55. Aku Tidak Lagi Mengejar Status Tanpa Henti
Aku adalah seseorang yang mendambakan kehormatan dan status. Sejak kecil, aku berusaha untuk menonjol dan lebih unggul dari orang lain. Seperti kata pepatah, "Pejabat lebih unggul daripada rakyat jelata," bahkan pejabat terkecil pun dianggap lebih baik daripada orang biasa. Aku percaya bahwa memiliki jabatan resmi berarti memiliki kekuasaan, dihormati, dan disegani ke mana pun kita berada. Saat aku masih muda, aku melakukan segala macam pekerjaan kotor dan melelahkan di desa hanya demi mendapatkan jabatan resmi. Aku bahkan bekerja di ladang pada larut malam, seperti pahlawan tanpa tanda jasa. Namun, karena pendidikanku rendah, sekeras apa pun aku berusaha, aku hanya bisa menjadi ketua Federasi Wanita di desa.
Pada tahun 1999, aku menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman dan melaksanakan tugasku untuk memberitakan Injil di gereja. Melihat para pemimpin tingkat atas selama pertemuan dikelilingi oleh saudara-saudari yang menanyakan berbagai hal, aku merasa sangat iri. Menjadi seorang pemimpin itu bagus; dia selalu dikelilingi orang di mana pun dia berada, sungguh terhormat! Setelah pekerjaan Tuhan selesai di masa depan, para pemimpin ini pasti akan diselamatkan oleh Tuhan. Aku harus berusaha dengan sungguh-sungguh; jika aku bisa menjadi seorang pemimpin di rumah Tuhan, aku bukan hanya akan dihormati oleh saudara-saudari, tetapi aku juga akan memiliki lebih banyak peluang untuk diselamatkan dan disempurnakan. Selama aku berusaha dengan tekun dan melaksanakan tugasku dengan baik, aku pasti akan memiliki peluang untuk menjadi seorang pemimpin. Pada saat itu, Injil baru saja disebarluaskan di wilayah kami, dan sebagian besar orang yang menerima Injil adalah saudara-saudari dari gereja lama kami. Begitu mereka diganggu oleh para pendeta, atau menjadi negatif, atau menghadapi kesulitan, aku segera mendukung mereka. Semua saudara-saudari menghormatiku, mereka datang kepadaku dengan segala kesulitan yang mereka hadapi. Meskipun kami belum mendirikan gereja saat itu, dan belum ada pimpinan gereja, yang kulakukan adalah pekerjaan kepemimpinan. Saudara-saudari yang menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman bersama denganku juga mengatakan, "Jika orang lain tidak dapat dipilih sebagai pemimpin nantinya, Li Jing pasti akan dipilih." Aku merasa senang saat mendengar ini, sambil berpikir, "Di antara saudara-saudari yang menerima pekerjaan Tuhan bersamaku, tidak ada seorang pun yang lebih baik dariku, dan tidak ada seorang pun yang mengorbankan diri melebihiku, saudara-saudari juga mendukungku, jadi saat tiba waktunya untuk memilih pemimpin, semua orang pasti akan memilihku." Pada paruh kedua tahun 1999, para pemimpin tingkat atas datang ke wilayah kami untuk mengadakan pertemuan, mengatakan bahwa mereka ingin mendirikan gereja dan memilih seorang pemimpin gereja. Aku sangat gembira, berpikir bahwa sudah pasti aku akan dipilih sebagai pemimpin gereja. Selama pertemuan itu, aku dengan percaya diri menunggu pengumuman hasil pemilihan oleh pemimpin tingkat atas. Namun, di luar dugaan, Saudari Liu Qing terpilih sebagai pemimpin, dan aku terpilih sebagai diaken penginjilan. Begitu aku mendengar hasilnya, hatiku serasa disiram air dingin, sangat terkejut, aku menjadi malu, dan berpikir, "Sepanjang hari, aku sibuk memberitakan Injil, menyirami orang-orang percaya baru, dan menampung saudara-saudari, sibuk dengan berbagai hal, dan aku bahkan tidak dipilih sebagai pemimpin, bukankah semua pekerjaan ini sia-sia? Kini setelah aku belum terpilih sebagai pemimpin, saudara-saudari pasti akan mengatakan bahwa aku tidak sebaik Liu Qing, mau ditaruh di mana wajahku?" Setelah pertemuan berakhir dan aku kembali ke rumah, makin aku memikirkannya, makin aku merasa sedih, dan air mataku mengalir tanpa kusadari. Dalam hati, aku iri pada Liu Qing: Sebelumnya, dalam denominasi kita, kau bahkan tidak segiat diriku, jadi apa yang membuatmu memenuhi syarat sebagai seorang pemimpin? Pernah sekali, Liu Qing bertanya kepadaku tentang penyiraman orang-orang percaya baru, dan aku pun geram, berpikir, "Kau tidak mengerti apa-apa, tetapi kau menjadi pemimpin? Jika kau tidak mampu menanganinya, mengapa tidak kaukatakan sebelumnya?" Dengan tidak sabar, aku menjawab, "Bukankah kau pemimpinnya? Kau cari tahu saja sendiri." Liu Qing berkata tanpa daya, "Aku menanyakan tentang hal-hal ini kepadamu karena aku tidak paham." Setelah mendengarnya mengatakan itu, aku merasa bersalah di dalam hati, jadi aku melunakkan nada bicaraku dan memberitahunya harus berbuat apa. Karena tidak terpilih sebagai pemimpin, dalam hati, aku selalu merasa kalah, dan aku tidak dapat mengumpulkan semangat untuk melaksanakan tugasku. Sebelumnya, saat aku melaksanakan pekerjaan penginjilan, aku dengan aktif mencari saudara-saudari guna memahami situasi calon penerima Injil, dan aku akan bekerja sama dengan mereka untuk mengabarkan Injil, tetapi kini, sekalipun tidak ada calon penerima injil, aku tidak dengan aktif mencari mereka. Terkadang, saat aku sendirian di rumah, aku berpikir, "Aku menyediakan tempat di rumah serta mengabarkan Injil, dan pada akhirnya, aku bahkan tak terpilih sebagai pemimpin. Adakah harapan bagiku untuk diselamatkan di masa depan?" Makin kupikirkan, makin aku merasa negatif, dan aku berdoa kepada Tuhan tentang keadaanku, "Tuhan, aku tidak menjadi seorang pemimpin, dan aku sama sekali tidak merasakan motivasi untuk melaksanakan tugasku; hatiku terasa tidak nyaman. Namun, aku tidak tahu bagaimana mengubah keadaan ini. Kumohon tuntunlah aku untuk memahami maksud-Mu."
Pada waktu teduh pagi, aku membaca firman Tuhan ini: "Aku mengasihi semua orang yang dengan tulus menginginkan-Ku. Jika engkau semua berfokus untuk mengasihi-Ku, Aku pasti akan memberkatimu dengan luar biasa. Apakah engkau semua memahami maksud-Ku? Di rumah-Ku, tidak ada perbedaan antara yang berstatus tinggi dan rendah. Setiap orang adalah anak-Ku, dan Aku adalah Bapamu, Tuhanmu. Aku maha tinggi dan unik. Aku mengendalikan alam semesta dan segala sesuatu!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 31"). "Engkau harus 'melayani-Ku dengan kerendahan hati dan tanpa dikenal orang' di rumah-Ku. Frasa ini harus menjadi sloganmu. Jangan menjadi daun di pohon, tetapi jadilah akar pohon dan berakarlah dalam kehidupan. Masuklah ke dalam pengalaman hidup yang sejati, hiduplah sesuai dengan firman-Ku, carilah Aku lebih lagi dalam setiap persoalan, dan mendekatlah kepada-Ku serta bersekutulah dengan-Ku. Jangan memperhatikan hal-hal eksternal apa pun, dan jangan terkekang oleh orang, peristiwa, atau benda apa pun, tetapi bersekutulah hanya dengan orang-orang rohani tentang siapa Aku. Pahamilah maksud-Ku, biarkan kehidupan-Ku mengalir di antaramu, dan hidup dalam firman-Ku dan patuhi tuntutan-Ku" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 31"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa di rumah Tuhan, tidak ada perbedaan antara status tinggi ataupun rendah. Maksud Tuhan adalah agar kita mengejar kebenaran, dengan tenang melaksanakan tugas kita demi memuaskan-Nya. Tuhan tidak ingin kita mengejar status, tetapi mengejar kebenaran dan memperoleh kehidupan. Memperoleh status adalah semacam kejayaan lahiriah, tetapi itu hampa dan tidak berarti. Seperti halnya dedaunan, meskipun indah, rontok di musim gugur; bunga-bunga, meskipun indah dan dipuji orang, tanpa menghasilkan buah, tidak memiliki kehidupan. Aku selalu ingin menjadi seorang pemimpin, didukung, dikagumi, didengarkan, dan dipuji orang-orang, memiliki status di hati mereka, tetapi apa sebenarnya arti mengejar hal-hal ini? Pekerjaan Tuhan pada akhir zaman adalah menghakimi dan membersihkan manusia, membekali mereka dengan kebenaran. Jika aku tidak mengejar kebenaran, jika watakku yang rusak tetap tidak berubah, dan aku tidak memperoleh kebenaran, bukankah sia-sia aku percaya kepada Tuhan? Aku memandang tinggi status, merasa negatif tanpanya, dan kehilangan semangat untuk mengabarkan Injil. Aku menyadari bahwa yang kukejar bukanlah kebenaran, melainkan reputuasi dan status, bukankah itu menyimpang dari maksud Tuhan? Aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, keinginanku untuk memperoleh status begitu besar. Ketika aku melihat orang lain menjadi pemimpin dan aku tidak terpilih, aku menjadi negatif. Di dunia, aku berusaha untuk menjadi pejabat dan kader. Kini setelah aku berada di rumah Tuhan, aku masih mengejar hal-hal yang sama. Apa bedanya dengan saat aku masih menjadi bagian dari dunia? Tuhan, aku tidak lagi ingin mengejar status. Aku ingin melaksanakan tugasku sebagai makhluk ciptaan sesuai dengan tuntutan-Mu untuk memuaskan Engkau." Setelah itu, kondisiku berubah, dan aku menjadi bersemangat dalam mengabarkan Injil. Saat Liu Qing menghadapi kesulitan dan bertanya kepadaku, aku bersekutu dengannya selama aku mengerti, merasa bahwa semua ini adalah bagian dari pekerjaan gereja, bahwa ketika saudari itu mengalami kesulitan, aku bertanggungjawab untuk membantunya. dan itu juga merupakan tugas yang harus kulaksanakan. Dua bulan kemudian, Liu Qing diberhentikan karena dia tidak bisa melakukan pekerjaan nyata, dan saudara-saudari memilihku untuk menjadi pemimpin gereja. Aku merasa sangat gembira, berpikir bahwa ini adalah perkenanan Tuhan, dan aku perlu bekerja keras. Selanjutnya, aku memilih pemimpin untuk masing-masing kelompok, serta bersekutu dengan saudara-saudari tentang pentingnya mengabarkan Injil, dan keefektifan pengabaran Injil meningkat. Pada siang hari aku mengabarkan Injil, dan pada malam hari, aku menyirami orang-orang percaya baru, dan jika ada saudara-saudari yang bersikap negatif atau lemah, aku mengunjungi mereka untuk memberikan dukungan. Semua orang menyambutku dengan hangat, dan jika mereka memiliki pertanyaan, mereka akan datang padaku. Melihat saudara-saudari berkumpul di sekitarku dan sangat menghormatiku, aku sangat menikmati perasaan ini, sambil berpikir, "Menjadi seorang pemimpin itu bagus. Jika aku melaksanakan semua pekerjaan gereja dengan baik, akan ada peluang untuk naik pangkat lebih tinggi lagi. Jika aku bisa menjadi pemimpin senior, aku akan makin dihormati."
Kemudian, para pemimpin tingkat atas datang untuk berkumpul dengan kami, dan mengatakan bahwa mereka ingin memilih seorang pengkhotbah dari beberapa pemimpin gereja. Aku berpikir, "Prestasi gereja kami lebih baik dalam hal keefektifan pengabaran Injil dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari, dan selain itu, karena baru-baru ini aku ditangkap oleh Partai Komunis serta tetap teguh dalam kesaksianku, aku memiliki keunggulan dalam segala aspek dibandingkan mereka. Aku pasti terpilih sebagai pengkhotbah kali ini." Di luar dugaan, Saudari Wang Xue yang terpilih. Hatiku terasa sangat dingin, dan aku berpikir, "Mengapa dia yang dipilih dan bukan aku? Semua pekerjaan gereja kami memiliki hasil terbaik, di bagian mana aku tidak lebih baik darinya? Kini setelah aku tidak terpilih sebagai pengkhotbah, bagaimana pandangan saudara-saudari terhadapku? Siapa yang akan menghormatiku nantinya?" Selama pertemuan berikutnya, aku tidak mengatakan apa pun, merasa bahwa sekeras apa pun aku berusaha, sesibuk atau selelah apa pun diriku, apa gunanya? Aku malu untuk membuka diri tentang keadaanku dan mencari solusi, takut kehilangan wajah, jadi semua itu kupendam sendiri.
Kemudian, Wang Xue mengadakan pertemuan untuk beberapa pemimpin gereja, dan semua orang mendengarkan dengan penuh perhatian, tetapi aku menghadapinya dengan cukup buruk. Kupikir menjadi seorang pengkhotbah sungguh berbeda, memiliki gengsi dan rasa hormat di mana pun kau berada, dengan orang-orang mendengarkanmu. Jika aku yang jadi pengkhotbah, saudara-saudari pasti mengerumuniku juga, tetapi kini aku harus mendengarkan dia, dan itu membuatku merasa tidak adil. Selama pertemuan, saat dia menerapkan pekerjaan, aku merasa enggan untuk bekerja sama, sambil berpikir, "Dahulu kita adalah sejawat, dan kau tidak lebih baik dariku, kini kau mengatur pekerjaan untuk kami. Jika aku mengikuti instruksimu, bukankah itu membuatku terlihat lebih rendah darimu?" Wang Xue bertanya kepadaku tentang masalah dalam pekerjaan gereja kami, dan dengan wajah acuh tak acuh, aku menjawab, "Gereja kami tidak punya banyak masalah. Semuanya sudah kami selesaikan sendiri." Lalu dia bertanya tentang kemajuan dalam pekerjaan penginjilan kami, dan aku enggan menjawab lagi, jadi kujawab dengan wajah tak ramah, "Keefektifan pekerjaan penginjilan kami sudah sangat jelas, gereja-gereja lain bahkan tak mencapai separuh dari hasil bulanan kami." Saat dia bertanya tentang situasi para pendatang baru, aku menjadi tidak sabar, dan berkata, "Para pendatang baru sedang disirami oleh beberapa dari kami, para pemimpin serta pekerja, dan mereka baik-baik saja. Kalau kau tidak percaya, silakan pergi dan cari tahu sendiri." Wang Xue merasa terkekang oleh sikapku, dan suasana pertemuan menjadi canggung. Aku terus-menerus hidup dalam kecemburuan dan ketidakpuasan, dan jiwaku gelap. Aku kehilangan minat dalam melaksanakan tugasku, hanya bersikap asal-asalan. Ketika ada calon penerima Injil, aku enggan mengabarkan Injil kepada mereka lagi. Keefektifan pengabaran Injil mulai menurun. Saat para pemimpin datang untuk bersekutu denganku dan menolongku, aku tidak bisa mendengarkan. Pada akhirnya, aku diberhentikan.
Setelah itu, aku merenungkan diriku sendiri: Mengapa aku merasa tidak nyaman dan tidak puas ketika Wang Xue menjadi pengkhotbah? Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, memohon pada-Nya untuk mencerahkan dan menuntunku agar dapat mengenali dan menyelesaikan masalahku sendiri. Kemudian, aku membaca firman Tuhan ini: "Dalam upaya yang engkau semua lakukan, ada terlalu banyak gagasan, harapan dan cita-cita yang bersifat individual. Pekerjaan saat ini adalah untuk memangkas keinginanmu memiliki status serta hasratmu yang muluk-muluk. Harapan, status, dan gagasan, semuanya itu merupakan representasi klasik dari watak Iblis. ... Selama bertahun-tahun, cara pikir yang diandalkan oleh orang-orang untuk bertahan hidup telah sedemikian merusak hati mereka hingga mencapai titik di mana mereka menjadi orang-orang yang tak bisa dipercaya, pengecut dan tercela. Bukan hanya tidak memiliki kemauan keras atau tekad, mereka juga telah menjadi tamak, congkak dan degil. Mereka sama sekali tidak memiliki tekad yang melampaui keakuannya, bahkan mereka tidak mempunyai keberanian sedikit pun untuk menepis tekanan pengaruh kegelapan ini. Pemikiran dan kehidupan orang-orang telah sedemikian rusaknya, sehingga perspektif mereka tentang percaya kepada Tuhan masih teramat menjijikkan, bahkan ketika orang-orang membicarakan perspektif mereka tentang percaya kepada Tuhan, itu benar-benar tak tertahankan untuk didengar. Orang-orang semuanya pengecut, tidak kompeten, hina dan rapuh. Mereka tidak merasa muak akan kuasa kegelapan dan mereka tidak menyukai terang dan kebenaran; sebaliknya mereka berusaha sekuat tenaga untuk mengenyahkannya. ... Meskipun hari ini engkau sudah sampai pada langkah ini, engkau masih belum melepas soal status, tetapi masih terus berupaya untuk menanyakannya dan menyelidikinya setiap hari sambil merasa was-was kalau-kalau pada suatu hari engkau akan kehilangan statusmu dan namamu akan terpuruk. Manusia tidak pernah mengesampingkan keinginan mereka untuk mengalami kemudahan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mengapa Engkau Enggan Menjadi Sebuah Kontras?"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa situasi seperti ini dimaksudkan untuk menyingkapkan keinginanku akan status dan kerusakanku, serta membantuku mengubah pandanganku yang salah tentang pengejaran. Aku selalu mengejar reputasi dan status, dan setelah menjadi pemimpin gereja, aku bahkan ingin menjadi seorang pengkhotbah dan pemimpin yang lebih tinggi, ingin menduduki jabatan tinggi serta menikmati keuntungan dari status. Sebelum pengkhotbah dipilih, aku biasa bangun pagi dan bekerja hingga larut malam untuk mengabarkan Injil serta menyirami orang-orang percaya baru, sibuk sepanjang hari, tetapi ketika aku gagal menjadi seorang pengkhotbah, aku menjadi negatif dan lalai dalam tugasku, bahkan enggan mengabarkan Injil ketika ada calon penerima Injil. Sudah jelas, yang kukejar adalah status sebagai pemimpin. Kemudian, aku merenung: Mengapa aku begitu terobsesi dengan status? Itu karena aku hidup berdasarkan racun Iblis, seperti "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah" dan "Pejabat lebih unggul daripada rakyat jelata", berpikir bahwa dalam hidup, seseorang harus berjuang untuk menjadi lebih tinggi dari orang lain, dan hanya dengan cara itulah dia bisa dipandang tinggi serta dihormati oleh orang lain, dan menjalani kehidupan yang bernilai serta bermakna. Di bawah kendali pemikiran ini, aku tidak ingin menjadi yang terkecil di antara orang banyak. Pada usia 16 atau 17 tahun, untuk menjadi seorang kader desa, aku melakukan segala macam pekerjaan yang berat dan melelahkan di desa, bekerja sebagai pahlawan tanpa tanda jasa di ladang pada larut malam. Pada usia 19 tahun, aku menjadi ketua federasi wanita di desa kami. Setelah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, saat para pemimpin tingkat atas mengumpulkan kami, dengan saudara-saudari mengelilingi mereka mencari jawaban, diam-diam, aku iri kepada mereka. Agar terpilih sebagai pemimpin, aku meninggalkan dan mengorbankan diriku, bekerja dengan tekun dari fajar hingga senja, bersedia menanggung kesukaran apa pun. Setelah menjadi pemimpin gereja, aku bahkan ingin menjadi seorang pengkhotbah, ingin memiliki posisi yang lebih tinggi. Saat tidak terpilih menjadi pengkhotbah, aku tidak bisa menerima bahwa aku tidak memiliki status, dan menolak pengkhotbah yang baru terpilih. Aku enggan mendengarkan persekutuan serta penerapan pekerjaannya, dan saat dia bertanya tentang pekerjaan gereja kami, aku bersikap acuh tak acuh, terlihat meremehkan dan menghinanya, yang membuatnya merasa terkekang olehku. Fakta bahwa aku bisa mengucilkan dan merendahkan orang lain saat aku tidak memperoleh status menunjukkan bahwa aku benar-benar jahat! Yang kuperlihatkan adalah watak seorang antikristus. Tuhan adalah sang Pencipta. Hanya Tuhan yang layak disembah dan dihormati. Aku hanya seorang makhluk ciptaan, manusia yang rusak. Kualifikasi apa yang kumiliki untuk membuat orang lain mengagumiku? Aku benar-benar tidak memiliki nalar dan rasa malu! Tuhan memberiku peluang untuk melaksanakan tugas sebagai seorang pemimpin, berharap bahwa aku akan mengejar kebenaran, bekerja sama dengan saudara-saudari secara harmonis, saling melengkapi, dan melaksanakan tugas kami bersama-sama, tetapi aku tidak mengejar kebenaran, selalu mengejar status untuk membuat orang lain mengagumiku. Demi reputasi dan status, aku bahkan bisa merasa iri dan cemburu, mengekang serta mengucilkan orang lain, merugikan saudara-saudari, dan mengacaukan pekerjaan gereja. Aku sadar bahwa mengejar status adalah jalan menentang Tuhan, dan jika aku tidak bertobat, pada akhirnya aku akan menghadapi hukuman Tuhan. Aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku, manusia yang rusak ini, selalu berusaha untuk dikagumi orang lain, tindakan dan perbuatanku begitu penuh kebencian kepada-Mu. Aku ingin kembali kepada-Mu, tidak lagi mengejar reputasi dan status. Tolong tuntun aku ke jalan mengejar kebenaran."
Suatu hari, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Manusia tidak pernah mengasihi-Ku dengan tulus. Ketika Aku meninggikannya, dia merasa dirinya tidak layak, tetapi ini tidak membuatnya berusaha menyenangkan-Ku. Dia hanya memegang 'posisi' yang telah Kuberikan di tangannya dan memeriksanya dengan teliti; tidak sadar akan keindahan-Ku, dia malah bersikeras melahap dengan rakus keuntungan dari posisinya. Bukankah ini adalah kelemahan manusia? Ketika gunung-gunung bergerak, bisakah mereka berputar demi posisimu? Ketika air mengalir, bisakah mereka berhenti demi posisi manusia? Bisakah langit dan bumi dibalikkan oleh posisi manusia?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 22"). "Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan yang utama, bukan berdasarkan sejauh mana mereka mengundang rasa kasihan, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini. Engkau semua harus menyadari bahwa semua orang yang tidak mengikuti kehendak Tuhan juga akan dihukum. Ini adalah fakta yang tak dapat diubah. Jadi, semua orang yang dihukum pasti akan dihukum oleh karena keadilan Tuhan dan sebagai ganjaran atas banyaknya tindakan jahat mereka" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa status tidak dapat menyelamatkan manusia, dan ketika bencana melanda, memiliki status tidak akan memastikan kelangsungan hidup. Tuhan menentukan tempat tujuan dan kesudahan manusia berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran atau tidak. Apa pun status mereka, selama mereka mengejar kebenaran dan watak mereka mengalami perubahan, mereka dapat memperoleh keselamatan dari Tuhan. Sebelumnya, aku berpikir bahwa makin tinggi status orang, makin besar peluangnya untuk diselamatkan dan disempurnakan, jadi aku tanpa henti mengejar status, rela meninggalkan segalanya dan menanggung kesukaran apa pun dengan cara apa pun demi memperoleh status. Aku menjadikan perolehan status sebagai tujuan pengejaran dan arah hidupku. Saat aku tidak terpilih sebagai pengkhotbah, aku menjadi negatif, dan kehilangan semangat untuk melaksanakan tugasku. Hidup dengan sudut pandang yang salah ini membuatku sangat menderita, merugikan saudara-saudari, dan merusak pekerjaan gereja. Aku memikirkan bagaimana Paulus memiliki status yang tinggi di kalangan umat beragama, mengabarkan Injil, memperoleh banyak pengikut, dan mendirikan banyak gereja, tetapi dia tidak mengejar kebenaran, watak hidupnya tidak berubah. dan pada akhirnya, dia menghadapi hukuman Tuhan. Meskipun pekerjaan Petrus mungkin tidak seluas pekerjaan Paulus, Petrus mengejar kebenaran, mengejar kasih Tuhan, dan berusaha melaksanakan tugas-tugas sebagai makhluk ciptaan; pada akhirnya, Petrus disempurnakan oleh Tuhan dan memperoleh perkenanan Tuhan. Sebelumnya aku hidup berdasarkan sudut pandang yang salah, menempuh jalan yang sama seperti Paulus. Jika aku terus menempuh jalan ini, aku pasti akan mengalami nasib yang sama seperti Paulus.
Kemudian, aku membaca bagian lain dari firman Tuhan, yang membuat jalan penerapan menjadi lebih jelas. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Manusia adalah makhluk ciptaan yang tidak memiliki apa pun untuk disombongkannya. Karena engkau adalah makhluk ciptaan Tuhan, engkau harus melakukan tugasmu sebagai makhluk ciptaan. Tidak ada hal lain yang dituntut darimu. Beginilah engkau seharusnya berdoa: 'Ya Tuhan! Entah aku memiliki status atau tidak, aku sekarang telah mengerti tentang diriku sendiri. Jika statusku tinggi, itu karena Engkau yang meninggikannya, dan jika statusku rendah, itu karena ketetapan-Mu. Segala sesuatu berada di tangan-Mu. Aku tidak punya pilihan atau keluhan apa pun. Engkau telah menetapkan bahwa aku harus lahir di negeri ini dan di tengah orang-orang ini, dan satu-satunya yang harus kulakukan adalah tunduk sepenuhnya di bawah kekuasaan-Mu karena segala sesuatu berada di dalam ketetapan-Mu. Aku tidak memikirkan status; bagaimanapun juga, aku hanyalah makhluk ciptaan. Jika Engkau menaruhku dalam jurang maut, dalam lautan api dan belerang, diriku bukan apa-apa selain makhluk ciptaan. Jika Engkau memakai aku, diriku hanya makhluk ciptaan. Jika Engkau menyempurnakan aku, aku hanya makhluk ciptaan. Jika Engkau tidak menyempurnakanku, aku akan tetap mengasihi-Mu karena aku tidak lebih dari makhluk ciptaan. Aku tidak lebih dari makhluk ciptaan yang sangat kecil, yang diciptakan oleh Tuhan Sang Pencipta, hanya salah satu dari antara umat manusia yang diciptakan. Engkaulah yang menciptakan diriku, dan sekarang Engkau telah sekali lagi menaruh aku kembali di tangan-Mu untuk Kau perlakukan diriku seturut kehendak-Mu. Aku bersedia menjadi alat-Mu dan kontras-Mu karena segala sesuatu sudah ditetapkan oleh-Mu. Tidak seorang pun dapat mengubahnya. Segala sesuatu dan semua peristiwa ada di tangan-Mu.' Ketika waktunya tiba, engkau tidak lagi memikirkan tentang status, engkau akan terbebas darinya. Hanya setelah itulah, engkau dapat mencari dengan percaya diri dan penuh keberanian, dan hanya setelah itulah hatimu dapat merdeka dari apa pun yang menghalangi. Begitu orang telah dimerdekakan dari hal-hal ini, mereka tidak akan memiliki kekhawatiran lagi" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mengapa Engkau Enggan Menjadi Sebuah Kontras?"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa terlepas dari apakah manusia memiliki status atau tidak, mereka semua adalah makhluk ciptaan, dan di mata Tuhan, mereka sama. Apakah seseorang memiliki status atau tidak, semua itu telah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan. Orang mana yang melaksanakan tugas apa dan memiliki kualitas serta karunia apa, semua itu ditentukan oleh Tuhan. Sebagai makhluk ciptaan, manusia harus tunduk pada pengaturan dan kedaulatan Tuhan. Sebelumnya, aku selalu berambisi untuk menjadi seorang pemimpin. Setelah menjadi pemimpin gereja, aku bahkan ingin menjadi seorang pengkhotbah. Namun, berdasarkan kualitas dan tingkat pertumbuhanku, pada dasarnya aku tidak cocok menjadi seorang pengkhotbah. Ketika gereja baru didirikan, peranku sebagai pemimpin gereja terutama mencakup mengabarkan Injil dan menyirami orang-orang percaya baru, dan aku terampil dalam mengabarkan Injil dan mencapai hasil. Namun, peran seorang pengkhotbah termasuk mengelola beberapa gereja, membutuhkan kompetensi kerja yang baik dan kemampuan untuk mempersekutukan kebenaran serta menyelesaikan masalah; jalan masuk kehidupanku buruk dan aku tidak mampu melakukan pekerjaan sebagai seorang pengkhotbah. Aku seharusnya tunduk pada pengaturan Tuhan. Saat itu, aku ditugaskan untuk mengabarkan Injil dan aku harus melaksanakan tugasku untuk mengabarkan Injil. Menyadari ini, aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku telah mengejar status dan tidak tunduk pada kedaulatan serta pengaturan-Mu, sehingga merugikan pekerjaan gereja. Kini, aku bersedia bertobat, dan berusaha menjadi makhluk ciptaan, tunduk pada pengaturan-Mu."
Pada tahun 2015, gereja mengadakan pemilihan pimpinan baru, dan aku mendengar bahwa banyak saudara-saudari yang ingin memilihku. Saat itu, aku merasa gembira sekaligus terkejut. Tampaknya saudara-saudari sangat menghormatiku, membuktikan bahwa aku memiliki kenyataan kebenaran. Jika terpilih, pikirku, aku akan dihormati di antara saudara-saudari di mana pun aku berada. Namun, saat aku memikirkan hal ini, aku tahu bahwa keinginanku akan status kembali muncul. Merenungkan bagaimana mengejar status telah membuatku sangat menderita dan merugikan pekerjaan gereja di masa lalu, aku memutuskan tidak ingin lagi mengejar status. Justru seharusnya aku tunduk pada pengaturan Tuhan dan melaksanakan tugasku dengan baik. Aku berdoa kepada Tuhan dalam hati, rela melepaskan keinginanku akan status dan pengejaran yang salah. Aku tidak lagi ingin mengejar ketenaran atau status. Aku bersedia tunduk kepada tugas apa pun yang diberikan kepadaku. Sebelum pemungutan suara, para pemimpin senior meminta masing-masing dari kami untuk berbagi pemikiran. Aku membuka diri dan berkata, "Meskipun aku telah percaya kepada Tuhan selama lebih dari sepuluh tahun, jalan masuk kehidupanku dangkal; naturku congkak, dan aku mendambakan status, jadi berada dalam posisi pemimpin akan memudahkanku untuk menikmati manfaat dari status dan mengekang orang lain. Kurasa aku tidak cocok untuk peran pemimpin. Aku membagikan situasiku yang sebenarnya dengan kalian semua; kalian dapat menilaiku berdasarkan prinsip-prinsip." Setelah berbicara, aku merasa sangat damai. Pada akhirnya, saudara-saudari memilih dua saudari lain sebagai pemimpin gereja, dan aku terpilih sebagai diaken penginjilan. Aku merasa sangat bersyukur kepada Tuhan dan aku bersedia melaksanakan tugasku dengan sepenuh hati. Setelah itu, aku berfokus pada pekerjaan penginjilanku. Kedua pemimpin gereja itu baru saja mulai melakukan penerapan, dan ketika aku memperhatikan bahwa ada aspek tertentu dari pekerjaan mereka yang tidak cocok, aku membahasnya, dan bersekutu dengan mereka untuk mengubahnya. Aku merasa bahwa ini adalah pendekatan yang bagus.
Dahulu, setiap kali aku melihat seseorang dalam posisi pemimpin, aku menjadi gelisah, menganggap posisi pemimpin sebagai tujuan pengejaranku. Kini aku memahami bahwa hanya dengan mengejar kebenaran, seseorang dapat memperoleh keselamatan. Mengejar status tidak ada artinya. Aku juga telah belajar melepaskan keinginanku akan status dari lubuk hatiku. Siapa pun yang menjadi pemimpin, aku bisa memperlakukan mereka dengan benar. Aku hanya ingin mengejar kebenaran dengan teguh, melaksanakan tugasku dengan baik, dan menghibur hati Tuhan.