Cara Mengejar Kebenaran (20)
Beragam topik yang sedang kita persekutukan berkaitan dengan hal-hal nyata dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mendengarkan pembahasan ini, bukankah engkau semua dapat merasakan bahwa kebenaran itu tidak kosong, bahwa kebenaran itu bukan slogan, bukan semacam teori, dan terutama bukan semacam pengetahuan? Berkaitan dengan apakah kebenaran itu? (Kebenaran berkaitan dengan kehidupan nyata kita.) Kebenaran berkaitan dengan kehidupan nyata, dengan berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan nyata. Kebenaran berkaitan dengan semua aspek kehidupan manusia, berkaitan dengan berbagai masalah yang orang hadapi dalam kehidupan sehari-hari, dan terutama berkaitan dengan tempat tujuan yang orang kejar dan jalan yang mereka tempuh. Tak satu pun dari kebenaran-kebenaran ini yang kosong, dan semuanya tentu saja tidak boleh diabaikan; semua ini adalah sesuatu yang harus orang miliki. Dalam kehidupan sehari-hari, ketika menghadapi masalah nyata tertentu, jika engkau mampu memperlakukan, menyelesaikan, dan menangani hal-hal ini berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran yang kita persekutukan, itu berarti engkau sedang masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Jika dalam kehidupanmu sehari-hari, engkau berpaut pada pemikiran dan sudut pandangmu yang semula tentang hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran dan itu tidak berubah, jika engkau memandang hal-hal ini dari sudut pandang manusia, dan jika prinsip serta dasar yang kaugunakan untuk memandang hal-hal ini tidak ada kaitannya dengan kebenaran, maka jelaslah bahwa engkau bukanlah orang yang masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan engkau juga bukan orang yang mengejar kebenaran. Apa pun aspek kebenaran yang sedang kita persekutukan, semua topik yang dibahas adalah tentang mengoreksi dan membalikkan pemikiran, sudut pandang, gagasan, dan imajinasi keliru yang orang miliki mengenai berbagai hal, sehingga mereka akan mampu memiliki pemikiran dan sudut pandang yang benar terhadap berbagai hal yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari, dan agar mereka mampu memandang segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan nyata dari perspektif dan sudut pandang yang benar, kemudian menggunakan kebenaran sebagai standar untuk membereskan dan menangani hal-hal tersebut. Mendengarkan khotbah bukanlah untuk memperlengkapi diri dengan doktrin atau pengetahuan, bukan juga untuk memperluas wawasan atau mendapatkan pengetahuan baru—mendengarkan khotbah adalah untuk memahami kebenaran. Tujuan memahami kebenaran bukanlah agar orang memperkaya pemikiran atau rohnya, bukanlah agar orang memperkaya kemanusiaannya, melainkan agar orang dimampukan untuk tidak melepaskan diri dari kehidupan nyata pada saat menempuh jalan kepercayaan mereka kepada Tuhan, dan agar setiap kali mereka menghadapi berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, mereka mampu memandang orang dan hal-hal, serta berperilaku dan bertindak dengan menjadikan firman Tuhan sebagai dasar mereka dan kebenaran sebagai standar mereka. Jika engkau telah mendengarkan khotbah selama bertahun-tahun dan telah mengalami kemajuan dalam doktrin dan pengetahuan, dan engkau merasa diperkaya secara rohani dan pemikiranmu menjadi lebih tinggi, tetapi ketika engkau menghadapi banyak hal dalam kehidupan sehari-hari, engkau tetap tidak mampu memandang hal-hal ini dari sudut pandang yang benar, dan engkau juga tidak mampu terus melakukan penerapan, memandang orang dan hal-hal, berperilaku, dan bertindak berdasarkan prinsip kebenaran, maka jelaslah bahwa engkau bukan orang yang mengejar kebenaran, juga bukan orang yang masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Yang lebih parah lagi, engkau belum mencapai taraf tunduk pada kebenaran, tunduk kepada Tuhan, atau takut akan Dia. Tentu saja, dapat dipastikan dengan jelas bahwa engkau belum menempuh jalan menuju keselamatan. Bukankah demikian? (Ya.)
Berdasarkan tingkat pertumbuhan yang sebenarnya dan keadaanmu sekarang ini, dalam aspek apa sajakah engkau semua merasa telah masuk ke dalam kenyataan kebenaran? Dalam aspek apa sajakah engkau merasa ada harapan bagimu untuk diselamatkan? Di area mana sajakah engkau belum masuk ke dalam kenyataan kebenaran tetapi masih jauh dari memenuhi standar untuk diselamatkan? Dapatkah engkau mengukurnya? (Dalam situasi di mana antikristus dan orang jahat mengganggu pekerjaan gereja, merugikan kepentingan rumah Tuhan, aku tidak memiliki rasa keadilan dan tidak sungguh-sungguh setia kepada Tuhan. Aku tak mampu mengambil sikap untuk membela kepentingan rumah Tuhan, dan aku tidak memiliki kesaksian mengenai hal-hal yang sangat penting ini. Dalam hal ini, jelaslah bahwa aku belum memenuhi standar untuk diselamatkan.) Ini adalah masalah nyata. Silakan semua orang mendiskusikan hal ini lebih lanjut. Selain mengenali tingkat pertumbuhanmu yang berkaitan dengan masalah mengenali dan menolak antikristus, di sisi lain, hal-hal apa sajakah yang pernah engkau hadapi dalam kehidupanmu sehari-hari yang membuatmu merasa engkau belum masuk ke dalam kenyataan, merasa engkau tak mampu menerapkan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, dan meskipun engkau memahami doktrin, engkau tetap tak mampu memahami kebenaran dengan jelas, engkau tidak memiliki jalan yang jelas, dan engkau tidak tahu bagaimana melakukan sesuatu sesuai dengan maksud Tuhan, atau bagaimana mematuhi prinsip? (Setelah melaksanakan tugasku selama bertahun-tahun, kupikir aku mampu meninggalkan keluargaku, meninggalkan karierku, dan melepaskan sebagian perasaanku terhadap orang tua dan kerabatku. Namun, terkadang aku diperhadapkan dengan situasi nyata tertentu yang menyadarkanku bahwa masih ada perasaan dalam diriku, dan aku ingin berada di sisi orang tuaku, merawat dan berbakti kepada mereka. Jika aku tidak mampu melakukan ini, aku merasa berutang kepada mereka. Dengan mendengarkan persekutuan Tuhan baru-baru ini bahwa orang tua bukanlah orang yang kepadanya kita berutang, aku menyadari bahwa aku tidak memahami aspek kebenaran ini, dan aku belum tunduk pada kebenaran atau kepada Tuhan.) Siapa lagi yang mau melanjutkan? Bukankah engkau menghadapi kesulitan dalam kehidupanmu sehari-hari? Atau apakah engkau semua hidup seorang diri dan tidak pernah menghadapi masalah apa pun? Apakah engkau semua menghadapi kesulitan ketika melaksanakan tugasmu? Apakah engkau pernah bersikap asal-asalan? (Ya.) Pernahkah engkau memanjakan diri dalam kesenangan dan kenyamanan daging? Apakah engkau bekerja demi ketenaran dan status? Apakah engkau sering merasa khawatir atau cemas tentang prospek dan masa depanmu? (Ya.) Jadi, bagaimana engkau menangani situasi ini ketika menghadapinya? Apakah engkau mampu menggunakan kebenaran untuk menyelesaikannya? Engkau memiliki rencana cadangan ketika dipromosikan, dan mengkhawatirkan masa depan dan tempat tujuanmu, salah paham dan menyalahkan Tuhan, atau memamerkan kualifikasimu saat diberhentikan dari jabatanmu—apakah engkau memiliki masalah-masalah ini? (Ya.) Bagaimana engkau menangani dan mengatasi situasi ini ketika menghadapinya? Apakah engkau mengikuti keinginanmu yang egois, atau mampukah engkau mematuhi prinsip-prinsip kebenaran, memberontak terhadap daging, dan memberontak terhadap watak rusakmu agar dapat menerapkan kebenaran? (Tuhan, setiap kali aku menghadapi situasi-situasi ini, secara doktrin aku paham bahwa aku tidak boleh bertindak berdasarkan keinginan dagingku atau watak rusakku. Terkadang hati nuraniku tergerak dan merasa tertegur, dan aku sedikit mengubah perilakuku. Namun, itu kulakukan bukan karena sudut pandangku tentang masalah ini telah berubah, juga bukan karena aku mampu menerapkan kebenaran. Terkadang, jika keinginanku yang egois relatif kuat, dan aku merasa kesulitan ini terlalu besar, maka meskipun aku merasa sangat bersemangat, aku tetap tidak mampu menerapkan kebenaran. Pada saat itu, aku akan hidup berdasarkan watak rusakku, dan bahkan perilaku baik lahiriahku pun lenyap.) Situasi macam apa ini? Apakah engkau akhirnya menerapkan kebenaran dan tetap teguh dalam kesaksianmu, atau engkau gagal? (Aku gagal.) Apakah engkau merenungkan dirimu setelahnya dan merasa menyesal? Mampukah engkau melakukan perbaikan ketika kembali menghadapi situasi yang sama? (Setelah gagal, aku akan merasa sedikit tidak nyaman dalam hati nuraniku, dan ketika aku makan dan minum firman Tuhan, aku dapat mengaitkannya pada diriku sendiri, tetapi ketika aku kembali menghadapi situasi ini, watak rusak yang sama tetap muncul dengan sendirinya. Hanya ada sedikit kemajuan dalam aspek ini.) Bukankah kebanyakan orang mendapati diri mereka berada dalam keadaan ini? Bagaimana engkau semua memandang masalah ini? Setiap kali orang menghadapi situasi yang sama, cara mereka menanganinya, selain dari perilaku mereka yang membaik karena pengaruh hati nurani mereka, atau perilaku mereka terkadang relatif luhur atau terkadang relatif tercela berdasarkan situasi dan keadaan mereka pada waktu itu, dan berdasarkan berbagai suasana hati mereka—selain dari semua ini, penerapan mereka tidak ada kaitannya dengan kebenaran. Apa yang menjadi masalahnya? Apakah itu merepresentasikan tingkat pertumbuhan mereka? Seperti apa tingkat pertumbuhan mereka? Apakah ini menunjukkan tingkat pertumbuhan mereka yang rendah, atau ada kelemahan, kekurangan dalam kemanusiaan mereka, atau menunjukkan bahwa mereka tidak menerapkan kebenaran? Menunjukkan apakah hal ini? (Tingkat pertumbuhan yang rendah.) Orang yang tingkat pertumbuhannya rendah tidak akan mampu menerapkan kebenaran, dan karena mereka tidak mampu menerapkan kebenaran, tingkat pertumbuhan mereka menjadi rendah. Serendah apa tingkat pertumbuhannya? Itu berarti engkau belum memperoleh kebenaran dalam hal ini. Apa maksudnya engkau belum memperoleh kebenaran? Itu berarti firman Tuhan belum menjadi hidupmu; bagimu firman Tuhan masih berupa tulisan, doktrin, atau argumen. Firman Tuhan belum tertanam kuat dalam dirimu atau belum menjadi hidupmu. Akibatnya, apa yang disebut kebenaran yang kaupahami ini hanyalah semacam doktrin atau slogan. Mengapa Aku mengatakan hal ini? Karena engkau tidak dapat mengubah doktrin ini menjadi kenyataanmu. Ketika engkau menghadapi segala sesuatu dalam kehidupanmu sehari-hari, engkau tidak menanganinya berdasarkan kebenaran; engkau masih melakukannya dan menanganinya berdasarkan watak rusak Iblis dan di bawah pengaruh hati nuranimu. Jadi jelaslah bahwa setidaknya dalam hal ini, engkau tidak memiliki kebenaran, dan engkau belum memperoleh hidup. Tidak memperoleh hidup berarti tidak memiliki hidup; tidak memiliki hidup berarti dalam hal ini, engkau sama sekali belum diselamatkan, dan engkau masih hidup di bawah kuasa Iblis. Sekalipun apa yang dilakukan di bawah pengaruh hati nurani adalah perilaku yang baik atau semacam perwujudan, itu tidak merepresentasikan hidup; itu hanyalah perwujudan manusia normal. Jika perwujudan ini muncul karena pengaruh hati nurani, paling-paling, itu adalah perilaku yang baik. Jika hati nurani bukan faktor yang dominan, tetapi yang dominan adalah watak rusak orang, maka perilaku ini tidak dapat dianggap sebagai perilaku yang baik; itu adalah perilaku yang memperlihatkan watak rusak orang tersebut. Jadi, dalam hal apa sajakah engkau semua telah menjadikan kebenaran menjadi kenyataan, dan memperoleh hidup? Dalam hal apa sajakah engkau semua belum memperoleh kebenaran dan menjadikannya sebagai hidupmu, dan belum menjadikan kebenaran sebagai kenyataanmu? Dengan kata lain, dalam hal apa sajakah engkau hidup dalam firman Tuhan dan menjadikannya sebagai standarmu, dan dalam hal apa sajakah engkau masih belum menjadikannya sebagai standarmu? Hitunglah jumlahnya. Jika engkau sudah menghitungnya, tetapi sayangnya tidak ada satu hal pun yang di dalamnya engkau bertindak atau hidup berdasarkan firman Tuhan, melainkan engkau bertindak berdasarkan sikapmu yang gampang marah, berdasarkan gagasan, kesukaanmu atau keinginan dagingmu, atau watak rusakmu, lalu apa hasil akhirnya? Hasilnya akan buruk, bukan? (Ya.) Sampai hari ini, engkau semua telah mendengarkan khotbah selama bertahun-tahun, meninggalkan keluargamu, meninggalkan kariermu, mengalami kesukaran, dan membayar harga. Jika ini adalah hasilnya, apakah ini adalah sesuatu yang menggembirakan dan layak dirayakan atau sesuatu yang menyedihkan dan mengkhawatirkan? (Menyedihkan dan mengkhawatirkan.) Orang yang tidak menjadikan kebenaran sebagai kenyataan, yang tidak menjadikan firman Tuhan sebagai hidupnya, orang macam apakah itu? Bukankah itu adalah orang yang hidup di bawah kendali penuh watak rusak Iblis, yang tidak ada harapan untuk diselamatkan? (Ya.) Pernahkah engkau memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini ketika engkau biasanya membaca firman Tuhan dan memeriksa dirimu sendiri? Kebanyakan orang belum memikirkannya, bukan? Kebanyakan orang hanya berpikir, "Aku mulai percaya kepada Tuhan pada usia tujuh belas tahun, dan sekarang aku berusia empat puluh tujuh tahun. Aku sudah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, dan aku telah diburu beberapa kali, tetapi Tuhan telah melindungiku dan membantuku untuk meloloskan diri. Aku pernah tinggal di gua-gua dan gubuk, pernah berhari-hari tidak makan, dan terjaga selama berjam-jam tanpa tidur sedikit pun. Aku telah menanggung begitu banyak penderitaan dan melakukan perjalanan yang sangat jauh, semuanya demi melaksanakan tugasku, melakukan pekerjaanku, dan menyelesaikan tugasku. Ada harapan yang sangat besar bagiku untuk diselamatkan, aku sudah mulai menempuh jalan keselamatan. Aku sangat beruntung! Aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Ini adalah kasih karunia-Nya! Aku tidak berharga di mata dunia, dan semua orang memandang rendah diriku, dan aku tak pernah menganggap diriku istimewa, tetapi karena peninggian Tuhan, karena Dia mengangkatku—orang yang miskin ini—keluar dari tumpukan sampah, aku ditempatkan di jalan menuju keselamatan, dan diberi kehormatan untuk melaksanakan tugasku di rumah-Nya. Dia meninggikanku dan Dia mengasihiku! Kini setelah aku memahami begitu banyak kebenaran dan bekerja selama bertahun-tahun, kelak aku pasti akan menerima upahku. Siapa yang dapat merebutnya?" Jika hanya inilah yang dapat kaupikirkan ketika engkau memeriksa dirimu sendiri, bukankah itu akan menimbulkan masalah? (Ya.) Katakan kepada-Ku, engkau semua sudah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, telah mengalami banyak penderitaan, melakukan perjalanan sejauh ini, dan melakukan begitu banyak pekerjaan. Mengapa setelah percaya kepada Tuhan sampai sejauh ini, ada banyak orang yang dipindahkan ke Kelompok B? Mengapa ada banyak pemimpin dan pekerja yang kini harus mengembalikan uang persembahan dan dibebani utang? Apa yang sedang terjadi? Bukankah mereka sudah diselamatkan? Bukankah mereka sudah memiliki kebenaran dan telah memperoleh hidup? Ada orang-orang yang menganggap diri mereka sokoguru dan orang penting di rumah Tuhan, orang yang sangat berbakat di sini. Bagaimana keadaan mereka sekarang? Jika penderitaan dan pengorbanan selama bertahun-tahun ini telah membuat mereka menerima hidup dan mendapatkan kenyataan kebenaran, membuat mereka tunduk pada firman Tuhan, membuat mereka benar-benar takut akan Tuhan, dan setia melaksanakan tugas mereka, akankah orang-orang ini diberhentikan atau dipindahkan ke Kelompok B? Akankah mereka dibebani oleh utang atau mengalami kerugian yang besar? Akankah masalah-masalah ini terjadi? Ini cukup memalukan bukan? (Ya.) Pernahkah engkau memikirkan apa masalahnya? Sebanyak apa pun penderitaan yang mampu orang tanggung atau sebesar apa pun harga yang telah mereka bayar karena kepercayaan mereka kepada Tuhan, itu tidak menandakan bahwa mereka telah diselamatkan, tidak menandakan bahwa mereka sedang masuk ke dalam kenyataan kebenaran, juga tidak menandakan bahwa mereka memiliki hidup. Lalu, apa tandanya orang telah memiliki hidup dan kenyataan kebenaran? Secara umum, lihatlah apakah mereka mampu menerapkan kebenaran dan menangani masalah berdasarkan prinsip; terutama, lihatlah apakah mereka memandang orang dan hal-hal, berperilaku dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, apakah mereka mampu bertindak berdasarkan prinsip kebenaran. Jika, ketika melaksanakan tugasmu, engkau mampu menaklukkan dirimu sendiri, menanggung penderitaan, dan membayar harga dalam segala sesuatu yang kaulakukan, tetapi sayangnya engkau tidak mampu melakukan hal yang terpenting, yaitu, engkau tidak mampu menjunjung tinggi prinsip kebenaran; jika apa pun yang kaulakukan, engkau selalu memikirkan kepentinganmu sendiri, selalu mencari jalan keluar untuk dirimu sendiri, selalu ingin melindungi dirimu sendiri; dan jika engkau tidak pernah menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran, dan bagimu firman Tuhan hanyalah doktrin, maka tak perlu membahas apakah engkau berharga, atau apakah hidupmu berharga atau tidak; pada dasarnya, engkau tidak memiliki hidup. Orang yang tidak memiliki hidup adalah orang yang paling menyedihkan. Orang yang percaya kepada Tuhan tetapi tidak masuk ke dalam kenyataan kebenaran dan tidak memperoleh hidup adalah jenis orang yang paling menyedihkan dan itu adalah hal yang paling tragis. Bukankah demikian? (Ya.) Aku tidak meminta agar engkau semua mampu menerapkan prinsip-prinsip kebenaran dalam segala sesuatu, tetapi setidaknya, dalam tugas-tugas penting yang kaulaksanakan dan dalam hal-hal penting dalam kehidupanmu sehari-hari yang melibatkan prinsip, engkau harus mampu bertindak berdasarkan prinsip kebenaran. Setidaknya engkau harus mencapai standar ini agar ada harapan bagimu untuk diselamatkan. Namun untuk sekarang ini, engkau semua bahkan belum memenuhi persyaratan yang paling mendasar, engkau belum memenuhi satu pun darinya. Ini adalah hal yang sangat menyedihkan dan sangat mengkhawatirkan.
Dalam tiga tahun pertama setelah orang percaya kepada Tuhan, mereka merasa bahagia dan penuh sukacita. Setiap hari mereka berpikir tentang menerima berkat dan mendapatkan tempat tujuan yang indah. Mereka yakin bahwa perilaku yang terlihat baik di luarnya, seperti menderita bagi Tuhan, sibuk ke sana kemari dan lebih banyak membantu orang lain, melakukan lebih banyak perbuatan baik, dan mempersembahkan lebih banyak uang, adalah hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh orang yang percaya kepada Tuhan. Setelah percaya kepada Tuhan selama tiga sampai lima tahun, meskipun mereka memahami beberapa doktrin, orang tetap percaya kepada Tuhan berdasarkan gagasan dan imajinasi mereka. Mereka hidup berdasarkan perilaku yang baik, hati nurani mereka, dan kemanusiaan yang baik, dan bukan hidup berdasarkan prinsip kebenaran, atau menjadikan firman Tuhan sebagai hidup dan standar yang berdasarkannya mereka memandang orang dan hal-hal, serta berperilaku dan bertindak. Jalan apa yang ditempuh orang-orang semacam itu? Bukankah mereka menempuh jalan yang Paulus tempuh? (Ya.) Bukankah saat ini engkau semua mendapati dirimu berada dalam keadaan ini? Jika engkau sering mendapati dirimu berada dalam keadaan ini, apakah mendengarkan banyak khotbah ada gunanya? Apa pun jenis khotbah yang kaudengar, engkau tidak mendengarkannya agar dapat memahami kebenaran, atau agar engkau dapat memandang orang dan hal-hal, serta berperilaku dan bertindak berdasarkan prinsip kebenaran dalam kehidupanmu sehari-hari, sebaliknya, engkau mendengarkan khotbah demi memperkaya dunia rohanimu dan pengalaman manusiawimu. Jika demikian, engkau tidak perlu mendengarkan khotbah, bukan? Ada orang-orang yang berkata, "Aku harus mendengarkan khotbah. Jika aku tidak mendengarkan khotbah, aku tidak bersemangat dalam kepercayaanku kepada Tuhan, dan aku tidak memiliki semangat atau motivasi untuk melaksanakan tugasku. Dengan sesekali mendengarkan khotbah, aku memiliki sedikit semangat dalam kepercayaanku, aku merasa lebih puas dan diperkaya, jadi ketika aku menghadapi kesulitan atau keadaan negatif dalam tugasku, aku memiliki sedikit motivasi, dan aku jarang bersikap negatif." Apakah tujuanmu mendengarkan khotbah adalah untuk memperoleh efek tersebut? Setelah mendengarkan khotbah selama bertahun-tahun, kebanyakan orang tidak meninggalkan gereja, seperti apa pun cara mereka dipangkas, didisiplinkan, atau dihajar. Memperoleh efek ini ada kaitannya dengan mendengarkan khotbah, tetapi yang ingin Kulihat bukan hanya api yang akan padam di hatimu kembali berkobar setelah mendengarkan setiap khotbah. Bukan hanya tentang itu. Semangat belaka tidak ada gunanya. Semangat tidak boleh digunakan untuk melakukan kejahatan atau melanggar prinsip kebenaran. Semangat adalah untuk membuatmu memiliki tujuan dan arah yang lebih jelas ketika mengejar kebenaran—tetapi yang terutama harus kaulakukan adalah berusaha memahami prinsip-prinsip kebenaran dan menerapkannya. Jadi, dapatkah engkau memperoleh efek ini ketika engkau mendengarkan khotbah? Setelah mendengar khotbah, rasanya seperti ada api di hatimu, engkau seperti diisi dengan daya listrik atau dipompa penuh dengan udara. Engkau kembali merasa bersemangat, engkau tahu di area mana engkau harus bekerja keras selanjutnya, tanpa pernah bermalas-malasan atau bersikap negatif, dan jarang bersikap lemah. Namun, perwujudan ini bukanlah syarat untuk memperoleh keselamatan. Ada beberapa syarat untuk memperoleh keselamatan: pertama, engkau harus bersedia membaca firman Tuhan dan mendengarkan khotbah; kedua, dan ini juga merupakan syarat yang terpenting, sebesar atau sekecil apa pun masalah yang kauhadapi dalam kehidupanmu sehari-hari, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasmu dan pekerjaan besar rumah Tuhan, engkau harus mampu mencari prinsip kebenaran, dan tidak boleh bertindak berdasarkan gagasanmu sendiri, melakukan apa pun sesuai keinginanmu, atau bertindak semaunya dan ceroboh. Tujuan-Ku tanpa lelah mempersekutukan kebenaran kepadamu dan menjelaskan prinsip-prinsip berbagai hal seperti ini bukanlah untuk membuatmu melakukan hal yang mustahil atau memaksamu melampaui kemampuanmu, dan itu bukan sekadar untuk membuatmu merasa bersemangat. Sebaliknya, tujuan-Ku adalah untuk membuatmu memahami maksud Tuhan dengan lebih akurat, memahami prinsip-prinsip dasar yang harus kaugunakan untuk melakukan segala sesuatu, dan memahami bagaimana seharusnya orang bertindak untuk memenuhi maksud Tuhan. Ketika menghadapi masalah, bukan bertindak berdasarkan watak rusak, pemikiran, sudut pandang, dan pengetahuan mereka, tetapi dengan menggantikannya dengan prinsip-prinsip kebenaran. Inilah salah satu cara utama Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Tujuannya adalah agar engkau mampu menjadikan firman Tuhan sebagai dasar dan prinsip dalam segala hal yang kauhadapi, dan agar firman-Nya berkuasa dalam segala hal. Dengan kata lain, tujuannya adalah agar engkau mampu menangani dan menyelesaikan setiap masalah berdasarkan firman Tuhan, bukan dengan mengandalkan kecerdasan dan pilihan manusia, atau menanganinya berdasarkan selera, ambisi, dan keinginan manusia. Melalui cara mengkhotbahkan dan mempersekutukan kebenaran seperti ini, firman Tuhan dan kebenaran dapat ditanamkan dalam diri manusia, memungkinkan mereka untuk memiliki kehidupan di mana kebenaran adalah kenyataan mereka. Ini menandakan bahwa mereka telah diselamatkan. Apa pun hal-hal yang kauhadapi, engkau harus lebih berupaya untuk memahami prinsip kebenaran dan firman Tuhan. Orang semacam ini adalah orang yang mengejar keselamatan dan bijaksana. Mereka yang selalu berfokus pada perilaku lahiriah, formalitas, doktrin, dan slogan, adalah orang bodoh. Mereka bukanlah orang yang mengejar keselamatan. Engkau semua tidak pernah memikirkan hal-hal semacam ini sebelumnya, atau jarang memikirkannya, jadi, dalam hal menerapkan prinsip-prinsip kebenaran, pikiranmu pada dasarnya kosong. Engkau semua tidak menganggap hal ini sangat penting, jadi setiap kali engkau menghadapi situasi yang ada kaitannya dengan prinsip kebenaran, khususnya saat menghadapi situasi besar tertentu, saat engkau menghadapi antikristus atau orang jahat yang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, engkau semua selalu bersikap sangat pasif. Engkau tidak tahu cara menangani masalah-masalah ini, dan engkau menanganinya berdasarkan motif dan perasaan egoismu sendiri. Engkau tidak mampu mengambil sikap untuk membela pekerjaan gereja, dan pada akhirnya, engkau selalu mengalami kegagalan, engkau ceroboh dan tergesa-gesa dalam menyelesaikan masalah ini. Jika tidak dilakukan penyelidikan mengenai masalah ini, engkau bisa saja bersikap asal-asalan. Jika penyelidikan dilakukan untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab, engkau mungkin akan diberhentikan dari jabatanmu atau dipindahtugaskan; atau lebih buruk lagi, engkau mungkin akan dipindahkan ke Kelompok B, atau beberapa orang bahkan mungkin dikeluarkan. Apakah ini hasil yang ingin kaulihat? (Tidak.) Jika suatu hari engkau benar-benar diberhentikan dari jabatanmu atau dipaksa berhenti melaksanakan tugasmu, atau dalam kasus yang lebih parah, jika engkau dikirim ke gereja biasa atau ke Kelompok B, akankah engkau merenungkan dirimu sendiri? "Apakah aku percaya kepada Tuhan hanya untuk berakhir di sini? Apakah aku melepaskan pekerjaanku, masa depanku, keluargaku, dan meninggalkan begitu banyak hal hanya untuk ditempatkan di Kelompok B atau dikeluarkan? Apakah aku percaya kepada Tuhan untuk menentang-Nya? Bukankah sudah pasti bukan itu tujuanku percaya kepada Tuhan? Kalau begitu, untuk apa aku percaya kepada Tuhan? Bukankah aku harus merenungkan hal ini? Sekalipun untuk saat ini aku belum percaya kepada Tuhan untuk memenuhi maksud-Nya, setidaknya, aku harus memperoleh hidup dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Setidaknya, aku harus mampu merasakan aspek mana dari firman Tuhan dan kebenaran yang telah menjadi hidupku. Aku seharusnya mampu hidup berdasarkan kebenaran, dan menang atas Iblis dan watak rusakku sendiri, dan aku seharusnya mampu memberontak terhadap dagingku dan melepaskan gagasanku sendiri. Ketika sesuatu menimpaku, aku seharusnya benar-benar menjunjung tinggi prinsip kebenaran. Aku tidak boleh bertindak berdasarkan watak rusakku, aku harus mampu bertindak berdasarkan firman Tuhan dengan lancar dan wajar, tanpa kesulitan atau hambatan apa pun. Aku harus merasakan secara mendalam bahwa firman Tuhan dan kebenaran telah tertanam kuat dalam diriku, menjadi hidupku, dan menjadi bagian dari kemanusiaanku. Ini adalah hal yang menyenangkan dan patut dirayakan." Apakah engkau semua biasanya merasa seperti ini? Ketika engkau menghitung penderitaan yang telah kautanggung dan harga yang telah kaubayar dalam kepercayaanmu kepada Tuhan selama bertahun-tahun, engkau akan merasa nyaman di hatimu, engkau akan merasakan bahwa ada harapan bagimu untuk diselamatkan, dan bahwa engkau telah merasakan manisnya memahami kebenaran dan mengorbankan dirimu untuk Tuhan. Pernahkah engkau semua merasakan atau mengalami hal-hal semacam itu? Jika belum, apa yang harus kaulakukan? (Kami harus mulai mengejar kebenaran dengan sungguh-sungguh mulai dari sekarang.) Mulailah mengejar kebenaran dengan sungguh-sungguh mulai dari sekarang—tetapi bagaimana seharusnya engkau mengejarnya? Engkau harus merenungkan dalam hal-hal apa engkau sering memberontak terhadap Tuhan. Tuhan telah berulang kali mengatur lingkungan bagimu agar engkau dapat memetik pelajaran, untuk mengubahmu melalui hal-hal ini, untuk membuat firman-Nya masuk ke dalam dirimu, untuk membuatmu masuk ke dalam aspek kenyataan kebenaran, dan untuk membuatmu tidak lagi hidup berdasarkan watak rusak Iblis dalam hal-hal itu, dan agar engkau hidup berdasarkan firman Tuhan, agar firman-Nya tertanam kuat dalam dirimu dan menjadi hidupmu. Namun, engkau sering kali memberontak terhadap Tuhan dalam hal-hal ini, tidak tunduk kepada Tuhan, tidak mau menerima kebenaran, tidak menganggap firman-Nya sebagai prinsip yang harus kaupatuhi, dan tidak hidup dalam firman-Nya. Hal ini menyakiti hati Tuhan, dan engkau telah berulang kali kehilangan kesempatanmu untuk diselamatkan. Jadi, bagaimana seharusnya engkau berbalik? Mulai hari ini, dalam hal-hal yang dapat kaukenali melalui perenungan dan perasaan yang jelas, engkau harus tunduk pada pengaturan Tuhan, menerima firman-Nya sebagai kenyataan kebenaran, menerima firman-Nya sebagai hidupmu, dan mengubah cara hidupmu. Ketika engkau menghadapi situasi seperti ini, engkau harus memberontak terhadap dagingmu dan kesukaanmu, dan bertindak berdasarkan prinsip kebenaran. Bukankah ini jalan penerapannya? (Ya.) Jika engkau hanya berniat untuk sungguh-sungguh mengejar kebenaran di masa depan, tetapi tidak memiliki jalan penerapan yang spesifik, itu tidak ada gunanya. Jika engkau memiliki jalan penerapan yang spesifik ini dan bersedia memberontak terhadap dagingmu dan memulai dari awal seperti ini, maka masih ada harapan bagimu. Jika engkau tidak bersedia melakukan penerapan dengan cara seperti ini dan malah tetap berpaut pada jalan usang yang sama, berpaut pada gagasan-gagasan lama, dan hidup berdasarkan watak rusakmu, maka tidak ada lagi yang perlu dikatakan. Jika engkau puas hanya dengan menjadi orang yang berjerih payah, lalu apa lagi yang perlu dikatakan? Hal keselamatan tidak ada kaitannya denganmu, dan engkau juga tidak tertarik dengan hal itu, jadi tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Jika engkau benar-benar ingin mengejar kebenaran dan keselamatan, maka langkah pertamanya adalah mulailah dengan menyingkirkan watak rusakmu, berbagai pemikiran, gagasan, dan tindakanmu yang keliru. Terimalah lingkungan yang telah Tuhan atur bagimu dalam kehidupanmu sehari-hari, terimalah pemeriksaan, ujian, hajaran, dan penghakiman-Nya, berusahalah untuk secara berangsur melakukan penerapan berdasarkan prinsip kebenaran ketika sesuatu menimpamu, dan secara berangsur ubahlah firman Tuhan menjadi prinsip-prinsip dan standar yang berdasarkannya engkau berperilaku dan bertindak dalam kehidupanmu sehari-hari, dan menjadi hidupmu. Inilah yang seharusnya terwujud dalam diri orang yang mengejar kebenaran, dan inilah yang seharusnya terwujud dalam diri orang yang mengejar keselamatan. Kedengarannya mudah, langkah-langkahnya sederhana, dan tidak ada penjelasan yang panjang lebar, tetapi menerapkannya tidaklah semudah itu. Ini karena ada terlalu banyak hal-hal yang rusak dalam diri manusia: kepicikan, tipu muslihat, keegoisan, dan kehinaan mereka, watak rusak mereka, dan segala macam tipu daya. Selain itu, ada orang-orang yang memiliki pengetahuan, mereka telah mempelajari beberapa falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain dan taktik manipulatif di masyarakat, serta mereka memiliki beberapa kekurangan dan kelemahan dalam hal kemanusiaan mereka. Sebagai contoh, ada orang yang rakus dan malas, ada yang licik dan munafik dalam perkataannya, ada yang sifatnya sangat tercela, ada yang suka berdandan, ada yang angkuh, gegabah dan impulsif dalam tindakannya, dan masih banyak kekurangan lainnya. Ada banyak kekurangan dan masalah yang harus orang atasi dalam hal kemanusiaan mereka. Namun, jika engkau ingin memperoleh keselamatan, jika engkau ingin menerapkan dan mengalami firman Tuhan, serta memperoleh kebenaran dan hidup, engkau harus lebih banyak membaca firman Tuhan, memahami kebenaran, mampu melakukan penerapan dan tunduk pada firman-Nya, dan mulailah dengan menerapkan kebenaran dan menjunjung tinggi prinsip kebenaran. Ini hanyalah beberapa kalimat sederhana, tetapi orang tidak tahu bagaimana menerapkan atau mengalaminya. Apa pun kualitas atau pendidikanmu, dan berapa pun usia atau seberapa pun lamanya engkau telah percaya kepada Tuhan, bagaimanapun juga, jika engkau berada di jalan yang benar yaitu jalan menerapkan kebenaran, jika engkau memiliki tujuan dan arah yang benar, dan jika apa yang kaukejar dan kerahkan semuanya adalah demi menerapkan kebenaran, yang pada akhirnya akan kauperoleh tentunya adalah kenyataan kebenaran dan firman Tuhan akan menjadi hidupmu. Tentukan terlebih dahulu tujuanmu, kemudian secara bertahap lakukan penerapan berdasarkan jalan ini, dan pada akhirnya engkau pasti akan memperoleh hasil. Apakah engkau semua memercayainya? (Ya.)
Yang sedang kita persekutukan pada tahap ini adalah tentang perlunya orang melepaskan pengejaran, cita-cita, dan keinginan mereka. Pada pertemuan sebelumnya, kita bersekutu tentang melepaskan beban tertentu yang berasal dari keluarga. Mengenai topik tentang beban yang berasal dari keluarga, pertama-tama kita bersekutu tentang harapan yang dimiliki orang tua, kemudian tentang harapan orang tua terhadap anak-anak mereka. Semua ini adalah hal-hal yang seharusnya orang lepaskan dalam proses mengejar kebenaran, bukan? (Ya.) Mengenai perlunya orang melepaskan pengejaran, cita-cita, dan keinginan mereka, kita menyebutkan empat hal yang harus orang lepaskan. Yang pertama adalah minat dan hobi, yang kedua adalah perkawinan, dan yang ketiga adalah keluarga—kita sudah mempersekutukan ketiga hal ini. Apa hal yang keempat? (Karier.) Hal keempat adalah karier; kita harus mempersekutukan hal ini. Apakah ada di antaramu yang pernah merenungkan topik ini sebelumnya? Jika sudah, engkau boleh langsung menyampaikannya. (Dahulu kupikir keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam kariernya mencerminkan keberhasilan atau kegagalannya sebagai manusia. Kupikir jika seseorang kurang berdedikasi dalam kariernya atau membuat kariernya berantakan, itu menandakan bahwa dia telah gagal sebagai manusia.) Jadi, mengenai masalah melepaskan karier, apa yang harus orang lepaskan? (Mengenai karier, orang harus melepaskan ambisi dan keinginan mereka.) Itu adalah salah satu cara memandangnya. Menurutmu, hal-hal apa saja yang harus kaulepaskan dalam hal "karier" dalam topik perlunya orang melepaskan pengejaran, cita-cita, dan keinginan mereka? Bukankah engkau harus menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan karier selama proses engkau mengejar kebenaran? (Dahulu, ketika aku berada di dunia sekuler, aku merasa bahwa aku harus sukses dalam karierku, bahwa aku harus mendapatkan pengakuan. Akibatnya, aku mati-matian mengejar karierku, ingin menonjolkan diriku sendiri. Bahkan setelah aku percaya kepada Tuhan, aku tetap ingin menonjol di rumah Tuhan, membuat orang lain menghormatiku. Masalah ini menjadi hambatan besar dalam jalan masuk kehidupanku.) Pengertianmu tentang karier pada dasarnya adalah bahwa karier adalah pengejaran masing-masing orang; itu juga berkaitan dengan jalan yang orang tempuh. Jadi, dalam persekutuan kita tentang "karier" dalam topik perlunya orang melepaskan pengejaran, cita-cita, dan keinginan mereka, Aku tidak akan membahas apa pun yang berkaitan dengan pengejaran orang untuk saat ini. Kita terutama akan membahas tentang arti harfiah dari "karier". Apa yang dimaksud dengan "karier"? Karier adalah pekerjaan atau usaha yang dilakukan orang untuk menafkahi keluarganya selama hidup di dunia. Topik ini termasuk dalam lingkup "karier" dalam topik perlunya orang melepaskan pengejaran, cita-cita, dan keinginan mereka, yang ingin kita persekutukan. Ini adalah lingkup dan prinsip-prinsip tentang bagaimana orang menggeluti suatu pekerjaan agar dapat menafkahi keluarga dan memilih pekerjaan di tengah masyarakat, sembari percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran. Tentu saja, hal ini akan sedikit banyak menyentuh sebagian pembahasan tentang pengejaran orang dan tuntutan Tuhan terhadap pekerjaan yang digeluti oleh orang percaya. Dapat juga dikatakan, ini berkaitan dengan pemikiran dan sudut pandang yang harus orang percaya miliki terhadap berbagai pekerjaan dan karier di dunia. Topik-topik yang membahas tentang karier cukup luas; kita akan mengelompokkannya ke dalam beberapa kategori, sehingga orang akan dimampukan untuk memahami apa standar dan tuntutan Tuhan mengenai karier yang digeluti oleh orang percaya dan terhadap mereka yang mengejar kebenaran, serta pemikiran dan sudut pandang apa yang Tuhan ingin orang percaya dan para pengejar kebenaran miliki ketika mereka menggeluti atau melakukan pekerjaan. Pembahasan ini akan memampukan orang untuk melepaskan pengejaran dan keinginan yang berkaitan dengan karier yang ada dalam gagasan dan keinginan mereka. Pembahasan ini juga akan sekaligus mengoreksi sudut pandang orang yang keliru terhadap pekerjaan yang mereka geluti atau karier yang mereka kejar di dunia. Kita akan memisahkan pembahasan mengenai karier yang seharusnya orang lepaskan ke dalam empat hal utama: hal pertama yang harus orang pahami adalah jangan melakukan kegiatan amal; hal kedua adalah orang harus merasa puas dengan memiliki makanan dan pakaian; hal ketiga adalah menjauhi berbagai kekuatan masyarakat; hal yang keempat adalah menjauhi politik. Kita akan mempersekutukan masalah-masalah yang berkaitan dengan melepaskan karier berdasarkan pembahasan keempat hal ini. Menurutmu, apakah pembahasan keempat hal ini ada kaitannya dengan apa yang selama ini kaupersekutukan? (Tidak.) Apa yang selama ini kaupersekutukan? (Tentang pengejaran pribadi.) Apa yang selama ini kaupersekutukan tidak ada kaitannya dengan prinsip kebenaran, itu hanya ada kaitannya dengan pengejaran pribadi yang sepele. Keempat hal yang akan kita persekutukan ini berkaitan dengan berbagai prinsip dalam topik karier. Jika orang memahami berbagai prinsip ini, akan mudah bagi mereka untuk melepaskan apa yang seharusnya mereka lepaskan dalam kaitannya dengan karier selama proses mengejar kebenaran. Melepaskan hal-hal ini akan mudah bagi mereka karena mereka memahami aspek-aspek kebenaran ini. Namun, jika engkau tidak memahami kebenaran ini, akan sangat sulit bagimu untuk melepaskan hal-hal ini. Mari kita persekutukan satu per satu keempat prinsip tentang melepaskan karier ini.
Pertama, jangan melakukan kegiatan amal. Apa maksudnya jangan melakukan kegiatan amal? Memahami arti harfiah dari kata-kata ini sangatlah mudah. Engkau semua mungkin memiliki beberapa pemahaman tentang masalah amal, bukan? Misalnya, panti asuhan, tempat penampungan, dan organisasi amal lainnya di tengah masyarakat—semuanya adalah organisasi dan sebutan yang berkaitan dengan kegiatan amal. Jadi, dalam hal karier yang orang geluti, tuntutan pertama Tuhan adalah untuk mereka tidak melakukan kegiatan amal. Apa maksudnya? Maksudnya, orang tidak boleh melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan amal atau menggeluti industri apa pun yang berkaitan dengan kegiatan amal. Bukankah ini mudah dimengerti? Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, yang hidup dalam tubuh jasmani, yang memiliki keluarga dan kehidupan, serta membutuhkan uang untuk menafkahi dirimu sendiri dan keluargamu, engkau harus menggeluti suatu pekerjaan. Apa pun jenis pekerjaan yang kaugeluti, tuntutan pertama Tuhan terhadap manusia adalah jangan melakukan kegiatan amal. Engkau tidak boleh melakukan kegiatan amal karena engkau percaya kepada Tuhan, atau tidak boleh melakukan kegiatan amal demi mendapatkan mata pencaharianmu sendiri. Kegiatan amal bukanlah pekerjaan yang seharusnya kaugeluti. Kegiatan amal bukanlah pekerjaan yang dipercayakan Tuhan kepadamu, dan tentu saja bukan tugas yang dipercayakan Tuhan kepadamu. Hal-hal seperti kegiatan amal tidak ada kaitannya dengan orang yang percaya kepada Tuhan atau dengan mereka yang mengejar kebenaran. Sebaliknya, dapat dikatakan bahwa jika engkau melakukan kegiatan amal, Tuhan tidak akan mengingatnya. Sekalipun engkau melakukannya dengan baik dan memuaskan, hingga engkau mendapatkan pengakuan dari masyarakat dan bahkan dari saudara-saudari, Tuhan tidak akan mengakui atau mengingatnya. Tuhan tidak akan mengingatmu, atau pada akhirnya memberkatimu, ataupun membuat pengecualian dan mengizinkanmu memperoleh keselamatan, atau memberimu tempat tujuan yang indah karena engkau pernah melakukan kegiatan amal, karena engkau pernah menjadi seorang dermawan yang baik, membantu banyak orang, melakukan banyak perbuatan baik, memberi manfaat bagi banyak orang, atau bahkan menyelamatkan banyak orang. Artinya, melakukan kegiatan amal bukanlah syarat yang diperlukan untuk diselamatkan. Jadi, apa sajakah yang termasuk dalam kegiatan amal? Sebenarnya, pada taraf berbeda, semua orang memiliki satu atau dua hal dalam pikiran mereka yang secara pasti dapat dianggap sebagai sejenis kegiatan amal. Sebagai contoh, mengadopsi anjing liar. Karena beberapa negara tidak memiliki kontrol yang ketat terhadap binatang peliharaan, atau karena kondisi ekonomi yang buruk, engkau sering melihat anjing liar di jalanan atau di area tertentu. Apa yang dimaksud dengan "anjing liar"? Artinya, ada orang-orang yang secara finansial tidak mampu memelihara anjing mereka atau tidak ingin melakukannya, jadi mereka menelantarkannya, atau mungkin anjingnya tersesat karena alasan tertentu, dan kini berkeliaran di jalanan. Engkau mungkin berpikir, "Aku percaya kepada Tuhan, jadi aku harus mengadopsi binatang-binatang ini, karena melakukan perbuatan baik adalah maksud Tuhan, itu adalah sesuatu yang membawa kemuliaan bagi nama Tuhan, dan itu adalah tanggung jawab yang seharusnya dipikul oleh orang yang percaya kepada Tuhan. Itu adalah kewajiban yang tidak boleh dilalaikan." Jadi, ketika engkau melihat anjing atau kucing liar, engkau membawa mereka pulang dan mengadopsi mereka, hidup dengan hemat agar dapat membelikan mereka makanan. Ada orang-orang yang bahkan menyisihkan gaji dan biaya hidup mereka untuk hal ini, dan mereka akhirnya mengadopsi lebih banyak anjing dan kucing, dan harus mengontrak rumah. Akibatnya, uang untuk biaya hidup mereka makin tidak mencukupi, dan gaji mereka tidak mampu lagi membiayainya, jadi mereka tidak punya pilihan selain meminjam uang. Namun, sesulit apa pun keadaannya, mereka merasa bahwa ini adalah kewajiban yang tidak boleh mereka lalaikan, tanggung jawab yang tidak boleh mereka tinggalkan, dan mereka harus menganggapnya sebagai perbuatan baik dan melakukannya dengan sebagaimana mestinya. Mereka mengira bahwa mereka sedang menerapkan kebenaran dan menjunjung tinggi prinsip. Mereka menghabiskan banyak uang, tenaga, dan waktu untuk mengadopsi kucing dan anjing liar ini agar dapat melakukan kegiatan amal, dan hati mereka merasa sangat tenang dan puas, mereka merasa sangat bangga akan diri mereka sendiri, dan ada orang-orang yang bahkan berpikir, "Ini memuliakan Tuhan, aku mengadopsi makhluk ciptaan Tuhan—ini adalah perbuatan baik yang tak ternilai, dan Tuhan pasti akan mengingatnya." Apakah pemikiran ini benar? (Tidak.) Tuhan tidak memercayakan tugas ini kepadamu. Ini bukan kewajiban atau tanggung jawabmu. Jika engkau menemukan kucing atau anjing liar dan engkau menyukainya, mengadopsi satu atau dua ekor tidak masalah. Namun, jika engkau menganggap mengadopsi binatang liar sebagai bentuk kegiatan amal, dan meyakini bahwa melakukan kegiatan amal adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh orang yang percaya kepada Tuhan, maka engkau salah besar. Ini adalah pengertian dan pemahaman yang menyimpang.
Ada juga orang-orang yang, karena merasa memiliki kemampuan untuk bertahan hidup, menggunakan sedikit uang lebih yang mereka miliki untuk membantu orang-orang miskin di sekitar mereka. Mereka memberi orang-orang miskin itu pakaian, makanan, kebutuhan sehari-hari, bahkan uang, menganggap ini sebagai kewajiban yang harus mereka penuhi. Bahkan mereka mungkin menampung beberapa orang miskin di rumah mereka, memberitakan Injil kepada mereka, dan memberi uang untuk mereka belanjakan. Orang-orang miskin ini mau percaya kepada Tuhan, dan setelah itu, mereka memberi orang-orang miskin ini makanan dan tempat tinggal, mengira mereka telah memenuhi tugas dan kewajiban mereka sendiri. Ada juga orang-orang yang melihat adanya beberapa anak yatim piatu di tengah masyarakat yang belum diadopsi. Mereka memiliki sedikit uang lebih, jadi mereka pergi dan membantu anak-anak yatim piatu ini, mendirikan rumah penampungan dan panti asuhan, dan mengadopsi anak yatim piatu itu. Setelah mengadopsi anak-anak tersebut, mereka menyediakan makanan, tempat tinggal, dan pendidikan, dan bahkan membesarkan mereka hingga dewasa. Mereka tidak hanya terus melakukan hal ini, mereka juga mewariskannya kepada generasi berikutnya. Mereka yakin bahwa ini adalah perbuatan baik yang tak ternilai, sesuatu yang pasti diberkati, dan suatu perbuatan yang layak diingat Tuhan. Bahkan saat memberitakan Injil, ada orang-orang yang melihat calon penerima Injil dari daerah-daerah miskin yang mau percaya dan merasa terdorong untuk membantu dan memberikan sedekah kepada mereka. Namun, mengabarkan Injil artinya memberitakan Injil, ini bukanlah kegiatan amal atau memberikan bantuan. Tujuan memberitakan Injil adalah untuk membawa mereka yang mampu memahami firman Tuhan dan menerima kebenaran, yaitu para domba Tuhan, ke dalam rumah-Nya, ke dalam hadirat-Nya, memberi mereka kesempatan untuk diselamatkan. Memberitakan Injil bukanlah tentang membantu orang-orang miskin agar mereka mempunyai sesuatu untuk dimakan dan dikenakan, agar mereka dapat hidup normal dan tidak menderita kelaparan. Oleh karena itu, dari sudut pandang apa pun dan dalam hal apa pun, entah itu menolong binatang peliharaan atau binatang liar, entah itu membantu orang-orang miskin atau mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka, melakukan kegiatan amal bukanlah hal yang Tuhan tuntut sebagai bagian dari tugas, tanggung jawab, atau kewajiban yang harus orang penuhi. Hal ini tidak ada kaitannya dengan percaya kepada Tuhan dan menerapkan kebenaran. Jika orang memiliki hati yang baik dan mau melakukan hal ini, atau terkadang tanpa sengaja bertemu dengan orang-orang tertentu yang membutuhkan bantuan, mereka boleh membantu jika mereka mampu. Namun, engkau tidak boleh memandang ini sebagai tugas yang Tuhan percayakan kepadamu. Jika engkau memiliki kemampuan dan keadaanmu memungkinkan, engkau boleh membantu sesekali, tetapi ini hanya merepresentasikan dirimu secara pribadi, bukan merepresentasikan rumah Tuhan, dan ini tentunya bukanlah tuntutan Tuhan. Tentu saja, dengan engkau melakukan hal ini, bukan berarti engkau telah melakukan maksud Tuhan, dan tentunya bukan berarti engkau sedang menerapkan kebenaran. Ini hanya merepresentasikan perilaku pribadimu. Jika engkau melakukannya sesekali, Tuhan tidak akan menghukummu karenanya, tetapi Dia juga tidak akan mengingatnya—itu saja. Jika engkau mengubah kegiatan amal ini menjadi karier, membuka panti jompo, rumah penampungan, panti asuhan, tempat penampungan binatang, atau bahkan berinisiatif menggalang dana dari saudara-saudari di gereja atau dari masyarakat pada saat terjadi bencana untuk disumbangkan kepada daerah atau orang-orang yang terkena dampak bencana, apakah menurutmu hal yang kaulakukan itu sangat baik? Selain itu, ada orang-orang yang, ketika suatu daerah mengalami gempa bumi, banjir, atau bencana alam lainnya atau bencana akibat ulah manusia, mendatangi gereja untuk meminta sumbangan dari saudara-saudari. Yang lebih parah lagi, bahkan ada orang-orang yang menggunakan uang persembahan gereja untuk membantu daerah-daerah dan orang-orang yang terkena bencana. Mereka meyakini bahwa ini adalah kewajiban setiap orang percaya, dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh gereja sebagai organisasi sosial di tengah masyarakat. Mereka menganggap hal ini sebagai tugas yang benar untuk dilakukan, bukan saja meminta sumbangan dari saudara-saudari, tetapi juga mendesak gereja untuk mengalokasikan uang persembahan untuk membantu daerah-daerah yang dilanda bencana ini. Apa pendapatmu tentang hal ini? (Ini buruk.) Apakah hanya sekadar buruk? Diskusikanlah sifat masalah ini. (Uang persembahan dimaksudkan untuk penyebarluasan Injil, untuk memperluas pekerjaan penginjilan. Uang persembahan tidak dimaksudkan untuk membantu korban bencana atau membantu orang miskin.) (Bantuan untuk korban bencana tidak ada kaitannya dengan kebenaran; melakukannya tidak menunjukkan bahwa kebenaran sedang diterapkan, dan tentu saja hal ini tidak menunjukkan terjadinya perubahan watak.) Ada orang-orang yang menganggap bahwa karena semua orang tinggal di planet yang sama, penduduk bumi membentuk satu keluarga besar, dan ketika satu pihak sedang berada dalam kesulitan, pihak lainnya harus bersatu untuk memberikan bantuan. Mereka berpendapat bahwa mereka harus membantu semaksimal mungkin agar orang-orang yang berada di daerah bencana merasakan kehangatan dari sesama manusia, dan mengalami kehangatan serta menerima bantuan dari gereja. Mereka menganggap ini sebagai perbuatan baik yang tak ternilai, tindakan yang menghormati Tuhan, dan kesempatan yang luar biasa untuk bersaksi tentang Tuhan. Ada orang-orang yang merasa tidak bersemangat dan tidak termotivasi ketika engkau meminta mereka untuk berpaut pada prinsip saat melaksanakan tugas dan menyelaraskan penerapan mereka dengan firman Tuhan dan pengaturan kerja. Mereka tidak merenungkan hal-hal ini di dalam hati mereka. Sedangkan dalam hal menggunakan uang persembahan untuk memberi bantuan kepada orang di negara-negara miskin atau terbelakang, membelikan mereka peralatan untuk melaksanakan tugas, dan membantu mereka menjalani kehidupan yang cukup makanan dan pakaian, mereka menjadi sangat antusias dan bersemangat untuk mulai bekerja, ingin berbuat lebih banyak lagi. Mengapa mereka begitu bersemangat? Karena mereka ingin menjadi dermawan yang baik. Begitu mereka disebut dermawan yang baik, mereka mulai merasa diri mereka sangat luhur. Mereka merasa adalah suatu kehormatan untuk mengorbankan upaya mereka demi kehidupan sehari-hari orang-orang miskin ini dan menggunakan terang dan kehangatan mereka sendiri. Mereka merasa sangat bersemangat tentang hal itu, dan akibatnya ada orang-orang yang sangat bersedia untuk terlibat dalam kegiatan ini. Namun, apa tujuan di balik kerelaan yang luar biasa untuk melakukan hal-hal ini? Apakah tujuannya benar-benar untuk menghormati Tuhan? Apakah Tuhan membutuhkan penghormatan seperti ini? Apakah Tuhan membutuhkan kesaksian seperti ini? Mungkinkah nama Tuhan akan dipermalukan jika engkau tidak memberikan uang atau memberikan bantuan? Akankah Tuhan kehilangan kemuliaan-Nya? Mungkinkah Tuhan akan dimuliakan ketika engkau melakukan hal ini? Akankah Dia dipuaskan? Benarkah demikian? (Tidak.) Jadi apa tujuan mereka melakukannya? Mengapa orang-orang ini begitu rela melakukan hal ini? Apakah niat mereka adalah untuk memuaskan kesombongan mereka sendiri? (Ya.) Tujuannya adalah untuk mendapatkan pujian dari orang-orang yang telah mereka bantu, untuk dipuji atas kemurahan hati, keluhuran, dan kekayaan mereka. Ada orang-orang yang selalu memiliki jiwa kepahlawanan: mereka ingin menjadi juruselamat. Mengapa engkau tidak menyelamatkan dirimu sendiri? Tahukah engkau siapa dirimu? Jika engkau memiliki kemampuan untuk menyelamatkan orang lain, mengapa engkau tidak mampu menyelamatkan dirimu sendiri? Jika engkau begitu murah hati, mengapa tidak menjual dirimu sendiri dan memberikan uangnya kepada orang-orang tersebut untuk membantu mereka? Mengapa menggunakan uang persembahan? Jika engkau memiliki kemampuan ini, engkau seharusnya berhenti makan dan minum, atau hanya makan satu kali sehari, dan menggunakan uang yang kautabung untuk membantu orang-orang itu, agar mereka bisa makan enak dan berpakaian hangat. Mengapa engkau menyalahgunakan uang persembahan bagi Tuhan? Bukankah ini berarti bermurah hati dengan mengorbankan rumah Tuhan? (Ya.) Bermurah hati dengan mengorbankan rumah Tuhan, mendapatkan gelar "dermawan yang baik" dari orang lain, memuaskan hasrat sombongmu yang ingin merasa dibutuhkan oleh orang lain—bukankah ini tidak tahu malu? (Ya.) Karena melakukan hal ini tidak tahu malu, apakah engkau boleh melakukannya atau tidak? (Tidak boleh.) Penyebarluasan Injil yang rumah Tuhan lakukan pada dasarnya bukanlah melakukan kegiatan amal; penyebarluasan Injil adalah tentang mencari domba yang mampu memahami firman Tuhan, membawa orang-orang ini kembali ke dalam hadirat Tuhan, menerima hajaran dan penghakiman Tuhan, dan menerima penyelamatan Tuhan. Ini berarti bekerja sama dengan rencana pengelolaan Tuhan untuk menyelamatkan manusia, bukan melakukan kegiatan amal, bukan memberikan bantuan atau memberitakan Injil di mana pun ada kemiskinan. Tindakan melakukan kegiatan amal dengan kedok mengabarkan Injil, untuk memastikan orang-orang ini mendapat makanan dan pakaian yang layak, menggunakan teknologi modern, dan menikmati kehidupan modern—dapatkah tindakan seperti ini menyelamatkan manusia? Tindakan semacam itu tidak dapat mencapai tujuan pengabaran Injil dan menyelamatkan manusia. Mengabarkan Injil bukanlah melakukan kegiatan amal; mengabarkan Injil adalah tentang memenangkan hati orang, membawa orang ke hadapan Tuhan, memampukan mereka untuk menerima kebenaran dan diselamatkan—ini bukan tentang memberi bantuan. Karena kebutuhan pekerjaan di gereja, ada orang-orang yang meninggalkan pekerjaan dan keluarga mereka untuk berfokus penuh waktu pada tugas mereka, dan rumah Tuhan menyediakan biaya hidup bagi mereka. Namun, ini bukanlah bantuan, juga bukan melakukan pekerjaan amal. Ketika rumah Tuhan mengabarkan Injil dan mendirikan gereja, rumah Tuhan tidak mendirikan lembaga kesejahteraan atau tempat penampungan. Ini bukan tentang menggunakan manfaat atau dana ini untuk menyuap orang atau membiarkan mereka masuk ke dalam rumah Tuhan untuk menghabiskan makanan dan minuman. Rumah Tuhan tidak memberi makan para parasit atau pengemis, juga tidak menampung gelandangan atau anak yatim piatu, atau memberi bantuan kepada orang-orang yang tidak punya apa pun untuk dimakan. Jika ada orang yang tidak mampu membeli makanan, itu karena mereka malas atau tidak cakap bekerja. Itu kesalahan mereka sendiri, dan itu tidak ada kaitannya pengabaran Injil yang kita lakukan. Kita mengabarkan Injil untuk memenangkan jiwa, untuk memenangkan mereka yang mampu memahami firman Tuhan dan mampu menerima kebenaran, bukan untuk melihat siapa yang miskin, siapa yang patut dikasihani, siapa yang tertindas, atau siapa yang kesepian, sehingga kita dapat menampung atau membantu mereka. Mengabarkan Injil memiliki prinsip dan standarnya sendiri, dan ada persyaratan serta standar bagi calon penerima Injil. Ini bukan tentang mencari pengemis. Jadi, jika engkau menganggap mengabarkan Injil berarti melakukan kegiatan amal, engkau salah. Atau jika engkau menganggap ketika engkau melaksanakan tugas mengabarkan Injil dan terlibat dalam pekerjaan ini, engkau sedang terlibat dalam kegiatan amal, itu jauh lebih keliru. Arah ini dan juga titik awal seperti ini pada dasarnya salah. Jika ada orang yang memiliki sudut pandang seperti itu atau melakukan sesuatu ke arah seperti itu, mereka harus segera mengoreksi dan mengubah sudut pandang mereka. Tuhan tidak pernah mengasihani orang miskin atau orang yang tertindas di lapisan terbawah masyarakat. Kepada siapa Tuhan berbelaskasihan? Setidaknya, Tuhan pasti berbelaskasihan kepada orang yang percaya kepada-Nya, kepada orang yang mampu menerima kebenaran. Jika engkau tidak mengikuti Tuhan, dan engkau menentang serta menghujat Tuhan, akankah Tuhan berbelaskasihan kepadamu? Ini tidak mungkin. Oleh karena itu, orang tidak boleh secara keliru berpikir, "Tuhan adalah Tuhan yang penuh belas kasihan. Dia mengasihani orang yang tertindas, yang tidak populer, diremehkan, diasingkan, dan tidak memiliki teman di tengah masyarakat. Tuhan mengasihani mereka semua, dan Tuhan membiarkan mereka masuk ke dalam rumah-Nya." Ini salah! Ini adalah gagasan dan imajinasimu. Tuhan tidak pernah mengatakan atau melakukan hal-hal seperti itu. Itu hanyalah angan-anganmu sendiri, gagasanmu tentang kebaikan manusia, yang tidak ada kaitannya dengan kebenaran. Lihatlah orang-orang yang Tuhan pilih dan bawa ke dalam rumah-Nya. Apa pun kelas sosial mereka, apakah Tuhan mengasihani atau merasa kasihan kepada seseorang karena mereka tidak punya apa pun untuk dimakan, dan membawa mereka ke dalam rumah-Nya? Tidak seorang pun yang seperti itu. Sebaliknya, orang-orang yang dipilih oleh Tuhan, apa pun kelas sosial mereka—meskipun mereka adalah para petani—tak seorang pun di antara mereka yang tidak memiliki apa pun untuk dimakan, dan tidak ada pengemis di antara mereka. Ini merupakan bukti berkat Tuhan. Jika Tuhan telah memilihmu, dan engkau adalah salah seorang umat pilihan Tuhan, Dia tidak akan membiarkanmu menjadi sedemikian miskinnya sampai-sampai engkau tidak mampu membeli makanan, atau sampai pada titik di mana engkau harus mengemis untuk membeli makanan. Sebaliknya, Tuhan akan memberimu pakaian dan makanan yang berlimpah. Ada orang-orang yang percaya kepada Tuhan, yang selalu memiliki kesalahpahaman tertentu. Apa yang mereka pikirkan? "Mayoritas orang yang percaya kepada Tuhan berasal dari lapisan masyarakat terbawah, dan ada yang bahkan mungkin adalah pengemis." Benarkah demikian? (Tidak.) Bahkan ada orang yang menyebarkan kabar bohong bahwa Aku dahulu adalah seorang pengemis. Aku berkata, "Jika demikian, pernahkah Aku mengenakan baju yang terbuat dari karung atau membawa tongkat? Jika engkau berkata dahulu Aku adalah pengemis, mengapa Aku tidak mengetahuinya?" Diri-Kulah yang sedang kita bicarakan, tetapi Aku sendiri pun tidak tahu; ini sama sekali tidak masuk akal! Ketika Tuhan berfirman, "Serigala punya lubang, dan burung di udara punya sarang; tetapi Anak Manusia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya", apa maksudnya? Apakah Tuhan berkata bahwa Dia menjadi seorang pengemis? Apakah Dia berkata bahwa Dia tidak disokong dan tidak mampu membeli makanan? (Tidak.) Bukan itu maksud dari pernyataan-Nya. Jadi, apa maksud dari pernyataan tersebut? Maksudnya adalah dunia dan manusia telah meninggalkan Tuhan; ini memperlihatkan bahwa tidak ada tempat bagi Tuhan, dan Tuhan datang untuk menyelamatkan manusia, tetapi manusia tidak menerima-Nya. Tak seorang pun mau menerima Tuhan. Pernyataan ini merujuk pada sisi buruk manusia yang rusak dan mencerminkan penderitaan yang ditanggung oleh Tuhan yang berinkarnasi di dunia manusia. Ketika Tuhan mengatakan ini, ada orang-orang yang berpikir, "Tuhan menyukai pengemis, dan kita jauh lebih baik daripada pengemis, jadi status kita lebih tinggi di mata Tuhan." Akibatnya, mereka rela membantu pengemis. Ini sepenuhnya merupakan kesalahpahaman di pihak manusia, ini adalah pemikiran dan sudut pandang manusia yang keliru. Pernyataan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan esensi Tuhan, watak-Nya, atau belas kasihan dan kasih-Nya.
Ada orang-orang yang berkata, "Engkau membahas tentang melepaskan 'karier' dalam topik perlunya orang melepaskan pengejaran, cita-cita, dan keinginan mereka, dan Engkau menyuruh orang agar jangan melakukan kegiatan amal. Namun, mengapa Engkau selalu menekankan untuk memperlakukan binatang dengan baik dan tidak menyakiti mereka? Apa maksudnya? Anjing dan kucing bahkan dipelihara di rumah Tuhan, dan orang tidak boleh menyakiti mereka." Katakan kepada-Ku, apakah ada perbedaan antara hal ini dan melakukan kegiatan amal? Apakah keduanya hal yang sama? (Tidak, keduanya tidak sama.) Apa sedang yang terjadi di sini? (Tidak menyakiti berbagai jenis binatang adalah perwujudan manusia normal.) Ini adalah perwujudan manusia normal. Jadi, penerapan dan perwujudan seperti apa yang manusia normal perlihatkan? (Karena orang telah memutuskan untuk memelihara binatang-binatang itu, mereka harus memenuhi tanggung jawab mereka.) Memenuhi tanggung jawab mereka—adakah yang lebih spesifik? (Mereka harus merawatnya.) Itu adalah tindakan yang spesifik. Prinsip apa yang harus diikuti? Ini ada kaitannya dengan kebenaran. Biar Kujelaskan, dan engkau semua mendengarkan dan memahami apakah hal ini ada kaitannya dengan kebenaran atau tidak. Kepedulian terhadap makhluk ciptaan Tuhan adalah perwujudan manusia normal. Secara spesifik, ini berarti engkau memenuhi tanggung jawabmu terhadap mereka dan merawat mereka dengan baik. Karena engkau telah memutuskan untuk memelihara mereka, engkau harus memenuhi tanggung jawabmu. Binatang peliharaan dimaksudkan untuk dipelihara dan dirawat oleh manusia. Binatang peliharaan tidak sama seperti binatang liar yang tidak membutuhkanmu untuk merawat mereka. Sikap hormat dan kepedulian terbesar yang dapat kauperlihatkan kepada binatang liar adalah dengan menghindarkan dirimu agar tidak merusak habitat mereka dengan sengaja dan tidak memburu atau membunuh mereka. Sedangkan untuk unggas peliharaan, ternak, atau binatang peliharaan yang boleh dipelihara orang di rumahnya, karena engkau telah memutuskan untuk memelihara mereka, engkau harus memenuhi tanggung jawabmu. Dengan kata lain, berdasarkan keadaanmu, temanilah mereka sebentar jika engkau punya waktu, dan jika engkau sedang sibuk, pastikan mereka diberi makan dan merasa nyaman. Intinya, engkau harus menghargai mereka. Apa artinya menghargai mereka? Hormatilah kehidupan yang telah Tuhan ciptakan dan rawatlah makhluk ciptaan-Nya. Hargailah mereka, rawatlah mereka: ini bukan kegiatan amal, ini artinya memperlakukan mereka dengan benar. Apakah ini sebuah prinsip? (Ya.) Ini bukan melakukan kegiatan amal. Apa yang dimaksud dengan kegiatan amal? Kegiatan amal bukanlah tentang memenuhi tanggung jawab atau menghargai kehidupan. Ini adalah tentang melampaui batas kemampuan dan tenagamu dan menjadikannya sebagai karier. Ini tidak ada kaitannya dengan memelihara binatang peliharaan. Jika orang bahkan tidak mampu memperlihatkan kasih sayang atau tanggung jawab paling dasar terhadap binatang peliharaan yang mereka pelihara, orang macam apa mereka? Apakah mereka memiliki kemanusiaan? (Mereka tidak memiliki kemanusiaan.) Setidaknya, orang ini tidak memiliki kemanusiaan. Sebenarnya, anjing dan kucing tidak banyak menuntut manusia. Sedalam apa pun engkau memberi mereka kasih sayang atau apakah engkau menyukai mereka atau tidak, setidaknya, engkau harus bertanggung jawab untuk merawat mereka, engkau harus memberi mereka makan tepat waktu, dan tidak menganiaya mereka—itu sudah cukup. Bergantung pada keadaanmu secara ekonomi, makanan atau lingkungan hidup apa pun yang mampu kauberikan, harus kauberikan kepada mereka. Itu saja. Kondisi lingkungan untuk mereka bertahan hidup tidak menuntut banyak. Engkau tidak boleh menganiaya mereka. Jika orang bahkan tidak mampu memiliki sedikit kasih sayang ini, itu memperlihatkan betapa kurangnya kemanusiaan mereka. Apa yang dimaksud dengan menganiaya? Memukuli dan memarahi mereka tanpa alasan, tidak memberi mereka makanan yang mereka butuhkan, tidak memenuhi kebutuhan mereka untuk berjalan-jalan di luar rumah, dan tidak merawat mereka ketika sakit. Jika engkau sedang sedih atau suasana hatimu sedang buruk, engkau melampiaskan amarahmu dengan memukuli dan memarahi mereka. Engkau memperlakukan mereka dengan cara yang tidak manusiawi. Itulah yang dimaksud dengan menganiaya. Jika engkau tidak menganiaya dan mampu benar-benar memenuhi tanggung jawabmu, itu sudah cukup. Jika engkau bahkan tidak memiliki sedikit pun belas kasihan untuk memenuhi tanggung jawabmu, engkau seharusnya tidak memiliki binatang peliharaan. Engkau harus melepaskannya, mencari orang yang menyukainya dan membiarkan dia yang mengurusnya, memberinya kesempatan untuk hidup. Ada orang-orang yang memelihara anjing, bahkan tidak mampu menahan diri untuk tidak menganiaya anjingnya tersebut. Mereka memelihara anjing dengan tujuan semata-mata untuk melampiaskan rasa frustrasi mereka, menggunakan anjing-anjing ini sebagai pelampiasan ketika suasana hati mereka sedang buruk atau sedih dan mereka memerlukan pelampiasan. Mereka tidak berani memukul atau memarahi orang lain, mereka takut akan akibat dan tanggung jawab yang harus mereka tanggung. Kebetulan mereka memiliki binatang peliharaan di rumah yaitu seekor anjing, sehingga mereka melampiaskan rasa frustrasi mereka kepada anjing tersebut, karena bagaimanapun juga, anjing tersebut tidak mengerti dan tidak berani melawan. Orang semacam ini tidak memiliki kemanusiaan. Ada juga orang yang memelihara anjing dan kucing tetapi tidak mampu memenuhi tanggung jawab mereka. Jika engkau tidak menyukainya, maka jangan memiliki binatang peliharaan. Namun, jika engkau memutuskan untuk memeliharanya, engkau harus memenuhi tanggung jawabmu. Anjing tersebut memiliki kebutuhan hidup dan kebutuhan emosionalnya sendiri. Dia membutuhkan air jika haus dan makanan jika lapar. Dia juga perlu dekat dengan orang-orang dan dihibur oleh mereka. Jika suasana hatimu sedang buruk dan engkau berkata, "Aku tak punya waktu untuk memperhatikanmu, pergilah!"—itu bukan perlakuan yang baik untuk binatang peliharaan. Apakah orang semacam ini memiliki hati nurani atau nalar? (Tidak.) Ada orang-orang yang berkata, "Sudah berapa lama sejak terakhir kali kau memandikan anjing dan kucingmu? Mereka sangat kotor!" "Huh, memandikan mereka? Aku bahkan tidak tahu siapa yang akan memandikanku. Aku sudah berhari-hari tidak mandi dan tak seorang pun peduli!" Apakah ini manusiawi atau mencerminkan kepekaan manusia? (Tidak.) Entah suasana hati mereka sedang baik atau tidak, ketika seekor kucing atau anjing datang mendekati dan menggosok-gosokkan tubuhnya dengan penuh kasih sayang ke tubuh mereka, mereka malah menendangnya dengan kaki mereka, sambil berkata, "Pergi kau pengganggu! Seperti penagih utang saja, selalu ada masalah saat kau ada. Kau hanya ingin makan atau minum. Aku sedang tak ingin bermain denganmu!" Jika engkau bahkan tidak memiliki sedikit pun rasa belas kasihan, maka engkau seharusnya tidak memiliki binatang peliharaan apa pun. Engkau harus segera melepaskannya. Kucing atau anjing itu sedang menderita karena dirimu! Engkau terlalu egois dan tidak pantas memiliki binatang peliharaan. Setiap kali engkau memelihara kucing atau anjing, makanan dan minuman mereka bergantung pada perawatanmu. Engkau seharusnya memahami prinsip ini. Mengapa engkau bersaing dengan binatang? Engkau berkata, "Tidak ada orang yang memandikanku, siapa yang akan memandikanku?" Siapa yang akan memandikanmu? Engkau adalah manusia. Engkau harus memandikan dirimu sendiri. Engkau mampu merawat dirimu sendiri, tetapi kucing dan anjing membutuhkan perawatanmu karena engkau yang membesarkan mereka, dan karena engkau yang membesarkan mereka, engkau wajib untuk merawat mereka. Jika engkau bahkan tidak mampu memenuhi kewajiban ini, engkau tidak layak untuk memelihara mereka. Untuk apa bersaing dengan mereka? Engkau bahkan berkata, "Aku merawatmu, tetapi siapa yang merawatku? Ketika kau sedang sedih, kau datang kepadaku untuk mencari penghiburan. Saat aku merasa sedih, siapa yang menghiburku?" Bukankah engkau adalah manusia? Manusia seharusnya mengatur diri sendiri dan menyesuaikan diri sendiri. Kucing dan anjing jauh lebih sederhana: mereka tidak mampu mengatur diri sendiri, jadi mereka membutuhkan manusia untuk menghibur mereka. Inilah perbedaan antara caramu memperlakukan binatang dan melakukan kegiatan amal. Apa prinsip untuk memperlakukan binatang? Hargailah kehidupan, hormatilah kehidupan, dan jangan menganiaya mereka. Dalam memperlakukan segala sesuatu yang telah Tuhan ciptakan, ikutilah hukum alamnya, perlakukanlah berbagai makhluk ciptaan Tuhan dengan benar sesuai dengan hukum yang telah Dia tetapkan, jagalah hubungan yang baik dengan segala jenis makhluk hidup, dan jangan merusak atau menghancurkan habitat mereka. Inilah prinsip-prinsip untuk menghormati dan menghargai kehidupan. Namun, prinsip menghormati dan menghargai kehidupan bukanlah tentang melakukan kegiatan amal. Ini adalah prinsip hukum universal yang ditetapkan oleh Tuhan yang harus dipatuhi oleh semua makhluk ciptaan. Namun, mengikuti prinsip ini tidak sama dengan melakukan kegiatan amal.
Namun, ada orang-orang yang bertanya, "Dalam hal karier, mengapa Tuhan tidak memperbolehkan kita melakukan kegiatan amal? Jika Dia tidak memperbolehkan kita melakukan kegiatan amal, jadi apa yang harus dilakukan di tengah masyarakat terhadap orang atau makhluk hidup yang membutuhkan bantuan tersebut? Siapa yang akan membantu mereka?" Siapa pun yang datang membantu mereka, adakah kaitannya dengan dirimu? (Itu tidak ada kaitannya dengan kami.) Bukankah engkau adalah bagian dari umat manusia? Apakah hal itu ada kaitannya dengan dirimu? (Tidak, itu bukanlah misi manusia.) Benar, ini bukanlah misimu, juga bukan misi yang Tuhan telah percayakan kepadamu. Apakah misimu? Misimu adalah melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, mendengarkan firman Tuhan, menaati firman Tuhan, menerima kebenaran untuk memperoleh keselamatan, melakukan apa yang Tuhan perintahkan kepadamu, dan tidak melakukan hal-hal yang tidak Tuhan perintahkan kepadamu. Siapa yang akan mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan amal? Siapa yang akan mengurusnya, itu bukanlah urusanmu. Apa pun yang terjadi, engkau tidak perlu mengurus atau mengkhawatirkan hal-hal tersebut. Entah itu pemerintah atau berbagai organisasi masyarakat yang menangani urusan amal, hal ini tidak menjadi topik perhatian kita. Singkatnya, mereka yang percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran seharusnya mengikuti jalan Tuhan dan menjadikan kehendak-Nya sebagai standar, tujuan dan arah penerapan mereka. Ini adalah sesuatu yang harus orang pahami, dan ini adalah kebenaran abadi yang tidak akan pernah berubah. Tentu saja, sesekali melakukan sesuatu untuk membantu orang lain bukanlah sebuah karier; itu adalah tindakan yang dilakukan sesekali, dan Tuhan tidak akan marah terhadapmu. Ada orang-orang yang bertanya, "Bukankah Tuhan mengingat hal-hal semacam itu?" Tuhan tidak mengingat hal-hal semacam itu. Jika engkau pernah memberikan uang kepada pengemis atau seseorang yang tidak punya uang untuk membayar ongkos kendaraan pulang, atau membantu seorang tunawisma; jika engkau hanya sesekali melakukan hal semacam ini, atau bahkan melakukannya beberapa kali di sepanjang hidupmu, maka bagi Tuhan, apakah Dia mengingat hal-hal semacam itu? Tidak, Tuhan tidak mengingat hal-hal semacam itu. Jadi, bagaimana Tuhan menilai tindakan seperti ini? Tuhan tidak mengingatnya, juga tidak mengutuknya—Dia tidak menghargai tindakan seperti ini. Mengapa? Karena hal-hal tersebut tidak ada kaitannya dengan mengejar kebenaran. Hal-hal ini adalah tindakan pribadi yang tidak ada kaitannya dengan mengikuti jalan Tuhan atau melakukan kehendak-Nya. Jika engkau secara pribadi bersedia melakukannya, jika engkau melakukan sesuatu yang baik karena dorongan niat baik sesaat atau karena dorongan hati nuranimu yang bersifat sementara, atau jika engkau melakukan sesuatu yang baik karena semangat atau dorongan hatimu, entah engkau menyesalinya di kemudian hari atau tidak, entah engkau menerima upah atau tidak, itu tidak ada kaitannya dengan mengikuti jalan Tuhan atau melakukan kehendak-Nya. Tuhan tidak mengingatnya, Dia juga tidak menghukummu karenanya. Apa maksudnya Tuhan tidak mengingatnya? Itu berarti Tuhan tidak akan mengecualikanmu dari hajaran dan penghakiman-Nya selama proses engkau berusaha memperoleh keselamatan karena engkau pernah melakukan hal ini, Dia juga tidak akan membuat pengecualian dan membiarkanmu diselamatkan karena engkau pernah melakukan beberapa perbuatan baik atau kegiatan amal. Apa maksudnya Tuhan tidak menghukummu karena melakukan hal itu? Itu berarti perbuatan-perbuatan baik yang kaulakukan itu tidak ada kaitannya dengan kebenaran, perbuatan-perbuatan baik tersebut hanya merepresentasikan perilaku baikmu sendiri, semua itu tidak bertentangan dengan ketetapan administratif Tuhan, juga tidak melanggar kepentingan siapa pun. Tentu saja, perbuatan-perbuatan baik tersebut tidak mempermalukan nama Tuhan, dan terlebih lagi tidak mempermuliakan nama-Nya. Yang kaulakukan itu tidak melanggar tuntutan Tuhan, juga tidak menentang maksud Tuhan, dan tentu saja tidak menunjukkan pemberontakan terhadap Tuhan. Jadi, Tuhan tidak akan menghukummu karena melakukannya, yang kaulakukan itu hanya merepresentasikan semacam perbuatan baik pribadi. Meskipun perbuatan baik semacam itu mungkin mendapat pujian dari dunia dan pengakuan dari masyarakat, di mata Tuhan, perbuatan baik tersebut tidak ada kaitannya dengan kebenaran. Tuhan tidak mengingatnya, dan Dia juga tidak menghukum orang karena melakukannya, yang berarti di hadapan Tuhan, tindakan-tindakan seperti ini tidak terlalu penting. Namun, ada satu kemungkinan, yaitu jika engkau menyelamatkan seseorang, dan memberikan kepadanya bantuan finansial atau sejenis bantuan materi, atau bahkan memberikan bantuan emosional, dan engkau membuat orang jahat tersebut berhasil dalam upayanya, memungkinkan orang itu melakukan lebih banyak kejahatan dan menimbulkan ancaman terhadap masyarakat dan manusia, sehingga menimbulkan kerugian tertentu, maka itu lain lagi persoalannya. Dalam hal kegiatan amal biasa, sudut pandang Tuhan adalah, Dia tidak mengingatnya, juga tidak mengutuknya. Namun, kenyataan bahwa Dia tidak mengingat atau mengutuk hal ini bukan berarti Tuhan mendukung atau mendorongmu untuk melakukan kegiatan amal. Apa pun yang terjadi, engkau diharapkan untuk tidak menghabiskan tenaga, waktu, dan uangmu untuk hal-hal yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan keselamatan atau penerapan kebenaran dan pelaksanaan tugasmu, karena ada hal-hal yang lebih penting untuk kaulakukan. Waktu, tenaga, dan hidupmu tidak dimaksudkan untuk melakukan kegiatan amal, dan tidak dimaksudkan untuk memamerkan karakter pribadi dan karismamu melalui berkarier dengan melakukan kegiatan amal. Khususnya mengenai mereka yang membuka pabrik, mengelola sekolah, atau menjalankan usaha dengan tujuan untuk menyediakan kebutuhan dasar bagi orang yang lebih miskin atau membantu mereka mewujudkan cita-cita, mereka melakukan hal-hal tersebut untuk membantu orang miskin. Jika engkau memutuskan untuk membantu orang miskin dengan cara-cara ini, itu pasti akan menghabiskan banyak waktu dan tenagamu. Pada akhirnya engkau akan menggunakan dan menghabiskan banyak waktu dan tenaga dalam hidupmu untuk tujuan ini, dan akibatnya engkau akan memiliki sedikit waktu untuk mengejar kebenaran; bahkan, engkau mungkin tidak akan punya waktu untuk mengejar kebenaran, dan tentu saja engkau akan kehilangan kesempatan untuk melaksanakan tugasmu sendiri. Sebaliknya, engkau akan memboroskan tenagamu untuk orang, peristiwa, dan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kebenaran atau pekerjaan gereja. Ini adalah perilaku yang bodoh. Perilaku bodoh ini pada dasarnya muncul karena ada orang-orang yang selalu ingin mengubah nasib manusia dan dunia melalui niat baik mereka sendiri dan dengan sedikit kemampuan mereka yang terbatas. Mereka ingin mengubah nasib manusia dengan usaha dan niat baik mereka sendiri. Ini adalah upaya yang bodoh. Karena ini adalah upaya yang bodoh, maka janganlah engkau melakukannya. Tentu saja, alasan engkau tidak melakukannya adalah karena engkau adalah orang yang mengejar kebenaran, karena engkau ingin mengejar kebenaran dan diselamatkan. Jika engkau berkata, "Aku tidak tertarik untuk diselamatkan, dan mengejar kebenaran itu tidak penting bagiku," maka engkau boleh melakukan apa pun yang kauinginkan. Mengenai kegiatan amal, jika itu adalah cita-cita dan pengejaranmu, jika engkau yakin bahwa dengan cara itulah engkau memperlihatkan nilai dirimu, bahwa kegiatan amal adalah satu-satunya hal yang dapat memperlihatkan nilai hidupmu, maka silakan kaulakukan hal itu. Engkau dapat menggunakan keterampilan dan kemampuan apa pun yang kaumiliki, tak seorang pun akan membatasimu. Dasar pemikiran yang kita persekutukan di sini untuk tidak melakukan kegiatan amal adalah, karena engkau ingin mengejar kebenaran dan memperoleh keselamatan, engkau harus melepaskan cita-cita dan keinginan untuk melakukan kegiatan amal. Jangan menjadikan kegiatan amal sebagai cita-cita dan keinginan hidupmu. Jangan melakukan kegiatan amal secara pribadi, dan rumah Tuhan juga tidak akan terlibat di dalamnya. Tentu saja, ada keadaan tertentu di rumah Tuhan, yaitu mengurus kehidupan beberapa saudara-saudari yang miskin. Hal ini dilakukan atas dasar pemikiran tertentu. Kurasa engkau semua mengetahui dasar pemikiran ini: ini bukanlah kegiatan amal, ini adalah pengaturan kerja internal di rumah Tuhan yang berkaitan dengan kehidupan saudara-saudari. Ini tidak ada kaitannya dengan melakukan kegiatan amal. Di rumah Tuhan, selain tidak melakukan kegiatan amal, juga tidak ada keterlibatan dalam kegiatan amal apa pun di tengah masyarakat; sebagai contoh, rumah Tuhan tidak membangun sekolah, membuka pabrik, atau menjalankan bisnis. Jika ada orang yang membuka pabrik, membangun sekolah, menjalankan bisnis, atau berpartisipasi dalam kegiatan komersial apa pun dengan alasan untuk mengamankan sumber daya ekonomi untuk menunjang kebutuhan operasional pekerjaan rumah Tuhan sehari-hari, semua ini bertentangan dengan ketetapan administratif rumah Tuhan dan harus dihentikan. Jadi, apa sumber keuangan untuk kebutuhan operasional rumah Tuhan? Tahukah engkau? Itu berasal dari apa yang dipersembahkan oleh saudara-saudari, dari persembahan untuk menunjang kebutuhan operasional pekerjaan rumah Tuhan sehari-hari. Apa maksudnya? Uang yang diberikan kepada Tuhan oleh saudara-saudari, semua yang mereka persembahkan kepada Tuhan, adalah persembahan, dan apa gunanya uang persembahan? Uang persembahan digunakan untuk menunjang kebutuhan operasional pekerjaan gereja sehari-hari. Tentu saja, ada berbagai biaya yang ada kaitannya dengan pekerjaan sehari-hari ini, dan biaya-biaya tersebut harus dikelola berdasarkan prinsip dan tidak boleh melanggar prinsip tersebut. Oleh karena itu, ketika pekerjaan gereja menghadapi masalah keuangan, dan ada beberapa pemimpin dan pekerja yang memboroskan uang persembahan dan menyebabkan kerugian besar pada uang persembahan tersebut, rumah Tuhan akan menjatuhkan hukuman yang berat kepada mereka. Mengapa akan ada hukuman berat? Mengapa setiap orang yang memboroskan uang persembahan tidak boleh dibiarkan begitu saja? (Karena uang persembahan dipersembahkan oleh saudara-saudari kepada Tuhan, dan hanya Tuhan yang boleh menikmatinya. Di sisi lain, uang persembahan ini dimaksudkan untuk menunjang kebutuhan operasional pekerjaan rumah Tuhan agar dapat berjalan dengan baik. Jika para pemimpin atau pekerja memboroskan uang persembahan tersebut, itu akan langsung mengakibatkan pekerjaan rumah Tuhan terkena dampaknya dan mengalami kerugian. Hal ini mengacaukan dan mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, jadi rumah Tuhan harus menjatuhkan hukuman yang berat.) Katakan kepada-Ku, haruskah rumah Tuhan menjatuhkan hukuman yang berat? (Ya.) Mengapa rumah Tuhan harus melakukan hal tersebut? Mengapa rumah Tuhan harus menjatuhkan hukuman yang berat? (Memboroskan uang persembahan adalah perilaku antikristus. Sikap seseorang terhadap uang persembahan mencerminkan sikapnya terhadap Tuhan. Jika orang tersebut sampai bisa memboroskan uang persembahan, itu menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan.) Engkau semua hanya mengatakan satu sisi dari masalah ini; masih ada prinsip-prinsip penting di dalamnya yang harus kita persekutukan.
Katakan kepada-Ku, mengapa orang yang memboroskan uang persembahan harus dihukum berat? Kita akan mempersekutukannya sekarang. Pertama-tama, mari kita membahas tentang dari mana uang persembahan berasal. Semua saudara-saudari tahu bahwa uang persembahan milik Tuhan diberikan kepada Tuhan oleh umat pilihan-Nya. Menurut ketetapan Alkitab, orang harus mempersembahkan sepersepuluh dari penghasilan mereka, meskipun tentu saja, ada banyak orang yang sekarang ini mempersembahkan lebih dari sepersepuluh, dan ada orang-orang kaya tertentu yang mempersembahkan lebih dari sepersepuluh. Selain itu, mengenai saudara-saudari yang miskin yang mempersembahkan sepersepuluh, berasal dari manakah uang mereka? Ada orang-orang yang menabung dengan hidup berhemat. Seperti di pedesaan dan di daerah pedalaman, ada orang-orang yang mempersembahkan sepersepuluh dari penghasilan mereka dari berjualan gandum, ada yang dari berjualan telur ayam, dan ada yang dari berjualan kambing dan ayam. Banyak orang hidup berhemat agar dapat mempersembahkan sepersepuluh atau lebih—berasal dari sanalah uang tersebut. Mayoritas orang tahu uang ini sulit didapatkan. Jadi, mengapa saudara-saudari memberi persembahan? Apakah itu diwajibkan oleh rumah Tuhan? Apakah tanpa memberi persembahan, orang tidak mungkin diselamatkan? Apakah itu dilakukan untuk mematuhi ketetapan Alkitab? Atau, apakah itu untuk menyokong pekerjaan rumah Tuhan, menganggap bahwa pekerjaan rumah Tuhan itu penting dan tidak dapat dilakukan tanpa uang, jadi mereka harus mempersembahkan lebih banyak? Apakah ini satu-satunya alasan mereka? (Tidak.) Jadi, mengapa saudara-saudari memberi persembahan? Mungkinkah karena mereka naif? Atau apakah mereka memiliki uang berlebih? Apakah mereka mempersembahkan uang berlebih, atau uang yang tidak dapat mereka gunakan? Kepada siapakah persembahan ini diberikan? (Kepada Tuhan.) Mengapa orang memberi persembahan? Lupakan alasan lainnya, alasan paling mendasar dari banyak orang untuk memberi persembahan adalah karena mereka mengakui pekerjaan Tuhan. Tuhan berfirman dan bekerja untuk memberikan hidup dan kebenaran secara cuma-cuma kepada manusia, serta memimpin mereka. Jadi, orang harus memberikan sepersepuluh dari penghasilan mereka. Ini adalah uang persembahan. Di sepanjang sejarah, Tuhan telah memberkati manusia dengan makanan, air, dan kebutuhan hidup, dan Dia menyiapkan segalanya untuk mereka. Karena manusia dapat menikmati semua ini, sudah seharusnya mereka memberikan kembali sepersepuluh dari apa yang telah Tuhan berikan kepada mereka di atas mezbah, melambangkan bagian yang manusia kembalikan kepada Tuhan, dan membiarkan Tuhan menikmati hasil panen mereka. Ini adalah tanda kasih sayang yang harus dimiliki dan dipersembahkan oleh manusia, sebagai makhluk ciptaan. Selain aspek ini, ada aspek lainnya. Ada orang-orang yang berkata, "Pekerjaan Tuhan begitu besar, aku sendiri tidak mampu berbuat banyak, jadi aku akan memberikan persembahan, memberikan bagianku." Dengan cara seperti ini, mereka memperlihatkan dukungan mereka terhadap pekerjaan rumah Tuhan, dan bertindak sebagai penyokong. Dari mana pun sumbernya atau berapa pun jumlah uang persembahan tersebut, selalu ada banyak orang yang menabungkan uangnya dengan cara berhemat. Singkatnya, jika bukan karena Tuhan dan pekerjaan-Nya, seandainya hanya ada gereja dan organisasi serta asosiasi manusia ini, maka persembahan orang tidak akan bernilai atau bermakna, karena tanpa pekerjaan Tuhan dan firman-Nya, uang yang mereka persembahkan tidak akan ada gunanya. Namun, karena adanya firman dan pekerjaan Tuhan, karena kemajuan pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan manusia, uang yang orang persembahkan, persembahan tersebut, menjadi sangat penting. Alasan itu sangat penting adalah karena uang yang dipersembahkan ini digunakan untuk pekerjaan gereja, dan tidak boleh digelapkan, diambil, disalahgunakan, atau bahkan diboroskan oleh orang-orang yang memiliki niat yang salah. Bukankah benar demikian? (Ya.) Karena pekerjaan gereja sangat penting, setiap sen harus digunakan di area-area penting; tidak ada yang boleh diboroskan atau dibelanjakan secara tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, bagi mereka yang memboroskan, menyalahgunakan, mengambil, atau menggelapkan uang yang dipersembahkan, persembahan tersebut, kita harus menangani mereka secara khusus dan menghukum mereka dengan berat. Di satu sisi, karena uang yang dipersembahkan, persembahan tersebut, sangat penting bagi pekerjaan Tuhan, dan mengingat tujuan di balik saudara-saudari mempersembahkan uang ini, persembahan ini, uang yang mereka persembahkan tersebut haruslah dialokasikan untuk area-area yang paling penting. Setiap sen harus digunakan sesuai prinsip dan memperoleh hasil; itu tidak boleh diboroskan, dan tentu saja jangan sampai dirampas oleh orang jahat. Selain itu, entah uang persembahan ini besar atau kecil, itu berasal dari persembahan saudara-saudari. Sumber uang ini bukan berasal dari gereja melakukan kegiatan komersial, membuka usaha, atau menjalankan pabrik untuk mendapatkan keuntungan dari masyarakat. Uang gereja bukan berasal dari keuntungan yang diperoleh dengan memproduksi sesuatu, itu bukan berasal dari keuntungan atau pendapatan gereja, melainkan dari persembahan orang-orang. Sederhananya, persembahan adalah sesuatu yang diberikan kepada Tuhan oleh saudara-saudari; uang yang diberikan kepada Tuhan seharusnya menjadi milik Tuhan. Uang Tuhan digunakan untuk apa? Ada yang berkata, "Uang Tuhan, persembahan tersebut, digunakan untuk kenikmatan Tuhan." Apakah semua itu digunakan untuk kenikmatan Tuhan? Berapa banyak darinya yang bisa Tuhan nikmati? Jumlahnya sangat terbatas, bukan? Selama masa Tuhan menjadi daging, makanan, pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan-Nya, serta makan tiga kali sehari-Nya, adalah rata-rata, dan apa yang Dia nikmati terbatas. Tentu saja, itu sangat normal. Kegunaan utama uang persembahan dari saudara-saudari, persembahan tersebut, adalah untuk menunjang kebutuhan operasional pekerjaan gereja sehari-hari, bukan untuk memuaskan keinginan orang-orang tertentu. Uang persembahan bukan untuk orang belanjakan, juga bukan untuk orang gunakan. Siapa pun yang mengelola keuangan tidak diberikan prioritas untuk menggunakan uang persembahan, dan demikian pula, siapa pun pemimpinnya, dia tidak memiliki kewenangan khusus untuk menggunakan uang gereja. Siapa pun yang menggunakan uang persembahan, harus menggunakannya berdasarkan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh rumah Tuhan. Itulah prinsipnya. Jadi, apa yang pada dasarnya dilakukan oleh orang yang melanggar prinsip tersebut? Bukankah mereka telah melanggar ketetapan administratif? (Ya.) Mengapa dikatakan mereka telah melanggar ketetapan administratif? Persembahan yang diberikan manusia kepada Tuhan dimaksudkan untuk kenikmatan Tuhan. Jadi, bagaimana Tuhan menggunakannya? Tuhan menggunakannya untuk pekerjaan gereja, untuk menunjang kebutuhan operasional pekerjaan rumah Tuhan sehari-hari. Inilah prinsip yang berdasarkannya Tuhan menggunakan uang persembahan. Namun, antikristus dan orang jahat tidak menggunakan uang persembahan dengan cara ini. Mereka memboroskan, menghambur-hamburkan, atau secara sembarangan menyumbangkannya, secara terang-terangan melanggar prinsip ini agar dapat menggunakan uang persembahan tersebut. Bukankah ini melanggar ketetapan administratif? Apakah Tuhan membiarkanmu menggunakan uang persembahan dengan cara seperti ini? Apakah Dia memberimu hak untuk menggunakannya dengan cara seperti ini? Apakah Dia menyuruhmu untuk menggunakannya dengan cara seperti ini? Tidak, bukan? Jadi, mengapa engkau menggunakannya dengan cara yang begitu sembrono dan sia-sia? Ini melanggar prinsip! Prinsip ini bukanlah prinsip biasa; prinsip ini berkaitan dengan ketetapan administratif. Karena uang persembahan ini tidak diperoleh melalui kegiatan usaha atau komersial, tetapi merupakan persembahan yang diberikan oleh saudara-saudari kepada Tuhan, maka setiap pengeluaran harus diawasi dan dikelola dengan ketat. Tidak boleh ada pemborosan dan penghamburan. Menghamburkan atau memboroskan uang sebanyak apa pun bukan saja mengakibatkan kerugian besar terhadap pekerjaan rumah Tuhan, tetapi juga menyebabkan rumah Tuhan mengalami kerugian finansial yang besar. Memboroskan uang persembahan bukan saja berarti menghamburkan uang persembahan; ini juga adalah sikap yang tidak bertanggung jawab terhadap kasih yang diungkapkan oleh saudara-saudari ketika mereka memberi persembahan. Jadi, siapa pun yang memboroskan uang persembahan harus dihukum berat. Tegurlah mereka yang pelanggarannya lebih ringan, dan sekaligus mintalah mereka untuk mengembalikan uang tersebut. Bagi mereka yang melakukan pelanggaran yang lebih serius, selain harus mengembalikan uang persembahan yang mereka boroskan, mereka juga harus dikeluarkan atau diusir. Ada alasan utama lainnya mengapa hukuman berat harus dijatuhkan kepada mereka yang memboroskan uang persembahan. Gereja berbeda dari organisasi sosial mana pun. Gereja terisolasi di tengah-tengah negara dan lingkungan sosial mana pun, ditinggalkan oleh dunia dan manusia. Gereja bukan saja tidak dapat memperoleh dukungan atau perlindungan dari negara mana pun, gereja juga sekaligus tidak dapat memperoleh bantuan atau kesejahteraan apa pun dari negara. Paling-paling, di negara-negara Barat, setelah mendaftarkan dan mendirikan gereja, sumbangan yang diberikan kepada gereja adalah dibebaskan dari pajak pribadi, atau uang yang disumbangkan dapat digunakan untuk menerima beberapa pengurangan pajak. Selain itu, gereja tidak bisa menerima bantuan kesejahteraan atau bantuan apa pun dari negara atau sistem sosial mana pun. Jika ada gereja tertentu yang jemaatnya makin berkurang dan tidak mampu terus beroperasi, negara tidak akan membantu. Sebaliknya, negara lebih memilih membiarkan gereja itu tutup dengan sendirinya, karena gereja tersebut tidak menghasilkan pendapatan apa pun dan tidak mampu membayar pajak apa pun kepada negara. Oleh karena itu, ada atau tidaknya gereja tidak penting bagi negara. Gereja mendapati dirinya berada dalam kondisi kelangsungan hidup seperti itu di bawah sistem sosial apa pun. Katakan kepada-Ku, apakah ini mudah? (Ini tidak mudah.) Benar, ini tidak mudah. Gereja ditolak oleh masyarakat dan manusia, tidak menerima pengakuan atau simpati apa pun, apalagi menerima dukungan dari sistem sosial mana pun. Gereja berada dalam kondisi kelangsungan hidup seperti ini. Jika orang masih bisa memboroskan uang persembahan, masih bisa dengan tidak berperasaan menghambur-hamburkan uang, dengan tidak bertanggung jawab menghabiskan 200 juta rupiah dalam sekejap, tanpa ragu membelanjakan 2 miliar rupiah dalam sekejap, seolah-olah itu hanyalah angka, tanpa merasa bersalah sedikit pun, apakah menurutmu orang semacam itu memiliki kemanusiaan? Bukankah orang semacam itu patut dikutuk? (Ya.) Dari berbagai keadaan yang disebutkan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan, terhadap mereka yang memboroskan uang persembahan, yang menghamburkannya, atau bahkan menyimpan niat buruk terhadap uang persembahan, ingin menggelapkannya atau, tidak berani menggelapkannya tetapi memboroskannya: mereka semua harus dihukum berat, tidak boleh ada keringanan hukuman terhadap mereka. Katakan kepada-Ku, tepatkah memperlakukan mereka dengan cara demikian? (Ya.) Jadi, jika kelak engkau semua diberi kesempatan memiliki wewenang untuk menggunakan uang persembahan, bagaimana engkau akan bersikap? Jika engkau semua tidak mampu mengendalikan dirimu, jika engkau memboroskan uang persembahan, maka jika tiba saatnya gereja akan menghukummu dengan berat, apakah engkau semua akan mengeluh atau membencinya? (Tidak.) Baguslah jika engkau tidak akan membencinya karena hukuman itu pantas kauterima!
Mengenai orang-orang yang memboroskan uang persembahan, bukankah engkau semua membenci mereka? Bukankah mereka membuatmu marah? Mampukah engkau mengawasi atau menghentikan mereka? Ini membutuhkan upaya yang lebih besar—sudah waktunya bagimu untuk diuji. Jika ada seseorang di sekitarmu yang memboroskan uang persembahan, dan bersikeras mengeluarkan 40 juta rupiah untuk sebuah mesin yang bisa dibeli dengan harga 4 juta rupiah—yang ingin membeli mesin yang terbaik, berkualitas tinggi, paling modern, dan yang termutakhir, yang ingin mengeluarkan uang untuk membeli mesin yang termahal, hanya karena uang itu milik rumah Tuhan dan bukan berasal dari kantongnya sendiri—apakah engkau mampu menghentikan orang tersebut? Jika engkau tidak mampu menghentikannya, dapatkah engkau memberi peringatan kepadanya? Mampukah engkau melaporkan orang tersebut kepada pemimpin tingkat atas? Jika engkau bertanggung jawab mengurus uang persembahan, mampukah engkau menolak usulan pembelian mesin tersebut? Jika engkau tidak mampu menolaknya, berarti engkau juga harus dihukum berat. Engkau juga sedang memboroskan uang persembahan; engkau bersekongkol dengan orang jahat, engkau adalah kaki tangan orang itu, dan engkau berdua harus dihukum berat. Sikap seperti apakah yang orang miliki terhadap Tuhan jika mereka bisa memboroskan dan tidak bertanggung jawab dengan uang persembahan? Apakah Tuhan ada di hati mereka? (Tidak.) Menurut pendapat-Ku, sikap orang semacam ini terhadap Tuhan sama seperti sikap Iblis terhadap Tuhan. Ada orang-orang yang berkata, "Apa pun yang berkaitan dengan Tuhan, nama Tuhan, uang persembahan-Nya, atau kesaksian-Nya—tidak ada kaitannya denganku. Apa kaitannya orang-orang yang memboroskan uang persembahan itu dengan diriku?" Orang macam apa mereka? Ada pemimpin dan pengawas tertentu yang menyetujui semua usulan pembelian yang orang ajukan untuk gereja. Mereka tidak pernah mempertanyakan usulan tersebut, atau memeriksanya dengan saksama, atau memeriksa apakah ada masalah; setiap usulan untuk membeli barang, entah barang itu mahal atau murah, praktis atau tidak praktis, perlu atau tidak perlu—setiap usulan disetujui dengan membubuhkan tanda tangan mereka. Memperlihatkan apa persetujuanmu itu? Apakah persetujuanmu hanya sekadar tanda tangan? Di mata-Ku, persetujuanmu adalah sikapmu terhadap Tuhan. Sikapmu terhadap uang persembahan Tuhan adalah sikapmu terhadap Tuhan. Setiap goresan penamu, setiap kali engkau membubuhkan tanda tanganmu, itu adalah bukti dari dosamu yang menghujat dan tidak menghormati Tuhan. Mengapa mereka yang menghujat dan tidak menghormati Tuhan dengan cara seperti ini tidak boleh dihukum berat? Mereka harus dihukum berat! Tuhan memberimu kebenaran, hidup, dan segala sesuatu yang kaumiliki, dan engkau memperlakukan Dia dan segala sesuatu yang menjadi milik-Nya dengan sikap seperti ini—orang macam apa dirimu? Setiap tanda tangan pada faktur pembelian adalah bukti dosamu yang menghujat Tuhan, dan sikapmu yang tidak hormat terhadap Tuhan; ini adalah bukti yang paling meyakinkan. Benda apa pun yang dibeli, berapa pun jumlahnya, engkau bahkan tidak memeriksa formulir persetujuan, engkau hanya menandatanganinya dengan menggoreskan penamu. Engkau siap menandatangani pembelian 200 juta rupiah atau 400 juta rupiah dengan sembarangan. Suatu hari, engkau harus membayar harga untuk tanda tanganmu—siapa pun yang menandatanganinya harus bertanggung jawab! Karena engkau berperilaku seperti ini, karena engkau dapat menandatangani secara sembarangan bahkan tanpa memeriksa usulan pembelian itu terlebih dahulu, dan secara sembarangan memboroskan uang persembahan, engkau harus memikul tanggung jawab dan membayar harga atas perbuatanmu sendiri. Jika engkau tidak takut menghadapi konsekuensinya, maka silakan tanda tangani. Tanda tanganmu merepresentasikan sikapmu terhadap Tuhan. Jika engkau dapat berbuat seperti ini bahkan terhadap Tuhan, memperlakukan Dia seperti ini secara terbuka dan dengan sikap yang kurang ajar, lalu bagaimana engkau berharap Tuhan akan memperlakukanmu? Tuhan sudah cukup bersabar terhadapmu, Dia telah memberimu napas, dan mengizinkanmu untuk hidup sampai sekarang. Daripada terus memperlakukan Tuhan dengan cara dan sikap yang sama, yang harus kaulakukan adalah mengaku dan bertobat kepada Tuhan, dan membalikkan sikapmu. Jangan terus menentang Tuhan secara membabi buta. Jika engkau terus memperlakukan Tuhan dengan cara dan sikap yang sama, engkau tentu tahu apa yang akan menjadi konsekuensinya. Jika engkau tidak dapat memperoleh pengampunan Tuhan, kepercayaanmu akan sia-sia. Jadi, apa gunanya kepercayaanmu? Engkau percaya kepada Tuhan tetapi menyia-nyiakan kepercayaan dan amanat-Nya kepadamu. Katakan kepada-Ku, orang macam apa dirimu? Ada orang-orang yang menjadi pemimpin atau pengawas di rumah Tuhan. Mereka sudah melaksanakan tugas mereka selama bertahun-tahun, dan dapat dikatakan bahwa Aku sudah berinteraksi dengan mereka selama bertahun-tahun. Pada akhirnya, Aku sampai pada kesimpulan tentang mereka: orang-orang ini lebih rendah daripada anjing. Perbuatan mereka tidak hanya menyedihkan, tetapi juga sangat menjijikkan. Aku suka memelihara anjing dan berinteraksi dengan mereka. Anjing-anjing yang Kupelihara selama bertahun-tahun semuanya bertumbuh dengan baik. Anjing yang Kusukai biasanya tidak dengan sengaja membuat orang marah. Jika engkau bersikap baik sedikit saja kepada seekor anjing, dia akan membalasnya sepuluh kali lipat. Asalkan engkau benar-benar baik terhadapnya, meskipun engkau meletakkan koran atau sepasang sepatu di halaman, dia akan tetap berada di samping benda itu dan menjaganya untukmu. Terkadang, jika engkau membuang sesuatu yang tidak kauinginkan, anjing itu akan mengira engkau kehilangan barang itu, dan menjaganya tanpa meninggalkannya. Setelah beberapa waktu, Aku menyimpulkan dan berkata, "Manusia lebih rendah daripada anjing!" Anjing menjaga rumah—mereka menggunakan kemampuan dan keterampilan mereka untuk menjaga rumahmu dengan mempertaruhkan nyawa mereka. Sedangkan manusia begitu tidak punya hati, apalagi mau menjaga sesuatu dengan nyawa mereka. Mereka bahkan tidak mau mengucapkan sepatah kata pun untuk melindungi pekerjaan gereja. Mereka lebih rendah daripada anjing penjaga! Inilah kesimpulan-Ku tentang perbedaan antara manusia dan anjing. Orang-orang yang memboroskan uang persembahan begitu hina jika dibandingkan dengan anjing penjaga. Apakah engkau setuju bahwa mereka harus dihukum berat? (Ya.) Tuhan menaruh kepercayaan-Nya kepada manusia, dan memercayakan pekerjaan dan tugas kepada mereka. Ini artinya Tuhan meninggikan mereka dan menganggap mereka baik. Ini bukan karena mereka pantas melakukan pekerjaan tersebut, atau karena mereka memiliki kualitas dan kemanusiaan yang baik, atau karena memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Namun, orang-orang tidak menyadari kebaikan yang diberikan kepada mereka, mereka selalu mengira bahwa mereka mampu melakukan pekerjaan gereja, bahwa mereka telah mendapatkannya melalui kerja keras dan upaya mereka sendiri. Semua yang mereka miliki diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Apa yang telah mereka peroleh? Apakah mereka berpuas diri dengan kesuksesan masa lalu? Tuhan meninggikan manusia untuk melaksanakan tugas mereka, tetapi mereka tidak mengenali kebaikan yang diberikan kepada mereka, atau tidak tahu apa yang baik bagi mereka. Mereka tidak hidup sesuai dengan kepercayaan dan peninggian-Nya. Mereka menyia-nyiakan kepercayaan Tuhan dan peninggian-Nya. Dalam kasus seperti ini, maaf saja jika Kukatakan bahwa mereka harus dihukum berat. Tuhan memberi kesempatan kepada manusia, tetapi manusia tidak tahu apa yang baik bagi mereka, mereka tidak tahu bagaimana menghargai kesempatan yang Tuhan berikan kepada mereka. Dia memberi mereka kesempatan, tetapi mereka tidak menginginkannya. Mereka mengira Tuhan itu mudah untuk diperintah, bahwa Dia pengampun, bahwa Dia tidak akan melihat atau mengetahui apa yang sedang terjadi. Akibatnya, mereka berani memboroskan uang persembahan dengan sembarangan, mengkhianati kepercayaan Tuhan, bahkan tidak memiliki karakter dan hati nurani manusia yang paling dasar sekalipun. Untuk apa mereka masih percaya kepada Tuhan? Mereka tidak perlu bersusah payah untuk percaya, mereka seharusnya pergi saja menyembah Iblis. Tuhan tidak membutuhkan penyembahan mereka. Mereka tidak layak!
Bukankah kita sudah cukup banyak mempersekutukan topik pertama yaitu melepaskan karier—jangan melakukan kegiatan amal? Sudahkah engkau semua memahami prinsip kebenaran yang terkandung dalam topik ini? Apa prinsipnya di sini? (Prinsipnya adalah melakukan kegiatan amal bukanlah misi yang Tuhan berikan kepada manusia. Melakukan kegiatan amal sama sekali tidak ada kaitannya dengan menerapkan kebenaran atau mengejar keselamatan. Ketika seseorang melakukan beberapa perbuatan baik, itu hanyalah representasi perilakunya secara pribadi.) Melakukan kegiatan amal tidak ada kaitannya dengan mengejar kebenaran. Jangan secara keliru meyakini bahwa dengan melakukan kegiatan amal, engkau sedang menerapkan kebenaran, atau menjadi orang yang telah diselamatkan. Ini adalah kesalahpahaman yang sangat besar. Menerapkan kebenaran bukan termasuk beramal, juga bukan termasuk melakukan kegiatan amal. Tujuan percaya kepada Tuhan adalah untuk memperoleh keselamatan. Percaya kepada Tuhan bukanlah tentang mengumpulkan kebaikan atau melakukan perbuatan baik, bukan tentang suka melakukan hal-hal yang baik atau menjadi dermawan, juga bukan tentang melakukan kegiatan amal. Percaya kepada Tuhan tidak ada kaitannya dengan melakukan kegiatan amal; ini adalah tentang mengejar kebenaran dan menerima keselamatan dari Tuhan. Jadi, gagasan orang bahwa percaya kepada Tuhan adalah tentang beramal atau melakukan kegiatan amal, atau bahwa beramal itu sama dengan percaya kepada Tuhan dan memuaskan Dia, semua gagasan itu sangat keliru. Apa pun kegiatan amal yang kaulakukan, dan apa pun hal-hal yang kaulakukan yang berkaitan dengan amal, semua ini hanya merepresentasikan dirimu secara pribadi. Entah itu tindakan sesekali atau sesuatu yang kaulakukan sebagai karier, hal-hal ini hanya merepresentasikan perilaku baikmu sendiri. Perilaku ini mungkin ada kaitannya dengan agama, perilaku sosial, atau standar moral, tetapi sama sekali tidak ada kaitannya dengan kepercayaan kepada Tuhan dan mengejar kebenaran, atau mengikuti jalan Tuhan, dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tuntutan-Nya. Namun sekali lagi, mengapa orang tidak seharusnya berbuat amal? Tuhan adalah Tuhan yang berbelas kasihan kepada manusia, yang memiliki belas kasihan dan kasih. Dia mengasihani manusia, jadi mengapa Tuhan tidak mengingat perbuatan amal manusia? Mengapa perbuatan amal tidak diingat oleh Tuhan? Bukankah ini adalah masalah? Apakah menuntut agar manusia tidak beramal merupakan tanda bahwa Tuhan tidak mengasihi manusia? Bukankah ini bertentangan dengan belas kasihan Tuhan terhadap manusia? (Tidak.) Mengapa tidak? (Karena ada prinsip dalam belas kasihan dan kasih Tuhan, dan belas kasihan serta kasih-Nya ditujukan kepada orang-orang tertentu. Dia menganugerahkan belas kasihan dan kasih-Nya kepada mereka yang menerima kebenaran, menerapkan kebenaran, dan sungguh-sungguh bertobat. Mengenai para pengikut yang bukan orang percaya yang tidak mampu menerima kebenaran, mereka bukanlah orang-orang yang Tuhan ingin selamatkan.) Ada prinsip-prinsip dalam belas kasihan dan kasih Tuhan, dan belas kasihan serta kasih-Nya ditujukan kepada orang-orang tertentu. Lanjutkan, apa lagi? Apakah ada kaitan antara melakukan kegiatan amal dan percaya kepada Tuhan? (Tidak.) Jadi, apakah melakukan kegiatan amal bertentangan dengan kepercayaan kepada Tuhan? Ketika berpartisipasi dalam segala bentuk kegiatan amal, bukankah orang harus menginvestasikan waktu, tenaga, dan bahkan uang? Saat engkau melakukan kegiatan amal, engkau tidak bisa sekadar membicarakannya tanpa merenungkan atau memikirkan kegiatan tersebut. Jika engkau benar-benar memperlakukannya sebagai sebuah profesi, engkau tentu harus menginvestasikan waktu, tenaga, dan bahkan sejumlah besar uang. Setelah engkau menginvestasikan waktu, tenaga, dan uang, bukankah engkau akan diikat dan dikendalikan oleh kegiatan amal yang sedang kaulakukan? Akankah engkau masih punya tenaga untuk mengejar kebenaran? Akankah engkau masih punya tenaga untuk melaksanakan tugasmu? (Tidak.) Saat engkau mengejar karier apa pun dalam hidupmu, karier apa pun yang kaugeluti, jika engkau melakukannya penuh waktu, engkau pasti akan menginvestasikan dan mengorbankan seluruh tenaga dan hidupmu. Itu akan mengorbankan keluargamu, perasaanmu, kesenangan dagingmu, dan waktumu. Demikian pula, jika engkau benar-benar memperlakukan kegiatan amal sebagai sebuah profesi dan melakukannya sebagai profesimu, seluruh waktu dan tenaga yang kaumiliki akan tersita di dalamnya. Satu orang mempunyai tenaga yang terbatas. Jika engkau dikendalikan oleh kegiatan amal, dan engkau ingin menganggap kegiatan amalmu dan kepercayaanmu kepada Tuhan secara setara dan seimbang, dan selain itu, jika engkau ingin melakukan keduanya dengan baik, ini tidak akan menjadi tugas yang mudah. Jika engkau ingin menyeimbangkan kedua hal ini pada saat yang sama, tetapi engkau tidak mampu melakukannya, engkau harus membuat pilihan. Jika engkau harus memilih mana yang akan terus kaulakukan dan mana yang akan kaulepaskan, bagaimana engkau akan memutuskannya? Bukankah sebaiknya engkau memilih upaya yang paling bermakna dan berharga untuk kaulakukan? Lalu jika percaya kepada Tuhan dan melakukan kegiatan amal muncul dalam kehidupanmu pada saat yang sama, mana yang harus kaupilih? (Aku harus memilih untuk percaya kepada Tuhan.) Bukankah kebanyakan orang memilih untuk percaya kepada Tuhan? Melihat engkau semua membuat pilihan itu, bukankah wajar jika Tuhan tidak mengizinkan orang melakukan kegiatan amal? (Ya.) Melakukan kegiatan amal telah membantu banyak makhluk hidup dan memberikan makanan kepada banyak orang, tetapi apa yang pada akhirnya akan kauperoleh dengan melakukannya? Engkau akan memuaskan kesombonganmu. Apakah ini berarti engkau benar-benar mendapatkan sesuatu, dan apakah itu yang seharusnya kaudapatkan? Cita-citamu telah terwujud, engkau telah memperlihatkan betapa bernilainya dirimu, itu saja—tetapi apakah ini jalan yang seharusnya kautempuh dalam hidup? (Tidak.) Apa yang pada akhirnya kauperoleh setelah melakukannya? (Kehampaan.) Engkau tidak akan memperoleh apa pun. Kesombonganmu untuk sementara akan dipuaskan, engkau akan menerima sedikit pujian dari orang lain, atau medali dan penghargaan di tengah masyarakat, tetapi hanya itu, dan seluruh tenaga dan waktumu akan telah terkuras habis. Apa yang telah kauperoleh? Kehormatan, reputasi yang baik, dan penghargaan—semua ini hanyalah hal-hal yang hampa. Namun, kebenaran yang seharusnya orang pahami dan jalan hidup yang seharusnya mereka tempuh dalam kehidupan ini tidak dapat dipahami atau diperoleh hanya dengan melakukan kegiatan amal. Percaya kepada Tuhan itu berbeda. Jika engkau dengan tulus mengorbankan dirimu untuk Tuhan dan mengejar kebenaran, maka investasi waktu dan tenagamu akan membuahkan hasil yang baik dan positif. Jika engkau mengetahui dan memahami hal-hal yang paling harus orang pahami—cara manusia seharusnya hidup, cara mereka seharusnya beribadah kepada Tuhan, cara mereka memandang berbagai hal, sudut pandang dan pendirian apa yang seharusnya mereka miliki ketika bertindak, bagaimana cara berperilaku yang paling benar, dan bagaimana berperilaku dengan cara yang akan diingat oleh Sang Pencipta, dengan cara yang menunjukkan bahwa engkau sedang menempuh jalan yang benar—maka inilah jalan yang benar dan inilah yang dimaksud benar-benar memperoleh sesuatu. Dalam hidupmu, engkau sudah memetik banyak pelajaran yang tidak dapat dipetik oleh orang-orang tidak percaya, hal-hal yang sudah seharusnya dimiliki oleh orang yang memiliki kemanusiaan. Hal-hal ini berasal dari Tuhan, dari kebenaran, dan semua itu telah menjadi hidupmu. Sejak saat ini, engkau akan berubah menjadi orang yang menjadikan kebenaran sebagai hidupmu; hidupmu tidak lagi hampa, dan engkau tidak lagi bingung atau bimbang. Bukankah ini merupakan keuntungan yang lebih tinggi dan lebih berharga? Bukankah semua itu lebih berharga daripada melakukan kegiatan amal untuk sejenak memuaskan kesombonganmu? (Ya.) Keuntungan yang berkaitan dengan kebenaran ini, dan jalan yang seharusnya orang tempuh, akan menganugerahkan kepadamu kehidupan yang baru. Tidak ada apa pun di dunia manusia yang dapat menandingi kehidupan baru ini, dan tidak ada yang dapat menggantikannya. Tentu saja, kehidupan baru ini tak ternilai harganya dan kekal. Ini adalah sesuatu yang kauperoleh setelah engkau mendedikasikan waktu, tenaga, dan masa mudamu, setelah engkau membayar harga tertentu dan melakukan pengorbanan tertentu. Bukankah itu sepadan? Ini tentu saja sepadan. Namun, apa yang akan kaudapatkan jika engkau melakukan kegiatan amal? Engkau tidak akan mendapatkan apa pun. Penghargaan dan medali itu bukanlah keuntungan. Persetujuan dan pengakuan orang lain, orang lain mengatakan bahwa engkau adalah orang baik atau seorang dermawan yang baik—dapatkah hal-hal ini dianggap sebagai keuntungan? (Tidak.) Semua ini hanya hal-hal yang sementara, dan akan segera lenyap seiring berjalannya waktu. Ketika engkau tidak lagi dapat meraih dan memegang teguh hal-hal ini, ketika engkau tidak lagi dapat merasakannya, engkau akan dipenuhi dengan penyesalan, dan berkata, "Apa yang telah kulakukan dalam hidupku? Aku telah memelihara beberapa kucing dan anjing, mengadopsi beberapa anak yatim piatu, membantu orang-orang miskin untuk menjalani kehidupan yang baik, makan makanan enak dan memiliki pakaian bagus untuk dikenakan, tetapi bagaimana denganku? Untuk apa aku hidup? Mungkinkah aku hidup hanya untuk mereka? Apakah itu adalah misi hidupku? Apakah ini tanggung jawab yang Surga percayakan kepadaku? Apakah ini kewajiban yang Surga berikan kepadaku? Tentu saja bukan. Jadi, untuk apa manusia hidup dalam kehidupan ini? Dari mana manusia berasal, dan ke mana mereka akan pergi di masa depan? Aku tidak memahami hal-hal yang paling mendasar ini." Jadi, ketika engkau mencapai tahap ini, engkau akan merasa bahwa semua kehormatan itu bukanlah keuntungan, dan semua itu hanyalah hal-hal lahiriah. Ini karena engkau tetaplah orang yang sama jika engkau tidak melakukan kegiatan amal maupun setelah engkau melakukan kegiatan amal hingga hari itu, setelah mendapatkan semua penghargaan dan kehormatan tersebut—dalam hal apa pun, kehidupan batinmu tidak akan berubah. Hal-hal yang tidak kaupahami akan tetap tidak kaupahami, engkau akan tetap bingung dan tidak yakin akan hal-hal itu. Dan pada waktu itu, engkau bukan saja akan makin bingung dan makin tidak yakin, tetapi engkau juga akan merasa makin gelisah. Pada saat ini, sudah terlambat untuk menyesal. Hidupmu telah berlalu, masa-masa terbaikmu akan lenyap, dan engkau telah memilih jalan yang salah. Oleh karena itu, sebelum engkau mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan amal, atau jika engkau baru saja akan mulai melakukan kegiatan amal, jika engkau ingin mengejar kebenaran dan memperoleh keselamatan, engkau harus melepaskan gagasan-gagasan semacam itu. Tentu saja, engkau juga harus melepaskan semua aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan ini dan mengerahkan segenap dirimu untuk menempuh jalan kepercayaan kepada Tuhan dan mengejar keselamatan. Pada akhirnya, meskipun apa yang kauperoleh dan dapatkan tidak sebanyak atau senyata yang kaubayangkan sebelumnya, setidaknya, engkau tidak akan diliputi penyesalan. Sesedikit apa pun yang kaudapatkan, itu tetap lebih banyak daripada yang didapatkan oleh para penganut agama di sepanjang hidup mereka. Itu adalah fakta. Oleh karena itu, di satu sisi, ketika memilih karier apa yang akan digeluti, orang harus melepaskan gagasan dan rencana mereka untuk melakukan kegiatan amal. Di sisi lain, mereka juga harus meluruskan gagasan yang menjadi pemikiran mereka selama ini. Tidak perlu bagi mereka untuk iri kepada orang-orang di tengah masyarakat yang melakukan kegiatan amal, atau memikirkan betapa pemurah, baik, luhur, dan tidak egoisnya mereka, dengan berkata, "Lihatlah betapa luhur dan tidak egoisnya tindakan mereka bertindak ketika membantu orang lain. Tidak dapatkah kita bersikap tidak egois seperti itu? Mengapa kita tidak bisa bersikap seperti itu?" Pertama, engkau tidak perlu iri kepada mereka. Kedua, engkau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri. Jika Tuhan tidak memilih mereka, mereka punya misi dan tujuan mereka masing-masing. Apa pun yang mereka kejar, entah itu ketenaran dan keuntungan, atau mewujudkan cita-cita dan keinginan mereka sendiri, engkau tidak perlu memedulikan hal itu. Yang harus kaupedulikan adalah apa yang seharusnya kaukejar dan jalan seperti apa yang seharusnya kautempuh. Masalah yang paling nyata adalah, karena Tuhan telah memilihmu, dan engkau telah masuk ke dalam rumah Tuhan, dan engkau adalah anggota gereja, dan selain itu, karena engkau termasuk dalam jajaran mereka yang melaksanakan tugasnya, engkau harus merenungkan bagaimana agar engkau dapat mulai menempuh jalan keselamatan sembari melaksanakan tugasmu, bagaimana menerapkan kebenaran, bagaimana masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan mencapai titik di mana firman Tuhan tertanam kuat dalam dirimu dan menjadi hidupmu melalui pengejaranmu dan berbagai harga yang kaubayar. Dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, ketika engkau mengingat kembali keadaanmu saat engkau pertama kali percaya kepada Tuhan, engkau akan mendapati bahwa kehidupan batinmu telah berubah. Engkau tidak akan lagi menjadi orang yang menjalani hidup berdasarkan watak rusakmu. Engkau tidak akan lagi menjadi orang yang congkak, bebal, agresif, dan bodoh yang menganggap dirimu yang terbaik, seperti sebelumnya. Sebaliknya, firman Tuhan akan menjadi hidup barumu. Engkau akan tahu bagaimana cara mengikuti jalan Tuhan, dan engkau akan tahu bagaimana cara menangani segala sesuatu yang kauhadapi dalam hidupmu berdasarkan maksud Tuhan, dan sesuai dengan prinsip kebenaran. Engkau akan menghabiskan hidupmu setiap hari dengan praktis dan realistis, dan engkau akan memiliki tujuan dan arah yang tepat dalam segala sesuatu yang kaulakukan. Engkau akan tahu apa yang boleh dan tidak boleh kaulakukan. Semua hal ini akan terlihat jelas dalam pikiranmu seperti cermin. Kehidupan sehari-harimu tidak akan membingungkan, melelahkan, atau membuatmu merasa depresi. Sebaliknya, kehidupanmu akan dipenuhi dengan terang dan akan memiliki tujuan dan arah. Engkau juga sekaligus akan merasakan dorongan di hatimu. Engkau akan merasa bahwa engkau telah berubah, bahwa engkau telah memperoleh hidup yang baru, dan bahwa engkau telah menjadi orang yang menjadikan firman Tuhan sebagai hidupmu. Bukankah ini bagus? (Ya.) Kita akan mengakhiri persekutuan kita di sini tentang jangan melakukan kegiatan amal, yang merupakan prinsip pertama dalam topik melepaskan karier.
Apa prinsip kedua dari topik perlunya orang melepaskan kariernya? Merasa puas dengan hanya memiliki makanan dan pakaian. Agar dapat bertahan hidup di tengah masyarakat, orang menggeluti berbagai jenis pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, memastikan mereka memiliki sumber dan jaminan untuk memenuhi kebutuhan makan mereka sehari-hari dan biaya hidup mereka. Akibatnya, entah mereka berasal dari masyarakat kelas bawah atau dari kelas yang sedikit lebih tinggi, orang memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan berbagai pekerjaan. Karena tujuan mereka bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup, ini sangatlah sederhana: asalkan memiliki rumah, makan tiga kali sehari, bisa sesekali membeli daging jika ingin makan daging, pergi bekerja setiap hari, mempunyai penghasilan, tidak bepergian dengan pakaian usang atau bisa mendapatkan makanan yang memadai—itu sudah cukup. Semua itu adalah kebutuhan dasar orang dalam hidup mereka. Setelah orang memenuhi kebutuhan dasar ini, bukankah relatif mudah untuk mendapatkan makanan dan pakaian? Bukankah itu masih berada dalam jangkauan kemampuan mereka? (Ya.) Jadi, jika pada dasarnya orang berkarier hanyalah untuk kebutuhan makanan dan pakaian, untuk kebutuhan hidup mereka, apa pun karier yang mereka tekuni, asalkan tidak melanggar hukum, biasanya itu akan selaras dengan standar kemanusiaan. Mengapa Kukatakan bahwa itu selaras dengan standar kemanusiaan? Karena motif, niat, dan tujuanmu di balik menggeluti profesi ini tidak ada kaitannya dengan hal atau gagasan apa pun selain memenuhi kebutuhan hidup—ini semata-mata demi mendapatkan cukup makanan untuk dimakan, mempunyai pakaian hangat yang cukup untuk dipakai, dan mampu menafkahi keluargamu. Bukankah benar demikian? (Ya.) Ini adalah kebutuhan dasar. Setelah kebutuhan dasar ini terpenuhi, orang dapat menikmati kualitas hidup dasar mereka. Jika mampu mencapai hal ini, berarti mereka mampu mempertahankan kelangsungan hidup mereka secara normal. Bukankah sudah cukup bagi manusia untuk mampu mempertahankan kelangsungan hidup mereka secara normal? Bukankah ini yang seharusnya orang capai dalam lingkup kemanusiaan? (Ya.) Engkau bertanggung jawab atas hidupmu sendiri, engkau memikul tanggung jawab ini di pundakmu—inilah yang harus diwujudkan oleh kemanusiaan yang normal. Adalah cukup dan tepat bagimu untuk mencapai hal ini. Namun, jika engkau tidak puas, itu berarti jika orang normal mungkin makan daging sekali atau dua kali seminggu, engkau bersikeras untuk makan daging setiap hari, dan masih banyak yang tersisa. Sebagai contoh, jika engkau mengonsumsi 250 atau 500 gram daging setiap hari padahal engkau hanya membutuhkan 125 gram untuk menjaga kesehatan tubuhmu, kelebihan nutrisi ini dapat menyebabkan penyakit. Apa penyebab penyakit seperti perlemakan hati, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi? (Makan terlalu banyak daging.) Apa masalahnya dengan makan terlalu banyak daging? Bukankah karena orang tidak memperhatikan pola makan mereka? Bukankah itu karena kerakusan? (Ya.) Berasal dari manakah kerakusan ini? Bukankah itu karena nafsu makan orang yang berlebihan? Apakah nafsu makan yang berlebihan dan kerakusan selaras dengan kebutuhan manusia normal? (Tidak.) Hal-hal tersebut melebihi kebutuhan manusia normal. Jika engkau selalu ingin melebihi kebutuhan manusia normal, itu berarti engkau harus bekerja lebih keras, menghasilkan lebih banyak uang, dan bekerja berkali-kali lebih banyak daripada orang normal. Entah dengan lembur atau bekerja di banyak tempat, engkau harus mendapat lebih banyak penghasilan agar bisa makan daging tiga kali sehari dan memakannya kapan pun kaumau. Bukankah ini berada di luar lingkup manusia normal? Apakah baik berada di luar lingkup manusia normal? (Tidak.) Mengapa tidak baik? (Di satu sisi, tubuh manusia rentan terhadap penyakit; di sisi lain, agar dapat memuaskan keinginan dan nafsu mereka, orang harus menginvestasikan lebih banyak waktu, tenaga, dan biaya ke dalam pekerjaan mereka. Hal ini menyita waktu dan tenaga yang dapat mereka gunakan untuk mengejar kebenaran dan melaksanakan tugas mereka, memengaruhi cara mereka menempuh jalan kepercayaan kepada Tuhan dan mengejar kebenaran.) Manusia seharusnya puas dengan memiliki kebutuhan dasar, tidak merasa lapar atau kedinginan, dan mendapatkan makanan dan pakaian yang diperlukan untuk manusia normal. Engkau harus mendapatkan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi normal tubuh. Itu sudah cukup, inilah jenis kehidupan yang seharusnya dimiliki oleh manusia normal. Jika engkau selalu mendambakan kenikmatan daging, memuaskan nafsu dagingmu tanpa mempertimbangkan kesehatan tubuhmu, dan tidak menempuh jalan yang benar; jika engkau selalu ingin makan makanan yang enak, menikmati hal-hal yang baik, memiliki lingkungan hidup yang baik dan kualitas hidup yang baik, makan makanan lezat yang langka, mengenakan pakaian bermerek dan perhiasan emas dan perak, tinggal di rumah mewah, dan mengendarai mobil mewah—jika engkau selalu ingin mengejar hal ini, lalu pekerjaan seperti apa yang harus kaumiliki? Jika engkau hanya melakukan pekerjaan biasa untuk memenuhi kebutuhan dasar dan memenuhi kebutuhan makanan dan pakaian, dapatkah pekerjaan itu memenuhi semua keinginan ini? (Tidak.) Tentu saja tidak. Sebagai contoh, jika engkau ingin berbisnis, dan berbisnis kecil-kecilan dengan hanya memiliki satu kios dapat menghasilkan uang yang cukup untuk menyediakan makanan dan pakaian bagi seluruh keluargamu, penghasilanmu mungkin lebih kecil dibandingkan mereka yang berada di atasmu, tetapi penghasilanmu lebih besar dibandingkan mereka yang berada di bawahmu. Engkau bisa makan daging sesekali, dan seluruh keluargamu mengenakan pakaian yang memadai. Engkau dapat menggunakan waktu yang tersisa untuk percaya kepada Tuhan, menghadiri pertemuan, dan melaksanakan tugasmu, dan engkau masih punya tenaga untuk mengejar kebenaran. Ini cukup bagus. Karena, berdasarkan terjaminnya kebutuhan hidupmu, saat menggeluti pekerjaan ini engkau akan dapat meluangkan waktu dan tenaga untuk bertumbuh dalam kepercayaanmu kepada Tuhan dan untuk mengejar kebenaran. Hal ini selaras dengan maksud Tuhan. Namun, jika engkau tidak pernah puas, engkau akan selalu berpikir, "Bisnis ini berpotensi. Aku bisa menghasilkan uang sebanyak ini per bulan hanya dengan satu kios. Hasil sebanyak ini bisa memberi keluargaku makanan dan pakaian. Jika aku punya dua kios, maka penghasilanku bisa dua kali lipat. Keluargaku bukan saja dapat memperoleh makanan dan pakaian, kami juga dapat menabung sedikit uang. Kami bisa makan apa pun yang kami mau dan bahkan bepergian dan membeli beberapa barang mewah. Kami bisa makan dan menikmati hal-hal yang kebanyakan orang tidak bisa. Itu akan sangat bagus. Aku akan menambah satu kios lagi!" Setelah menambah satu kios, engkau bertambah kaya; engkau dapat merasakan keuntungannya dan berpikir, "Sepertinya pangsa pasar ini cukup besar. Aku bisa menambah satu kios lagi, memperluas bisnisku, dan menambah beragam barang untuk mengembangkannya lebih lanjut. Aku bukan saja mampu menabungkan uangku, aku juga mampu membeli mobil dan membeli rumah yang lebih besar. Seluruh keluargaku dapat bepergian di dalam dan ke luar negeri!" Makin engkau memikirkannya, makin engkau tertarik untuk mengembangkannya. Pada titik ini, engkau memutuskan untuk menambah satu kios lagi. Bisnis itu makin berkembang, engkau menghasilkan lebih banyak uang, kenikmatanmu meningkat, tetapi engkau makin jarang menghadiri pertemuan, dari seminggu sekali, menjadi dua bulan atau sebulan sekali, dan akhirnya, hanya sekali setiap enam bulan. Dalam hatimu, engkau berpikir, "Bisnisku telah berkembang, aku telah menghasilkan banyak uang, aku menyokong pekerjaan rumah Tuhan dan memberikan persembahan yang besar." Engkau mengendarai mobil mewah, istri dan anak-anakmu mengenakan perhiasan emas dan berlian, mengenakan pakaian bermerek dari ujung kepala hingga ujung kaki, dan engkau bahkan telah bepergian ke luar negeri. Engkau berpikir, "Punya uang itu luar biasa! Jika aku tahu menghasilkan uang akan semudah ini, mengapa aku tidak memulainya lebih awal? Punya uang sungguh menyenangkan! Hari-hari orang kaya dihabiskan dengan kesenangan dan kenikmatan! Saat aku makan makanan enak, rasanya tak tertandingi. Saat aku mengenakan pakaian dari perancang busana terkenal, aku merasa gembira, dan ke mana pun aku pergi, orang melihatku dengan tatapan iri dan cemburu. Aku telah mendapatkan rasa hormat dan kekaguman orang, dan aku merasa berbeda, punggungku terasa sedikit tegak." Keinginan dagingmu telah dipuaskan, begitu pula kesombonganmu. Namun, debu yang menempel di sampul buku firman Tuhanmu makin lama makin tebal, engkau sudah lama tidak membacanya, dan doamu kepada Tuhan makin pendek. Pertemuan telah dipindahkan ke tempat lain, dan engkau bahkan tidak yakin di mana pertemuan tersebut diadakan sekarang. Engkau bahkan tidak lagi sesekali datang ke gereja untuk melapor. Katakan kepada-Ku, apakah ini berarti engkau makin dekat pada keselamatan atau makin jauh? (Makin jauh.) Kualitas hidupmu meningkat, tubuhmu mendapatkan makanan yang cukup, dan engkau telah menjadi orang yang sulit dipuaskan. Dahulu, engkau bahkan tidak mau melakukan pemeriksaan kesehatan sekali setiap delapan tahun atau sepuluh tahun, tetapi kini setelah engkau kaya, engkau melakukan pemeriksaan setiap enam bulan untuk mengetahui apakah tekanan darah, gula darah, atau kolesterolmu tinggi atau tidak. Menurutmu, "Orang harus merawat tubuhnya. Seperti kata pepatah, 'Dalam hidup ini, yang terpenting adalah jangan jatuh sakit dan jangan jatuh miskin'". Pemikiran dan sudut pandangmu telah berubah, bukan? Kini setelah engkau kaya dan bukan lagi orang biasa, engkau merasa dirimu berharga, statusmu terhormat, dan engkau jauh lebih menghargai tubuhmu. Sikapmu terhadap kehidupan juga telah berubah. Dahulu, engkau tidak peduli dengan pemeriksaan kesehatan, berpikir, "Kami orang miskin tidak perlu khawatir tentang hal itu. Mengapa aku harus melakukan pemeriksaan? Lagipula, jika aku sakit parah, aku tidak mampu membiayai pengobatannya. Aku hanya akan duduk dan menanggungnya, dan jika aku tak mampu menanggungnya, biarkan saja tubuh ini mati. Bukan masalah besar." Namun sekarang, hidupmu sudah berbeda. Menurutmu, "Orang tidak seharusnya hidup dalam keadaan sakit. Jika mereka sakit, siapa yang akan membelanjakan uang yang mereka peroleh? Mereka tidak akan bisa menikmati hidup. Hidup ini singkat!" Hidupmu sudah berbeda, bukan? Sikapmu terhadap uang, terhadap kehidupan daging, dan terhadap kenikmatan semuanya telah berubah. Demikian pula, sikapmu dalam hal percaya kepada Tuhan, mengejar kebenaran, dan menerima keselamatan juga makin menjadi acuh tak acuh.
Begitu jalan yang mulai orang tempuh adalah perasaan tidak puas dengan hanya memiliki makanan dan pakaian, mereka akan mengejar kualitas hidup yang lebih tinggi dan menikmati hal-hal yang lebih baik. Ini adalah tanda bahaya, ini artinya sedang terjerumus ke dalam pencobaan, ini akan menimbulkan masalah, dan adalah pertanda buruk. Setelah orang menikmati dan mengalami bagaimana rasanya menjadi kaya, mereka mulai khawatir bahwa suatu hari mereka akan kehilangan uang mereka dan jatuh miskin. Akibatnya, mereka sangat menghargai hari-hari ketika mereka punya uang dan mereka menghargai kedudukan dan status sebagai orang kaya. Engkau sering mendengar orang tidak percaya berkata, "Lebih mudah berubah dari pahit ke manis daripada dari manis ke pahit." Maksudnya, ketika engkau tidak memiliki apa pun, engkau tidak keberatan ketika diminta untuk melepaskan; engkau mampu melepaskan dengan segera tanpa keraguan, karena tidak ada apa pun yang layak untuk kaupertahankan. Hal-hal yang berhubungan dengan uang dan harta benda ini tidak menjadi hambatan bagimu, dan mudah bagimu untuk melepaskannya. Namun, setelah engkau memiliki hal-hal ini, akan menjadi sulit bagimu untuk melepaskannya, lebih sulit daripada naik ke Surga. Jika engkau miskin, ketika tiba waktunya untuk meninggalkan rumahmu dan melaksanakan tugasmu, tanpa ragu engkau mampu meninggalkannya. Namun, jika engkau adalah seorang yang kaya raya, pikiranmu dipenuhi dengan berbagai pemikiran dan engkau berkata, "Oh, rumahku bernilai 4 miliar rupiah, mobilku bernilai 1 miliar rupiah. Selain itu, ada aset tetap, tabungan bank, saham, dana, investasi, dan lain-lain, yang jumlahnya kurang lebih senilai 22 miliar rupiah. Jika aku pergi, bagaimana aku bisa membawa semua ini bersamaku?" Tidak mudah bagimu untuk melepaskan harta benda ini. Engkau berpikir, "Jika kulepaskan semua harta benda ini dan meninggalkan rumah ini serta keluargaku saat ini, apakah rumah yang kutempati kelak akan tetap dalam keadaan yang sama? Mampukah aku tetap bertahan tinggal di gubuk atau rumah yang terbuat dari jerami? Bisakah aku tahan mencium bau busuk kandang ternak? Sekarang ini, aku bisa mandi dengan air panas setiap hari. Mampukah aku bertahan di tempat di mana aku bahkan tidak bisa mandi dengan air panas sekalipun dalam setahun?" Engkau memikirkannya berulang kali, dan merasa tak akan mampu menanggungnya. Ketika engkau punya uang, engkau menghabiskan banyak uang untuk membeli sesuatu, membeli apa pun yang kauinginkan tanpa keraguan, engkau sangat murah hati, dan engkau tidak pernah merasa terhambat karena uang. Namun, jika engkau menyerahkan semua uangmu, engkau pasti akan merasa malu setiap kali membuka dompetmu, bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika di dompetmu sama sekali tidak ada uang. Jika engkau ingin makan semangkuk mie hangat, engkau harus mencari tahu restoran mana yang paling murah dan berapa banyak makanan yang masih bisa kaubeli dengan sisa uangmu. Engkau harus selalu mengetatkan ikat pinggang, menjalani kehidupan sebagai orang miskin. Mampukah engkau menanggungnya? Dahulu, jika engkau mencuci sepotong pakaian sebanyak dua kali dan pakaian tersebut menjadi tidak berbentuk, dan jika dikenakan akan membuatmu merasa malu, engkau akan membuangnya dan membeli yang baru. Kini, engkau mencuci dan memakai kaos yang sama berulang kali, dan meskipun leher bajunya robek, engkau tidak rela membuangnya. Engkau menjahitnya kembali dan terus mengenakannya. Mampukah engkau menanggungnya? Di mana pun engkau berada, orang-orang akan melihat bahwa engkau miskin, dan mereka tidak mau berbicara denganmu. Saat engkau keluar berbelanja dan menanyakan harga, tak seorang pun mau memperhatikanmu. Mampukah engkau menanggungnya? Rasanya tidak enak, bukan? Namun, jika engkau tidak memiliki harta benda dan uang, tidak ada yang perlu kaulepaskan, dan engkau tidak perlu menghadapi tantangan seperti ini. Akan jauh lebih mudah bagimu untuk meninggalkan segalanya dan mengejar kebenaran. Oleh karena itu, Tuhan telah sejak lama memberi tahu manusia bahwa mereka harus merasa puas dengan hanya memiliki makanan dan pakaian. Apa pun profesi yang kaugeluti, jangan jadikan itu sebagai karier, dan jangan memandangnya sebagai batu loncatan atau sarana untuk menjadi terkenal atau mengumpulkan kekayaan dan hidup nyaman. Apa pun pekerjaan atau profesi yang kaugeluti, cukuplah bagimu untuk hanya menganggapnya sarana untuk memenuhi kebutuhan hidupmu. Jika pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhan hidupmu, engkau harus tahu kapan harus berhenti dan tidak lagi mengejar kekayaan. Jika penghasilan 5 juta per bulan cukup untuk makan tiga kali sehari dan kebutuhan hidup sehari-hari, maka engkau harus berhenti di situ dan tidak berusaha memperluas lingkup pekerjaanmu. Jika engkau memiliki kebutuhan tertentu, engkau dapat bekerja paruh waktu atau melakukan pekerjaan sementara untuk memenuhi kebutuhan tersebut—itu dapat diterima. Tuntutan Tuhan terhadap manusia adalah: apa pun profesi yang kaugeluti, entah profesi itu membutuhkan pengetahuan atau keahlian teknis, atau entah profesi tersebut mengharuskanmu bekerja secara fisik atau tidak, asalkan pekerjaan itu wajar dan tidak melanggar hukum, sesuai dengan kemampuanmu, dan profesi ini dapat memenuhi kebutuhan hidupmu, itu sudah cukup. Jangan menjadikan profesi yang kaugeluti sebagai batu loncatan untuk mewujudkan cita-cita dan keinginanmu sendiri demi memuaskan kehidupan dagingmu, sehingga membuat dirimu jatuh ke dalam pencobaan atau situasi sulit, atau membuatmu tidak dapat berbalik kembali. Jika penghasilan 5 juta per bulan cukup untuk memenuhi kebutuhan pribadimu atau kehidupan keluargamu, maka engkau harus mempertahankan pekerjaan itu dan menggunakan waktu yang tersisa untuk beribadah kepada Tuhan, menghadiri pertemuan, melaksanakan tugasmu, dan mengejar kebenaran. Inilah misimu, nilai dan makna hidup orang percaya. Dan profesi apa pun yang kaugeluti, itu hanyalah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari manusia normal. Tuhan tidak akan menuntutmu untuk menjadi orang terkenal, menonjol, atau terkemuka dalam profesimu. Jika profesimu berkaitan dengan penelitian ilmiah, itu akan menghabiskan sebagian besar tenagamu, tetapi prinsip penerapannya tetap tidak berubah—engkau harus merasa puas dengan hanya memiliki makanan dan pakaian. Jika profesimu memberimu peluang untuk mendapatkan promosi dan penghasilan yang besar berdasarkan kemampuanmu, dan penghasilan ini melebihi lingkup merasa puas dengan hanya memiliki makanan dan pakaian, apa yang seharusnya kaulakukan? (Menolak tawaran tersebut.) Prinsip yang harus kautaati adalah apa yang telah Tuhan nasihatkan—merasa puas dengan hanya memiliki makanan dan pakaian. Apa pun profesi yang kaugeluti, jika profesi tersebut melampaui lingkup merasa puas dengan hanya memiliki makanan dan pakaian, engkau pasti akan menginvestasikan tenaga, waktu, atau biaya di luar lingkup kebutuhan dasar untuk mendapatkan penghasilan tambahan tersebut. Sebagai contoh, engkau mungkin saat ini adalah karyawan biasa yang berpenghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarmu, tetapi karena kinerjamu yang baik dalam pekerjaan, atasanmu ingin mempromosikanmu ke posisi manajer atau semacam eksekutif senior dengan gaji yang beberapa kali lebih tinggi. Apakah peningkatan gaji yang diperoleh ini tidak mengharuskanmu melakukan sesuatu? Ketika gajimu naik, jumlah upaya dan waktu kerja yang kauinvestasikan juga meningkat. Bukankah menginvestasikan upaya memerlukan tenaga dan waktu? Dengan kata lain, uang yang kauterima diperoleh dengan menukarkan sebagian besar tenaga dan waktumu. Untuk mendapatkan lebih banyak uang, engkau harus menginvestasikan lebih banyak waktu dan tenagamu. Ketika engkau memperoleh lebih banyak uang, sebagian besar waktu dan tenagamu akan tersita, dan waktu yang kaugunakan untuk percaya kepada Tuhan, menghadiri pertemuan, melaksanakan tugas, dan mengejar kebenaran sekaligus akan berkurang secara proporsional. Ini adalah fakta yang jelas. Jika tenaga dan waktumu kaugunakan untuk mengumpulkan kekayaan, engkau akan kehilangan anugerah yang kauperoleh karena kepercayaanmu kepada Tuhan. Tuhan tidak akan bermurah hati kepadamu, dan rumah-Nya juga tidak akan menggantikan bagimu apa yang telah kaulewatkan hanya karena engkau telah dipromosikan dan sebagian besar waktu dan tenagamu kini tersita, menyebabkanmu tidak punya waktu untuk melaksanakan tugasmu atau menghadiri pertemuan di rumah Tuhan. Apakah hal seperti ini yang akan terjadi? (Tidak.) Rumah Tuhan tidak akan mengejar ketertinggalanmu atau membiarkanmu mendapat perlakuan khusus, dan Tuhan tidak akan memperlakukanmu dengan baik karena hal ini. Singkatnya, jika engkau ingin memperoleh anugerah dalam kepercayaanmu kepada Tuhan, jika engkau ingin memperoleh kebenaran, itu bergantung pada upayamu untuk menyediakan waktu dan tenaga. Ini adalah masalah pilihan. Tuhan tidak melarangmu untuk menjalani kehidupan yang normal. Penghasilanmu cukup untuk memenuhi kebutuhan akan makanan dan pakaian, menopang kelangsungan hidup tubuh dan aktivitas hidupmu. Itu cukup untuk menopang kelangsungan hidupmu. Namun, engkau tidak puas; engkau selalu ingin menghasilkan uang yang lebih banyak. Jadi tenaga dan waktumu akan terkuras oleh sejumlah uang ini. Untuk apa tenaga dan waktumu terkuras? Untuk meningkatkan kualitas kehidupan jasmanimu. Saat engkau meningkatkan kualitas kehidupan jasmanimu, yang kauperoleh dalam kepercayaanmu kepada Tuhan akan berkurang, dan waktumu untuk melaksanakan tugas telah lenyap dan tersita. Apa yang menyita waktumu? Waktumu tersita oleh pengejaran kehidupan jasmani yang baik, tersita oleh kenikmatan jasmani. Apakah itu sepadan? (Tidak.) Jika engkau pandai mempertimbangkan untung rugi, engkau tahu bahwa melakukan hal itu tidak ada gunanya. Engkau mendapatkan kenikmatan dalam kehidupan jasmanimu, engkau makan makanan yang lebih enak dan engkau tidak pernah merasa lapar lagi; pakaianmu bagus, bergaya dan nyaman. Engkau memperoleh lebih banyak barang desainer dan barang mewah, tetapi pekerjaanmu melelahkan, lebih menuntut, dan menyita waktu dan tenagamu. Sebagai orang percaya, engkau tidak punya waktu untuk menghadiri pertemuan atau mendengarkan khotbah. Engkau juga tidak punya waktu untuk merenungkan kebenaran dan firman Tuhan. Ada banyak kebenaran yang masih belum kaupahami dan tidak mampu kaumengerti, tetapi engkau tidak punya waktu dan tenaga untuk merenungkan dan mengejarnya. Kehidupan jasmanimu meningkat, tetapi kehidupan rohanimu tidak bertumbuh, dan menghadapi kemunduran. Apakah ini keuntungan ataukah kerugian? (Kerugian.) Kerugian ini terlalu besar! Engkau harus mempertimbangkan untung ruginya! Jika engkau adalah orang cerdas yang benar-benar mencintai kebenaran, engkau harus mempertimbangkan kedua sisi dan melihat apa yang paling berharga dan bermakna yang dapat kauperoleh. Jika promosi datang, dan engkau mempunyai kesempatan untuk menghasilkan lebih banyak uang dan memberikan kehidupan jasmani yang lebih baik untuk dirimu sendiri, apa yang harus kaupilih? Jika engkau mau mengejar kebenaran dan memiliki tekad untuk mengejar kebenaran, maka engkau harus melepaskan kesempatan tersebut. Sebagai contoh, seseorang di perusahaanmu berkata, "Engkau telah melakukan pekerjaan ini selama sepuluh tahun. Kebanyakan orang di perusahaan mengalami kenaikan gaji dan menerima promosi setelah tiga hingga lima tahun bekerja. Sedangkan engkau, gajimu sama seperti sebelumnya. Mengapa engkau tidak meningkatkan dirimu? Mengapa engkau tidak meningkatkan kinerjamu? Lihatlah orang itu, dia sudah berada di sini selama tiga tahun, dan sekarang dia mengendarai mobil mewah dan tinggal di rumah yang lebih besar: rumahnya berubah dari tipe 21 menjadi tipe 45. Ketika dia baru bekerja di sini, dia hanyalah seorang mahasiswi miskin. Sekarang, dia adalah seorang wanita kaya, mengenakan pakaian perancang busana dari ujung kepala hingga ujung kaki, menginap di hotel mewah, tinggal di rumah mewah, dan mengendarai mobil mewah." Ketika engkau melihat betapa kayanya dia, bukankah hatimu mulai merasa terganggu? Bukankah engkau akan merasa tidak senang? Mampukah engkau menahan godaan semacam itu? Akankah engkau tetap berpaut pada niat awalmu? Akankah engkau tetap berpegang pada prinsip? Jika engkau benar-benar mencintai kebenaran, mau mengejar kebenaran, dan yakin bahwa memperoleh sesuatu dalam kebenaran adalah hal yang terpenting, hal yang paling berharga dalam hidupmu, dan bahwa yang telah kaupilih adalah hal yang paling penting dan berharga dalam hidupmu, maka engkau tidak akan menyesalinya, dan engkau tidak akan terpengaruh oleh hal-hal seperti promosi. Engkau akan dengan gigih berkata, "Aku merasa puas dengan hanya memiliki makanan dan pakaian; pekerjaan apa pun yang kugeluti, itu untuk mendapatkan makanan dan pakaian, untuk membuat tubuhku terus hidup, bukan untuk kenikmatan tubuh, dan tentu saja bukan untuk menjadi terkenal. Aku tidak mengejar promosi atau gaji yang tinggi; aku akan memanfaatkan masa hidupku yang terbatas untuk mengejar kebenaran." Jika engkau memiliki tekad ini, engkau tidak akan goyah, dan hatimu tidak akan terganggu; ketika engkau melihat orang lain dipromosikan, menerima kenaikan gaji, atau mengenakan perhiasan emas dan perak serta pakaian bermerek, menikmati kualitas hidup yang lebih baik daripada dirimu, dan melebihimu dalam hal gaya berpakaian, engkau tidak akan merasa iri. Benarkah demikian? (Ya.) Namun, jika engkau tidak mencintai kebenaran dan tidak mengejar kebenaran, engkau tidak akan mampu menahan dirimu, dan kegigihanmu tidak akan bertahan lama. Pada saat seperti ini dan dalam lingkungan seperti ini, jika orang tidak memiliki kebenaran dalam hidupnya, jika mereka tidak memiliki tekad sedikit pun, jika mereka tidak memiliki wawasan yang benar, mereka akan sering bimbang dan merasa lemah. Setelah bertahan selama beberapa waktu, mereka bahkan akan menjadi makin depresi, berpikir, "Kapankah hari-hari ini akan berakhir? Jika hari Tuhan tidak datang, berapa lama lagi aku akan tetap menjadi bawahan di perusahaan ini? Rekan-rekanku gajinya lebih besar daripadaku. Mengapa aku hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar makanan dan pakaian? Tuhan tidak menyuruhku untuk menghasilkan lebih banyak uang." Siapa yang menghalangimu untuk menghasilkan lebih banyak uang? Jika engkau memiliki kemampuannya, engkau mampu memperoleh penghasilan lebih banyak. Jika engkau memutuskan untuk menghasilkan lebih banyak uang, menjalani gaya hidup mewah, dan menikmati hidup mewah, itu tidak masalah; tak seorang pun akan menghentikanmu. Namun, engkau harus bertanggung jawab atas pilihanmu sendiri. Pada akhirnya, jika engkau tidak memperoleh kebenaran, jika firman Tuhan belum menjadi hidup di dalam dirimu, engkau sendirilah yang akan menyesalinya. Engkau harus bertanggung jawab atas perbuatan dan pilihanmu sendiri. Tak seorang pun dapat membayarnya atau bertanggung jawab untukmu. Karena engkau memilih untuk percaya kepada Tuhan, menempuh jalan keselamatan, dan mengejar kebenaran, janganlah menyesalinya. Karena inilah yang kaupilih, engkau tidak boleh memandangnya sebagai aturan atau perintah yang harus dipatuhi; sebaliknya, engkau harus memahami bahwa kegigihan dan pilihanmu itu bernilai dan bermakna. Pada akhirnya, yang kauperoleh adalah kebenaran dan hidup, bukan sekadar aturan. Jika kegigihan dan pilihanmu membuatmu merasa sangat malu, tidak nyaman, atau membuatmu tidak mampu menghadapi orang-orang di sekitarmu, maka jangan terus memaksakan dirimu. Mengapa mempersulit dirimu sendiri? Apa pun yang kauinginkan dalam hatimu, apa pun yang kauinginkan, kejarlah hal itu—tak seorang pun akan menghentikanmu. Sekarang ini, persekutuan kita seperti ini hanyalah untuk memberimu sebuah prinsip. Di dunia ini, semua profesi yang orang geluti berkaitan dengan ketenaran, keuntungan, dan kenikmatan jasmani. Alasan mengapa orang menghasilkan lebih banyak uang bukan untuk mencapai jumlah uang tertentu, tetapi untuk meningkatkan kenikmatan jasmani dengan menghasilkan uang tersebut, dan juga untuk menjadi orang kaya yang dikenal masyarakat. Dengan demikian, mereka akan memperoleh ketenaran, keuntungan, dan kedudukan, yang semuanya melebihi lingkup kebutuhan dasar. Berapa pun harga yang orang bayar adalah untuk kenikmatan jasmani, tak ada satu pun darinya yang bermakna; semuanya hampa, seperti mimpi. Yang mereka dapatkan pada akhirnya hanyalah kehampaan belaka. Hari ini engkau mungkin makan pangsit dan menganggapnya lezat, tetapi setelah merenungkannya dengan saksama, engkau sadar bahwa engkau tidak pernah mendapatkan apa pun. Jika engkau makan pangsit setiap hari, engkau mungkin akan merasa bosan, berhenti memakannya, dan beralih ke makanan lain, seperti bakpao, nasi, atau kue dadar. Engkau menyesuaikan dirimu seperti ini, dan tubuh jasmanimu menjadi makin sehat. Jika engkau mengonsumsi makanan berlemak setiap hari, tubuh jasmanimu akan menjadi tidak sehat, bukan?
Merasa puas dengan hanya memiliki makanan dan pakaian, apakah ini jalan yang benar? (Ini jalan benar.) Mengapa ini jalan yang benar? Apakah nilai hidup orang adalah tentang makanan dan pakaian? (Tidak.) Jika nilai hidup orang bukan tentang makanan dan pakaian atau kenikmatan daging, maka profesi yang orang geluti seharusnya hanya untuk memenuhi kebutuhan akan makanan dan pakaian; itu tidak boleh melampaui lingkup ini. Apa tujuan di balik memiliki makanan dan pakaian? Untuk memastikan tubuh dapat bertahan hidup secara normal. Apa tujuan bertahan hidup? Bukan demi kenikmatan daging, juga bukan demi menikmati perjalanan hidup, dan tentu saja bukan demi menikmati segala sesuatu yang manusia alami dalam hidup ini. Semua ini tidak penting. Jadi, apa yang terpenting? Apa hal paling berharga yang harus orang lakukan? (Orang harus menempuh jalan percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran, lalu melaksanakan tugas mereka sendiri.) Orang seperti apa pun dirimu, engkau adalah makhluk ciptaan. Makhluk ciptaan harus melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan—inilah yang bernilai. Jadi, apa yang makhluk ciptaan lakukan yang merupakan hal yang bernilai? Setiap makhluk ciptaan mempunyai misi yang dipercayakan oleh Sang Pencipta kepada mereka, sebuah misi yang harus mereka laksanakan. Tuhan telah menentukan nasib hidup setiap orang. Apa pun nasib hidup mereka, itulah yang harus mereka jalani. Jika engkau melaksanakan misi hidupmu dengan baik, maka ketika engkau berdiri di hadapan Tuhan untuk memberi pertanggungjawaban, Tuhan akan memberimu jawaban yang memuaskan. Dia akan mengatakan bahwa hidupmu telah dijalani dengan berharga dan bermanfaat, bahwa engkau telah mengubah firman Tuhan menjadi hidupmu, dan bahwa engkau adalah makhluk ciptaan yang memenuhi syarat. Namun, jika hidupmu hanya tentang makanan, pakaian, kenikmatan, kebahagiaan dan engkau berjuang serta berkorban demi semua itu, maka ketika engkau akhirnya berdiri di hadapan Tuhan, Dia akan bertanya, "Seberapa banyak engkau telah menyelesaikan tugas dan misi hidup yang Kuberikan kepadamu?" Engkau akan menghitung semuanya dan mendapati bahwa tenaga dan waktumu dalam hidup ini dihabiskan untuk makanan, pakaian, dan hiburan. Sepertinya engkau belum melakukan banyak hal dalam imanmu kepada Tuhan, engkau belum melaksanakan tugasmu dengan baik, engkau belum bertahan sampai akhir, dan engkau belum menunjukkan kesetiaanmu. Mengenai mengejar kebenaran, meskipun engkau memiliki kemauan untuk mengejarnya, engkau belum membayar banyak harga, dan engkau belum memetik hasil apa pun. Kesimpulannya, firman Tuhan belum menjadi hidupmu, dan engkau masih tetap Iblis tua yang sama. Caramu memandang hal-hal dan bertindak semuanya didasarkan pada gagasan dan imajinasi manusia, serta watak rusak Iblis. Engkau masih sepenuhnya menentang Tuhan, dan tidak selaras dengan-Nya. Karena itulah, engkau akan dianggap tidak berguna, dan Tuhan tidak akan lagi menginginkanmu. Mulai saat ini, engkau tidak lagi dianggap makhluk ciptaan Tuhan. Itu adalah hal yang menyedihkan! Oleh karena itu, apa pun profesi yang kaugeluti, asalkan itu tidak melanggar hukum, itu sudah diatur dan ditentukan oleh Tuhan dari semula. Namun, itu bukan berarti Tuhan mendukung atau mendorongmu untuk menghasilkan lebih banyak uang atau untuk menjadi terkenal dalam karier yang telah kaugeluti. Tuhan tidak menyetujuimu melakukan hal ini, dan Dia tidak pernah menuntutmu untuk melakukannya. Selain itu, Tuhan tidak akan pernah menggunakan profesi yang kaugeluti untuk mendorongmu ke arah dunia, menyerahkanmu kepada Iblis, atau membiarkanmu dengan keras kepala mengejar ketenaran dan keuntungan. Sebaliknya, melalui profesi yang kaugeluti, Tuhan mengizinkanmu untuk memenuhi kebutuhanmu akan makanan dan pakaian—itu saja. Selain itu, di dalam firman-Nya, Tuhan telah memberitahukanmu hal-hal tertentu, seperti apa tugasmu, apa misimu, apa yang harus kaukejar, dan kehidupan seperti apa yang harus kaujalani. Semua ini adalah nilai-nilai yang harus kaujalani dan jalan yang harus kautempuh di sepanjang hidupmu. Setelah Tuhan berfirman dan engkau memahami apa yang Dia firmankan, apa yang harus kaulakukan? Jika bekerja tiga hari dalam seminggu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhanmu akan makanan dan pakaian, tetapi engkau tetap memilih bekerja di hari lain, maka engkau tidak dapat melaksanakan tugasmu. Saat suatu tugas membutuhkan kerja samamu, engkau berkata, "Aku sedang bekerja, aku sedang berada di kantorku," dan ketika seseorang berusaha menghubungimu, engkau selalu berkata tidak punya waktu. Kapan engkau punya waktu? Baru setelah pukul 8 malam, ketika engkau sudah lelah, letih, dan kehabisan tenaga, engkau memiliki kemauan tetapi tidak memiliki tenaga. Engkau bekerja enam hari dalam seminggu, dan setiap kali seseorang berusaha menghubungimu melalui telepon, engkau selalu berkata bahwa engkau tidak punya waktu. Hanya pada hari Minggu, barulah engkau mempunyai waktu, dan bahkan saat itu pun engkau harus menggunakan waktumu bersama keluarga dan anak-anakmu, melakukan pekerjaan rumah tangga, dan memulihkan dirimu serta bersantai sejenak. Ada orang-orang yang bahkan pergi berlibur, menghabiskan waktu untuk berekreasi, dan pergi menghabiskan uang serta berbelanja barang. Ada orang-orang yang membangun hubungan mereka dengan rekan kerja, dan membangun jaringan dengan para pemimpin dan atasan. Kepercayaan macam apa ini? Ini sepenuhnya adalah pengikut yang bukan orang percaya; apa gunanya melakukan formalitas? Jangan katakan engkau percaya kepada Tuhan; engkau semua tidak ada hubungannya dengan orang yang percaya kepada Tuhan. Engkau bukan bagian dari gereja; paling-paling, engkau hanyalah teman gereja. Rumah Tuhan membutuhkan orang untuk menangani urusan di luar gereja, dan engkau mungkin setuju untuk membantu, tetapi itu karena engkau merasa tidak enak untuk menolaknya. Apakah engkau dapat mengerjakan tugasmu atau tidak, atau kapan engkau dapat mengerjakannya, tak seorang pun mengetahuinya. Dan setelah engkau tiba di tempat kerjamu, tidak dapat dipastikan apakah engkau bisa memberikan seluruh waktumu, dan memberikan segenap hati dan kekuatanmu—semua ini tidak diketahui. Mungkin saja engkau menjadi terlalu sibuk dengan pekerjaan, atau melakukan perjalanan bisnis, dan menghilang tanpa jejak selama dua minggu atau sebulan—tak seorang pun bisa menghubungimu. Imanmu bukan lagi iman yang sejati, melainkan hanya sekadar formalitas. Mengenai orang-orang semacam ini, buku firman Tuhan mereka harus diambil, lalu mereka harus dikeluarkan dan diberi tahu, "Jika engkau tidak bisa melepaskan pekerjaan, tidak punya waktu untuk menghadiri pertemuan, dan tidak mampu melaksanakan tugasmu, rumah Tuhan tidak akan memaksamu. Mari kita berpisah di sini. Jika engkau bisa merasa puas dengan hanya memiliki makanan dan pakaian, melepaskan tuntutanmu akan kehidupan yang berkualitas tinggi, dan memberikan lebih banyak waktu untuk melaksanakan tugasmu, maka kami akan secara resmi menerimamu sebagai bagian dari kami dan menganggapmu sebagai anggota gereja. Jika engkau tidak dapat melakukan hal ini, dan engkau hanya melapor, membantu, dan membangun hubungan yang renggang dengan saudara-saudari di waktu senggang, engkau tidak bisa dianggap melaksanakan tugasmu sebagai makhluk ciptaan, dan tentu saja engkau tidak memenuhi syarat untuk secara resmi dianggap percaya kepada Tuhan." Apa sebutan kita terhadap orang seperti ini? (Teman gereja.) Teman gereja, teman baik gereja. "Sebab siapa yang tidak menentang kita, dia berada di pihak kita" (Markus 9:40). Jadi, orang-orang seperti ini dapat disebut sebagai teman gereja. Menyebut seseorang sebagai teman gereja menunjukkan bahwa mereka masih dalam tahap pengamatan, mereka belum menjadi orang yang percaya kepada Tuhan secara resmi, mereka belum dianggap sebagai anggota gereja, dan mereka juga belum dianggap sebagai orang yang melaksanakan tugas; paling-paling, mereka adalah orang yang masih harus diawasi, karena masih belum jelas apakah mereka mampu melaksanakan tugas mereka atau tidak. Namun, ada orang-orang yang, karena batasan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi keluarga, harus bekerja beberapa hari dalam seminggu untuk mencari nafkah dan menghidupi anak-anak mereka. Kita tidak akan memaksa mereka. Jika mereka mampu melaksanakan tugas mereka di waktu yang tersisa, mereka boleh dianggap sebagai anggota rumah Tuhan, secara resmi percaya kepada Tuhan, karena telah memenuhi persyaratan dasar yaitu merasa puas dengan hanya memiliki makanan dan pakaian. Mereka memiliki kesulitan yang tidak mudah diatasi, dan jika engkau melarang mereka bekerja, seluruh keluarga mereka tidak akan mendapatkan nafkah, dan mereka akan menderita kedinginan dan kelaparan. Jika engkau tidak membiarkan mereka bekerja, siapa yang akan menafkahi keluarga mereka? Apakah engkau yang akan menafkahi mereka? Oleh karena itu, para pemimpin gereja, pengawas, dan siapapun yang berhubungan dengan mereka tidak dibenarkan untuk menuntut mereka berhenti dari pekerjaan mereka dan untuk tidak mengkhawatirkan keluarga mereka. Hal ini tidak seharusnya dilakukan. Itu berarti meminta hal yang mustahil kepada orang; mereka harus diberi sarana untuk hidup. Orang tidak hidup dalam sebuah ruang kosong, mereka bukanlah mesin. Mereka perlu bertahan hidup, perlu memenuhi kebutuhan hidup. Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, jika engkau mempunyai anak dan keluarga, maka sebagai kepala keluarga atau anggota keluarga, engkau harus memikul tanggung jawab menafkahi keluargamu. Prinsip untuk memenuhi tanggung jawab tersebut adalah memiliki makanan dan pakaian, itulah prinsipnya. Ada orang-orang yang berada dalam kondisi ini, dan mereka tidak dapat berbuat apa pun mengenainya. Setelah memenuhi tanggung jawab mereka terhadap keluarga, mereka menyesuaikan jadwal mereka untuk melaksanakan tugas mereka. Hal ini diperbolehkan dan diizinkan oleh rumah Tuhan; engkau tidak boleh meminta hal yang mustahil kepada orang. Apakah ini sebuah prinsip? (Ya.) Tak seorang pun punya hak untuk menuntut agar mereka yang baru percaya kepada Tuhan dan yang belum memiliki dasar yang kuat untuk berhenti dari pekerjaan mereka, meninggalkan keluarga mereka, bercerai, menelantarkan anak-anak mereka, atau mengabaikan orang tua mereka. Tidak perlu melakukan hal-hal tersebut. Yang firman Tuhan tuntut untuk orang patuhi adalah prinsip kebenaran, dan prinsip-prinsip ini mencakup berbagai situasi dan kondisi. Berdasarkan berbagai situasi dan kondisi tersebut, tuntutan dan tindakan harus dibuat berdasarkan prinsip kebenaran; hanya inilah yang akurat. Oleh karena itu, dalam hal karier, adalah penting untuk merasa puas dengan hanya memiliki makanan dan pakaian. Jika engkau tidak mampu memahami hal ini dengan jelas, engkau mungkin akan kehilangan tugasmu dan kesempatanmu untuk diselamatkan akan hancur.
Akhir zaman juga merupakan waktu yang istimewa. Di satu sisi, pekerjaan gereja sangat sibuk dan rumit; di sisi lain, menghadapi saat ketika Injil Kerajaan Tuhan makin meluas, lebih banyak orang dibutuhkan untuk mencurahkan waktu dan tenaga mereka, untuk menyumbangkan upaya mereka dan melaksanakan tugas mereka agar dapat memenuhi kebutuhan berbagai proyek di dalam rumah Tuhan. Oleh karena itu, apa pun pekerjaanmu, selain memenuhi kebutuhan dasar hidupmu, jika engkau mampu mencurahkan waktu dan tenagamu untuk melaksanakan tugasmu di rumah Tuhan, bekerja sama dalam berbagai tugas, maka di mata Tuhan, hal ini bukan saja sangat diinginkan, tetapi juga sangat berharga. Hal ini layak untuk diingat oleh Tuhan, dan tentu saja orang layak menginvestasikan dan menggunakan waktu dan tenaga sebanyak itu untuk melakukannya. Orang layak melakukannya karena meskipun engkau mengorbankan kenikmatan daging, yang kauperoleh adalah firman Tuhan yang tak ternilai harganya sebagai hidupmu, hidup yang kekal, harta yang tak ternilai harganya yang tidak bisa ditukar dengan apa pun di dunia, dengan uang, atau apa pun. Dan harta yang tak ternilai ini, hal yang kauperoleh dengan menginvestasikan waktu dan tenagamu, melalui upaya dan pengejaranmu sendiri: ini adalah anugerah istimewa dan sesuatu yang beruntung telah kauterima, bukan? Ketika firman Tuhan dan kebenaran menjadi hidup seseorang: orang itu mendapatkan harta tak ternilai yang seharusnya orang tukarkan dengan segalanya. Jadi, berdasarkan pekerjaanmu yang membuatmu memiliki makanan dan pakaian, jika engkau mampu membayar harga dan menginvestasikan waktu dan tenagamu untuk mengejar kebenaran—jika engkau memilih jalan ini—maka itu adalah hal baik yang patut disyukuri. Engkau tidak boleh merasa berkecil hati atau bingung mengenai hal ini; engkau harus yakin bahwa engkau membuat pilihan yang tepat. Engkau mungkin telah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan promosi, kenaikan gaji dan penghasilan yang lebih tinggi, untuk lebih menikmati hidup dalam daging, atau untuk hidup kaya, tetapi engkau telah mengambil kesempatan untuk memperoleh keselamatan. Fakta bahwa engkau telah kehilangan atau melepaskan hal-hal itu, berarti bahwa pilihanmu telah memberimu harapan dan daya hidup untuk memperoleh keselamatan. Engkau tidak kehilangan apa pun. Sebaliknya, jika setelah memiliki makanan dan pakaian, engkau mengerahkan waktu dan tenaga ekstra, memperoleh lebih banyak uang, memperoleh lebih banyak kenikmatan materi, dan dagingmu dipuaskan, tetapi dengan melakukannya, engkau telah menghancurkan harapanmu sendiri untuk diselamatkan, maka tentu saja ini bukan hal yang baik bagimu. Engkau seharusnya merasa kesal dan cemas karenanya; engkau harus menyesuaikan pekerjaan atau sikapmu terhadap kehidupan dan tuntutan yang berkaitan dengan kualitas dari kehidupan jasmanimu; engkau harus melepaskan keinginan, rencana, dan agenda tertentu yang tidak realistis untuk hidup dalam daging. Engkau harus berdoa kepada Tuhan, datang ke hadirat-Nya, dan bertekad untuk melaksanakan tugasmu, mengerahkan pikiran dan tubuhmu untuk melaksanakan berbagai tugas di rumah Tuhan, berusaha agar kelak, pada hari ketika pekerjaan Tuhan berakhir, ketika Tuhan memeriksa pekerjaan segala macam orang, dan mengukur tingkat pertumbuhan segala macam orang ini, engkau akan menjadi bagian dari mereka. Ketika pekerjaan besar Tuhan berakhir, ketika Injil Kerajaan Tuhan telah tersebar luas ke seluruh alam semesta, ketika suasana yang menggembirakan ini terlihat, akan ada jerih payahmu, investasimu, dan pengorbananmu di dalamnya. Saat Tuhan menerima kemuliaan, ketika pekerjaan-Nya diperluas ke seluruh alam semesta, ketika semua orang merayakan keberhasilan pencapaian pekerjaan besar Tuhan, saat kegembiraan itu terlihat, engkau akan menjadi orang yang ada kaitannya dengan kegembiraan ini. Engkau akan menjadi orang yang mengambil bagian dalam kegembiraan ini, bukan orang yang akan meratap dan menggertakkan gigi, yang akan merasa sangat sedih sementara semua orang bersorak dan melompat kegirangan, bukan orang yang menerima hukuman berat, yang akan benar-benar dibenci, ditolak, dan disingkirkan oleh Tuhan. Tentu saja, yang jauh lebih baik adalah ketika pekerjaan besar Tuhan berakhir, engkau akan memiliki firman Tuhan sebagai hidupmu. Engkau akan menjadi orang yang telah diselamatkan, tidak lagi memberontak terhadap Tuhan, tidak lagi melanggar prinsip, melainkan orang yang selaras dengan Tuhan. Pada saat yang sama, engkau juga akan bersukacita atas semua yang telah kaulepaskan pada awalnya: gaji yang tinggi, kenikmatan daging, perlakuan materi yang baik, lingkungan hidup yang unggul, penghargaan, promosi, dan peninggian yang diberikan oleh para pemimpin. Engkau tidak akan menyesal karena engkau tidak melepaskan kesempatan untuk promosi, atau kesempatan untuk meningkatkan gaji dan membangun kekayaan, ataupun kesempatan untuk menikmati gaya hidup mewah. Singkatnya, persyaratan dan standar untuk profesi yang orang tekuni, yang juga merupakan prinsip penerapan yang harus mereka taati, semuanya terangkum dalam pepatah ini: "Merasa puas dengan hanya memiliki makanan dan pakaian". Mengejar kebenaran untuk memperoleh hidup adalah hal yang harus orang patuhi. Mereka tidak boleh meninggalkan kebenaran dan jalan yang benar demi memuaskan keinginan dan kenikmatan daging mereka sendiri. Ini merupakan prinsip kedua yang harus orang patuhi sehubungan dengan karier.
Mengenai topik perlunya orang melepaskan karier mereka, hari ini kita membahas dua prinsip. Sudahkah engkau memahami kedua prinsip ini? (Ya.) Setelah prinsip-prinsipnya jelas, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi bagaimana cara menerapkannya berdasarkan prinsip-prinsip ini. Pada akhirnya, mereka yang mampu mematuhi prinsip-prinsip ini adalah orang yang mengikuti jalan Tuhan, sedangkan mereka yang tidak mampu mematuhi prinsip-prinsip ini berarti sedang menyimpang dari jalan Tuhan. Sesederhana itu. Jika engkau mampu mematuhi prinsip-prinsip ini, engkau akan memperoleh kebenaran; jika engkau tidak mampu mematuhi prinsip-prinsip ini, engkau akan kehilangan kebenaran. Memperoleh kebenaran memberimu harapan untuk diselamatkan; tidak memperoleh kebenaran akan menyebabkanmu kehilangan harapan untuk diselamatkan—begitulah kenyataannya. Baiklah, mari kita akhiri persekutuan ini hari ini. Selamat tinggal!
10 Juni 2023