Firman tentang Bagaimana Memperlakukan Kebenaran dan Tuhan
Kutipan 1
Ada orang-orang yang menjadi percaya kepada Tuhan setelah mereka memahami bahwa firman yang Tuhan ungkapkan memang merupakan kebenaran. Namun, ketika mereka datang ke rumah Tuhan dan melihat bahwa Tuhan itu ternyata manusia biasa, timbullah gagasan di dalam hati mereka. Perkataan dan perbuatan mereka menjadi tak terkendali, mereka menjadi sangat jahat, berbicara secara sembrono, mengkritik dan memfitnah sesuka mereka. Dengan cara inilah orang-orang jahat itu tersingkap. Orang-orang tanpa kemanusiaan ini sering melakukan kejahatan dan mengganggu pekerjaan gereja, dan tidak ada hal baik yang akan mampu mereka perlihatkan! Mereka terang-terangan menentang, memfitnah, mengkritik, dan menghina Tuhan, terang-terangan menghujat Dia dan bersikeras melawan-Nya. Orang-orang seperti itu akan menerima hukuman yang berat. Ada orang-orang yang termasuk dalam jajaran pemimpin palsu, dan setelah diberhentikan, mereka selalu membenci Tuhan. Mereka memanfaatkan kesempatan dalam pertemuan untuk terus menyebarkan gagasan mereka dan melampiaskan keluhan mereka; mereka bahkan mungkin melontarkan kata-kata kasar atau perkataan yang melampiaskan kebencian mereka. Bukankah orang-orang seperti itu adalah setan-setan? Setelah dikeluarkan dari rumah Tuhan, mereka merasa menyesal, menyatakan bahwa mereka telah mengatakan sesuatu yang salah karena kebodohan sesaat. Ada orang-orang yang gagal mengenali orang-orang seperti ini, dengan berkata, "Mereka sangat menyedihkan, dan dipenuhi penyesalan dalam hati mereka. Mereka berkata mereka berutang kepada Tuhan dan tidak mengenal-Nya, jadi baiklah kita maafkan mereka." Bisakah pengampunan diberikan dengan begitu gampang? Manusia saja memiliki martabatnya sendiri, apalagi Tuhan! Setelah orang-orang seperti ini menghujat dan memfitnah, mereka tampak menyesal di mata orang-orang tertentu, yang memaafkan mereka dan berkata bahwa tindakan mereka disebabkan oleh kebodohan sesaat—tetapi apakah itu merupakan kebodohan sesaat? Mereka selalu memiliki maksud tertentu dalam perkataan mereka, dan bahkan berani mengkritik Tuhan. Posisi mereka dalam rumah Tuhan diganti, dan mereka kehilangan manfaat dari status mereka sebelumnya, dan karena takut disingkirkan, mereka mengungkapkan banyak keluhan dan setelah itu menangis dengan sedih dan penuh penyesalan. Bergunakah melakukan hal ini? Sekali orang mengeluarkan perkataan, itu bagaikan air yang tertumpah ke tanah, yang tidak dapat diambil kembali. Akankah Tuhan menoleransi orang-orang yang menentang, mengkritik, dan menghujat-Nya sesuka mereka? Akankah Tuhan mengabaikannya begitu saja? Jika demikian, berarti Tuhan tidak bermartabat. Ada orang-orang yang, setelah menentang, berkata, "Tuhan, darahmu yang berharga telah menebusku. Engkau menyuruh kami untuk memaafkan orang tujuh puluh kali tujuh kali—engkau juga seharusnya mengampuniku!" Sungguh tak tahu malu! Ada orang-orang yang menyebarkan desas-desus tentang Tuhan, dan menjadi takut setelah memfitnah-Nya. Karena takut dihukum, mereka segera berlutut dan berdoa: "Tuhan! Jangan tinggalkan aku, jangan hukum aku. Aku mengaku, aku bertobat, aku berutang kepadamu, aku bersalah." Katakan kepada-Ku, mungkinkah orang-orang seperti itu diampuni? Tidak! Mengapa tidak? Apa yang telah mereka lakukan menyinggung Roh Kudus, dan itu merupakan dosa penghujatan terhadap Roh Kudus yang tidak akan pernah diampuni, baik dalam hidup ini maupun dalam dunia yang akan datang! Tuhan menepati firman-Nya. Dia memiliki martabat, murka, dan watak yang benar. Apakah menurutmu Tuhan itu sama dengan manusia, sehingga jika seseorang bersikap sedikit lebih baik kepada-Nya, Dia akan mengabaikan pelanggaran mereka di masa lalu? Tidak ada hal semacam itu! Apa kau pikir tidak menjadi masalah jika engkau menentang Tuhan? Dapat dimaklumi jika engkau melakukan kesalahan tertentu karena kebodohan sesaat, atau karena engkau terkadang memperlihatkan sedikit watak rusakmu. Namun, jika engkau secara langsung menentang, memberontak, dan bersikeras untuk melawan Tuhan, dan jika engkau memfitnah, menghujat, dan menyebarkan desas-desus tentang-Nya, maka engkau akan sepenuhnya dikutuk. Orang-orang seperti itu tidak perlu lagi berdoa; mereka hanya perlu menunggu untuk dihukum. Mereka tidak dapat diampuni! Jika waktu itu tiba, jangan berkata tanpa malu, "Tuhan, tolong ampuni aku!" Bagaimanapun engkau memohon, itu tidak ada gunanya, maaf saja. Setelah memahami beberapa dari kebenaran, jika orang secara sengaja melakukan pelanggaran, mereka tidak dapat diampuni. Sebelumnya telah dikatakan bahwa Tuhan tidak mengingat pelanggaran orang. Yang dimaksud adalah pelanggaran kecil yang tidak berkaitan dengan ketetapan administratif Tuhan dan yang tidak menyinggung watak Tuhan. Ini tidak termasuk penghujatan dan fitnah terhadap Tuhan. Namun, jika engkau sekali saja menghujat, mengkritik, atau memfitnah Tuhan, ini akan menjadi noda permanen yang tak dapat dihapuskan. Manusia ingin menghujat dan mengkhianati Tuhan sesuka mereka, lalu ingin memanfaatkan-Nya untuk memperoleh berkat. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang semurah itu! Manusia selalu beranggapan bahwa Tuhan itu baik dan penuh belas kasihan, bahwa Dia penuh kebajikan, bahwa Dia berhati lapang dan tak terukur baiknya, bahwa Dia tidak mengingat pelanggaran manusia dan membiarkan pelanggaran dan perbuatan masa lalu manusia berlalu begitu saja. Membiarkan pelanggaran masa lalu hanya berlaku untuk hal-hal sepele. Tuhan tidak akan pernah mengampuni mereka yang terang-terangan menentang dan menghujat Dia.
Meskipun sebagian besar orang di gereja benar-benar percaya kepada Tuhan, mereka tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Hal ini memperlihatkan bahwa orang-orang seperti itu tidak memiliki pengetahuan yang benar tentang watak Tuhan, sehingga sulit bagi mereka untuk takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Jika orang tidak takut akan Tuhan dan tidak gentar terhadap-Nya dalam kepercayaan mereka, dan mengatakan apa pun sesuka hati mereka begitu pekerjaan Tuhan menyinggung kepentingan mereka sendiri, maka setelah mereka selesai mengatakannya, apa akibatnya? Akibatnya, mereka harus bertanggung jawab atas perkataan mereka, dan ini bukanlah hal yang sederhana. Ketika orang menghujat Tuhan, ketika mereka mengkritik Tuhan, apakah di dalam hatinya, mereka menyadari apa yang mereka katakan? Di dalam hatinya, semua orang yang mengatakan hal-hal seperti ini menyadari apa yang mereka katakan. Selain mereka yang kerasukan roh jahat dan yang tidak memiliki nalar yang normal, orang-orang yang normal, di dalam hatinya, menyadari apa yang mereka katakan. Jika mereka berkata mereka tidak menyadarinya, mereka berbohong. Saat berbicara, mereka berpikir: "Aku tahu engkau adalah tuhan. Aku memang mengatakan bahwa engkau tidak melakukan yang benar, jadi apa yang dapat kaulakukan terhadapku? Apa yang akan kaulakukan setelah aku selesai mengatakannya?" Mereka melakukan hal ini dengan sengaja, untuk mengganggu orang lain, untuk menarik orang lain ke pihak mereka, untuk membuat orang lain mengatakan hal yang serupa, dan membuat orang lain melakukan hal yang serupa. Mereka tahu yang mereka katakan itu terang-terangan menentang Tuhan, melawan Tuhan, menghujat Tuhan. Setelah mereka merenungkannya, mereka berpikir bahwa perbuatan mereka itu salah: "Apa yang kukatakan? Perkataan itu tercetus begitu saja dan aku sangat menyesalinya!" Penyesalan mereka membuktikan bahwa mereka tahu persis apa yang mereka lakukan pada saat itu; bukan karena mereka tidak tahu. Jika engkau menganggap bahwa mereka bodoh dan bingung untuk sesaat, bahwa mereka belum memahaminya secara menyeluruh, maka hal ini tidak sepenuhnya benar. Orang mungkin belum memahami hal ini secara menyeluruh, tetapi jika engkau percaya kepada Tuhan, setidaknya engkau harus memiliki akal sehat. Untuk percaya kepada Tuhan, engkau harus gentar terhadap Tuhan dan takut akan Dia. Engkau tidak boleh menghujat Tuhan, tidak boleh mengkritik dan memfitnah-Nya sesuka hatimu. Tahukah engkau apa artinya "mengkritik," "menghujat," dan "memfitnah"? Ketika engkau mengatakan sesuatu, tidak tahukah engkau apakah engkau sedang mengkritik Tuhan atau tidak? Ada orang-orang yang selalu membicarakan fakta bahwa mereka pernah menjamu Tuhan, sering bertemu dengan Tuhan, dan pernah mendengarkan persekutuan Tuhan secara langsung. Mereka membicarakan hal-hal ini dengan siapa pun yang mereka temui, berbicara panjang lebar tentang hal-hal lahiriah; mereka sama sekali tidak memiliki pengetahuan yang sejati. Mereka mungkin tidak berniat buruk saat mengatakan hal-hal seperti ini. Mereka mungkin bermaksud baik terhadap saudara-saudari dan ingin menyemangati semua orang. Namun, mengapa mereka memilih topik pembicaraan seperti ini? Jika mereka secara proaktif mengemukakan hal ini, berarti mereka benar-benar memiliki maksud tertentu: terutama, untuk pamer dan membuat orang lain menghormati mereka. Jika mereka mau meyakinkan dan menyemangati orang dalam iman mereka kepada Tuhan, mereka seharusnya lebih banyak membacakan kepada mereka firman Tuhan, yang merupakan kebenaran. Mengapa mereka malah bersikeras membicarakan hal-hal lahiriah seperti itu? Alasan sebenarnya mereka mengatakan hal-hal ini adalah karena mereka sama sekali tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Mereka tidak takut kepada Tuhan. Bagaimana mereka bisa bertingkah dan berbicara begitu seenaknya di hadapan Tuhan? Tuhan memiliki martabat! Jika orang menyadari hal ini, akankah mereka tetap melakukan hal seperti itu? Manusia tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Mereka dengan seenaknya mengatakan bagaimana Tuhan itu dan seperti apa Tuhan itu demi motif mereka sendiri, untuk mencapai tujuan pribadi mereka dan untuk membuat orang lain menghormati mereka. Ini sama saja dengan mengkritik dan menghujat Tuhan. Orang-orang seperti itu sama sekali tidak takut akan Tuhan di dalam hati mereka. Mereka semua adalah orang-orang yang menentang dan menghujat Tuhan. Mereka semua adalah roh-roh jahat dan setan-setan. Ada orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan selama beberapa tahun, tetapi setelah ditangkap oleh si naga merah yang sangat besar, mereka menjadi Yudas, bahkan mengikuti si naga merah yang sangat besar untuk menghujat Tuhan. Ada orang-orang yang mengabarkan Injil, meniru orang-orang beragama dalam mengatakan hal-hal yang mengkritik pekerjaan Tuhan dan mengutuk Dia. Mereka sadar bahwa berbicara dengan cara seperti ini berarti menentang dan menghujat Tuhan, tetapi mereka tidak peduli. Berbicara dengan cara seperti ini tidaklah pantas, apa pun motifmu. Tak bisakah engkau mengatakan hal yang lain saja? Mengapa engkau harus mengatakan hal-hal seperti ini? Bukankah ini merupakan penghujatan terhadap Tuhan? Jika engkau mengucapkan perkataan seperti itu, artinya engkau sedang menghujat Tuhan. Mengatakan hal-hal seperti ini tidak saleh, entah engkau melakukannya secara sengaja atau tidak sengaja. Engkau tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Engkau mengikuti orang lain dan mengucapkan kata-kata penghujatan untuk menyenangkan orang lain dan memikat hati mereka. Betapa tidak saleh dirimu; engkau bersekutu dengan Iblis! Dapatkah engkau mempermainkan, menghakimi, membatasi, dan menghujat Tuhan sesuka hatimu? Melakukan hal itu sangat mengerikan! Jika engkau mengatakan sesuatu yang salah dan itu menyinggung watak Tuhan, engkau akan dikutuk. Engkau melakukan kesalahan yang fatal! Ada orang-orang yang berpikir, "Orang-orang beragama disesatkan oleh para pendeta dan penatua, dan sebagian besar dari mereka mengatakan hal-hal yang menghujat Tuhan, dan mengkritik, serta mengutuk pekerjaan-Nya. Ada di antara mereka yang telah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman dan bertobat. Akankah mereka diselamatkan? Jika mereka semua ditinggalkan oleh Tuhan, hanya sedikit orang yang akan diselamatkan; itu berarti hampir tidak ada yang akan diselamatkan." Engkau tidak mampu memahami hal ini dengan jelas, bukan? Watak Tuhan adalah kebenaran, dan Dia adil terhadap semua orang. Pada zaman Nuh, hanya delapan orang yang diselamatkan di dalam bahtera; sisanya dihancurkan. Apakah engkau berani berkata bahwa Tuhan tidak benar? Manusia sudah dirusak sedemikian dalamnya. Mereka semua adalah milik Iblis; mereka semua menentang Tuhan, dan mereka semua hina dan tak berharga. Jika mereka tidak mampu menerima pekerjaan Tuhan, mereka akan dihancurkan untuk selamanya. Ada orang-orang yang mungkin berpikir: "Jika tidak ada di antara kita yang dapat diselamatkan oleh Tuhan, bukankah pekerjaan Tuhan akan sia-sia? Menurutku, Tuhan tidak dapat menyelamatkan manusia tanpa manusia. Jika Tuhan meninggalkan manusia, pengelolaan Tuhan akan hilang." Engkau salah. Tuhan akan melanjutkan rencana pengelolaan-Nya, bahkan tanpa manusia. Manusia menilai dirinya terlalu tinggi. Manusia tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan, mereka sama sekali tidak taat di hadapan Tuhan, dan mereka tidak memiliki sikap yang baik. Karena manusia hidup di bawah kuasa Iblis dan merupakan milik Iblis, mereka bisa saja mengkritik dan menghujat Tuhan kapan pun dan di mana pun. Ini adalah hal yang mengerikan—ini adalah pelanggaran terhadap watak Tuhan!
Kutipan 2
Orang-orang yang percaya kepada Tuhan harus memahami beberapa hal penting. Setidaknya, di dalam hatinya mereka harus tahu apa artinya percaya kepada Tuhan, kebenaran mana yang harus dipahami oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan, bagaimana harus menerapkan ketundukan kepada Tuhan; dalam ketundukan kepada Tuhan, kebenaran dan firman-Nya yang mana yang harus dipahami, serta kenyataan yang mana yang harus dimiliki untuk memuaskan-Nya. Jika engkau semua memiliki iman dan tekad seperti ini, walaupun adakalanya engkau memiliki sedikit gagasan atau memendam niat tertentu, akan mudah untuk melepaskan semua itu. Mereka yang tidak memiliki iman seperti ini akan selalu pilih-pilih dalam ketundukan mereka, dan terkadang mereka juga suka rewel, suka bertengkar, memendam kebencian, dan mengomel .... Segala macam perilaku memberontak akan muncul dari waktu ke waktu! Ini bukan hanya kejadian satu atau dua kali, juga bukan pemikiran sekilas, melainkan kemampuan untuk mengucapkan kata-kata yang memberontak dan melakukan tindakan yang memberontak. Hal ini menunjukkan watak memberontak yang sangat keras. Manusia memiliki watak yang rusak, dan bahkan jika mereka memiliki tekad untuk tunduk kepada Tuhan, ketundukan mereka terbatas. Ketundukan mereka bersifat relatif, sesekali, cepat berlalu, dan bersyarat. Ketundukan mereka tidak mutlak. Dengan watak yang rusak, pemberontakan mereka sangat besar. Mereka mengakui Tuhan, tetapi tidak mampu tunduk kepada-Nya. Mereka bersedia mendengarkan firman-Nya, tetapi tidak mampu tunduk kepada firman-Nya. Mereka tahu bahwa Tuhan itu baik dan ingin mengasihi-Nya, tetapi mereka tidak mampu. Mereka tidak mampu mendengarkan Tuhan sepenuhnya dan tidak mampu membiarkan Dia mengatur segalanya. Mereka masih memiliki pilihan sendiri, menyimpan niat sendiri, dan motif sendiri. Mereka juga memiliki rencana, gagasan, dan cara sendiri dalam melakukan segala sesuatu. Memiliki cara dan metode sendiri dalam melakukan segala sesuatu berarti mereka tidak mungkin mampu tunduk kepada Tuhan. Mereka hanya bisa bertindak sesuai dengan gagasan mereka sendiri dan memberontak terhadap Tuhan. Beginilah sifat manusia yang memberontak! Jadi, natur manusia bukan hanya watak rusak yang sederhana seperti sikap merasa diri benar yang dangkal, mementingkan diri sendiri, kesombongan, atau sesekali berbohong terhadap Tuhan dan menipu-Nya. Sebaliknya, esensi manusia telah menjadi esensi Iblis. Bagaimana penghulu malaikat mengkhianati Tuhan pada waktu itu? Bagaimana dengan manusia di zaman sekarang? Sejujurnya, entah engkau semua bisa menerimanya atau tidak, bukan hanya sepenuhnya mengkhianati Tuhan seperti yang dilakukan Iblis, tetapi manusia di zaman ini juga secara langsung memusuhi Tuhan di dalam hatinya, pemikiran, dan ideologi mereka. Beginilah Iblis merusak umat manusia menjadi setan-setan; manusia telah benar-benar menjadi keturunan Iblis. Mungkin engkau semua akan berkata, "Kami tidak memusuhi Tuhan, kami mendengarkan apa pun yang Tuhan katakan." Itu hanya dari luar; engkau semua seolah-olah memang mendengarkan apa pun yang Tuhan katakan. Kenyataannya, saat Aku menyampaikan persekutuan dan berbicara secara resmi, kebanyakan orang tidak memiliki gagasan, berperilaku baik, dan taat. Namun, ketika Aku berbicara dan melakukan segala sesuatu dalam kemanusiaan yang normal, atau hidup dan bertindak dalam kemanusiaan yang normal, gagasan mereka muncul. Meski mereka ingin memberi ruang bagi-Ku di dalam hati, mereka tidak mampu menyediakan tempat bagi-Ku, dan tidak menjadi soal bagaimana caranya kebenaran dipersekutukan, mereka tidak mampu melepaskan gagasan mereka. Ini menunjukkan bahwa manusia hanya dapat tunduk kepada Tuhan secara relatif, tidak secara mutlak. Engkau semua tahu Dia adalah Tuhan, dan engkau tahu bahwa Tuhan yang berinkarnasi harus memiliki kemanusiaan yang normal, jadi, mengapa engkau semua tidak mampu tunduk kepada Tuhan secara mutlak? Tuhan yang menjadi daging adalah Kristus, Anak Manusia. Dia memiliki keilahian dan kemanusiaan yang normal. Secara lahiriah, Dia memiliki kemanusiaan yang normal, tetapi keilahian-Nya hidup dan bekerja di dalam kemanusiaan yang normal ini. Kini, Tuhan telah menjadi daging sebagai Kristus, memiliki keilahian dan kemanusiaan. Namun, ada orang yang hanya mampu tunduk pada sebagian dari firman dan pekerjaan ilahi-Nya, hanya menerima perkataan ilahi-Nya dan bahasa-Nya yang mendalam sebagai firman Tuhan, sambil mengabaikan sebagian firman dan pekerjaan-Nya dalam kemanusiaan yang normal. Bahkan ada orang yang memiliki beberapa ide dan gagasan di dalam hati mereka, percaya bahwa hanya bahasa ilahi-Nya yang merupakan firman Tuhan, sedangkan bahasa manusia-Nya bukanlah firman Tuhan. Mampukah orang-orang seperti ini menerima semua kebenaran yang Tuhan ungkapkan? Bisakah mereka disucikan dan disempurnakan oleh Tuhan? Tidak bisa, karena manusia seperti itu memahami dengan cara yang tidak masuk akal dan tidak mampu memperoleh kebenaran. Singkatnya, dunia batin manusia sangatlah kompleks, dan masalah-masalah pemberontakan ini begitu rumit—tidak perlu dijabarkan lagi. Orang mampu tunduk pada keilahian Tuhan, tetapi tidak mampu tunduk pada sebagian pekerjaan dan firman kemanusiaan-Nya yang normal, yang menunjukkan bahwa mereka tidak sungguh-sungguh tunduk kepada Tuhan. Ketundukan manusia kepada Tuhan selalu bersyarat; mereka mendengarkan apa pun yang mereka yakini benar dan masuk akal, dan tidak bersedia mendengarkan apa pun yang mereka anggap salah dan tidak masuk akal. Mereka tidak tunduk pada hal yang tidak ingin mereka dengar atau hal yang tidak mampu mereka lakukan. Apakah ini bisa disebut ketundukan yang sebenarnya? Tentu saja tidak. Ini menunjukkan bahwa watak manusia itu tidak baik, sangat jahat, dan buruk—hal ini sangat penting! Dengan kata lain, bahkan ketika orang tunduk sedikit saja kepada Tuhan, itu selalu merupakan ketundukan yang selektif dan bersyarat, dan tidak pernah berupa ketundukan yang mutlak kepada Tuhan. Jika dikatakan bahwa seseorang mendengarkan dan tunduk, ini hanya relatif, karena engkau semua belum menyinggung kepentingannya atau benar-benar memangkas mereka, engkau belum secara langsung dan terang-terangan memangkasnya. Begitu engkau benar-benar memangkasnya, mereka akan menentangmu dan memasang wajah muram sepanjang hari. Jika engkau menanyakan sesuatu, mereka tidak akan menanggapinya, dan jika engkau menyuruh melakukan sesuatu, mereka tidak akan bersedia melakukannya. Saat engkau menyuruh mereka melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan, mereka akan mulai merusak semuanya dan bersikap keras kepala terhadapmu. Watak seseorang bisa menjadi begitu buruk! Sudah tahu Dia adalah Tuhan, mengapa kalian memperlakukan-Nya seperti itu? Ini tidak ada bedanya dengan orang Farisi dan Paulus pada zaman itu. Apakah Paulus tahu bahwa Yesus adalah Tuhan? Mengapa dia menganiaya murid-murid Yesus? Mengapa dia menangkap begitu banyak murid-murid Yesus? Pada akhirnya, Yesus melihat bahwa Paulus telah melampaui batas dalam penganiayaan yang dilakukannya, dan dalam perjalanan Paulus menuju Damsyik, Dia memukul Paulus. Cahaya terpancar di sekelilingnya, dan Paulus terjatuh ke tanah. Setelah terjatuh, dia bertanya kepada Yesus: "Siapakah engkau, tuhan?" Yesus berkata kepadanya, "Akulah Yesus yang engkau aniaya itu" (Kisah Para Rasul 9:5). Sejak saat itu, Paulus menjadi lebih takluk. Jika Yesus tidak "menerangi" dan menjatuhkannya, Paulus tidak akan menerima Yesus, apalagi berkhotbah untuk-Nya. Apa yang dibuktikan oleh hal ini? Ini membuktikan bahwa natur manusia sangatlah buruk.
Orang sering berkata, "Kita semua manusia memiliki watak yang rusak; tidak seorang pun dari kita yang dapat memuaskan Tuhan," dan "Manusia selalu merasa dirinya paling benar, mementingkan diri sendiri, selalu yakin bahwa mereka baik dan lebih dari orang lain!" Sebenarnya, ini adalah pemahaman yang sangat dangkal dan hanyalah sebagian kecil dari watak yang rusak. Mengapa engkau semua tidak mendiskusikan pemikiran dan niat memberontak serta menentang Tuhan dalam naturmu sendiri? Tuhan menuntutmu melakukan sesuatu dengan satu cara, tetapi engkau melakukannya dengan cara lain. Tuhan bekerja dengan satu cara, tetapi engkau meminta-Nya bekerja dengan cara lain. Bukankah ini menentang Tuhan? Setiap orang memiliki watak seperti ini; tidak ada yang bisa menghindarinya. Mungkin sebagian orang akan berkata, "Ini tidak berlaku bagiku, aku tidak tahu!" Hal ini karena engkau belum berhubungan dengan Tuhan. Begitu engkau semua berhubungan dengan Tuhan, dan setelah satu minggu mengenal-Nya secara bertahap, engkau semua dijamin akan berubah dan memperlihatkan jati dirimu yang sebenarnya. Ini bukanlah pernyataan yang berlebihan atau meremehkan kalian. Saat ini, manusia tidak hanya memiliki watak yang rusak; natur mereka pun telah rusak. Kemanusiaan normal mereka telah sedemikian rusaknya hingga terkoyak dan hilang sama sekali. Artinya, manusia tidak lagi memiliki kemanusiaan yang normal. Tuhan yang berinkarnasi memiliki kemanusiaan yang normal, tetapi semua manusia memiliki watak yang rusak dan kekurangan banyak aspek dari kemanusiaan yang normal, sehingga mustahil bagi mereka untuk selaras dengan Tuhan. Mereka pasti akan memiliki perbedaan dan perselisihan dengan Tuhan dalam banyak hal, bahkan sampai memusuhi-Nya. Ini karena manusia tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan atau hati yang tunduk terhadap Tuhan. Seseorang tidak dapat menuntut orang lain, "Karena engkau semua mengakui bahwa Dia adalah Tuhan, engkau semua harus tunduk kepada-Nya, tidak soal apa yang dikatakan-Nya," apalagi menuntut mereka untuk berserah diri kepada Tuhan dalam segala hal. Ini bukan soal berserah diri; manusia adalah makhluk ciptaan, dan bagaimanapun juga, Tuhan adalah Tuhan, dan manusia adalah manusia—harus ada batasan di antara mereka. Bagaimana hamba Abraham berdoa kepada Tuhan Yahweh di Zaman Hukum Taurat? "Ya Tuhan Yahweh tuanku Abraham" (Kejadian 24:12). Dia membuat perbedaan derajat dengan sangat jelas, sedangkan orang-orang zaman sekarang percaya: "Tuhan tidak jauh berbeda dengan kita. Dia juga memiliki kemanusiaan yang normal, kebutuhan, berbagai macam emosi, kehidupan, dan aktivitas manusia normal. Meskipun Dia melakukan pekerjaan ilahi, kemanusiaan-Nya yang normal sangat diperlukan!" Begitu manusia memiliki bayangan kasar tentang "kemanusiaan normal" di dalam dirinya, mereka akan cenderung menganggap pekerjaan Tuhan, firman-Nya, dan watak-Nya sebagai kemanusiaan normal manusia, menyangkal esensi ilahi-Nya. Ini adalah kesalahan yang sangat besar yang membuat manusia mustahil untuk mengenal Tuhan, bukan? Engkau semua belum pernah berhubungan dengan Tuhan; siapakah di antara kalian yang berani berkata, "Jika aku berhubungan dengan Tuhan selama setahun, aku jamin aku tidak akan memberontak sama sekali"? Tidak ada seorang pun yang bisa begitu yakin. Kebanyakan orang telah percaya kepada Tuhan selama lebih dari 10 atau 20 tahun, tetapi tidak seorang pun yang mampu benar-benar mencapai ketundukan yang sejati kepada-Nya. Ini cukup untuk menunjukkan bahwa manusia telah dirusak secara mendalam oleh Iblis dan watak Iblis telah berakar di dalam hati mereka; ada hal-hal rusak yang bahkan tidak mampu engkau semua gali sendiri. Aku telah menyampaikan begitu banyak firman Tuhan, mengungkapkan banyak kebenaran, tetapi hampir tidak ada seorang pun yang benar-benar memahami kebenaran itu. Orang-orang di zaman ini sangat keras kepala, salah arah, mati rasa dan bodoh hingga taraf ekstrem. Bukan hanya sedikit bodoh—natur memberontak mereka telah terbentuk, tetapi engkau semua masih belum melihatnya dengan jelas.
Ada orang-orang yang setelah bertemu dengan Kristus selama satu atau dua hari, merasa bahwa Dia asing serta merasa agak terkendali: "Tuhan ada di sini!" Mereka memiliki pemikiran ini di dalam hati mereka, tetapi setelah 10 hari atau dua minggu berhubungan dengan-Nya, sedikit demi sedikit mereka menjadi makin akrab dan makin dekat dengan-Nya, hati mereka menjadi tidak terkendali dan tidak lagi membedakan antara status mereka dan status-Nya. Seolah-olah ada kesetaraan total, tanpa hierarki apa pun; mereka berpikir bahwa wajar bagi Tuhan untuk hidup dan berbagi sukacita dengan mereka. Adakalanya Aku merenung, bagaimana bisa orang-orang ini menjadi begini? Andaikan Aku selalu memangkas dan menceramahi mereka, pasti mereka akan berperilaku baik dan tunduk. Terkadang ketika Aku berbicara dengan seseorang sebagai orang yang setara, mereka berpikir, "Hmm, lihatlah betapa baiknya Tuhan kepadaku!" Menunjukkan kebaikan kepadamu tidak membuktikan bahwa engkau tidak memiliki watak memberontak atau esensi naturmu baik. Bukankah begitu? Ketika Aku memperlakukan sebagian orang dengan sedikit lebih baik dan memberikan senyuman kecil, mereka melupakan tempat mereka di alam semesta, melupakan dari mana asal mereka, apa identitas serta esensinya—mereka melupakan semua ini. Natur manusia sungguh buruk; mereka sama sekali tidak memiliki nalar! Jika sebagian orang percaya bahwa mereka cukup baik, silakan saja berinteraksi dengan Tuhan untuk jangka waktu tertentu dan lihatlah bagaimana semua pemberontakan dan penentangan di dalam dirimu akan tersingkap. Berinteraksilah dengan Tuhan selama beberapa waktu—Aku tidak akan mengingatkanmu, menegur atau memangkasmu, dan tidak seorang pun akan bersekutu denganmu; engkau akan mengalaminya sendiri, dan kita akan melihat sejauh mana engkau semua mampu mengalaminya. Tanpa memperoleh kebenaran, engkau semua pasti akan gagal total, konsekuensinya tidak akan terpikirkan. Watak manusia yang pemberontak sangatlah parah; hati mereka tidak dapat menyediakan tempat bagi orang lain! Watakmu yang pemberontak, sifat jahatmu, dan hatimu yang congkak tidak dapat menyediakan tempat bagi orang lain. Mungkin setelah berinteraksi dengan-Ku selama beberapa waktu, sebagian orang mengembangkan beberapa pemikiran yang salah; jika hal ini tidak diluruskan, begitu pemikiran itu menjadi gagasan atau penilaian, mereka akan mendapati diri mereka berada dalam bahaya. Ada yang berkata, "Itu karena Engkau terlalu biasa dan normal. Aku tidak seperti ini dalam kepercayaanku kepada Tuhan Yesus." Sama halnya dengan kepercayaanmu kepada Yesus. Jika kalian ditempatkan di zaman Yesus, kalian tidak akan menjadi lebih baik dari orang Farisi, pikiranmu akan penuh dengan gagasan. Jangan berpikir engkau akan lebih baik daripada Yudas. Dia bisa mengkhianati Tuhan dan mencuri uang-Nya untuk kepentingannya sendiri; kalian mungkin tidak mengkhianati-Nya atau membelanjakan uang gereja dengan ceroboh, tetapi kalian tidak akan menjadi orang yang tunduk kepada Tuhan, dan kalian pasti akan penuh dengan gagasan, pemberontakan, dan penentangan. Firman dan pekerjaan Tuhan Yesus adalah penampakan dan pekerjaan Tuhan. Mengapa Yudas melawan Tuhan? Naturnya sangat buruk; dia tidak dapat menyediakan tempat bagi Kristus dan bersikeras untuk memusuhi-Nya. Bukankah Petrus juga sangat menderita pada saat itu? Karena kemanusiaannya sedikit lebih baik daripada orang lain pada saat itu dan karena dia berusaha untuk mengasihi Tuhan, pada akhirnya dia disempurnakan. Saat itu, dia juga memiliki sejumlah gagasan dan pendapat tentang Yesus, tetapi karena dia mampu terus mengasihi Tuhan, pada akhirnya dia memperoleh sejumlah pengetahuan tentang Tuhan Yesus. Jadi, jangan membual; jangan terlalu yakin bahwa kalian akan berhasil dan mencapai nilai sempurna dalam sesuatu yang belum kalian alami. Ini tidak benar dan tidak realistis. Kalian harus mengalaminya terlebih dahulu; hanya dengan demikianlah pengetahuan dan wawasan yang kalian bagikan akan menjadi nyata. Jangan berkata, "Tuhan, datanglah ke rumahku, aku berjanji tidak akan membuat-Mu marah seperti orang lain, aku berjanji tidak akan bersikap tidak manusiawi seperti orang lain." Hal ini tidak pasti karena unsur-unsur kemanusiaan normal di dalam diri manusia telah dihancurkan; kemanusiaan mereka yang normal telah hilang, begitu pula hati nurani dan nalar mereka—akal sehat kemanusiaan yang normal, berbicara dengan sederhana dan jujur, mampu mendengarkan dan tunduk, semua hal positif ini telah hilang dari dalam diri manusia. Jadi, prinsip hidup orang-orang serta tujuan hidup mereka pun telah berubah. Mereka semua mengikuti falsafah Iblis dan dikuasai oleh natur Iblis. Ucapan mereka penuh dengan tipu daya dan kelicikan, mereka pergi ke arah mana pun angin bertiup, dan mereka pandai mengatakan hal-hal yang terdengar menyenangkan—mereka meyakini bahwa hidup seperti ini adalah hal yang luar biasa. Mengapa dikatakan bahwa manusia sudah sangat rusak? Dengan kerusakan yang begitu parah, apakah manusia masih memiliki kemanusiaan yang normal? Engkau semua yakin bahwa engkau memiliki watak yang rusak, yang engkau anggap sebagai sedikit bersikap congkak, merasa diri benar, sombong, sedikit licik dalam berbicara, atau agak bersikap asal-asalan dalam melaksanakan tugasmu—itu saja. Namun, anggapan ini terlalu dangkal, ini baru menyinggung kulitnya saja. Intinya adalah manusia pada dasarnya jahat, semua orang memuja kejahatan, menyangkal dan menentang Tuhan, serta kemanusiaan mereka yang normal telah lenyap dari muka bumi. Bukankah benar begitu? Jadi, apa yang harus dilakukan manusia untuk memenuhi standar sebagai makhluk ciptaan? Kuncinya adalah menemukan jalan penerapan dan metode penerapan yang sesuai yang berasal dari firman Tuhan. Engkau semua tahu bahwa tidak ada orang yang sangat baik di antara umat manusia, jadi, mengapa sekarang dikatakan bahwa sebagian orang memiliki kemanusiaan, sedangkan sebagian lainnya tidak? Mampukah orang yang memiliki kemanusiaan benar-benar menerapkan kebenaran ini? Mereka juga tidak mampu menerapkannya; hanya saja mereka memiliki hati yang sedikit lebih baik dan lembut, dan lebih bertanggung jawab dalam pekerjaan mereka—tetapi ini semua bersifat relatif, tidak mutlak. Jika engkau mengevaluasi seseorang dan mengatakan bahwa orang tersebut benar-benar baik dan tidak memiliki kesalahan atau pemberontakan, bahwa mereka sepenuhnya patuh dan tunduk, dan sama sekali tidak bersikap asal-asalan dalam melaksanakan tugasnya, bukankah ini berlebihan? Apakah ini sesuai dengan faktanya? Apakah benar-benar ada orang seperti ini? Jika ini caramu memahami segala sesuatu, caramu itu menyimpang. Namun, jika engkau meyakini, "Kita manusia sudah tamat, tidak ada satu pun dari kita yang baik, jadi apa gunanya percaya kepada Tuhan? Aku akan berhenti percaya dan menunggu kematianku saja!" ini juga tidak masuk akal. Engkau semua selalu bertindak keterlaluan, seolah-olah engkau tidak mengerti ucapan yang sederhana; engkau selalu condong ke satu sisi, atau ke sisi lain. Jika Aku berbicara dengan lebih lemah lembut, engkau akan gagal mengenal dirimu sendiri, tetapi jika Aku berbicara terlalu keras dan kasar, engkau akan menundukkan kepala, menjadi negatif, dan bahkan menyerah pada dirimu sendiri. Ketika sebagian orang mendengar firman Tuhan tentang penghakiman dan kutukan, mereka langsung menjadi lumpuh, percaya bahwa hidup mereka sudah tamat dan tidak memiliki harapan untuk diselamatkan. Orang-orang seperti inilah yang paling sulit diselamatkan karena mereka tidak memahami ucapan yang sederhana! Sekarang, ketika Tuhan berbicara dan menyingkapkan manusia, itu adalah untuk membuat mereka memahami akar dari natur manusia yang rusak dan memahami mengapa manusia mampu memberontak terhadap Tuhan. Menyingkapkan semua hal ini bermanfaat bagi manusia. Jika tidak disingkapkan, engkau semua akan beriman sampai akhir tanpa pernah mengenal dirimu sendiri, selalu mengatakan bahwa penghulu malaikat itu angkuh, atau mengatakan orang ini congkak dan orang itu pemberontak. Bagaimana denganmu? Ada juga orang yang selalu berkata, "Kami memang memberontak terhadap Tuhan," tetapi masih tidak mengetahui akar pemberontakan mereka dan tidak mengerti atau memahami esensi dari keadaan tersebut. Ini berarti mereka tidak dapat berubah dan tidak dapat diselamatkan. Apakah engkau semua mampu memahami kata-kata ini? (Ya.)
Ada dua aspek utama dari apa yang baru saja Ku-persekutukan. Aspek pertama adalah, dalam memercayai Tuhan, seseorang harus mampu benar-benar tunduk, sepenuhnya memenuhi standar sebagai makhluk ciptaan. Aspek lainnya adalah bahwa menyingkapkan pemberontakan di dalam diri manusia dan menyingkapkan naturnya memungkinkan mereka untuk mengenal diri sendiri. Jika mereka tidak disingkapkan seperti ini dan disadarkan, semua orang akan mengatakan dirinya baik dan lebih dari yang lain. Misalnya, ada sebagian orang yang mengatakan, "Aku juga telah dirusak sedemikian dalamnya," tetapi ketika mereka berinteraksi dengan orang lain selama beberapa waktu, mereka yakin bahwa mereka masih lebih baik dari orang lain dan berpikir, "Aku tidak lebih baik, menurutku engkau pun tidak lebih baik, bahkan lebih buruk dariku!" Jangan berpikir bahwa engkau semua lebih baik dari yang lain. Engkau semua sama sekali tidak lebih baik dari yang lain; natur pemberontakan manusia semuanya sama. Apakah semuanya sudah jelas? Sekarang, setelah kita telah selesai mempersekutukan hal ini, apa pendapatmu? Apakah engkau semua berpikir, "Aku telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, dan kurasa aku adalah orang yang tunduk kepada Tuhan. Namun hari ini, setelah Tuhan selesai bersekutu, aku akhirnya menyadari bahwa aku tidak memiliki ketundukan yang sebenarnya kepada Tuhan, dan aku masih belum memperlakukan-Nya sebagai Tuhan. Aku bahkan tidak bisa tunduk kepada-Nya—aku sangat tidak bernalar dan imanku sangat kacau!" Jika engkau benar-benar memiliki pemahaman seperti ini, ada harapan bagimu untuk memasuki jalan yang benar dalam memercayai Tuhan dan menjadi orang yang tunduk kepada-Nya; hanya dengan begitu engkau mampu memperoleh keselamatan.
Kutipan 3
Sejumlah besar orang-orang percaya gagal mementingkan perubahan dalam watak hidup. Sebaliknya mereka lebih berfokus dan menaruh perhatian pada bagaimana sikap Tuhan terhadap diri mereka dan apakah mereka memiliki tempat di hati Tuhan atau tidak. Mereka selalu berusaha mengira-ngira bagaimana penampilan mereka di mata Tuhan dan apakah mereka memiliki posisi di hati-Nya. Banyak orang menyimpan pemikiran-pemikiran seperti ini dan apabila mereka berhadapan muka dengan Tuhan, mereka selalu mengamati apakah Dia gembira atau marah ketika Dia berbicara kepada mereka. Berikutnya ada orang-orang yang selalu bertanya kepada orang lain, "Apakah Tuhan telah menyebutkan kesulitan-kesulitanku? Apa yang Dia pikirkan tentangku? Apakah Dia memperlihatkan perhatian kepadaku?" Ada orang-orang bahkan memiliki masalah yang lebih serius, yaitu apabila Tuhan melirik mereka saja, seolah-olah mereka telah mendeteksi masalah baru: "Oh tidak, Tuhan baru saja melirikku dan pandangan mata-Nya tampak tidak terlalu senang, ini bukan pertanda baik." Orang-orang sangat mementingkan hal-hal seperti itu. Ada orang-orang yang berkata: "Tuhan yang kami percayai adalah Tuhan yang berinkarnasi, jadi jika Dia tidak memperhatikan kita, bukankah itu berarti akhir bagi kita?" Yang mereka maksud dengan pernyataan tadi adalah, "Jika kita tidak memiliki tempat di hati Tuhan, mengapa kita harus repot-repot percaya? Sebaiknya kita berhenti percaya!" Bukankah ini tidak bernalar? Apakah engkau tahu mengapa orang harus percaya kepada Tuhan? Manusia tidak pernah merenungkan apakah Tuhan memiliki tempat di dalam hati mereka, tetapi mereka ingin memiliki tempat di dalam hati Tuhan. Betapa congkak dan sombongnya mereka! Inilah bagian dalam diri mereka yang tak bernalar. Ada orang-orang yang bahkan sangat tak bernalar sehingga ketika Tuhan menanyakan tentang orang lain dan tidak menyebut nama mereka, atau ketika Tuhan memperlihatkan perhatian dan peduli kepada orang lain dan bukan kepada diri mereka, orang-orang ini merasa tidak puas dan mulai menggerutu dan mengeluh mengenai Tuhan dengan berkata bahwa Dia tidak benar, tidak adil dan tidak masuk akal. Inilah masalah dengan nalar mereka dan secara psikologi mereka juga agak tidak normal. Dalam situasi normal, orang-orang selalu berkata bahwa mereka akan tunduk pada penataan dan pengaturan Tuhan. Mereka tidak akan pernah mengeluh seperti apa pun cara Tuhan memperlakukan mereka dan tidak ada masalah ketika Tuhan memangkas, menghakimi, atau menghajar mereka. Namun, sewaktu menghadapi hal-hal seperti itu di dunia nyata, mereka tidak bisa menerimanya. Apakah orang-orang memiliki nalar? Orang-orang menganggap diri mereka sendiri terlalu tinggi dan menganggap diri mereka begitu penting sehingga jika mereka merasa Tuhan sedang melihat mereka dengan cara yang salah, orang-orang ini merasa bahwa mereka tidak lagi memiliki harapan untuk memperoleh keselamatan, apalagi jika Tuhan benar-benar memangkas mereka. Atau, jika Tuhan berbicara kepada mereka dengan nada bicara yang lebih keras sampai menghunjam hati mereka, orang-orang ini menjadi negatif dan mulai berpikir bahwa percaya kepada Tuhan adalah hal yang tak berarti. Mereka berpikir, "Bagaimana aku bisa terus percaya kepada Tuhan jika Dia mengabaikanku?" Ada orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengenali orang seperti ini dan berpikir: "Lihat betapa mereka sungguh percaya kepada Tuhan. Tuhan sangatlah penting bagi mereka. Mereka bahkan dapat menafsirkan makna Tuhan hanya dengan sekali pandang. Mereka sangat setia kepada Tuhan, mereka benar-benar melihat Tuhan di bumi seperti melihat Tuhan di surga." Apakah seperti ini yang terjadi? Orang-orang ini sangat bingung dan sangat tidak memiliki wawasan dalam segala hal; tingkat pertumbuhan mereka sangat rendah dan mereka benar-benar memperlihatkan segala jenis keburukan. Manusia memiliki nalar yang rendah, mereka memiliki terlalu banyak tuntutan terhadap Tuhan dan meminta terlalu banyak kepada-Nya, mereka bahkan tidak memiliki sedikit pun nalar. Manusia selalu menuntut agar Tuhan melakukan ini atau itu dan tidak mampu tunduk sepenuhnya kepada-Nya atau menyembah-Nya. Sebaliknya, mereka mengajukan tuntutan-tuntutan yang tidak masuk akal kepada Tuhan berdasarkan preferensi mereka sendiri. Mereka menuntut agar Dia bersikap sangat bermurah hati, tidak pernah marah oleh apa pun, dan ketika Dia melihat manusia, Dia harus selalu tersenyum, berbicara dan membekali mereka dengan kebenaran serta mempersekutukan kebenaran kepada mereka. Mereka juga menuntut agar Dia selalu sabar dan mempertahankan ekspresi yang menyenangkan di sekitar mereka. Orang-orang memiliki terlalu banyak tuntutan; mereka terlalu pilih-pilih! Engkau semua harus memeriksa hal-hal ini. Nalar manusia sangatlah rendah, bukan? Orang-orang ini bukan saja tidak mampu tunduk sepenuhnya pada pengaturan dan penataan Tuhan ataupun menerima semua yang berasal dari Tuhan, tetapi sebaliknya, mereka membebankan tuntutan tambahan terhadap Tuhan. Bagaimana mungkin orang-orang dengan tuntutan seperti itu bisa setia kepada Tuhan? Bagaimana mereka dapat tunduk pada penataan Tuhan? Bagaimana mereka dapat mengasihi Tuhan? Semua orang memiliki tuntutan tentang bagaimana seharusnya Tuhan mengasihi mereka, menoleransi mereka, menjaga mereka, melindungi mereka dan memelihara mereka, tetapi tak seorang pun dari mereka yang memiliki tuntutan tentang bagaimana mereka sendiri harus mengasihi Tuhan, memikirkan Tuhan, memperhatikan Tuhan, memuaskan Tuhan, memiliki Tuhan di dalam hati mereka dan menyembah Tuhan. Apakah hal-hal ini ada di dalam hati manusia? Semua ini adalah hal-hal yang seharusnya dicapai oleh manusia, jadi mengapa mereka tidak berusaha keras dengan tekun dalam hal-hal ini? Ada orang-orang bisa menjadi antusias selama beberapa waktu dan bisa agak meninggalkan hal-hal serta menghabiskan waktu mereka sendiri, tetapi ini tidak berlangsung lama; mengalami sedikit kemunduran dapat menyebabkan mereka patah semangat, kehilangan harapan, dan mengeluh. Manusia memiliki begitu banyak kesulitan dan hanya sedikit sekali orang yang mengejar kebenaran dan berusaha mengasihi dan memuaskan Tuhan. Manusia sama sekali tidak bernalar, mereka berdiri di posisi yang salah dan memandang diri mereka sangat berharga. Ada pula orang-orang yang berkata: "Tuhan memandang kita seperti biji mata-Nya. Dia tidak ragu-ragu membiarkan Anak-Nya yang tunggal disalib untuk menebus manusia. Tuhan membayar mahal untuk membeli kita kembali. Kita sangat berharga dan kita semua memiliki tempat di dalam hati Tuhan. Kita adalah sekelompok orang istimewa dan memiliki status yang jauh lebih tinggi daripada orang tidak percaya. Kita adalah umat kerajaan surga." Mereka menganggap diri mereka cukup tinggi dan mulia. Dahulu, banyak pemimpin yang memiliki mentalitas seperti ini, yang meyakini bahwa mereka memiliki status dan kedudukan tertentu di rumah Tuhan setelah dipromosikan. Mereka berpikir, "Tuhan sangat memperhatikanku dan menganggapku baik, dan Dia telah mengizinkanku melayani sebagai pemimpin. Aku harus berupaya sebaik mungkin untuk menyibukkan diri dan bekerja untuk-Nya." Mereka sangat senang akan diri mereka sendiri. Namun, setelah beberapa waktu, mereka melakukan sesuatu yang buruk dan memperlihatkan diri mereka yang sebenarnya. Kemudian mereka diganti dan mereka menjadi sedih dan tertunduk malu. Ketika perilaku mereka yang tidak pantas disingkapkan dan dipangkas, mereka menjadi makin negatif dan tidak dapat terus percaya. Mereka berpikir, "Tuhan tidak memperhatikan perasaanku, Dia sama sekali tidak peduli untuk menyelamatkan harga diriku. Mereka berkata Tuhan itu bersimpati terhadap kelemahan manusia, jadi mengapa aku digantikan hanya karena beberapa pelanggaran kecil?" Kemudian mereka menjadi berkecil hati dan ingin meninggalkan iman mereka. Apakah orang-orang semacam ini memiliki iman yang sejati di dalam Tuhan? Jika mereka bahkan tidak dapat menerima diri mereka dipangkas, maka tingkat pertumbuhan mereka sangat rendah dan tidak dapat dipastikan apakah kelak mereka akan mampu menerima kebenaran atau tidak. Orang-orang yang semacam ini berada dalam bahaya.
Manusia tidak menuntut banyak dari dirinya sendiri, tetapi mereka menuntut banyak dari Tuhan. Mereka memohon kepada-Nya untuk menunjukkan kebaikan khusus dan bersabar serta menahan diri terhadap mereka, menghargai, menyediakan bagi mereka, dan tersenyum kepada mereka, bersikap toleran kepada mereka, memberikan kelonggaran bagi mereka, serta merawat mereka dengan berbagai cara. Mereka berharap Dia sama sekali tidak bersikap tegas atau melakukan apa pun yang akan membuat mereka kecewa sedikit pun, dan hanya puas jika Dia berbicara manis kepada mereka setiap hari. Manusia memiliki nalar yang begitu rendah! Manusia tidak jelas tentang apa yang harus mereka lakukan, apa yang harus mereka capai, sudut pandang apa yang harus mereka miliki, posisi apa yang harus mereka ambil untuk melayani Tuhan, dan posisi apa yang cocok bagi mereka untuk menempatkan diri mereka. Manusia yang memiliki sedikit status memiliki pendapat yang sangat tinggi tentang diri mereka sendiri dan mereka yang tidak memiliki status juga berpikir sangat tinggi tentang diri mereka sendiri. Manusia tidak pernah mengenal diri mereka sendiri. Engkau harus sampai pada suatu titik dalam kepercayaanmu kepada Tuhan bahwa bagaimana pun Dia berbicara kepadamu, betapa tegasnya Dia denganmu, dan seberapa banyak Dia mungkin mengabaikanmu, engkau dapat terus percaya tanpa mengeluh dan terus melaksanakan tugasmu seperti biasa. Maka engkau akan menjadi orang yang dewasa dan berpengalaman, dan engkau akan benar-benar mengalami beberapa tingkat pertumbuhan dan memiliki sedikit nalar orang normal. Engkau tidak akan membuat tuntutan kepada Tuhan, engkau tidak akan lagi memiliki keinginan yang berlebihan, dan engkau tidak akan lagi meminta dari orang lain atau dari Tuhan sesuai keinginanmu sendiri. Ini akan menunjukkan bahwa sampai tingkat tertentu, engkau memiliki keserupaan dengan manusia. Saat ini, engkau semua memiliki terlalu banyak tuntutan, tuntutan ini terlalu berlebihan dan engkau memiliki terlalu banyak niat manusia. Ini membuktikan bahwa engkau tidak sedang berdiri di posisi yang tepat, posisimu terlalu tinggi, dan engkau telah memandang dirimu terlalu terhormat, seakan-akan posisimu tidak jauh lebih rendah dari Tuhan. Oleh karena itu, engkau sulit untuk ditangani dan inilah tepatnya natur Iblis. Jika keadaan seperti ini ada dalam dirimu, engkau pasti akan lebih sering menjadi negatif dan makin jarang bersikap normal, sehingga perkembangan hidupmu akan lambat. Sebaliknya, orang yang murni hatinya dan tidak terlalu pilih-pilih akan mudah menerima kebenaran dan mengalami kemajuan yang lebih cepat. Mereka yang murni hatinya tidak mengalami banyak penderitaan, tetapi engkau memiliki perasaan yang memenuhi pikiranmu, terlalu pilih-pilih, dan selalu mengajukan tuntutan terhadap Tuhan, sehingga engkau menghadapi hambatan besar dalam menerima kebenaran dan perkembangan hidupmu berjalan dengan lambat. Ada orang-orang yang tetap mengejar seperti biasa tanpa menghiraukan bagaimana orang lain menyerang dan mengucilkan mereka, dan tidak terpengaruh sedikit pun oleh hal itu. Orang-orang seperti ini murah hati, sehingga mereka tidak terlalu menderita dan menghadapi lebih sedikit hambatan untuk jalan masuk kehidupan mereka. Engkau pilih-pilih dan selalu terpengaruh oleh satu dan lain hal. Engkau terpengaruh jika ada orang yang melihatmu dengan cara yang salah, memandang rendah dirimu, mengabaikanmu, atau apa yang Tuhan katakan yang memicumu, atau perkataan kasar-Nya yang menghunjam hatimu dan melukai harga dirimu, atau sesuatu yang baik diberikan-Nya kepada orang lain dan bukan diberikan kepadamu, kemudian engkau menjadi negatif dan bahkan salah paham terhadap Tuhan. Orang-orang seperti ini pilih-pilih dan kebal terhadap nalar. Seperti apa pun cara orang mempersekutukan kebenaran kepada mereka, mereka tidak akan menerimanya dan masalah mereka akan tidak terselesaikan. Orang-orang ini paling sulit untuk ditangani.
Aku sering mendengar engkau semua bersekutu seperti ini: "Aku tersandung ketika sedang melakukan sesuatu dan kemudian, setelah mengalami beberapa penderitaan, aku mendapatkan sedikit pemahaman." Sebagian besar orang memiliki pengalaman seperti ini, pengalaman yang sangat dangkal. Pemahaman seperti ini kemungkinan muncul setelah bertahun-tahun mengalaminya, dan orang mungkin telah mengalami banyak penderitaan dan telah melewati serangkaian pengalaman yang sangat sulit atau tidak menyenangkan hanya untuk memperoleh sedikit pemahaman dan perubahan ini. Betapa menyedihkannya! Ada begitu banyak ketidakmurnian dalam iman manusia, sangatlah berat bagi mereka untuk percaya kepada Tuhan! Sampai hari ini, masih ada banyak ketidakmurnian dalam diri setiap orang dan mereka masih saja mengajukan banyak tuntutan terhadap Tuhan. Semua ini adalah ketidakmurnian manusia. Memiliki ketidakmurnian seperti ini adalah bukti bahwa ada masalah dalam kemanusiaan mereka dan ini adalah perwujudan watak mereka yang rusak. Ada perbedaan antara tuntutan yang layak dan tidak layak yang diajukan manusia terhadap Tuhan. Ini harus dibedakan dengan jelas. Orang harus jelas di posisi apa dia seharusnya berdiri dan nalar apa yang harus dimilikinya. Aku telah mendapati bahwa ada orang-orang yang selalu berfokus pada ekspresi seperti apa yang Kuperlihatkan di sekeliling orang dan selalu menyelidiki siapa yang Tuhan perlakukan dengan baik dan siapa yang Dia perlakukan dengan buruk. Jika mereka melihat Tuhan sedang memandang mereka dengan ekspresi negatif, atau mendengar-Nya menyingkapkan atau mengutuk mereka, orang-orang ini tidak bisa melupakannya. Seperti apa pun caramu bersekutu kepada mereka, ini tidak akan berhasil, dan entah berapa lama pun waktu berlalu, mereka tidak dapat berbalik. Mereka menjatuhkan hukuman atas diri mereka sendiri, berpegang pada satu ungkapan sepintas dan menggunakannya untuk menentukan sikap Tuhan terhadap mereka. Mereka berkubang dalam hal-hal negatif, dan seperti apa pun cara orang mempersekutukan kebenaran kepada mereka, mereka tidak bersedia menerimanya. Ini sama sekali tidak masuk akal. Sudah jelas bahwa manusia tidak memiliki sedikit pun pengetahuan akan watak Tuhan yang benar dan sama sekali tidak memahaminya. Asalkan manusia mampu bertobat dan berubah, sikap Tuhan terhadap mereka juga akan berubah. Jika sikapmu terhadap Tuhan tidak berubah, dapatkah sikap Tuhan terhadapmu berubah? Jika engkau berubah, cara Tuhan memperlakukanmu juga akan berubah, tetapi jika engkau tidak berubah, perlakuan Tuhan terhadapmu juga tidak akan berubah. Ada orang-orang yang masih tidak memiliki pengetahuan tentang apa saja yang Tuhan benci, apa yang Dia sukai, sukacita, kemarahan, kesedihan, kebahagiaan, kemahakuasaan, dan hikmat-Nya, serta mereka bahkan tidak dapat berbicara tentang beberapa pengetahuan persepsi. Inilah yang menyebabkan manusia sangat sulit untuk ditangani. Manusia melupakan semua perkataan Tuhan yang bermaksud baik kepadanya, tetapi ketika Dia mengucapkan satu saja perkataan yang keras atau mengucapkan satu kalimat pemangkasan atau penghakiman, ini menghunjam hati manusia. Mengapa orang tidak menganggap serius perkataan bimbingan yang positif, sedangkan mereka menjadi kecewa, negatif dan tidak mampu bangkit kembali setelah mendengar perkataan penghakiman dan pemangkasan? Pada akhirnya, mungkin dibutuhkan waktu perenungan yang lama sebelum mereka berbalik, dan mereka baru akan bangkit kembali setelah menggabungkan perenungan dengan firman Tuhan yang menenangkan. Tanpa firman yang menenangkan ini, mereka tidak akan mampu keluar dari kenegatifan mereka. Ketika manusia baru mulai mengalami pekerjaan Tuhan, mereka memiliki banyak pengenalan yang keliru dan kesalahpahaman tentang Tuhan. Mereka selalu percaya bahwa mereka benar, selalu berpaut pada gagasan-gagasan mereka sendiri dan mereka tidak menerima perkataan orang lain. Hanya setelah mereka memiliki pengalaman selama tiga hingga lima tahun, barulah mereka secara berangsur mulai memahami, memperoleh wawasan, menyadari bahwa mereka salah dan merasakan betapa sulitnya mereka untuk ditangani. Seakan-akan mereka baru saja dewasa. Seiring bertambahnya pengalaman, mereka mulai memahami Tuhan, dan kesalahpahaman mereka tentang Tuhan berkurang, mereka tidak lagi mengeluh, dan mulai memiliki iman yang normal kepada Tuhan. Dibandingkan dengan masa lalu, tingkat pertumbuhan mereka makin menyerupai orang dewasa. Dahulu mereka seperti anak-anak, mudah merajuk, menjadi negatif dan menjauhkan diri dari Tuhan pada waktu-waktu tertentu. Mereka mungkin mengeluh ketika dihadapkan dengan hal-hal tertentu, firman Tuhan tertentu bisa saja menjadi topik dari gagasan terbaru mereka dan mereka mungkin mulai meragukan Tuhan pada waktu-waktu tertentu. Inilah yang terjadi jika tingkat pertumbuhan orang terlalu rendah. Kini, setelah mereka mengalami banyak hal dan telah membaca firman Tuhan selama beberapa tahun, mereka telah mengalami kemajuan dan menjadi jauh lebih stabil dibandingkan waktu lalu. Semua ini adalah hasil dari memahami kebenaran. Ini adalah kebenaran yang bekerja di dalam diri mereka. Jadi, asalkan orang memahami kebenaran dan mampu menerimanya, tidak ada kesulitan yang tidak dapat mereka selesaikan, dan mereka akan selalu mendapatkan sesuatu, entah berapa lama pun mereka mengalaminya. Tentu saja, hal itu tidak akan terjadi apabila mereka tidak mengalaminya dalam waktu yang cukup lama, tetapi asalkan mereka mendapatkan hasil dari setiap pengalaman, mereka akan bertumbuh dengan cepat dalam kehidupan.
Kenyataan bahwa engkau semua sekarang sedang dibina untuk menjadi pemimpin, pekerja, atau pengawas, atau melaksanakan tugas-tugas penting, tidak membuktikan bahwa engkau memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Artinya adalah bahwa engkau semua memiliki kualitas yang sedikit lebih baik daripada rata-rata orang, bahwa engkau sedikit lebih tekun dalam pengejaranmu dan ada sedikit nilai lebih dalam membinamu. Ini bukanlah berarti bahwa engkau semua mampu tunduk kepada Tuhan atau taat pada pengaturan Tuhan, dan juga bukan berarti engkau semua telah mengesampingkan prospek dan harapanmu. Orang masih belum memiliki nalar seperti ini. Engkau semua masih memiliki kenegatifan, serta niat dan aspirasi untuk memperoleh berkat, juga bahkan gagasan dan imajinasi manusia saat engkau bekerja. Pada waktu yang sama, engkau memikul sejumlah barang bawaan saat engkau sedang melakukan pekerjaanmu, seakan-akan engkau sedang menebus dosa-dosa masa lalu melalui perbuatan-perbuatan baik daripada melakukannya dengan sukacita dan kerelaan. Engkau juga belum mencapai suatu taraf di mana seperti apa pun Tuhan memperlakukanmu, yang kaupikirkan hanyalah bertindak sesuai dengan maksud dan tuntutan-Nya. Mampukah engkau semua melakukan ini? Orang tidak memiliki nalar ini. Mereka ingin bisa mengetahui isi hati Tuhan dengan berpikir: "Seperti apa sebenarnya sikap Tuhan terhadapku? Apakah Dia memakaiku untuk melakukan pelayanan ataukah menyelamatkan dan menyempurnakan diriku?" Mereka semua ingin mengetahui dengan cara seperti ini, hanya saja mereka tidak berani mengatakannya. Kenyataan bahwa mereka tidak berani mengatakannya membuktikan bahwa masih ada suatu gagasan yang menguasai mereka: "Tidak ada gunanya membahas ini—sudah seperti ini naturku dan tidak mungkin untuk mengubahnya. Asalkan aku bisa menahan diriku untuk tidak berbuat jahat, itu sudah cukup—aku tidak terlalu banyak menuntut diriku sendiri." Mereka membatasi diri mereka sendiri di posisi yang terendah mungkin dan pada akhirnya tidak mengalami kemajuan, serta memiliki cara berpikir yang asal-asalan selagi mereka melaksanakan tugas mereka. Hanya setelah beberapa kali dipersekutukan engkau semua mulai memahami secuil kebenaran dan mengenal sedikit kenyataan kebenaran. Entah engkau sedang dipakai atau tidak, atau seperti apa sikap Tuhan terhadap dirimu—hal-hal ini tidaklah penting. Kuncinya terletak pada upaya proaktifmu, jalan yang kaupilih untuk kauambil dan entah pada akhirnya engkau dapat berubah atau tidak—inilah hal-hal yang paling penting. Sebaik apa pun sikap Tuhan terhadapmu, hal ini tidak akan ada gunanya jika engkau tidak berubah. Jika engkau tersandung kapan pun sesuatu menimpamu, dan engkau bahkan tidak memiliki sedikit kesetiaan, maka sebaik apa pun sikap Tuhan terhadap dirimu, itu tidak akan ada gunanya. Hal yang penting adalah jalan yang kaupilih untuk kautempuh. Tuhan mungkin telah mengutukmu dan mengucapkan kata-kata kebencian dan kemuakan kepadamu di masa lalu, tetapi jika sekarang engkau telah berubah, sikap Tuhan terhadapmu akan berubah juga. Orang selalu ketakutan, gelisah dan tidak memiliki iman sejati, yang menunjukkan bahwa mereka tidak memahami maksud Tuhan. Setelah engkau semua memahami sebagian dari hal ini, akankah engkau tetap negatif dan lemah ketika sesuatu menimpamu kelak? Mampukah engkau menerapkan kebenaran dan berdiri teguh dalam kesaksianmu? Akan mampukah engkau benar-benar tunduk kepada Tuhan? Jika engkau mampu mencapai hal-hal ini, engkau akan memiliki nalar kemanusiaan yang normal. Bukankah sekarang engkau semua telah memahami sebagian dari watak rusak manusia dan penyelamatan serta maksud Tuhan? Setidaknya engkau memiliki gambaran kasar. Jika, suatu hari, engkau dapat masuk ke dalam sejumlah kenyataan dari seluruh aspek kebenaran, engkau akan sepenuhnya hidup dalam kemanusiaan yang normal.
Kutipan 4
Bagian terpenting dalam mengejar kebenaran adalah berfokus membaca firman Tuhan. Berapa banyak yang dapat seseorang peroleh dari membaca firman Tuhan, itu bergantung pada kemampuan pemahaman mereka. Meskipun semua orang membaca firman Tuhan, ada orang-orang yang mampu memahami makna yang sebenarnya dan mendapatkan terang di dalamnya, dan asalkan mereka membaca firman Tuhan, mereka akan mendapatkan sesuatu. Namun, ada orang-orang yang tidak seperti itu. Mereka hanya berfokus pada pemahaman doktrin ketika membaca firman Tuhan. Hasilnya adalah setelah beberapa tahun membaca firman Tuhan, mereka memahami banyak doktrin, tetapi setiap kali mereka mengalami masalah, mereka tidak dapat menyelesaikannya; semua yang mereka pelajari tidak ada gunanya. Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Meskipun semua orang membaca firman Tuhan, hasilnya berbeda. Mereka yang mencintai kebenaran mampu menerimanya, sedangkan mereka yang tidak mencintai kebenaran tidak mau menerimanya meskipun mereka membaca firman Tuhan. Apa pun masalah yang mereka hadapi, mereka tidak akan mencari kebenaran dalam firman Tuhan. Orang yang memiliki sedikit pengalaman dapat mendiskusikan beberapa hal nyata ketika mereka membaca firman Tuhan dan berbicara tentang pengetahuan nyata mereka tentang kebenaran—inilah yang dimaksud dengan memahami kebenaran. Mereka yang tidak memiliki pengalaman hanya memahami arti harfiah dari firman Tuhan, dan mereka tidak memiliki sedikit pun pengetahuan dan pengalaman—ini tidak dapat dianggap memahami kebenaran. Ada pemimpin yang sering mengatakan kepada orang lain bahwa mereka pergi ke gereja secara khusus untuk menyediakan kebenaran. Apakah pernyataan ini benar? Kata-kata "menyediakan kebenaran" tidak boleh diucapkan dengan enteng. Siapa yang memiliki kebenaran? Siapa yang berani mengeklaim bahwa mereka menyediakan kebenaran? Bukankah klaim ini terlalu berlebihan? Jika engkau percaya kepada Tuhan dan mengikuti-Nya, engkau hanyalah orang yang menerima dan mengejar kebenaran. Jika engkau mampu melakukan hal ini, itu sudah sangat baik. Sekalipun seseorang mampu memahami beberapa kebenaran dan berbicara tentang beberapa pengalaman dan pengetahuan tentang kebenaran, tidak dapat dikatakan bahwa mereka menyediakan kebenaran karena tidak ada orang yang memiliki kebenaran. Bagaimana mungkin berbicara tentang beberapa pengalaman dan pengetahuan disebut menyediakan kebenaran? Oleh karena itu, para pemimpin dan pekerja hanya dapat digambarkan sebagai orang yang melakukan pekerjaan penyiraman, dan secara khusus bertanggung jawab atas jalan masuk kehidupan saudara-saudari di dalam gereja. Mereka tidak dapat dikatakan sedang menyediakan kebenaran. Sekalipun seseorang memiliki tingkat pertumbuhan tertentu, mereka tetap tidak dapat dikatakan menyediakan kebenaran kepada orang lain. Sama sekali tidak bisa dikatakan demikian. Berapa banyak orang yang memahami kebenaran? Apakah tingkat pertumbuhan seseorang membuat mereka memenuhi syarat untuk menyediakan kebenaran? Sekalipun seseorang memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang kebenaran, tidak dapat dikatakan bahwa mereka dapat menyediakan kebenaran. Sama sekali tidak bisa dikatakan demikian, itu sangat tidak bernalar. Ada orang-orang yang bangga menyirami gereja dan menyediakan kebenaran, seolah-olah mereka memahami banyak kebenaran. Namun, mereka tidak dapat mengenali para pemimpin palsu dan antikristus. Bukankah ini sebuah kontradiksi? Jika seseorang bertanya kepadamu apa itu kebenaran, dan engkau menjawab, "Firman Tuhan adalah kebenaran; kebenaran adalah firman Tuhan," apakah engkau memahami kebenaran? Engkau hanya dapat mengucapkan kata-kata dan doktrin, dan engkau tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang apa itu kebenaran, jadi engkau tidak memenuhi syarat untuk menyediakan kebenaran kepada orang lain. Saat ini, mereka yang melayani sebagai pemimpin semuanya kurang pengalaman; mereka hanya memiliki sedikit kualitas dan kemauan untuk mengejar kebenaran. Mereka cocok untuk dididik dan dilatih, dan mereka mampu memimpin dalam melaksanakan tugas. Sekalipun mereka mampu mempersekutukan sedikit pengetahuan, bagaimana dapat dikatakan bahwa mereka menyediakan kebenaran? Sebagian besar pemimpin dan pekerja dapat berbicara tentang beberapa pengetahuan, tetapi itu tidak berarti bahwa mereka memiliki kenyataan kebenaran. Bagaimanapun juga, mereka telah mendengarkan khotbah selama bertahun-tahun dan mereka memiliki sedikit pengetahuan yang dangkal; mereka bersedia mempersekutukan kebenaran dan dapat sedikit menolong orang lain, tetapi mereka tidak dapat dikatakan menyediakan kebenaran. Apakah para pemimpin dan pekerja mampu menyediakan kebenaran? Tentu saja tidak. Para pemimpin dan pekerja berkhotbah dan menyirami gereja; yang terpenting, mereka harus mampu menyelesaikan masalah-masalah nyata, itulah satu-satunya cara agar mereka dapat benar-benar menyirami gereja. Saat ini, sebagian besar pemimpin dan pekerja masih belum mampu menyelesaikan banyak masalah nyata. Sekalipun mereka mampu mempersekutukan sedikit pengetahuan tentang kebenaran, sebagian besar dari apa yang mereka katakan masih hanya berupa kata-kata dan doktrin. Mereka tidak mampu mempersekutukan kenyataan kebenaran dengan jelas, jadi bisakah mereka benar-benar menyelesaikan masalah? Sebagian besar pemimpin dan pekerja hanya memiliki sedikit kemampuan memahami dan mereka masih belum memiliki banyak pengalaman nyata. Dapatkah dikatakan bahwa mereka lebih memahami kebenaran dan memiliki lebih banyak kenyataan kebenaran daripada orang lain? Tidak dapat dikatakan demikian, mereka tidak memiliki itu. Beberapa pemimpin dan pekerja dipromosikan semata-mata untuk tujuan dilatih; mereka diizinkan untuk dilatih karena mereka memiliki sedikit kualitas, dan mereka memiliki sedikit kemampuan memahami, dan lingkungan keluarga mereka mendukung. Seseorang dipromosikan bukan berarti orang tersebut memiliki kenyataan kebenaran dan dia mampu menyediakan kebenaran. Hanya saja orang-orang yang mengejar kebenaran memperoleh pencerahan dan terang sebelum orang lain, tetapi terang yang sedikit ini tidak dapat dianggap sebagai kebenaran, itu bukan bagian dari kebenaran, itu hanyalah sesuai dengan kebenaran. Hanya apa yang Tuhan ungkapkan secara langsung yang merupakan kebenaran. Pencerahan Roh Kudus hanya sesuai dengan kebenaran, karena Roh Kudus mencerahkan seseorang sesuai dengan tingkat pertumbuhan mereka. Dia tidak mengatakan kebenaran secara langsung kepada manusia. Sebaliknya, Dia memberi mereka terang yang mampu mereka jangkau. Engkau harus memahami hal ini. Jika seseorang memiliki wawasan tentang firman Tuhan dan memiliki pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman, dapatkah ini dianggap sebagai kebenaran? Tidak. Paling-paling, mereka hanya memiliki sedikit pemahaman tentang kebenaran. Kata-kata pencerahan Roh Kudus tidak merepresentasikan firman Tuhan, tidak merepresentasikan kebenaran, dan bukan merupakan kebenaran. Paling-paling, orang tersebut hanya memiliki sedikit pemahaman tentang kebenaran, dan telah dicerahkan sedikit oleh Roh Kudus. Jika orang memperoleh pemahaman tentang kebenaran dan kemudian menyediakannya kepada orang lain, apa yang mereka lakukan hanyalah menyediakan pemahaman dan pengalaman mereka kepada orang lain. Engkau tidak dapat mengatakan bahwa mereka sedang menyediakan kebenaran kepada orang lain. Boleh saja jika engkau mengatakan bahwa mereka bersekutu tentang kebenaran; ini merupakan deskripsi yang tepat. Mengapa Kukatakan demikian? Karena yang kaupersekutukan adalah pemahamanmu tentang kebenaran; hal itu bukan berarti kebenaran itu sendiri. Oleh karena itu, engkau hanya dapat mengatakan bahwa engkau mempersekutukan sebagian pemahaman dan pengalamanmu; bagaimana mungkin engkau mengatakan bahwa engkau sedang menyediakan kebenaran? Menyediakan kebenaran bukanlah suatu hal yang sederhana. Siapa yang layak mengucapkan pernyataan ini? Hanya Tuhan yang mampu menyediakan kebenaran kepada manusia. Apakah manusia mampu? Oleh karena itu, engkau harus memahami masalah ini dengan jelas. Ini bukan hanya masalah penggunaan kata-kata yang salah, intinya adalah engkau sedang melanggar dan memutarbalikkan fakta. Pernyataan yang kaukatakan adalah pernyataan yang berlebihan. Orang mungkin saja memiliki pemahaman tentang firman Tuhan dan pengalaman yang berkaitan dengannya, tetapi engkau tidak dapat mengatakan bahwa mereka memiliki kebenaran, atau bahwa mereka merupakan kebenaran. Engkau sama sekali tidak dapat mengatakan demikian. Sebanyak apa pun pemahaman yang diperoleh seseorang dari kebenaran, engkau tidak dapat mengatakan bahwa mereka memiliki kehidupan kebenaran, apalagi mengatakan bahwa mereka merupakan kebenaran. Engkau sama sekali tidak dapat mengatakan demikian. Manusia hanya memahami sedikit kebenaran dan memiliki sedikit terang dan beberapa cara penerapan. Mereka hanya memiliki sedikit kenyataan ketundukan dan sedikit perubahan sejati. Namun, engkau tidak dapat mengatakan bahwa mereka telah mendapatkan kebenaran. Tuhan menyediakan kehidupan kepada manusia dengan mengungkapkan kebenaran. Tuhan juga menuntut manusia untuk memahami kebenaran dan memperoleh kebenaran agar mampu melayani dan memuaskan-Nya. Meskipun akan tiba saatnya manusia mengalami pekerjaan Tuhan sampai pada titik di mana mereka benar-benar memperoleh kebenaran, engkau tetap tidak dapat mengatakan bahwa manusia merupakan kebenaran, apalagi mengatakan bahwa mereka memiliki kebenaran. Hal ini karena meskipun seseorang memiliki pengalaman bertahun-tahun, jumlah kebenaran yang dapat mereka peroleh masih ada batasnya, dan itu sangat sedikit. Kebenaran adalah perihal yang paling dalam dan misterius; kebenaran adalah apa yang Tuhan miliki dan siapa diri-Nya. Bahkan jika manusia mengalami kebenaran seumur hidup, apa yang mereka peroleh dari kebenaran itu akan sangat terbatas. Manusia tidak akan pernah mampu memperoleh kebenaran sepenuhnya, memahami kebenaran sepenuhnya, atau hidup dalam kebenaran sepenuhnya. Itulah yang Tuhan maksudkan ketika Dia berkata bahwa manusia akan selalu menjadi bayi di hadapan-Nya.
Ada orang-orang yang percaya bahwa begitu mereka memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang kebenaran yang diungkapkan oleh Tuhan, dan memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang setiap aspek kebenaran, serta mampu bertindak sesuai dengan kebenaran, maka mereka akan dapat mengungkapkan kebenaran. Mereka mengira bahwa dengan melakukannya mereka akan hidup sebagai kristus, seperti yang dikatakan Paulus, "Bagiku hidup adalah kristus" (Filipi 1:21). Apakah sudut pandang ini benar? Bukankah hal ini merupakan bentuk lain dari argumentasi "Tuhan-manusia"? Ini benar-benar salah! Orang harus memahami satu hal: sebanyak apa pun pengalaman dan pengetahuan yang engkau miliki tentang kebenaran, atau meskipun engkau telah masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan mampu tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, serta mampu tunduk kepada Tuhan dan bersaksi bagi Tuhan, dan setinggi atau sedalam apa pun jalan masuk kehidupanmu, kehidupanmu tetaplah kehidupan manusia, dan manusia tidak akan pernah menjadi Tuhan. Ini adalah fakta mutlak yang harus orang pahami. Meskipun, pada akhirnya, engkau memiliki pengalaman dan pemahaman terhadap setiap aspek kebenaran, dan engkau membiarkan Tuhan mengaturmu serta menjadi seseorang yang disempurnakan, tetap saja tidak dapat dikatakan bahwa engkau merupakan kebenaran. Meskipun engkau dapat berbicara tentang kesaksian pengalaman yang benar, bukan berarti bahwa engkau dapat mengungkapkan kebenaran. Di masa lalu, merupakan hal yang umum di dalam kelompok-kelompok keagamaan untuk mengatakan bahwa seseorang telah memiliki "kehidupan Kristus di dalam dirinya". Ini adalah pernyataan yang keliru dan samar. Meskipun orang-orang tidak mengatakan pernyataan seperti ini lagi, pemahaman mereka tentang hal ini tetap samar. Ada orang-orang yang berpikir, "Karena kita telah memperoleh kebenaran dan kebenaran itu ada di dalam diri kita, maka kita memiliki kebenaran, dan kita memiliki kebenaran di dalam hati kita, dan kita juga mampu mengungkapkan kebenaran tersebut." Bukankah ini juga salah? Orang-orang sering membahas tentang apakah mereka memiliki kebenaran atau tidak, terutama yang merujuk pada apakah mereka memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang kebenaran atau tidak, dan apakah mereka mampu menerapkan sesuai dengan kebenaran atau tidak. Setiap orang mengalami kebenaran, tetapi keadaan yang setiap orang alami berbeda. Kebenaran yang diperoleh setiap orang juga berbeda. Jika engkau menggabungkan pengalaman dan pemahaman semua orang, itu tetap saja tidak akan sepenuhnya mencerminkan esensi kebenaran. Sedalam dan semisterius itulah kebenaran! Mengapa Kukatakan bahwa semua yang telah engkau peroleh dan semua pemahamanmu tidak dapat menggantikan kebenaran? Setelah orang-orang mendengarmu mempersekutukan sebagian dari pengalaman dan pemahamanmu, mereka akan memahaminya, dan mereka tidak akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengalaminya sendiri agar dapat sepenuhnya memahami dan memperolehnya. Meskipun hal itu merupakan sesuatu yang sedikit lebih mendalam, mereka tidak akan membutuhkan beberapa tahun pengalaman. Sedangkan mengenai kebenaran, manusia tidak akan mengalami seluruh kebenaran sepanjang hidup mereka. Meskipun engkau mengumpulkan semua orang bersama-sama, mereka tidak akan mengalami seluruh kebenaran. Seperti yang telah kaupahami, kebenaran itu sangat dalam dan misterius. Kebenaran tidak dapat dijelaskan secara menyeluruh dengan kata-kata. Dalam bahasa manusia, kebenaran adalah prinsip sejati manusia. Manusia tidak akan pernah mampu mengalami semuanya, dan tidak akan pernah mampu sepenuhnya hidup dalam kebenaran. Hal ini karena meskipun manusia menghabiskan beberapa ribu tahun, mereka tidak akan pernah mengalami satu kebenaran secara menyeluruh. Sekalipun manusia mengalaminya selama bertahun-tahun, kebenaran yang mereka pahami dan mereka peroleh akan tetap terbatas. Dapat dikatakan bahwa kebenaran adalah mata air kehidupan manusia yang abadi. Tuhan adalah sumber kebenaran, dan memasuki kenyataan kebenaran adalah tugas yang tidak ada akhirnya.
Kebenaran adalah hidup Tuhan itu sendiri; kebenaran merepresentasikan watak-Nya, esensi-Nya, dan apa yang Dia miliki dan siapa diri-Nya. Jika menurutmu dengan memiliki sedikit pengalaman dan pengetahuan, itu berarti engkau memiliki kebenaran, maka apakah itu berarti engkau telah mencapai kekudusan? Mengapa engkau masih memperlihatkan kerusakan? Mengapa engkau tak mampu membedakan berbagai jenis orang? Mengapa engkau tak mampu bersaksi tentang Tuhan? Sekalipun engkau memahami beberapa kebenaran, mampukah engkau merepresentasikan Tuhan? Mampukah engkau hidup dalam watak Tuhan? Engkau mungkin memiliki sedikit pengalaman dan pengetahuan tentang aspek kebenaran tertentu, dan mungkin ada pencerahan dalam perkataanmu, tetapi apa yang engkau berikan kepada orang-orang sangatlah terbatas dan tak dapat bertahan lama. Ini karena pemahaman dan terang yang telah engkau peroleh itu tidak merepresentasikan esensi kebenaran, dan tidak merepresentasikan seluruh kebenaran. Itu hanya merepresentasikan satu sisi atau aspek kecil dari kebenaran tersebut, itu hanyalah satu tingkat yang mampu dicapai oleh manusia, dan masih jauh dari esensi kebenaran. Terang, pencerahan, pengalaman, dan pengetahuan yang sangat sedikit ini tidak pernah dapat menggantikan kebenaran. Sekalipun semua orang telah mencapai hasil tertentu dengan mengalami suatu kebenaran, dan semua pengalaman serta pengetahuan mereka digabungkan, itu tidak akan mencapai keseluruhan dan esensi dari satu saja pernyataan kebenaran ini. Dahulu pernah dikatakan, "Aku meringkaskan ini dengan peribahasa bagi dunia manusia: Di antara manusia, tidak ada seorang pun yang mengasihi Aku." Kalimat ini adalah kebenaran, esensi hidup yang sejati, hal yang paling mendalam, dan merupakan ungkapan dari Tuhan itu sendiri. Setelah memiliki pengalaman selama tiga tahun, engkau mungkin memiliki sedikit pemahaman yang dangkal, dan setelah tujuh atau delapan tahun, engkau mungkin memiliki sedikit lebih banyak pemahaman, tetapi pemahaman ini tidak pernah dapat menggantikan satu baris kebenaran ini. Setelah dua tahun, seseorang yang lain mungkin memiliki sedikit pemahaman, atau lebih banyak pemahaman setelah sepuluh tahun, atau memiliki pemahaman yang relatif lebih tinggi setelah satu masa kehidupan, tetapi gabungan pemahamanmu dan pemahaman orang itu tidaklah dapat menggantikan satu baris kebenaran ini. Sebanyak apa pun gabungan wawasan, terang, pengalaman, atau pengetahuan yang engkau dan orang itu miliki, itu tak pernah mampu menggantikan satu baris kebenaran ini. Artinya, kehidupan manusia selalu merupakan kehidupan manusia, dan betapa pun sesuainya pengetahuanmu itu dengan kebenaran, maksud Tuhan, atau tuntutan Tuhan, itu tidak pernah dapat menggantikan kebenaran. Bila orang memiliki kebenaran berarti orang itu benar-benar memahami kebenaran, hidup dalam kenyataan kebenaran firman Tuhan, memiliki sedikit pengetahuan yang nyata tentang Tuhan, dan mampu meninggikan serta bersaksi tentang Tuhan. Namun, orang tersebut tidak bisa dianggap sudah memiliki kebenaran, karena kebenaran itu terlalu dalam. Hanya satu baris firman Tuhan sudah cukup untuk dialami orang seumur hidupnya, dan bahkan setelah dialami selama beberapa kali masa kehidupan, atau setelah ribuan tahun, satu baris firman Tuhan pun tidak dapat sepenuhnya dialami. Jelaslah bahwa proses memahami kebenaran dan mengenal Tuhan memang tidak ada habisnya, dan ada batas mengenai berapa banyak kebenaran yang mampu orang pahami dalam pengalamannya seumur hidup. Ada orang yang mengira bahwa mereka memiliki kebenaran begitu mereka memahami makna tekstual dari firman Tuhan. Bukankah ini omong kosong? Dalam hal terang dan pengetahuan, ada masalah kedalaman. Kenyataan kebenaran yang mampu orang masuki sepanjang kehidupan percayanya sangatlah terbatas. Oleh karena itu, hanya karena engkau memiliki sedikit pengetahuan dan terang, bukan berarti engkau memiliki kenyataan kebenaran. Hal utama yang harus kaulihat adalah apakah terang dan pengetahuan ini menyentuh esensi kebenaran. Inilah hal yang terpenting. Ada orang yang merasa bahwa mereka memiliki kebenaran ketika mereka dapat berbicara dengan terang atau menyampaikan sedikit pemahaman yang dangkal. Ini membuat mereka merasa senang, jadi mereka menjadi congkak dan sombong. Sebenarnya, mereka masih jauh dari masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Kebenaran apa yang mampu orang miliki? Dapatkah orang yang memiliki kebenaran jatuh kapan pun dan di mana pun? Jika orang memiliki kebenaran, bagaimana mungkin mereka tetap mampu menentang dan mengkhianati Tuhan? Jika engkau menyatakan bahwa dirimu memiliki kebenaran, yang membuktikan bahwa di dalam dirimu terdapat hidup Kristus—itu sangat keterlaluan! Engkau telah menjadi Tuhan, engkau telah menjadi Kristus? Ini adalah pernyataan yang tak masuk akal, dan sepenuhnya merupakan kesimpulan manusia; ini berkaitan dengan gagasan dan imajinasi manusia, dan itu sama sekali tidak dapat dipertahankan di mata Tuhan.
Dalam hal orang memahami kebenaran, dan menjalani kehidupan dengan kebenaran sebagai hidup mereka, apakah arti "hidup" di sini? Itu artinya kebenaranlah yang berkuasa di hati mereka, itu artinya mereka mampu hidup berdasarkan firman Tuhan, dan itu artinya mereka memiliki pengetahuan yang nyata tentang firman Tuhan dan pemahaman sejati tentang kebenaran. Ketika orang memiliki hidup yang baru ini dalam diri mereka, itu sepenuhnya dicapai dengan menerapkan dan mengalami firman Tuhan. Hidup yang baru ini dibangun di atas dasar kebenaran firman Tuhan, dan itu dicapai dengan mereka hidup di dalam alam kebenaran; semua yang terkandung dalam hidup orang itu adalah pengetahuan dan pengalaman mereka tentang kebenaran. Itu adalah landasannya dan itu tidak melampaui ruang lingkup itu; inilah hidup yang dimaksud ketika membicarakan tentang memperoleh kebenaran dan hidup. Mampu hidup berdasarkan kebenaran firman Tuhan bukan berarti bahwa kehidupan kebenaran itu ada di dalam diri orang, juga bukan berarti jika mereka memiliki kebenaran sebagai hidup mereka, mereka menjadi kebenaran, dan kehidupan batin mereka menjadi kehidupan kebenaran; apalagi menganggap bahwa mereka adalah kebenaran dan hidup. Pada akhirnya, hidup mereka tetaplah hidup seorang manusia. Jika engkau mampu hidup berdasarkan firman Tuhan dan memiliki pengetahuan tentang kebenaran, jika pengetahuan ini berakar di dalam dirimu dan menjadi hidupmu, dan kebenaran yang kauperoleh melalui pengalaman akan menjadi dasar keberadaanmu, jika engkau hidup berdasarkan firman Tuhan ini, tak seorang pun dapat mengubahnya, dan Iblis tidak dapat menyesatkan atau merusakmu, maka engkau sudah memperoleh kebenaran dan hidup. Artinya, hidupmu hanya berisi kebenaran, yang berarti pemahaman, pengalaman, dan wawasanmu tentang kebenaran; dan apa pun yang kaulakukan, engkau akan hidup berdasarkan hal-hal ini, dan engkau tidak akan melampaui ruang lingkup hal-hal ini. Inilah artinya memiliki kenyataan kebenaran, dan orang-orang semacam itulah yang pada akhirnya ingin Tuhan dapatkan dengan pekerjaan-Nya. Namun, sebaik apa pun orang memahami kebenaran, esensi mereka tetaplah esensi manusia, dan sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan esensi Tuhan. Ini karena mereka tidak akan pernah dapat mengalami semua kebenaran, dan tidaklah mungkin bagi mereka untuk sepenuhnya hidup dalam kebenaran; mereka hanya dapat hidup dalam sedikit kebenaran yang sangat terbatas yang mampu diperoleh manusia. Dengan demikian, bagaimana mungkin mereka berubah menjadi Tuhan? Jika Tuhan secara pribadi menyempurnakan sekelompok orang menjadi Tuhan yang lebih besar dan Tuhan yang lebih rendah, bukankah itu akan menjadi kekacauan? Lagi pula, hal seperti itu hal yang mustahil dan tidak masuk akal—itu adalah gagasan konyol manusia. Tuhan menciptakan langit dan bumi dan seluruh isinya, dan kemudian Dia menciptakan manusia, agar manusia tunduk dan menyembah-Nya. Penciptaan manusia oleh Tuhan adalah tindakan yang paling bermakna. Tuhan hanya menciptakan manusia; Dia tidak menciptakan Tuhan. Tuhan bekerja dalam wujud inkarnasi, tetapi hal ini tidak sama dengan Dia menciptakan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan diri-Nya sendiri; Dia memiliki esensi-Nya sendiri, dan esensi-Nya tidak dapat diubah. Manusia tidak mengenal Tuhan, jadi mereka harus lebih banyak membaca firman Tuhan; manusia hanya dapat memahami kebenaran jika mereka sering mencarinya. Manusia tidak boleh berbicara omong kosong berdasarkan imajinasi mereka. Jika engkau memiliki sedikit pengalaman akan firman Tuhan, dan hidup berdasarkan pengalaman dan pemahaman yang sejati akan kebenaran, maka firman Tuhan akan berangsur menjadi hidupmu. Namun, engkau tetap tidak boleh berkata bahwa kebenaran adalah hidupmu atau bahwa apa yang kauungkapkan adalah kebenaran; jika itu adalah pendapatmu, engkau keliru. Jika engkau hanya memiliki pengalaman tertentu dengan satu aspek kebenaran tertentu, dapatkah ini dengan sendirinya merepresentasikan bahwa engkau memiliki kebenaran? Dapatkah ini dianggap sebagai memperoleh kebenaran? Dapatkah engkau menjelaskan kebenaran secara menyeluruh? Dapatkah engkau menemukan watak Tuhan, dan apa yang Tuhan miliki dan siapa Dia, dari kebenaran? Jika efek ini tidak tercapai, ini membuktikan bahwa hanya mengalami aspek tertentu dari kebenaran tidak dapat dianggap benar-benar memahami kebenaran, atau mengenal Tuhan, terlebih lagi, tidak dapat dianggap telah memperoleh kebenaran. Semua orang memiliki pengalaman dengan hanya satu aspek dan ruang lingkup kebenaran; mereka mengalaminya dalam lingkup terbatas mereka sendiri, dan mereka tidak dapat menyentuh seluruh aspek kebenaran yang tak terhitung jumlahnya. Dapatkah orang hidup dalam makna asli kebenaran? Seberapa besar persentase kebenaran dari sedikit pengalamanmu? Hanya sebutir pasir di pantai, setetes air di lautan. Oleh karena itu, betapa pun berharganya pemahaman dan perasaan yang kauperoleh dari pengalamanmu itu, semuanya tetap tidak dapat dianggap sebagai kebenaran. Semuanya hanya bisa dikatakan sesuai dengan kebenaran. Kebenaran berasal dari Tuhan, dan makna terdalam dan kenyataan kebenaran mencakup rentang yang sangat luas, dan tak seorang pun dapat memahami sepenuhnya atau menyanggahnya. Asalkan engkau memiliki pemahaman yang nyata tentang kebenaran dan tentang Tuhan, engkau akan memahami beberapa kebenaran; tak seorang pun akan mampu menyanggah pemahaman yang nyata ini, dan kesaksian yang berisi kenyataan kebenaran selamanya dapat dipertahankan. Tuhan berkenan pada mereka yang memiliki kenyataan kebenaran. Asalkan engkau mengejar kebenaran, dan engkau dapat mengandalkan Tuhan untuk mengalami firman Tuhan dan dapat menerima kebenaran sebagai hidupmu di lingkungan apa pun engkau berada, maka engkau akan memiliki jalan, mampu bertahan hidup, dan mendapatkan perkenanan Tuhan. Meskipun hal-hal kecil yang orang peroleh sesuai dengan kebenaran, tidak dapat dikatakan bahwa ini adalah kebenaran, terlebih lagi, tidak dapat dikatakan bahwa mereka telah memperoleh kebenaran. Sedikit terang yang telah orang dapatkan hanya cocok untuk diri mereka sendiri atau untuk orang lain dalam ruang lingkup tertentu, tetapi tidak akan cocok dalam ruang lingkup yang berbeda. Sedalam apa pun pengalaman seseorang, itu tetap sangat terbatas, dan pengalaman mereka tidak akan pernah mencapai kedalaman kebenaran. Terang seseorang dan pemahaman seseorang tidak pernah dapat dibandingkan dengan kebenaran.
Setelah orang sedikit mengalami firman Tuhan, memahami sedikit kebenaran dan sedikit maksud Tuhan, setelah mereka memiliki sedikit pengetahuan tentang Tuhan, dan setelah watak mereka mengalami sedikit perubahan dan telah ditahirkan, tetap saja hanya dapat dikatakan bahwa mereka adalah manusia, manusia yang diciptakan, tetapi justru manusia normal seperti inilah yang ingin Tuhan dapatkan. Jadi, manusia seperti apakah dirimu? Ada orang-orang yang berkata, "Aku adalah orang yang memiliki kebenaran." Tidaklah tepat untuk mengatakan demikian. Engkau hanya dapat mengatakan, "Aku adalah orang yang telah dirusak oleh Iblis, dan yang telah mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan. Aku akhirnya memahami kebenaran, dan watakku yang rusak telah ditahirkan. Aku hanyalah orang yang telah diselamatkan oleh Tuhan." Jika engkau berkata, "Aku adalah orang yang memiliki kebenaran. Aku telah mengalami semua firman Tuhan dan memahami semuanya. Aku tahu arti dari semua yang Tuhan firmankan, dan konteks serta situasi saat firman itu diucapkan. Aku tahu semuanya. Bukankah ini berarti aku memiliki kebenaran?" maka sekali lagi engkau salah. Sedikit mengalami firman Tuhan dan mendapatkan sedikit terang dari firman Tuhan tidak membuatmu menjadi orang yang memiliki kebenaran. Mereka yang hanya dapat memahami dan membahas beberapa doktrin bahkan lebih tidak memenuhi syarat untuk membuat pernyataan seperti itu. Orang harus memahami dengan jelas posisi apa yang harus diambil seseorang di hadapan Tuhan dan di hadapan kebenaran, apa itu manusia, apa itu kehidupan di dalam diri manusia, dan apa itu kehidupan Tuhan. Orang-orang harus memahami apa itu esensi manusia. Setelah mengalami pekerjaan Tuhan selama beberapa hari, dan memahami beberapa kata-kata dan doktrin, beberapa orang merasa bahwa mereka memiliki kebenaran. Mereka adalah orang-orang yang paling congkak, dan mereka sama sekali tidak bernalar. Diperlukan untuk menganalisis hal ini agar orang mampu benar-benar mengenal diri mereka sendiri dan mengenal manusia, dan agar mereka dapat memahami seperti apakah umat manusia yang rusak, taraf apa yang mampu dicapai manusia setelah pada akhirnya mereka disempurnakan, dan apa cara yang tepat untuk memanggil dan menyebut mereka. Orang harus mengetahui hal-hal ini dan tidak memanjakan diri dengan angan-angan. Akan lebih baik jika orang bersikap lebih realistis dalam cara mereka berperilaku, sehingga mereka akan sedikit lebih membumi. Ada orang-orang yang percaya kepada Tuhan, yang selalu mengejar impian mereka sendiri dan selalu ingin hidup dalam kehidupan dan citra Tuhan. Apakah ini realistis? Orang selalu ingin memiliki kehidupan Tuhan—bukankah ini hal yang berbahaya? Ini adalah ambisi congkak manusia, dan ini sama seperti ambisi congkak Iblis. Ada orang yang, setelah bekerja di gereja selama beberapa waktu, mulai merenung, "Setelah si naga merah yang sangat besar jatuh dari kekuasaannya, haruskah kita menjadi raja dan memegang kekuasaan? Berapa banyak kota yang harus dikuasai oleh masing-masing kita?" Jika seseorang sampai bisa memperlihatkan hal-hal seperti ini, itu sangat mengerikan. Orang yang tidak memiliki pengalaman suka berbicara tentang doktrin dan memanjakan diri dalam fantasi. Dan saat mereka melakukannya, mereka bahkan merasa pintar, seolah-olah mereka telah memperoleh keberhasilan dalam iman mereka kepada Tuhan, seolah-olah mereka sedang hidup sebagai Kristus dan Tuhan. Mereka semua adalah murid-murid Paulus, dan mereka sedang menempuh jalan Paulus. Jika mereka tetap tidak bertobat, mereka semua akan menjadi antikristus dan menderita hukuman berat.
Kutipan 5
Mengenai firman yang Tuhan ucapkan ini, apakah ketika engkau mendengarnya engkau membandingkannya terhadap dirimu, atau engkau hanya mendengarkannya sebagai doktrin, memprosesnya dalam pikiranmu sampai engkau memahami apa artinya, dan hanya itu saja? Sikap dan niat seperti apakah yang kaumiliki saat mendengarnya? Jika engkau benar-benar memahami apa yang Tuhan firmankan—bahwa mereka yang tidak menerapkan kebenaran akan disingkirkan; bahwa di mata Tuhan, mereka yang tidak menerapkan kebenaran bukanlah orang yang baik melainkan orang yang jahat—maka engkau harus merenungkan dirimu sendiri dan memeriksa manakah dari tindakanmu yang tidak menerapkan kebenaran, dan manakah dari cara-cara dan sikapmu yang di mata Tuhan dianggap sebagai perwujudan dirimu yang tidak menerapkan kebenaran. Pernahkah engkau merenungkan hal-hal ini? Pernahkah engkau merenungkan dirimu sendiri? Tidaklah cukup hanya membaca firman Tuhan sepintas lalu; engkau harus merenungkannya, merenungkan dirimu sendiri, dan membandingkan pemikiran dan tindakanmu dengan apa yang firman Tuhan singkapkan, dan memperoleh pengenalan akan dirimu sendiri—hanya dengan cara inilah engkau akan mampu benar-benar bertobat dan berubah. Jika engkau membaca firman Tuhan tetapi tidak merenungkannya dan tidak merenungkan dirimu sendiri, sebaliknya engkau hanya berfokus memahami doktrin, maka engkau tidak akan masuk ke dalam jalan masuk kehidupan dalam kepercayaanmu kepada Tuhan, dan engkau juga tidak akan mengalami perubahan nyata. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk merenungkan dan mencari kebenaran, serta merenungkan dirimu sendiri saat membaca firman Tuhan. Apakah firman Tuhan itu? Firman Tuhan adalah kenyataan dari semua hal yang positif, firman Tuhan adalah kebenaran, firman Tuhan adalah jalan, firman Tuhan adalah hidup yang Tuhan karuniakan kepada manusia. Firman Tuhan bukanlah doktrin, bukan slogan, bukan semacam teori, juga bukan ilmu filosofi; sebaliknya firman Tuhan adalah kebenaran yang harus manusia pahami dan dapatkan, dan hidup yang harus manusia peroleh. Jadi, firman Tuhan berkaitan erat dengan kehidupan manusia, hidup itu sendiri, jalan yang harus ditempuh manusia, serta kesudahan dan tujuan akhir manusia. Jika orang benar-benar memahami kebenaran dan telah memperoleh kebenaran, segala sesuatu tentang dirinya pun akan berubah. Jika orang tidak pernah mampu memahami kebenaran atau tidak hidup berdasarkan firman Tuhan, dia tidak mungkin mampu mengalami perubahan yang nyata ataupun mendapatkan perkenanan Tuhan. Kesudahan dan tempat tujuan yang akan orang itu peroleh hanyalah kebinasaan dan kehancuran. Sepenting itulah firman Tuhan dan kebenaran yang Tuhan ungkapkan bagi manusia. Jika engkau membaca firman Tuhan tetapi tidak merenungkannya, tidak merenungkan dirimu, ataupun menghubungkannya dengan masalah dan kesulitan nyatamu sendiri, maka satu-satunya yang bisa kaupahami hanyalah pemahaman yang dangkal, dan engkau tidak akan mungkin dapat memahami kebenaran ataupun memahami maksud-maksud Tuhan. Oleh karena itu, engkau harus belajar bagaimana merenungkan firman Tuhan agar engkau dapat memahami kebenaran. Ini sangat penting. Ada banyak cara untuk merenungkan firman Tuhan: engkau dapat membacanya dalam hati dan berdoa di dalam hatimu, mencari pencerahan dan penerangan dari Roh Kudus; engkau juga dapat bersekutu dan mendoa-bacakan firman Tuhan bersama-sama orang yang mengejar kebenaran; dan tentu saja, engkau dapat menggabungkan persekutuan dan khotbah ke dalam perenunganmu untuk memperdalam pemahaman dan pengertianmu akan firman Tuhan. Caranya banyak dan beragam. Singkatnya, apabila dalam membaca firman Tuhan, orang ingin memperoleh pemahaman akan firman Tuhan, sangatlah penting untuk merenungkan dan mendoa-bacakan firman Tuhan. Tujuan mendoa-bacakan firman Tuhan bukanlah agar orang mampu mendeklamasikannya, juga bukan untuk menghafalkannya; sebaliknya, tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman yang akurat akan firman ini setelah mendoa-bacakan dan merenungkannya, dan untuk mengetahui makna dari firman yang Tuhan ucapkan ini, serta maksud-Nya. Tujuannya adalah untuk menemukan jalan penerapan di dalamnya, dan untuk menjaga agar orang tidak mengambil jalannya sendiri. Selain itu, tujuannya adalah agar orang mampu membedakan berbagai macam keadaan dan jenis-jenis orang yang disingkapkan dalam firman Tuhan, dan agar orang mampu memperlakukan setiap jenis orang sesuai dengan prinsip, dan sekaligus mencegah agar mereka tidak menyimpang. Setelah engkau belajar cara mendoa-bacakan dan merenungkan firman Tuhan, dan sering melakukannya, baru setelah itulah firman Tuhan dapat berakar di dalam hatimu dan menjadi hidupmu.
Kutipan 6
Pada akhir zaman, Sang Pencipta mengucapkan semua firman ini secara terbuka dan menyingkapkan semua jenis manusia. Sekarang, semua manusia melihat kebenaran, jalan yang benar, dan perkataan Sang Pencipta, dan semua jenis suara dan pandangan disingkapkan: ada pemikiran dan pandangan yang cenderung menyimpang, ada orang yang merasa dirinya benar dan congkak, ada orang yang kolot dan tidak mau berubah, ada orang yang berpegang teguh pada budaya tradisional, dan ada orang yang busuk, serta banyak yang bodoh dan tidak tahu apa-apa. Bahkan ada orang-orang yang membenci dan memusuhi kebenaran yang menyerang dengan marah seperti anjing gila, dengan seenaknya mengkritik dan dengan sembarangan mengutuk kebenaran dan hal-hal yang positif. Mereka mengkritik dengan sembrono dan mengutuk setiap hal positif dan ungkapan kebenaran, dan tidak berupaya untuk membedakan apakah itu benar atau salah, atau apakah itu mengandung kebenaran atau tidak. Orang-orang ini adalah binatang dan setan. Ketika manusia dihadapkan dengan kebenaran dan jalan yang benar, mereka memiliki banyak pandangan yang berbeda yang menyingkapkan dan memperlihatkan keburukan Iblis dalam pemikiran yang sempit, sikap keras kepala, kekerasan hati, dan kecongkakan. Engkau semua harus belajar untuk membedakan, memperluas wawasanmu tentang hal ini, sembari juga mencari kebenaran. Jika hal-hal ini disingkapkan oleh orang tidak percaya, dan yang belum menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, apakah engkau semua juga memperlihatkan hal-hal ini? Terkadang caramu memperlihatkannya berbeda, dan caramu mengatakannya berbeda, tetapi sebenarnya engkau semua menyingkapkan watak yang sama seperti yang diperlihatkan oleh orang tidak percaya. Ini sama seperti ketika ada orang yang menerima Tuhan Yesus, mereka yakin bahwa semua orang di dunia ini yang tidak menerima Tuhan Yesus memiliki derajat yang lebih rendah. Mereka yakin bahwa karena mereka telah menerima penyelamatan salib Tuhan Yesus, mereka memiliki derajat yang lebih tinggi, dan mereka memandang rendah semua orang. Watak macam apa ini? Mereka tidak memiliki wawasan; mereka terlalu berpikiran sempit, dan mereka sangat congkak dan merasa dirinya benar. Mereka melihat bahwa orang lain menyingkapkan watak yang rusak, tetapi mereka tidak melihat bahwa mereka sendiri juga menyingkapkan watak rusak yang sama. Jadi, apakah engkau semua memperlihatkan watak yang rusak? Tentu saja demikian, karena semua watak rusak manusia itu sama persis, dan hanya karena pekerjaan dan penyelamatan Tuhan, kebutuhan pekerjaan-Nya, atau takdir-Nya, ada perbedaan dalam esensi natur, pengejaran, dan kerinduan dari setiap jenis orang. Ada orang-orang yang tidak memiliki hati atau roh. Mereka adalah orang mati dan binatang buas yang tidak memahami iman. Orang-orang ini adalah orang-orang yang paling hina dari semua manusia dan tidak dapat dianggap sebagai manusia. Mereka yang menerima pekerjaan baru Tuhan memiliki pemahaman lebih banyak tentang kebenaran, wawasan dan pemahaman mereka tentang Tuhan lebih banyak, dan teori serta pandangan mereka setingkat lebih tinggi. Sama seperti orang-orang yang percaya kepada Kekristenan memiliki pemahaman yang lebih banyak tentang Tuhan dan pengetahuan yang lebih banyak tentang ciptaan dan pekerjaan Sang Pencipta daripada orang yang percaya kepada Yahweh dan menaati hukum Taurat, mereka yang menerima pekerjaan tahap ketiga memiliki pemahaman yang lebih banyak tentang Tuhan daripada orang-orang yang percaya kepada Kekristenan. Karena setiap tahap pekerjaan Tuhan lebih tinggi daripada tahap sebelumnya, tentu saja pemahaman manusia pasti juga akan menjadi makin besar. Namun, jika engkau memandangnya dengan cara lain, watak rusak yang engkau semua singkapkan setelah menerima tahap pekerjaan ini memiliki esensi yang sama seperti watak rusak yang disingkapkan oleh orang yang beragama. Satu-satunya perbedaan adalah engkau semua telah menerima tahap pekerjaan ini, mendengar banyak khotbah, memahami banyak kebenaran, mendapatkan pemahaman yang benar tentang esensi naturmu, dan telah benar-benar berubah dalam beberapa hal dengan menerima dan menerapkan kebenaran. Jadi, ketika engkau semua melihat kembali perilaku yang diperlihatkan oleh orang yang beragama, engkau beranggapan bahwa mereka lebih rusak daripada dirimu. Namun sebenarnya, jika engkau semua disandingkan dengan mereka, engkau akan melihat bahwa sikap orang terhadap Tuhan dan kebenaran adalah sama; engkau semua bertindak berdasarkan gagasan dan imajinasi serta keinginanmu sendiri, dan watakmu yang rusak adalah sama. Jika saja mereka menerima tahap pekerjaan ini, mendengar banyak khotbah, dan memahami kebenaran ini, maka tidak akan banyak perbedaan antara dirimu dan mereka. Apa yang dapat kaulihat dalam hal ini? Engkau dapat melihat bahwa kebenaran membawa perubahan bagi manusia, bahwa firman yang Tuhan ucapkan dan khotbah yang Dia sampaikan adalah keselamatan bagi semua manusia, dan merupakan hal-hal yang dibutuhkan oleh semua manusia. Firman dan khotbah itu tidak dimaksudkan untuk memuaskan orang-orang dari kelompok, etnis, golongan, atau warna kulit tertentu saja. Semua manusia telah dirusak oleh Iblis dan memiliki watak Iblis. Tidak ada perbedaan besar dalam hal esensi rusak mereka; perbedaannya hanya pada warna kulit, etnis, dan lingkungan serta sistem sosial tempat mereka dibesarkan, atau ada sedikit perbedaan dalam hal budaya tradisional, latar belakang, dan pendidikan yang mereka terima. Namun, hal-hal itu hanyalah penampakan di luar—semua manusia telah dirusak oleh satu Iblis, dan esensi natur rusak mereka adalah sama. Oleh karena itu, firman yang Tuhan ucapkan dan pekerjaan yang Dia lakukan tidak ditujukan kepada orang-orang dari kelompok etnis atau negara tertentu, melainkan kepada semua manusia. Meskipun ada perbedaan dalam budaya dan latar belakang etnis yang berbeda, atau perbedaan dalam pendidikan yang mereka terima, watak rusak mereka sama persis di mata Tuhan. Jadi, meskipun satu tahap pekerjaan-Nya hanya dilakukan di satu tempat terlebih dahulu, sebagai suatu model untuk menyebarkan pekerjaan-Nya ke tempat-tempat lainnya, pekerjaan-Nya itu berlaku bagi semua manusia, dan dapat menyelamatkan dan membekali semua manusia. Ada orang-orang yang berkata, "Orang Eropa dan orang-orang dari negara lain bukanlah keturunan si naga merah yang sangat besar, jadi bukankah tidak tepat jika Tuhan berkata bahwa semua manusia telah dirusak sedemikian dalamnya?" Apakah perkataan ini benar? (Tidak, tidak benar. Semua manusia memiliki esensi natur yang sama yang telah dirusak oleh Iblis.) Benar—"keturunan si naga merah yang sangat besar" hanyalah sebuah sebutan untuk orang-orang dari satu etnis; itu bukan berarti orang-orang yang memiliki sebutan ini dan orang-orang yang tidak memiliki sebutan ini memiliki esensi yang berbeda. Sebenarnya, esensi mereka tetap sama. Semua manusia berada di tangan si jahat; mereka semua telah dirusak oleh Iblis, dan kerusakan esensi natur mereka sama persis. Kini, ketika orang Tionghoa mendengar firman yang Tuhan ucapkan, mereka memberontak dan menentang; mereka memiliki gagasan dan imajinasi; inilah hal-hal yang mereka perlihatkan. Ketika firman ini diucapkan kembali kepada orang-orang dari etnis lain, mereka juga memperlihatkan imajinasi, gagasan, pemberontakan, kecongkakan, merasa dirinya benar, dan bahkan penentangan—ini sama persis. Semua manusia, apa pun latar belakang etnis dan budayanya, hanya memperlihatkan perilaku manusia rusak yang Tuhan singkapkan.
Watak yang rusak merupakan hal yang umum terjadi pada seluruh umat manusia; pada dasarnya semua sama, bahkan lebih banyak persamaannya daripada perbedaannya, dan tidak ada perbedaan yang signifikan. Firman yang Tuhan ucapkan dan kebenaran yang Dia ungkapkan tidak hanya menyelamatkan satu suku bangsa, satu negara, atau sekelompok orang, tetapi juga menyelamatkan semua manusia. Apa yang ditunjukkan hal ini kepadamu? Apakah ada di antara manusia yang tidak mengalami kerusakan Iblis dan termasuk dalam kategori atau golongan manusia yang berbeda? Apakah ada manusia yang tidak menjadi objek kedaulatan Tuhan? (Tidak, tidak ada.) Apa arti dari perkataan yang Kuucapkan ini? Tuhan berkuasa atas seluruh umat manusia, dan seluruh umat manusia diciptakan oleh satu Tuhan. Terlepas dari suku bangsa, tipe manusianya, atau tingkat kompetensinya, mereka semua diciptakan oleh Tuhan. Di mata manusia, sebagian orang terlihat berbeda atau lebih unggul dari yang lain, tetapi di mata Tuhan, mereka semua sama; setiap manusia adalah sama di mata Tuhan. Di mana engkau melihat kesamaannya? Perbedaan warna kulit dan bahasa hanyalah penampilan, tetapi watak rusak manusia dan esensi natur mereka sama; inilah kebenarannya. Bagi semua manusia yang memiliki watak rusak Iblis, firman Tuhan bisa membuahkan hasil, firman-Nya menargetkan watak rusak mereka dan bisa membereskan semua watak rusak mereka. Ini menunjukkan bahwa seluruh firman Tuhan adalah kebenaran yang mampu membekali, menahirkan, dan menyelamatkan manusia; hal ini tidak dapat dipungkiri. Firman yang Tuhan ungkapkan pada akhir zaman kini telah tersebar luas ke semua negara dan suku bangsa di seluruh dunia—ini adalah fakta! Lalu bagaimana reaksi manusia? (Ada berbagai macam reaksi.) Apa yang ditunjukkan atau dicerminkan oleh macam-macam reaksi ini mengenai esensi manusia? Semua reaksi ini memperlihatkan bahwa esensi natur manusia sama, reaksi mereka sama dengan reaksi orang Farisi dan orang Yahudi ketika Tuhan Yesus datang untuk melakukan pekerjaan: mereka muak akan kebenaran, penuh dengan imajinasi dan gagasan tentang Tuhan, serta kepercayaan mereka kepada-Nya ada dalam imajinasi dan gagasan yang menyesatkan. Umat manusia secara keseluruhan tidak mengenal Tuhan dan menentang Dia. Ketika mendengar firman Tuhan, reaksi pertama atau hal-hal yang dengan sendirinya disingkapkan oleh esensi natur mereka adalah penentangan dan permusuhan terhadap Tuhan; inilah kesamaan yang mereka semua miliki. Semua suara dan pandangan negatif yang mereka perlihatkan ketika dihadapkan dengan kebenaran yang Tuhan ungkapkan berasal dari esensi natur manusia yang rusak dan merupakan gambaran umat manusia. Gagasan dan imajinasi mereka sama dengan gagasan dan imajinasi yang dimiliki para imam kepala, ahli Taurat, dan orang Farisi tentang Tuhan ketika Tuhan Yesus datang; gagasan dan imajinasi mereka tetap tidak berubah. Bahkan, orang-orang beragama yang telah memikul salib selama 2.000 tahun, mereka tetap sama, tidak berubah sedikit pun. Ketika manusia belum memperoleh kebenaran, inilah hal-hal yang dengan sendirinya mereka perlihatkan dan muncul dari dalam diri mereka. Inilah sikap mereka terhadap Tuhan. Jadi, jika seseorang percaya kepada Tuhan, tetapi tidak mengejar kebenaran, dapatkah wataknya yang rusak dibereskan? (Tidak, tidak bisa.) Seberapa pun lamanya mereka telah percaya kepada Tuhan, mereka tidak akan mampu membereskan masalah watak rusaknya jika tidak mengejar kebenaran. Dua ribu tahun yang lalu, orang-orang Farisi dengan keras menentang serta mengutuk Tuhan Yesus, dan menyalibkan Dia di kayu salib. Kini, para pendeta, penatua, pater, dan uskup di dunia keagamaan masih dengan keras menentang dan mengutuk Tuhan yang berinkarnasi, sama seperti yang dilakukan orang-orang Farisi. Jika ada orang yang bergabung dengan mereka dan bersaksi bahwa Tuhan telah berinkarnasi, orang tersebut mungkin akan ditangkap dan dihukum mati. Jika Tuhan yang berinkarnasi pergi ke tempat-tempat ibadah setiap agama besar untuk berkhotbah, mereka pasti akan tetap menyalibkan Dia di kayu salib atau menyerahkan Dia kepada para penguasa. Mereka sama sekali tidak akan bersikap lunak terhadap-Nya karena esensi manusia yang rusak semuanya sama. Apakah ada reaksi di dalam hatimu ketika mendengar perkataan ini? Apakah menurutmu mereka yang sudah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi sama sekali tidak mengejar kebenaran adalah sesuatu yang mengerikan? (Agak mengerikan.) Ini adalah hal yang sangat mengerikan! Memegang Alkitab dan salib, mematuhi hukum Taurat, mengenakan pakaian orang Farisi atau jubah imam, dan menentang serta mengutuk Tuhan secara terbuka di bait Tuhan—bukankah semua ini adalah hal-hal yang dilakukan orang-orang yang percaya kepada Tuhan di siang bolong? Di manakah orang-orang yang mengutuk dan menentang Tuhan? Tidak perlu mencarinya jauh-jauh. Siapa pun di antara orang-orang yang percaya kepada-Nya yang tidak menerima kebenaran dan muak akan kebenaran adalah penentang Tuhan, antikristus, dan orang Farisi.
Jika manusia tidak mengejar kebenaran dan tidak mampu memperolehnya, mereka tidak akan pernah mengenal Tuhan. Ketika manusia tidak mengenal Tuhan, mereka akan selalu memusuhi-Nya dan tidak mungkin bisa sesuai dengan-Nya. Sebesar apa pun keinginan hatimu untuk mengasihi Tuhan secara subjektif dan tidak ingin menentang-Nya, semua itu sia-sia. Sekadar mempunyai keinginan atau berusaha menahan diri tidak ada gunanya karena ini adalah hal yang terjadi dengan sendirinya yang dikendalikan oleh natur seseorang. Jadi, engkau harus berupaya menjadi orang yang memiliki kebenaran, berupaya menerapkan kebenaran, membuang watakmu yang rusak, masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan kemudian mencapai kesesuaian dengan Tuhan; inilah jalan yang benar. Engkau semua harus mengetahui di dalam hatimu bahwa bagian terpenting dari kepercayaan kepada Tuhan adalah mengejar kebenaran. Engkau juga harus memahami beberapa hal-hal nyata mengenai aspek-aspek mana yang harus engkau mulai ketika mengejar kebenaran, apa yang harus kaulakukan, bagaimana memperlakukan tugas-tugasmu, bagaimana memperlakukan setiap tipe orang di sekitarmu, bagaimana menangani berbagai masalah dan segala macam persoalan, pandangan apa yang harus kaumiliki ketika menangani masalah, dan pendekatan apa yang sesuai dengan prinsip kebenaran. Jika engkau tidak mencari kebenaran atau memahami prinsip kebenaran, dan hanya mampu mengikuti aturan, mendefinisikan segala sesuatu berdasarkan aturan tersebut, berdasarkan logika, gagasan, dan imajinasi, itu menunjukkan caramu menerapkannya keliru. Ini hanya membuktikan bahwa selama bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, engkau hanya mengikuti aturan yang tertulis, tetapi belum memahami kebenaran dan tidak memiliki kenyataan. Mengikuti aturan dan hidup berdasarkan gagasan dan imajinasi memang melelahkan dan menyusahkan bagimu, tetapi semua itu sia-sia. Tuhan tidak akan berkenan sedikit pun. Sudah sepantasnya engkau merasa lelah! Jika engkau memiliki pemahaman rohani dan pemahaman yang murni ketika membaca firman Tuhan atau mendengarkan khotbah dan persekutuan, makin banyak engkau mengalaminya, makin banyak pula yang akan kaupahami dan peroleh. Berbagai hal yang kaupahami semuanya akan menjadi nyata dan sesuai dengan kebenaran. Setelah itu, engkau akan memperoleh kebenaran dan memperoleh hidup. Jika hal-hal yang telah kauperoleh dan pahami setelah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun masih berupa doktrin dan aturan, masih berupa gagasan dan imajinasi, serta aturan dan ketentuan yang mengikatmu, engkau benar-benar dalam kondisi yang buruk. Ini membuktikan bahwa engkau belum memperoleh kebenaran dan tidak memiliki hidup. Terlepas dari berapa lama engkau telah percaya kepada Tuhan, atau berapa banyak perkataan doktrin yang mampu kaukhotbahkan, engkau tetaplah orang yang tidak masuk akal dan bingung. Meskipun mungkin terdengar kasar, itu adalah fakta. Ada banyak orang yang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi tidak memahami bahwa kebenaran dan Kristus berkuasa di rumah Tuhan dan Roh Kudus berdaulat atas segalanya. Orang-orang semacam ini tidak memiliki pemahaman sama sekali dan bisa dibilang buta. Ada yang melihat Tuhan menghakimi dan menghajar manusia, menyempurnakan sekelompok orang sekaligus menyingkirkan banyak orang lainnya, dan akibatnya, mereka meragukan kasih Tuhan, bahkan meragukan kebenaran-Nya. Apakah orang-orang semacam ini memiliki kemampuan untuk memahami? Apakah mereka memiliki pemahaman? Wajar jika dikatakan bahwa mereka adalah orang yang tidak masuk akal yang sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk memahami. Orang-orang yang tidak masuk akal selalu memandang segala sesuatu dengan cara yang tidak rasional; hanya mereka yang memahami kebenaranlah yang mampu memandang segala sesuatu secara akurat dan sesuai dengan fakta.
Kutipan 7
Ada orang-orang yang melakukan kesalahan besar dalam memberitakan Injil dan mengabarkan serta bersaksi tentang pekerjaan Tuhan—mereka menghilangkan bagian-bagian firman Tuhan sebagai respon terhadap orang-orang beragama yang kemungkinan besar akan mengembangkan gagasan tertentu, memberikan versi ringkas dan singkat dari firman Tuhan kepada calon penerima Injil. Alasan mereka melakukannya adalah untuk mencegah orang-orang mengembangkan gagasan tertentu dan kesalahpahaman, tetapi apakah ini benar? Semua firman Tuhan adalah kebenaran. Terlepas dari apakah seseorang memiliki gagasan dan apakah mereka menerima atau mencintai firman ini atau tidak, kebenaran tetaplah kebenaran; mereka yang menerimanya dapat diselamatkan, sedangkan yang tidak menerimanya akan binasa. Siapa pun yang menolak kebenaran pantas untuk mati dan binasa. Apa hubungannya hal ini dengan mereka yang mengabarkan Injil? Mereka yang mengabarkan Injil harus membiarkan orang-orang membaca firman Tuhan yang asli, bukan meringkasnya karena takut orang-orang akan memiliki gagasan tertentu. Ketika manusia menyelidiki jalan yang benar, mereka ingin melihat bagaimana firman Tuhan yang awal diucapkan, muatan seperti apa yang terkandung di dalamnya, dan apa pernyataan Tuhan yang paling awal mengenai masalah tertentu. Orang-orang ingin tahu, "Engkau semua mengatakan bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta, lalu apa sajakah perkataan yang Dia ucapkan? Bagaimanakah gaya bahasa-Nya?" Engkau semua bersikeras untuk mengubah bagian dari firman Tuhan yang tidak sesuai dengan gagasan manusia, seperti ketika orang-orang beragama menjelaskan Alkitab, semua yang mereka katakan sesuai dengan gagasan manusia; engkau bersikeras menunjukkan versi firman Tuhan yang telah diutak-atik kepada orang-orang dan tidak membiarkan mereka melihat firman-Nya dalam bentuk aslinya. Apa maksud semua ini? Apakah engkau semua juga memiliki gagasan tertentu tentang firman Tuhan ini? Apakah engkau semua, seperti halnya orang-orang beragama, menganggap bahwa bagian dari firman-Nya yang tidak sesuai dengan gagasan manusia bukanlah kebenaran, dan kebenaran hanya terletak pada firman-Nya yang sesuai dengan gagasan manusia? Jika demikian, itu adalah kesalahan manusia. Bagaimanapun cara firman Tuhan diucapkan dan entah itu sesuai dengan gagasan manusia atau tidak, firman Tuhan adalah kebenaran. Hanya karena manusia yang rusak tidak memiliki dan tidak mengetahui kebenaran, mereka mengembangkan gagasan tertentu tentang firman Tuhan—ini adalah kebodohan dan ketidaktahuan manusia. Engkau semua gagal memahami dengan jelas bahwa firman Tuhan sangatlah nyata dan konkret untuk mencapai hasil yang spesifik. Bahkan, engkau tidak menyadari betapa buruknya kualitas manusia dan betapa sulitnya bagi mereka untuk memahami jika firman Tuhan terlalu ringkas dan teoretis. Ingatlah ketika Tuhan Yesus menampakkan diri untuk melakukan pekerjaan, banyak murid tidak mampu memahami perkataan-Nya dan meminta-Nya untuk memberi contoh dan menyampaikan perumpamaan agar mereka memahami artinya. Bukankah benar demikian? Pada zaman sekarang, ketika Aku berbicara dengan sangat mendetail dan spesifik, engkau semua mengeluh bahwa itu terlalu bertele-tele. Ketika Aku berbicara secara mendalam, engkau semua tidak memahaminya, tetapi ketika Aku berbicara secara umum dan teoretis, engkau semua menganggapnya doktrin. Manusia memanglah sulit dalam hal ini. Di dalam firman Tuhan kini ada bahasa ilahi dan juga bahasa manusia, ada bagian yang ringkas dan spesifik, serta terdapat banyak contoh yang menyingkapkan berbagai keadaan manusia. Beberapa kata tampak terlalu mendetail bagi mereka yang sudah memahami kebenaran, tetapi bagi orang yang baru percaya, kata-kata itu sangat tepat, dan akan sulit mencapai hasil tanpa tingkat detail dan spesifikasi seperti ini. Seperti halnya orang tua yang membesarkan anak-anaknya; ketika anak-anak masih kecil, orang tua perlu melakukan banyak hal mendetail, tetapi mereka tidak perlu lagi melakukannya setelah anak-anak mereka tumbuh dewasa dan mampu mengurus dirinya sendiri. Hal ini dapat dipahami manusia, lalu mengapa mereka tidak bisa memahami persoalan pekerjaan Tuhan? Orang-orang yang baru percaya harus membaca firman yang lebih sederhana dan didukung dengan contoh, firman yang relatif terperinci dan tepat. Mereka yang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun dan memahami sejumlah kebenaran harus membaca firman yang relatif mendalam dan yang mampu mereka pahami. Bagaimanapun cara Tuhan berfirman, semua itu dimaksudkan untuk memungkinkan manusia memahami kebenaran, menyingkirkan watak rusak mereka, dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Dia berfirman untuk mencapai hasil-hasil ini. Entah firman-Nya itu dalam atau dangkal, terlepas dari apakah manusia mampu memahaminya atau tidak, memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran tidaklah mudah. Jangan mengira hanya karena engkau memiliki kualitas yang baik dan mampu memahami kebenaran yang mendalam, berarti engkau sudah memiliki kebenaran yang dangkal dan memiliki kenyataan. Apakah itu yang terjadi? Kebenaran tentang menjadi orang jujur saja sudah cukup untuk dialami seumur hidup. Sedangkal apa pun firman Tuhan, berapa pun banyaknya contoh yang Dia berikan, engkau mungkin tidak akan memasuki kenyataannya, bahkan setelah sepuluh atau delapan tahun pengalaman. Jadi, ketika memperlakukan firman Tuhan, keliru jika hanya melihat kedalamannya. Pandangan tersebut tidak benar. Sebaiknya seseorang memperhatikan kenyataannya dengan saksama; engkau tidak dapat dianggap memiliki kenyataan hanya karena memiliki kemampuan pemahaman dan mampu memahami kebenaran. Jika engkau tidak mampu menerapkan kebenaran, pemahaman terbaik pun hanya akan menjadi doktrin kosong bagimu. Engkau harus menerapkan kebenaran, engkau harus memiliki pengalaman dan pengetahuan—hanya dengan cara inilah pemahamanmu akan menjadi nyata. Siapa pun yang mengeluh bahwa firman Tuhan terlalu mendetail atau remeh adalah orang yang congkak, merasa diri benar, dan tidak memiliki kenyataan kebenaran. Dapatkah manusia memahami hikmat firman Tuhan dan pemikiran-Nya? Banyak orang yang terlalu congkak dan tidak peduli dalam sikap mereka terhadap firman Tuhan, bertindak seolah-olah memiliki banyak kenyataan kebenaran, padahal mereka sebenarnya sama sekali tidak menerapkan kebenaran dan tidak mampu menyampaikan kesaksian nyata. Mereka hanya mampu mengucapkan kata-kata teori yang tak bermakna; mereka hanyalah ahli teori dan penipu. Bagaimana seharusnya mereka yang sungguh-sungguh mengejar kebenaran membaca firman Tuhan? Mereka harus mencari kebenaran. Mencari kebenaran mencakup dan meliputi banyak hal, lalu dapatkah hal ini dibicarakan tanpa adanya detail? Dapatkah hasil diperoleh tanpa membicarakannya secara spesifik dan menyeluruh? Dapatkah orang benar-benar memahami tanpa didukung dengan banyak contoh? Banyak orang menganggap beberapa bagian firman Tuhan terlalu dangkal—kalau begitu, berapa banyak dari firman yang dangkal ini yang telah engkau masuki? Kesaksian pengalaman apa yang mampu engkau sampaikan? Jika firman yang dangkal ini pun belum engkau masuki, dapatkah engkau memahami firman yang lebih mendalam? Mampukah engkau benar-benar memahaminya? Jangan sok pintar, jangan congkak dan merasa diri benar!
Mari kita kembali ke masalah mengutak-atik firman Tuhan. Rumah Tuhan telah menerbitkan versi standar Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, dan tidak ada yang diizinkan untuk melakukan perubahan apa pun. Firman Tuhan versi standar tidak dapat diubah oleh siapa pun, dan jika seseorang mengubahnya, itu akan dianggap mengutak-atik firman-Nya. Mereka yang mengutak-atik firman-Nya sama sekali tidak memahami kerinduan semua orang yang mendambakan kebenaran dan yang sangat ingin membaca firman Tuhan. Orang-orang ini ingin membaca versi yang standar dan akurat dari firman-Nya, yang merupakan firman Tuhan yang asli, ungkapan makna dan maksud-Nya yang semula. Mereka yang mencintai kebenaran semuanya seperti ini. Manusia tidak memahami niat, tujuan, dan maksud awal Tuhan dalam melakukan semua pekerjaan dan mengucapkan semua firman ini, juga alasan mengapa Dia berfirman dengan sedemikian detail. Manusia tidak memahaminya, tetapi mereka menganalisis dan merangkumnya dengan menggunakan pikiran mereka dan akhirnya mengutak-atik firman asli Tuhan yang tidak sesuai dengan gagasan manusia. Akibatnya, setelah orang lain selesai membaca firman Tuhan yang telah diutak-atik tersebut, sulit bagi mereka untuk memahami maksud awal-Nya. Bukankah ini memengaruhi pemahaman mereka akan kebenaran dan jalan masuk kehidupannya? Apa masalahnya di sini? Masalahnya karena mereka yang mengubah firman Tuhan tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Cara mereka adalah cara para pengikut yang bukan orang percaya; begitu mereka bertindak, watak Iblis dalam diri mereka terlihat dengan sendirinya. Mereka selalu memiliki pendapat dan pemikiran tertentu tentang apa yang telah Tuhan lakukan dan firmankan, selalu ingin menangani dan memproses semua hal ini, mengulurkan cakar hitam Iblis mereka dan mengubah firman Tuhan menjadi perkataan mereka sendiri. Ini adalah natur Iblis—kecongkakan. Ketika Tuhan mengucapkan beberapa firman yang nyata, sejumlah firman tentang hal sehari-hari yang dekat dengan manusia, orang-orang memandangnya dengan sikap meremehkan dan memandang rendah, memperlakukannya dengan sikap yang menghina. Mereka selalu ingin menggunakan pengetahuan dan imajinasi manusia untuk melakukan revisi dan mengubah gaya bahasanya. Bukankah ini menjijikkan? (Memang menjijikkan.) Tentu saja, engkau semua tidak boleh melakukan hal ini. Engkau harus bertindak dengan patuh. Firman Tuhan adalah firman Tuhan, dan bagaimanapun cara Dia berfirman, firman itu harus mempertahankan bentuk aslinya dan tidak boleh diubah. Hanya khotbah langsung yang boleh sedikit diubah, selama itu hanya penyempurnaan kecil dan tidak mengubah makna aslinya. Makna aslinya sama sekali tidak boleh diubah. Jika engkau tidak memiliki kebenaran, jangan mengubahnya; siapa pun yang mengubahnya harus bertanggung jawab. Rumah Tuhan menugaskan sejumlah orang untuk mengatur khotbah dan persekutuan, tetapi mereka harus mengaturnya berdasarkan prinsip, sama sekali tidak boleh mengutak-atik apa pun. Mereka yang tidak memiliki pemahaman rohani dan tidak memahami kebenaran tidak boleh ikut campur. Jika ikut campur, mereka akan menghadapi hukuman. Karena engkau adalah salah satu umat pilihan Tuhan, engkau harus membaca firman-Nya dengan tekun, berfokus untuk memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan, serta tidak meragukan firman Tuhan atau kebenaran. Yang terpenting, jangan menggunakan pikiran dan pengetahuanmu untuk memeriksa firman Tuhan. Tidak baik jika selalu melakukan perbuatan jahat; begitu engkau menyinggung watak Tuhan, itu akan menjadi masalah besar bagimu. Ada orang-orang yang memahami sedikit pengetahuan alkitabiah; mereka mempelajari teologi selama beberapa hari dan membaca sejumlah buku, lalu mengira mereka memahami kebenaran, menguasai bidang mereka dan memiliki kemampuan. Namun, apa gunanya kemampuanmu yang kecil itu? Dapatkah engkau menjadi kesaksian bagi Tuhan? Apakah engkau memiliki kenyataan kebenaran? Dapatkah engkau membawa orang ke hadirat Tuhan? Teori dan keilmuanmu yang sedikit itu sama sekali tidak merepresentasikan kebenaran. Tuhan dalam kemanusiaan-Nya mengucapkan beberapa firman yang memungkinkan manusia untuk memahami maknanya, beberapa firman yang lebih mudah untuk dipahami manusia, tetapi mereka selalu tidak yakin, ingin mengubah firman-Nya. Mereka ingin mengubah firman-Nya agar sesuai dengan gagasan, selera, dan keinginan mereka, agar terasa nyaman untuk didengar dan nyaman bagi mata dan hatinya. Watak macam apa ini? Ini adalah watak yang congkak. Jika engkau melakukan sesuatu tanpa prinsip kebenaran sama sekali dan bertindak berdasarkan cara-cara Iblis, engkau akan mengacaukan dan mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Ini masalah yang sangat berbahaya! Begitu engkau menyinggung watak Tuhan, itu akan menjadi masalah besar dan engkau berisiko untuk disingkirkan.
Ada orang-orang yang merasa tidak suka ketika melihat firman Tuhan berbicara tentang jalan penerapan untuk jalan masuk kehidupan dengan sangat terperinci. Dalam hal ini, jika mereka melihat semua hukum, ketetapan, dan undang-undang yang Tuhan nyatakan dalam Perjanjian Lama, bukankah mereka akan makin tidak suka? Jika mereka kemudian membaca kata-kata yang jauh lebih mendetail dalam perintah-perintah asli Alkitab, bukankah mereka akan mengembangkan gagasan tertentu? Mereka akan berpikir, "Kata-kata ini tidak penting. Apa yang bisa disampaikan dalam satu kalimat dipanjangkan menjadi tiga atau empat kalimat. Kata-katanya seharusnya lebih ringkas dan lugas agar orang-orang dapat memahami semuanya secara sekilas dan mengerti hanya dengan mendengarkan satu kalimat. Alangkah baiknya jika kalimatnya tidak terlalu bertele-tele, tetapi sederhana, mudah untuk dipahami, dan mudah untuk diterapkan. Bukankah ini akan menjadi kesaksian bagi Tuhan dan memuliakan-Nya dengan lebih efektif?" Pemikiran ini sepertinya benar, tetapi apakah menurutmu membaca firman Tuhan harus seperti membaca novel di mana bahasa yang lebih halus adalah lebih baik? Firman Tuhan adalah kebenaran; firman Tuhan membutuhkan perenungan, manusia harus menerapkan dan mengalaminya untuk memahami dan memperoleh kebenaran. Makin firman Tuhan tidak sesuai dengan gagasan manusia, makin banyak kebenaran yang terkandung di dalamnya. Sebenarnya, tidak ada aspek kebenaran yang sesuai dengan gagasan manusia; semua itu bukanlah sesuatu yang pernah manusia lihat atau alami sebelumnya, melainkan perkataan yang sama sekali baru. Namun, setelah membaca dan mengalaminya selama beberapa tahun, engkau akan tahu bahwa semua firman Tuhan adalah kebenaran. Ada orang-orang yang selalu memiliki gagasan tentang firman Tuhan. Berasal dari manakah masalah ini? Di manakah letak kesalahannya? Masalah ini memperlihatkan bahwa manusia tidak mengetahui pekerjaan Tuhan ataupun watak-Nya. Setiap kalimat yang Dia ucapkan bersifat nyata dan faktual, menggunakan bahasa manusia sehari-hari tanpa harus menggunakan bahasa teoretis atau ilmiah. Ini adalah yang paling bermanfaat bagi pemahaman manusia akan kebenaran. Tak seorang pun mampu memahami hal ini dengan jelas—hanya pekerjaan Tuhan dan firman-Nya yang paling nyata dan realistis. Manusia secara lisan mengakui, "Semua firman Tuhan itu benar. Firman-Nya bermanfaat bagi manusia, tetapi manusia tidak memahami Tuhan. Dialah yang paling tahu apa yang manusia butuhkan, dan Dia tahu bagaimana harus berfirman agar manusia memahaminya. Cara-Nya menegur dan menasihati manusia lebih mudah untuk diterima. Tuhan mengetahui struktur batin manusia serta pemikiran dan gagasan seperti apa yang mereka miliki. Dia bahkan lebih mengetahui apa yang paling manusia butuhkan, sementara manusia itu sendiri tidak mengetahuinya." Namun, ketika engkau melihat firman Tuhan, engkau ingin menyederhanakan dan mengubahnya agar sesuai dengan gagasan dan selera manusia. Dengan demikian, dapatkah firman Tuhan tetap menjadi kebenaran? Dapatkah itu tetap menjadi perkataan-Nya? Bukankah itu akan menjadi perkataan manusia? Bukankah pemikiran seperti ini sangat congkak dan merasa diri benar? Firman Tuhan adalah kebenaran, terlepas dari apakah itu sesuai dengan gagasan dan imajinasi manusia. Sebanyak apa pun firman yang Dia ucapkan dan betapa pun mendetailnya, firman Tuhan tidak diucapkan dengan sia-sia. Ketika Dia menambahkan satu kalimat, itu adalah untuk menolong manusia agar dapat memahaminya dengan lebih baik, dan ini bermanfaat bagi mereka. Seandainya Dia menghilangkan satu kalimat saja, manusia tidak akan begitu memahaminya, dan itu akan lebih memudahkan Iblis untuk memanfaatkan situasi ini. Kebanyakan manusia memiliki kualitas yang buruk dan tidak mampu memahami firman kecuali Tuhan menguraikannya dan berbicara secara mendetail. Semua manusia mati rasa dan bodoh sehingga satu kalimat pun tidak boleh dihilangkan; jika ada aspek yang tidak dibicarakan secara menyeluruh, mereka tidak akan memahami aspek tersebut—engkau mungkin memahaminya, tetapi orang lain tidak; sekelompok orang di antaramu mungkin memahaminya, tetapi kelompok lainnya mungkin tidak memahaminya. Selalu akan ada orang-orang yang tidak memahaminya. Tuhan tidak hanya berbicara kepadamu; Dia berbicara kepada semua manusia, kepada semua orang yang memiliki telinga dan mampu memahami apa yang Tuhan firmankan. Apakah sudut pandangmu terlalu sempit? Manusia hanya mampu melihat apa yang ada di depan mereka dengan berpikir, "Aku memahami kalimat ini; mengapa Tuhan masih perlu menjelaskannya sedemikian detail?" Jika kalimat itu terlalu sederhana, mereka yang berkualitas baik akan memahaminya, tetapi mereka yang berkualitas rata-rata tidak akan mampu memahaminya; jika Tuhan menjelaskan beberapa kalimat kepada orang-orang berkualitas rata-rata, engkau merasa keberatan. Apakah itu berarti engkau orang yang menerima kebenaran? Berasal dari manakah keberatanmu itu? Bukankah berasal dari watak congkak Iblis? Ketika Tuhan melakukan sesuatu yang sedikit bertentangan dengan gagasanmu, ketika Dia mengungkapkan sedikit dari semua yang Dia miliki—seperti menghargai, memahami, memedulikan, memperhatikan, dan memelihara manusia secara menyeluruh—engkau menganggap Tuhan berbicara bertele-tele, berlebihan, membuang-buang waktu untuk hal-hal sepele, dan Dia tidak seharusnya melakukan hal tersebut; seperti inilah caramu memercayai gagasanmu. Inilah kesanmu terhadap Tuhan, pengetahuanmu tentang Dia, beginilah caramu memandang-Nya. Dengan demikian, apakah keyakinanmu bahwa "semua yang Tuhan lakukan adalah benar, Tuhan adalah yang paling memahami manusia" hanyalah doktrin? Bagimu, itu telah menjadi doktrin; pengetahuanmu akan Tuhan tidak sesuai dengan apa yang Dia ungkapkan, tidak ada korelasinya. Terlebih lagi, itu bukanlah caramu dalam bertindak terhadap Tuhan; engkau memperlakukan firman dan pekerjaan-Nya berdasarkan gagasan, imajinasi, dan watak congkakmu. Apakah engkau orang yang menerima kebenaran? Engkau bukan orang yang menerima kebenaran, juga bukan orang yang memiliki hati yang takut akan Tuhan. Saat dihadapkan dengan firman dan perbuatan Tuhan, engkau cenderung menghakimi, mengeluh, berspekulasi, meragukan, menyangkal, menentang, dan menentukan pilihanmu sendiri. Apakah engkau orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan? Jika engkau tidak mampu tunduk pada pekerjaan Tuhan, dapatkah engkau memperoleh kebenaran? Jika caramu memperlakukan firman Tuhan, pekerjaan-Nya, kebenaran, semua yang Dia miliki dan siapa Dia, serta segala sesuatu yang berasal dari-Nya seperti ini, dapatkah engkau memperoleh keselamatan dari-Nya? Jika engkau tidak mampu memperoleh kebenaran, engkau akan menghadapi hukuman.
Dalam memperlakukan firman Tuhan, jangan menganalisis atau memeriksanya, hindari kelicikan, keraguan, dan pemikiran berlebihan. Perlakukan firman Tuhan sebagaimana engkau memperlakukan kebenaran—inilah cara paling cerdas dalam memperlakukannya. Apa pun yang engkau lakukan, jangan berkata pada dirimu sendiri, "Aku ini orang yang modern, berpengetahuan luas dan berpendidikan, mengerti tata bahasa, aku telah mempelajari bidang studi tertentu, mahir dalam keterampilan atau keahlian tertentu, aku mengerti dan memiliki pemahaman. Tuhan tidak mengetahuinya. Meskipun Tuhan memahami semua manusia, Dia tidak mengetahui apa pun selain kebenaran, Dia tidak memahami masalah keahlian, tidak ada yang Dia kuasai, Dia hanya tahu cara mengungkapkan kebenaran." Betul sekali. Tuhan hanya dapat mengungkapkan kebenaran dan Dia mampu mengetahui yang sebenarnya tentang segala sesuatu karena Dia adalah kebenaran. Dia berdaulat atas nasib manusia dan Dia mengendalikan nasibmu. Tak seorang pun dapat lepas dari kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Bagaimana seharusnya sikap manusia terhadap firman Tuhan? Sikap mereka seharusnya adalah mendengarkan, tunduk, menerima, dan menerapkannya dengan ketaatan penuh—inilah sikap yang seharusnya dimiliki manusia. Apa pun yang kaulakukan, janganlah memeriksa. Aku telah mengucapkan banyak firman kepadamu, tetapi engkau semua hanya mampu menerima sebagian darinya. Engkau semua tidak menerima firman apa pun yang tidak sesuai dengan gagasan manusia—engkau bahkan menolak dan menyangkalnya di dalam hatimu. Engkau semua hanya menerima firman yang sesuai dengan gagasan manusia dan menolak firman yang tidak sesuai dengannya. Dapatkah engkau memperoleh kebenaran dengan cara seperti ini? Apakah kebenaran yang tidak sesuai dengan gagasan manusia bukanlah kebenaran? Beranikah engkau meyakini hal ini? Jika demikian, Aku harus bertanya kepadamu, berapa banyak kebenaran yang kaupahami? Kebenaran apa yang kaumiliki? Bagikan kesaksianmu tentang semua kebenaran yang kaupahami, dan biarkan semua orang memutuskan apakah itu adalah kebenaran atau bukan. Jika engkau mengakui dirimu tidak memiliki kebenaran, itu berarti engkau bernalar. Jika engkau benar-benar bernalar, masih beranikah engkau menyimpulkan bahwa kebenaran yang tidak sesuai dengan gagasan manusia bukanlah kebenaran? Masih beranikah engkau bertaruh dengan Tuhan? Sebagai manusia yang diciptakan, jangan terlalu congkak dan merasa diri benar, jangan terlalu membanggakan diri. Engkau sama sekali tidak mengetahui kebenaran; engkau tidak akan mampu sepenuhnya mengalami satu saja kalimat firman Tuhan dalam hidupmu dan juga tidak akan mampu memahami atau menjalaninya. Jika engkau mampu memahami sebagian darinya dan menerapkannya, itu sudah cukup bagus. Manusia begitu miskin dan menyedihkan—inilah kenyataannya. Mengingat keadaan mereka yang begitu miskin dan menyedihkan, mengapa mereka juga begitu congkak dan merasa diri benar? Inilah yang membuat mereka menyedihkan sekaligus membangkitkan kebencian. Aku menasihati manusia untuk membaca firman Tuhan dengan sikap yang taat, meninggalkan gagasannya begitu gagasan itu muncul, dan memperlakukan firman Tuhan sebagai kebenaran dan berusaha semaksimal mungkin untuk merenungkannya, dan kemudian mengalaminya; mungkin dengan demikian mereka akan mampu memahami apa yang dimaksud dengan kebenaran. Jangan memedulikan tentang seberapa terperinci dan panjang lebarnya firman Tuhan. Jika engkau mampu memahami dan mengalaminya, kemudian bersaksi tentangnya, barulah engkau dapat dianggap mampu. Ini sama halnya dengan bagaimana orang-orang selalu memikirkan jenis makanan apa yang mereka makan, menganggap makanan tertentu enak dan makanan lainnya tidak enak. Lalu apa hasilnya? Makanan enak belum tentu kaya nutrisi, dan makanan yang tidak kausukai belum tentu kurang bernutrisi; makanan tersebut bahkan mungkin mengandung nutrisi yang lebih banyak dan lebih baik. Manusia kesulitan membedakan mana yang merupakan kebenaran dan mana yang bukan, mana yang berasal dari Tuhan dan mana yang berasal dari manusia. Hanya setelah memahami kebenaran, barulah mereka mampu membedakan sebagian dari hal tersebut; mereka yang tidak memahami kebenaran tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang apa pun. Jika engkau menyadari dirimu kurang memiliki pemahaman, engkau harus tetap rendah hati, tidak menonjolkan diri, dan lebih banyak mencari kebenaran. Inilah yang dilakukan orang yang cerdas. Jika engkau tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang apa pun, tetapi tetap saja bersikap congkak, berani menghakimi segala sesuatu dan mengkritik siapa pun yang berbicara, berarti engkau sama sekali tidak bernalar. Bukankah engkau semua setuju bahwa memang benar demikian? Apa pun yang dilakukan, mereka tidak boleh bersikap memusuhi dan menentang di hadapan kebenaran. Mereka harus tetap memiliki hati yang takut akan Tuhan dan mencari kebenaran dalam segala hal—hanya orang seperti inilah yang benar-benar cerdas dan bijaksana.
Kutipan 8
Apa natur dari masalah mengutak-atik firman Tuhan? Jika engkau mengubah firman Tuhan dan memanipulasi ujaran-Nya, ini merupakan bentuk penentangan dan penghujatan yang paling serius terhadap Tuhan. Hanya manusia sejenis Iblis yang mampu melakukan perbuatan jahat semacam ini dan mereka sama dengan penghulu malaikat. Penghulu malaikat berkata: "Tuhan, engkau mampu menciptakan langit, bumi, dan segala sesuatu, serta mengadakan tanda-tanda dan mukjizat—aku juga mampu melakukannya. Engkau telah naik takhta, aku juga akan melakukannya. Engkau berkuasa atas semua bangsa, aku juga demikian. Engkau menciptakan manusia dan akulah yang mengelola mereka!" Secongkak inilah penghulu malaikat, sama sekali tidak bernalar. Natur mengutak-atik firman Tuhan sama dengan natur penghulu malaikat, artinya ini merupakan wujud penentangan langsung dan penghujatan terhadap Tuhan. Orang yang mengutak-atik firman Tuhan adalah orang yang paling menentang Tuhan dan mereka secara langsung menyinggung watak-Nya. Tidak ada yang lebih Tuhan benci selain orang yang mengutak-atik firman-Nya. Dapat dikatakan bahwa mengutak-atik firman Tuhan adalah penghujatan terhadap Tuhan dan Roh Kudus, ini merupakan dosa yang tidak dapat diampuni. Selain orang yang mengutak-atik firman Tuhan, ada hal lain yang menyinggung watak-Nya, yaitu ketika orang berani dengan seenaknya mengubah pengaturan kerja, kemudian mendistribusikannya ke gereja-gereja untuk menyesatkan umat pilihan Tuhan, mengacaukan, serta mengganggu pekerjaan gereja. Ini juga adalah wujud penentangan langsung terhadap Tuhan dan sesuatu yang menyinggung watak-Nya. Ada orang-orang yang sama sekali tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Mereka menganggap pengaturan kerja ditulis oleh manusia, berasal dari manusia, dan jika pengaturan kerja tersebut tidak sejalan dengan gagasan orang-orang ini, mereka akan mengubahnya sesuka hati. Apakah engkau semua tahu ketetapan administratif Tuhan yang mana yang dilanggar dalam hal ini? (7. "Dalam pekerjaan dan urusan gereja, selain tunduk kepada Tuhan, ikuti instruksi dari orang yang dipakai oleh Roh Kudus dalam segala hal. Bahkan pelanggaran sekecil apa pun tak dapat diterima. Bersikaplah mutlak dalam kepatuhanmu, dan jangan menganalisis benar atau salah; apa yang benar atau salah tidak ada kaitannya denganmu. Engkau hanya harus memusatkan perhatianmu dengan ketundukan penuh" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Sepuluh Ketetapan Administratif yang Harus Ditaati Umat Pilihan Tuhan pada Zaman Kerajaan").) Sesuatu yang melanggar ketetapan administratif adalah hal yang menyinggung watak Tuhan. Bukankah itu terlihat jelas bagimu? Ada orang-orang yang sangat lancang dalam sikap mereka terhadap pengaturan kerja Yang di Atas. Mereka yakin, "Yang di atas membuat pengaturan kerja, dan kitalah yang melakukan pekerjaan di gereja. Ada beberapa perkataan dan urusan yang dapat kita terapkan secara fleksibel. Terserah kita bagaimana cara kita mengerjakannya, yang di atas hanya berbicara dan membuat pengaturan kerja; kitalah yang benar-benar mengerjakannya. Jadi, setelah yang di atas menyerahkan pekerjaan kepada kita, kita dapat melaksanakannya sesuai dengan keinginan kita. Tidak masalah, bagaimana cara kita melaksanakannya. Tak seorang pun berhak ikut campur." Prinsip yang mendasari tindakan mereka adalah: mereka mendengarkan apa yang mereka yakini benar dan mengabaikan apa yang mereka yakini salah, mereka menganggap keyakinan mereka sebagai kebenaran dan prinsip, mereka menentang apa pun yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, dan mereka sangat bertentangan denganmu mengenai hal-hal tersebut. Jika perkataan Yang di Atas tidak sesuai dengan keinginan mereka, mereka akan mengubahnya, dan hanya meneruskannya setelah perkataan itu memperoleh persetujuan mereka. Tanpa persetujuan mereka, mereka tidak akan mengizinkannya diteruskan. Jika di wilayah lain, pengaturan kerja Yang di Atas diteruskan sebagaimana adanya, orang-orang ini mendistribusikan versi pengaturan kerja yang telah mereka ubah ke gereja-gereja yang berada di bawah tanggung jawab mereka. Orang-orang semacam ini selalu ingin mengesampingkan Tuhan, mereka sangat ingin membuat semua orang percaya kepada mereka, mengikuti mereka, dan tunduk kepada mereka. Di benak mereka, ada beberapa bidang yang di dalamnya Tuhan tidak sebaik mereka—mereka sendirilah yang seharusnya menjadi Tuhan, dan orang lain seharusnya percaya kepada mereka. Inilah natur mereka. Jika engkau semua memahami hal ini, akankah engkau tetap menangis ketika mereka diberhentikan? Akankah engkau tetap merasa kasihan kepada mereka? Akankah engkau tetap berpikir, "Yang di atas bertindak kurang pantas. Mereka memperlakukan orang secara tidak adil. Mengapa mereka memberhentikan orang yang bekerja begitu keras?" Mereka yang berkata seperti ini, tidak tahu yang sebenarnya tentang orang-orang ini. Demi siapa mereka bekerja keras? Demi Tuhankah? Demi pekerjaan gerejakah? Mereka bekerja keras untuk mengokohkan status mereka; mereka bekerja keras untuk mendirikan kerajaan mereka sendiri. Apakah mereka sedang melayani Tuhan? Apakah mereka sedang melaksanakan tugas mereka? Apakah mereka setia dan tunduk kepada Tuhan? Mereka sepenuhnya adalah antek-antek Iblis, dan saat mereka bekerja, setanlah yang berkuasa. Mereka menghancurkan rencana pengelolaan Tuhan dan mengganggu pekerjaan Tuhan. Mereka adalah antikristus tulen! Ada orang-orang yang berkata: "Lihatlah betapa kerasnya mereka bekerja—diperlukan upaya yang cukup besar untuk menulis semua hal itu dan membagikannya ke gereja-gereja." Jika demikian, biar Kutanyakan kepadamu, apakah hal-hal yang mereka tulis mendidik kerohanian orang? Apa sebenarnya tujuan yang ingin mereka capai? Apakah engkau mengetahui yang sebenarnya mengenai hal ini? Apa akibatnya jika engkau disesatkan oleh mereka? Pernahkah engkau memikirkannya? Ada yang merasa kasihan kepada orang-orang seperti ini dengan berkata, "Mereka bekerja sangat keras dan tidak mudah menulis semua hal itu, jadi rumah Tuhan seharusnya memaafkan mereka jika terdapat sedikit penyimpangan atau hal-hal yang keliru dalam apa yang ditulis." Ada masalah apa dengan perkataan ini? Dapatkah orang benar-benar memperoleh perkenanan Tuhan hanya dengan bekerja keras? Untuk siapa orang-orang itu bekerja keras? Jika mereka bekerja keras bukan untuk memuaskan dan memuliakan Tuhan, melainkan untuk memperoleh status, sekeras apa pun mereka bekerja, apakah itu akan bermakna atau bernilai? Kerja keras semacam ini egois, hina, jahat, dan tidak tahu malu! Apa akibatnya jika antikristus semacam ini tidak diberhentikan? Orang-orang akan mengganggu pekerjaan gereja sesuka hatinya dan menjadi para penentang Tuhan bahkan sebelum mereka menyadarinya. Bukankah ini mengacaukan dan mengganggu pekerjaan Tuhan? Jika mereka bekerja keras untuk mencapai tujuannya sendiri, apakah itu memberi mereka hak untuk menentang Tuhan? Apakah dengan demikian mereka boleh menentang dan memberontak terhadap-Nya? Apakah mereka boleh bersikap seenaknya, ceroboh, dan tidak mau tunduk kepada-Nya? Bolehkah mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan? Orang-orang yang tidak memiliki kebenaran, yang tidak tunduk kepada Tuhan, dan hanya ingin bertindak membabi buta, yang menganggap semua yang mereka lakukan itu wajar dan benar adalah murni para setan dan antek Iblis yang datang untuk mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja! Jika engkau bukan saja tidak mampu mengenali orang-orang seperti ini, tetapi justru bersimpati, menangis untuk mereka, dan membelanya, berarti engkau juga tidak ada gunanya, orang yang kacau dan bodoh. Engkau mungkin masih berpikir: "Yang di atas tidak memikirkan perasaan mereka. Orang itu telah bekerja begitu keras dan yang di atas menyingkirkannya begitu saja." Jika engkau mengatakan demikian, berarti engkau juga antek Iblis dan engkau adalah setan. Ada banyak orang yang hidup berdasarkan falsafah Iblis, tidak pernah menyingkapkan atau melaporkan pemimpin palsu atau antikristus, sampai suatu hari, seorang antikristus melakukan sesuatu yang menimbulkan bencana besar dan mereka akhirnya sadar bahwa inilah yang benar-benar terjadi ketika antikristus menyesatkan manusia. Ada orang-orang yang masih memiliki gagasan mengenai hal ini dan berpikir: "Tuhan itu mahakuasa, dan Yang di Atas seharusnya tahu ada berapa banyak antikristus di dalam gereja, apakah kita perlu melaporkannya?" Bukankah orang-orang yang mengatakan hal ini adalah tipe orang yang tidak masuk akal? Sekarang ini, Tuhan sedang bekerja dalam kemanusiaan dan pemimpin Yang di Atas adalah manusia, jadi jika dia tidak bersentuhan langsung dengan urusan gereja, bagaimana dia bisa tahu tentang semua hal ini? Sering kali, ketika terjadi peristiwa antikristus, masalah tersebut hanya dapat diselesaikan setelah beberapa orang melaporkan dan menyingkapkan mereka, kemudian Yang di Atas memerintahkan dilakukannya penyelidikan. Ketika bekerja dan memimpin manusia dalam kemanusiaan yang normal, Tuhan sama sekali tidak supernatural dan Dia sangat nyata, tetapi Dia menaklukkan, mengalahkan, dan mempermalukan Iblis. Hanya dengan cara inilah kemahakuasaan dan hikmat-Nya dapat diperlihatkan. Inilah betapa nyatanya pekerjaan Tuhan; Dia mengatur semua manusia, peristiwa dan berbagai hal agar umat pilihan-Nya mampu memetik pelajaran, memiliki kearifan, dan memperluas pengetahuan mereka. Begitu umat pilihan-Nya memiliki kearifan, para pemimpin palsu, antikristus dan orang-orang jahat tidak akan mampu melepaskan diri mereka dari "lengan panjang hukum". Tuhan akan menggunakan fakta untuk menyingkapkan mereka dan memampukan semua umat pilihan-Nya untuk melihat dan memahaminya dengan jelas. Bukankah dahulu ada banyak orang jahat dan antikristus yang disingkapkan dan disingkirkan? Tidak adakah yang mampu melihat masalah ini dengan jelas? Kalau tidak, berarti engkau benar-benar kacau!
Meskipun ada orang-orang yang tidak memahami beberapa bagian dari pengaturan kerja rumah Tuhan, mereka tetap mampu tunduk dan berkata: "Semua yang Tuhan lakukan pasti benar dan ada artinya. Jika kita belum sepenuhnya memahami pengaturan kerja, kita harus terlebih dahulu tunduk pada semua itu. Kita tidak boleh menghakimi Tuhan! Sekalipun tidak sesuai dengan gagasan kita, kita harus tetap mendengarkan pengaturan kerja karena kita adalah manusia, dan apa yang mampu dipahami pikiran manusia? Kita harus tunduk pada pengaturan Tuhan; akan tiba saatnya kita akan memahaminya. Sekalipun setelah mencapai hari itu kita masih belum sepenuhnya memahaminya, kita harus tetap bersedia untuk tunduk. Kita adalah manusia dan sudah seharusnya kita tunduk kepada Tuhan. Inilah yang harus kita lakukan." Namun, ada orang-orang yang berbeda, ketika mereka mendapati pengaturan kerja rumah Tuhan, mereka akan mempelajarinya terlebih dahulu dengan berkata: "Inilah yang tuhan firmankan dan ini adalah tuntutannya. Bagian pertama kelihatannya bagus, tetapi bagian kedua kurang sesuai. Aku akan mengubahnya." Apakah orang-orang seperti ini memiliki hati yang takut akan Tuhan? Jika engkau mengubah pengaturan kerja sesuka hatimu, apa natur masalahnya? Bukankah ini berarti mengacaukan dan mengganggu pekerjaan rumah Tuhan? Apakah hal-hal yang kaumiliki adalah kebenaran? Jika engkau memang memiliki kebenaran, mengapa engkau tidak mengungkapkannya? Mengapa engkau mengubah firman Tuhan? Watak apa yang kauperlihatkan dengan melakukan hal tersebut? Ini adalah watak congkak dan merasa diri benar, watak yang tidak menaati siapa pun. Jika dalam hal pengaturan kerja engkau berani memilah dan memilih, berarti ada masalah serius dengan pola pikir dan watakmu. Umat pilihan Tuhan harus mengenali manusia semacam ini. Pertama, orang semacam ini tidak mampu mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, tetapi merasa yakin bahwa dirinya memahami kebenaran dan tidak akan menaati siapa pun. Kedua, ketika memiliki gagasan tentang pengaturan kerja, mereka tidak mengemukakannya di rumah Tuhan, sebaliknya mereka justru menyebarkannya ke mana-mana. Ketiga, ketika memiliki gagasan tentang Tuhan dan pekerjaan rumah Tuhan, mereka bukan saja tidak meluruskan gagasan tersebut, melainkan juga menghasut umat pilihan Tuhan untuk mengembangkan gagasan tentang Tuhan. Mereka bangkit dan melawan Dia untuk memaksa-Nya bertindak sesuai keinginan mereka, dan pada akhirnya, memaksa Dia untuk tunduk. Berdasarkan ketiga perilaku tersebut, jelaslah sudah orang seperti apa mereka itu. Apakah mereka orang-orang yang mencari kebenaran dan tunduk kepada Tuhan? Sama sekali bukan. Mereka tidak mencari kebenaran sedikit pun dan juga tidak puas dengan Tuhan. Mereka memiliki gagasan tentang Tuhan dan menyebarkan gagasan tersebut, membuat semua orang mengembangkan gagasan tentang Dia dan mengambil sikap untuk melawan serta menentang-Nya. Berdasarkan hal ini, mereka dapat digolongkan sebagai antikristus yang sejati. Bagaimana seharusnya menangani orang-orang seperti ini? Perlukah mereka ditolong dengan penuh kasih? Tidak akan ada gunanya karena mereka tidak menerima kebenaran. Bagaimana kalau memangkas mereka? Itu juga tidak akan ada gunanya karena mereka tidak menerima kebenaran. Jika orang-orang yang percaya kepada Tuhan tidak mampu menerima kebenaran, ini adalah masalah serius dan hal yang mengerikan! Jika engkau memandang masalah ini terlalu sepele dan menganggapnya bukan masalah besar, suatu hari nanti, engkau akan menyinggung Tuhan. Aku telah melihat orang-orang seperti ini, meskipun mereka belum dikeluarkan, kesudahan mereka sebenarnya telah ditentukan: mereka akan disingkirkan.
Setidaknya, orang-orang yang percaya kepada Tuhan haruslah memiliki hati yang takut akan Tuhan. Apa yang dimaksud dengan takut akan Tuhan? Manusia harus takut kepada Tuhan, mereka harus melakukan segala sesuatu dengan waspada dan berhati-hati, memberi kesempatan pada dirinya sendiri untuk berubah, dan tidak sembarangan melakukan apa pun yang mereka inginkan. Sebagai contoh, ketika rumah Tuhan memberhentikan beberapa pemimpin palsu, ada yang berkata: "Aku tidak yakin tentang masalah ini. Kita tidak tahu dengan pasti apa yang telah mereka lakukan, dan meskipun kita tahu, kita tidak mungkin memahami sepenuhnya natur dari hal-hal yang mereka lakukan. Semua yang Tuhan lakukan pasti benar, dan pasti akan tiba saatnya ketika Dia membuat segala sesuatunya menjadi jelas dan memungkinkan kita untuk memahami maksud-Nya." Jika engkau tidak memahami mengapa rumah Tuhan melakukan sesuatu dengan cara seperti ini, tetapi engkau mampu tetap tunduk, berarti engkau adalah orang yang cukup taat yang dapat dikatakan memiliki sedikit hati yang takut akan Tuhan. Jika engkau tidak memahaminya, tetapi tetap memutuskan untuk menentang Tuhan dan mengganggu pekerjaan gereja, itu merupakan masalah. Setiap kali gereja memberhentikan dan mengusir beberapa pemimpin palsu dan antikristus, sebagian pengikut mereka yang setia selalu bangkit dan membelanya, secara terbuka menghakimi Tuhan karena hal tersebut, menganggap-Nya tidak adil, dan meminta Roh Kudus untuk menyingkapkan masalah ini. Bagi orang-orang seperti ini, meskipun mereka memberikan pelayanan yang luar biasa ketika mengabarkan Injil dan melaksanakan tugasnya, semua itu tidak ada artinya. Satu pengkhianatan akan selamanya menentukan nasibmu. Engkau harus memahami dengan jelas esensi dari pengkhianatan; jangan menganggapnya bukan masalah besar. Dapat dikatakan bahwa engkau semua pernah menentang Tuhan, engkau semua pernah melakukan pelanggaran. Namun, natur penentangan dan pelanggaranmu berbeda. Natur masalah yang baru saja Kubicarakan sangat serius dan merupakan penghakiman publik dan penentangan terhadap Tuhan. Ada orang-orang yang selalu senang menulis berbagai hal, termasuk surat yang dengan santai mereka bagikan di gereja. Apakah hal ini sesuai dengan prinsip? Apakah tulisan-tulisan tersebut merupakan kesaksian nyata? Apakah semua itu adalah pengalaman hidup? Apakah semua itu mendidik kerohanian umat pilihan Tuhan? Jika tidak memenuhi semua standar tersebut, tetapi orang-orang ini tetap dengan santai mengedarkannya di gereja, berarti mereka sedang menyesatkan orang, menyebarkan kebohongan dan kekeliruan, memutarbalikkan fakta, mengacaukan antara yang benar dan yang salah, serta melontarkan banyak omong kosong. Ada orang-orang yang bahkan ingin menulis buku mereka sendiri, lalu mengirimkannya ke gereja dan menjadi terkenal. Apakah manusia tidak memetik pelajaran mendalam dari apa yang dilakukan Paulus? Engkau masih ingin menulis buku. Menulis "biografi selebriti" dan menulis "Ringkasan Kebenaran". Engkau sama sekali tidak bernalar! Jika engkau mampu, tulislah beberapa kesaksian pengalaman. Bukankah engkau telah cukup dihakimi dan menderita selama bertahun-tahun percaya kepada Tuhan? Apakah engkau masih tidak mampu memahami masalah ini dengan jelas? Apa sebenarnya yang manusia pahami? Kata-kata dan doktrin yang kauucapkan bahkan tidak mampu menyelesaikan masalahmu sendiri, tetapi engkau masih ingin membekali orang lain dengan kata-kata dan doktrin tersebut. Engkau sama sekali tidak mengenal dirimu sendiri! Mengapa rumah Tuhan mencetak dan mengirimkan buku secara seragam? Karena sebagian besar buku ini berisikan firman Tuhan dan sisanya merupakan kesaksian pengalaman nyata dari umat pilihan Tuhan. Semua ini adalah hal positif yang dibutuhkan umat pilihan Tuhan, jadi buku-buku yang diterbitkan secara seragam oleh rumah Tuhan semuanya dibutuhkan untuk pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan. Cara yang dilakukan ini juga berasal dari bimbingan Roh Kudus. Engkau semua memahami bahwa buku-buku yang secara seragam diterbitkan oleh rumah Tuhan adalah yang paling bernilai dan paling dibutuhkan. Engkau semua tahu betul manfaat apa yang dapat kauperoleh dari mendengarkan khotbah. Jika engkau mampu mengenali hal-hal yang disebarkan oleh pemimpin palsu dan antikristus, engkau akan benar-benar mampu mengenali para pemimpin palsu dan antikristus. Namun, dengan tingkat pertumbuhanmu saat ini, engkau hanya memahami banyak doktrin tentang kepercayaan kepada Tuhan dan kebenaran masih belum jelas bagimu. Ada beberapa hal penting yang masih belum dapat kaupahami sepenuhnya, yang masih tampak samar dan kabur bagimu sehingga engkau masih belum memiliki kenyataan kebenaran dan belum terlalu mampu mengenalinya. Mengenai orang-orang di gereja, engkau belum mampu mengenali diri mereka yang sebenarnya dari caranya berperilaku atau berbicara. Ada orang-orang yang meyakini bahwa asalkan seseorang berbicara dengan fasih, mereka pasti mampu bersaksi bagi Tuhan, sedangkan mereka yang tidak fasih, pasti tidak akan mampu menyampaikan kesaksian pengalamannya meskipun mereka memilikinya. Apakah mereka benar mengenai hal ini? Mereka salah besar; kesaksian pengalaman adalah hal yang nyata bagaimanapun caranya disampaikan, dan jika seseorang tidak memiliki kesaksian pengalaman, apa pun yang mereka katakan tidaklah nyata, sebaik apa pun kemampuan mereka mengkhotbahkan doktrin. Mengapa demikian? Mampu mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin tidak merepresentasikan bahwa seseorang memiliki kenyataan kebenaran. Sekalipun mereka memahami sedikit kebenaran, pemahaman ini masih sangat dangkal dan terbatas, mereka sama sekali tidak mampu menulis tentang kesaksian pengalaman. Jika seseorang tidak memiliki kesaksian pengalaman, tetapi masih dengan beraninya mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin serta menceramahi orang lain, berarti mereka telah menjadi orang Farisi yang munafik. Mereka hanya bisa mengarang kesaksian palsu untuk menyesatkan orang. Mereka yang melakukan hal tersebut akan dikutuk oleh Tuhan. Mampu atau tidaknya seseorang memberikan kesaksian nyata, bukan tergantung kefasihannya. Lihatlah betapa banyaknya Petrus memiliki kesaksian pengalaman—tetapi berapa banyak surat yang ditulisnya? Berapa banyak artikel kesaksian yang ditulisnya? Mungkin hanya sedikit, tetapi Tuhan berkenan akan Petrus sebagai seseorang yang paling mengenal-Nya dan sangat mengasihi-Nya. Jika engkau benar-benar memiliki kesaksian pengalaman, engkau pasti telah berubah dan menjadi orang yang jauh lebih baik dalam perilakumu. Engkau tidak akan lagi antusias melakukan hal-hal yang dulu kauanggap baik. Ketika kausadari betapa tidak berartinya, betapa miskin dan menyedihkannya manusia itu, engkau tidak akan berani bertindak seenaknya, atau menulis buku atau biografi. Semua orang yang ingin menulis buku atau biografi, membangun reputasi dengan dalih memberikan semacam kontribusi, semuanya adalah manusia congkak, sombong, dan ambisius yang melebih-lebihkan kemampuannya sendiri, yang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan, dan yang suka mengikuti kemauan sendiri dalam tindakannya. Orang-orang yang sungguh-sungguh mengejar kebenaran, semuanya berfokus untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, memahami kebenaran, dan bertindak berdasarkan prinsip. Mereka menganggap melaksanakan tugas dengan baik, perubahan watak, masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan memiliki kesaksian pengalaman nyata adalah hal yang lebih baik daripada apa pun. Mereka yang mampu mengejar dengan cara seperti ini adalah manusia yang paling cerdas dan paling bernalar.
Kutipan 9
Mengenai Nuh, Abraham, dan Ayub, yang dicatat dalam Alkitab di Perjanjian Lama, apa sajakah ciri kemanusiaan mereka? Ciri kemanusiaan yang normal apa sajakah yang mereka miliki yang membuat Tuhan berkenan kepada mereka? (Mereka khususnya memiliki hati nurani dan nalar.) Benar sekali. Ayub hidup hingga usia yang sangat lanjut, dan Tuhan sama sekali tidak berbicara secara pribadi kepadanya, dan Tuhan pun tidak menampakkan diri secara pribadi di hadapannya, meski begitu Ayub mampu memahami dan merasakan semua yang Tuhan lakukan. Pada akhirnya, dia membuat sedikit rangkuman mengenai pengenalannya tentang Tuhan: "Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil; terpujilah nama Yahweh" (Ayub 1:21). Apa maksud perkataan ini? Ini berarti: "Yahweh adalah Tuhan, Dialah Sang Pencipta, Dia adalah Tuhanku, dan ketika Dia berfirman, sekalipun aku hanya memahami separuh firman-Nya, aku harus mendengarkannya dan mengikutinya dengan cermat." Hanya setelah pengenalan Ayub mencapai taraf ini, barulah Tuhan berkenan kepadanya. Ayub memiliki pengalaman dan pemahaman itu, dan dia juga mampu menerima serta tunduk pada ujian yang Tuhan berikan kepadanya. Semua ini dicapai karena dia memiliki hati nurani dan nalar manusia normal. Entah dia telah melihat Tuhan atau belum, apa pun yang telah Tuhan lakukan kepadanya, dan apakah Tuhan telah mengujinya atau menampakkan diri di hadapannya atau tidak, Ayub selalu yakin: "Yahweh adalah Tuhanku, dan aku harus mematuhi apa yang Tuhan perintahkan dan apa yang dikehendaki-Nya, entah aku memahaminya atau tidak; aku harus mengikuti jalan-Nya, dan aku harus mendengarkan serta tunduk kepada-Nya." Dalam kitab Ayub dicatat bahwa anak-anak Ayub sering mengadakan pesta. Ayub tidak pernah menghadirinya, tetapi dia selalu berdoa dan mempersembahkan korban bakaran bagi mereka. Fakta bahwa Ayub sering melakukan ini membuktikan bahwa di dalam hatinya, Ayub tahu bahwa Tuhan membenci kegemaran manusia dalam hal makan, minum, dan bersenang-senang, serta kehidupan pesta pora. Di dalam hatinya, Ayub tahu bahwa ini adalah kebenaran, dan meskipun dia tidak mendengar Tuhan mengatakannya secara langsung, dia tahu inilah yang Tuhan inginkan. Karena dia tahu apa yang Tuhan inginkan, dia mampu mendengarkan dan tunduk kepada-Nya, dia selalu berpegang pada hal ini, dan dia tidak pernah ikut makan, minum, dan berpesta. Apakah Ayub memahami kebenaran? Tidak. Dia mampu melakukannya karena dia memiliki hati nurani dan nalar kemanusiaan yang normal. Selain hati nurani dan nalar, yang terpenting adalah dia memiliki iman yang sejati kepada Tuhan. Dari lubuk hatinya, dia mengakui bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta, dan perkataan Sang Pencipta adalah kehendak Tuhan. Dalam istilah zaman sekarang, itu adalah kebenaran, perintah tertinggi, dan itulah yang harus manusia patuhi. Entah itu adalah keinginan Tuhan yang dapat dipahami manusia, atau hanya memahami beberapa firman yang diucapkan Tuhan, manusia harus menerima dan mematuhinya. Inilah tepatnya nalar yang harus manusia miliki. Ketika manusia memiliki nalar ini, akan lebih mudah untuk mematuhi firman Tuhan, menerapkan firman-Nya, dan tunduk kepada firman-Nya. Dengan melakukannya, tidak akan ada kesulitan, penderitaan, dan tentu saja tidak ada penghalang apa pun. Apakah Ayub memahami banyak kebenaran? Apakah dia mengenal Tuhan? Apakah dia mengetahui apa yang dimiliki Tuhan dan siapa Dia, atau esensi watak-Nya? Dibandingkan dengan orang zaman sekarang, Ayub tidak mengenal Tuhan, dan dia hanya memahami sedikit tentang Tuhan. Meski begitu, Ayub memiliki kemampuan untuk menerapkan semua yang dipahaminya. Setelah memahami sesuatu, dia selalu menaati dan mematuhinya. Inilah aspek kemanusiaan Ayub yang paling mulia, dan juga yang paling diremehkan orang. Mereka berpikir, "Bukankah Ayub sama sekali tidak menghadiri pesta? Bukankah dia secara rutin mempersembahkan korban bakaran bagi Tuhan? Dalam istilah zaman sekarang, bukankah dia hanya menahan diri untuk tidak memuaskan kenyamanan daging?" Semua ini tidak lebih dari hal-hal yang dangkal, tetapi jika engkau melihat esensi watak dan kemanusiaan Ayub di balik semua ini, engkau akan memahami bahwa semua itu bukanlah hal-hal yang sederhana dan juga tidak mudah dicapai. Jika orang biasa tidak menghadiri pesta agar dapat menghemat uang, ini akan mudah untuk dicapai. Namun, Ayub adalah orang yang kaya di zaman itu. Orang kaya mana yang sengaja tidak menghadiri pesta? Jadi, mengapa Ayub mampu menahan diri untuk tidak menghadiri pesta? (Dia tahu bahwa Tuhan membenci hal itu. Dia mampu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan.) Benar. Dalam hal takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, apa yang secara spesifik Ayub lakukan? Dia tahu bahwa segala sesuatu yang Tuhan benci adalah kejahatan, jadi dia mematuhi firman Tuhan, dan dia tidak mau melakukan apa pun yang Tuhan benci. Dia tidak mungkin akan melakukan hal-hal ini, apa pun yang orang katakan. Inilah yang dimaksud dengan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Mengapa Ayub mampu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? Apa yang dia pikirkan di dalam hatinya? Bagaimana dia mampu untuk tidak melakukan hal-hal jahat ini? Ayub memiliki hati yang takut akan Tuhan. Apa maksudnya memiliki hati yang takut akan Tuhan? Ini berarti hatinya takut akan Tuhan, mampu menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya, dan ada tempat bagi Tuhan di dalam hatinya. Dia tidak takut bahwa Tuhan akan melihatnya, atau takut bahwa Tuhan akan marah. Sebaliknya, dalam hatinya, dia menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya, dia bersedia memuaskan Tuhan dan memegang teguh firman-Nya. Itulah alasannya Ayub mampu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Sekarang siapa pun bisa mengucapkan frasa "takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan", tetapi mereka tidak tahu bagaimana Ayub melakukannya. Sebenarnya, Ayub memperlakukan "takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan" sebagai hal paling mendasar dan penting dalam kepercayaan kepada Tuhan. Karena itulah dia mampu memegang teguh firman ini, seperti dia memegang teguh sebuah perintah. Dia mendengarkan firman Tuhan karena di dalam hatinya, dia menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya. Betapapun firman Tuhan kelihatannya sangat biasa saja di mata manusia, sekalipun itu hanyalah firman biasa, di dalam hati Ayub, firman ini berasal dari Tuhan yang Maha Tinggi. Firman ini adalah firman yang terbesar dan terpenting. Sekalipun ini adalah firman yang diremehkan orang, selama firman ini berasal dari Tuhan, orang harus mematuhinya, sekalipun mereka diejek atau difitnah karenanya. Sekalipun mereka menghadapi kesukaran atau dianiaya, mereka harus memegang teguh firman-Nya sampai akhir dan tidak boleh melepaskan firman. Inilah yang dimaksud dengan takut akan Tuhan. Engkau harus memegang teguh setiap firman yang Tuhan tuntut terhadap manusia. Tidak masalah jika engkau tidak tahu apa yang dilarang atau dibenci Tuhan, tetapi jika engkau tahu, maka engkau seharusnya mampu untuk sama sekali tidak melakukan hal-hal itu. Engkau seharusnya mampu berteguh, sekalipun ditinggalkan keluargamu, diejek orang tidak percaya, atau ditertawakan dan dicemooh teman dekatmu. Mengapa engkau harus berteguh? Dari mana engkau mulai melakukannya? Apa yang menjadi prinsip-prinsipmu? "Aku harus memegang teguh firman Tuhan dan bertindak berdasarkan keinginan-Nya. Aku akan dengan teguh melakukan apa yang Tuhan sukai, dan dengan tegas meninggalkan hal-hal yang Tuhan benci. Jika aku tidak mengetahui maksud Tuhan, itu tidak masalah. Namun, jika aku mengetahui dan memahami maksud-Nya, aku akan dengan teguh mendengarkan dan tunduk kepada firman-Nya. Tak seorang pun akan mampu menghalangiku, dan aku tidak akan ragu, sekalipun dunia akan berakhir." Inilah yang dimaksud dengan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan.
Prasyarat agar orang mampu menjauhi kejahatan adalah memiliki hati yang takut akan Tuhan. Bagaimana cara membentuk hati yang takut akan Tuhan? Dengan menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya. Apa maksudnya menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya? Maksudnya adalah orang tahu bahwa Tuhan berdaulat atas segala sesuatu dan hati mereka takut akan Tuhan. Sebagai hasilnya, mereka mampu menggunakan firman Tuhan saat menilai situasi apa pun dan menggunakan firman Tuhan sebagai standar dan patokan. Inilah yang dimaksud dengan menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya. Sederhananya, menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya artinya memiliki Tuhan di dalam hatimu, hatimu tertuju pada Tuhan, tidak terlalu berpuas diri dalam semua yang kaulakukan hingga melupakan apa yang harus kau jaga, dan berusaha tidak bertindak sendiri, melainkan membiarkan Tuhan yang mengambil kendali. Dalam segala hal, engkau berpikir, "Aku percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia. Aku hanyalah makhluk ciptaan kecil yang telah dipilih Tuhan. Aku seharusnya membuang pandangan, saran, dan keputusan yang berasal dari keinginanku sendiri, serta membiarkan Tuhan menjadi Majikanku. Tuhan adalah Tuanku, batu karangku, dan terang bersinar yang menuntunku dalam segala sesuatu yang kulakukan. Aku harus melakukan segala sesuatu berdasarkan firman dan keinginan-Nya, bukannya mengutamakan diriku sendiri." Inilah yang dimaksud dengan memiliki Tuhan di dalam hatimu. Saat engkau ingin melakukan sesuatu, jangan bertindak dengan impulsif atau gegabah. Renungkan terlebih dahulu apa yang firman Tuhan katakan, apakah Tuhan akan membenci tindakanmu, dan apakah tindakanmu sejalan dengan kehendak-Nya atau tidak. Di dalam hatimu, tanyakan terlebih dahulu dirimu, pikirkan, dan renungkan. Jangan gegabah. Gegabah berarti bertindak dengan impulsif, didorong oleh tindakan yang tidak dipikir terlebih dahulu dan oleh keinginan manusia. Jika engkau selalu gegabah dan impulsif, itu memperlihatkan bahwa Tuhan tidak ada di dalam hatimu. Jadi, jika engkau berkata engkau menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya, bukankah itu omong kosong? Di manakah kenyataanmu? Engkau tidak memiliki kenyataan, dan engkau tidak bisa menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya. Engkau bertindak seolah engkaulah majikan atas segalanya, bertindak sesuka hati pada setiap kesempatan. Dan jika itulah yang terjadi, jika engkau mengaku memiliki hati yang takut akan Tuhan, bukankah itu omong kosong? Engkau sedang menipu orang dengan perkataan tersebut. Jika seseorang memiliki hati yang takut akan Tuhan, bagaimana sebenarnya hal itu diwujudkan? Dengan menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya. Wujud nyata dari menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya adalah Tuhan memiliki tempat yang paling utama di dalam hati mereka. Mereka mengizinkan Tuhan memegang otoritas dan menjadi Majikan di hati mereka. Ketika sesuatu terjadi, mereka memiliki hati yang tunduk kepada Tuhan. Mereka tidak gegabah, tidak impulsif, dan tidak bertindak terburu-buru. Namun sebaliknya, mereka mampu menghadapinya dengan tenang, dan menenangkan diri di hadapan Tuhan untuk mencari prinsip kebenaran. Entah engkau bertindak berdasarkan firman Tuhan atau keinginanmu sendiri, dan entah engkau membiarkan keinginanmu atau firman Tuhan yang memegang kendali, itu bergantung pada apakah Tuhan ada di dalam hatimu atau tidak. Engkau berkata Tuhan ada di dalam hatimu, tetapi ketika sesuatu terjadi, engkau bertindak tanpa berpikir, membuat keputusan sendiri, dan mengesampingkan Tuhan. Apakah itu wujud dari hati yang memiliki Tuhan? Ada orang-orang yang bisa berdoa kepada Tuhan ketika sesuatu terjadi, tetapi setelah berdoa, mereka masih terus merenung, dan berpikir, "Kurasa, inilah yang harus kulakukan. Kurasa, itulah yang harus kulakukan." Engkau selalu mengikuti keinginanmu sendiri dan tidak mendengarkan orang lain, bagaimanapun mereka menyampaikan persekutuan kepadamu. Bukankah ini wujud dari tidak adanya hati yang takut akan Tuhan? Karena engkau tidak mencari prinsip kebenaran dan tidak menerapkan kebenaran, saat engkau berkata engkau menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya, itu hanyalah perkataan kosong. Orang yang tidak memiliki Tuhan di dalam hatinya dan tidak mampu menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya adalah orang yang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Orang yang tidak mampu mencari kebenaran saat sesuatu terjadi, dan tidak memiliki hati yang tunduk akan Tuhan, semuanya adalah orang yang tidak memiliki hati nurani dan nalar. Jika orang benar-benar memiliki hati nurani dan nalar, saat sesuatu terjadi, mereka pasti akan mampu mencari kebenaran. Mereka terlebih dahulu harus berpikir, "Aku percaya kepada Tuhan. Aku datang untuk mencari keselamatan dari Tuhan. Karena aku memiliki watak yang rusak, aku selalu menganggap diriku sebagai penentu keputusan dalam apa pun yang kulakukan, aku selalu menentang maksud Tuhan. Aku harus bertobat. Aku tidak boleh terus memberontak terhadap Tuhan seperti ini. Aku harus belajar caranya tunduk kepada Tuhan. Aku harus mencari apa yang firman Tuhan katakan dan prinsip kebenaran." Inilah pemikiran dan keinginan yang muncul dari nalar orang yang memiliki kemanusiaan yang normal. Inilah prinsip dan sikap yang harus kaugunakan dalam melakukan segala sesuatu. Jika engkau memiliki nalar kemanusiaan yang normal, engkau akan memiliki sikap ini. Jika engkau tidak memiliki nalar kemanusiaan yang normal, engkau tidak akan memiliki sikap ini. Itulah sebabnya, sangatlah penting untuk memiliki nalar kemanusiaan yang normal. Itu berkaitan langsung dengan orang memahami kebenaran dan memperoleh keselamatan.