah terhadap manusia. Bagi siapa pun yang akhirnya dapat memperoleh keselamatan dan melihat Tuhan, yang membangun hubungan yang normal dengan Tuhan, serta yang bisa datang ke hadapan Tuhan, ini bukanlah sesuatu yang dapat dicapai setelah gagal atau dipangkas dan ditangani sekali saja, atau setelah dihakimi dan dihajar sekali saja. Sebelum Petrus disempurnakan, dia dimurnikan ratusan kali. Dari orang yang tetap bertahan sampai akhir setelah berjerih payah, tidak akan ada seorang pun yang hanya mengalami ujian dan pemurnian delapan atau sepuluh kali sebelum berhasil mencapai akhir. Berapa kali pun seseorang diuji dan dimurnikan, bukankah itu adalah kasih Tuhan? (Ya, benar.) Jika engkau dapat melihat kasih Tuhan, maka engkau akan mampu memahami sikap Tuhan terhadap manusia.

Ketika orang membaca firman Tuhan dan melihat Tuhan mengutuk manusia dalam firman-Nya, mereka memiliki gagasan dan merasakan pergumulan dalam batin mereka. Sebagai contoh, firman Tuhan berkata bahwa engkau tidak menerima kebenaran, sehingga Tuhan tidak menyukaimu atau menerimamu, bahwa engkau adalah pelaku kejahatan, antikristus, bahwa Dia merasa kesal hanya dengan melihatmu dan Dia tidak menginginkanmu. Orang membaca firman ini dan berpikir, "Firman ini ditujukan kepadaku. Tuhan telah memutuskan bahwa Dia tidak menginginkanku, dan karena Tuhan telah meninggalkanku, aku juga tidak mau lagi percaya kepada Tuhan." Ada orang-orang yang, ketika membaca firman Tuhan, sering memiliki gagasan dan kesalahpahaman karena Tuhan menyingkapkan keadaan manusia yang rusak dan mengatakan hal-hal tertentu yang menghukum manusia. Mereka menjadi negatif dan lemah, mengira firman Tuhan ditujukan kepada mereka, mengira Tuhan menganggap mereka sudah tidak ada harapan dan tidak akan menyelamatkan mereka. Mereka menjadi negatif sampai menangis dan tidak mau lagi mengikuti Tuhan. Ini sebenarnya adalah kesalahpahaman terhadap Tuhan. Jika engkau tidak memahami makna firman Tuhan, engkau tidak boleh berusaha menggambarkan Tuhan. Engkau tidak tahu orang macam apa yang Tuhan tinggalkan, atau dalam keadaan apa Dia menganggap orang tidak ada harapan, atau dalam keadaan apa Dia mengesampingkan orang; ada prinsip dan konteks untuk semua ini. Jika engkau tidak memiliki pemahaman penuh tentang hal-hal mendetail ini, engkau akan sangat mudah menjadi terlalu sensitif dan engkau akan membatasi dirimu berdasarkan satu firman dari Tuhan. Bukankah itu masalah? Ketika Tuhan menghakimi manusia, apa aspek utama dari mereka yang dikutuk-Nya? Yang Tuhan hakimi dan singkapkan adalah watak dan esensi manusia yang rusak, Dia mengutuk watak dan natur Iblis dalam diri mereka, Dia mengutuk berbagai perwujudan dan perilaku pemberontakan dan penentangan mereka terhadap Tuhan, Dia mengutuk mereka karena tak mampu tunduk kepada Tuhan, karena selalu menentang Tuhan, dan karena selalu memiliki motivasi dan tujuan mereka sendiri—tetapi kutukan semacam itu bukan berarti Tuhan telah meninggalkan orang yang memiliki watak Iblis dalam diri mereka. Jika hal ini tidak jelas bagimu, artinya engkau tidak memiliki kemampuan memahami, yang membuatmu agak seperti orang sakit jiwa, selalu curiga terhadap segala sesuatu dan salah memahami Tuhan. Orang-orang semacam itu tidak memiliki iman yang sejati, jadi bagaimana mereka bisa mengikuti Tuhan sampai akhir? Mendengar satu pernyataan yang mengutuk dari Tuhan, engkau berpikir bahwa, setelah dikutuk oleh Tuhan, orang telah ditinggalkan Tuhan, dan tidak lagi akan diselamatkan, dan karena hal ini engkau menjadi negatif, dan menganggap dirimu sudah tidak ada harapan. Ini artinya salah memahami Tuhan. Sebenarnya, Tuhan tidak meninggalkan manusia. Mereka telah salah memahami Tuhan dan mereka menganggap diri mereka sendiri tidak ada harapan. Tidak ada yang lebih mematikan daripada ketika orang menganggap dirinya sendiri tidak ada harapan, sebagaimana digenapi dalam firman dari Perjanjian Lama: "Orang bodoh mati karena kekurangan hikmat" (Amsal 10:21). Tidak ada perilaku yang lebih bodoh daripada ketika orang menganggap diri mereka sendiri tidak ada harapan. Terkadang engkau membaca firman Tuhan yang tampaknya menggambarkan orang; sebenarnya, firman Tuhan tidak menggambarkan siapa pun, tetapi merupakan ungkapan dari maksud dan pendapat Tuhan. Semua ini adalah perkataan kebenaran dan prinsip, semua ini tidak menggambarkan siapa pun. Firman yang diucapkan oleh Tuhan pada saat marah atau murka juga merepresentasikan watak Tuhan, firman ini adalah kebenaran dan, terlebih lagi, merupakan prinsip. Orang harus memahami hal ini. Tujuan Tuhan mengatakan hal ini adalah untuk membuat orang memahami kebenaran, dan memahami prinsip-prinsipnya; ini sama sekali tidak bertujuan untuk membatasi siapa pun. Ini tidak berkaitan dengan tempat tujuan akhir dan upah orang, apalagi berkaitan dengan hukuman akhir bagi manusia. Ini hanyalah firman yang diucapkan untuk menghakimi dan memangkas manusia, firman ini diucapkan sebagai akibat dari kemarahan terhadap manusia yang tidak hidup sesuai dengan harapan-Nya, dan firman ini diucapkan untuk menyadarkan manusia, untuk mengingatkan mereka, dan itu adalah firman dari hati Tuhan. Namun, ada orang-orang yang mundur dan meninggalkan Tuhan hanya karena satu pernyataan penghakiman dari Tuhan. Orang-orang semacam ini tidak tahu apa yang baik bagi diri mereka, mereka tidak bernalar, mereka sama sekali tidak menerima kebenaran. Ada orang-orang yang merasa lemah selama beberapa waktu dan kemudian kembali datang ke hadapan Tuhan, dan berpikir, "Ini tidak benar, aku harus terus mengikuti Tuhan dan melakukan apa yang Tuhan tuntut. Jika aku tidak mengikuti Tuhan atau tidak melaksanakan tugasku dengan baik, maka hidupku tidak akan ada artinya. Demi menjalani kehidupan yang bermakna, aku harus mengikuti Tuhan." Jadi, bagaimana mereka mengikuti Tuhan? Mereka harus mengalami pekerjaan Tuhan. Hanya mengatakan orang percaya kepada Tuhan, tetapi tidak mengalami pekerjaan Tuhan bukanlah mengikuti Tuhan. Sebelumnya, orang tidak loyal dalam melaksanakan tugas dan tidak mau menerima sedikit pemangkasan—inikah sikap yang seharusnya orang miliki ketika menerima pekerjaan Tuhan? Tidak menerima diri mereka dipangkas serta selalu mengeluh jika mengalami sedikit penderitaan—watak macam apa ini? Orang harus merenungkan diri mereka sendiri dan memahami apa yang Tuhan tuntut, dan mereka harus melakukan apa yang Tuhan tuntut. Jika Tuhan berkata engkau tidak cukup baik, artinya engkau tidak cukup baik, dan engkau tidak boleh menggunakan gagasan dan imajinasimu untuk membatasi segala sesuatu atau menentang Tuhan; engkau harus tunduk dan mengakui bahwa engkau tidak cukup baik. Bukankah setelah itu engkau memiliki jalan penerapan? Dapatkah orang tetap meninggalkan Tuhan jika mereka mampu menerapkan kebenaran dan tunduk kepada Tuhan? Tidak. Ada kalanya ketika engkau yakin Tuhan menganggapmu sudah tidak ada harapan—tetapi sebenarnya, Tuhan tidak menganggapmu sudah tidak ada harapan, Dia hanya menyampingkanmu agar engkau dapat merenungkan dirimu sendiri. Tuhan mungkin menganggapmu menjijikkan, dan tidak ingin mengindahkanmu, tetapi sebenarnya Dia tidak meninggalkanmu. Ada orang-orang yang berupaya melaksanakan tugas mereka di rumah Tuhan, tetapi karena esensi mereka dan berbagai hal yang diwujudkan dalam diri mereka, Tuhan melihat bahwa mereka tidak mencintai kebenaran dan sama sekali tidak menerima kebenaran, jadi Tuhan benar-benar meninggalkan mereka; mereka tidak benar-benar dipilih, tetapi hanya melakukan pelayanan selama beberapa waktu. Sedangkan bagi sebagian orang, Tuhan berupaya semaksimal mungkin untuk mendisiplinkan, menghajar, menghakimi, dan bahkan menghukum dan mengutuk, memperlakukan mereka dengan berbagai cara yang bertentangan dengan gagasan manusia. Ada orang-orang yang tidak memahami maksud Tuhan, dan merasa bahwa Tuhan mengganggu dan menyakiti mereka. Mereka merasa hidup tanpa martabat di hadapan Tuhan, mereka tidak ingin lagi menyakiti Tuhan sehingga mereka meninggalkan gereja. Mereka bahkan menganggap bahwa tindakan seperti ini beralasan, dan dengan demikian mereka berpaling dari Tuhan—tetapi sebenarnya, Tuhan tidak meninggalkan mereka. Orang-orang semacam ini tidak memahami maksud Tuhan. Mereka agak terlalu sensitif, sampai-sampai menganggap diri mereka tidak ada harapan untuk diselamatkan oleh Tuhan. Apakah mereka benar-benar memiliki hati nurani? Ada kalanya saat Tuhan menjauhi manusia dan ada kalanya saat Dia mengesampingkan mereka selama beberapa waktu sehingga mereka dapat merenungkan diri mereka sendiri, tetapi Tuhan sebenarnya tidak meninggalkan mereka; Dia memberi mereka kesempatan untuk bertobat. Tuhan hanya benar-benar meninggalkan orang-orang jahat yang melakukan banyak perbuatan jahat, pengikut yang bukan orang percaya, dan antikristus. Beberapa orang berkata, "Aku merasa tidak memiliki pekerjaan Roh Kudus dan aku sudah lama tidak mendapatkan pencerahan Roh Kudus. Apakah Tuhan telah meninggalkanku?" Ini adalah kesalahpahaman. Ada juga masalah watak di sini: orang-orang terlalu emosional, mereka selalu mengikuti nalar mereka sendiri, selalu keras kepala, dan tidak memiliki rasionalitas—bukankah ini masalah watak? Engkau berkata bahwa Tuhan telah meninggalkanmu, bahwa Dia tidak akan menyelamatkanmu, jadi, sudahkah Dia telah menetapkan kesudahanmu? Tuhan hanya mengucapkan beberapa kata bernada marah kepadamu. Bagaimana engkau bisa mengatakan bahwa Dia telah menganggapmu tidak ada harapan, bahwa Dia tidak lagi menginginkanmu? Ada saat-saat ketika engkau tidak dapat merasakan pekerjaan Roh Kudus, tetapi Tuhan tidak merampas hakmu untuk membaca firman-Nya, atau menentukan kesudahanmu, ataupun menutup jalanmu menuju keselamatan—jadi mengapa engkau begitu sedih? Engkau berada dalam keadaan yang buruk, ada masalah dengan motifmu, ada masalah dengan pemikiran dan sudut pandangmu, keadaan pikiranmu kacau—tetapi engkau tidak berusaha untuk memperbaiki hal-hal ini dengan mencari kebenaran, sebaliknya selalu salah paham dan mengeluh mengenai Tuhan, serta melemparkan tanggung jawab kepada Tuhan, dan bahkan berkata, "Tuhan tidak menginginkanku, jadi aku tidak lagi percaya kepada-Nya." Bukankah engkau sedang bersikap tidak rasional? Bukankah engkau sedang bersikap tidak masuk akal? Orang semacam ini terlalu emosional, sama sekali tidak berakal sehat, sama sekali tidak bernalar. Mereka adalah orang yang paling kecil kemungkinannya untuk menerima kebenaran dan akan merasa sangat sulit untuk memperoleh keselamatan.

Ingatlah perkataan ini: Petrus disempurnakan dengan dimurnikan ratusan kali. Dalam gagasan dan imajinasimu, dimurnikan ratusan kali berarti menjalani kehidupan yang spektakuler dengan kesukaran yang tak terhitung dalam mengikuti Tuhan, dan pada akhirnya disalib terbalik. Ini tidak benar; ini hanyalah gagasan manusia. Mengapa Kukatakan ini adalah gagasan manusia? Itu karena manusia tidak memahami apa yang dimaksud dengan ujian Tuhan dan bahwa setiap ujian diatur dan dilakukan oleh tangan Tuhan; orang tidak memahami hal "ratusan kali" ini, atau alasan Tuhan memurnikan Petrus ratusan kali, atau bagaimana "ratusan kali" ini tercapai, atau apa sumber penyebabnya. Orang tidak memahami hal-hal ini, dan malah selalu mengandalkan gagasan dan imajinasi mereka untuk memahami segala sesuatu, dan akibatnya mereka salah paham terhadap Tuhan. Orang tidak mampu memahami firman Tuhan tertentu yang belum mereka alami. Dalam kehidupan nyata, jika yang Tuhan lakukan dalam diri setiap orang adalah memberkati mereka, membimbing mereka, dan berfirman dengan tenang kepada mereka, maka ujian selamanya hanya akan menjadi kata-kata kosong bagi orang, dan tidak lebih dari sebuah perkataan, definisi, atau konsep. Namun, Tuhan sering kali melakukan pekerjaan ini dalam dirimu: sekarang membuatmu sakit, sekarang membuatmu menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan yang membuatmu menjadi putus asa dan lemah, sekarang membuatmu menghadapi situasi sulit yang sukar kauhadapi dan engkau tidak tahu apa hal yang benar yang harus dilakukan. Apa arti hal-hal ini bagimu? Mengenai semua hal yang tidak menyenangkan ini, semua penderitaan, kesulitan, atau kesukaran ini, dan bahkan pencobaan Iblis, jika engkau selalu dapat menganggapnya sebagai ujian yang diberikan Tuhan kepadamu, masing-masing adalah satu dari antara ratusan ujian, dan engkau dapat menerimanya dan mencari kebenaran di dalamnya, maka keadaanmu akan mengalami perubahan dan hubunganmu dengan Tuhan akan meningkat. Namun, jika saat menghadapi ujian, engkau menolaknya, terus-menerus berusaha bersembunyi darinya, menentangnya, dan melawannya, maka "ratusan ujian" ini selamanya hanya akan menjadi perkataan kosong bagimu yang tidak akan pernah digenapi. Sebagai contoh, seseorang bersikap buruk terhadapmu dan karena engkau tidak mengetahui alasannya, engkau merasa tidak senang. Jika engkau hidup dengan sifat pemarah dan dalam kedaginganmu, maka engkau pun memiliki alasan untuk bersikap buruk terhadapnya—gigi ganti gigi, mata ganti mata. Namun, jika engkau hidup di hadapan Tuhan dan ingin menerima dirimu disempurnakan dan diselamatkan oleh Tuhan, engkau harus menganggap semua ini sebagai ujian dari Tuhan dan menerimanya. Sebenarnya, ini adalah salah satu cara yang Tuhan gunakan untuk mengujimu. Setelah bersekutu dengan cara ini, apakah sekarang hatimu terasa lebih dibebaskan dan lebih lega? Jika engkau semua mampu melakukan penerapan berdasarkan firman ini, membandingkan perilaku dan pandanganmu dengan firman tersebut, ini akan sangat membantumu untuk tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan dalam kehidupanmu sehari-hari.

Apa sajakah aspek-aspek utama yang berkaitan dengan pembahasan hari ini mengenai gagasan orang tentang kepercayaan kepada Tuhan? Aspek pertama adalah perilaku lahiriah seseorang, yang bersikap munafik seperti orang Farisi, bersikap sangat sopan dan lembut; aspek lainnya adalah pangan, sandang, papan, dan transportasi; aspek lainnya adalah pemahaman orang tentang kepercayaan kepada Tuhan, menganggap bahwa dengan percaya kepada Tuhan, mereka harus diberkati dan diberi keuntungan. Apa pengalaman Ayub mengenai aspek ini? Ketika ujian menimpa Ayub, dia mampu menyakini bahwa ujian tersebut berasal dari Tuhan, bahwa dia tidak melakukan kesalahan apa pun dan bahwa ini bukanlah hukuman dari Tuhan, melainkan Tuhan yang sedang mengujinya dan Iblis yang sedang mencobainya. Itulah yang dia pahami. Dan bagaimana teman-teman Ayub memahaminya? Mereka meyakini bahwa bencana ini pasti menimpa Ayub karena dia telah melakukan kesalahan dan menyinggung Tuhan. Mereka bisa berpikir seperti ini menunjukkan bahwa mereka memiliki gagasan tentang kepercayaan kepada Tuhan. Mengapa pemahaman Ayub berbeda dengan pemahaman orang lain? Itu karena Ayub telah melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi, sehingga dia tidak memiliki gagasan apa pun tentang hal itu. Saat Tuhan melakukan pekerjaan-Nya di dalam diri Ayub, Ayub memperoleh pengalaman dan mulai memahami pekerjaan Tuhan, dan gagasan serta pemikiran manusia ini tidak lagi ditemukan dalam diri Ayub. Jadi, ketika tangan Tuhan menimpa Ayub, apakah dia salah paham? (Tidak.) Dia tidak salah paham sehingga dia tidak mengeluh; dia tidak salah paham sehingga dia tidak memberontak; dia tidak salah paham, sehingga dia mampu benar-benar tunduk. Bukankah benar demikian? (Ya.) Mengapa benar demikian? Jika orang berkata "Amin" di dalam hati terhadap firman Tuhan, menganggap firman Tuhan sebagai kenyataan dari hal-hal yang positif, sebagai hal yang benar, sebagai standar, sebagai yang tertinggi, dan sebagai prinsip yang harus dia terapkan, dia akan tunduk dan tidak salah paham. Ketika orang salah memahami firman yang Tuhan ucapkan atau perbuatan yang Tuhan lakukan, wujudnya selalu ada—apa wujudnya? (Mereka enggan menerimanya.) Dan apa yang ada di balik keengganan mereka untuk menerima firman dan perbuatan Tuhan? Di balik keengganan mereka, mereka memiliki gagasan sendiri, dan gagasan tersebut berlawanan dan bertentangan dengan firman Tuhan, dan kemudian manusia salah paham dan memiliki gagasan tentang Tuhan, beranggapan bahwa apa yang Tuhan firmankan belum tentu benar. Terkadang, meskipun orang-orang tampak menerimanya, tetap saja itu hanya kepura-puraan dan mereka tidak benar-benar menerimanya. Dengan mencari kebenaran, orang harus berpikir sepenuhnya sesuai dengan firman dan tuntutan Tuhan, dan sepakat dengan firman Tuhan di dalam hatinya, baru setelah itulah dia dapat menjadi sesuai dengan Tuhan. Jika engkau tidak menerima hal-hal ini di dalam hatimu, dan engkau salah paham, bahkan menolak serta menentangnya, ini menunjukkan bahwa ada sesuatu di dalam dirimu. Jika engkau dapat menganalisis hal ini di dalam dirimu dan mencari kebenaran, maka gagasanmu dapat diluruskan; jika pemahamanmu menyimpang, jika engkau tidak memiliki pemahaman rohani, atau engkau tidak memiliki kemampuan untuk memahami, engkau bahkan tidak mampu membandingkan gagasanmu dengan firman Tuhan, tidak mampu memahami dan menganalisisnya, dan engkau tidak sadar ketika gagasan muncul dalam dirimu, maka gagasanmu tidak akan diluruskan. Ada orang-orang yang tahu betul bahwa mereka memiliki gagasan tentang Tuhan di dalam hati mereka, tetapi mereka tetap berkata bahwa mereka tidak memiliki gagasan, takut bahwa jika mereka mengakuinya, mereka akan kehilangan muka dan dipandang rendah. Jika seseorang bertanya kepada mereka, "Jika engkau tidak salah paham terhadap Tuhan, mengapa engkau tidak mampu tunduk kepada-Nya?" lalu mereka menjawab, "Aku tidak tahu bagaimana cara menerapkannya." Perwujudan macam apa ini? Jika engkau tidak memiliki pemahaman rohani, jika engkau tidak mampu mengenali, dan tidak tahu caranya merenungkan dirimu sendiri ketika engkau memiliki masalah, engkau tidak akan mampu meluruskan gagasan atau kesalahpahamanmu tentang Tuhan. Ketika sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan gagasanmu terjadi, engkau merasa sangat tenang, dan engkau tidak terlihat memiliki masalah apa pun. Namun, saat sesuatu yang menyentuh gagasanmu terjadi, perasaan bertentangan dengan Tuhan muncul dalam dirimu. Bagaimana pertentangan ini terlihat? Terkadang engkau mungkin merasa kesal, dan seiring berjalannya waktu, jika perasaan ini tidak diatasi, kesalahpahamanmu tentang Tuhan menjadi jauh lebih berakar dan watak rusakmu membesar, dan engkau akan mulai melampiaskan gagasanmu dan menghakimi Tuhan. Saat engkau menghakimi Tuhan, maka itu bukan lagi masalah pemikiran atau perilaku, melainkan penyingkapan watak Iblis. Jika seseorang menunjukkan sedikit pertentangan atau perilaku tidak tunduk hanya karena ketidaktahuan, maka Tuhan tidak mengutuk hal ini; jika seseorang secara langsung bertentangan dengan Tuhan dari wataknya dan dengan sengaja bertentangan dengan-Nya, ini akan menimbulkan masalah bagi mereka, dan itu berarti mereka sedang menentang Tuhan. Jika seseorang dengan sengaja menentang Tuhan, ini adalah pelanggaran terhadap watak Tuhan. Oleh karena itu, ketika orang memiliki gagasan, mereka harus meluruskannya; hanya jika mereka telah meluruskan gagasan mereka, barulah mereka dapat meluruskan kesalahpahaman antara diri mereka sendiri dan Tuhan; dan hanya ketika kesalahpahaman antara mereka dan Tuhan diluruskan, barulah mereka dapat benar-benar tunduk kepada Tuhan. Ada orang-orang yang berkata, "Aku tidak memiliki gagasan, dan kesalahpahaman antara diriku dan Tuhan telah diluruskan. Aku tidak lagi memikirkan apa pun." Apakah ini sudah cukup? Tujuan meluruskan gagasan bukan hanya untuk meluruskan gagasan, melainkan untuk melakukan penerapan sesuai dengan tuntutan dan kebenaran Tuhan, untuk mencapai ketundukan kepada Tuhan dan memuaskan Tuhan. Ada orang-orang yang berkata, "Selama aku tidak memiliki kesalahpahaman tentang Tuhan, itu sudah cukup, segalanya akan baik-baik saja, dan aku akan aman." Ini bukan sungguh-sungguh menerapkan kebenaran, dan ini juga bukan ketundukan yang sejati—masalahnya masih belum diselesaikan. Jika masalahnya benar-benar diselesaikan, maka orang bukan saja tidak akan memiliki kesalahpahaman tentang Tuhan, tetapi mereka juga akan mengetahui apa yang Tuhan tuntut dan apa maksud-Nya atas hal-hal yang terjadi pada mereka. Mereka tidak hanya mampu menganalisis gagasan mereka sendiri, tetapi juga mampu membantu orang-orang yang memiliki gagasan untuk belajar bagaimana mencari kebenaran, mampu menerapkan kebenaran dan memenuhi tuntutan Tuhan. Dengan demikian, bukankah mereka akan sesuai dengan maksud Tuhan? Tujuan akhir meluruskan gagasan adalah untuk memahami maksud Tuhan dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Inilah kuncinya. Engkau berkata bahwa engkau belum membentuk kesalahpahaman apa pun tentang Tuhan, jadi apakah engkau memahami kebenaran? Jika engkau tidak memahami kebenaran, meskipun engkau tidak memiliki gagasan atau kesalahpahaman tentang Tuhan, engkau tetap bukan orang yang tunduk kepada Tuhan. Tidak memiliki kesalahpahaman bukan berarti engkau memahami Tuhan, terlebih lagi, itu bukan berarti engkau mampu tunduk kepada-Nya. Orang tidak memiliki gagasan atau kesalahpahaman tentang Tuhan ketika semuanya baik-baik saja, tetapi ini bukan berarti bahwa mereka sama sekali tidak memiliki gagasan atau kesalahpahaman tentang Tuhan. Ketika sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan pribadi mereka terjadi pada mereka, gagasan mereka dengan sendirinya muncul dan mereka akan memiliki kesalahpahaman tentang Tuhan dan bahkan mengeluh. Dapatkah manusia tunduk kepada Tuhan ketika mereka menganggap kepentingan pribadi mereka begitu penting? Mengapa ketika sesuatu yang memengaruhi kepentingan pribadi seseorang terjadi, gagasan dan kesalahpahaman mereka muncul dan mereka memberontak serta menentang Tuhan? Demikian pula halnya dengan orang-orang yang memiliki natur Iblis dan watak Iblis. Ketika sesuatu yang memengaruhi kepentingan pribadinya terjadi, mereka tidak lagi mampu tunduk kepada Tuhan, dan mereka juga tidak mampu tunduk kepada Tuhan ketika sesuatu yang bertentangan dengan gagasan dan imajinasi mereka sendiri terjadi. Gagasan dan kesalahpahaman manusia tentang Tuhan muncul bersama dengan situasi mereka. Jika mereka tidak mampu mencari dan menerima kebenaran, gagasan mereka tidak akan pernah diluruskan dan hubungan mereka dengan Tuhan tidak akan pernah kembali normal. Mereka yang memiliki gagasan tetapi tidak mencari kebenaran untuk meluruskannya tidak akan diselamatkan oleh Tuhan, seberapapun lamanya mereka sudah percaya kepada-Nya.

Penyelamatan Tuhan terhadap manusia bukan sekadar kata-kata kosong. Dia mengungkapkan semua kebenaran ini untuk membahas berbagai hal dari manusia yang rusak yang bertentangan dengan kebenaran—gagasan, imajinasi, pengetahuan, falsafah, budaya tradisional mereka, dll. Dengan menganalisis hal-hal ini, Dia memungkinkan manusia untuk memahami apa yang termasuk hal-hal positif, apa yang termasuk hal-hal negatif, mana hal-hal yang berasal dari Tuhan, mana hal-hal yang berasal dari Iblis, apa yang dimaksud dengan kebenaran, dan apa yang dimaksud dengan falsafah dan logika Iblis. Ketika orang mampu melihat yang sebenarnya mengenai hal-hal ini, mereka akan secara alami memilih untuk mengejar jalan hidup yang benar, dan mereka akan mampu menerapkan kebenaran, melakukan apa yang Tuhan tuntut, dan mengenali hal-hal yang negatif. Inilah yang Tuhan tuntut dari manusia, dan ini juga merupakan standar yang Dia gunakan untuk menyempurnakan dan menyelamatkan manusia. Ada orang-orang yang berkata, "Tuhan menelaah gagasan manusia, tetapi aku tidak memiliki gagasan. Orang yang memiliki gagasan biasanya adalah orang yang licik, atau para ahli teologi dan orang-orang Farisi. Aku tidak seperti itu." Apa masalah dari orang yang bisa mengatakan hal seperti itu? Mereka tidak mengenal diri mereka sendiri. Seperti apa pun kebenaran dipersekutukan, mereka tidak menerapkannya pada diri mereka sendiri, menganggap bahwa mereka tidak seperti itu. Ini adalah kebodohan, dan mereka tidak memiliki pemahaman rohani. Dapatkah engkau semua berpikir dengan cara seperti ini? Sekarang ini, kebanyakan orang tidak berpikir seperti itu. Ketika orang telah makan dan minum banyak firman Tuhan dan mampu memahami beberapa kebenaran, dia kemudian dapat melihat dengan jelas bahwa semua orang memiliki gagasan dan imajinasi serta semua orang memiliki watak yang rusak. Tidak ada yang memalukan dalam menganalisis hal-hal ini. Selain itu, setelah menganalisisnya, mereka yakin bahwa ini akan membantu orang lain memiliki kearifan, dan mereka sendiri akan bertumbuh, serta mampu memahami kebenaran dengan lebih cepat. Oleh sebab itu, mereka semua mampu menganalisis diri mereka sendiri secara terbuka. Apa tujuannya menganalisis gagasan? Tujuannya adalah untuk mengesampingkan gagasan-gagasan ini, untuk membereskan kesalahpahaman antara manusia dan Tuhan, dan kemudian memungkinkan manusia untuk berfokus pada apa yang Tuhan tuntut dari manusia, untuk mengetahui cara masuk ke jalan keselamatan, dan untuk mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menerapkan kebenaran. Dengan sering melakukan penerapan seperti ini, pada akhirnya hasil yang diinginkan akan tercapai: salah satu aspeknya, orang akan memahami maksud Tuhan dan mampu tunduk kepada Tuhan, sedangkan aspek lainnya, mereka akan memiliki kekebalan untuk menolak dan menentang banyak hal-hal negatif, seperti gagasan dan imajinasi jahat, dan hal-hal yang muncul dari pengetahuan. Ketika berhadapan dengan seorang cendekiawan agama, ahli teologi, atau pendeta atau penatua agama, engkau dapat mengetahui diri mereka yang sebenarnya dengan berbicara dengan mereka, dan mampu menggunakan kebenaran untuk membantah banyak sekali gagasan, imajinasi, ajaran sesat, dan kekeliruan mereka. Ini memperlihatkan bahwa engkau mampu mengenali hal-hal negatif, bahwa engkau telah memahami beberapa kebenaran, bahwa engkau memiliki tingkat pertumbuhan tertentu, sehingga tidak terintimidasi ketika berhadapan dengan para pemimpin dan tokoh agama tersebut. Pengetahuan, pembelajaran, dan falsafah yang mereka bicarakan—bahkan semua ideologi dan teori mereka—tidak dapat dipertahankan, karena engkau telah memahami firman dan doktrin, gagasan dan imajinasi, agama, dan hal-hal tersebut tidak lagi dapat menyesatkanmu. Namun, engkau semua belum sampai di tahap itu. Ketika engkau bertemu dengan para penipu agama dan orang-orang Farisi ini, atau siapa pun yang memiliki sedikit status, engkau terintimidasi; engkau tahu bahwa perkataan mereka salah, bahwa itu mengandung gagasan dan imajinasi, muncul dari pengetahuan, tetapi engkau semua tidak tahu bagaimana cara menolaknya, engkau tidak tahu dari mana harus mulai menelaahnya, atau firman mana yang harus digunakan untuk menyingkapkan orang-orang ini. Bukankah ini menunjukkan bahwa engkau masih belum memahami kebenaran? (Ya.) Jadi, engkau semua harus memperlengkapi dirimu dengan kebenaran dan, setelah engkau memahami kebenaran, barulah engkau mampu menganalisis dirimu sendiri dan engkau akan mengetahui cara membedakan orang. Ketika engkau telah memahami kebenaran, engkau akan mampu melihat orang lain dengan jelas, tetapi jika engkau tidak memahami kebenaran, engkau tidak akan pernah mampu melihat mereka dengan jelas. Untuk mengetahui yang sebenarnya mengenai orang dan hal-hal, engkau harus memahami kebenaran. Tanpa kebenaran sebagai landasanmu, sebagai hidupmu, engkau tidak akan mampu memahami apa pun secara mendalam.

Ketika orang telah meluruskan berbagai gagasan dan imajinasi, mereka memiliki pemahaman dan pengalaman tentang firman Tuhan, dan pada saat yang sama, mereka juga telah masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan. Dalam proses masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, berbagai gagasan dan imajinasi yang muncul dalam diri orang diluruskan satu demi satu, dan ada perubahan dalam pemahaman orang tentang pekerjaan Tuhan, esensi Tuhan, dan berbagai sikap Tuhan terhadap manusia. Bagaimana perubahan ini terjadi? Perubahan ini terjadi ketika orang mengesampingkan berbagai gagasan mereka dan imajinasi manusia, ketika mereka mengesampingkan berbagai gagasan dan perspektif yang berasal dari pengetahuan, falsafah, budaya tradisional atau dunia, dan sebaliknya, menerima berbagai sudut pandang yang berasal dari Tuhan dan yang terhubung dengan kebenaran. Ketika orang menerima firman Tuhan sebagai kehidupan mereka, mereka juga masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, dan mampu memandang dan memikirkan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan kebenaran, dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan kebenaran. Setelah orang meluruskan berbagai gagasan dan kesalahpahaman mereka tentang Tuhan, barulah mereka dapat segera meningkatkan hubungan mereka dengan Tuhan dan sekaligus membuka jalan menuju jalan masuk kehidupan. Ketika orang mencapai perubahan seperti itu, hubungan seperti apa yang terjadi antara mereka dengan Tuhan? Itu menjadi hubungan antara makhluk ciptaan dan Pencipta. Dalam hubungan pada taraf ini, tidak ada persaingan, tidak ada ujian, dan sangat sedikit pemberontakan; orang lebih tunduk kepada Tuhan, lebih memahami, lebih banyak beribadah, lebih setia, lebih jujur terhadap Tuhan, dan mereka benar-benar takut akan Tuhan. Inilah perubahan yang terjadi pada kehidupan orang-orang ketika mereka telah meluruskan gagasan mereka. Jika engkau mampu mencapai perubahan seperti ini, apakah engkau bersedia meluruskan gagasanmu? (Ya.) Namun, meluruskan gagasan orang adalah proses yang sangat menyakitkan. Orang harus menyangkal dirinya sendiri, mereka harus mengesampingkan gagasan-gagasan mereka, mengesampingkan hal-hal yang mereka yakini benar, mengesampingkan hal-hal yang terus-menerus mereka cari, mengesampingkan hal-hal yang mereka yakini benar dan yang mereka kejar serta dambakan sepanjang hidup mereka. Artinya, orang harus memberontak terhadap dirinya sendiri, harus mengesampingkan pengetahuan, falsafah—bahkan cara hidup mereka—yang dipelajari dari dunia Iblis, dan menggantikannya dengan cara hidup yang lain, yang landasan dan sumbernya adalah kebenaran. Karena itu, orang harus menanggung penderitaan yang sangat besar. Penderitaan tersebut mungkin bukan berupa penyakit fisik atau kesukaran dan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi itu dapat berasal dari perubahan dalam segala jenis pandangan terhadap berbagai hal dan terhadap manusia di dalam hatimu, atau itu mungkin bahkan berasal dari perubahan dalam berbagai aspek pemahaman yang kaumiliki tentang Tuhan, yang menjungkirbalikkan pemahaman dan pandanganmu tentang dunia, kehidupan manusia, umat manusia, dan bahkan Tuhan.

Kita baru saja mempersekutukan gagasan orang tentang kepercayaan kepada Tuhan dan memberikan beberapa contoh agar engkau dapat memiliki konsep dasar tentang aspek kebenaran ini. Setelah itu, engkau semua dapat merenungkannya lagi dan mempersekutukannya bersama-sama, menarik kesimpulan, dan secara bertahap merenungkan, memahami, dan menelaah berbagai gagasan tentang kepercayaan kepada Tuhan, sebelum kemudian meluruskannya selangkah demi selangkah. Singkatnya, orang memiliki banyak imajinasi dan gagasan tentang kepercayaan kepada Tuhan. Sebagai contoh, baik dalam kehidupan orang, pernikahan, keluarga, atau pekerjaan, pada saat sejumlah kesulitan muncul, orang memiliki gagasan tentang Tuhan dan kemudian mereka mengeluh dan mengkritik-Nya, selalu berpikir dalam hati mereka, "Mengapa Tuhan tidak melindungi atau memberkatiku?" Sebagaimana yang selalu dikatakan oleh orang-orang tidak percaya, "Surga tidak adil" dan "Surga itu buta"; tetapi hal-hal ini tidak terjadi secara kebetulan. Ketika kehidupan terasa nyaman dan bahagia, orang tidak pernah mengucapkan sepatah kata syukur pun kepada Tuhan dan bahkan dapat menyangkal Tuhan dan meragukan keberadaan-Nya. Namun, ketika bencana melanda, mereka meminta Tuhan bertanggung jawab atas bencana tersebut, dan mereka mulai menghakimi dan menghujat Tuhan. Ada orang-orang yang bahkan beranggapan bahwa mereka tidak perlu lagi mempelajari apa pun atau bekerja setelah mereka percaya kepada Tuhan, bahwa Tuhan akan mempersiapkan segalanya bagi mereka ketika saatnya tiba, dan jika mereka mengalami kesulitan, mereka dapat berdoa kepada Tuhan dan memercayakan masalah tersebut kepada-Nya, dan Dia akan menyelesaikannya untuk mereka. Mereka yakin jika mereka sakit, Tuhan akan menyembuhkan mereka, jika bencana menimpa, Tuhan akan melindungi mereka, bahwa ketika hari Tuhan tiba, mereka semua akan berubah wujud, dan bahwa jika Tuhan melakukan tanda-tanda dan mukjizat, semuanya akan baik-baik saja. Ini adalah imajinasi dan gagasan yang orang-orang miliki. Mengenai pengetahuan profesional yang berkaitan dengan tugas yang seharusnya orang pelajari, orang harus mempelajarinya sesuai dengan apa yang dibutuhkan untuk tugas mereka; ini disebut pragmatisme dan pengabdian orang dalam melaksanakan tugas dengan benar, dan orang tidak boleh hanya berkhayal dan mengandalkan imajinasinya. Apa yang Tuhan tuntut untuk orang lakukan adalah apa yang harus orang lakukan, itulah tugas yang harus orang laksanakan. Hal ini sama sekali tidak dapat diubah dan harus diperlakukan dengan teliti—ini sesuai dengan kebenaran dan merupakan perspektif yang harus orang miliki terhadap tugas mereka. Ini bukanlah gagasan, ini adalah kebenaran dan itulah yang Tuhan tuntut. Ada kalanya ketika hal-hal yang Tuhan lakukan bertentangan dengan imajinasi manusia. Jika orang mampu mengesampingkan gagasan mereka, mencari maksud Tuhan dan mencari prinsip-prinsip kebenaran, mereka akan mampu melewati hal-hal tersebut. Jika engkau keras kepala dan bersikeras berpaut pada gagasanmu, itu sama saja dengan tidak menerima kebenaran, tidak menerima hal-hal yang benar, dan tidak menerima tuntutan Tuhan. Jika engkau tidak menerima kebenaran atau hal-hal yang benar, bukankah dapat dikatakan bahwa engkau bertentangan dengan Tuhan? Kebenaran dan hal-hal yang positif berasal dari Tuhan. Jika engkau tidak menerimanya dan malah berpaut pada gagasanmu, jelaslah bahwa engkau menentang kebenaran. Kita akan mengakhiri persekutuan kita mengenai gagasan orang tentang kepercayaan kepada Tuhan di sini. Engkau semua tinggal menerapkannya pada dirimu sendiri berdasarkan prinsip-prinsip ini dan firman yang hari ini telah kita persekutukan di sini. Gagasan tentang kepercayaan orang kepada Tuhan merupakan gagasan yang paling umum dan paling mendasar dari ketiga jenis gagasan. Kebenaran yang berkaitan dengan gagasan-gagasan ini sebenarnya tidak begitu mendalam, jadi gagasan-gagasan ini seharusnya mudah untuk diluruskan.

Sekarang, kita akan mempersekutukan gagasan orang tentang inkarnasi; orang juga memiliki banyak gagasan tentang inkarnasi. Bukankah orang memiliki banyak imajinasi ketika mereka belum pernah melihat Tuhan yang berinkarnasi? Sebagai contoh, mereka beranggapan bahwa Tuhan yang berinkarnasi tersebut harus memahami segala sesuatu dan melihat segala sesuatu dengan jelas. Singkatnya, mereka menganggap bahwa daging inkarnasi Tuhan seharusnya sangat sempurna, bahwa Dia terlalu baik untuk orang-orang seperti mereka dan tidak dapat didekati. Ketika orang belum pernah bertemu dengan Tuhan, imajinasi yang orang miliki ini adalah gagasan, dan imajinasi tersebut muncul berdasarkan penilaian tertentu, atau berdasarkan pengetahuan, kepercayaan beragama, dan didikan budaya tradisional yang orang miliki. Setelah mereka bertemu dengan Tuhan, orang kemudian memiliki gagasan baru, "Jadi, seperti inilah rupa Kristus. Beginilah cara Dia berbicara dan seperti inilah kepribadian-Nya. Bagaimana Dia bisa berbeda dari apa yang kupikirkan? Tuhanku tidak seharusnya seperti ini." Sebenarnya, orang tidak tahu dan tidak mampu menjelaskan seperti apa seharusnya Tuhan itu. Sementara manusia terus-menerus memiliki gagasan-gagasan ini, mereka juga terus-menerus menyangkal dan memangkas diri mereka sendiri, menganggap bahwa memiliki gagasan dan imajinasi itu salah, bahwa hal-hal yang Tuhan lakukan adalah benar, tetapi mereka tetap tidak mampu memahaminya. Gagasan mereka terus-menerus muncul dan ada pertentangan di dalam hati mereka, ketika mereka berpikir, "Apa yang Tuhan lakukan itu benar; aku seharusnya tidak menyimpan gagasan apa pun." Namun, mereka tidak mampu mengesampingkan gagasan mereka sepenuhnya dan masih belum diyakinkan, sehingga tidak ada kedamaian di dalam hati mereka. Mereka berpikir, "Apakah Dia manusia, atau Tuhan? Jika Dia adalah Tuhan, Dia tidak terlihat seperti Tuhan, dan jika Dia adalah manusia, tidak mungkin bagi Dia untuk mengungkapkan begitu banyak kebenaran." Mereka terjebak di sini. Mereka ingin mencari orang lain untuk diajak bersekutu, tetapi merasa sulit untuk membahasnya, takut ditertawakan atau orang lain akan mengatakan bahwa mereka sangat bodoh, tidak beriman, atau pemahaman mereka menyimpang, jadi yang dapat mereka lakukan hanyalah menekan perasaan mereka. Bagaimanapun juga, entah seseorang telah melihat Tuhan atau belum, selama gagasan dan kesalahpahaman tentang Tuhan ada di dalam hatinya, maka akan ada masalah dengan pemahaman mereka. Tuhan mengungkapkan begitu banyak kebenaran dan mempersekutukan masalah ini dengan sangat jelas dan gamblang sehingga manusia dapat diyakinkan dalam hati dan dengan perkataan. Ketika orang masih memiliki gagasan dan kesalahpahaman dalam situasi seperti ini, maka ini bukan lagi masalah yang sederhana. Ada orang-orang yang memiliki gagasan karena mereka tidak memiliki pemahaman rohani; ada orang-orang yang memiliki gagasan karena pemahaman mereka yang menyimpang; dan ada orang-orang yang memiliki gagasan karena mereka tidak mencintai kebenaran dan tidak memahami kebenaran sama sekali. Apa pun masalahnya, selama kepercayaan dan pemikiran orang tidak sesuai dengan firman Tuhan, pekerjaan Tuhan, dan esensi Tuhan, serta hal-hal tersebut menghalangi orang agar tidak percaya kepada Tuhan, mengenal Tuhan, dan tunduk pada pekerjaan Tuhan, atau hal-hal tersebut menyebabkan orang memiliki pemikiran dan perspektif yang mempertanyakan, salah paham, menyangkal, dan menentang Tuhan, maka semua ini adalah gagasan, dan semuanya bertentangan dengan kebenaran.

Selanjutnya, Aku akan menggunakan beberapa contoh nyata untuk bersekutu denganmu. Mungkin banyak dari antaramu yang pernah mendengar kisah tentang-Ku. Ketika engkau pertama kali mulai percaya kepada Tuhan atau ketika engkau mendapati dirimu berada dalam situasi tertentu, seseorang mungkin pernah menceritakan kepadamu beberapa kisah yang membuat hatimu dipenuhi emosi atau membuatmu menangis. Sebagai contoh, seseorang berkata bahwa, pada suatu tahun di Tahun Baru, semua orang pulang ke rumah untuk menghabiskan waktu Tahun Baru di sana, sementara Kristus berjalan di jalan sendirian, menghadapi angin dan salju, tanpa rumah untuk dituju. Setelah mendengar kisah ini, ada orang-orang yang menjadi sangat terharu dan berkata, "Sungguh sulit bagi Tuhan untuk datang dan hidup di dunia! Manusia sangat rusak dan mereka semua menolak Tuhan, itulah sebabnya Tuhan menderita seperti ini. Tampaknya yang Tuhan katakan benar, bahwa 'Serigala punya lubang, dan burung di udara punya sarang; tetapi Anak Manusia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya.' Firman ini telah menjadi kenyataan. Tuhan sungguh luar biasa!" Mereka meyakini bahwa kebesaran Tuhan telah muncul dari kisah ini, dan inilah kesimpulan yang mereka ambil dari kisah ini. Saat engkau meneteskan air mata setelah mendengarkan kisah ini, pernahkah engkau bertanya-tanya mengapa orang ingin mendengarkan kisah-kisah seperti ini? Mengapa mereka terharu oleh kisah-kisah seperti itu? Orang memiliki suatu gagasan tentang daging Tuhan, mereka memiliki semacam tuntutan terhadap daging-Nya, dan mereka memiliki suatu standar untuk menilai daging-Nya. Gagasan apa? Gagasan ini adalah bahwa jika Tuhan datang dalam daging inkarnasi, maka Dia harus menderita. Tuhan berfirman, "Serigala punya lubang, dan burung di udara punya sarang; tetapi Anak Manusia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Jika firman ini tidak menjadi kenyataan, jika kondisi kehidupan Anak Manusia tidak seperti ini, dan Dia bukan menderita dengan cara seperti ini, melainkan menikmati kebahagiaan, maka orang-orang tidak akan mengagumi-Nya dan tidak akan merasa termotivasi, dan kemudian mereka tidak akan mau melaksanakan tugas mereka dan tidak mau menderita sedikit pun. Orang beranggapan bahwa Tuhan harus menderita, dan hanya melalui penderitaanlah Dia dapat menjadi teladan dan contoh bagi manusia. Mereka beranggapan bahwa ketika Tuhan datang kedunia, Dia tidak dapat menikmati kekayaan yang besar dan kedudukan yang tinggi—hal-hal itu adalah milik dunia. Tuhan datang ke dunia khususnya untuk menderita, dan hanya setelah Dia menderita, barulah Dia dapat membuat umat manusia terdiam, dan merasa terharu oleh penderitaan-Nya serta mengagumi-Nya, baru kemudian mengikuti-Nya. Orang-orang memiliki gagasan seperti ini tentang Tuhan, itulah sebabnya mereka memahami kisah-kisah seperti ini dan menganggapnya mudah diterima. Jadi, apakah engkau semua ingin tahu apakah kisah ini benar atau tidak? Apakah engkau semua berharap kisah itu benar, atau tidak? Apakah engkau merasa pertanyaan ini sulit untuk dijawab? Seandainya kisah ini benar, maka orang-orang akan menganggapnya sesuai dengan gagasan mereka sendiri; seandainya kisah ini tidak benar, akankah hal itu menghancurkan teladan kepahlawanan di dalam lubuk hatimu yang terdalam? Akankah ini memengaruhi dirimu? Akankah ini menjadi pukulan bagimu? Sebenarnya tidaklah penting apakah kisah ini benar atau tidak. Apa yang penting? Menganalisis gagasan orang. Semua orang memiliki gagasan dan standar yang digunakan untuk menilai Tuhan yang berinkarnasi, kehidupan-Nya, lingkungan hidup-Nya, kualitas hidup-Nya, pangan, sandang, papan, serta transportasi-Nya. Gagasan yang mereka miliki ini adalah, sekarang setelah Tuhan datang, Dia harus menderita. Selain itu, di dalam hati manusia, Kristus tentu saja harus berpengaruh dan layak disembah, dikagumi, dan dipuja. Dia harus mampu membaca dengan sangat cepat dan tidak pernah melupakan apa pun yang pernah Dia lihat, Dia harus memiliki kemampuan luar biasa yang berada di luar jangkauan manusia normal, dan Dia bahkan harus mampu melakukan tanda-tanda dan mukjizat, yang kemudian menjadikan Dia layak untuk diikuti dan layak menyandang gelar "Tuhan Yang Mahakuasa". Jika gagasan dan imajinasi manusia digenapi dalam kehidupan nyata, mereka akan sangat bersemangat dan percaya diri pada keyakinan mereka. Jika hal-hal yang benar-benar terjadi bertentangan dengan gagasan dan imajinasi mereka, seperti melihat Kristus tetap diburu oleh penguasa, orang-orang kemudian berpikir, "Tuhan masih mengalami penderitaan karena diburu—ini bukanlah pahlawan dan Juruselamat yang kubayangkan!" Kemudian mereka menganggap bahwa Tuhan tidak layak untuk dipercayai. Bukankah ini disebabkan oleh gagasan mereka? Bagaimana gagasan-gagasan ini muncul? Salah satu aspeknya, gagasan tersebut muncul dari imajinasi orang, sementara aspek lainnya, orang dipengaruhi oleh gambaran dari orang-orang terkenal dan hebat yang menyebabkan mereka memiliki definisi keliru tentang Tuhan. Orang-orang beranggapan bahwa kehidupan orang-orang terkenal dan hebat itu sederhana, sehingga bagi mereka, sebuah sikat gigi bisa bertahan selama 20 hingga 30 tahun, dan sepotong pakaian bisa diperbaiki dan bahkan dikenakan seumur hidup. Ada tokoh-tokoh besar dan terkenal yang makan tanpa menyisakan apa pun, bahkan menjilat mangkuk mereka hingga bersih setelah selesai makan, dan mengambil serta memakan setiap sisa makanan yang jatuh, sehingga orang-orang memiliki kesan yang luar biasa terhadap tokoh-tokoh besar ini di dalam hati mereka, dan mereka menggunakan kesan-kesan seperti itu untuk menilai Tuhan yang berinkarnasi. Jika Tuhan yang berinkarnasi tidak sesuai dengan kesan mereka, mereka akan membentuk beberapa gagasan, tetapi jika Tuhan yang berinkarnasi sama persis dengan kesan mereka, mereka tidak membentuk gagasan. Apakah membandingkan Kristus dengan hal-hal ini sesuai dengan kebenaran? Apakah hal-hal yang dilakukan tokoh-tokoh besar dan terkenal tersebut sesuai dengan kebenaran? Apakah esensi natur mereka adalah esensi natur orang-orang kudus? Sebenarnya, tokoh-tokoh besar dan terkenal ini semuanya adalah setan dan raja-raja setan, dan tak ada seorang pun dari mereka yang memiliki esensi kemanusiaan yang normal. Meskipun mereka tampaknya mendapatkan beberapa keuntungan ketika menggunakan gagasan manusia untuk menilainya, dalam hal esensi natur dan tindakan mereka, mereka semua pada dasarnya adalah para setan dan Iblis. Dengan membandingkan gambaran para setan dan Iblis dengan Tuhan yang berinkarnasi, bukankah ini merupakan penghujatan terhadap Tuhan? Para Iblis dan setan-setan selalu mampu menyamarkan diri mereka dengan baik. Segala sesuatu yang mereka katakan dan lakukan di luar sesuai dengan gagasan dan imajinasi manusia, dan mereka hanya mengatakan hal-hal yang terdengar menyenangkan. Namun, apa yang mereka rencanakan di dalam hati dan apa yang mereka lakukan di balik layar semuanya adalah hal-hal jahat yang memalukan, dan jika tak ada seorang pun yang menyingkapkan mereka, tak ada seorang pun yang dapat memahaminya. Segala sesuatu yang diucapkan oleh Iblis dan raja-raja setan adalah munafik dan menyesatkan, dan orang-orang yang memahami kebenaran akan mampu melihat hal ini dengan jelas. Ada orang-orang yang selalu membandingkan gambaran setan-setan dan tokoh-tokoh besar dengan Tuhan yang berinkarnasi, dan ketika tidak ada kecocokan, mereka merasa tidak nyaman, mereka membentuk gagasan dan tidak pernah melepaskannya. Apakah orang-orang yang seperti ini ada banyak? Pasti ada banyak sekali. Ada orang-orang yang masih khawatir tentang kebenaran kisah yang Kuceritakan tadi. Ketika Aku pertama kali mendengar tentang kisah ini, Aku merasa bingung, karena Aku, orang yang diceritakan, tidak mengetahui apa yang telah terjadi pada-Ku. Itu adalah lelucon besar dan kebohongan besar. Itu tidak benar. Dalam situasi tersebut, meskipun tidak banyak saudara-saudari yang menerima tahap pekerjaan baru ini, masih ada orang-orang yang menerimanya ketika Tuhan pertama kali mulai mengucapkan firman-Nya. Selain itu, mereka semua adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus dan telah menerima tahap pekerjaan ini. Mereka semua bersedia menunjukkan kasih dan sama sekali tidak akan pernah menutup pintu di hadapan Kristus; mereka pasti tidak akan pernah bisa melakukannya. Pada Tahun Baru, ada orang-orang yang mengundang-Ku ke rumah mereka. Lagi pula, dengan saudara-saudari sebanyak itu, rumah siapakah yang telah Kudatangi dan tidak menerima-Ku di rumahnya? Dengan mengatakan itu, tampaknya seolah-olah saudara-saudari sedang memberontak dan bahwa tak ada seorang pun yang mau menerimaku di mana pun. Ini adalah upaya untuk menjebak saudara-saudari dan menyebarkan kabar bohong tentang mereka! Semua itu sama sekali tidak berdasar dan jelas-jelas dikarang oleh orang-orang tertentu dengan motif tersembunyi, tetapi engkau semua masih sangat memercayainya. Bagaimana bisa engkau memercayai hal ini? Itu karena orang memiliki gagasan tertentu tentang inkarnasi, dan mereka memiliki kebutuhan emosional, keinginan, dan kondisi psikologis, sehingga mereka mau mendengarkan kisah-kisah seperti itu. Ada orang-orang yang memanfaatkan kesempatan itu untuk mengarang kisah-kisah ini dan berusaha sebaik mungkin untuk menyebarkan dan menyebarluaskannya, membumbuinya, dan kemudian membuat kesimpulan dan mengarang berbagai hal. Akhirnya, makin banyak orang yang mendengar kebohongan mereka dan menganggap bahwa hal-hal itu benar. Jika Aku tidak mengklarifikasi hal ini, engkau semua tidak akan pernah mampu membedakan yang benar dari yang salah sepanjang hidupmu. Apakah engkau mengerti sekarang? Hal ini sama sekali tidak pernah terjadi.

Sekarang, Aku akan memberitahumu beberapa hal sehingga, melalui hal-hal ini, engkau semua mampu memahami apa saja gagasan yang ada tentang inkarnasi dan Kristus. Tak lama setelah tahap pekerjaan baru Tuhan ini dimulai, gereja harus menciptakan beberapa lagu pujian, dan Aku juga menciptakan satu lagu pujian. Pada waktu itu, Tuhan yang berinkarnasi telah dipersaksikan. Setelah mereka membaca lagu pujian-Ku, ada orang-orang yang menganggapnya bagus, tetapi ada satu orang yang mengatakan sesuatu yang sangat aneh, "Bagaimana bisa Engkau menggubah lagu pujian ini dengan begitu cepat? Bagaimana bisa Engkau terpikirkan akan begitu banyak kata?" Mendengar pertanyaannya, Aku merasa sangat bingung, dan berpikir, "Apakah orang membutuhkan kata-kata untuk menciptakan sebuah lagu? Apakah orang harus berpengetahuan luas? Jika demikian, apa pendapatnya tentang semua firman yang telah Kuungkapkan itu?" Dia memiliki gagasan, sebuah pemikiran, dia menganggap bahwa firman yang diungkapkan oleh inkarnasi ini hanyalah kata-kata dan tulisan—dia tidak berpikir, juga tidak memahami, bahwa firman ini adalah kebenaran. Dia merasa segala sesuatu yang dilakukan inkarnasi ini sangat tidak jelas. Karena dia tidak memahami kebenaran, dia menggunakan perkataan orang-orang tidak percaya untuk menjelaskannya, dan orang lain merasa tidak nyaman dan jijik ketika mereka mendengarnya. Orang ini tidak memiliki pemahaman rohani dan orang-orang seperti ini masih ada bahkan sampai sekarang. Jadi, gagasan seperti apa yang berkaitan dengan hal ini? Orang ini tidak menyangkal inkarnasi atau menyangkal Kristus; dia menggunakan gagasan untuk menilai apa yang telah terjadi. Dia beranggapan bahwa Kristus harus berpengetahuan luas dan terpelajar dan bahwa, ketika berada di antara orang lain, Dia harus mampu meyakinkan mereka sepenuhnya. Sekalipun Kristus tidak berpendidikan tinggi, tetapi kualitas, bakat, dan kemampuan-Nya harus lebih baik daripada orang lain. Dia harus lebih baik daripada orang lain dalam hal-hal tertentu, atau berbeda dari orang lain dalam hal-hal tertentu, agar layak menjadi Tuhan dan Kristus. Dia beranggapan bahwa Kristus dapat menjadi Kristus jika Dia memenuhi syarat untuk menjadi Kristus. Dia tidak beranggapan bahwa Kristus dapat menjadi Kristus hanya jika Dia memiliki esensi Kristus, dan itulah sebabnya dia mengatakan hal seperti itu. Hambatan apa yang ditimbulkan oleh gagasan semacam ini terhadap kepercayaan orang kepada Tuhan dan jalan masuk kehidupan mereka? Orang-orang akan menggunakan otak mereka untuk menganalisis firman Tuhan dan menganalisis serta menyelidiki tubuh daging Tuhan, dan mereka selalu menyelidiki Dia serta berpikir, "Apakah yang dikatakan orang ini masuk akal? Apakah ini sesuai dengan cara berpikir yang normal? Apakah itu sesuai dengan aturan tata bahasa? Dari mana Dia mempelajari hal ini?" Mereka tidak mencari kebenaran dalam firman Tuhan, mereka tidak memahami firman Tuhan dari perspektif menerima kebenaran, dan mereka tidak menerima firman Tuhan sebagai kebenaran. Sebaliknya, mereka menggunakan otak dan pengetahuan mereka untuk menganalisis, menyelidiki, dan mempertanyakan. Sudut pandang atau gagasan seperti apa pun yang digunakan untuk menilai atau memperlakukan orang ini, apa hasil akhirnya? (Mereka tidak mampu memperoleh kebenaran.) Mereka pasti tidak mampu memperoleh kebenaran. Ada aspek lain yang belum kaupahami, dan aspek itu adalah, orang tidak dapat memastikan apakah Dia adalah Sang inkarnasi atau bukan—bukankah ini penting? (Ya.) Banyak orang memastikan bahwa Dia memang Tuhan, bahwa firman-Nya adalah kebenaran dan hidup serta firman-Nya berasal dari Tuhan dengan mendengarkan khotbah-khotbah-Nya dan misteri-misteri tertentu yang Dia singkapkan. Namun, jika orang selalu menyelidiki Tuhan dengan gagasan mereka dan tidak pernah menerima firman-Nya sebagai kebenaran, lalu apa hasil akhirnya? Mereka akan selalu mempertanyakan identitas dan esensi orang tersebut, serta pekerjaan-Nya, artinya, mereka tidak akan mampu memastikan apakah orang tersebut manusia atau Tuhan, menganggap bahwa mungkin orang tersebut adalah utusan yang diutus oleh Tuhan, atau mungkin seorang nabi, karena manusia tidak mampu mengucapkan hal-hal yang Dia katakan. Ada orang-orang yang tidak mengakui bahwa orang ini adalah Tuhan, karena di dalam diri mereka ada banyak batasan dan belenggu serta banyak gagasan yang tidak sesuai dengan tubuh daging ini. Ketika keduanya tidak cocok, orang-orang ini tidak mencari kebenaran, tetapi terus berpaut pada gagasan mereka, sehingga mereka akhirnya terjebak. Ketika engkau menyuruh orang semacam ini untuk mengerahkan upaya dalam iman mereka, mereka menyimpan banyak gagasan yang tidak dapat mereka lepaskan, dan ketika engkau menyuruh mereka pergi, mereka menjadi takut bahwa mereka tidak akan diberkati. Adakah orang-orang seperti ini? Apakah engkau semua seperti ini? Meskipun sebagian besar darimu telah memastikan bahwa orang ini memang adalah Tuhan yang berinkarnasi, sebenarnya engkau hanya mengonfirmasi 80 atau 90 persen, dan masih ada 10 atau 20 persen keraguan dan pertanyaan. Dapat dikatakan bahwa pada dasarnya engkau telah memastikannya, sedangkan keraguan dan pertanyaan yang tersisa bukanlah masalah yang mendesak. Meluruskan gagasan-gagasan ini masih dapat dilakukan, tetapi akan sangat menyusahkan jika gagasan dan pertanyaan ini tidak diluruskan tepat pada waktunya. Mengenai gagasanmu, bagaimana Aku harus memperlakukanmu agar engkau semua merasa puas, agar engkau berpikir bahwa ini dilakukan oleh Tuhan dan bahwa beginilah seharusnya Tuhan memperlakukan manusia? Haruskah Aku berbicara dengan lembut dan kemudian mengkhawatirkanmu dan memedulikanmu dalam segala hal? Jika suatu hari Aku mendapati bahwa beberapa dari antaramu telah melakukan sesuatu yang tidak masuk akal, dan Aku memberimu peringatan, menyingkapkan dan menghakimimu dengan keras, dan melukai harga dirimu, akankah engkau semua merasa bahwa Aku tidak seperti Tuhan? Engkau semua menganggap bahwa Tuhan adalah Pribadi yang paling lemah lembut, paling pengasih, dan bahwa Tuhan dipenuhi dengan kasih setia, jadi apa yang bisa Kulakukan agar dapat menjadi Tuhan yang ada dalam gagasan dan imajinasimu? Jika sekarang engkau semua masih mengajukan tuntutan seperti itu terhadap Tuhan, itu berarti engkau semua tidak bernalar dan engkau semua benar-benar tidak mengenal Tuhan.

Aku akan memberitahukan kepadamu satu hal lagi tentang gagasan mengenai inkarnasi. Dua puluh tahun yang lalu, saat Aku sedang berada di Tiongkok, usia-Ku belum genap 20 tahun, dan pada usia itu, ucapan dan tindakan orang-orang tidak begitu berpengalaman dan tidak begitu dewasa; mereka berbicara dan bertindak seperti anak muda, dan ini normal. Jika mereka berbicara dan bertindak seperti orang tua, barulah itu tidak normal. Adalah normal bagi orang-orang dalam kelompok umur mana pun untuk bersikap sebagaimana orang seusia mereka. Tuhan menciptakan umat manusia dan menetapkan sebuah pola pertumbuhan yang normal bagi manusia. Tentu saja, Tuhan yang hidup dalam tubuh daging itu sendiri juga tidak terkecuali, dan Dia juga menjalani dan mengalami kehidupan sesuai dengan pola ini. Pola ini berasal dari Tuhan, dan Tuhan tidak akan melanggarnya. Oleh karena itu, sebelum Tuhan yang berinkarnasi mencapai usia 20 tahun, beberapa perilaku-Nya sudah pasti seperti perilaku orang muda. Sebagai contoh, suatu kali ketika sedang pindah rumah, beberapa saudara-saudari meninggalkan beberapa pena dan buku catatan setelah pindah. Kupikir, sayang sekali jika dibuang begitu saja, dan saudara-saudari juga membutuhkannya untuk mencatat, jadi Aku membungkusnya dan membagikannya kepada beberapa saudari. Seseorang kemudian memiliki gagasan dan berkata, "Siapa pun yang menginginkan barang-barang ini bisa datang dan mengambilnya sendiri. Dengan membagikannya seperti ini, Engkau sedang bertingkah seperti anak kecil!" Inilah yang dia katakan. Apakah ini masalah penting, atau masalah sepele? Jika seseorang menilai orang normal bertingkah seperti anak kecil, itu adalah tindakan yang wajar, itu adalah sebuah pernyataan, dan tak ada seorang pun yang akan memperhatikan atau menganggapnya serius; tak ada seorang pun yang akan menganggap pernyataan ini sebagai sebuah gagasan atau perspektif, tetapi itu akan dianggap sebagai sebuah pernyataan biasa. Namun, apa pendekatannya saat dia mengatakan hal ini kepada-Ku? Apa naturnya? Dalam gagasan dan imajinasinya, meskipun Tuhan yang berinkarnasi belum genap berusia 20 tahun, Dia seharusnya tetap bersikap seperti orang tua, duduk dengan tenang setiap hari dengan mata menatap ke depan, terlihat seperti orang tua yang bijak dan berpengalaman yang tidak pernah membuat lelucon atau mengobrol, serta terlihat sangat mantap dan tenang. Saat Aku berperilaku atau melakukan apa pun yang bertentangan dengan apa yang mungkin dilakukan oleh orang tua, seperti ketika Aku membagikan pena dan buku catatan kepada beberapa saudari, seseorang mengecam tindakan-Ku sebagai tindakan anak kecil, bukan seperti Kristus, dan bukan seperti Tuhan dalam benak mereka, karena Tuhan yang berinkarnasi tidak seharusnya bertindak seperti anak kecil. Bukankah itu berarti mereka sedang menggolongkan Tuhan yang berinkarnasi? Apakah penggolongan seperti ini semacam pengecaman dan penghakiman, atau apakah itu semacam penghargaan dan pengakuan? (Itu adalah pengecaman dan penghakiman.) Mengapa itu semacam pengecaman? Mungkinkah dengan mengatakan bahwa Tuhan yang berinkarnasi seperti anak kecil, orang itu sedang menyangkal Tuhan? Apa salahnya dia mengatakan ini? Apa masalah utama dari terbentuknya gagasan ini dalam dirinya? (Dia sedang menyangkal kemanusiaan yang normal dari inkarnasi dan menyangkal kenormalan dan kenyataan Tuhan. Seperti yang Tuhan katakan barusan, bahwa inkarnasi sama seperti manusia yang diciptakan, dengan pola pertumbuhan yang normal. Namun, orang itu menganggap Tuhan sebagai makhluk yang bersifat supernatural dan itu berarti dia tidak memahami inkarnasi. Natur dari hal ini adalah penyangkalan dan pengecaman terhadap Tuhan, dan itu adalah penghujatan.) Benar, penyangkalan orang itu adalah esensi masalahnya. Mengapa dia menyangkal Tuhan yang berinkarnasi dengan cara seperti ini? Itu karena dia memiliki gagasan tentang Tuhan yang berinkarnasi di dalam hatinya, dia berpikir, "Engkau adalah Tuhan, jadi Engkau tidak boleh menyingkapkan kemanusiaanmu yang normal sesuai dengan usia normalmu. Engkau belum genap berusia 20 tahun, tetapi Engkau harus matang dan berpengalaman seperti orang berusia 50 tahun. Engkau adalah Tuhan, jadi Engkau harus hidup tanpa mengikuti pola pertumbuhan kemanusiaan yang normal. Engkau harus bersifat supernatural, Engkau harus berbeda dari orang lain, dan hanya dengan cara demikianlah Engkau dapat menjadi Kristus dan Tuhan yang ada dalam benak kami." Inilah gagasan yang dia miliki. Dan apa akibat dari gagasan ini? Akankah gagasannya tersingkap jika hal ini tidak terjadi? Tak seorang pun yang tahu; hanya saja dia tersingkap melalui masalah ini. Jika dia memiliki gagasan tentang hal ini, tetapi berpikir bahwa manusia tidak mampu memahami sepenuhnya apa yang telah Tuhan lakukan, dan dia tidak berbicara sembarangan, dia akan punya ruang untuk mencari, dan hal ini akan dapat dimaklumi. Orang-orang tidak memahami kebenaran dan ada banyak hal yang tidak mampu mereka pahami sepenuhnya. Namun, meskipun orang-orang tidak sepenuhnya memahami hal-hal ini, ada orang-orang yang menghakimi dan mengecam, sementara yang lain tidak berbicara sembarangan, sebaliknya mereka menunggu dan mencari kebenaran—bukankah ada perbedaan natur di sini? (Ya.) Jadi, apa natur kegagalan orang ini dalam memahami secara menyeluruh? Dia langsung mengecam, dan ini adalah masalah serius. Setelah orang membentuk gagasan, maka keraguan dan bahkan pengecaman serta penyangkalan muncul dari dalam diri mereka tentang Tuhan yang berinkarnasi, dan ini adalah hal yang sangat serius.

Aku baru saja memberikan tiga contoh gagasan tentang inkarnasi. Ketiga contoh ini menunjukkan masalah tertentu, dan engkau harus mencari untuk menemukan kebenaran di dalamnya. Apa gagasan pertama? (Orang-orang membatasi Tuhan yang berinkarnasi menggunakan definisi mereka tentang tokoh-tokoh besar, meyakini bahwa Tuhan harus menderita agar dapat menjadi teladan bagi umat manusia.) Inilah gagasan yang orang miliki. Gagasan mereka adalah bahwa Tuhan yang berinkarnasi harus menderita lebih banyak dan menjadi teladan, menjadi contoh bagi umat manusia. Apa gagasan kedua? (Orang-orang beranggapan bahwa Kristus harus berpengetahuan luas dan terpelajar, jauh lebih unggul daripada manusia biasa, dan baru setelah itulah Dia adalah Kristus.) Banyak orang sekarang masih menganggap bahwa perkataan dan pekerjaan Tuhan berasal dari pengetahuan dan karunia-Nya, atau berasal dari hal-hal tertentu yang telah Dia kuasai dan pahami—ini adalah sebuah gagasan. Lalu, apa gagasan ketiga? (Orang-orang beranggapan bahwa Kristus tidak seharusnya memiliki perwujudan kemanusiaan yang normal.) Secara lebih spesifik, Tuhan yang berinkarnasi seharusnya bersifat supernatural dan seharusnya berbeda dari orang lain serta memiliki kemampuan supernatural. Jika Kristus biasa-biasa saja dan normal dalam segala hal, iman orang kepada Tuhan akan menjadi lemah, dan mereka akan meragukan Tuhan dan bahkan menyangkal Dia—semua orang mengasihi Tuhan yang supernatural. Apakah akan bermanfaat bagi pemahamanmu tentang kebenaran jika Aku menceritakan kisah-kisah ini kepadamu? (Ya.) Itu pasti bermanfaat. Engkau semua mungkin akan menganggapnya abstrak jika Aku mempersekutukan aspek kebenaran ini kepadamu tanpa dasar faktual apa pun, dan engkau semua tidak akan tahu apa maksud sebenarnya. Namun, yang Kusampaikan kepadamu adalah beberapa contoh nyata dan, setelah mendengarnya, engkau semua menganggapnya praktis dan mudah dipahami, dan melalui kisah-kisah ini, engkau mampu memahami beberapa kebenaran. Namun, mampukah engkau semua belajar bagaimana menggunakan kebenaran untuk menilai dan memperlakukan hal-hal lain yang kaujumpai? Jika engkau semua mampu menerapkan kebenaran, itu menunjukkan bahwa engkau memiliki pemahaman rohani dan memahami kebenaran dalam kisah-kisah ini; jika tidak, itu berarti engkau semua tidak memiliki pemahaman rohani dan engkau belum memahami kebenaran dalam kisah-kisah ini. Jika engkau dapat menemukan kebenaran di dalam situasi pada kisah-kisah ini, mengetahui apa maksud Tuhan, mengetahui apa yang seharusnya kaupahami, telaah, dan masuki, serta kebenaran apa yang harus kaucari dan kauperoleh, itu berarti engkau memiliki pemahaman rohani. Jika setelah Aku menceritakan kisah-kisah ini, engkau menjadi sangat tertarik akan hal-hal ini dan mengingatnya, tetapi engkau mengesampingkan kebenaran, itu berarti engkau tidak memiliki pemahaman rohani. Jika engkau semua benar-benar mampu memahami kebenaran dari kisah-kisah ini, itu berarti aku tidak akan menceritakannya dengan sia-sia. Selama itu membantumu untuk memahami kebenaran, Aku akan memberikan beberapa contoh nyata. Apa pun masalahnya, Aku akan menelaahnya; selama itu membantumu untuk memiliki pemahaman dan mampu memahami kebenaran serta melihat segala sesuatu dengan jelas, Aku tidak keberatan untuk menceritakan beberapa kisah. Sebenarnya, Aku tidak ingin menceritakan hal-hal ini kepadamu, dan Aku benar-benar tidak ingin menceritakan kepadamu kisah tentang yang benar dan yang salah, tetapi jika hal-hal ini membantumu masuk ke dalam kebenaran, akan Kuceritakan kisah-kisah itu kepadamu; selama itu membantumu memahami kebenaran, Aku tidak merasa keberatan berbicara lebih banyak. Namun, jika engkau semua tidak suka Aku berbicara terus-menerus, Aku tak punya pilihan lain selain lebih sedikit berbicara.

Gagasan apa sajakah yang harus diatasi dari kisah-kisah yang telah Kuceritakan kepadamu ini? Pertama-tama engkau harus memahami, jika menyangkut tentang Tuhan yang berinkarnasi, bagaimana pada dasarnya Tuhan mendefinisikan kemanusiaan dalam tubuh daging ini? Dia adalah manusia biasa dan normal serta dapat hidup di antara manusia yang rusak dan terlibat dalam semua aktivitas manusia normal, dan Dia bukanlah jenis yang berbeda. Dia dapat membantu, membimbing, dan memimpin orang. Entah itu kemanusiaan-Nya yang normal, atau keilahian-Nya, atau kepribadian-Nya—apa pun aspeknya—Dia pasti mampu menangani pekerjaan yang Dia lakukan dan pelayanan yang Dia lakukan. Inilah standar yang Tuhan gunakan untuk menilai Kristus dan inkarnasi; ini adalah standar untuk pekerjaan-Nya, dan standar untuk pendefinisian-Nya. Ketika Tuhan Yesus melakukan pekerjaan-Nya, dibandingkan dengan inkarnasi sekarang, kemanusiaan-Nya memiliki beberapa aspek supernatural. Dia mampu mengadakan mukjizat-mukjizat: Dia dapat mengutuk pohon ara, menghardik laut, menenangkan laut dan angin ribut, menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan-setan, memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan, dan sebagainya. Selain itu, kemanusiaan dan kebutuhan dasar-Nya yang normal tampak sangat normal dan nyata. Dia tidak dilahirkan pada usia 33 setengah tahun dan kemudian disalibkan. Dia hidup hingga usia 33 setengah tahun, dan Dia menjalani hidup setiap hari, setiap tahun, satu menit dan satu detik setiap kalinya, hingga akhirnya Dia disalibkan dan dengan demikian menyelesaikan pekerjaan penebusan manusia. Hanya setelah hidup selama 33 setengah tahun di dunia ini, barulah inkarnasi menyelesaikan pekerjaan ini—bukankah ini nyata? (Ya.) Ini nyata. Mengenai tahap pekerjaan yang sedang Tuhan lakukan sekarang, semua yang Dia firmankan kepadamu dan setiap kebenaran yang Dia persekutukan didasarkan pada tingkat pertumbuhanmu, pada perkembangan hidupmu, dan seluruh lingkungan yang diatur oleh Tuhan, jadi Aku merenungkan kebenaran mana yang paling tepat untuk dipersekutukan denganmu dan kebenaran mana yang Aku ingin agar engkau semua pahami. Secara lahiriah, tampaknya tubuh daging ini yang sedang memikirkan hal-hal ini, padahal sebenarnya Roh Tuhan yang sedang bertindak secara bersamaan; sementara orang ini bekerja sama, Roh Tuhan yang membimbing semuanya. Jika engkau melihatnya dengan cara seperti ini, engkau tidak akan meragukan esensi daging ini atau identitas-Nya—engkau tidak akan pernah mempertanyakan hal-hal ini. Hal-hal yang Kulakukan denganmu dan tuntutanku terhadapmu tidak akan pernah bertentangan dengan seluruh rencana pengelolaan Roh Tuhan. Semuanya maju bersama-sama, bergerak dengan arah yang sama, dan saling mendukung. Jika Roh Tuhan tidak mengenakan tubuh daging ini, Dia tidak akan dapat berbicara denganmu secara langsung, engkau tidak akan bisa mendengar apa yang Dia katakan, dan engkau tidak akan mampu memahami apa yang Dia tuntut darimu. Namun, jika hanya ada tubuh daging ini dan Roh Tuhan tidak ada di dalam Dia, mampukah tubuh daging ini melakukan pekerjaan apa pun? Tentu saja tidak. Jika Tuhan tidak menjadi daging, tidak ada manusia yang mampu melakukan pekerjaan ini. Oleh karena itu, tubuh daging yang normal ini harus hidup setiap hari, setiap bulan, dan setiap tahun, hidup dari waktu ke waktu dengan cara seperti ini, kemanusiaan-Nya makin dewasa, pengalaman-Nya makin bertambah, dan pada saat yang sama terus berupaya untuk dapat melakukan pekerjaan yang dituntut oleh rencana pengelolaan Tuhan. Dalam melakukan tahap pekerjaan ini, Aku mulai bekerja di gereja saat Aku belum genap berusia 20 tahun dan Aku mulai berhubungan dengan saudara-saudari. Aku mulai menghadiri pertemuan, menyampaikan persekutuan, dan berjalan di antara gereja-gereja, dan Aku mulai berhubungan dengan segala macam orang. Sejak saat itu hingga sekarang, Aku merasa kemampuan berbahasa-Ku dan kemampuan-Ku dalam memandang orang dan berbagai hal terus berkembang. Apa perbedaan pertumbuhan kemampuan-Ku ini dengan keadaanmu? Engkau harus mengalami melalui firman yang Kuucapkan dan kebenaran yang Kupersekutuan, dan saat engkau mengalaminya, engkau perlahan-lahan menjadi yakin bahwa firman yang Kuucapkan berasal dari Tuhan, itu adalah kebenaran, itu benar, dan itulah firman yang dapat memungkinkanmu untuk mencapai perubahan watak dan memperoleh keselamatan. Sedangkan saat engkau semua mengalami kemajuan, Aku bertumbuh makin dalam. Sementara pemahaman-Ku tentangmu terus berkembang, Aku juga terus-menerus membuat hal-hal yang ingin Kukatakan mampu memenuhi kebutuhanmu selangkah demi selangkah. Ada orang-orang yang berkata, "Engkau ingin memenuhi kebutuhan kami, membuat tingkat pertumbuhan kami bertumbuh secara bertahap, memungkinkan kami untuk berubah dan makin mengalami kemajuan di jalan keselamatan, dan agar hubungan kami dengan Tuhan makin dekat, jadi bagaimana Engkau akan melakukannya?" Engkau tidak perlu mengkhawatirkan hal ini. Aku tidak pernah meminta apa pun, Aku juga tidak perlu berpuasa atau berdoa, atau meminta apa pun seolah-olah berdoa meminta hujan agar Tuhan segera memberi-Ku beberapa firman untuk diberikan kepadamu. Aku tidak perlu melakukannya. Karena tubuh daging ini adalah Tuhan itu sendiri dan Dia melakukan pelayanan ini, maka Dialah yang mengungkapkan kebenaran untuk membekali manusia. Inilah perbedaan antara daging inkarnasi Tuhan dan manusia yang rusak. Oleh karena itu, Aku tidak perlu memahami secara spesifik apa yang engkau semua butuhkan; tetapi apa yang ingin Kusampaikan dan persekutukan kepadamu sudah pasti adalah apa yang kaubutuhkan. Engkau semua hanya perlu mengikuti firman dan pekerjaan-Ku serta bergerak maju, dan keadaanmu akan mulai membaik, dan seiring dengan itu, hidupmu juga akan makin mengalami kemajuan. Pada saat yang sama, ketika Aku menyiramimu, Roh Tuhan akan melakukan pekerjaan-Nya secara bersamaan. Sebenarnya, Roh Tuhanlah yang bekerja sama dengan kemanusiaan-Nya, dan kemanusiaan-Nya bekerja sama dengan keilahian-Nya—keduanya bekerja secara bersamaan. Aku ada di sini menyiramimu, dan Roh Tuhan ada di antaramu, bekerja, mencerahkan, dan menerangi, serta kemudian mengatur situasi dan menciptakan kondisi bagimu sehingga engkau semua dapat masuk ke dalam berbagai kebenaran. Kemanusiaan dan keilahian-Nya bekerja bersama-sama dengan cara seperti ini. Jadi, adakah manusia yang mampu mencapai kolaborasi antara tubuh daging dan Roh ini? Sama sekali tidak ada. Oleh karena itu, jika engkau tidak berusaha memahami seluruh pengelolaan Tuhan dan memperlakukan tubuh daging ini menurut aspek kebenaran ini, engkau selamanya tidak akan mampu memahami dengan tepat apa esensi tubuh daging ini, apa sebenarnya tubuh daging ini, dan bagaimana tepatnya Dia melakukan pekerjaan. Jika engkau tidak mampu memahami hal-hal ini, engkau tidak akan pernah yakin apakah Dia adalah manusia atau Tuhan. Namun, jika engkau dapat melihat tingkat ini dengan jelas atau mencapai tingkat ini dalam pengalamanmu dan menghargai tingkat ini, engkau akan mengetahui bahwa saat tubuh daging Tuhan—Kristus—bekerja di bumi, Roh Kudus sedang bekerja secara bersamaan dan melakukan pekerjaan yang sama, dan ini adalah sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh siapa pun dari antara seluruh umat manusia. Dan saat Roh bekerja, tubuh daging bekerja secara bersamaan dengan pekerjaan Roh. Mereka saling melengkapi, konsisten, dan tidak pernah bertentangan. Ada orang-orang yang berkata, "Terkadang, ketika aku menghadapi ujian, Roh Kudus menerangiku untuk memetik pelajaran. Namun, Engkau mengungkapkan kebenaran lain. Apa yang sedang terjadi?" Tidak ada pertentangan atau konflik di sini. Kristus mengungkapkan kebenaran secara bertahap dan dalam urutan yang tepat, sementara Roh Kudus menuntun semua orang dalam pengalaman mereka hingga taraf yang berbeda—tidak ada sebuah pendekatan yang bisa diterapkan untuk semua orang. Kristus berkhotbah dengan menyampaikan persekutuan tentang kebenaran berdasarkan pokok-pokok penting yang benar-benar ada untuk umat pilihan Tuhan, bimbingan Roh Kudus juga didasarkan pada keadaan masing-masing orang. Tidak ada pertentangan atau konflik di sini. Orang-orang memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda pada waktu dan tahap yang berbeda-beda, sedangkan semua pekerjaan yang Tuhan lakukan ada dalam kebenaran yang Dia ungkapkan, yaitu kebenaran, jalan, dan hidup yang difirmankan oleh Tuhan. Pekerjaan-Nya tidak melampaui lingkup ini—semuanya adalah kebenaran. Berdasarkan pada apakah kebenaran yang dengannya Roh Kudus mencerahkanmu dan terang yang Dia izinkan untuk kaupahami? Itu didasarkan pada kebenaran yang sekarang Kristus ungkapkan, yaitu kebenaran, jalan, dan hidup yang sekarang Dia izinkan untuk kaupahami. Ada orang-orang yang berkata, "Kami tidak membutuhkan-Mu dalam tubuh daging ini. Sudah cukup kami memiliki Roh Kudus untuk mencerahkan dan membimbing kami. Kami dapat memperoleh pencerahan dan terang baru tanpa-Mu, kami juga dapat memasuki zaman baru, dan kami juga dapat memperoleh keselamatan." Apakah perkataan ini benar? (Tidak.) Orang-orang beragama telah percaya kepada Yesus selama dua ribu tahun dan Roh Kudus telah membimbing mereka selama dua ribu tahun, dan apa yang telah mereka peroleh? Hanya Injil penebusan, dan mereka baru menikmati banyak kasih karunia dari Tuhan, tetapi mereka tidak mampu memperoleh kebenaran yang Tuhan ungkapkan pada akhir zaman. Oleh karena itu, jika pada akhir zaman daging inkarnasi Tuhan tidak ada di sini untuk mengungkapkan begitu banyak kebenaran, apa yang akan dapat engkau semua peroleh? Engkau akan menjadi sama seperti orang-orang beragama itu, memperoleh pencerahan besar dari Roh Kudus dan banyak kasih karunia, atau Tuhan akan memilihmu dan memakaimu serta engkau bisa menjadi seorang nabi atau rasul, tetapi jika engkau tidak menerima kebenaran yang diungkapkan oleh inkarnasi Tuhan pada akhir zaman, engkau tidak akan dapat disempurnakan, masuk ke dalam Kerajaan Surga, ataupun menerima perkenan Tuhan.

Sekarang engkau semua dapat menerima inkarnasi, tetapi engkau masih memiliki gagasan tertentu tentang esensi inkarnasi dan tidak pernah yakin bahwa inkarnasi adalah Tuhan yang nyata. Jika Aku berinteraksi denganmu sekarang, dan engkau semua mendapati bahwa Aku pun tidak memahami beberapa hal di dunia luar, akankah engkau membentuk gagasan? Ada orang-orang yang tidak bisa melupakannya, dan selalu berpikir, "Engkau juga tidak memahaminya. Ini tidak seharusnya terjadi. Engkau adalah Tuhan yang berinkarnasi, jadi Engkau seharusnya memahami segala sesuatu. Seharusnya tidak ada apa pun yang tidak Kauketahui dan tidak ada apa pun yang tidak mampu Kaulakukan. Meskipun Engkau tidak bisa berada di banyak tempat sekaligus, tetap saja, Engkau seharusnya mengetahui segala sesuatu!" Bukankah ini gagasan yang orang-orang miliki? (Ya.) Ini pun adalah gagasan. Apa konsep di balik kemanusiaan yang normal mengenai inkarnasi? Konsepnya adalah cara berpikir inkarnasi mengandung logika manusia normal. Inkarnasi tidak supernatural, Dia tidak samar-samar, dan Dia tidak kosong. Dia dapat mencapai apa yang dapat dicapai dengan cara berpikir manusia normal dengan belajar, meskipun Dia belum tentu mengetahui lebih banyak tentang hal-hal tersebut dibandingkan dengan seseorang yang memiliki keahlian yang relevan, dan ini adalah hal yang normal. Selain itu, Dia berbicara dan bertindak sesuai dengan logika dan cara berpikir manusia normal, dan bukan secara supernatural. Sebagai contoh, cara berpikir manusia normal terjadi selangkah demi selangkah, dan demikian pula cara berpikir inkarnasi. Mengapa kemanusiaan-Nya yang normal seperti ini? Apakah ini masuk akal? (Ya.) Mengapa kaukatakan ini masuk akal? Berapa banyak anak tangga yang dilalui orang normal pada saat menaikinya? (Satu.) Satu tangga untuk setiap langkah; inilah cara yang normal untuk menaiki tangga. Jika Aku menaiki banyak anak tangga sekaligus hanya dalam satu langkah dan langsung masuk ke dalam rumah, mampukah engkau melakukannya? (Tidak.) Tidak, engkau semua tidak akan mampu melakukannya. Dan jika Aku bersikeras agar engkau semua melakukannya, apa yang akan kaulakukan? Akankah engkau mampu melakukannya? (Tidak.) Tidak, engkau tidak mampu melakukannya. Hal ini didasarkan pada kebutuhan orang-orang yang menjadi sasaran pekerjaan tersebut. Aku mempersekutukan kebenaran dengan cara seperti ini, membahas topik dan hal penting kemudian berusaha sebaik mungkin untuk menjelaskannya secara spesifik dan lengkap, bercerita, memberi contoh, mengatakan banyak hal berulang kali, tetapi bahkan setelah berbicara dengan cara seperti ini, masih banyak orang-orang yang tidak memahami dan tidak mengerti maksudnya. Jadi, jika Aku tidak berbicara dengan sangat terperinci dan menjelaskan segala sesuatu dengan cara yang paling mendalam dan umum, engkau semua tidak akan mampu memperoleh atau memahami apa pun, dan pekerjaan ini akan menjadi kosong dan tidak nyata. Engkau semua dapat mengalami kemajuan dengan menaiki satu tangga pada setiap langkah, jadi Aku akan menuntunmu maju juga dengan menaiki satu tangga untuk setiap langkah, dan dengan demikian, engkau semua dapat mengimbangi-Ku. Jika Aku menaiki empat anak tangga sekaligus dalam satu langkah, akan seperti apa hasilnya? Engkau semua tidak akan pernah mampu mengimbangi-Ku. Jika cara berpikir-Ku sudah berkembang dan bisa maju dengan pesat, dan engkau semua sama sekali tidak mampu mencapainya, inkarnasi akan menjadi tidak ada artinya. Oleh karena itu, tidak soal seberapa normal dan nyatanya tubuh daging ini—Dia bahkan mungkin tampak tidak memiliki kemampuan Roh Tuhan—semua ini karena kebutuhan manusia. Karena orang-orang yang sekarang dibekali oleh Tuhan adalah orang-orang yang telah dirusak oleh Iblis, yang tidak memahami kebenaran, dan yang tidak mampu memahami kebenaran, ketika menjadi daging, Dia harus memiliki cara berpikir paling mendasar dari kemanusiaan yang normal. Apa cara berpikir paling mendasar ini? Yaitu, ketika Dia berbicara, orang-orang yang kualitasnya rata-rata dan yang kualitasnya sedikit lebih rendah pun mampu memahami Dia. Selama cara berpikir mereka normal, semua orang mampu memahami apa yang Dia katakan dan bahas serta memahami kebenaran yang Dia khotbahkan, dan kemudian dapat menerima kebenaran tersebut. Hanya dengan cara seperti inilah setiap tahap pekerjaan yang Tuhan lakukan dan semua firman yang Dia ucapkan dapat memberi dampak dan hasilnya dapat terlihat. Bukankah ini realistis? (Ya.) Jadi, jika orang-orang berpaut pada gagasan, tidak mau melepaskannya, dan berkata, "Di masa lalu, beberapa kaisar dikaruniai dengan daya ingat yang luar biasa dan dapat membaca sepuluh kalimat dalam sekejap mata. Bukankah Tuhan seharusnya seperti itu? Jika Engkau tidak memiliki karunia-karunia ini, kami tidak akan dapat mengikuti-Mu karena Engkau terlalu biasa. Akan sangat bagus jika Engkau terlihat seperti orang yang berpengaruh", apa yang dapat kaupahami dari hal ini? Manusia telah dirusak oleh Iblis sampai pada taraf di mana mereka begitu bodoh sehingga tidak dapat disembuhkan. Selain memiliki cara berpikir dan kualitas manusia normal, dan dengan Tuhan yang memilih dan bekerja di dalam mereka, manusia memiliki hati untuk mengikuti Tuhan serta memiliki sedikit hati nurani dan nalar—selain dari hal ini, mereka tidak memahami apa pun. Mereka bukan saja tidak memahami kebenaran apa pun, mereka bahkan tidak memahami apa yang dimaksud dengan kemanusiaan yang normal, apa yang dimaksud dengan watak yang rusak, bagaimana gagasan dan imajinasi muncul, bagaimana meluruskannya, bagaimana manusia seharusnya memperlakukan Tuhan, atau setidaknya, hati nurani dan nalar apa yang mereka harus miliki, dan sebagainya. Betapapun mudah dimengertinya bahasa yang Tuhan gunakan, manusia tidak begitu memahaminya dan hanya memiliki pemahaman yang dangkal. Katakan kepada-Ku, ketika dihadapkan dengan sekelompok orang rusak yang tidak mengerti apa pun, yang menentang Tuhan, esensi seperti apa, kemanusiaan seperti apa, dan cara berpikir manusia normal seperti apa yang harus dimiliki oleh Tuhan yang berinkarnasi agar mampu memimpin orang-orang semacam itu ke hadapan Tuhan? Katakan kepada-Ku, apa yang seharusnya Tuhan lakukan? Ada orang-orang yang berkata, "Bukankah Tuhan itu Mahakuasa? Mengapa tidak memperlihatkan banyak tanda dan mukjizat untuk menaklukkan manusia?" Inilah gagasan yang ada di hati kebanyakan orang. Mereka tidak bertanya apakah watak yang rusak dapat disingkapkan dan dibereskan dengan memperlihatkan tanda-tanda dan mukjizat serta melalui cara-cara supernatural. Dapatkah kebenaran ditempakan ke dalam diri orang dengan cara-cara supernatural? Apakah ini akan meyakinkan Iblis? (Tidak.) Jawaban "Sekarang, ketika engkau semua mengatakan "tidak", ini mungkin adalah semacam doktrin, tetapi jika engkau telah mengalaminya hingga suatu hari, barulah engkau semua akan mengetahui betapa benar-benar mati rasa dan bodohnya, betapa benar-benar memberontaknya, betapa benar-benar keras kepala, betapa benar-benar jahatnya orang-orang, dan betapa mereka benar-benar tidak mencintai kebenaran. Jika engkau telah mengalaminya hingga suatu saat tertentu, barulah engkau semua akan memahami bahwa daging inkarnasi Tuhan, daging yang memiliki kemanusiaan normal inilah yang dibutuhkan oleh semua manusia. Jadi, jika engkau masih memiliki segala macam imajinasi dan gagasan, bagimu ini adalah sikap yang tidak bertanggung jawab, dan bagi Tuhan itu adalah penghujatan; itu berarti menolak dan mempertanyakan maksud baik Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Jika engkau berpikir, "Kami memiliki pengetahuan, pendidikan, dan otak. Kami telah dilahirkan pada akhir zaman, dan beberapa dari antara kami telah menerima pendidikan lebih tinggi di dunia dan memiliki latar belakang keluarga tertentu. Kami adalah orang-orang modern dan terpelajar, dan kami memiliki alasan untuk menolak Kristus yang sangat biasa dan normal yang dipandang rendah semua orang; kami punya alasan untuk memiliki gagasan tentang Engkau," masalah macam apakah ini? Ini adalah pemberontakan dan tidak mengetahui perbedaan antara yang baik dan yang buruk! Orang dapat membereskan gagasan mereka begitu gagasan itu telah muncul, tetapi jika setelah gagasan itu dibereskan, orang masih dengan keras kepala menolak menerima inkarnasi Tuhan atau sisi kemanusiaan yang normal dari Kristus, hal ini akan menimbulkan masalah bagi mereka dan menghalangi mereka dari memperoleh keselamatan. Ketika engkau telah memiliki pengalaman hingga suatu saat tertentu, engkau akan memahami bahwa makin normal inkarnasi Tuhan, kemanusiaan-Nya yang normal, semua yang Dia miliki dan apa yang Dia ungkapkan, makin besar keselamatan kita, dan makin normal semua itu, makin itu menjadi apa yang kita butuhkan. Jika inkarnasi Tuhan itu supernatural, tak seorang pun dari orang-orang yang hidup di Bumi yang akan dapat memperoleh keselamatan. Justru karena kerendahhatian dan kerahasiaan Tuhan, karena kenormalan dan kepraktisan dari Tuhan yang tampaknya biasa-biasa saja ini, manusia memiliki kesempatan untuk diselamatkan. Karena dalam diri manusia ada pemberontakan dan watak Iblis yang rusak, timbul berbagai macam gagasan, kesalahpahaman, dan konflik terhadap Tuhan; bahkan yang terjadi adalah, sebagai akibat dari gagasan-gagasan ini, orang sering dengan sombong atau percaya diri menyangkal Kristus, dan menyangkal kemanusiaan-Nya yang normal—ini adalah kesalahan besar. Jika engkau ingin memperoleh keselamatan, jika engkau ingin menerima penyelamatan Tuhan, dan penghakiman serta hajaran Tuhan, engkau harus terlebih dahulu mengesampingkan berbagai gagasan, imajinasi, dan definisimu yang salah tentang kemanusiaan Kristus yang normal, engkau harus mengesampingkan berbagai wawasan dan pendapatmu tentang Kristus, dan engkau harus memikirkan cara untuk menerima segala sesuatu yang berasal dari-Nya. Baru pada saat itulah firman yang Dia ucapkan dan kebenaran yang Dia ungkapkan secara berangsur-angsur akan menemukan jalan masuk ke dalam hatimu dan menjadi hidupmu. Jika engkau ingin mengikuti Dia, engkau harus menerima segala sesuatu tentang Dia; entah Roh-Nya, perkataan-Nya, atau tubuh daging-Nya, engkau harus menerima semuanya. Jika engkau benar-benar telah menerima-Nya, maka engkau tidak boleh berdiri di pihak yang menentang-Nya, selalu salah paham terhadap-Nya, dan memberontak terhadap-Nya dengan mengandalkan gagasanmu, dan terlebih lagi, engkau tidak boleh berpaut pada gagasanmu, selalu meragukan-Nya dan bahkan bersikap melawan dan menentang-Nya. Sikap seperti ini hanya akan merugikanmu dan sama sekali tidak ada manfaatnya. Dapatkah engkau semua menerima apa yang Kukatakan? (Ya.) Bagus, jadi sekarang cepatlah cari kebenaran untuk meluruskan gagasanmu. Masalah ini berkaitan dengan watak rusak, dan jika engkau tidak membereskannya, engkau harus mati karena watak rusakmu.

Sekarang, mengenai bentuk pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, meskipun faktanya ada orang-orang yang memiliki imajinasi dan gagasan tertentu tentang hal itu, imajinasi dan gagasan ini pada dasarnya tidak mampu menghalangi kepercayaan mereka kepada Tuhan, dan orang tidak akan sambil lalu berkata bahwa mereka tidak percaya kepada Tuhan atau menyangkal Tuhan. Fenomena macam apa ini? Inilah hasil yang dicapai oleh firman Tuhan. Manusia telah ditaklukkan oleh firman dan pekerjaan Tuhan, dan pada dasarnya dapat menerima Kristus sebagai Tuhan mereka. Dalam hal ini, manusia pada dasarnya telah membangun dasar di jalan yang benar, dan mereka yakin akan hal itu. Ketika hasil ini dicapai, apakah kesalahpahaman manusia tentang Tuhan diluruskan? (Tidak.) Kesalahpahaman mereka yang belum diluruskan membuktikan bahwa mereka masih memiliki banyak imajinasi, tuntutan, dan gagasan tentang daging inkarnasi Tuhan dan tentang Kristus. Gagasan-gagasan ini dapat membimbing pemikiranmu, membimbing arah dan tujuan pengejaranmu, serta sering kali juga dapat memengaruhi keadaanmu. Ketika hal-hal yang kauhadapi tidak berkaitan dengan gagasanmu, engkau tetap bisa makan dan minum firman Tuhan dan melaksanakan tugasmu dengan normal. Saat sesuatu bertentangan dengan gagasanmu, melampaui gagasanmu, dan pertentangan muncul, bagaimana engkau membereskannya? Apakah engkau mengumbar gagasanmu, atau apakah engkau memangkasnya, mengekangnya, dan memberontak terhadapnya? Ada orang-orang yang memiliki gagasan ketika sesuatu terjadi pada diri mereka, dan mereka bukan saja tidak melepaskan gagasan mereka, melainkan mereka juga pergi dan menyebarkan gagasan mereka kepada orang lain dan mencari kesempatan untuk melampiaskannya, sehingga orang lain juga akhirnya memiliki gagasan. Ada orang-orang yang juga berdebat dan berkata, "Engkau berkata segala sesuatu yang Tuhan lakukan itu bermakna, tetapi menurutku kejadian khusus ini tidak ada artinya." Apakah ini pantas untuk dikatakan? (Tidak.) Apa jalan yang benar untuk ditempuh? Ketika ada orang-orang yang memiliki gagasan tentang Tuhan, mereka dapat menyadari bahwa hubungan mereka dengan Tuhan tidak normal, bahwa mereka telah memiliki kesalahpahaman tentang Tuhan, dan akan menjadi sangat berbahaya jika mereka tidak meluruskannya, dan bahwa kemungkinan besar mereka akan bertentangan dengan Tuhan, mempertanyakan Tuhan, dan bahkan mengkhianati Tuhan. Mereka kemudian berdoa kepada Tuhan dan melepaskan gagasan mereka. Pertama, mereka menyangkal sudut pandang mereka sendiri yang salah, kemudian mereka mencari kebenaran untuk meluruskannya. Dengan melakukannya, mereka dapat dengan mudah tunduk kepada Tuhan. Jika seseorang memiliki gagasan, tetapi tetap beranggapan bahwa gagasan-gagasannya benar, dan jika pada akhirnya dia tidak mampu dengan sepenuhnya melepaskan atau meluruskan gagasan-gagasannya, maka lama-kelamaan gagasan-gagasan tersebut akan memengaruhi jalan masuk kehidupannya. Dalam kasus yang parah, dia bahkan bisa memberontak terhadap Tuhan dan menentang-Nya, dan akibatnya akan sangat buruk. Jika dia adalah seseorang yang mengejar kebenaran, yang sudah memahami beberapa kebenaran dan yang terkadang memiliki gagasan tentang segala sesuatu, ini bukanlah masalah besar, dan gagasannya tidak akan memiliki pengaruh yang besar terhadap dirinya. Karena dia memiliki kebenaran di dalam dirinya yang mengarahkan pemikiran dan perilakunya serta membimbingnya dalam melaksanakan tugasnya, gagasannya tidak akan memengaruhi dia dalam mengikuti Tuhan. Mungkin suatu hari dia akan mendengarkan khotbah atau persekutuan dan dia akan mengerti, dan gagasannya akan diluruskan. Ada orang-orang yang memiliki gagasan tentang pengaturan dan penataan Tuhan, dan kemudian mereka merasa tidak ingin melakukan tugas mereka, dan tidak berupaya lebih keras untuk melaksanakannya, mereka selalu berada dalam keadaan negatif, dan hati mereka menyimpan pertentangan, ketidakpuasan, dan kebencian. Apakah ini perilaku yang benar? Apakah perilaku ini mudah untuk diatasi? Sebagai contoh, misalkan engkau menganggap dirimu cerdas, tetapi Aku berkata engkau bodoh dan tidak memiliki pemahaman rohani. Setelah mendengar perkataan-Ku, engkau menjadi marah dan menentangnya, dan engkau berkata dalam hatimu, "Tak ada seorang pun yang berani mengatakan bahwa aku tidak memiliki pemahaman rohani. Hari ini adalah pertama kalinya aku mendengarnya dan aku tidak dapat menerimanya. Mampukah aku memimpin gereja jika aku tidak memiliki pemahaman rohani? Mampukah aku melakukan pekerjaan sebanyak ini?" Pertentangan telah muncul, bukan? Apa yang harus kaulakukan? Apakah mudah bagi orang untuk merenungkan dirinya sendiri ketika hal ini terjadi pada dirinya? Orang seperti apa yang mampu merenungkan dirinya sendiri? Seseorang yang menerima kebenaran dan mencari kebenaran mampu merenungkan dirinya sendiri. Jika engkau adalah seseorang yang bernalar, engkau harus terlebih dahulu menyangkal dirimu sendiri ketika hal ini terjadi padamu; menyangkali diri sendiri berarti mengakui bahwa dia tidak memiliki kebenaran. Sekalipun engkau memiliki sejumlah pemikiran dan perspektif, itu belum tentu akurat. Oleh karena itu, berlatih menyangkal diri sendiri dalam keadaan seperti itu adalah tindakan yang benar, itu tidak merendahkan dirimu sendiri. Setelah engkau menyangkal dirimu sendiri, hatimu akan merasa tenang, perilakumu akan jauh lebih baik, dan sikapmu akan diperbaiki. Ketika engkau mendengar Tuhan berkata bahwa engkau bodoh dan tidak memiliki pemahaman rohani, engkau seharusnya menenangkan dirimu di hadapan Tuhan dan menerima firman-Nya dengan pola pikir tunduk. Meskipun engkau belum memiliki kesadaran atau pemahaman apa pun akan firman Tuhan, dan engkau tidak tahu apakah firman itu benar atau tidak, dalam keyakinanmu engkau harus mengakui bahwa "Tuhan adalah kebenaran, jadi bagaimana mungkin Tuhan mengatakan sesuatu yang salah?" Meskipun apa yang Tuhan katakan berbeda dengan apa yang kaupikirkan, engkau harus menerima firman Tuhan berdasarkan iman; sekalipun engkau tidak memahaminya, engkau harus menerimanya sebagai kebenaran. Tindakan ini dijamin benar. Jika orang tidak menerima firman Tuhan sebagai kebenaran ketika mereka tidak memahaminya, hal itu sangat tidak masuk akal, dan orang-orang itu harus dipermalukan dalam hal ini. Jadi, tunduk kepada Tuhan itu tidak pernah salah. Ini bukanlah doktrin, ini nyata, dan perkataan ini berasal dari pengalaman. Kemudian, ketika engkau mampu menerima firman Tuhan sebagai kebenaran dan menerimanya, engkau harus mulai merenungkan dirimu sendiri. Dengan melaksanakan tugas dan berinteraksi dengan orang lain, engkau akan menemukan bahwa engkau bukan saja tidak memiliki pemahaman rohani, engkau juga sangat bodoh, dan memiliki banyak kelemahan dan kekurangan, dan engkau akan mendapati bahwa engkau memiliki masalah yang serius. Bukankah itu berarti engkau akan mampu memahami dan menerima apa yang Tuhan katakan? Engkau harus menerima firman ini, pertama-tama sebagai peraturan, definisi, atau gagasan, dan kemudian dalam kehidupan nyata engkau harus memikirkan cara untuk membandingkan dirimu dengan firman-Nya, dan memahami serta mengalaminya. Setelah beberapa waktu melakukannya, engkau akan memiliki penilaian yang akurat tentang dirimu sendiri. Ketika itu terjadi, akankah engkau masih memiliki kesalahpahaman tentang Tuhan? Akankah engkau tetap menolak menerima penilaian Tuhan terhadapmu jika tidak ada perbedaan pendapat antara dirimu dan Tuhan mengenai hal ini? (Tidak.) Engkau akan mampu menerimanya dan tidak lagi memberontak. Jika engkau mampu menerima kebenaran dan memahami sepenuhnya hal-hal ini, barulah engkau akan mampu mengambil langkah maju dan mengalami kemajuan. Jika engkau tidak menerima kebenaran, engkau akan selalu diam dan tidak mengalami kemajuan apa pun. Pentingkah menerima kebenaran? (Ya.) Orang harus melepaskan gagasan mereka tentang Tuhan, dan mereka tidak boleh memusuhi atau menentang apa yang Tuhan firmankan—hanya inilah yang dimaksud dengan sikap menerima kebenaran. Ada orang-orang yang menjadi negatif dan lemah karena digantikan. Mereka tidak mau melaksanakan tugas mereka dan selalu pasif serta mengendur dalam bekerja. Dari luar, kelihatannya itu karena mereka tidak memiliki status dan terlalu menjunjung tinggi status, padahal sebenarnya tidak demikian. Mereka merasa lemah dan negatif hanya karena penilaian Tuhan terhadap mereka, atau penilaian saudara-saudari terhadap mereka, tidak sesuai dengan penilaian mereka terhadap diri mereka sendiri, karena penilaian tersebut lebih buruk daripada cara mereka menilai dan memahami diri mereka sendiri. Itulah sebabnya mereka merasa tidak yakin dan sedih, dan pada akhirnya memutuskan untuk bersikap negatif dan antagonis, dan menganggap diri mereka tidak memiliki harapan, lalu berpikir, "Bukankah Engkau berkata bahwa aku tidak cukup baik? Jadi biar kutunjukkan kepada-Mu, aku tidak akan melakukan apa pun." Akibat dari hal ini adalah mereka menyebabkan penundaan dalam tugas mereka, mereka menyinggung Tuhan, dan jalan masuk kehidupan mereka sendiri terhenti—ini adalah kerugian yang sangat besar.

Ada orang-orang yang berkata, "Aku tidak dapat menerima ketika Kristus berkata bahwa aku jahat. Aku akan menerimanya jika Tuhan yang di Surga mengatakan ada sesuatu yang buruk tentang diriku. Tuhan yang berinkarnasi memiliki kemanusiaan yang normal; penilaian-Nya bisa keliru dan apa yang dilakukan-Nya tidak mungkin 100 persen benar. Ada beberapa pertanyaan tentang apakah Dia bisa keliru dalam penilaian dan penghukuman-Nya terhadap manusia atau tidak, atau dalam bagaimana Dia menangani dan membuat pengaturan untuk mereka. Jadi aku tidak takut dengan apa yang Kristus—Tuhan yang di Bumi—katakan tentang diriku karena Dia tidak dapat menghukumku atau menentukan kesudahanku." Apakah orang-orang semacam itu ada? Tentu saja ada! Ketika aku menangani mereka, mereka berkata, "Tuhan yang di Surga itu benar!" Ketika aku menangani mereka, mereka berkata, "Aku percaya kepada Tuhan, bukan kepada manusia!" Mereka menggunakan perkataan ini untuk menolakku. Dan apa arti perkataan ini? (Perkataan ini adalah penyangkalan akan Tuhan dan Kristus.) Benar, mereka menyangkal dan mengkhianati Tuhan. Yang mereka maksud adalah, "Ini bukan tergantung pada-Mu, tetapi tergantung pada Tuhan yang di Surga." Dalam gagasan dan pemahaman mereka akan Tuhan, orang-orang ini tidak akan pernah menyadari apa hubungan antara Kristus yang berinkarnasi dan Tuhan yang di Surga, yaitu apa hubungan antara daging dan Roh yang di Surga. Di mata mereka, manusia tidak penting di Bumi ini akan selalu menjadi manusia biasa, dan sebanyak apa pun kebenaran yang diungkapkan orang ini, sebanyak apa pun khotbah yang Dia sampaikan, Dia tetaplah manusia; bahkan jika Dia menyempurnakan ada orang-orang yang dan membawa keselamatan kepada mereka, Dia akan tetap berada di Bumi, Dia akan tetap menjadi seorang manusia dan tidak mampu melampaui Tuhan yang di Surga. Jadi, orang-orang ini yakin bahwa iman kepada Tuhan adalah iman kepada Tuhan yang di Surga; bagi mereka, hanya kepercayaan kepada Tuhan yang di Surgalah kepercayaan yang benar kepada Tuhan. Orang-orang seperti ini percaya sesuka hati mereka. Mereka percaya pada cara apa pun yang membuat mereka bahagia dan membayangkan Tuhan sebagai apa pun yang mereka harapkan dari Dia. Mereka juga mengikuti imajinasi mereka sendiri jika berkenaan dengan Kristus yang berinkarnasi: "Jika Tuhan yang di Bumi ini bersikap sedikit lebih baik kepadaku, jika Dia memastikan semua yang kuhadapi berjalan lancar, aku akan menghormati Dia dan mengasihi Dia. Jika Dia tidak bersikap baik kepadaku, jika Dia bermasalah denganku, jika Dia bersikap buruk terhadapku serta selalu memangkasku, itu berarti Dia bukanlah Tuhanku; aku memilih untuk percaya kepada Tuhan yang di Surga." Orang-orang yang memiliki sikap ini tidak sedikit. Mereka juga termasuk engkau semua karena aku telah bertemu dengan orang-orang semacam itu. Ketika segalanya baik-baik saja, mereka cukup baik kepada-Ku dan menantikanku dengan penuh perhatian, tetapi begitu Aku mengganti mereka, mereka berbalik melawanku. Jadi, ketika mereka bersikap baik kepada Tuhan, apakah mereka benar-benar percaya bahwa ini adalah Tuhan dan Kristus? Tidak: yang mereka lihat dengan saksama adalah identitas dan status Tuhan, setiap gerakan mereka tidak lebih dari pujian terhadap status dan identitas Tuhan. Setiap saat, mereka hanya mengenali Tuhan yang samar di Surga sebagai Tuhan yang benar; sebanyak apa pun kebenaran yang diungkapkan Tuhan di Bumi ini, betapa mendidik dan bermanfaatnya Dia bagi manusia, fakta bahwa Dia hidup dalam kemanusiaan-Nya yang normal dan memiliki tubuh jasmani berarti bahwa tidak mungkin Dia adalah Tuhan yang ada di Surga, dan tidak soal bagaimana orang-orang ini memuji, melayani, dan menghormati Tuhan yang di Bumi ini, dalam hati mereka, orang-orang ini tetap percaya bahwa Tuhan yang di Surga adalah satu-satunya Tuhan yang benar. Apa pendapatmu mengenai pandangan ini? Dapat dikatakan bahwa pandangan seperti itu ada di lubuk hati banyak orang yang terkubur jauh di dalam alam bawah sadar mereka. Saat menerima pembekalan dan penggembalaan Kristus, mereka juga mengamati, mempelajari, dan mempertanyakan Kristus—sementara juga menantikan kapan Tuhan yang benar yang di Surga datang untuk menghakimi semua yang telah mereka lakukan. Dan mengapa mereka ingin Tuhan yang di surga menghakimi mereka? Karena mereka ingin mengikuti preferensi, gagasan, dan imajinasi mereka untuk memberikan kebebasan kepada keinginan mereka bahwa Tuhan yang di Surga—Tuhan imajinasi mereka—akan memperlakukan mereka seperti yang mereka inginkan, sedangkan Tuhan yang di Bumi tidak akan melakukan itu; Tuhan yang di Bumi hanya mengungkapkan kebenaran dan menyampaikan prinsip-prinsip kebenaran. Mereka juga berpikir, "Kasih Tuhan yang di Surga terhadap manusia tanpa pamrih, tanpa syarat, dan tanpa batas, sedangkan ketika engkau mengatakan atau melakukan sesuatu yang salah dan Tuhan yang di Bumi mengetahuinya, Dia menggunakanmu sebagai contoh negatif dalam khotbah-Nya dan mulai menganalisismu—jadi orang-orang harus lebih berhati-hati, mereka harus lebih menyembunyikan diri mereka sendiri, dan mereka tidak boleh memberi tahu Dia ketika sesuatu terjadi." Katakan kepada-Ku, apakah Aku tidak mampu menelaah hal-hal yang berusaha kausembunyikan dari-Ku? Aku tidak perlu menelaah hal-hal yang kaulakukan; Aku akan menelaah watak dan keadaanmu. Aku tidak perlu mengambil hal-hal yang kaulakukan sebagai contoh; Aku tetap mampu mempersekutukan kebenaran dan menyampaikan khotbah untuk memecahkan masalah, dan aku tetap mampu membuat orang memahami kebenaran. Di dalam hati pengikut yang bukan orang percaya, mereka beranggapan bahwa daging ini, Tuhan ini, tidak dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat dilihat oleh mata-Nya, apalagi mengetahui apa pun yang berhubungan dengan alam roh atau kebenaran. Mereka beranggapan bahwa Dia bahkan tidak dapat melihat hal-hal yang mampu dilakukan manusia ketika mereka sedang dikuasai oleh watak rusak mereka, dan bahwa Dia tidak mungkin memahami sepenuhnya esensi rusak manusia—inilah logika dan nalar pengikut yang bukan orang percaya. Mereka selalu memperlakukan Kristus dengan sikap meneliti, mempertanyakan, bahkan ketidakpercayaan, dan mereka juga menggunakan standar untuk menilai manusia serta pengetahuan yang mereka pahami dan hal-hal yang mereka bayangkan untuk menilai Kristus. Sebagai contoh, ketika berbicara dengan orang lain, ada orang-orang yang beranggapan bahwa orang lain tidak tahu apa yang sedang mereka pikirkan di dalam hati mereka atau watak seperti apa yang mereka miliki, dan mereka juga berbicara kepada-Ku dengan cara yang sama, memperlakukan-Ku dengan cara seperti mereka memperlakukan orang biasa, mengira Aku tidak tahu apa-apa—bukankah ini berarti mereka tidak mengenal Tuhan? Mereka berbohong kepada orang lain dan orang lain tidak keberatan, dan mereka juga berbohong kepada-Ku seperti itu, tertawa kecil dan memperlakukan-Ku setara, selalu ingin memperlakukan-Ku seperti teman mereka. Mereka beranggapan bahwa mereka dapat bertindak seperti itu karena mereka sudah tak asing lagi dengan-Ku, dan mereka menganggap bahwa Aku mungkin tidak mengetahui apa pun. Bukankah ini gagasan manusia? Ini adalah gagasan manusia, ini adalah ketidaktahuan manusia, dan di dalam ketidaktahuan ini terdapat watak jahat Iblis yang tersembunyi; watak jahat inilah yang membuat orang memiliki gagasan. Katakan kepada-Ku, apakah Aku perlu tinggal bersama dengan seseorang, dan menghabiskan setiap menit memperhatikan pemikiran dan pandangannya, dan memahami sepenuhnya latar belakangnya, agar dapat menyingkapkan atau mengetahui yang sebenarnya mengenai natur mereka? (Tidak.) Tidak, aku tidak melakukannya, tetapi engkau semua tidak akan mampu mencapai hal ini. Meskipun engkau semua berhubungan dengan orang-orang dan tinggal bersama mereka setiap hari, engkau tetap tidak dapat mengetahui esensi natur mereka yang sebenarnya. Apa pun yang terjadi pada dirimu, engkau hanya mampu melihat yang di luarnya dan bukan esensi mereka. Engkau semua hanya dapat memiliki sedikit pemahaman terhadap seseorang jika Tuhan menyingkapkan mereka sepenuhnya, jika tidak, engkau semua tidak akan dapat mengetahui diri mereka yang sebenarnya sekalipun engkau semua berhubungan dengan mereka selama beberapa tahun. Aku bisa berhubungan dengan seseorang selama satu atau dua hari, dan dia melakukan beberapa hal, mengatakan beberapa hal, dan mengutarakan sejumlah pandangan, dan pada dasarnya Aku tahu orang seperti apa mereka. Namun, ada orang-orang yang belum melakukan apa pun, yang belum pernah berinteraksi atau menangani apa pun dengan-Ku, tetapi aku mempertanyakan mereka, dan pada saat mereka menghadapi suatu masalah dan mengungkapkan suatu pandangan, esensi natur mereka langsung tersingkap. Banyak orang berkata, "Dapatkah Engkau mengetahui diri mereka yang sebenarnya begitu esensi naturnya tersingkap? Pada apa engkau mendasarkan wawasan ini? Mengapa kami tidak dapat mengetahui diri mereka yang sebenarnya?" Jika engkau tidak memahami kebenaran, maka engkau tidak akan mampu menilai orang lain, dan engkau tidak akan pernah memiliki standar yang diperlukan untuk melakukan hal tersebut. Jika engkau tidak memiliki standar tersebut, engkau tidak akan dapat mengetahui diri orang yang sebenarnya. Namun, Aku memiliki standar tersebut. Di satu sisi, Aku memahami kebenarannya, jadi Aku lebih tanggap dan cepat dalam menilai seseorang, dan di sisi lain, Roh Tuhan sedang bekerja. Ada orang-orang yang berpikir, "Ketika orang sudah lama hidup di dunia ini, mereka mampu mengetahui yang sebenarnya mengenai hal-hal dan orang-orang." Itu bukanlah wawasan yang sebenarnya; apa yang mereka ketahui? Jenis-jenis penipuan yang ada di tengah masyarakat ini, seperti penipuan politik, penipuan bisnis, penipuan keuangan, atau penipuan terkait pornografi. Hal-hal ini dapat dihindari oleh orang-orang yang telah lebih banyak mengalami dan mendengarnya. Orang-orang yang jarang mengalami dan mengalami hal-hal ini sering kali tertipu, tetapi begitu mereka telah lebih sering ditipu, mereka memperoleh pengalaman dan mampu mengetahui yang sebenarnya. Beginilah cara mereka mengetahui yang sebenarnya mengenai hal-hal. Namun, mengenai kerusakan manusia, natur, dan esensi manusia yang telah dirusak oleh Iblis, jika orang tidak memiliki kebenaran, mereka tidak akan pernah memiliki hikmat untuk memahami hal-hal ini, dan mereka tidak akan pernah mampu memahami watak yang diperlihatkan berbagai macam orang di balik suatu hal, atau sumber masalahnya. Jika engkau tidak dapat memahami hal-hal ini, engkau tidak akan tahu bagaimana cara menangani hal tersebut atau orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang terkait—engkau tidak akan memiliki cara untuk menanganinya dan engkau tidak akan memiliki hikmat untuk menanganinya. Itulah sebabnya ketika engkau menghadapi hal semacam itu, engkau merasa sangat bingung dan gelisah, dan engkau merasa hal itu sulit untuk ditangani. Jika engkau memahami kebenaran dengan jelas, engkau akan mampu memahami yang sebenarnya tentang watak rusak orang dan esensi dari watak rusak mereka. Dengan memahami yang sebenarnya tentang watak rusak yang mereka perlihatkan, engkau akan mengetahui esensi mereka, dan kemudian engkau akan mengetahui siapa mereka, orang seperti apa mereka, engkau akan tahu bagaimana bersikap waspada terhadap mereka, bagaimana cara mengenali mereka, dan engkau akan tahu cara menangani hal ini. Bukankah ini sumber hikmat? (Ya.) Jadi, Kristus dapat mengetahui yang sebenarnya mengenai manusia dan membekali manusia—apa sumber dari semua ini? Secara doktrin, semua itu berasal dari Roh Tuhan. Sederhananya, ini karena Kristus memiliki kebenaran yang berasal dari Tuhan. Memang begitulah adanya. Jika suatu hari engkau semua akhirnya memiliki kenyataan kebenaran sebagai hidupmu, barulah engkau akan memiliki hikmat dan engkau akan dapat mengetahui yang sebenarnya mengenai orang-orang.

Ada aspek lain dalam gagasan manusia, dan itu adalah gagasan yang orang miliki tentang pekerjaan Tuhan. Bagaimanakah munculnya gagasan manusia tentang pekerjaan Tuhan? Beberapa gagasan berasal dari pemahaman orang yang sebelumnya tentang iman dan beberapa berasal dari imajinasi mereka sendiri tentang pekerjaan Tuhan. Contohnya, dahulu orang membayangkan pekerjaan penghakiman Tuhan bagaikan takhta putih yang besar di langit dengan Tuhan yang berada di atas takhta menghakimi semua orang. Sekarang ini, engkau semua tahu bahwa imajinasi seperti itu tidak realistis—hal semacam itu tidak mungkin. Apa pun masalahnya, orang memiliki banyak imajinasi tentang pekerjaan, pengelolaan, dan perlakuan Tuhan terhadap manusia, dan sebagian besar imajinasi ini berasal dari kecenderungan manusia. Mengapa Aku mengatakan ini? Karena manusia tidak mau menderita. Mereka selalu ingin mengikuti Tuhan hingga akhir dengan mudah, menikmati banyak kasih karunia-Nya, mewarisi berkat-Nya, dan kemudian masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sungguh pemikiran yang luar biasa! Pemikiran paling umum dan berlebihan yang dimiliki umat manusia yang rusak tentang pekerjaan Tuhan adalah masuk ke dalam Kerajaan Surga dengan diusung tandu. Selain itu, ketika manusia mengalami pekerjaan Tuhan, seringkali mereka tidak mampu memahaminya; mereka tidak mengetahui kebenaran yang terkandung di dalamnya atau apa tujuan Tuhan dalam melakukan pekerjaan ini dan mengapa Tuhan berperilaku seperti itu terhadap manusia. Contohnya, sebelumnya Aku telah menggambarkan kasih Tuhan dengan menggunakan kata-kata "luas" dan "besar", tetapi Kurasa kemungkinan besar engkau semua tidak pernah memahami apa yang Kumaksud dengan kedua kata ini. Apa tujuan-Ku menggunakan kedua kata ini? Itu untuk mendapatkan perhatian semua orang sehingga engkau semua akan pergi dan merenungkannya. Secara lahiriah, perkataan ini tampak kosong. Kedua perkataan ini memang memiliki makna tertentu, tetapi sebanyak apa pun orang memikirkannya, yang dapat mereka pikirkan hanyalah, "Luas—berarti tak terbatas seperti langit; dengan kata lain, hati Tuhan tidak terbatas, tidak ada batasan untuk kasih-Nya terhadap umat manusia!" Kasih Tuhan bukanlah tipe kasih yang dapat dibayangkan oleh pikiran manusia. Manusia tidak mampu membayangkan kasih ini, mereka tidak dapat menggunakan pembelajaran dan pengetahuan untuk menafsirkan kata ini, tetapi harus menggunakan metode lain untuk menghargai dan mengalaminya. Pada akhirnya, engkau benar-benar menyadari bahwa kasih Tuhan berbeda dengan kasih yang dibicarakan oleh orang-orang, bahwa kasih sejati Tuhan tidak seperti hal apa pun lainnya, tidak seperti jenis kasih lainnya, tidak seperti kasih yang dipahami oleh semua umat manusia. Jadi apa tepatnya kasih ini? Bagaimana seharusnya engkau memahami kasih Tuhan? Untuk dapat mengenal kasih Tuhan, pertama-tama engkau tidak boleh hidup di tengah gagasan dan imajinasi manusia. Ambillah kasih seorang ibu sebagai contohnya: Kasih seorang ibu terhadap anak-anaknya tidak bersyarat, kasih itu bersifat sangat melindungi dan hangat. Saat ini, apakah kasih Tuhan kepada manusia yang engkau semua rasakan memiliki sensasi dan makna yang sama kadarnya dengan kasih seorang ibu? (Ya.) Jika demikian, ini adalah sebuah masalah—jawaban ini salah. Engkau harus membedakan kasih Tuhan dari kasih orangtua, suami, istri, atau anak-anak, kasih dari sanak saudaramu, perhatian teman-teman, dan engkau harus mengenal kasih Tuhan dengan cara yang baru. Apa sebenarnya kasih Tuhan itu? Kasih Tuhan itu tidak melibatkan perasaan daging dan tidak dipengaruhi oleh hubungan darah. Kasih itu adalah kasih yang murni dan sederhana. Jadi bagaimana seharusnya manusia memahami kasih Tuhan? Mengapa kita membahas tentang kasih Tuhan? Kasih Tuhan diwujudkan dalam pekerjaan Tuhan, supaya manusia mengakuinya, menerimanya, dan mengalaminya, dan pada akhirnya menyadari bahwa inilah kasih Tuhan, dan mengakui bahwa inilah kebenaran, bahwa kasih Tuhan bukanlah perkataan yang kosong, atau suatu bentuk tingkah laku di pihak Tuhan, melainkan kebenaran. Ketika engkau menerimanya sebagai kebenaran, engkau akan mampu mengenali aspek substansi Tuhan darinya. Jika engkau menganggapnya sebagai suatu bentuk tingkah laku, engkau akan mengalami kesulitan untuk mengenalinya. Apa yang dimaksud dengan "tingkah laku"? Ambillah ibu sebagai contoh: para ibu memberikan masa muda mereka, darah, keringat dan air mata mereka untuk membesarkan anak-anak, dan mereka memberi anak-anak apa pun yang mereka inginkan. Entah anaknya telah melakukan hal yang benar atau salah, atau jalan apa pun yang mereka tempuh, seorang ibu memberi tanpa pamrih, memenuhi kebutuhan anaknya, tidak pernah mengajar, menolong atau membimbing anak tentang cara mengikuti jalan yang benar, hanya senantiasa merawat, mengasihi dan melindungi mereka secara sembarangan, sampai pada akhirnya, anak itu tidak dapat membedakan yang benar dari yang salah. Inilah kasih seorang ibu atau kasih macam apa pun yang terlahir dari daging, perasaan, dan hubungan kedagingan manusia. Sedangkan kasih Tuhan justru sebaliknya: Jika Tuhan mengasihi engkau, Dia mengungkapkan hal ini dengan kerap kali mendidik, mendisiplinkanmu serta memangkasmu. Meskipun hari-harimu mungkin tidaklah nyaman saat mendapat didikan dan pendisiplinan, begitu engkau telah mengalami hal ini, engkau akan mendapati bahwa engkau telah belajar banyak, bahwa engkau memiliki ketajaman rohani dan bersikap bijaksana dalam masalah interaksi dengan orang lain, juga bahwa engkau telah memahami beberapa kebenaran. Jika kasih Tuhan itu seperti kasih seorang ibu atau ayah, seperti yang engkau bayangkan, jika Dia begitu cermat dalam pemeliharaan-Nya, dan selalu memanjakan, bisakah engkau mendapatkan hal-hal ini? Tidak. Jadi, kasih Tuhan yang dapat orang pahami berbeda dengan kasih sejati Tuhan yang dapat mereka alami dalam pekerjaan-Nya; orang harus memperlakukannya berdasarkan firman Tuhan dan mencari kebenaran dalam firman-Nya agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan kasih sejati. Jika mereka tidak mencari kebenaran, bagaimana mungkin seseorang yang rusak menyulap, dari ketiadaan, pemahaman tentang apa arti kasih Tuhan, apa tujuan pekerjaan-Nya dalam diri manusia, dan di mana letak maksud-Nya yang sungguh-sungguh itu? Manusia tidak akan pernah mengerti hal-hal ini. Inilah kesalahpahaman yang paling mungkin orang miliki tentang pekerjaan Tuhan, dan inilah aspek esensi Tuhan yang paling sulit orang pahami. Agar dapat memahaminya, orang harus mengalaminya secara mendalam dan secara pribadi serta secara nyata terlibat dengannya dan menghargainya. Biasanya, ketika orang berkata "kasih", yang mereka maksud adalah memberi seseorang apa yang disukainya, bukan memberikan sesuatu yang pahit ketika dia menginginkan sesuatu yang manis, atau sekalipun terkadang dia diberikan sesuatu yang pahit, itu adalah untuk mengobati suatu penyakit; singkatnya, hal ini berkaitan dengan keegoisan, perasaan, dan kedagingan manusia; itu berkaitan dengan tujuan dan motivasinya. Namun, apa pun yang Tuhan lakukan dalam dirimu, seperti apa pun Dia menghakimi dan menghajarmu, mendidik dan mendisiplinkanmu, atau seperti apa pun Dia memangkasmu, sekalipun engkau salah paham terhadap Dia, dan bahkan mengeluh tentang Dia di dalam hatimu, Tuhan akan terus bekerja di dalam dirimu dengan kesabaran yang tiada hentinya. Apa tujuan akhir Tuhan ketika melakukan hal ini? Dia menggunakan metode ini untuk menyadarkanmu, agar suatu hari engkau mampu memahami maksud Tuhan. Namun, ketika Tuhan melihat hasil ini, apa yang Dia peroleh? Dia sebenarnya tidak memperoleh apa pun. Lalu, mengapa Kukatakan demikian? Karena semua milikmu berasal dari Tuhan. Tuhan tidak perlu memperoleh apa pun. Yang Dia butuhkan hanyalah agar orang mengikuti dan masuk dengan benar sesuai dengan tuntutan-Nya saat Dia melakukan pekerjaan-Nya, agar pada akhirnya mampu hidup dalam kenyataan kebenaran, hidup dengan keserupaan dengan manusia, dan tidak lagi disesatkan, diperdaya, dan dicobai oleh Iblis, agar mampu memberontak terhadap Iblis, agar tunduk dan menyembah Tuhan, dan kemudian Tuhan berkenan, dan pekerjaan besar-Nya selesai. Apa yang Tuhan peroleh? Tuhan mendapatkanmu dan engkau dapat memuji Tuhan. Namun, apa arti pujianmu bagi Tuhan? Bukankah Tuhan tetaplah Tuhan sekalipun engkau tidak memuji-Nya? Bukankah Tuhan tetap mahakuasa sekalipun engkau tidak memuji-Nya? Apakah jika engkau tidak memuji Tuhan akan mengubah esensi atau status-Nya? (Tidak.) Tidak. Ini hanya bisa disebut sebagai kasih dan pekerjaan Tuhan. Apakah pemahamanmu tentang kasih Tuhan begitu luas dan tak terkira? (Tidak.) Pemahamanmu belum mencapai titik itu. Bahkan ketika seseorang menghancurkan hati Tuhan dan orang lain berpikir tidak mungkin Tuhan dapat menyelamatkan mereka, apa sikap Tuhan ketika mereka merenungkan diri mereka sendiri, menyadari kesalahan dalam cara mereka dan bertobat, serta menyingkirkan kejahatan di tangan mereka dan menerima keselamatan-Nya? Tuhan tetap menerima mereka semua. Asalkan manusia menempuh jalan yang benar, Tuhan tidak akan memperhitungkan pelanggaran manusia. Inilah kasih Tuhan. Gagasan manusia apa yang harus diluruskan di sini? Yang harus diluruskan adalah gagasan tentang cara Tuhan mengasihi. Orang-orang harus meninggalkan berbagai gagasan dan imajinasi mereka; mereka harus mencari kebenaran dan memahami kebenaran agar mampu melepaskan gagasan mereka. Melepaskan gagasan sangatlah mudah, tetapi mengubah gagasan orang secara menyeluruh tidaklah mudah. Jika engkau menghadapi masalah yang sama di masa depan dan gagasanmu terbentuk lagi, masalah macam apakah itu? Itu akan membuktikan bahwa gagasan ini tertanam sedemikian dalam di dalam dirimu. Meskipun dalam beberapa hal engkau mampu melepaskan gagasan-gagasanmu dengan mempersekutukan kebenaran, dalam beberapa hal lainnya, engkau tidak akan mampu melepaskannya. Melepaskan sebuah gagasan dengan satu hal mungkin mudah, tetapi membuat orang benar-benar meluruskan gagasan mereka tidaklah mudah. Orang harus memahami banyak kebenaran sebelum mampu meluruskan masalah gagasannya secara menyeluruh. Hal ini menuntut orang untuk mencari kebenaran dalam hal-hal yang mereka hadapi, secara nyata mengalami dan menghargai kasih Tuhan, dan itu mengharuskan Tuhan untuk melakukan banyak perbuatan agar manusia dapat mengenal-Nya. Hanya jika manusia mengenal Tuhan, barulah masalah menyimpan gagasan dan imajinasi mereka tentang Tuhan dapat disingkirkan sepenuhnya.

Yang perlu engkau semua analisis sekarang adalah gagasan tentang pekerjaan Tuhan dan apa saja gagasan-gagasan tersebut, dan yang terpenting adalah merangkum berbagai imajinasi, konflik, dan tuntutanmu tentang pekerjaan Tuhan, kedaulatan dan pengaturan Tuhan, serta cara Tuhan bekerja. Hal-hal ini dapat menghalangimu agar tidak tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan dan dapat menyebabkanmu salah paham dan merasa bertentangan dengan segala sesuatu yang telah Tuhan lakukan kepadamu. Gagasan seperti ini sangat serius dan layak dianalisis. Sebagai contoh, ada orang-orang yang membaca firman Tuhan yang menghakimi dan mengutuk manusia dan mereka membentuk gagasan dan berkata, "Tuhan berkata Dia tidak mengasihi orang sepertiku, jadi sepertinya Dia tidak akan menyelamatkanku." Bukankah ini adalah gagasan? Apa akibat dari gagasan ini? Kerusakan apa pun yang kaumiliki atau orang seperti apa pun dirimu, engkau tahu bahwa Tuhan tidak menyukai orang yang memberontak terhadap-Nya, jadi mengapa engkau tidak bertobat? Jika engkau menerima kebenaran, membuang kerusakanmu dan tunduk sepenuhnya kepada Tuhan, bukankah Tuhan akan menyukaimu? Mengapa engkau membatasi Tuhan dan berkata bahwa Dia tidak akan menyelamatkanmu? Pemikiran-pemikiran negatif yang kaumiliki ini akan menghalangimu agar tidak mengikuti Tuhan dan mengalami pekerjaan-Nya, pemikiran-pemikiran tersebut akan membuatmu tidak lagi mengalami kemajuan dan membiarkan dirimu dipengaruhi oleh keputusasaan dan bahkan akan menyebabkanmu menolak Tuhan. Antikristus dan orang jahat muncul di beberapa gereja dan menimbulkan gangguan, dan dengan melakukannya, ada orang-orang yang disesatkan oleh mereka—apakah ini hal yang baik atau buruk? Apakah ini kasih Tuhan, ataukah Tuhan sedang mempermainkan manusia dan menyingkapkan mereka? Engkau tidak dapat memahami hal ini, bukan? Tuhan menghadirkan segala sesuatu ke dalam pelayanan-Nya untuk menyempurnakan dan menyelamatkan orang-orang yang ingin Dia selamatkan, dan yang pada akhirnya diperoleh oleh mereka yang sungguh-sungguh mencari kebenaran dan menerapkan kebenaran adalah kebenaran. Namun, ada orang-orang yang tidak mencari kebenaran, mereka mengeluh dan berkata, "Cara kerja Tuhan tidak benar. Itu membuatku sangat menderita! Aku hampir mengikuti antikristus. Jika gangguan ini benar-benar diatur oleh Tuhan, bagaimana mungkin Dia membiarkan manusia mengikuti antikristus?" Apa yang sedang terjadi di sini? Fakta bahwa engkau tidak mengikuti antikristus membuktikan bahwa engkau memiliki perlindungan Tuhan; jika engkau mengikuti antikristus, itu adalah pengkhianatan terhadap Tuhan dan Tuhan tidak lagi menginginkanmu. Jadi, apakah gangguan yang ditimbulkan antikristus dan orang-orang jahat di dalam gereja merupakan suatu hal yang baik atau buruk? Di luarnya, kelihatannya itu merupakan hal yang buruk, tetapi ketika para antikristus dan orang-orang jahat ini disingkapkan, engkau akan bertumbuh dalam kepekaan, mereka dikeluarkan, dan tingkat pertumbuhanmu meningkat. Jika kelak engkau bertemu lagi dengan orang-orang semacam itu, engkau akan mampu mengenali mereka bahkan sebelum mereka menunjukkan diri mereka yang sesungguhnya, dan engkau akan menolak mereka. Hal ini akan membuatmu dapat memetik pelajaran dan mendapatkan manfaat; engkau akan tahu cara mengenali antikristus dan tidak lagi disesatkan oleh Iblis. Jadi, katakan kepada-Ku, bukankah baik jika antikristus mengganggu dan menyesatkan orang? Hanya jika mereka telah mengalami tahap ini, barulah orang mampu memahami bahwa Tuhan tidak bertindak sesuai dengan gagasan dan imajinasi mereka, dan bahwa Tuhan mengizinkan si naga merah yang sangat besar menimbulkan gangguan dengan heboh dan mengizinkan antikristus menyesatkan umat pilihan Tuhan agar Dia dapat memanfaatkan Iblis dalam pelayanan-Nya untuk menyempurnakan umat pilihan-Nya, dan baru pada saat itulah orang memahami maksud baik Tuhan. Ada orang-orang yang berkata, "Aku telah disesatkan oleh antikristus dua kali dan aku tetap tidak dapat mengenali mereka. Jika antikristus yang lebih licik datang, aku pasti akan disesatkan lagi." Jadi, biarkan hal itu terjadi lagi agar engkau dapat mengalaminya dan memetik pelajaran. Tuhan harus melakukan hal-hal dengan cara seperti ini agar Dia dapat menyelamatkan manusia dari pengaruh Iblis. Ada dua frasa yang dapat digunakan di sini untuk menggambarkan cara Tuhan bekerja, dan kedua frasa tersebut adalah berbagai cara di mana Tuhan bekerja dengan cara yang tidak biasa dan di luar imajinasi manusia biasa. Mengapa Aku mendefinisikan pekerjaan Tuhan menggunakan dua frasa "tidak biasa" dan "di luar imajinasi"? Itu karena manusia yang rusak tidak mampu memahami hal-hal ini dan mereka tidak memahami kebenaran, cara Tuhan bekerja, atau hikmat Tuhan dalam peperangan-Nya melawan Iblis. Semua manusia tidak memahami hal-hal ini. Jadi, mengapa orang masih bisa memiliki pemikiran dan gagasan? Itu karena mereka mempelajari sedikit pengetahuan, memahami suatu doktrin, dan memiliki kesukaan mereka sendiri, sehingga mereka memiliki gagasan dan imajinasi tertentu. Namun, jika menyangkut masalah dunia roh dan pekerjaan yang Tuhan lakukan, mereka sama sekali tidak memahami hal-hal ini. Pada akhir zaman, Sang Pencipta berfirman secara langsung kepada semua manusia. Ini adalah pertama kalinya hal ini pernah terjadi sejak penciptaan dunia. Dengan kata lain, Dia bertindak dengan cara seperti ini secara terbuka di hadapan semua manusia, mengumumkan rencana pengelolaan-Nya dan kemudian melaksanakannya di antara manusia. Ini adalah pertama kalinya hal ini pernah terjadi. Manusia tidak paham dan masih asing dengan alam pemikiran Tuhan, esensi Tuhan, dan cara Tuhan bekerja, jadi adalah wajar bagi manusia untuk memiliki gagasan tentang hal-hal ini, tetapi ini bukan berarti bahwa gagasan itu sesuai dengan kebenaran. Tidak soal betapa normalnya gagasan manusia, gagasan itu tetap bertentangan dengan kebenaran, tidak sesuai dengan firman Tuhan, dan bertentangan dengan maksud Tuhan. Jika gagasan-gagasan ini tidak diluruskan tepat pada waktunya, gagasan-gagasan ini akan menjadi penghalang besar bagi orang-orang untuk mengalami pekerjaan Tuhan dan jalan masuk kehidupan mereka sendiri. Oleh karena itu, mengenai gagasan manusia, seberapapun sesuainya gagasan manusia dengan imajinasi dan pemikiran manusia, selama itu tidak sesuai dengan kebenaran dan firman Tuhan, maka semuanya bertentangan dengan kebenaran dan bertentangan dengan Tuhan, serta gagasan-gagasan tersebut tidak sesuai dengan Tuhan. Seberapapun sesuainya gagasan mereka dengan imajinasi orang, orang harus selalu berusaha membedakannya; mereka sama sekali tidak boleh menerima gagasan mereka begitu saja. Apa yang seharusnya manusia terima? Manusia harus menerima firman Tuhan, kebenaran, dan semua hal positif yang berasal dari Tuhan. Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Iblis, seberapa baiknya atau sesuainya pun hal-hal itu dengan imajinasi mereka sendiri, orang-orang tidak boleh menerimanya, tetapi mereka harus menolaknya. Hanya dengan cara seperti inilah orang dapat mencapai ketundukan kepada Tuhan dan memenuhi tuntutan Sang Pencipta.

Gagasan-gagasan manusia hanya bisa diluruskan melalui firman Tuhan dan dengan menggunakan kebenaran; gagasan-gagasan itu tidak bisa dikesampingkan dengan mengkhotbahkan doktrin dan memberikan nasihat—tidak semudah itu. Manusia tidak memiliki komitmen pada hal-hal yang benar, tetapi cenderung berpaut pada berbagai gagasan atau hal-hal yang jahat dan menyimpang, yang sulit bagi mereka untuk disingkirkan. Apa penyebabnya? Itu karena mereka memiliki watak yang rusak. Apakah gagasan-gagasan manusia itu besar ataupun kecil, serius ataupun tidak, jika mereka tidak memiliki watak yang rusak, gagasan-gagasan ini mudah untuk diluruskan. Gagasan, pada akhirnya, hanyalah sebuah cara berpikir. Namun karena watak manusia yang rusak, seperti kecongkakan, sifat keras kepala, bahkan kejahatan, gagasan menjadi pencetus yang menyebabkan manusia berkonflik dengan, salah menafsirkan, dan bahkan menghakimi Tuhan. Siapa yang masih bisa tunduk dan memuji Tuhan ketika mereka memiliki gagasan tentang Dia? Tak seorang pun. Karena memiliki gagasan, manusia hanya bisa menentang Tuhan, mereka mengeluh tentang Dia, mereka mengkritik Dia, dan mereka bahkan mengutuk Dia. Hal ini cukup untuk menunjukkan bahwa gagasan muncul dari dalam watak yang rusak, kemunculan gagasan adalah penyingkapan watak yang rusak, dan semua watak rusak yang tersingkap adalah pemberontakan dan penentangan terhadap Tuhan. Ada orang-orang yang berkata, "Aku memiliki gagasan, tetapi aku tidak menentang Tuhan." Ini adalah perkataan yang menipu. Sekalipun mereka tidak mengatakan apa pun, di dalam hatinya, mereka masih menentang, dan perilaku mereka juga penuh pertentangan. Dapatkah orang-orang semacam itu tetap tunduk pada kebenaran ketika mereka seperti ini? Tidak mungkin. Karena dikuasai oleh watak yang rusak, mereka berpegang teguh pada gagasan-gagasan mereka—ini disebabkan oleh watak rusak mereka. Jadi, begitu gagasan-gagasan itu diluruskan, demikian pula watak rusak manusia. Jika watak rusak manusia dibereskan, banyak pemikiran-pemikiran mereka yang kekanak-kanakan dan tidak dewasa, dan bahkan hal-hal yang telah menjadi gagasan bukanlah sebuah masalah bagi mereka; gagasan-gagasan itu hanyalah pemikiran, dan tidak mempengaruhi pelaksanaan tugasmu, atau ketundukanmu kepada Tuhan. Gagasan dan watak yang rusak saling berkaitan. Terkadang muncul sebuah gagasan di hatimu, tetapi jika gagasan itu tidak melanggar kepentinganmu secara langsung, engkau mengabaikannya. Namun, mengabaikannya bukan berarti tidak ada watak yang rusak di balik gagasanmu, dan ketika sesuatu yang bertentangan dengan gagasan-gagasanmu terjadi, engkau berpegang teguh pada gagasan itu dengan sikap tertentu, sebuah sikap yang didominasi oleh watakmu. Watak ini mungkin saja sifat keras kepala, mungkin kecongkakan, dan mungkin juga kekejaman; itu menyebabkanmu dengan ceroboh berbicara panjang lebar kepada Tuhan, dan berkata, "Sudut pandangku telah disahkan secara akademis berulang kali. Manusia telah memilikinya selama ribuan tahun, jadi mengapa aku tidak bisa? Hal-hal yang kauucapkan yang bertentangan dengan gagasan manusia adalah salah, jadi bagaimana Engkau bisa tetap berkata bahwa semua itu adalah kebenaran, dan semua itu lebih tinggi dari segalanya? Sudut pandangku adalah yang tertinggi di antara seluruh umat manusia!" Satu gagasan dapat menyebabkan engkau bertingkah laku seperti ini, hingga menggertak sedemikian itu. Apa penyebabnya? (Watak yang rusak.) Benar, ini disebabkan oleh watak yang rusak. Ada hubungan langsung antara gagasan dan watak rusak manusia, dan gagasan-gagasan itu harus diluruskan. Begitu gagasan manusia tentang iman kepada Tuhan telah diluruskan, mudah bagi mereka untuk tunduk pada pengaturan pekerjaan rumah Tuhan, dan dengan demikian mereka makin lancar dalam melaksanakan tugasnya dengan baik, mereka tidak mengambil jalan yang berputar-putar, mereka tidak mengacaukan atau mengganggu, dan mereka tidak melakukan apa pun yang mempermalukan Tuhan. Jika gagasan dan imajinasi manusia tidak ditangani, akan mudah bagi manusia untuk melakukan hal-hal yang menyebabkan kekacauan dan gangguan. Dalam kasus yang lebih serius, gagasan manusia dapat menghasilkan di dalam dirinya berbagai macam konflik terhadap inkarnasi Tuhan. Berbicara tentang gagasan, tentu saja itu adalah pandangan salah yang bertentangan dengan kebenaran, sama sekali bertentangan dengan kebenaran, dan dapat menimbulkan segala macam perasaan yang bertentangan dengan Tuhan muncul di dalam diri manusia. Konflik ini membuatmu mempertanyakan Kristus dan membuatmu tidak dapat menerima-Nya atau tunduk kepada-Nya, sementara juga memengaruhi penerimaanmu terhadap kebenaran dan jalan masuk ke dalam kebenaran kenyataan. Dalam kasus yang lebih serius, berbagai gagasan manusia tentang pekerjaan Tuhan menyebabkan mereka menyangkal pekerjaan Tuhan, cara yang dengannya Tuhan bekerja, serta kedaulatan dan pengaturan Tuhan—dalam hal ini mereka sama sekali tidak ada harapan untuk diselamatkan. Aspek Tuhan mana pun yang gagasannya manusia miliki, di balik gagasan ini tersembunyi watak rusak mereka, di mana gagasan ini dapat menyebabkan watak rusak ini menjadi lebih buruk, memberi orang lebih banyak dalih untuk memperlakukan pekerjaan Tuhan, Tuhan itu sendiri, dan watak Tuhan menggunakan watak rusak mereka sendiri. Dan bukankah ini mendorong mereka untuk menentang Tuhan dengan watak rusak mereka? Inilah akibat yang ditimbulkan gagasan bagi manusia.

Meskipun sebelumnya kita sudah sering membahas tentang gagasan manusia, kita belum pernah membahas secara sistematis dan terperinci tentang aspek dan hal-hal apa saja yang orang-orang simpan dalam gagasan mereka, dan gagasan seperti apa yang mereka miliki. Dengan mempersekutukan dan menelaah poin demi poin melalui cara ini, pada hari ini, Aku telah memberimu panduan yang jelas untuk diikuti agar engkau semua tahu gagasan seperti apa yang kaumiliki, sehingga engkau kemudian dapat memiliki jalan untuk meluruskannya satu per satu. Jika orang mampu meluruskan gagasan-gagasan ini satu per satu, seluruh aspek kebenaran akan menjadi makin jelas bagi mereka. Dengan demikian, jalan mereka ke depan juga akan makin jelas, dan jalan yang mereka tempuh dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan akan makin kokoh dan cerah seiring makin jauhnya mereka melangkah.

20 September 2018

Sebelumnya: Hanya di dalam Menerapkan Kebenaran Terdapat Jalan Masuk Kehidupan

Selanjutnya: Hanya dengan Menyelesaikan Gagasannya Orang Dapat Memasuki Jalur yang Benar dalam Kepercayaan kepada Tuhan (2)

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini

Hubungi kami via Messenger