64. Kecongkakan Mendahului Kejatuhan
Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Kecongkakan adalah akar dari watak manusia yang rusak. Semakin congkak manusia, semakin besar kemungkinan mereka untuk menentang Tuhan. Seberapa seriuskah masalah ini? Orang yang memiliki watak yang congkak tidak hanya menganggap orang lain berada di bawah mereka, tetapi, yang terburuk dari semuanya, mereka bahkan bersikap merendahkan Tuhan. Meskipun, secara lahiriah, beberapa orang mungkin tampak percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia, mereka sama sekali tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan. Mereka selalu merasa bahwa mereka memiliki kebenaran dan menganggap diri mereka hebat. Inilah esensi dan akar dari watak yang congkak, dan itu berasal dari Iblis. Karena itu, masalah kecongkakan harus diselesaikan. Merasa bahwa seseorang lebih baik daripada yang lain—itu adalah masalah sepele. Masalah seriusnya adalah bahwa sikap congkak seseorang menghalangi orang tersebut untuk tunduk kepada Tuhan, pada pemerintahan-Nya, dan pengaturan-Nya; orang seperti itu selalu merasa ingin bersaing dengan Tuhan untuk mendapatkan kekuasaan atas orang lain. Orang seperti ini tidak sedikit pun menghormati Tuhan, apalagi mengasihi Tuhan atau tunduk kepada-Nya" (persekutuan Tuhan). Membaca firman Tuhan ini mengingatkanku pada sesuatu yang kualami beberapa waktu lalu. Saat itu, aku sangat congkak dan merasa diri benar. Aku telah menjadi pemimpin gereja selama beberapa tahun, aku telah melakukan beberapa pekerjaan dan telah mengalami sedikit penderitaan, dan mampu menyelesaikan beberapa masalah praktis dalam tugasku. Jadi, aku menggunakan semua ini demi keuntunganku, dan tidak memedulikan siapa pun. Kemudian aku ditangani dan didisiplinkan, dan melalui penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan, akhirnya aku mendapatkan beberapa pemahaman tentang naturku yang congkak. Aku merasa sangat menyesal dan membenci diriku sendiri. Aku mulai berfokus menerapkan kebenaran, dan mengalami beberapa perubahan.
Aku mengambil posisi kepemimpinan di gereja pada tahun 2015. Saudari Li bekerja bersamaku, dan dia baru mulai melayani sebagai pemimpin. Para diaken gereja dan pemimpin kelompok belum lama percaya kepada Tuhan, jadi persekutuan mereka akan kebenaran sedikit dangkal. Kupikir, "Aku lebih lama menjadi orang percaya dari kalian, dan telah beberapa waktu menjadi pemimpin. Aku harus memainkan peran utama di sini dan membuat semua orang melihat perbedaan yang dihasilkan pengalaman." Jadi, aku selalu menjadi orang pertama yang merespons dalam hal apa pun dan tiap kali ada saudara atau saudari yang sedang lemah atau mengalami kesulitan dalam tugasnya, setiap kali ada masalah dalam pekerjaan gereja, dalam masalah apa pun yang paling sulit, atau hal-hal yang tidak bisa diselesaikan oleh rekan dan rekan-rekan sekerjaku, aku tampil untuk menangani semua itu. Pekerjaan gereja mulai meningkat setelah beberapa saat dan keadaan saudara-saudari telah berbalik. Mereka mampu melakukan tugas dengan benar. Mereka juga suka mencariku untuk menyampaikan masalah mereka, dan meminta pendapatku. Aku benar-benar puas dengan diriku sendiri dan tak bisa menahan diri menghitung semua pekerjaan yang telah kulakukan, berpikir: "Tanpa aku yang memimpin, tak mungkin pekerjaan gereja akan berkembang begini baik. Jika bukan karena persekutuanku, keadaan orang lain tidak akan membaik begitu banyak. Sepertinya aku memang memiliki kenyataan kebenaran dan dapat melakukan pekerjaan praktis." Saudari Li kemudian harus pulang ke rumah untuk mengurus beberapa hal, jadi aku harus mengerjakan pekerjaan gereja sendirian. Pada awalnya, aku merasa sedikit tertekan dan bergantung kepada Tuhan setiap saat. Seusai setiap pertemuan aku mencari tahu bagaimana hasilnya, dan aku segera memberikan dukungan kepada yang merasa lemah atau negatif. Setelah beberapa waktu, aku melihat bahwa semua orang berkumpul dan melakukan tugas mereka sebagaimana mestinya, dan semua pekerjaan gereja berjalan dengan lancar. Aku menghela napas lega dan tak bisa menahan diri untuk merasa sangat puas dengan diriku sendiri. Aku merasa telah membuktikan diriku selama bertahun-tahun melayani sebagai pemimpin, bahwa aku telah melihat banyak hal dan menangani banyak masalah. Aku memiliki berbagai pengalaman kerja dan mampu mengurus masalah sendirian. Kupikir aku benar-benar adalah tiang penopang gereja. Terutama di masa itu, ketika aku bangun pagi-pagi sekali dan bekerja sampai malam tanpa mengeluh kelelahan atau kesulitan, aku benar-benar merasa layak mendapat pujian. Tanpa kusadari, aku hidup dalam keadaan sangat berpuas diri dan setiap kubaca firman Tuhan menghakimi dan menyingkapkan manusia, tak kuterapkan pada diriku. Ketika saudara-saudari dalam keadaan yang buruk, aku tidak mempersekutukan kebenaran kepada mereka, tetapi sebaliknya aku menolak dan sering memarahi mereka, berkata, "Kalian telah menjadi orang percaya begitu lama, tetapi masih tidak mengejar kebenaran. Bagaimana bisa kalian tak berubah sedikit pun?" Terkadang setelah mempersekutukan sesuatu, saudara-saudari mengatakan mereka tetap tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tanpa menanyakan alasannya, aku hanya mencela mereka, berkata, "Bukannya kalian tidak tahu, itu karena kalian tidak ingin melakukannya!" Mereka semua merasa terkekang olehku dan tidak berani lagi berbicara kepadaku tentang masalah mereka.
Saudari Liu kemudian terpilih sebagai pemimpin untuk bekerja bersamaku. Kupikir dia belum lama percaya kepada Tuhan dan dia mungkin tidak memahami beberapa hal bahkan setelah diskusi, jadi aku yang harus mengambil keputusan akhir untuk sebagian besar masalah gereja, besar dan kecil. Terkadang aku yang membuat keputusan dan kemudian menugaskan Saudari Liu melaksanakannya. Suatu hari, kami dapat surat dari pemimpin yang meminta kami merekomendasikan seseorang untuk tugas tertentu. Aku tahu ini terkait pekerjaan rumah Tuhan, jadi butuh diskusi dengan rekan dan rekan-rekan sekerjaku, tetapi kemudian kupikir, "Aku telah melakukan tugasku di gereja begitu lama. Aku mengetahui semua keadaan saudara-saudari, mestinya tak masalah jika aku yang putuskan." Jadi, aku mengambil keputusan tanpa mendiskusikannya dengan Saudari Liu lalu menugaskan dia untuk mengatur segalanya. Meskipun kami melayani sebagai pemimpin bersama-sama, aku memperlakukan dirinya seperti bawahan. Terkadang ketika dia tidak mengurus sesuatu dengan baik, aku pasti marah kepadanya. Dia hidup dalam kenegatifan dan merasa tak mampu memahami apa pun atau melakukan tugasnya dengan baik. Dia jadi begitu karena tekananku, tetapi aku tetap tidak merenungkan diri. Sebaliknya, aku bahkan semakin merasa bahwa aku memiliki kenyataan kebenaran dan aku cakap dalam pekerjaanku, jadi aku harus mengatur pekerjaan gereja. Aku menjadi semakin angkuh dan congkak. Ketika rekan-rekan sekerja mengajukan berbagai saran selama diskusi kerja, sering kali aku sama sekali tidak mempertimbangkannya, tetapi langsung menolaknya mentah-mentah. Kupikir, "Memangnya kalian tahu apa? Bukankah aku lebih tahu setelah bertahun-tahun sebagai pemimpin?" Akhirnya aku yang mengambil keputusan akhir atas segala sesuatu dalam pekerjaan gereja. Lalu Tuhan izinkan beberapa situasi terjadi untuk menanganiku. Aku terus menemui hambatan dalam tugasku. Aku lupa janji temu dengan orang-orang, dan menunjuk orang-orang yang tak sejalan dengan prinsip. Pemimpin menunjuk banyak kesalahan dalam pekerjaanku, menangani dan memangkasku. Bahkan di hadapan semua masalah ini, aku tetap tak merenungkan diri. Kupikir aku hanya perlu lebih teliti. Seorang rekan sekerja memperingatkanku, "Bukankah kau seharusnya merenungkan mengapa masalah ini tiba-tiba muncul?" Aku berkata dengan jijik, "Tak seorang pun yang sempurna, dan semua orang membuat kesalahan. Tidak perlu merenungkan segala sesuatu." Beberapa saudara-saudari bertanya apakah aku baik-baik saja, dan aku berkata aku baik-baik saja, tetapi di dalam hati aku berpikir, "Memangnya ada yang salah dengan diriku? Walau dalam keadaan buruk, aku mampu menanganinya sendiri. Kalian tidak perlu khawatir. Aku telah lama menjadi pemimpin, bukankah aku lebih memahami kebenaran dari kalian?" Bagaimanapun mereka memperingatkanku, aku tidak mau mendengarkan. Aku hidup sepenuhnya dalam watakku yang rusak dan rohku semakin gelap. Aku mulai terkantuk-kantuk saat membaca firman Tuhan dan tidak tahu harus berkata apa dalam doa. Semakin banyak masalah yang tiba-tiba mulai bermunculan di gereja. Aku benar-benar buta. Aku tidak memiliki wawasan terhadap banyak masalah dan tidak tahu cara menanganinya. Tak lama kemudian, survei pendapat umum diadakan di gereja, dan saudara-saudari semua berkata bahwa aku benar-benar congkak dan tidak mau menerima kebenaran. Mereka berkata aku diktator, bahwa aku selalu memarahi orang dan mengekang mereka. Akhirnya aku diberhentikan dari kedudukanku. Pada hari itu, pemimpin menyampaikan evaluasi semua orang kepadaku. Aku dapat merasakan Tuhan melampiaskan murka-Nya kepadaku melalui saudara-saudari yang menyingkapkan dan menanganiku. Aku merasa seperti tikus jalanan yang membuat semua orang jijik dan bahkan ditolak oleh Tuhan. Aku tidak mengerti bagaimana standar etikaku bisa begitu rendah. Dalam penderitaanku, aku datang ke hadapan Tuhan dalam pencarian: "Ya Tuhan, aku selalu menganggap aku bertanggung jawab dalam pekerjaan gereja, serta memiliki kenyataan kebenaran. Aku tidak pernah berpikir aku akan memiliki banyak masalah seperti sekarang. Di mata orang lain, aku adalah orang yang congkak yang tidak mau menerima kebenaran. Ya Tuhan, aku tidak tahu bagaimana aku bisa menjadi seperti ini. Kumohon beri aku pencerahan dan bimbing aku untuk mengenal diriku sendiri dan memahami kehendak-Mu."
Kemudian aku membaca firman dari Tuhan ini: "Sebaiknya engkau semua mencurahkan lebih banyak upaya untuk mengetahui kebenaran tentang mengenal dirimu sendiri. Mengapa engkau semua tidak berkenan bagi Tuhan? Mengapa watakmu adalah kejijikan bagi-Nya? Mengapa perkataanmu membangkitkan kebencian-Nya? Begitu engkau semua telah menunjukkan sedikit kesetiaan, engkau memuji dirimu sendiri dan menuntut upah untuk sumbangsih kecilmu; engkau memandang rendah orang lain ketika mampu memperlihatkan sedikit ketaatan, dan menjadi sombong di hadapan Tuhan setelah menyelesaikan tugas kecil. ... Mereka yang melakukan tugasnya dan yang tidak; mereka yang memimpin dan yang mengikuti; mereka yang menyambut Tuhan dan yang tidak; mereka yang memberi sumbangan dan yang tidak; mereka yang berkhotbah dan yang menerima firman, dan seterusnya: manusia-manusia seperti itu semuanya mencari pujian bagi diri mereka sendiri. Tidakkah menurutmu ini menggelikan? Sekalipun mengetahui sepenuhnya bahwa engkau percaya kepada Tuhan, engkau tidak dapat hidup sesuai dengan Tuhan. Sekalipun mengetahui sepenuhnya bahwa engkau sama sekali tidak layak, engkau tetap saja menyombong. Tidakkah engkau semua merasa bahwa akalmu sudah tumpul sedemikian rupa sampai-sampai engkau tidak lagi punya pengendalian diri?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Tidak Sesuai dengan Kristus Pasti Merupakan Lawan Tuhan"). "Jangan berpikir bahwa engkau memahami segalanya. Kukatakan kepadamu bahwa semua yang telah kaulihat dan alami tidak cukup bagimu untuk memahami bahkan seperseribu bagian saja dari rencana pengelolaan-Ku. Jadi mengapa engkau bertindak sedemikian sombongnya? Secuil bakat dan pengetahuan minim yang kaumiliki tidak cukup untuk Yesus pakai bahkan dalam satu detik pun dari pekerjaan-Nya! Seberapa banyakkah pengalaman yang sebenarnya kaumiliki? Apa yang telah kaulihat dan semua yang telah kaudengar di sepanjang hidupmu serta apa yang telah kaubayangkan jauh lebih sedikit dibandingkan pekerjaan yang Kulakukan sebentar saja! Sebaiknya engkau jangan suka mengkritik dan mencari-cari kesalahan. Engkau bisa bersikap congkak sesukamu, tetapi engkau tidak lebih daripada makhluk yang bahkan tidak setara dengan semut! Yang mampu kautampung di dalam perutmu lebih sedikit daripada isi perut seekor semut! Jangan mengira, hanya karena engkau telah mendapatkan sedikit pengalaman dan senioritas, maka ini membuatmu berhak untuk menggerakkan tanganmu dengan pongah dan bicara muluk-muluk. Bukankah pengalaman dan senioritasmu adalah hasil dari firman yang telah Kuucapkan? Apakah engkau menganggap bahwa semua itu adalah imbalan untuk kerja keras dan usahamu sendiri?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kedua Inkarnasi Melengkapi Signifikansi Inkarnasi"). Firman Tuhan tepat menyingkapkan keadaanku. Aku merasa kecewa dan sedih, dan baru saat itulah aku mulai merenungkan diri. Setelah melakukan tugasku sebagai pemimpin selama beberapa tahun, kupikir karena aku telah berada di posisi itu selama beberapa waktu, aku memahami lebih banyak kebenaran dan lebih cakap daripada yang orang lain, bahwa aku adalah tiang penopang gereja, dan gereja tidak dapat melakukannya tanpa diriku. Ketika aku mencapai sedikit keberhasilan dalam tugasku, kupikir aku telah mengerti segalanya, memiliki kenyataan kebenaran, dan lebih baik daripada semua orang. Kupikir telah lama percaya kepada Tuhan, memiliki banyak pengalaman adalah modalku untuk menjadi congkak dan bahwa posisiku lebih tinggi daripada orang lain. Aku sama sekali tidak mengindahkan saran saudara-saudari, apalagi menyelidiki atau menerimanya. Bahkan ketika mereka peduli dan bertanya tentang keadaanku, aku merasa tingkat pertumbuhanku lebih besar dari mereka, jadi aku mampu mengatasinya, dan tak butuh bantuan mereka. Ketika aku menemukan kesalahan dan kesulitan mereka, aku tidak mempersekutukan kebenaran untuk membantu mereka, tetapi menghina mereka. Pekerjaan mereka selalu salah di mataku dan aku memarahi mereka dengan angkuh. Akibatnya, saudara-saudari merasa terkekang olehku dan hidup dalam kenegatifan. Bagaimana itu bisa dikatakan melakukan tugasku? Itu jelas melakukan kejahatan. Aku tidak menyingkapkan apa pun selain watak jahat yang congkak dan sombong. Ketika Tuhan menjadi daging pada akhir zaman, mengungkapkan kebenaran dan bekerja untuk menyelamatkan manusia, Dia melakukan pekerjaan yang sangat besar, tetapi Dia tidak pernah pamer, dan Dia tidak memperkenalkan diri-Nya sebagai Tuhan. Sebaliknya, Dia rendah hati dan tersembunyi, secara diam-diam melakukan pekerjaan penyelamatan. Aku menyadari bahwa Tuhan sangat rendah hati dan indah, tetapi aku, yang dirusak sedemikian dalamnya oleh Iblis dan penuh dengan watak jahat, begitu memikirkan diri sendiri dan kemampuanku hanya karena telah lama percaya kepada Tuhan, dan aku memahami lebih banyak doktrin, dan memiliki beberapa pengalaman kerja. Aku merasa hebat dan lebih baik daripada orang lain. Aku sama sekali tidak mengenal diriku sendiri, aku tidak tahu apa pun tentang diriku, dan kecongkakanku di luar nalar. Aku mengerikan. Setelah disingkapkan oleh Tuhan, akhirnya aku menyadari tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya. Aku dapat menyelesaikan beberapa masalah dalam tugasku hanya karena pekerjaan Roh Kudus. Tanpa pekerjaan dan bimbingan-Nya, aku sama sekali buta dan tidak memahami apa pun. Aku tidak mampu mengatasi masalahku sendiri, apalagi masalah orang lain. Meskipun demikian, aku menjadi sangat sombong. Aku benar-benar sangat congkak. Pada saat itu aku merasa malu dengan perilakuku.
Kemudian aku membaca firman Tuhan ini: "Jika engkau benar-benar memiliki kebenaran di dalam dirimu, jalan yang engkau tempuh akan secara alami menjadi jalan yang benar. Tanpa kebenaran, akan mudah bagimu untuk melakukan kejahatan, dan engkau akan melakukannya meskipun engkau sendiri tidak mau. Misalnya, jika kecongkakan dan kesombongan ada dalam dirimu, engkau akan merasa mustahil untuk berhenti menentang Tuhan; engkau akan merasa terdorong untuk menentang Dia. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu untuk meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri, dan pada akhirnya duduk di tempat Tuhan dan memberi kesaksian bagi dirimu sendiri. Pada akhirnya engkau akan mengubah ide, pemikiran, dan gagasanmu sendiri menjadi kebenaran yang harus disembah. Lihatlah betapa banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong! Untuk bisa mengatasi tindakan jahatnya, mereka harus terlebih dahulu mengatasi masalah dalam natur mereka. Tanpa perubahan dalam watak, tidaklah mungkin untuk mendatangkan penyelesaian fundamental atas masalah ini" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya"). Setelah membaca firman Tuhan aku menyadari naturku yang congkak adalah penyebab aku melakukan kejahatan dan menentang Tuhan. Aku mengakui hasil pekerjaan Roh Kudus sebagai milikku saat aku mencapai sedikit keberhasilan dalam tugasku, memamerkan diriku sebagai anak kesayangan gereja. Tanpa tahu malu aku meyakini diriku sebagai penerima penyelamatan Tuhan, tetapi aku sama sekali tidak mengenal diriku sendiri. Dalam tugasku, aku selalu memamerkan senioritasku, menganggap diriku lebih baik dan lebih tinggi daripada siapa pun, selalu menyuruh-nyuruh orang lain. Aku bahkan menggunakan firman Tuhan untuk menegur saudara-saudari, dan ketika mengatur pekerjaan, aku tidak berdiskusi dengan saudari rekan kerjaku. Sebaliknya, aku bertindak otoriter dan menentukan sendiri. Aku bahkan membuat keputusan sepihak pada hal-hal penting untuk pekerjaan rumah Tuhan. Aku hanya menjadikan Saudari Liu pemimpin boneka dan menciptakan kerajaan sendiri dalam gereja. Karena naturku yang congkak, aku mengabaikan orang lain dan tidak bergantung kepada Tuhan. Aku tidak mencari prinsip-prinsip kebenaran ketika dihadapkan pada suatu masalah, dan aku bahkan mengambil gagasanku sendiri sebagai kebenaran, memaksa orang lain mendengarkan dan menaatiku. Itu mengingatkanku saat Tuhan memberi penghulu malaikat kuasa untuk mengatur para malaikat lain di surga, tetapi dia kehilangan semua nalar dalam kecongkakannya, merasa dia adalah ciptaan yang istimewa dan ingin menjadi setara dengan Tuhan. Akibatnya, itu menyinggung watak Tuhan, dan Tuhan mengutuk dia dan melemparkannya ke bumi dari surga. Kini, Tuhan mengangkatku untuk bekerja sebagai pemimpin sehingga aku akan meninggikan dan memberikan kesaksian tentang Dia, agar aku bersekutu menyelesaikan masalah praktis, membantu orang lain memahami kebenaran dan tunduk kepada Tuhan. Namun aku tidak mencari kebenaran atau melakukan tugasku sesuai dengan tuntutan Tuhan. Aku malah merebut kekuasaan, menjadikan diriku pusat perhatian, dan membuat semua orang mendengarkan dan menaatiku. Apa bedanya diriku dengan penghulu malaikat? Tuhan mengatur keadaan untuk menghalangi jalanku, kemudian memperingatkanku melalui saudara-saudari, tetapi aku sama sekali tidak menerimanya atau merenungkan diriku sendiri. Aku sangat keras dan memberontak! Aku telah melakukan tugasku dengan watakku yang congkak, menekan saudara-saudari, mengakibatkan mereka hidup dalam kenegatifan dan tidak mampu menyelesaikan kesulitan mereka. Juga tidak ada kemajuan apa pun dalam pekerjaan gereja. Itu semua kejahatan yang kulakukan karena dikendalikan oleh kecongkakanku! Aku memiliki natur yang sedemikian keras kepala dan congkak. Tanpa Tuhan menyingkapkan dan menanganiku dengan keras melalui saudara-saudari, dan memberhentikanku dari tugasku, aku tidak akan pernah merenungkan diriku sendiri. Jika itu terus berlanjut, aku hanya akan melakukan lebih banyak kejahatan. Aku akan menyinggung watak Tuhan, lalu dikutuk dan dihukum Tuhan, seperti penghulu malaikat. Pada saat itu aku mendapatkan pemahaman tentang maksud baik Tuhan. Dia melakukan ini untuk menghentikanku di jalan jahatku dan memberiku kesempatan untuk bertobat. Ini adalah Tuhan yang melindungi dan menyelamatkanku. Aku bersyukur kepada Tuhan dari lubuk hatiku.
Setelah aku digantikan, Saudari Liu dapat melakukan tugasnya secara normal, dan dari apa yang orang lain katakan, meskipun pemimpin dan diaken yang baru terpilih belum lama menjadi orang percaya, ketika mendiskusikan pekerjaan, tak ada yang berpegang teguh pada gagasannya sendiri, melainkan berdoa dan bersandar kepada Tuhan, mencari prinsip kebenaran bersama-sama. Semua orang bekerja bersama, dan pekerjaan gereja berangsur-angsur meningkat lagi. Aku benar-benar malu mendengar ini. Aku selalu berpikir pekerjaan gereja tidak bisa berlanjut tanpa diriku, tetapi dihadapkan dengan fakta itu, aku sadar pekerjaan rumah Tuhan semuanya dilakukan dan didukung oleh Roh Kudus, tak mampu dilakukan oleh satu orang. Orang-orang senang bekerja sama dan melakukan tugas mereka. Berapa lama pun kita telah percaya kepada Tuhan, selama kita mengandalkan Tuhan untuk mencari dan menerapkan kebenaran dalam tugas kita, kita akan mendapatkan bimbingan dan berkat Tuhan. Melakukan tugasku tanpa mencari kebenaran, tetapi dengan congkak melakukan apa pun yang kuinginkan, dan menjadi diktator adalah memuakkan bagi Tuhan. Tanpa bimbingan Tuhan, aku kehilangan pekerjaan Roh Kudus dan menjadi orang tak berguna. Aku tak berdaya. Dahulu aku sangat congkak, membabi buta, dengan angkuh menyuruh-nyuruh orang, mengekang dan menyakiti saudara-saudari, dan aku telah mengganggu pekerjaan gereja. Aku merasa sangat bersalah, dan mencela diriku. Aku berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku telah begitu buta. Aku belum mengenal diriku sendiri, selalu berpikir aku lebih mengerti karena sudah menjadi pemimpin lebih lama, jadi lebih baik dari semua orang. Kecongkakanku memimpinku dalam tugasku, dan ini mengganggu pekerjaan rumah-Mu. Ya Tuhan, aku tidak mau lagi menentang-Mu, dan aku ingin sungguh-sungguh bertobat."
Kemudian aku membaca firman Tuhan ini: "Engkau harus tahu orang-orang macam apa yang Aku inginkan; mereka yang tidak murni tidak diizinkan masuk ke dalam kerajaan, mereka yang tidak murni tidak diizinkan mencemarkan tanah yang kudus. Meskipun engkau mungkin sudah melakukan banyak pekerjaan, dan telah bekerja selama bertahun-tahun, pada akhirnya, jika engkau masih sangat kotor, maka menurut hukum Surga tidak dapat dibenarkan jika engkau berharap dapat masuk ke dalam kerajaan-Ku! Semenjak dunia dijadikan sampai saat ini, tak pernah Aku menawarkan jalan masuk yang mudah ke dalam kerajaan-Ku kepada orang-orang yang menjilat untuk mendapatkan perkenanan-Ku. Ini adalah peraturan surgawi, dan tak seorang pun dapat melanggarnya! Engkau harus mencari hidup. Sekarang ini, orang-orang yang disempurnakan adalah mereka yang sejenis dengan Petrus. Mereka adalah orang-orang yang mengusahakan perubahan pada wataknya sendiri, dan bersedia menjadi kesaksian bagi Tuhan serta melaksanakan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hanya orang-orang seperti inilah yang akan disempurnakan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). "Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan yang utama, bukan berdasarkan sejauh mana mereka mengundang rasa kasihan, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini. Engkau semua harus menyadari bahwa semua orang yang tidak mengikuti kehendak Tuhan juga akan dihukum. Ini adalah fakta yang tak dapat diubah" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). Firman Tuhan sangat jelas. Tuhan menentukan kesudahan manusia bukan dari berapa lama mereka sudah percaya, berapa banyak mereka dapat berkhotbah, atau telah bekerja, tetapi dengan apakah mereka mengejar kebenaran, apakah mereka telah mengubah watak mereka yang rusak, dan apakah mereka mampu melakukan tugas makhluk ciptaan. Inilah hal-hal yang terpenting. Sebelumnya, aku tidak pernah mengenal watak benar Tuhan. Aku telah lama percaya, berpengalaman beberapa tahun sebagai pemimpin, dan aku berhasil dalam tugasku. Kugunakan semuanya demi keuntunganku. Kupikir jika aku terus mengejar dengan cara itu, aku akan diselamatkan oleh Tuhan, jadi aku tak fokus pada pengalaman dihakimi, dihajar, ditangani, dan dipangkas oleh Tuhan. Aku khususnya tidak mencari kebenaran dalam tugasku untuk menyelesaikan watakku yang rusak. Akibatnya, watak hidupku tak berubah setelah lama percaya kepada Tuhan, dan hidup menuruti natur jahatku yang congkak, berbuat jahat dan menentang Tuhan. Aku menyadari kita tak dapat mengenal diri sendiri atau benar-benar bertobat kepada Tuhan jika tidak mengejar kebenaran dalam kepercayaan kita. Sebanyak apa pun pekerjaan yang kita lakukan, persekutuan yang kita sampaikan, tanpa perubahan dalam watak hidup, kita tetap akan dikutuk dan disingkirkan Tuhan. Ini ditentukan oleh watak benar Tuhan dan esensi-Nya yang kudus. Setelah memahami kehendak Tuhan aku tak lagi mengambil keuntungan dari seberapa lama aku percaya atau seberapa banyak pekerjaan yang kulakukan, tetapi mulai fokus berupaya menerapkan firman Tuhan, merenungkan dan mengenal diriku, dan mengejar perubahan dalam watakku yang jahat.
Setelah itu, aku diberi tugas lain di gereja. Ketika bekerja dengan saudara-saudari, aku lebih rendah hati, dan ketika mereka mengemukakan pandangan yang berbeda, terkadang aku merasa aku benar dan ingin mereka mendengarkanku, tetapi aku segera menyadari bahwa aku sedang kembali menunjukkan naturku yang congkak, jadi aku selalu berdoa kepada Tuhan dan mengesampingkan diriku sendiri untuk mencari kebenaran bersama saudara-saudari, dan menyelesaikan semua lewat diskusi. Semua saudara-saudari berkata aku tak congkak seperti sebelumnya, jauh lebih dewasa. Mendengar penilaian dari mereka ini benar-benar mengharukan bagiku. Aku tahu ini tercapai oleh penghakiman dan hajaran firman Tuhan. Meskipun aku belum sepenuhnya menyingkirkan watakku yang congkak dan aku masih jauh dari standar yang Tuhan tuntut, aku telah melihat kasih dan penyelamatan Tuhan. Aku telah menyadari bahwa pekerjaan dan firman Tuhan benar-benar dapat mengubah dan menyucikan manusia.