Pendahuluan

Pada tanggal 11 Februari 1991, Tuhan menyampaikan perkataan pertama-Nya di gereja, dan perkataan ini memberikan dampak besar pada semua orang yang hidup dalam aliran Roh Kudus pada saat itu. Perkataan ini menyebutkan bahwa "tempat kediaman Tuhan telah tampak" dan "Kepala alam semesta, Kristus akhir zaman—Dialah Surya yang bersinar." Lewat kata-kata yang bermakna sangat dalam ini, semua orang dibawa masuk ke dalam alam baru. Semua yang membaca perkataan ini merasakan isyarat dari pekerjaan baru, pekerjaan besar yang Tuhan akan kerjakan. Perkataan ini begitu indah, manis, dan ringkas sehingga membawa semua manusia pada pekerjaan baru Tuhan dan ke dalam zaman yang baru, dan perkataan itu menjadi dasar dan menyiapkan panggung bagi pekerjaan Tuhan dalam inkarnasi ini. Bisa dikatakan bahwa perkataan Tuhan kali ini adalah perkataan yang menjembatani beberapa zaman, bahwa inilah pertama kalinya sejak awal Zaman Kasih Karunia, Tuhan telah berbicara secara terbuka kepada umat manusia, inilah pertama kalinya Dia berbicara setelah tersembunyi selama dua ribu tahun, dan terlebih lagi, ini adalah sebuah pendahuluan, titik awal yang penting, bagi pekerjaan Tuhan yang akan berlangsung di Zaman Kerajaan.

Pertama kalinya Tuhan menyampaikan perkataan, Dia melakukannya dalam bentuk pujian dari sudut pandang orang ketiga, dalam bahasa yang elegan sekaligus jelas, dan juga sebagai pembekalan kehidupan yang cepat dan mudah dicerna. Dengan ini, Dia membawa sejumlah kecil orang, yang hanya tahu cara menikmati kasih karunia-Nya sambil dengan bersemangat menantikan kedatangan kembali Tuhan Yesus, dan membawa mereka dengan diam-diam ke tahap pekerjaan baru dalam rencana pengelolaan Tuhan. Dalam keadaan ini, manusia tidak tahu, apalagi berani membayangkan pekerjaan macam apa yang akhirnya akan Tuhan lakukan, atau apa yang menanti mereka di depan. Sesudah itu, Tuhan terus menyampaikan perkataan demi perkataan untuk membawa umat manusia selangkah demi selangkah ke dalam zaman yang baru. Menakjubkannya, setiap perkataan Tuhan berbeda dalam muatannya dan menggunakan berbagai bentuk pujian dan ragam ungkapan. Perkataan-perkataan ini, yang memiliki nada yang sama tetapi isi yang berbeda, penuh dengan rasa perhatian dan kepedulian Tuhan, dan hampir setiap perkataan ini mengandung pembekalan kehidupan dengan muatan yang berbeda-beda, serta kata-kata pengingat, nasihat, dan penghiburan dari Tuhan kepada manusia. Dalam perkataan-perkataan ini, kalimat-kalimat seperti ini sering muncul: "Satu-satunya Tuhan yang benar telah menjadi daging ... Dia adalah Kepala alam semesta yang memerintah segala sesuatu"; "Raja yang menang duduk di takhta-Nya yang mulia"; "Dia memegang alam semesta di tangan-Nya"; dan seterusnya. Ada pesan yang disampaikan lewat kalimat-kalimat tersebut, atau bisa dikatakan bahwa kalimat-kalimat tersebut menyampaikan pesan kepada umat manusia. Tuhan sudah datang ke dunia manusia, Tuhan akan memprakarsai pekerjaan yang lebih besar lagi, kerajaan Tuhan sudah turun ke antara sekelompok orang tertentu, dan Tuhan sudah mendapatkan kemuliaan serta mengalahkan sejumlah besar musuh-Nya. Masing-masing dari perkataan Tuhan ini menangkap hati setiap manusia. Semua manusia dengan bersemangat menunggu Tuhan mengucapkan firman yang baru, karena setiap kali Tuhan berfirman, Dia menggoncangkan hati manusia sampai ke akarnya, dan terlebih lagi, Dia mengatur dan menopang semua pergerakan dan emosi manusia sehingga manusia akan mulai bergantung bahkan lebih lagi mengagumi firman Tuhan. Dengan cara ini, tanpa disadari, banyak orang pada intinya telah melupakan Alkitab, dan memberikan sedikit perhatian pada khotbah gaya lama dan tulisan tokoh-tokoh rohani, karena mereka tidak bisa menemukan dasar bagi firman Tuhan sekarang ini di dalam tulisan masa lalu, dan mereka juga tidak bisa menemukan di dalam tulisan-tulisan itu alasan Tuhan mengucapkan perkataan-perkataan ini. Dengan demikian, betapa manusia harus terlebih lagi mengakui bahwa perkataan-perkataan ini adalah suara Tuhan yang belum pernah dilihat atau didengar sejak awal waktu, yang ada di luar jangkauan manusia mana pun yang percaya kepada Tuhan, dan bahwa semua perkataan ini melampaui apa pun yang diucapkan oleh tokoh rohani mana pun di zaman terdahulu ataupun perkataan Tuhan di masa yang lalu. Terdorong oleh masing-masing perkataan ini, manusia tanpa sadar masuk ke dalam aura pekerjaan Roh Kudus, ke dalam kehidupan di garis depan zaman baru. Terdorong oleh firman Tuhan, umat manusia dipenuhi oleh antisipasi, merasakan manisnya dipimpin secara langsung oleh firman Tuhan. Aku percaya, masa singkat ini adalah waktu di mana setiap manusia akan memandang kembali ke belakang sambil mengingat, sementara yang umat manusia nikmati di masa ini tidak lain adalah aura pekerjaan Roh Kudus atau bisa disebut rasa manis dari salutan gula yang melapisi pil. Ini karena, mulai dari sejak saat ini sampai seterusnya, tetap di bawah bimbingan firman Tuhan, tetap di dalam aura pekerjaan Roh Kudus, manusia tanpa sadar dipimpin masuk ke dalam tahap berikutnya dari firman Tuhan, yang adalah langkah pertama pekerjaan dan perkataan Tuhan di Zaman Kerajaan—ujian para pelaku pelayanan.

Firman yang diucapkan sebelum ujian para pelaku pelayanan kebanyakan disampaikan dalam bentuk instruksi, nasihat, teguran, dan disiplin, dan di beberapa tempat menggunakan kata sapaan lama yang digunakan di Zaman Kasih Karunia—menggunakan "anak-anak-Ku" untuk menyebut mereka yang mengikut Tuhan, supaya manusia lebih mudah mendekat kepada Tuhan, atau supaya manusia bisa menganggap hubungan mereka dengan Tuhan itu dekat. Dengan cara ini, apa pun penghakiman yang Tuhan berikan atas kesombongan, kecongkakan, dan berbagai watak rusak lain dalam diri manusia, mereka akan mampu menanganinya dan menerimanya dalam identitasnya sebagai "anak" tanpa bersikap menentang terhadap perkataan "Bapa", dan di atas segalanya, janji yang diberikan oleh "Bapa" kepada "anak-anak-Nya" tidak pernah diragukan. Di masa ini, semua manusia menikmati keberadaan bebas dari masalah bagaikan seorang anak kecil, dan hal ini menggenapi tujuan Tuhan, yaitu ketika mereka memasuki "masa dewasa," Dia akan mulai memberikan penghakiman atas mereka. Ini juga menjadi dasar bagi pekerjaan penghakiman umat manusia yang Tuhan secara resmi luncurkan di Zaman Kerajaan. Karena pekerjaan Tuhan dalam inkarnasi ini terutama untuk menghakimi dan menaklukkan seluruh umat manusia, begitu manusia menjejakkan kakinya kuat-kuat di tanah, Tuhan segera masuk ke dalam mode pekerjaan-Nya—pekerjaan di mana Dia menghakimi manusia dan menghajarnya. Nyatanya, semua perkataan sebelum ujian para pelaku pelayanan disampaikan untuk melewati masa transisi, sasaran sejatinya berbeda dari apa yang sepertinya terlihat. Tuhan sangat ingin agar Dia bisa sesegera mungkin secara resmi meluncurkan pekerjaan-Nya dalam Zaman Kerajaan. Jelas, Dia tidak mau terus memanjakan umat manusia dengan memberi mereka makan pil bersalut gula; sebaliknya, Dia ingin melihat wajah asli dari setiap manusia di hadapan takhta penghakiman-Nya, dan bahkan lebih ingin lagi untuk melihat sikap asli dari semua manusia terhadap Dia setelah kehilangan kasih karunia-Nya. Dia hanya ingin melihat hasil, bukan proses. Namun, pada saat itu, tidak ada seorang pun yang mengerti keinginan Tuhan yang dalam ini, karena hati umat manusia hanya peduli dengan tempat tujuan dan prospek masa depannya. Tidak heran, penghakiman Tuhan telah diarahkan lagi dan lagi kepada seluruh umat manusia. Hanya ketika manusia, di bawah bimbingan Tuhan, mulai menjalani kehidupan manusia yang normal, sikap Tuhan terhadap umat manusia berubah.

Tahun 1991 adalah tahun yang tidak biasa, mari kita menyebutnya sebagai "tahun emas". Tuhan meluncurkan pekerjaan baru di Zaman Kerajaan dan mengarahkan perkataan-Nya kepada seluruh umat manusia. Pada saat yang sama, manusia menikmati kehangatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan terlebih lagi, mengalami kepedihan sebagai akibat dari penghakiman Tuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Umat manusia merasakan rasa manis yang tidak dikenal, dan penghakiman yang juga tidak mereka kenal sebelumnya, serta pengabaian, seakan mereka telah mendapatkan Tuhan, dan sekali lagi kehilangan Dia. Menderita karena memiliki dan menderita karena tidak memiliki—perasaan itu dikenali hanya oleh mereka yang secara pribadi mengalaminya; itu adalah perasaan di luar kemampuan atau sarana manusia untuk menjelaskannya. Luka jenis ini adalah luka yang Tuhan berikan kepada setiap manusia sebagai bagian dari pengalaman dan aset yang tak kasatmata. Muatan dari perkataan yang Tuhan sampaikan di tahun ini sebenarnya terbagi ke dalam dua bagian utama: bagian pertama adalah di mana Tuhan turun ke dunia manusia untuk mengundang manusia datang ke hadapan takhta-Nya sebagai tamu; bagian kedua adalah di mana umat manusia, setelah makan dan minum sepuasnya, dipekerjakan oleh Tuhan sebagai pelaku pelayanan. Tentu saja, tidak perlu dikatakan bahwa bagian pertama ini adalah keinginan yang paling dirindukan dan diinginkan manusia, terlebih lagi karena manusia telah lama terbiasa menjadikan semua kenikmatan dari Tuhan sebagai tujuan kepercayaan mereka kepada Dia. Itulah sebabnya begitu Tuhan mulai menyampaikan perkataan-perkataan-Nya, manusia semuanya siap memasuki kerajaan dan menunggu Tuhan di sana untuk memberikan berbagai upah kepada mereka. Orang-orang dalam keadaan ini tidak membayar harga yang pantas dengan mengubah watak mereka, berusaha memuaskan Tuhan, menunjukkan kepedulian terhadap maksud-maksud Tuhan, dan sebagainya. Sekilas pandang saja terlihat bahwa manusia kelihatannya selalu sibuk mengorbankan dirinya dan bekerja bagi Tuhan, padahal selama waktu itu, mereka sebenarnya sedang memperhitungkan diam-diam di relung hati mereka yang terdalam, apa langkah berikutnya yang mereka akan ambil untuk mendapatkan berkat atau untuk memerintah sebagai raja. Bisa dikatakan bahwa saat hati manusia menikmati Tuhan, pada saat yang sama hatinya juga menghitung-hitung terhadap Tuhan. Manusia dalam kondisi ini berhadapan dengan kebencian dan kejijikan Tuhan yang terdalam; watak Tuhan tidak menoleransi manusia mana pun yang menipu atau memanfaatkan Dia. Namun, hikmat Tuhan tidak dapat dicapai oleh manusia. Di tengah-tengah menanggung penderitaan inilah Dia menyampaikan bagian pertama dari perkataan-Nya. Betapa berat penderitaan yang Tuhan tanggung dan betapa besar kepedulian dan pemikiran yang dicurahkan-Nya pada saat ini, namun tidak ada manusia yang mampu membayangkannya. Tujuan dari bagian pertama perkataan ini adalah memaparkan semua kejelekan yang manusia tunjukkan ketika dihadapkan dengan kedudukan dan keuntungan, dan untuk menyingkapkan ketamakan dan kehinaan manusia. Walaupun, dalam berbicara, Tuhan menggunakan kata-kata yang tulus dan nada yang ramah seperti seorang ibu yang penyayang, dalam hati-Nya murka-Nya berkobar-kobar seperti matahari terik di siang hari, seakan diarahkan kepada musuh-musuh-Nya. Tuhan sama sekali tidak bersedia untuk berbicara kepada sekelompok orang yang kekurangan keserupaan normal dengan manusia, jadi kapan pun Dia berbicara, Dia menekan murka dalam hati-Nya dan pada saat yang sama menahan diri-Nya untuk mengungkapkan perkataan-perkataan-Nya. Terlebih lagi, Dia berbicara kepada umat manusia yang tidak memiliki kemanusiaan yang normal, yang telah kehilangan akal sehatnya, yang rusak sedemikian parahnya, dengan ketamakan yang mendarah daging sebagai natur kedua mereka, dan yang menentang serta memberontak terhadap Tuhan sampai akhir. Mudah untuk membayangkan sampai sedalam apa umat manusia sudah jatuh, dan sampai sejauh mana kebencian dan kejijikan Tuhan terhadap umat manusia; yang sulit untuk umat manusia bayangkan adalah kepedihan yang telah mereka timbulkan kepada Tuhan—hal itu mustahil dijelaskan dengan kata-kata. Namun, justru dengan latar belakang ini—di mana tidak ada seorang pun yang mampu mengetahui betapa hati Tuhan menderita dan terlebih lagi, tidak ada yang bisa tahu betapa tidak berakalnya dan tidak dapat diperbaikinya umat manusia—setiap orang, tanpa rasa malu atau ragu sedikit pun, menganggap bahwa mereka memiliki hak sebagai anak-anak Tuhan untuk menerima semua upah yang Dia sudah siapkan bagi manusia, bahkan sampai bersaing satu sama lain, tanpa ada yang mau ketinggalan, dan semuanya sangat takut kalah. Engkau seharusnya sudah tahu sekarang posisi seperti apa yang dimiliki orang-orang di masa itu di mata Tuhan. Bagaimana bisa ras yang seperti ini mendapat upah dari Tuhan? Namun, apa yang manusia terima dari Tuhan selalu adalah harta yang paling berharga dan sebaliknya apa yang Tuhan terima dari manusia adalah kepedihan tak terkira. Sejak awal hubungan antara Tuhan dan manusia, inilah apa yang selalu manusia terima dari Tuhan, dan ini adalah yang dia berikan kepada Tuhan sebagai gantinya.

Secemas apa pun Tuhan, ketika Dia melihat umat manusia ini rusak sampai ke akar-akarnya, Dia tidak punya pilihan selain melemparkannya ke lautan api sehingga mereka dimurnikan. Inilah bagian kedua dari perkataan-perkataan Tuhan, di mana Tuhan menjadikan umat manusia sebagai pelaku pelayanan-Nya. Dalam bagian ini, Tuhan berubah dari lembut menjadi keras, dan dari sedikit menjadi banyak, dalam hal metode dan panjang kata, menggunakan posisi "pribadi Tuhan" sebagai umpan untuk menyingkapkan natur rusak manusia dan pada saat yang sama mengajukan berbagai kategori berbeda,[a] yaitu para pelaku pelayanan, umat Tuhan, dan anak-anak Tuhan untuk dipilih oleh umat manusia. Bisa dipastikan, seperti yang Tuhan telah perkirakan, tidak ada orang yang memilih menjadi pelaku pelayanan bagi Tuhan, dan sebaliknya semua berjuang untuk menjadi pribadi Tuhan. Sekalipun dalam periode ini tingkat kekerasan bicara Tuhan adalah sesuatu yang tidak pernah diantisipasi, apalagi terdengar oleh umat manusia, kendati demikian, karena begitu khawatir tentang status dan terutama menyibukkan diri untuk memenangkan berkat, mereka tidak punya waktu untuk membentuk gagasan tentang nada bicara Tuhan dan cara-Nya berbicara, sebaliknya status mereka sendiri dan prospek yang menanti di masa depan selalu menyita pikiran mereka. Dengan cara ini, umat manusia tanpa sadar dibawa oleh perkataan-perkataan Tuhan ke dalam "labirin" yang Dia siapkan bagi mereka. Karena terpikat, dan tidak bisa lepas, oleh umpan masa depan dan takdir mereka, umat manusia tahu diri mereka tidak pantas menjadi pribadi Tuhan, tetapi mereka enggan bertindak sebagai para pelaku pelayanan-Nya. Manusia yang terkatung-katung di antara dua mentalitas berbeda ini, tanpa sadar menerima penghakiman dan hajaran yang belum pernah terdengar sebelumnya, yang Tuhan telah jatuhkan atas manusia. Secara alami, bentuk penghakiman dan pemurnian ini adalah sesuatu yang manusia pasti tidak akan mau terima. Namun, hanya Tuhan yang memiliki hikmat dan hanya Dia yang memiliki kuasa, untuk mendapatkan penundukan diri yang penuh kasih dari umat manusia yang sudah rusak ini, jadi mau atau tidak mau, mereka akan menyerah kepada-Nya pada akhirnya. Umat manusia tidak memiliki alternatif lain yang bisa mereka pilih. Hanya Tuhan yang memegang keputusan akhir dan hanya Tuhan yang mampu menggunakan metode seperti ini untuk menganugerahkan kebenaran dan kehidupan kepada manusia dan menunjukkan arah kepadanya. Metode ini adalah keniscayaan pekerjaan Tuhan atas manusia dan ini juga, tak dapat diragukan atau dibantah lagi, adalah kebutuhan manusia yang tak dapat digantikan. Tuhan berbicara dan bekerja dengan metode seperti ini untuk menyampaikan fakta ini kepada manusia: dalam menyelamatkan umat manusia, Tuhan melakukannya karena kasih dan belas kasih serta demi pengelolaan-Nya, dalam menerima keselamatan Tuhan, umat manusia melakukannya karena mereka telah jatuh sampai ke titik di mana Tuhan tidak bisa tidak harus berbicara kepada mereka secara pribadi. Ketika manusia menerima keselamatan Tuhan, ini adalah kasih karunia terbesar, dan ini juga perkenanan istimewa; artinya, jika bukan karena Tuhan menyampaikan perkataan-perkataan-Nya secara pribadi, maka takdir umat manusia adalah kepunahan. Walau Tuhan merasa jijik dengan umat manusia, Dia masih siap dan mau membayar harga apa pun untuk keselamatan manusia. Sementara itu, walau manusia mengatakan bahwa ia mengasihi Tuhan dan bagaimana ia mengabdikan segalanya bagi Tuhan, ia sedang memberontak terhadap Tuhan dan memeras segala bentuk kasih karunia dari Tuhan, bahkan di saat yang sama juga melukai dan menyebabkan kepedihan yang tidak terkatakan pada hati-Nya. Begitulah perbedaan besar antara yang egois dan yang tanpa pamrih di antara Tuhan dan manusia!

Dalam bekerja dan berfirman, Tuhan tidak terikat untuk mengikuti metode tertentu, tetapi melakukan berbagai cara untuk mencapai hasil dalam tujuan-Nya. Karena alasan ini, dalam bagian perkataan-Nya ini, Tuhan menjelaskan tidak akan mengungkapkan identitas-Nya sendiri secara jelas, tetapi hanya akan mengungkapkan beberapa istilah seperti "Kristus akhir zaman," "Kepala alam semesta", dan sebagainya. Ini sama sekali tidak memengaruhi pelayanan Kristus atau pengetahuan manusia tentang Tuhan, terutama karena manusia di masa awal itu sangat tidak peduli tentang konsep "Kristus" dan "inkarnasi", jadi Tuhan harus merendahkan diri menjadi manusia dengan "fungsi khusus" untuk mengungkapkan perkataan-perkataan-Nya. Ini adalah kepedulian dan pikiran Tuhan yang sungguh-sungguh, karena manusia pada saat itu hanya mampu menerima penyampaian semacam ini. Apa pun bentuk penyampaian yang Tuhan gunakan, hasil dari pekerjaan-Nya tidak terpengaruh, karena dalam semua yang Dia lakukan, Tuhan bertujuan untuk memampukan manusia berubah, memampukan manusia mendapatkan keselamatan dari Tuhan. Tidak peduli apa yang Dia lakukan, Tuhan selalu mengingat kebutuhan manusia di pikiran-Nya. Inilah niat di balik pekerjaan dan perkataan Tuhan. Walaupun Tuhan sangat perhatian dalam mempertimbangkan seluruh aspek manusia, dan begitu bijaksana dalam semua yang dilakukan-Nya, Aku bisa katakan seperti ini: jika Tuhan tidak bersaksi tentang diri-Nya sendiri, tidak akan ada seorang pun di antara manusia ciptaan yang mampu mengenali Tuhan itu sendiri atau berdiri untuk bersaksi bagi Tuhan itu sendiri. Jika Tuhan terus menggunakan "manusia dengan fungsi khusus" sebagai cara penyampaian dalam pekerjaan-Nya, tidak akan ada satu manusia pun yang bisa menganggap Tuhan sebagai Tuhan—inilah dukacita manusia. Dengan kata lain, di antara manusia ciptaan tidak ada seorang pun yang mampu mengenal Tuhan, apalagi yang mampu mengasihi Tuhan, yang mampu peduli pada Tuhan, dan mendekat kepada Tuhan. Iman manusia hanyalah untuk mendapatkan berkat. Identitas Tuhan sebagai manusia dengan fungsi khusus telah memberikan isyarat kepada setiap manusia: umat manusia merasa mudah untuk memandang Tuhan sebagai salah satu dari manusia ciptaan; penderitaan terbesar yang didatangkan manusia atas Tuhan adalah bahwa ketika Dia secara terbuka menampakkan diri atau bekerja, Tuhan tetap ditolak oleh manusia bahkan dilupakan olehnya. Tuhan menanggung penghinaan terbesar untuk menyelamatkan umat manusia; dengan memberikan segalanya, tujuan-Nya adalah menyelamatkan umat manusia, mendapatkan pengakuan umat manusia. Harga yang harus Tuhan bayar untuk semua ini adalah sesuatu yang seharusnya mampu dihargai oleh semua orang yang berhati nurani. Umat manusia telah mendapatkan perkataan-perkataan dan pekerjaan Tuhan, dan telah beroleh keselamatan Tuhan. Pada saat yang sama, tidakkah terpikir dalam diri siapa pun untuk bertanya: apa yang Tuhan telah dapatkan dari umat manusia? Dari masing-masing dan setiap perkataan Tuhan, manusia mendapatkan kebenaran, bisa berubah, menemukan arah dalam hidup; tetapi apa yang Tuhan dapatkan tidak lebih dari sekadar kata-kata yang manusia gunakan untuk menyatakan betapa berutangnya mereka kepada Tuhan dan beberapa bisikan puji-pujian. Tentu saja, ini tidaklah sesuai dengan apa yang Tuhan tuntut dari manusia?

Walaupun banyak dari perkataan Tuhan yang sudah diungkapkan, sebagian besar manusia masih berhenti pada tahap yang direpresentasikan oleh perkataan Tuhan pada awalnya dalam pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Tuhan, dan mereka tidak maju dari sana—ini benar-benar adalah pokok bahasan yang menyakitkan. Bagian "Perkataan Kristus pada Mulanya" ini hanyalah kunci untuk membuka hati manusia; berhenti di sini berarti gagal melakukan maksud-maksud Tuhan. Tujuan Tuhan dalam menyampaikan bagian perkataan-Nya ini hanyalah untuk membawa manusia dari Zaman Kasih Karunia kepada Zaman Kerajaan; jelas Dia tidak ingin manusia tetap diam tak bergerak di bagian perkataan-Nya ini atau bahkan mengambil satu bagian perkataan-Nya sebagai panduan, jika tidak, perkataan Tuhan di masa depan tidak akan dibutuhkan atau tidak bermakna lagi. Jika ada orang yang tidak mampu memasuki apa yang Tuhan minta untuk dicapai oleh manusia dalam bagian perkataan ini, maka jalan masuk orang ini tetap tidak dikenal. Bagian perkataan Tuhan ini mengandung persyaratan paling mendasar yang Tuhan minta dari manusia di Zaman Kerajaan, dan inilah satu-satunya jalan bagi manusia untuk masuk ke jalan yang benar. Jika engkau adalah orang yang tidak mengerti apa-apa, maka sebaiknya engkau mulai dengan membaca kata-kata di bagian ini!

Catatan kaki:

a. Naskah asli tidak mengandung frasa "berbagai kategori berbeda."

Sebelumnya: Kata Pengantar

Selanjutnya: Bab 1

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini