Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I

Otoritas Tuhan (I)

Beberapa persekutuan terakhir-Ku adalah tentang pekerjaan Tuhan, watak Tuhan, dan Tuhan itu sendiri. Setelah mendengar persekutuan ini, apakah engkau semua merasa bahwa engkau telah memperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang watak Tuhan? Tingkat pemahaman dan pengetahuan seperti apa yang telah engkau peroleh? Dapatkah engkau semua mengukurnya? Apakah persekutuan-persekutuan ini memberimu pemahaman yang lebih dalam tentang Tuhan? Dapatkah dikatakan bahwa pemahaman ini adalah pengetahuan yang benar tentang Tuhan? Dapatkah dikatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentang Tuhan ini adalah pengetahuan tentang seluruh hakikat Tuhan, dan semua yang dimiliki-Nya dan siapa Dia? Tidak, jelas tidak! Itu karena persekutuan ini hanya memberikan pemahaman tentang sebagian dari watak Tuhan, dan apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia—bukan semua hal itu dalam keseluruhannya. Persekutuan-persekutuan ini memampukanmu untuk memahami bagian dari pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan di masa yang lalu; melalui beberapa persekutuan ini, engkau melihat watak Tuhan, dan apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia, juga pendekatan dan pemikiran di balik segala sesuatu yang telah Dia lakukan. Namun, ini hanyalah pemahaman yang lisan dan harfiah tentang Tuhan, dan, di dalam hatimu, engkau tetap tidak yakin seberapa nyatakah pemahaman itu. Apa yang terutama menentukan apakah terdapat kenyataan dalam pemahaman orang tentang hal-hal semacam itu? Itu ditentukan oleh seberapa banyak firman dan watak Tuhan yang telah benar-benar mereka alami selama pengalaman nyata mereka, dan seberapa banyak yang telah mampu mereka lihat dan ketahui selama pengalaman nyata ini. Adakah yang pernah mengucapkan perkataan seperti ini: "Beberapa persekutuan terakhir memungkinkan kami untuk memahami hal-hal yang dilakukan oleh Tuhan, pikiran Tuhan, dan, terlebih lagi, sikap Tuhan terhadap manusia dan dasar dari tindakan-Nya, juga prinsip di balik tindakan-Nya; dan karenanya, kami telah mulai memahami watak Tuhan, dan telah mengetahui seluruhnya tentang Tuhan"? Benarkah mengatakan ini? Jelas tidak benar. Mengapa Kukatakan bahwa tidaklah benar mengatakan ini? Watak Tuhan, dan apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia diungkapkan dalam hal-hal yang telah Dia lakukan dan firman yang telah Dia ucapkan. Melalui pekerjaan yang telah Tuhan lakukan dan firman yang telah Dia ucapkan, manusia mampu melihat apa yang dimiliki oleh Tuhan dan siapa Tuhan itu, tetapi ini hanya berarti bahwa pekerjaan dan firman tersebut memampukan manusia untuk memahami hanya sebagian dari watak Tuhan, dan sebagian dari apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia. Jika manusia ingin memperoleh pemahaman yang lebih besar dan lebih mendalam tentang Tuhan, manusia harus lebih banyak mengalami firman dan pekerjaan Tuhan. Meski manusia hanya memperoleh pemahaman yang parsial tentang Tuhan saat mengalami bagian dari firman atau pekerjaan Tuhan, apakah pemahaman yang parsial ini merepresentasikan watak Tuhan yang sebenarnya? Apakah pemahaman yang parsial itu merepresentasikan hakikat Tuhan? Tentu saja, itu merepresentasikan watak Tuhan yang sebenarnya, dan hakikat Tuhan; tentang hal itu, tak perlu diragukan lagi. Terlepas dari waktu atau tempatnya, atau dengan cara apa Tuhan melakukan pekerjaan-Nya, atau dalam bentuk apa Dia menampakkan diri kepada manusia, atau dengan cara apa Dia mengungkapkan maksud-Nya, semua yang Dia nyatakan dan ungkapkan merepresentasikan Tuhan itu sendiri, hakikat Tuhan, dan apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia. Tuhan melakukan pekerjaan-Nya dengan apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia, dan dalam identitas-Nya yang sesungguhnya; ini sepenuhnya benar. Namun, sekarang ini, orang hanya memiliki pemahaman yang parsial tentang Tuhan melalui firman-Nya, dan melalui apa yang mereka dengar saat mereka mendengarkan khotbah, dan karenanya, sampai taraf tertentu, pemahaman ini hanya bisa dikatakan sebagai pengetahuan teoretis. Mempertimbangkan keadaanmu saat ini, engkau hanya bisa memverifikasi pemahaman atau pengetahuan tentang Tuhan yang telah engkau dengar, lihat, atau ketahui dan pahami dalam hatimu saat ini hanya jika engkau masing-masing menjalaninya dalam kehidupan nyata, dan mulai mengenalnya sedikit demi sedikit. Jika Aku tidak mempersekutukan firman ini bersamamu, apakah engkau akan mampu mencapai pengetahuan yang benar tentang Tuhan hanya melalui pengalamanmu? Melakukan seperti itu, Aku khawatir, akan sangat sulit. Itu karena orang pertama-tama harus memiliki firman Tuhan agar tahu bagaimana cara untuk mengalami. Seberapa banyak firman Tuhan yang orang makan, sebanyak itulah yang sebenarnya bisa mereka alami. Firman Tuhan membuka jalan ke depan dan memandu manusia dalam pengalamannya. Singkatnya, bagi mereka yang memiliki sedikit pengalaman nyata, beberapa persekutuan belakangan ini akan membantu mereka mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang kebenaran, dan pengetahuan yang lebih bersifat nyata tentang Tuhan. Namun, bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman nyata, atau yang baru saja memulai pengalaman mereka, atau baru saja mulai bersentuhan dengan kenyataan, ini adalah ujian yang sangat bagus.

Isi utama dari beberapa persekutuan terakhir berkaitan dengan "watak Tuhan, pekerjaan Tuhan, dan Tuhan itu sendiri". Apa yang engkau semua lihat dalam bagian penting dan inti dari segala sesuatu yang Aku bicarakan? Melalui beberapa persekutuan ini, apakah engkau semua mampu mengenali bahwa Dia yang melakukan pekerjaan, Dia yang menyingkapkan watak-watak ini, adalah Tuhan yang unik itu sendiri, yang berdaulat atas segala sesuatu? Jika jawabanmu adalah "ya", lalu apa yang menuntunmu sampai pada kesimpulan seperti itu? Dalam mencapai kesimpulan ini, berapa banyak aspek yang engkau pertimbangkan? Adakah yang bisa mengatakannya kepada-Ku? Aku tahu bahwa beberapa persekutuan terakhir sangat memengaruhimu, dan memberikan awal yang baru dalam hatimu bagi pengetahuanmu tentang Tuhan, yang adalah hal yang sangat baik. Namun, meskipun, dibandingkan sebelumnya, engkau telah membuat lompatan sangat besar dalam pemahamanmu tentang Tuhan, definisimu tentang identitas Tuhan belum berkembang melebihi nama Tuhan Yahweh pada Zaman Hukum Taurat, nama Tuhan Yesus pada Zaman Kasih Karunia, dan nama Tuhan Yang Mahakuasa pada Zaman Kerajaan. Ini berarti bahwa, meskipun persekutuan tentang "watak Tuhan, pekerjaan Tuhan, dan Tuhan itu sendiri" memberimu beberapa pemahaman mengenai firman yang pernah diucapkan oleh Tuhan, dan pekerjaan yang pernah dilakukan oleh Tuhan, dan wujud serta kepunyaan yang pernah diungkapkan oleh Tuhan, engkau semua tidak mampu memberikan definisi yang benar dan orientasi yang akurat mengenai kata "Tuhan". Engkau semua juga tidak memiliki orientasi dan pengetahuan yang akurat dan benar tentang status dan identitas Tuhan itu sendiri, atau dengan kata lain, status Tuhan di antara segala sesuatu dan di seluruh alam semesta. Itu adalah karena dalam persekutuan sebelumnya tentang Tuhan itu sendiri dan watak Tuhan, seluruh isinya adalah didasarkan pada penyingkapan dan pengungkapan Tuhan sebelumnya seperti yang tercatat dalam Alkitab. Namun, sulit bagi manusia untuk menemukan wujud dan kepunyaan yang dinyatakan dan diungkapkan oleh Tuhan selama, atau di luar, pengelolaan dan penyelamatan umat manusia oleh-Nya. Jadi, sekalipun engkau semua memahami wujud dan kepunyaan Tuhan yang diungkapkan dalam pekerjaan yang telah Dia lakukan di masa lalu, definisimu tentang identitas dan status Tuhan masih sangat jauh dari "Tuhan yang unik, Dia yang berdaulat atas segala sesuatu," dan itu berbeda dari definisi "Sang Pencipta". Beberapa persekutuan terakhir membuat setiap orang merasakan hal sama: bagaimana mungkin manusia mengetahui pikiran Tuhan? Jika seseorang benar-benar mengetahuinya, orang itu pasti adalah Tuhan, karena hanya Tuhan itu sendiri yang mengetahui pikiran-Nya sendiri, dan hanya Tuhan itu sendiri yang mengetahui dasar dan pendekatan yang mendasari segala sesuatu yang Dia lakukan. Sepertinya masuk akal dan logis bagimu untuk mengenali identitas Tuhan dengan cara demikian, tetapi siapa yang bisa mengetahui dari watak dan pekerjaan Tuhan bahwa ini benar-benar merupakan pekerjaan Tuhan itu sendiri, dan bukan pekerjaan manusia, pekerjaan yang tak bisa dilakukan oleh manusia atas nama Tuhan? Siapa bisa melihat bahwa pekerjaan ini berada di bawah kedaulatan Dia yang memiliki hakikat dan kuasa Tuhan? Dengan kata lain, melalui karakteristik atau hakikat apa engkau semua mengenali bahwa Dia adalah Tuhan itu sendiri, yang memiliki identitas Tuhan, dan adalah Dia yang berdaulat atas segala sesuatu? Pernahkah engkau semua berpikir tentang hal tersebut? Jika belum, ini membuktikan satu fakta: beberapa persekutuan terakhir hanya memberimu beberapa pemahaman mengenai potongan sejarah, di mana Tuhan melakukan pekerjaan-Nya, dan mengenai pendekatan, perwujudan, dan pengungkapan Tuhan sepanjang pekerjaan tersebut. Meski pemahaman seperti itu membuat setiap orang dari antaramu mengakui tanpa keraguan bahwa Dia yang melakukan kedua tahap pekerjaan ini adalah Tuhan itu sendiri yang engkau semua percayai dan ikuti, Dia yang harus selalu engkau ikuti, engkau semua masih tidak mampu mengenali bahwa Dia adalah Tuhan yang telah ada sejak penciptaan dunia, dan yang akan ada untuk selama-lamanya, dan engkau juga tidak mampu mengenali bahwa Dia adalah Pribadi yang memimpin dan berdaulat atas seluruh umat manusia. Engkau semua pasti belum pernah memikirkan masalah ini. Baik itu Yahweh atau Tuhan Yesus, melalui aspek manakah dari hakikat dan perwujudan tersebut engkau mampu mengenali bahwa Dia bukan saja adalah Tuhan yang harus engkau semua ikuti, tetapi juga Pribadi yang memerintah umat manusia dan berdaulat atas nasib umat manusia, dan lebih dari itu, adalah Tuhan yang unik itu sendiri, yang berdaulat atas langit dan bumi dan segala sesuatu? Melalui saluran mana engkau semua mengenali bahwa Dia yang engkau semua percayai dan ikuti adalah Tuhan itu sendiri yang berdaulat atas segala sesuatu? Melalui saluran mana engkau semua menghubungkan Tuhan yang engkau semua percayai dengan Tuhan yang berdaulat atas nasib umat manusia? Apa yang memungkinkanmu mengenali bahwa Tuhan yang engkau semua percayai adalah Tuhan yang unik itu sendiri, yang ada di surga dan di bumi, dan di antara segala sesuatu? Inilah masalah yang akan Kujelaskan di bagian selanjutnya.

Masalah-masalah yang tak pernah atau tak dapat engkau semua pikirkan bisa jadi merupakan masalah yang paling penting untuk mengenal Tuhan, dan yang di dalamnya dapat dicari kebenaran-kebenaran yang tak terselami bagi manusia. Ketika masalah-masalah ini menghampirimu sedemikian rupa, sampai-sampai engkau diharuskan untuk menghadapinya, dan membuat pilihan, jika engkau tak mampu menyelesaikannya sepenuhnya karena kebodohan dan ketidaktahuanmu, atau karena pengalamanmu terlalu dangkal dan engkau kurang memiliki pengetahuan yang benar tentang Tuhan, maka masalah-masalah itu akan menjadi penghalang dan rintangan terbesar di jalan kepercayaanmu kepada Tuhan. Jadi, Aku merasa sangat perlu untuk bersekutu denganmu mengenai topik ini. Apakah engkau semua tahu apa masalahmu sekarang? Apakah engkau semua jelas tentang masalah yang Kubicarakan ini? Apakah ini adalah masalah yang akan engkau hadapi? Apakah ini adalah masalah yang tidak engkau pahami? Apakah ini adalah masalah yang belum pernah terpikirkan olehmu? Apakah masalah ini penting bagimu? Apakah ini benar-benar merupakan masalah? Perkara ini merupakan sumber kebingungan besar bagimu, yang menunjukkan bahwa engkau semua tidak memiliki pemahaman yang benar tentang Tuhan yang engkau percayai, dan bahwa engkau tidak menganggap-Nya serius. Ada orang-orang yang mengatakan: "Aku tahu Dia adalah Tuhan, jadi aku mengikuti-Nya, karena firman-Nya adalah pengungkapan Tuhan. Itu sudah cukup. Bukti apa lagi yang dibutuhkan? Tentunya kita tidak perlu meragukan Tuhan, bukan? Tentunya kita tidak seharusnya menguji Tuhan, bukan? Tentunya kita tidak perlu mempertanyakan hakikat Tuhan dan identitas Tuhan itu sendiri, bukan?" Terlepas dari apakah engkau semua berpikir seperti ini, Aku tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti itu untuk membuatmu bingung tentang Tuhan, atau membuatmu menguji-Nya, apalagi memberimu keraguan tentang identitas dan hakikat Tuhan. Sebaliknya, Aku melakukannya untuk mendorong agar di dalam dirimu terdapat pemahaman yang lebih besar tentang hakikat Tuhan, dan kepastian serta keyakinan yang lebih besar tentang status Tuhan, sehingga Tuhan dapat menjadi satu-satunya Pribadi di dalam hati semua orang yang mengikuti Tuhan, dan sehingga status asli Tuhan—sebagai Sang Pencipta, Yang Berdaulat atas segala sesuatu, Tuhan yang unik itu sendiri—dapat dipulihkan dalam hati setiap makhluk ciptaan. Inilah juga tema yang akan Kupersekutukan.

Sekarang, mari kita mulai membaca ayat-ayat berikut dari Alkitab.

1. Tuhan Menggunakan Firman untuk Menciptakan Segala Sesuatu

Kejadian 1:3-5 Dan Tuhan berfirman, "Jadilah terang." Dan terang pun jadi. Dan Tuhan melihat terang itu baik: lalu Dia memisahkan terang dari gelap. Dan Tuhan menyebut terang itu siang dan gelap itu malam. Jadilah malam dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

Kejadian 1:6-7 Dan Tuhan berfirman, "Jadilah cakrawala di tengah air, untuk memisahkan air dari air." Maka Tuhan menciptakan cakrawala dan memisahkan air yang ada di bawah cakrawala dari air yang di atas cakrawala. Maka jadilah demikian.

Kejadian 1:9-11 Dan Tuhan berfirman, "Hendaklah air di bawah langit berkumpul di satu tempat, dan tanah yang kering terlihat." Maka jadilah demikian. Tuhan menyebut tanah yang kering itu Darat; dan air yang berkumpul itu disebut-Nya Laut: dan Tuhan melihat semuanya itu baik. Lalu Tuhan berfirman, "Hendaklah tanah menumbuhkan rumput, tanaman yang menghasilkan biji, dan pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji sesuai jenisnya di bumi." Maka jadilah demikian.

Kejadian 1:14-15 Dan Tuhan berfirman, "Jadilah benda-benda penerang di cakrawala di langit untuk memisahkan siang dari malam; dan biarlah mereka ada untuk menjadi penanda, yang menunjukkan musim, hari-hari, dan tahun-tahun. Biarlah benda-benda itu menjadi penerang di cakrawala di langit untuk menerangi bumi." Maka jadilah demikian.

Kejadian 1:20-21 Dan Tuhan berfirman, "Hendaklah air menghasilkan banyak makhluk yang bergerak dan bernyawa dan ada burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala di langit." Maka Tuhan menciptakan binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang ada di air, dan segala jenis burung bersayap, dan Tuhan melihat semuanya itu baik.

Kejadian 1:24-25 Dan Tuhan berfirman, "Hendaklah bumi mengeluarkan segala makhluk hidup sesuai jenisnya masing-masing, ternak dan binatang melata, dan binatang liar sesuai jenisnya masing-masing." Maka jadilah demikian. Dan Tuhan menciptakan segala jenis binatang liar sesuai jenisnya masing-masing, segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di bumi sesuai jenisnya masing-masing: dan Tuhan melihat semuanya itu baik.

Pada Hari Pertama, Siang dan Malam Umat Manusia Dilahirkan dan Berdiri Teguh Berkat Otoritas Tuhan

Mari kita melihat nas pertama: "Dan Tuhan berfirman, 'Jadilah terang.' Dan terang pun jadi. Tuhan melihat terang itu baik: lalu Dia memisahkan terang dari gelap. Dan Tuhan menyebut terang itu siang dan gelap itu malam. Jadilah malam dan jadilah pagi, itulah hari pertama" (Kejadian 1:3-5). Nas ini menjelaskan tindakan pertama Tuhan di awal penciptaan, dan di hari pertama yang Tuhan lewati, di mana ada malam dan pagi. Namun, itu adalah hari yang luar biasa: Tuhan mulai mempersiapkan terang bagi segala sesuatu, dan, terlebih lagi, memisahkan terang dari gelap. Pada hari ini, Tuhan mulai berbicara, dan firman serta otoritas-Nya ada secara berdampingan. Otoritas-Nya mulai ditunjukkan di antara segala sesuatu, dan kuasa-Nya tersebar di antara segala sesuatu sebagai hasil dari firman-Nya. Mulai hari ini dan seterusnya, segala sesuatu terbentuk dan berdiri teguh karena firman Tuhan, otoritas Tuhan, dan kuasa Tuhan, dan semua itu mulai berfungsi berkat firman Tuhan, otoritas Tuhan, dan kuasa Tuhan. Saat Tuhan mengucapkan firman, "Jadilah terang," terang itu pun jadi. Tuhan tidak memulai program pekerjaan apa pun; terang itu muncul sebagai hasil dari firman-Nya. Inilah terang yang Tuhan sebut siang, dan manusia masih bergantung pada keberadaannya hingga hari ini. Atas perintah Tuhan, hakikat dan nilai terang tersebut tidak pernah berubah, dan terang itu tak pernah lenyap. Keberadaannya menunjukkan otoritas dan kuasa Tuhan, dan menyatakan keberadaan Sang Pencipta. Terang itu berulang kali menyatakan dengan tegas identitas dan status Sang Pencipta. Terang itu bukan tak berwujud, atau ilusi, tetapi merupakan cahaya nyata yang dapat dilihat oleh manusia. Sejak saat itu dan seterusnya, dalam dunia yang kosong ini, di mana "bumi tidak berbentuk dan kosong; dan kegelapan menutupi lautan yang dalam," dihasilkanlah hal materiel pertama. Hal ini berasal dari firman yang keluar dari mulut Tuhan, dan muncul dalam tindakan pertama penciptaan segala sesuatu oleh karena otoritas dan perkataan Tuhan. Segera setelah itu, Tuhan memerintahkan terang dan gelap untuk berpisah .... Segala sesuatu berubah dan diselesaikan oleh karena firman Tuhan .... Tuhan menyebut terang ini "Siang," dan gelap itu disebut-Nya "Malam". Pada waktu itu, malam pertama dan pagi pertama dihasilkan di dunia yang ingin Tuhan ciptakan, dan Tuhan berfirman bahwa inilah hari yang pertama. Hari ini adalah hari pertama penciptaan segala sesuatu oleh Sang Pencipta, dan merupakan awal dari penciptaan segala sesuatu, dan merupakan pertama kalinya otoritas dan kuasa Sang Pencipta telah dipertunjukkan di dunia yang sudah Dia ciptakan ini.

Melalui firman ini, manusia mampu melihat otoritas Tuhan, dan otoritas firman Tuhan, serta kuasa Tuhan. Karena hanya Tuhan yang memiliki kuasa seperti itu, maka hanya Tuhan yang memiliki otoritas seperti itu; karena Tuhan memiliki otoritas seperti itu, maka hanya Tuhan yang memiliki kuasa seperti itu. Mungkinkah manusia atau objek apa pun memiliki otoritas dan kuasa seperti ini? Adakah jawaban di dalam hatimu? Selain Tuhan, adakah makhluk ciptaan atau bukan ciptaan yang memiliki otoritas seperti itu? Pernahkah engkau semua melihat contoh sesuatu seperti ini dalam buku atau publikasi apa pun? Apakah ada catatan bahwa seseorang menciptakan langit dan bumi dan segala sesuatu? Catatan seperti itu tidak muncul dalam buku atau catatan lain apa pun; ini, tentu saja, adalah satu-satunya firman yang otoritatif dan berkuasa tentang penciptaan dunia yang luar biasa oleh Tuhan, yang dicatat dalam Alkitab; firman ini membuktikan otoritas unik Tuhan, dan identitas unik Tuhan. Dapatkah dikatakan bahwa otoritas dan kuasa seperti itu melambangkan identitas unik Tuhan? Dapatkah dikatakan bahwa otoritas dan kuasa seperti itu dimiliki oleh Tuhan, dan hanya oleh Tuhan? Tak diragukan lagi, hanya Tuhan itu sendirilah yang memiliki otoritas dan kuasa seperti itu! Otoritas dan kuasa ini tidak dapat dimiliki atau digantikan oleh makhluk ciptaan atau bukan ciptaan mana pun! Apakah ini adalah salah satu karakteristik dari Tuhan yang unik itu sendiri? Pernahkah engkau semua menyaksikannya? Firman ini dengan cepat dan jelas memungkinkan orang-orang untuk memahami fakta bahwa Tuhan memiliki otoritas yang unik, dan kuasa yang unik, dan identitas serta status yang tertinggi. Dari persekutuan di atas, dapatkah engkau semua mengatakan bahwa Tuhan yang engkau semua percayai adalah Tuhan yang unik itu sendiri?

Pada Hari Kedua, Otoritas Tuhan Mengatur Air, dan Menciptakan Cakrawala, dan Ruang bagi Kelangsungan Hidup Manusia yang Paling Mendasar pun Muncul

Mari kita membaca nas kedua dari Alkitab: "Dan Tuhan berfirman, 'Jadilah cakrawala di tengah air, untuk memisahkan air dari air.' Maka Tuhan menciptakan cakrawala dan memisahkan air yang ada di bawah cakrawala dari air di atas cakrawala. Maka jadilah demikian" (Kejadian 1:6-7). Perubahan apa yang terjadi setelah Tuhan berfirman, "Jadilah cakrawala di tengah air, untuk memisahkan air dari air"? Dalam Kitab Suci, dikatakan: "Maka Tuhan menciptakan cakrawala dan memisahkan air yang ada di bawah cakrawala dari air di atas cakrawala." Apa hasilnya setelah Tuhan berfirman dan melakukan ini? Jawabannya terdapat di bagian terakhir dari nas tersebut: "maka jadilah demikian."

Dua kalimat pendek ini merekam peristiwa luar biasa, dan menggambarkan pemandangan yang menakjubkan—yakni perbuatan Tuhan yang luar biasa saat mengatur air, dan menciptakan ruang di mana manusia bisa hidup ...

Dalam gambar ini, air dan cakrawala muncul di hadapan Tuhan dalam sekejap, dan mereka dipisahkan oleh otoritas firman Tuhan, dan dipisahkan menjadi "yang di atas" dan "yang di bawah" dengan cara yang ditetapkan oleh Tuhan. Ini berarti, cakrawala yang diciptakan oleh Tuhan tidak hanya menutupi air yang di bawah, tetapi juga menopang air yang di atas .... Dalam hal ini, manusia tidak bisa melakukan apa pun kecuali menatap, tercengang, dan terkesiap kagum pada kekuatan otoritas-Nya dan pada kemegahan pemandangan di mana Sang Pencipta memindahkan dan memerintah air, dan menciptakan cakrawala. Melalui firman Tuhan, dan kuasa Tuhan, dan otoritas Tuhan, Tuhan melakukan perbuatan besar lainnya. Bukankah ini kekuatan dari otoritas Sang Pencipta? Mari kita gunakan kitab suci untuk menjelaskan perbuatan Tuhan: Tuhan mengucapkan firman-Nya, dan karena firman Tuhan ini ada cakrawala di tengah-tengah air. Pada saat yang sama, perubahan besar terjadi di alam semesta ini karena firman Tuhan ini, dan itu bukan perubahan dalam arti biasa, tetapi semacam substitusi, di mana tidak ada menjadi ada. Itu lahir dari pikiran Sang Pencipta, dan menjadi ada dari tidak ada karena firman yang diucapkan oleh Sang Pencipta, dan, terlebih lagi, mulai saat ini dan seterusnya, itu akan ada dan tetap ada, demi Sang Pencipta, dan akan bergeser, berubah, dan diperbarui sesuai dengan pikiran Sang Pencipta. Nas ini menggambarkan tindakan kedua Sang Pencipta dalam penciptaan seluruh dunia oleh-Nya. Itu adalah pengungkapan lain dari otoritas dan kuasa Sang Pencipta, perbuatan perintisan lain yang dilakukan oleh Sang Pencipta. Hari ini adalah hari kedua yang telah dilalui Sang Pencipta sejak dunia dijadikan, dan hari indah lain bagi-Nya: Dia berjalan di antara terang, Dia menghadirkan cakrawala, Dia menata serta mengatur air, dan perbuatan-Nya, otoritas-Nya, dan kuasa-Nya mulai bekerja di hari yang baru ...

Apakah ada cakrawala di tengah air sebelum Tuhan mengucapkan firman-Nya? Tentu saja tidak! Dan bagaimana setelah Tuhan berkata, "Jadilah cakrawala di tengah air"? Hal-hal yang direncanakan oleh Tuhan muncul; ada cakrawala di tengah air, dan air terpisah karena Tuhan berfirman "Untuk memisahkan air dari air." Dengan cara ini, seturut firman Tuhan, dua objek baru, dua hal yang baru lahir, muncul di antara segala sesuatu sebagai hasil dari otoritas dan kuasa Tuhan. Bagaimana perasaanmu mengenai kemunculan dua hal baru ini? Apakah engkau merasakan kebesaran kuasa Sang Pencipta? Apakah engkau merasakan kekuatan Sang Pencipta yang unik dan luar biasa? Kebesaran dari kekuatan dan kuasa seperti itu adalah berkat otoritas Tuhan, dan otoritas ini adalah representasi dari Tuhan itu sendiri, dan karakteristik unik dari Tuhan itu sendiri.

Apakah nas ini sekali lagi memberimu pemahaman mendalam tentang keunikan Tuhan? Sebenarnya, ini jauh dari cukup; otoritas dan kuasa Sang Pencipta jauh melampaui ini. Keunikan-Nya bukan hanya karena Dia memiliki hakikat yang berbeda dengan hakikat makhluk apa pun, tetapi juga karena otoritas dan kuasa-Nya luar biasa, tak terbatas, berada di atas segalanya, dan berdiri di atas segalanya, dan, terlebih lagi, karena otoritas-Nya dan apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia dapat menciptakan kehidupan, menghasilkan keajaiban, dan menciptakan setiap menit dan detik yang spektakuler dan luar biasa. Pada saat yang sama, Dia mampu mengatur kehidupan yang Dia ciptakan, dan berdaulat atas mukjizat dan setiap menit dan detik yang Dia ciptakan.

Pada Hari Ketiga, Firman Tuhan Melahirkan Darat dan Laut, dan Otoritas Tuhan Menyebabkan Dunia Dipenuhi dengan Daya Hidup

Selanjutnya, mari kita membaca kalimat pertama dari Kejadian 1:9-11: "Dan Tuhan berfirman, 'Hendaklah air di bawah langit berkumpul di satu tempat, dan tanah yang kering terlihat.'" Perubahan apa yang terjadi setelah Tuhan hanya berfirman: "Hendaklah air di bawah langit berkumpul di satu tempat, dan tanah yang kering terlihat"? Dan apa yang ada dalam ruang ini selain terang dan cakrawala? Dalam Kitab Suci ada tertulis: "Dan Tuhan menyebut tanah yang kering itu Darat; dan air yang berkumpul itu disebut-Nya Laut: dan Tuhan melihat semuanya itu baik." Ini berarti, sekarang sekarang ada darat dan laut dalam ruang ini, dan darat serta laut dipisahkan. Kemunculan hal-hal baru ini seturut perintah dari mulut Tuhan, "maka jadilah demikian." Apakah Kitab Suci menggambarkan Tuhan sangat sibuk ketika Dia melakukan ini? Apakah Kitab Suci menggambarkan diri-Nya melakukan pekerjaan fisik? Jadi, bagaimana Tuhan melakukan hal ini? Bagaimana Tuhan membuat semua hal baru ini menjadi ada? Jelas sekali, Tuhan menggunakan firman untuk mencapai semua ini, untuk menciptakan keseluruhan hal ini.

Dalam ketiga nas di atas, kita telah belajar tentang terjadinya tiga peristiwa besar. Ketiga peristiwa besar ini terjadi dan menjadi ada melalui firman Tuhan, dan oleh karena firman-Nya, satu demi satu, peristiwa ini muncul di hadapan mata Tuhan. Jadi, dapat dilihat bahwa perkataan "Tuhan berfirman, maka semuanya terjadi: Dia memerintahkan, maka semuanya terlaksana" bukanlah perkataan kosong. Hakikat Tuhan ini dinyatakan dengan tegas pada saat pikiran terlahir dalam benak-Nya, dan ketika Tuhan membuka mulut-Nya untuk berfirman, hakikat-Nya tecermin sepenuhnya.

Mari kita lanjutkan ke kalimat terakhir dari nas ini: "Lalu Tuhan berfirman, 'Hendaklah tanah menumbuhkan rumput, tanaman yang menghasilkan biji, dan pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji sesuai jenisnya di bumi.' Maka jadilah demikian." Saat Tuhan berfirman, semua hal ini menjadi ada seturut pikiran Tuhan, dan seketika, berbagai macam bentuk kehidupan kecil yang lembut bergoyang-goyang menyembulkan kepala mereka dari dalam tanah, dan bahkan sebelum mereka sempat meluruhkan serpihan tanah dari tubuh mereka, mereka dengan penuh semangat saling melambaikan untuk menyapa, mengangguk, dan tersenyum pada dunia. Mereka berterima kasih kepada Sang Pencipta atas hidup yang Dia anugerahkan kepada mereka, dan mengumumkan pada dunia bahwa mereka adalah bagian dari segala sesuatu, dan bahwa mereka masing-masing akan mengabdikan hidup mereka untuk menunjukkan otoritas Sang Pencipta. Saat firman Tuhan diucapkan, tanah menjadi subur dan hijau, segala jenis herba yang dapat dinikmati oleh manusia bermunculan dan mencuat dari tanah, dan pegunungan serta dataran menjadi sangat dipadati oleh pepohonan dan hutan .... Dunia yang gersang ini, yang di dalamnya tidak terdapat sedikit pun daya hidup, dengan cepat ditutupi oleh lebatnya rerumputan, herba dan pepohonan dan penuh dengan tanaman hijau .... Keharuman rumput dan aroma tanah menyebar melalui udara, dan berbagai macam tanaman mulai bernapas seiring dengan sirkulasi udara, dan memulai proses bertumbuh. Pada saat yang sama, berkat firman Tuhan dan seturut dengan pikiran Tuhan, semua tanaman memulai siklus kehidupan yang tak ada hentinya, di mana mereka bertumbuh, mekar, berbuah, dan berkembang biak. Mereka mulai dengan ketat mengikuti alur hidup mereka masing-masing dan mulai melakukan peran mereka masing-masing di antara segala sesuatu .... Mereka semua lahir, dan hidup, karena firman Sang Pencipta. Mereka terus menerima perbekalan dan pemeliharaan yang tak berkesudahan dari Sang Pencipta, dan akan selalu bertahan hidup dengan gigih di setiap penjuru bumi untuk menunjukkan otoritas dan kuasa Sang Pencipta, dan mereka akan selalu menunjukkan daya hidup yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta ...

Hidup Sang Pencipta luar biasa, pikiran-Nya luar biasa, dan otoritas-Nya luar biasa, dan karenanya, pada saat firman-Nya diucapkan, hasil akhirnya adalah "maka jadilah demikian." Jelaslah bahwa Tuhan tidak perlu bekerja dengan tangan-Nya ketika Dia bertindak; Dia hanya menggunakan pikiran-Nya untuk memerintah dan firman-Nya untuk mengatur, dan dengan cara inilah segala sesuatu tercapai. Pada hari ini, Tuhan mengumpulkan air di satu tempat, dan membiarkan tanah kering muncul, setelah itu Tuhan membuat rumput bertunas dari dalam tanah, dan tumbuhlah herba yang menghasilkan biji-bijian, dan pepohonan yang menghasilkan buah, dan Tuhan menggolongkan mereka masing-masing menurut jenisnya, dan membuat masing-masing mengandung benihnya sendiri. Semua ini terwujud sesuai dengan pikiran Tuhan dan perintah firman Tuhan, dan masing-masing muncul, satu demi satu, di dunia yang baru ini.

Saat Tuhan belum memulai pekerjaan-Nya, Dia sudah memiliki gambaran tentang apa yang ingin Dia capai dalam pikiran-Nya, dan pada saat Tuhan mulai melakukan hal-hal ini, yang juga merupakan saat ketika Tuhan membuka mulut-Nya untuk mengucapkan isi dari gambaran ini, perubahan dalam segala sesuatu mulai terjadi berkat otoritas dan kuasa Tuhan. Terlepas dari bagaimana Tuhan melakukannya, atau bagaimana Dia mengerahkan otoritas-Nya, semua telah tercapai langkah demi langkah sesuai dengan rencana Tuhan dan karena firman Tuhan, dan, langkah demi langkah, perubahan terjadi di antara langit dan bumi berkat firman dan otoritas Tuhan. Semua perubahan dan kejadian ini menunjukkan otoritas Sang Pencipta, dan keluarbiasaan serta kebesaran kuasa hidup Sang Pencipta. Pikiran-Nya bukanlah gagasan sederhana, atau gambaran kosong, melainkan otoritas yang memiliki daya hidup dan energi luar biasa, dan pikiran-Nya adalah kuasa yang menyebabkan segala sesuatu berubah, hidup kembali, diperbarui, dan binasa. Oleh karena ini, segala sesuatu berfungsi karena pikiran-Nya, dan, pada saat yang sama, tercapai oleh karena firman dari mulut-Nya ...

Sebelum segala sesuatu muncul, di pikiran Tuhan sebuah rencana lengkap telah lama terbentuk, dan sebuah dunia baru telah lama tercipta. Meskipun pada hari ketiga muncul segala macam tanaman di tanah, Tuhan tidak memiliki alasan untuk menghentikan langkah penciptaan-Nya atas dunia ini; Dia bermaksud untuk terus mengucapkan firman-Nya, untuk terus menciptakan setiap hal yang baru. Dia terus berfirman, terus mengeluarkan perintah-Nya, dan terus mengerahkan otoritas-Nya serta menunjukkan kuasa-Nya, dan Dia mempersiapkan setiap hal yang telah Dia rencanakan untuk mempersiapkan segala sesuatu dan umat manusia yang hendak Dia ciptakan ...

Pada Hari Keempat, Terciptalah Musim, Hari, dan Tahun Umat Manusia saat Tuhan Sekali Lagi Mengerahkan Otoritas-Nya

Sang Pencipta menggunakan firman-Nya untuk menyelesaikan rencana-Nya, dan dengan cara ini Dia melewati tiga hari pertama dari rencana-Nya. Selama tiga hari ini, Tuhan tidak terlihat sibuk, atau membuat diri-Nya lelah; sebaliknya, Dia melewati tiga hari pertama yang indah dari rencana-Nya, dan berhasil melakukan upaya besar transformasi radikal dunia. Sebuah dunia baru muncul di depan mata-Nya, dan, sepotong demi sepotong, gambar indah yang telah terpatri dalam pikiran-Nya akhirnya dinyatakan dalam firman Tuhan. Kemunculan setiap hal baru adalah seperti kelahiran seorang bayi, dan Sang Pencipta merasa senang dengan gambar yang pernah ada dalam pikiran-Nya, tetapi yang sekarang sudah dihidupkan. Pada saat ini, hati-Nya mendapat sedikit kepuasan, tetapi rencana-Nya baru saja dimulai. Dalam sekejap mata, sebuah hari baru telah tiba—dan apa lembaran berikutnya dalam rencana Sang Pencipta? Apa yang Dia firmankan? Bagaimana Dia mengerahkan otoritas-Nya? Sementara itu, hal-hal baru apa yang tercipta di dunia baru ini? Dengan mengikuti tuntunan Sang Pencipta, pandangan kita tertuju pada hari keempat penciptaan segala sesuatu oleh Tuhan, hari yang merupakan awal baru yang lain. Tentu saja, bagi Sang Pencipta, hari itu tak diragukan lagi merupakan hari lain yang indah, dan hari lain yang paling penting bagi umat manusia zaman sekarang. Itu, tentu saja, adalah hari yang tak ternilai. Bagaimanakah indahnya hari itu, mengapa hari itu begitu penting, dan bagaimanakah tak ternilai hari itu? Mari kita dengarkan dahulu firman yang diucapkan oleh Sang Pencipta ...

"Dan Tuhan berfirman: 'Jadilah benda-benda penerang di cakrawala di langit untuk memisahkan siang dari malam; dan biarlah mereka ada untuk menjadi penanda, yang menunjukkan musim, hari-hari, dan tahun-tahun. Biarlah benda-benda itu menjadi penerang di cakrawala di langit untuk menerangi bumi'" (Kejadian 1:14-15). Ini adalah pengerahan lain otoritas Tuhan yang ditunjukkan oleh pelbagai makhluk setelah Dia menciptakan tanah yang kering dan tanaman di atasnya. Bagi Tuhan, tindakan seperti itu sama mudahnya dengan apa yang telah Dia lakukan, karena Tuhan memiliki kuasa seperti itu; Tuhan sama berkuasanya dengan firman-Nya, dan firman-Nya akan digenapi. Tuhan memerintahkan benda-benda penerang untuk muncul di langit, dan benda-benda penerang ini tidak hanya bersinar di langit dan di atas bumi, tetapi juga menandai siang dan malam, musim, hari, dan tahun. Dengan cara ini, ketika Tuhan mengucapkan firman-Nya, setiap tindakan yang ingin Tuhan capai digenapi sesuai dengan maksud Tuhan dan dengan cara yang ditetapkan oleh Tuhan.

Benda-benda penerang di langit adalah benda di langit yang dapat memancarkan cahaya; mereka dapat menerangi langit, dan dapat menerangi daratan dan lautan. Mereka berputar sesuai dengan irama dan frekuensi yang diperintahkan oleh Tuhan, dan menerangi jangka waktu yang berbeda di daratan, dan dengan cara ini siklus perputaran benda-benda penerang menyebabkan siang dan malam muncul di timur dan barat daratan, dan mereka bukan hanya menandai siang dan malam, tetapi melalui siklus yang berbeda ini mereka juga menandai berbagai perayaan dan hari-hari khusus umat manusia. Mereka adalah pelengkap dan pengiring yang sempurna bagi keempat musim—musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin—yang diciptakan oleh Tuhan, bersama dengan itu, benda-benda penerang secara harmonis berfungsi sebagai tanda yang teratur dan akurat untuk jangka waktu bulan, hari, dan tahun umat manusia. Meski hanya setelah kemunculan pertanian, barulah umat manusia mulai memahami dan menemukan pembagian jangka waktu bulan, hari, dan tahun yang disebabkan oleh benda-benda penerang yang diciptakan oleh Tuhan, sebenarnya jangka waktu bulan, hari, dan tahun yang dipahami manusia saat ini mulai dibuat sejak lama pada hari keempat penciptaan segala sesuatu oleh Tuhan, dan demikian pula siklus-siklus musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin yang silih berganti dialami oleh manusia sudah lama dimulai sejak hari keempat penciptaan Tuhan atas segala sesuatu. Benda-benda penerang yang diciptakan oleh Tuhan memungkinkan manusia untuk secara teratur, tepat, dan jelas membedakan antara siang dan malam, dan menghitung hari-hari, dan dengan jelas melacak jangka waktu bulan dan tahun. (Hari bulan purnama menandai berakhirnya satu bulan, dan dari inilah, manusia mengetahui bahwa cahaya yang memancar dari benda-benda penerang memulai sebuah siklus yang baru; hari bulan setengah menandai berakhirnya setengah bulan, yang memberi tahu manusia bahwa jangka waktu bulan baru dimulai, sehingga dapat disimpulkan ada berapa hari dan malam dalam jangka waktu satu bulan, berapa banyak jangka waktu bulan dalam satu musim, dan berapa banyak musim dalam setahun, dan semua itu dimunculkan dengan sangat teratur.) Maka, manusia dapat dengan mudah melacak jangka waktu bulan, hari, dan tahun yang ditandai oleh peredaran cahaya. Mulai saat ini dan seterusnya, umat manusia dan segala sesuatu tanpa sadar hidup di antara pertukaran siang dan malam yang teratur serta pergantian musim yang dihasilkan oleh peredaran benda-benda penerang. Ini adalah makna penting penciptaan benda-benda penerang oleh Sang Pencipta pada hari keempat. Demikian pula, tujuan dan makna penting dari tindakan Sang Pencipta ini tetap tak dapat dipisahkan dari otoritas dan kuasa-Nya. Jadi, benda-benda penerang yang diciptakan oleh Tuhan dan nilai yang segera mereka hadirkan bagi manusia adalah mahakarya lain yang dihasilkan oleh Sang Pencipta ketika Dia mengerahkan otoritas-Nya.

Di dunia baru ini, di mana umat manusia belum muncul, Sang Pencipta telah mempersiapkan malam dan pagi, cakrawala, daratan dan laut, rumput, herba dan berbagai jenis pohon, dan benda-benda penerang, musim, hari, dan tahun untuk kehidupan baru yang akan segera Dia ciptakan. Otoritas dan kuasa Sang Pencipta dinyatakan di setiap hal baru yang Dia ciptakan, dan firman serta pencapaian-Nya terjadi secara bersamaan, tanpa sedikit pun perbedaan, dan tanpa sedikit pun jeda. Kemunculan dan kelahiran semua hal baru ini adalah bukti otoritas dan kuasa Sang Pencipta: Dia serius dengan apa yang Dia firmankan, apa yang Dia firmankan akan terlaksana, dan apa yang Dia lakukan akan bertahan untuk selamanya. Kenyataan ini tak pernah berubah: sebagaimana itu di masa lalu, seperti itu jugalah di masa sekarang, dan akan seperti itulah untuk selama-lamanya. Ketika engkau sekali lagi membaca firman tersebut dalam Kitab Suci, apakah semua itu terasa segar bagimu? Sudahkah engkau semua membaca isi yang baru, dan mendapatkan penemuan yang baru? Itu karena perbuatan Sang Pencipta telah menggerakkan hatimu, dan menuntun arah pengetahuanmu tentang otoritas serta kuasa-Nya, dan membuka pintu bagi pemahamanmu tentang Sang Pencipta, dan perbuatan serta otoritas-Nya telah mengaruniakan hidup ke dalam perkataan-perkataan ini. Jadi, di dalam perkataan ini manusia telah menyaksikan suatu pengungkapan otoritas Sang Pencipta yang nyata dan jelas, benar-benar menyaksikan supremasi Sang Pencipta, dan melihat keluarbiasaan otoritas dan kuasa Sang Pencipta.

Otoritas dan kuasa Sang Pencipta menghasilkan mukjizat demi mukjizat; Dia menarik perhatian manusia, dan manusia tidak bisa melakukan apa pun selain menatap terpaku pada perbuatan luar biasa yang lahir dari pengerahan otoritas-Nya. Kuasa-Nya yang fenomenal membawa kegembiraan demi kegembiraan, dan manusia menjadi terpesona dan penuh sukacita, tercengang karena kagum, terpesona, dan bersorak sorai; terlebih lagi, manusia terlihat tergerak, dan di dalam dirinya timbul rasa hormat, rasa takut, dan perasaan ingin melekat pada-Nya. Otoritas dan perbuatan Sang Pencipta memiliki dampak sangat besar, dan efek menahirkan pada roh manusia, dan, terlebih dari itu, otoritas and perbuatan-Nya memuaskan roh manusia. Setiap pikiran-Nya, setiap perkataan-Nya, dan setiap pengungkapan otoritas-Nya adalah mahakarya di antara segala sesuatu, dan merupakan upaya luar biasa yang paling layak untuk pemahaman dan pengetahuan mendalam umat manusia sebagai ciptaan. Ketika kita menghitung setiap makhluk ciptaan yang lahir dari firman Sang Pencipta, roh kita tertarik pada keajaiban kuasa Tuhan, dan kita mendapati diri kita mengikuti jejak langkah Sang Pencipta menuju hari selanjutnya: hari kelima Tuhan menciptakan segala sesuatu.

Mari kita lanjutkan membaca nas demi nas dalam Kitab Suci, sambil melihat lebih banyak lagi perbuatan Sang Pencipta.

Pada Hari Kelima, Kehidupan dalam Beragam dan Bermacam Bentuk Memperlihatkan Otoritas Sang Pencipta dengan Berbagai Cara

Kitab Suci mengatakan, "Dan Tuhan berfirman: 'Hendaklah air menghasilkan banyak makhluk yang bergerak dan bernyawa dan ada burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala di langit.' Maka Tuhan menciptakan binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang ada di air, dan segala jenis burung bersayap. Tuhan melihat semuanya itu baik" (Kejadian 1:20-21). Kitab Suci dengan jelas mengatakan kepada kita bahwa, pada hari ini, Tuhan menciptakan makhluk di air dan burung di udara, yang berarti bahwa Dia menciptakan berbagai ikan dan burung, dan mengelompokkan mereka masing-masing menurut jenisnya. Dengan cara ini, bumi, langit, dan air diperkaya oleh ciptaan Tuhan ...

Saat firman Tuhan diucapkan, kehidupan baru yang segar, masing-masing dengan bentuk yang berbeda, langsung menjadi hidup di tengah firman Sang Pencipta. Mereka datang ke dunia berdesakan menempati posisinya, melompat, bermain-main penuh kegirangan .... Ikan dalam segala bentuk dan ukuran berenang di air; segala jenis kerang-kerangan tumbuh dari pasir, makhluk bersisik, bercangkang, dan tak bertulang dengan cepat tumbuh dalam berbagai bentuk, baik besar maupun kecil, panjang maupun pendek. Demikian pula berbagai jenis rumput laut mulai tumbuh dengan cepat, bergoyang mengikuti gerakan berbagai biota air, naik turun, mendorong air yang stagnan, seolah-olah berkata kepada mereka: "Goyangkan kaki! Ajaklah juga kawan-kawanmu! Karena engkau tidak akan pernah sendirian lagi!" Sejak saat berbagai makhluk hidup yang Tuhan ciptakan muncul di air, setiap kehidupan baru yang segar membawa daya hidup bagi air yang telah lama diam, dan mengantarkan sebuah era baru .... Sejak saat itu dan seterusnya, mereka bersandar satu sama lain, dan saling menjaga satu sama lain, dan tidak ada jarak di antara mereka. Air itu ada untuk makhluk yang berada di dalamnya, memelihara setiap kehidupan yang berada dalam pelukannya, dan setiap kehidupan ada demi air karena makanannya. Masing-masing memberikan kehidupan kepada yang lain, dan pada saat yang sama, masing-masing, dengan cara yang sama, memberikan kesaksian tentang keajaiban dan kebesaran ciptaan Sang Pencipta, dan tentang kuasa otoritas Sang Pencipta yang tak tertandingi ...

Ketika laut tidak lagi sunyi, demikian juga kehidupan mulai mengisi langit. Satu demi satu, burung, besar dan kecil, terbang ke langit dari tanah. Tidak seperti makhluk laut, mereka memiliki sayap dan bulu yang menutupi tubuh mereka yang langsing dan anggun. Mereka mengepakkan sayap, dengan bangga dan angkuh memperlihatkan bulu-bulu cantik mereka serta fungsi dan keterampilan khusus yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta. Mereka terbang tinggi dengan bebas, dan dengan terampil terbang ke atas ke bawah di antara langit dan bumi, melintasi padang rumput dan hutan .... Mereka adalah mahkluk kesayangan di udara, mereka adalah mahkluk kesayangan segala sesuatu. Mereka akan segera menjadi pengikat antara langit dan bumi, dan akan menyampaikan pesan kepada segala sesuatu .... Mereka bernyanyi, mereka menukik dengan penuh sukacita, mereka membawa sorak-sorai, tawa, dan semangat pada dunia yang dahulu kosong ini .... Mereka menggunakan nyanyian mereka yang merdu dan jernih, menggunakan perkataan dalam hati mereka untuk memuji Sang Pencipta karena kehidupan yang dianugerahkan kepada mereka. Mereka dengan riang menari untuk menunjukkan kesempurnaan dan keajaiban ciptaan Sang Pencipta, dan akan mengabdikan seluruh hidup mereka untuk memberikan kesaksian tentang otoritas Sang Pencipta melalui kehidupan khusus yang telah Dia anugerahkan kepada mereka ...

Baik mereka yang ada di air, maupun yang ada di langit, atas perintah Sang Pencipta, kebanyakan dari makhluk hidup ini ada dalam konfigurasi kehidupan berbeda, dan atas perintah Sang Pencipta, mereka berkumpul bersama menurut spesies mereka masing-masing—dan hukum ini, aturan ini, tidak dapat diubah oleh makhluk apa pun. Mereka tidak pernah berani melampaui batas yang ditetapkan bagi mereka oleh Sang Pencipta, mereka juga tidak mampu melakukannya. Sebagaimana ditentukan oleh Sang Pencipta, mereka hidup dan berkembang biak, dan dengan ketat mematuhi jalan hidup dan hukum yang ditetapkan bagi mereka oleh Sang Pencipta, dan secara sadar mematuhi perintah-Nya yang tak terucapkan serta ketetapan dan aturan surgawi yang Dia berikan kepada mereka, dari dahulu sampai sekarang. Mereka berbincang dengan Sang Pencipta dengan cara khusus mereka sendiri, dan memahami maksud Sang Pencipta, dan menaati perintah-Nya. Tidak ada yang pernah melanggar otoritas Sang Pencipta, dan kedaulatan serta perintah-Nya kepada mereka yang dikeluarkan di dalam pikiran-Nya; tidak sepatah kata pun dikeluarkan, tetapi otoritas yang hanya dimiliki oleh Sang Pencipta mengendalikan segala sesuatu dalam keheningan yang tidak memiliki fungsi bahasa, dan yang berbeda dari umat manusia. Pengerahan otoritas-Nya dengan cara khusus ini mendorong manusia untuk memperoleh pengetahuan baru, dan membuat penafsiran baru tentang otoritas unik Sang Pencipta. Di sini, Aku harus memberitahukan kepadamu bahwa pada hari yang baru ini, pengerahan otoritas Sang Pencipta sekali lagi menunjukkan keunikan Sang Pencipta.

Selanjutnya, mari kita melihat kalimat terakhir dari nas Kitab Suci ini: "Tuhan melihat semuanya itu baik." Menurutmu apa maksud kalimat ini? Perasaan Tuhan terkandung dalam perkataan ini. Tuhan menyaksikan segala sesuatu yang telah Dia ciptakan menjadi terwujud dan tetap ada oleh karena firman-Nya, dan secara berangsur-angsur mulai berubah. Pada saat ini, apakah Tuhan puas dengan berbagai hal yang telah Dia ciptakan dengan firman-Nya, dan berbagai tindakan yang telah dicapai-Nya? Jawabannya adalah "Tuhan melihat semuanya itu baik." Apa yang engkau semua lihat di sini? Apa yang direpresentasikan oleh perkataan "Tuhan melihat semuanya itu baik"? Apa yang dilambangkan oleh perkataan ini? Maksud perkataan ini adalah bahwa Tuhan memiliki kuasa dan hikmat untuk mencapai apa yang telah Dia rencanakan dan tentukan, untuk mencapai tujuan yang telah Dia tentukan untuk dicapai. Ketika Tuhan telah menyelesaikan setiap tugas, apakah Dia merasa menyesal? Jawabannya tetap, yaitu bahwa, "Tuhan melihat semuanya itu baik." Dengan kata lain, Dia bukan saja tidak menyesal, tetapi sebaliknya, Dia merasa puas. Apa artinya bahwa Dia tidak merasa menyesal? Itu berarti bahwa rencana Tuhan sempurna, bahwa kuasa dan hikmat-Nya sempurna, dan bahwa hanya karena otoritas-Nya, kesempurnaan seperti itu dapat dicapai. Ketika manusia melakukan suatu tugas, dapatkah dia, seperti Tuhan, melihat bahwa itu baik? Bisakah semua yang manusia lakukan mencapai kesempurnaan? Bisakah manusia menyelesaikan sesuatu sekaligus dan untuk selama-lamanya? Sebagaimana yang manusia katakan: "tidak ada yang sempurna, yang ada hanya lebih baik," tidak ada yang manusia lakukan yang dapat mencapai kesempurnaan. Ketika Tuhan melihat bahwa semua yang telah Dia lakukan dan capai adalah baik, segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan ditentukan oleh firman-Nya, yang berarti bahwa, ketika "Tuhan melihat semuanya itu baik," semua yang telah Dia ciptakan memiliki bentuk permanen, digolongkan menurut jenisnya, dan diberi posisi, tujuan, dan fungsi yang tetap, sekaligus dan untuk selama-lamanya. Selain itu, peran mereka di antara segala sesuatu, dan perjalanan yang harus mereka ambil selama pengelolaan Tuhan atas segala sesuatu, telah ditentukan oleh Tuhan, dan tidak dapat diubah. Ini adalah hukum surgawi yang diberikan oleh Sang Pencipta bagi segala sesuatu.

"Tuhan melihat semuanya itu baik," perkataan sederhana yang kurang dihargai dan yang begitu sering diabaikan ini, adalah perkataan hukum surgawi dan ketetapan surgawi yang diberikan oleh Tuhan kepada semua makhluk ciptaan. Perkataan tersebut adalah perwujudan lain dari otoritas Sang Pencipta, yang lebih nyata, dan lebih mendalam. Melalui firman-Nya, Sang Pencipta tidak hanya mampu mendapatkan semua yang ingin Dia dapatkan, dan mencapai semua yang ingin Dia capai, tetapi juga bisa mengendalikan dalam tangan-Nya semua yang telah Dia ciptakan, dan memerintah segala sesuatu yang telah Dia ciptakan di bawah otoritas-Nya, dan, lebih jauh lagi, semua itu bersifat sistematis dan teratur. Segala sesuatu juga berkembang biak, ada, dan binasa oleh firman-Nya dan, terlebih lagi, oleh otoritas-Nya-lah semua itu ada di tengah hukum yang telah Dia tetapkan, dan tidak satu pun dikecualikan! Hukum ini dimulai tepat pada saat "Tuhan melihat semuanya itu baik," dan hukum ini akan ada, berlanjut, dan berfungsi demi rencana pengelolaan Tuhan sampai tiba waktunya hukum ini dicabut oleh Sang Pencipta! Otoritas unik Sang Pencipta diwujudkan bukan hanya dalam kemampuan-Nya untuk menciptakan segala sesuatu dan memerintahkan segala sesuatu untuk tercipta, tetapi juga dalam kemampuan-Nya untuk mengatur serta berdaulat atas segala sesuatu, dan menganugerahkan kekuatan serta daya hidup kepada segala sesuatu, dan, terlebih lagi, dalam kemampuan-Nya untuk menyebabkan, sekaligus dan untuk selamanya, segala sesuatu yang akan Dia ciptakan dalam rencana-Nya untuk muncul dan ada di dunia yang diciptakan oleh-Nya dalam bentuk yang sempurna, dan struktur kehidupan yang sempurna, dan peran yang sempurna. Otoritas-Nya itu juga diwujudkan dengan cara bahwa pikiran Sang Pencipta tidak tunduk pada batasan apa pun, tidak dibatasi oleh waktu, ruang, atau geografi. Sebagaimana otoritas-Nya, identitas unik Sang Pencipta tidak akan pernah berubah, dari kekekalan hingga kekekalan. Otoritas-Nya akan selalu menjadi representasi dan simbol identitas-Nya yang unik, dan otoritas-Nya akan terus ada berdampingan dengan identitas-Nya!

Pada Hari Keenam, Sang Pencipta Berfirman, dan Setiap Jenis Makhluk Hidup dalam Pikiran-Nya Muncul, Satu demi Satu

Tak terasa, pekerjaan Sang Pencipta untuk menciptakan segala sesuatu telah berlangsung selama lima hari, dan segera setelah itu, Sang Pencipta menyambut hari keenam penciptaan-Nya atas segala sesuatu. Hari ini adalah awal lain yang baru, dan hari luar biasa lainnya. Lalu, apa rencana Sang Pencipta menjelang hari baru ini? Makhluk baru apa yang akan Dia buat, yang akan Dia ciptakan? Dengar, inilah suara Sang Pencipta ...

"Dan Tuhan berfirman, 'Hendaklah bumi mengeluarkan segala makhluk hidup sesuai jenisnya masing-masing, ternak dan binatang melata, dan binatang liar sesuai jenisnya masing-masing.' Maka jadilah demikian. Dan Tuhan menciptakan segala jenis binatang liar sesuai jenisnya masing-masing, segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di bumi sesuai jenisnya masing-masing: dan Tuhan melihat semuanya itu baik" (Kejadian 1:24-25). Makhluk hidup apa saja yang termasuk? Kitab Suci mengatakan: ternak, binatang melata, dan binatang liar di bumi sesuai jenisnya masing-masing. Yang berarti bahwa, pada hari ini, bukan saja tercipta segala jenis makhluk hidup di bumi, tetapi segala jenis makhluk itu juga diklasifikasikan menurut jenisnya, dan, juga, "Tuhan melihat semuanya itu baik."

Seperti selama lima hari sebelumnya, Sang Pencipta berfirman dengan nada yang sama dan memerintahkan kelahiran makhluk hidup yang Dia inginkan, dan mereka muncul di bumi, masing-masing menurut jenisnya. Ketika Sang Pencipta mengerahkan otoritas-Nya, tidak satu pun dari firman-Nya diucapkan dengan sia-sia, dan karenanya, pada hari keenam, setiap makhluk hidup yang hendak Dia ciptakan muncul pada waktu yang ditentukan. Sebagaimana Sang Pencipta katakan, "Hendaklah bumi mengeluarkan segala makhluk hidup sesuai jenisnya masing-masing," bumi seketika itu juga dipenuhi dengan daya hidup, dan di atas tanah, tiba-tiba muncul napas dari segala macam makhluk hidup .... Di padang belantara berumput hijau, sapi gemuk, dengan mengibaskan ekornya ke sana kemari, muncul satu demi satu, domba-domba yang mengembik berkumpul dalam kawanan, dan kuda-kuda yang meringkik mulai berpacu .... Dalam sekejap, hamparan luas padang rumput sunyi dipadati dengan daya hidup .... Kemunculan aneka ternak ini adalah pemandangan yang indah di padang rumput yang tenteram, dan membawa daya hidup tak terbatas .... Mereka akan menjadi sahabat dan penguasa padang rumput, masing-masing saling bergantung satu sama lain; mereka juga akan menjadi penjaga dan pengurus tanah ini, yang akan menjadi habitat permanen mereka, dan yang akan menyediakan semua yang mereka butuhkan, sumber makanan abadi bagi hidup mereka ...

Pada hari yang sama saat berbagai ternak ini tercipta, oleh firman Sang Pencipta, sejumlah besar serangga juga muncul, satu demi satu. Meski mereka adalah makhluk hidup terkecil di antara semua makhluk, daya hidup mereka tetap merupakan ciptaan ajaib Sang Pencipta, dan mereka tidak datang terlambat .... Beberapa serangga mengepakkan sayap kecil mereka, sementara yang lain perlahan-lahan merayap; ada yang melompat dan melonjak-lonjak, ada yang terhuyung-huyung; ada serangga yang bergerak maju, sementara yang lain bergerak mundur dengan cepat; ada yang bergerak menyamping, ada yang melompat tinggi dan rendah .... Semua sibuk berusaha menemukan rumah untuk mereka sendiri: ada serangga yang mencari jalan menuju rerumputan, ada yang menggali lubang di tanah, ada yang terbang ke pepohonan, tersembunyi di hutan-hutan .... Meski berukuran kecil, mereka tidak rela menahan siksaan perut kosong, dan setelah menemukan rumah mereka sendiri, mereka bergegas mencari makanan untuk diri mereka sendiri. Ada serangga yang naik ke atas rumput untuk memakan bilah-bilahnya yang lembut, ada yang meraup segenggam kotoran dan menelannya untuk mengenyangkan perut mereka, makan dengan penuh semangat dan kegembiraan (bagi mereka, bahkan kotoran adalah camilan yang lezat); beberapa serangga tersembunyi di hutan, tetapi mereka tidak berhenti untuk beristirahat, karena getah dalam daun hijau gelap yang mengkilap menyediakan makanan yang lezat .... Setelah kenyang, serangga tidak menghentikan aktivitas mereka; meski bertubuh kecil, mereka memiliki energi luar biasa dan kegembiraan tanpa batas, sehingga dari antara semua makhluk, merekalah yang paling aktif dan paling rajin. Mereka tak pernah malas, dan tak pernah menikmati istirahat. Setelah nafsu makan mereka terpuaskan, mereka tetap bekerja keras demi masa depan mereka, menyibukkan diri dan bergegas demi hari esok, demi kelangsungan hidup mereka .... Mereka dengan lembut melantunkan balada dalam berbagai melodi dan irama untuk menyemangati dan mendorong diri mereka sendiri. Mereka juga menambahkan sukacita pada rumput, pepohonan, dan setiap jengkal tanah, menjadikan tiap hari, dan tiap tahun, unik .... Dengan bahasa mereka sendiri dan dengan cara mereka sendiri, mereka menyampaikan informasi kepada semua makhluk hidup di daratan. Dengan menggunakan jalur hidup khusus mereka sendiri, mereka menandai segala sesuatu, yang di atasnya mereka meninggalkan jejak .... Mereka berhubungan erat dengan tanah, rumput, dan hutan, dan mereka mendatangkan kekuatan dan daya hidup pada tanah, rumput, dan hutan. Mereka membawakan nasihat dan salam Sang Pencipta kepada seluruh makhluk hidup ...

Pandangan Sang Pencipta menyapu segala sesuatu yang telah Dia ciptakan, dan pada saat ini, mata-Nya berhenti pada hutan dan pegunungan, pikiran-Nya berputar. Pada saat firman-Nya diucapkan, di hutan yang lebat, dan di atas pegunungan, muncullah sejenis makhluk hidup yang belum pernah ada sebelumnya: mereka adalah binatang liar yang diucapkan oleh mulut Tuhan. Lama tertunda, mereka menggeleng-gelengkan kepala dan mengibaskan ekor mereka, masing-masing dengan wajah unik mereka sendiri. Ada yang memiliki mantel berbulu, ada yang berlapis baja, ada yang bertaring, ada yang menyeringai, ada yang berleher panjang, ada yang berekor pendek, ada yang bermata liar, ada yang memiliki tatapan malu-malu, ada yang membungkuk untuk makan rumput, ada yang dengan darah di mulut mereka, ada yang melonjak-lonjak dengan dua kaki, ada yang melangkah di atas keempat kukunya, ada yang memandang ke kejauhan di atas pohon, ada yang berbaring menunggu di hutan, ada yang mencari gua untuk beristirahat, ada yang berlari dan bermain-main di dataran, ada yang berkeliaran di hutan ...; ada yang meraung, ada yang melolong, ada yang menggonggong, ada yang mengaum ...; ada yang bersuara sopran, ada yang bariton, ada yang lantang, ada yang nyaring dan merdu ...; ada yang terlihat bengis, ada yang cantik, ada yang menjijikkan, ada yang menggemaskan, ada yang menakutkan, ada yang lugu menawan hati .... Satu demi satu, mereka masing-masing menampilkan diri. Lihat betapa tinggi dan perkasanya mereka, berjiwa bebas, dengan malas bersikap acuh tak acuh satu sama lain, tak mau repot-repot melirik satu sama lain .... Masing-masing membawa kehidupan tertentu yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta, dan dengan keliaran dan kekasaran mereka sendiri, mereka muncul di hutan dan di pegunungan. Merendahkan semuanya, begitu angkuh—bagaimanapun juga, mereka adalah penguasa sejati pegunungan dan hutan. Sejak saat kemunculan mereka ditetapkan oleh Sang Pencipta, mereka "mengeklaim" hutan dan pegunungan, karena Sang Pencipta telah mengesahkan batas-batas mereka dan menentukan ruang lingkup keberadaan mereka. Hanya merekalah penguasa sejati atas pegunungan dan hutan, dan itu sebabnya mereka begitu liar, begitu angkuh. Mereka disebut "binatang liar" semata-mata karena, dari semua makhluk, merekalah yang benar-benar liar, kasar, dan tak dapat dijinakkan. Mereka tak dapat dijinakkan, jadi mereka tidak dapat dipelihara, dan tidak bisa hidup harmonis dengan manusia atau bekerja mengatasnamakan manusia. Oleh karena mereka tidak bisa dipelihara, tidak bisa bekerja untuk manusia, maka mereka harus hidup jauh dari manusia, dan tidak bisa didekati oleh manusia. Namun justru karena mereka hidup jauh dari manusia, dan tidak dapat didekati oleh manusia, mereka mampu memenuhi tanggung jawab yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta: menjaga pegunungan dan hutan. Keliaran mereka melindungi pegunungan dan menjaga hutan, dan merupakan perlindungan dan jaminan terbaik bagi keberadaan dan perkembangbiakan mereka. Pada saat yang sama, keliaran mereka mempertahankan dan memastikan keseimbangan di antara segala sesuatu. Kedatangan mereka mendatangkan dukungan dan menjadi pelabuhan bagi pegunungan dan hutan; kedatangan mereka menyuntikkan kekuatan dan daya hidup tanpa batas pada pegunungan dan hutan yang tenang dan kosong. Sejak saat ini dan seterusnya, pegunungan dan hutan menjadi habitat permanen mereka, dan mereka tidak akan pernah kehilangan rumah mereka, karena bagi merekalah, pegunungan dan hutan muncul dan ada; binatang liar terus memenuhi tugas mereka dan melakukan segala sesuatu yang bisa mereka lakukan untuk menjaga pegunungan dan hutan. Demikian juga dengan binatang liar, mereka terus teguh mematuhi nasihat Sang Pencipta untuk mempertahankan wilayah mereka, dan terus menggunakan sifat binatang mereka untuk menjaga keseimbangan segala sesuatu yang ditetapkan oleh Sang Pencipta, dan menunjukkan otoritas dan kuasa Sang Pencipta!

Di Bawah Otoritas Sang Pencipta, Segala Sesuatu Sempurna

Segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, termasuk yang bisa bergerak dan yang tidak bisa bergerak, seperti burung dan ikan, seperti pepohonan dan bunga, dan termasuk ternak, serangga, dan binatang liar yang diciptakan pada hari keenam—mereka semuanya baik di mata Tuhan, dan, terlebih lagi, di mata Tuhan, hal-hal ini, sesuai dengan rencana-Nya, semuanya telah mencapai puncak kesempurnaan, dan telah mencapai standar yang ingin Tuhan capai. Selangkah demi selangkah, Sang Pencipta melakukan pekerjaan yang hendak Dia lakukan sesuai dengan rencana-Nya. Satu demi satu, hal-hal yang ingin Dia ciptakan muncul, dan kemunculan masing-masing adalah cerminan otoritas Sang Pencipta, kristalisasi otoritas-Nya; karena kristalisasi ini, semua makhluk mau tak mau hanya dapat bersyukur atas anugerah dan perbekalan dari Sang Pencipta. Saat perbuatan ajaib Tuhan terwujud, dunia ini berkembang, sepotong demi sepotong, seiring dengan diciptakannya segala sesuatu oleh Tuhan, dan dunia ini berubah dari kekacauan dan kegelapan menjadi kejelasan dan kecemerlangan, dari keheningan total menjadi keaktifan dan daya hidup tak terbatas. Di antara segala ciptaan, dari yang besar sampai yang kecil, dari yang kecil hingga yang mikroskopis, tidak ada yang tidak diciptakan oleh otoritas dan kuasa Sang Pencipta, dan terdapat kebutuhan dan nilai yang unik dan inheren pada keberadaan setiap makhluk. Terlepas dari perbedaan bentuk dan struktur mereka, mereka harus diciptakan oleh Sang Pencipta untuk berada di bawah otoritas Sang Pencipta. Kadang kala orang akan melihat serangga, seekor serangga yang sangat jelek, dan mereka akan berkata: "Serangga itu sangat mengerikan, tidak mungkin makhluk jelek semacam itu diciptakan oleh Tuhan—tidak mungkin Dia menciptakan sesuatu yang sedemikian jeleknya." Benar-benar pandangan yang bodoh! Yang seharusnya mereka katakan adalah, "Meski sangat jelek, serangga ini diciptakan oleh Tuhan, jadi ia pasti memiliki tujuan uniknya sendiri." Dalam pikiran Tuhan, Dia berkehendak memberikan setiap macam tampilan, dan segala macam fungsi dan kegunaan, kepada berbagai makhluk hidup yang Dia ciptakan, jadi tidak satu pun dari hal-hal yang Tuhan ciptakan memiliki tampilan yang sama. Dari tampilan luar mereka hingga komposisi internal mereka, dari kebiasaan hidup mereka hingga lokasi yang mereka tempati—masing-masing berbeda. Sapi memiliki tampilan sapi, keledai memiliki tampilan keledai, rusa memiliki tampilan rusa, dan gajah memiliki tampilan gajah. Dapatkah engkau mengatakan mana yang berpenampilan terbaik, dan mana yang terburuk? Dapatkah engkau mengatakan mana yang paling berguna, dan keberadaan mana yang paling tidak diperlukan? Beberapa orang menyukai tampilan gajah, tetapi tidak seorang pun menggunakan gajah untuk menanam ladang; beberapa orang menyukai tampilan singa dan harimau, karena penampilan mereka paling mengesankan di antara segala sesuatu, tetapi bisakah engkau menjadikan mereka sebagai hewan peliharaan? Singkatnya, mengenai banyak hal tentang ciptaan, manusia harus tunduk pada otoritas Sang Pencipta, yang berarti, tunduk pada tatanan yang ditetapkan oleh Sang Pencipta untuk segala sesuatu; inilah sikap yang paling bijaksana. Hanya sikap yang mencari dan ketundukan pada maksud asli Sang Pencipta yang merupakan penerimaan dan keyakinan yang benar akan otoritas Sang Pencipta. Itu baik di mata Tuhan, jadi apa alasan manusia harus mencari-cari kesalahan?

Dengan demikian, segala sesuatu di bawah otoritas Sang Pencipta akan memainkan simfoni baru bagi kedaulatan Sang Pencipta, akan memulai suatu pendahuluan yang brilian bagi pekerjaan-Nya di hari yang baru, dan pada saat ini, Sang Pencipta juga akan membuka lembaran baru dalam pekerjaan pengelolaan-Nya! Menurut hukum yang ditetapkan oleh Sang Pencipta mengenai masa bertunas pada musim semi, pematangan pada musim panas, panen pada musim gugur, dan penyimpanan pada musim dingin segala sesuatu akan selaras dengan rencana pengelolaan Sang Pencipta, dan segala sesuatu akan menyambut hari baru, awal baru, juga perjalanan hidup baru mereka sendiri. Mereka akan terus hidup dan berkembang biak dalam suksesi tanpa akhir untuk menyambut setiap hari di bawah kedaulatan otoritas Sang Pencipta ...

Tidak Ada Makhluk Ciptaan atau Makhluk Bukan Ciptaan yang Dapat Menggantikan Identitas Sang Pencipta

Sejak Dia memulai penciptaan segala sesuatu, kuasa Tuhan mulai diungkapkan dan dinyatakan, karena Tuhan menggunakan firman untuk menciptakan segala sesuatu. Dengan cara apa pun Dia menciptakan semua itu, dengan alasan apa pun Dia menciptakan semua itu, segala sesuatu menjadi tercipta dan tetap bertahan dan ada oleh karena firman Tuhan; inilah otoritas unik Sang Pencipta. Pada waktu sebelum manusia muncul di dunia, Sang Pencipta menggunakan kuasa dan otoritas-Nya untuk menciptakan segala sesuatu bagi umat manusia, dan menggunakan metode-Nya yang unik untuk mempersiapkan lingkungan hidup yang cocok bagi umat manusia. Semua yang Dia lakukan adalah persiapan bagi umat manusia, yang akan segera menerima napas-Nya. Ini berarti, pada waktu sebelum manusia diciptakan, otoritas Tuhan diwujudkan dalam semua ciptaan yang berbeda dari manusia, dalam hal-hal yang sebesar langit, benda-benda penerang, laut, dan darat, dan dalam hal-hal yang sekecil binatang dan burung, serta segala macam serangga dan mikroorganisme, termasuk berbagai bakteri yang tak terlihat oleh mata telanjang. Masing-masing dihidupkan oleh firman Sang Pencipta, masing-masing berkembang biak oleh karena firman Sang Pencipta, dan masing-masing hidup di bawah kedaulatan Sang Pencipta oleh karena firman-Nya. Meski mereka tidak menerima napas Sang Pencipta, mereka tetap menunjukkan vitalitas hidup yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta melalui berbagai bentuk dan struktur mereka; meski mereka tidak menerima kemampuan untuk berbicara seperti yang diberikan kepada umat manusia oleh Sang Pencipta, mereka masing-masing menerima cara mengungkapkan hidup mereka yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta, dan yang berbeda dari bahasa manusia. Otoritas Sang Pencipta tidak hanya memberikan vitalitas hidup pada objek-objek materiel yang tampak statis, sehingga mereka tidak akan pernah hilang, tetapi, Dia juga memberikan naluri untuk bereproduksi dan berkembang biak kepada setiap makhluk hidup, sehingga mereka tidak akan pernah lenyap, sehingga generasi demi generasi, mereka akan meneruskan hukum dan prinsip kelangsungan hidup yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta. Cara yang digunakan oleh Sang Pencipta untuk mengerahkan otoritas-Nya tidak secara kaku mengikuti sudut pandang makro atau mikro, dan tidak terbatas pada bentuk apa pun; Dia mampu mengendalikan beroperasinya alam semesta dan berdaulat atas hidup dan mati segala sesuatu, dan, terlebih lagi, Dia sanggup mengatur segala sesuatu sehingga semua itu melayani-Nya; Dia dapat mengelola keseluruhan beroperasinya pegunungan, sungai, dan danau, dan berdaulat atas segala sesuatu di dalamnya, dan lebih dari itu, Dia mampu menyediakan apa yang dibutuhkan oleh segala sesuatu. Inilah perwujudan dari otoritas unik Sang Pencipta di antara segala sesuatu selain manusia. Perwujudan seperti itu tidak hanya berlangsung seumur hidup; perwujudan seperti itu tidak akan pernah berhenti, atau beristirahat, dan tidak dapat diubah atau dirusak oleh orang atau benda apa pun, juga tidak dapat ditambahkan atau dikurangi oleh orang atau benda apa pun—karena tidak ada yang dapat menggantikan identitas Sang Pencipta, dan karena itulah, otoritas Sang Pencipta tak dapat digantikan oleh makhluk ciptaan apa pun; otoritas Sang Pencipta tak dapat dicapai oleh makhluk bukan ciptaan apa pun. Ambil contoh utusan dan malaikat Tuhan. Mereka tidak memiliki kuasa Tuhan, apalagi otoritas Sang Pencipta, dan alasan mengapa mereka tidak memiliki kuasa dan otoritas Tuhan adalah karena mereka tidak memiliki hakikat Sang Pencipta. Makhluk bukan ciptaan, misalnya utusan dan malaikat Tuhan, meskipun mereka bisa melakukan beberapa hal atas nama Tuhan, mereka tidak dapat merepresentasikan Tuhan. Meski mereka memiliki kuasa yang tidak dimiliki oleh manusia, mereka tidak memiliki otoritas Tuhan, mereka tidak memiliki otoritas Tuhan untuk menciptakan segala sesuatu, dan memerintah segala sesuatu, dan berdaulat atas segala sesuatu. Jadi, keunikan Tuhan tidak dapat digantikan oleh makhluk bukan ciptaan apa pun, dan, demikian juga dengan otoritas dan kuasa Tuhan, itu tak dapat digantikan oleh makhluk bukan ciptaan apa pun. Dalam Alkitab, pernahkah engkau membaca tentang utusan Tuhan yang menciptakan segala sesuatu? Mengapa Tuhan tidak mengirimkan seorang utusan atau malaikat-Nya untuk menciptakan segala sesuatu? Itu karena mereka tidak memiliki otoritas Tuhan, dan karenanya, mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengerahkan otoritas Tuhan. Sama seperti semua makhluk ciptaan, mereka semua berada di bawah kedaulatan Sang Pencipta, dan di bawah otoritas Sang Pencipta, sehingga, dengan demikian Sang Pencipta adalah juga Tuhan mereka dan Penguasa mereka. Di antara mereka masing-masing—entah mereka berkedudukan tinggi atau rendah, entah memiliki kuasa yang besar atau kecil—tidak ada yang dapat melampaui otoritas Sang Pencipta, sehingga di antara mereka, tidak ada satu pun yang dapat menggantikan identitas Sang Pencipta. Mereka tidak akan pernah disebut Tuhan, dan tidak akan pernah bisa menjadi Sang Pencipta. Ini adalah kebenaran dan fakta yang tak dapat diubah!

Melalui persekutuan di atas, dapatkah kita menegaskan hal-hal berikut: hanya Sang Pencipta dan Yang Berdaulat atas segala sesuatu, hanya Dia yang memiliki otoritas unik dan kuasa unik, yang dapat disebut sebagai Tuhan yang unik itu sendiri? Pada titik ini, engkau semua mungkin merasa bahwa pertanyaan seperti itu terlalu mendalam. Engkau semua, untuk saat ini, tidak mampu memahaminya, dan tidak bisa merasakan esensi di dalamnya, sehingga untuk saat ini engkau semua merasa bahwa pertanyaan ini sangat sulit untuk dijawab. Jika demikian halnya, Aku akan melanjutkan persekutuan-Ku. Selanjutnya, Aku akan memampukanmu untuk melihat perbuatan nyata dari banyak aspek otoritas dan kuasa yang dimiliki hanya oleh Tuhan, dan dengan demikian Aku akan memampukanmu untuk sungguh-sungguh memahami, menghargai, dan mengetahui keunikan Tuhan, dan apa yang dimaksud dengan otoritas unik Tuhan.

2. Tuhan Menggunakan Firman-Nya untuk Menetapkan Sebuah Perjanjian Dengan Manusia

Kejadian 9:11-13 Aku akan menetapkan perjanjian-Ku dengan engkau, tidak akan ada makhluk hidup yang dimusnahkan karena air bah lagi; dan tidak akan ada air bah lagi yang akan menghancurkan bumi. Dan Tuhan berfirman: "Inilah tanda perjanjian yang Kutetapkan antara Aku dan engkau dan setiap makhluk hidup yang ada bersama-sama denganmu, turun-temurun: Aku akan menaruh busur-Ku di awan, dan itu akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi."

Setelah Dia Menciptakan Segala Sesuatu, Otoritas Sang Pencipta Dinyatakan dengan Tegas dan Dipertunjukkan Sekali Lagi dalam Perjanjian Pelangi

Otoritas Sang Pencipta selalu dipertunjukkan dan dilaksanakan di antara semua makhluk ciptaan, dan Dia tidak hanya mengatur nasib segala sesuatu, tetapi Dia juga mengatur manusia, makhluk istimewa yang Dia ciptakan dengan tangan-Nya sendiri, dan yang memiliki struktur kehidupan yang berbeda dan berada dalam bentuk kehidupan yang berbeda. Setelah menciptakan segala sesuatu, Sang Pencipta tidak berhenti mengungkapkan otoritas dan kuasa-Nya; bagi-Nya, otoritas yang digunakan oleh-Nya untuk berdaulat atas segala sesuatu dan atas nasib seluruh umat manusia, secara resmi dimulai baru pada saat manusia benar-benar dilahirkan dari tangan-Nya. Dia bermaksud untuk mengelola manusia, dan mengatur manusia; Dia bermaksud menyelamatkan manusia dan benar-benar mendapatkan manusia, untuk mendapatkan manusia yang mampu memerintah segala sesuatu; Dia bermaksud untuk menciptakan manusia seperti itu untuk hidup di bawah otoritas-Nya, dan mengetahui serta tunduk terhadap otoritas-Nya. Jadi, Tuhan mulai secara resmi mengungkapkan otoritas-Nya di antara manusia dengan menggunakan firman-Nya, dan mulai menggunakan otoritas-Nya untuk mewujudkan firman-Nya. Tentu saja, otoritas Tuhan dipertunjukkan di semua tempat selama proses ini; Aku hanya mengambil beberapa contoh spesifik yang dikenal luas, yang melaluinya engkau semua dapat memahami dan mengetahui keunikan Tuhan dan otoritas-Nya yang unik.

Ada kesamaan antara nas dalam Kejadian 9:11-13 dan nas di atas tentang catatan penciptaan dunia oleh Tuhan, tetapi juga ada sebuah perbedaan. Apa kesamaannya? Kesamaannya terletak pada penggunaan firman oleh Tuhan untuk melakukan apa yang Dia kehendaki, dan perbedaannya adalah bahwa nas-nas yang dikutip di sini merepresentasikan percakapan Tuhan dengan manusia, di mana Dia menetapkan sebuah perjanjian dengan manusia dan mengatakan kepada manusia apa yang terkandung dalam perjanjian tersebut. Pengerahan otoritas Tuhan ini dilaksanakan selama dialog-Nya dengan manusia, yang berarti bahwa, sebelum penciptaan umat manusia, firman Tuhan adalah instruksi, dan perintah, yang diberikan kepada makhluk yang hendak Dia ciptakan. Namun sekarang ada seseorang yang mendengarkan firman Tuhan, dan oleh karena itu, firman-Nya merupakan dialog dengan manusia dan juga nasihat dan teguran kepada manusia. Lebih dari itu, firman Tuhan adalah perintah yang mengandung otoritas-Nya dan yang disampaikan kepada segala sesuatu.

Tindakan Tuhan apa yang dicatat dalam nas ini? Nas itu mencatat perjanjian yang Tuhan tetapkan dengan manusia setelah Dia memusnahkan dunia dengan air bah; nas ini memberi tahu manusia bahwa Tuhan tidak akan melakukan pemusnahan seperti itu lagi terhadap dunia, dan bahwa, karena inilah, Tuhan menciptakan sebuah tanda. Apakah tanda ini? Dalam Kitab Suci, dikatakan bahwa "Aku akan menaruh busur-Ku di awan, dan itu akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi." Ini adalah firman yang murni diucapkan oleh Sang Pencipta kepada umat manusia. Saat Dia mengucapkan firman ini, sebuah pelangi muncul di depan mata manusia, dan pelangi itu tetap ada di sana hingga hari ini. Semua orang pernah melihat pelangi seperti itu, dan ketika engkau melihatnya, apakah engkau tahu bagaimana pelangi muncul? Ilmu pengetahuan tidak mampu membuktikannya, atau menemukan sumbernya, atau mengidentifikasi keberadaannya. Itu karena pelangi adalah sebuah tanda perjanjian yang ditetapkan antara Sang Pencipta dan manusia; pelangi tidak memerlukan dasar ilmiah, tidak dibuat oleh manusia, dan manusia juga tidak mampu mengubahnya. Pelangi merupakan kelanjutan dari otoritas Sang Pencipta setelah Dia mengucapkan firman-Nya. Sang Pencipta menggunakan metode khusus-Nya sendiri untuk menepati perjanjian-Nya dengan manusia dan janji-Nya, sehingga Dia menggunakan pelangi sebagai sebuah tanda perjanjian yang telah Dia tetapkan sebagai ketetapan dan hukum surgawi yang akan tetap tidak berubah untuk selamanya, baik bagi Sang Pencipta maupun bagi manusia ciptaan. Hukum yang tak dapat diubah ini, harus dikatakan sebagai perwujudan sejati lainnya dari otoritas Sang Pencipta setelah penciptaan-Nya atas segala sesuatu, dan harus dikatakan bahwa otoritas dan kuasa Sang Pencipta tidak terbatas; digunakannya pelangi oleh-Nya sebagai sebuah tanda adalah kelanjutan dan perpanjangan dari otoritas Sang Pencipta. Ini adalah tindakan lain yang dilakukan oleh Tuhan dengan menggunakan firman-Nya, dan merupakan tanda perjanjian yang telah Tuhan tetapkan dengan manusia dengan menggunakan firman. Dia memberitahukan kepada manusia apa yang bertekad Dia lakukan, dan dengan cara apa hal tersebut akan digenapi dan dicapai. Dengan cara inilah, hal ini digenapi sesuai dengan firman dari mulut Tuhan. Hanya Tuhan yang memiliki kuasa seperti itu, dan sekarang ini, beberapa ribu tahun setelah Dia mengucapkan firman tersebut, manusia masih bisa melihat pelangi yang diucapkan dari mulut Tuhan. Karena firman tersebut diucapkan oleh Tuhan, hal ini tetap tak berubah dan tak dapat diubah sampai hari ini. Tidak ada yang bisa menghilangkan pelangi ini, tidak ada yang bisa mengubah hukumnya, dan pelangi itu ada semata-mata karena firman Tuhan. Inilah tepatnya otoritas Tuhan. "Tuhan serius dengan apa yang Dia firmankan, apa yang Dia firmankan akan terlaksana, dan apa yang Dia lakukan akan bertahan untuk selamanya." Firman seperti itulah yang dengan jelas diwujudkan di sini, dan inilah tanda dan karakteristik yang jelas dari otoritas dan kuasa Tuhan. Tanda atau karakteristik seperti itu tidak dimiliki dan tidak terlihat dalam makhluk ciptaan apa pun, juga tidak terlihat dalam makhluk bukan ciptaan apa pun. Itu hanya dimiliki oleh Tuhan yang unik, dan membedakan identitas serta hakikat yang hanya dimiliki oleh Sang Pencipta dari yang dimiliki oleh makhluk ciptaan. Pada saat yang sama, itu juga merupakan tanda dan karakteristik yang, selain oleh Tuhan itu sendiri, tidak pernah dapat dilampaui oleh makhluk ciptaan atau makhluk bukan ciptaan mana pun.

Tindakan Tuhan menetapkan perjanjian-Nya dengan manusia adalah tindakan yang sangat penting, tindakan yang hendak Dia gunakan untuk menyampaikan sebuah fakta kepada manusia dan untuk memberitahukan maksud-Nya kepada manusia. Untuk tujuan ini, Dia menggunakan sebuah metode unik, menggunakan sebuah tanda khusus untuk menetapkan perjanjian dengan manusia, sebuah tanda yang merupakan janji perjanjian yang telah Dia tetapkan dengan manusia. Jadi, apakah penetapan perjanjian ini merupakan peristiwa yang luar biasa? Seberapa luar biasakah itu? Inilah tepatnya yang menjadikan perjanjian itu begitu istimewa: itu bukanlah perjanjian yang diadakan antara satu manusia dengan manusia lainnya, atau antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, atau antara satu negara dengan negara lainnya, melainkan sebuah perjanjian yang diadakan antara Sang Pencipta dengan seluruh umat manusia, dan perjanjian itu yang akan tetap berlaku hingga hari ketika Sang Pencipta menghapuskan segala sesuatu. Pelaksana perjanjian ini adalah Sang Pencipta, dan pemeliharanya juga adalah Sang Pencipta. Singkatnya, keseluruhan perjanjian pelangi yang ditetapkan dengan umat manusia digenapi dan dicapai sesuai dengan dialog antara Sang Pencipta dan umat manusia, dan tetap demikian hingga hari ini. Apa lagi yang bisa dilakukan oleh makhluk ciptaan selain tunduk, taat, percaya, menghargai, bersaksi, dan memuji otoritas Sang Pencipta? Karena hanya Tuhan yang unik yang memiliki kuasa untuk menetapkan perjanjian seperti itu. Munculnya pelangi yang berulang kali adalah pengumuman kepada umat manusia dan mengingatkan manusia pada perjanjian antara Sang Pencipta dan umat manusia. Melalui penampakan perjanjian antara Sang Pencipta dan umat manusia yang terus-menerus tersebut, apa yang dipertunjukkan kepada manusia bukanlah pelangi atau perjanjian itu sendiri, melainkan otoritas Sang Pencipta yang tidak dapat diubah. Kemunculan pelangi yang berulang kali mempertunjukkan perbuatan Sang Pencipta yang luar biasa dan ajaib di tempat tersembunyi, dan pada saat yang sama merupakan cerminan penting dari otoritas Sang Pencipta yang tidak akan pernah pudar, dan tidak akan pernah berubah. Bukankah ini sebuah pertunjukan aspek lain dari otoritas unik Sang Pencipta?

3. Berkat Tuhan

Kejadian 17:4-6 Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku denganmu, dan engkau akan menjadi bapa bagi banyak bangsa. Dan namamu tidak akan lagi disebut Abram, melainkan Abraham; karena Aku telah membuatmu menjadi bapa banyak bangsa. Dan Aku akan membuatmu memiliki banyak sekali keturunan, dan Aku akan membuatmu menjadi bangsa-bangsa, dan raja-raja akan lahir darimu.

Kejadian 18:18-19 Abraham pasti akan menjadi bangsa yang besar dan berkuasa, dan semua bangsa di bumi akan diberkati melalui dia. Karena Aku tahu bahwa dia akan memerintahkan anak-anak dan seisi rumahnya, supaya mereka tetap hidup menurut jalan Yahweh, dengan melakukan keadilan dan kebenaran, dan supaya Yahweh memberikan kepada Abraham apa yang sudah dijanjikan-Nya kepadanya.

Kejadian 22:16-18 Demi diri-Ku sendiri Aku bersumpah, demikianlah firman Yahweh: "karena engkau telah melakukan hal ini dan tidak menahan anakmu, anakmu satu-satunya, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu bertambah banyak seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut; dan keturunanmu akan menguasai pintu gerbang musuhnya. Maka oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan diberkati, karena engkau sudah menaati suara-Ku."

Ayub 42:12 Maka Yahweh memberkati Ayub dalam kehidupan berikutnya lebih daripada sebelumnya; dia memiliki 14.000 domba, dan 6.000 unta, dan 1.000 lembu, dan 1.000 keledai betina.

Cara Penyampaian dan Karakteristik Unik Perkataan Sang Pencipta adalah Simbol dari Identitas dan Otoritas Unik Sang Pencipta

Banyak orang ingin mencari, dan mendapatkan berkat Tuhan, tetapi tidak setiap orang dapat memperoleh berkat-berkat ini, karena Tuhan memiliki prinsip-Nya sendiri, dan memberkati manusia dengan cara-Nya sendiri. Janji yang Tuhan buat kepada manusia, dan besarnya kasih karunia yang Dia anugerahkan kepada manusia dialokasikan berdasarkan pikiran dan tindakan manusia. Jadi, apakah yang ditunjukkan oleh berkat-berkat Tuhan? Apa yang dapat orang lihat orang di dalamnya? Pada titik ini, mari kita kesampingkan pembahasan tentang orang macam apa yang Tuhan berkati, dan prinsip tentang bagaimana Tuhan memberkati manusia. Sebaliknya, mari kita melihat berkat Tuhan kepada manusia dengan tujuan mengetahui otoritas Tuhan, dari perspektif mengenal otoritas Tuhan.

Keempat nas Kitab Suci di atas semuanya adalah catatan tentang berkat Tuhan bagi manusia. Keempat nas tersebut memberikan keterangan terperinci mengenai penerima berkat Tuhan, seperti Abraham dan Ayub, juga alasan Tuhan menganugerahkan berkat-Nya, dan apa yang terkandung dalam berkat-berkat ini. Nada dan cara penyampaian perkataan Tuhan, dan perspektif serta posisi dari mana Dia berbicara, memungkinkan orang untuk menyadari bahwa Pribadi yang melimpahkan berkat dan penerima berkat tersebut memiliki identitas, status, dan hakikat yang sangat berbeda. Nada dan cara penyampaian perkataan-perkataan ini, dan posisi dari mana perkataan ini diucapkan, adalah milik Tuhan semata, yang memiliki identitas Sang Pencipta. Dia memiliki otoritas dan kekuatan, serta kehormatan Sang Pencipta, dan kemegahan yang tidak dapat diragukan oleh manusia mana pun.

Mari kita melihat Kejadian 17:4-6: "Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku denganmu, engkau akan menjadi bapa bagi banyak bangsa. Dan namamu tidak akan lagi disebut Abram, melainkan Abraham; karena Aku telah membuatmu menjadi bapa banyak bangsa. Dan Aku akan membuat engkau memiliki banyak sekali keturunan dan Aku akan membuat keturunanmu menjadi bangsa-bangsa, dan raja-raja akan lahir darimu." Firman ini adalah perjanjian yang Tuhan tetapkan dengan Abraham, serta berkat Tuhan untuk Abraham: Tuhan akan menjadikan Abraham bapa bangsa-bangsa, membuatnya beranak cucu sangat banyak; membuat keturunannya menjadi bangsa-bangsa, dan raja-raja akan lahir darinya. Apakah engkau melihat otoritas Tuhan dalam semua firman ini? Dan bagaimana engkau melihat otoritas seperti itu? Aspek manakah dari hakikat otoritas Tuhan yang engkau lihat? Dengan membaca semua firman ini secara cermat, tidak sukar untuk menemukan bahwa otoritas dan identitas Tuhan sangat jelas diungkapkan dalam susunan kata perkataan Tuhan. Sebagai contoh, saat Tuhan berkata "Inilah perjanjian-Ku denganmu, engkau akan ... Aku telah membuatmu ... Aku akan membuatmu ...," frasa seperti "engkau akan" dan "Aku akan," yang susunan katanya menyatakan dengan tegas identitas dan otoritas Tuhan, di satu sisi merupakan indikasi kesetiaan Sang Pencipta, dan di sisi lain, merupakan firman khusus yang digunakan oleh Tuhan, yang memiliki identitas Sang Pencipta—juga merupakan bagian dari kosakata yang konvensional. Jika seseorang berkata mereka berharap orang lain akan beranak cucu sangat banyak, bahwa bangsa-bangsa akan berasal dari mereka, dan bahwa raja-raja akan lahir dari mereka, tidak diragukan lagi, itu adalah semacam harapan, dan bukan merupakan janji atau berkat. Jadi, orang tidak berani mengatakan: "Aku akan menjadikanmu ini dan itu, engkau akan seperti ini dan itu," karena mereka tahu bahwa mereka tidak memiliki kuasa seperti itu; itu tidak tergantung pada mereka, dan bahkan seandainya mereka mengatakan hal seperti itu, perkataan mereka hanya omong kosong, didorong oleh hasrat dan ambisi mereka. Adakah yang berani berbicara dengan nada seangkuh itu jika mereka merasa bahwa mereka tidak dapat mencapai keinginan mereka? Setiap orang mengharapkan hal baik untuk keturunan mereka, dan berharap bahwa mereka akan unggul dan menikmati kesuksesan besar. "Betapa beruntungnya jika salah satu dari mereka menjadi kaisar! Jika orang ingin menjadi gubernur itu juga bagus—selama mereka menjadi orang penting!" Semua ini adalah harapan orang, tetapi orang hanya dapat mengharapkan berkat atas keturunan mereka, dan tidak dapat memenuhi atau membuat janji mereka menjadi kenyataan. Dalam hati mereka, setiap orang tahu dengan jelas bahwa mereka tidak memiliki kuasa untuk mencapai hal-hal seperti itu, karena segala sesuatu tentang hal-hal tersebut berada di luar kendali mereka, jadi bagaimana mungkin mereka bisa mengatur nasib orang lain? Alasan mengapa Tuhan dapat mengatakan perkataan seperti ini adalah karena Tuhan memiliki otoritas seperti itu, dan mampu mencapai serta mewujudkan semua janji yang Dia buat kepada manusia, dan membuat semua berkat yang Dia anugerahkan kepada manusia menjadi kenyataan. Manusia diciptakan oleh Tuhan, dan bagi Tuhan, membuat seseorang beranak cucu sangat banyak itu mudah sekali; membuat makmur keturunan seseorang hanya diperlukan sepatah kata dari-Nya. Dia tidak pernah harus membuat diri-Nya bersusah payah untuk melakukan hal seperti itu, atau berpikir sangat keras, atau membuat diri-Nya sendiri bingung karena hal itu; ini adalah kuasa Tuhan, otoritas Tuhan yang sesungguhnya.

Setelah membaca "Abraham pasti akan menjadi bangsa yang besar dan berkuasa, dan semua bangsa di bumi akan diberkati melalui dia" dalam Kejadian 18:18, bisakah engkau semua merasakan otoritas Tuhan? Bisakah engkau semua merasakan keluarbiasaan Sang Pencipta? Bisakah engkau semua merasakan supremasi Sang Pencipta? Firman Tuhan bersifat pasti. Tuhan berfirman seperti itu bukan karena, atau sebagai representasi, keyakinan-Nya akan keberhasilan; sebaliknya firman Tuhan adalah bukti otoritas perkataan Tuhan, dan merupakan perintah yang menggenapi firman Tuhan. Ada dua pengungkapan yang harus engkau semua perhatikan di sini. Ketika Tuhan berkata "Abraham pasti akan menjadi bangsa yang besar dan berkuasa, dan semua bangsa di bumi akan diberkati melalui dia," adakah unsur ambiguitas dalam firman ini? Adakah elemen kekhawatiran? Adakah unsur ketakutan? Karena kata-kata "pasti akan" dan "akan" dalam perkataan Tuhan, semua unsur ini, yang khas ada pada manusia dan sering kali ditampilkan dalam dirinya, tidak pernah memiliki hubungan apa pun dengan Sang Pencipta. Tidak seorang pun berani menggunakan kata-kata seperti itu ketika mengharapkan hal yang baik untuk orang lain, tidak seorang pun berani memberkati orang lain dengan keyakinan seperti itu, yakni dengan memberikan kepada mereka bangsa yang besar dan kuat, atau menjanjikan bahwa semua bangsa di bumi akan diberkati melalui dirinya. Semakin pasti firman Tuhan, semakin firman tersebut membuktikan sesuatu—dan apakah sesuatu itu? Firman Tuhan membuktikan bahwa Tuhan memiliki otoritas seperti itu, bahwa otoritas-Nya dapat mencapai hal-hal ini, dan bahwa penggenapan firman Tuhan pasti terjadi. Tuhan yakin di dalam hati-Nya, tanpa sedikit pun keraguan, akan semua hal yang Dia berkati kepada Abraham. Lebih jauh lagi, keseluruhan dari hal ini akan digenapi sesuai dengan firman-Nya, dan tidak ada kekuatan yang akan mampu mengubah, menghalangi, merusak, atau mengganggu penggenapannya. Hal lain apa pun yang terjadi, tidak ada apa pun yang dapat membatalkan atau memengaruhi penggenapan dan pencapaian firman Tuhan. Ini adalah kekuatan sesungguhnya dari firman yang diucapkan dari mulut Sang Pencipta, dan otoritas Sang Pencipta yang tidak menoleransi penyangkalan manusia! Setelah membaca firman Tuhan ini, apakah engkau masih merasa ragu? Firman ini diucapkan dari mulut Tuhan, dan ada kuasa, kemegahan, dan otoritas dalam firman Tuhan. Kekuatan dan otoritas seperti itu, serta pencapaian fakta yang pasti terjadi tersebut, tidaklah mungkin dicapai oleh makhluk ciptaan atau makhluk bukan ciptaan mana pun, dan tidak dapat dilampaui oleh makhluk ciptaan atau makhluk bukan ciptaan mana pun. Hanya Sang Pencipta yang dapat bercakap dengan umat manusia dengan nada dan intonasi seperti itu, dan kenyataan telah membuktikan bahwa janji-Nya bukanlah kata-kata hampa, atau omong kosong, tetapi merupakan pengungkapan dari otoritas unik yang tak terlampaui oleh orang, peristiwa atau hal apa pun.

Apa perbedaan antara firman yang diucapkan oleh Tuhan dan perkataan yang diucapkan oleh manusia? Saat engkau membaca firman yang diucapkan oleh Tuhan ini, engkau merasakan kekuatan firman Tuhan dan otoritas Tuhan. Bagaimana perasaanmu saat engkau mendengar orang mengucapkan perkataan semacam itu? Apakah menurutmu mereka sangat congkak dan sombong, orang-orang yang memamerkan diri mereka sendiri? Karena mereka tidak memiliki kuasa ini, mereka tidak memiliki otoritas seperti itu, dan karenanya mereka sama sekali tidak mampu mencapai hal-hal seperti ini. Bahwa mereka begitu yakin akan janji-janji mereka, itu hanya menunjukkan kecerobohan dari pernyataan mereka. Jika seseorang mengatakan perkataan seperti itu, mereka tidak diragukan lagi sedang bersikap congkak, dan terlalu percaya diri, dan mereka sedang menyingkapkan diri mereka sendiri sebagai contoh klasik dari watak si penghulu malaikat. Firman ini berasal dari mulut Tuhan; apakah engkau merasakan unsur kecongkakan di sini? Apakah engkau merasa bahwa firman Tuhan hanyalah lelucon? Firman Tuhan adalah otoritas, firman Tuhan adalah fakta, dan sebelum firman diucapkan dari mulut-Nya, yang berarti, sementara Dia membuat keputusan untuk melakukan sesuatu, hal tersebut sudah tercapai. Dapat dikatakan bahwa semua yang Tuhan katakan kepada Abraham adalah perjanjian yang Tuhan tetapkan dengan Abraham, dan janji yang Tuhan buat kepada Abraham. Janji ini adalah fakta yang sudah ditetapkan, dan fakta yang sudah tercapai, dan fakta-fakta ini secara bertahap digenapi dalam pikiran Tuhan sesuai dengan rencana Tuhan. Jadi, untuk Tuhan mengatakan perkataan seperti itu, tidaklah berarti bahwa Dia memiliki watak yang congkak, karena Tuhan mampu mencapai hal-hal seperti itu. Dia memiliki kuasa dan otoritas ini, dan sepenuhnya mampu mencapai tindakan-tindakan ini, dan pencapaian semua itu sepenuhnya berada dalam jangkauan kemampuan-Nya. Ketika firman seperti ini diucapkan dari mulut Tuhan, semua itu adalah penyingkapan dan pengungkapan dari watak sejati Tuhan, sebuah penyingkapan dan perwujudan yang sempurna dari hakikat dan otoritas Tuhan, dan tidak ada yang lebih pantas dan tepat sebagai bukti identitas Sang Pencipta. Cara penyampaian, nada, dan susunan kata perkataan semacam itu tepat merupakan ciri dari identitas Sang Pencipta, dan sepenuhnya sesuai dengan pengungkapan identitas Tuhan sendiri; di dalamnya tidak ada kepura-puraan, tidak ada kenajisan; semua itu sepenuhnya dan seutuhnya merupakan peragaan sempurna hakikat dan otoritas Sang Pencipta. Sedangkan makhluk ciptaan, mereka tidak memiliki otoritas ini, juga tidak memiliki hakikat ini, apalagi memiliki kuasa yang diberikan oleh Tuhan. Jika manusia memperlihatkan perilaku semacam itu, maka itu sudah pasti merupakan ledakan dari wataknya yang rusak, dan akar penyebab hal ini adalah pengaruh bercampurnya kecongkakan dan ambisi liar manusia, dan tersingkapnya niat jahat setan-setan dan Iblis, yang ingin menyesatkan orang dan membujuk mereka untuk mengkhianati Tuhan. Bagaimana Tuhan memandang apa yang diungkapkan oleh perkataan semacam itu? Tuhan akan mengatakan bahwa engkau ingin merebut tempat-Nya dan bahwa engkau ingin meniru dan menggantikan Dia. Saat engkau meniru nada perkataan Tuhan, niatmu adalah menggantikan tempat Tuhan dalam hati orang-orang, untuk mengambil alih umat manusia yang secara sah adalah milik Tuhan. Ini benar-benar adalah Iblis; inilah tindakan keturunan si penghulu malaikat, yang tak dapat ditoleransi oleh Surga! Di antara engkau semua, adakah orang yang pernah meniru Tuhan dengan cara tertentu dengan mengucapkan beberapa kata, dengan niat menyesatkan dan menipu orang-orang, dan membuat mereka merasa seolah-olah perkataan dan tindakan orang ini mengandung otoritas dan kekuatan Tuhan, seolah-olah hakikat dan identitas orang ini unik, dan bahkan seolah-olah nada perkataan orang ini mirip dengan nada perkataan Tuhan? Pernahkah engkau semua melakukan sesuatu seperti ini? Pernahkah engkau meniru nada Tuhan dalam perkataanmu, dengan sikap yang tampak seolah-olah merepresentasikan watak Tuhan, dengan menggunakan apa yang kauanggap sebagai kekuatan dan otoritas? Apakah sebagian besar darimu sering kali bertindak, atau berencana untuk bertindak dengan cara seperti itu? Sekarang, ketika engkau semua benar-benar melihat, memahami, dan mengetahui otoritas Sang Pencipta, dan mengingat kembali apa yang biasanya engkau lakukan, dan apa yang engkau gunakan untuk mengungkapkan dirimu, apakah engkau merasa muak? Apakah engkau semua menyadari betapa tercela dan tak tahu malunya dirimu? Setelah membedah watak dan hakikat orang semacam itu, dapatkah dikatakan bahwa mereka adalah makhluk neraka terkutuk? Bisakah dikatakan bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal seperti itu sedang mempermalukan diri mereka sendiri? Apakah engkau semua menyadari keseriusan tentang natur dari tindakan seperti itu? Seberapa seriuskah itu? Niat orang yang bertindak dengan cara ini adalah meniru Tuhan. Mereka ingin menjadi Tuhan, membuat orang menyembah mereka sebagai Tuhan. Mereka ingin menghapus tempat Tuhan di hati orang, dan menyingkirkan Tuhan yang bekerja di antara manusia, dan mereka melakukan ini untuk mencapai tujuan mengendalikan orang, menelan orang, dan menguasai mereka. Setiap orang memiliki hasrat dan ambisi bawah sadar seperti ini, dan setiap orang hidup dalam hakikat rusak Iblis seperti ini, dalam natur Iblis di mana mereka bermusuhan dengan Tuhan, mengkhianati Tuhan, dan berharap untuk menjadi Tuhan. Setelah persekutuan-Ku tentang topik otoritas Tuhan, apakah engkau semua masih berharap atau bercita-cita untuk berpura-pura menjadi Tuhan, atau meniru Tuhan? Apakah engkau masih berhasrat menjadi Tuhan? Apakah engkau masih berharap menjadi Tuhan? Otoritas Tuhan tidak dapat ditiru oleh manusia, dan identitas serta status Tuhan tidak dapat ditiru oleh manusia. Meskipun engkau mampu meniru nada yang digunakan oleh Tuhan untuk berbicara, engkau tidak dapat meniru hakikat Tuhan. Meskipun engkau mampu berdiri di tempat Tuhan dan berpura-pura menjadi Tuhan, engkau tidak akan pernah mampu melakukan apa yang hendak Tuhan lakukan, dan tidak akan pernah berdaulat atas dan memerintah segala sesuatu. Di mata Tuhan, engkau akan selamanya menjadi makhluk kecil, dan sehebat apa pun keterampilan dan kemampuanmu, sebanyak apa pun karunia yang engkau miliki, engkau, dalam keseluruhan dirimu, berada di bawah kekuasaan Sang Pencipta. Meski engkau mampu mengucapkan beberapa kata yang tegas, ini tidak dapat menunjukkan bahwa engkau memiliki hakikat Sang Pencipta, atau menyatakan bahwa engkau memiliki otoritas Sang Pencipta. Otoritas dan kuasa Tuhan adalah hakikat dari Tuhan itu sendiri. Otoritas dan kuasa Tuhan tidak dipelajari, atau ditambahkan secara lahiriah, tetapi merupakan hakikat dasar Tuhan itu sendiri. Jadi, hubungan antara Sang Pencipta dan makhluk ciptaan tidak pernah dapat diubah. Sebagai salah satu manusia yang diciptakan, manusia wajib menjaga posisinya masing-masing, dan berperilaku dengan penuh tanggung jawab. Dengan patuh menjaga apa yang dipercayakan kepadamu oleh Sang Pencipta. Jangan bertindak di luar batas, atau melakukan hal-hal di luar jangkauan kemampuanmu atau yang menjijikkan bagi Tuhan. Jangan berusaha menjadi orang hebat, atau menjadi manusia super, atau berada di atas orang lain, jangan berusaha menjadi Tuhan. Ini adalah hal-hal yang seharusnya tidak diinginkan oleh orang. Berusaha menjadi orang hebat atau manusia super itu tidak masuk akal. Berusaha untuk menjadi Tuhan lebih memalukan lagi; itu hal yang menjijikkan, dan tercela. Apa yang patut dipuji, dan apa yang harus terus dilakukan oleh makhluk ciptaan lebih dari apa pun, adalah menjadi makhluk ciptaan yang sejati; ini adalah satu-satunya tujuan yang harus dikejar oleh semua orang.

Otoritas Sang Pencipta Tidak Dibatasi oleh Waktu, Ruang, atau Geografi, dan Otoritas Sang Pencipta Tidak Terukur

Mari kita melihat Kejadian 22:17-18: Ini adalah nas lain yang diucapkan oleh Tuhan Yahweh, di mana Dia berkata kepada Abraham, "Maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu bertambah banyak seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut; dan keturunanmu akan menguasai pintu gerbang musuhnya. Maka oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan diberkati, karena engkau sudah menaati suara-Ku." Tuhan Yahweh memberkati Abraham berkali-kali bahwa keturunannya akan bertambah banyak—tetapi sampai sejauh mana mereka akan bertambah banyak? Sampai sejauh yang dikatakan dalam Kitab Suci: "seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut." Ini berarti bahwa Tuhan ingin menganugerahkan kepada Abraham keturunan sebanyak bintang di langit, dan sebanyak pasir di tepi laut. Tuhan berbicara dengan menggunakan perumpamaan, dan dari perumpamaan ini tidak sulit untuk melihat bahwa Tuhan tidak hanya akan menganugerahkan satu, dua, atau bahkan hanya ribuan keturunan kepada Abraham, melainkan jumlah yang tak terhitung banyaknya, sebanyak yang cukup untuk menjadikan mereka banyak bangsa, karena Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa dia akan menjadi bapa banyak bangsa. Lalu, apakah jumlah itu ditentukan oleh manusia, atau ditentukan oleh Tuhan? Dapatkah manusia mengendalikan berapa banyak keturunan yang dimilikinya? Apakah hal itu tergantung pada keputusannya? Sama sekali tidak tergantung pada manusia apakah dia memiliki beberapa keturunan atau tidak, apalagi memiliki keturunan sebanyak "bintang di langit dan pasir di tepi laut." Siapa tidak ingin keturunan mereka sebanyak bintang? Sayangnya, tidak semua hal selalu berjalan sesuai dengan yang engkau inginkan. Semahir atau semampu apa pun manusia, hal itu tidak tergantung pada keputusannya; tidak seorang pun dapat berdiri di luar apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Seberapa banyak yang Dia izinkan untuk engkau miliki, sebanyak itulah yang akan engkau miliki: jika Tuhan memberimu sedikit, engkau tidak akan pernah memiliki banyak, dan jika Tuhan memberimu banyak, tidak ada gunanya membenci seberapa banyak yang engkau miliki. Bukankah benar demikian? Semua ini tergantung keputusan Tuhan, bukan manusia! Manusia dikuasai oleh Tuhan, dan tidak seorang pun dikecualikan!

Saat Tuhan berfirman, "Aku akan membuat keturunanmu bertambah banyak," ini adalah perjanjian yang Tuhan tetapkan bersama Abraham, dan seperti halnya perjanjian pelangi, perjanjian ini pun terlaksana untuk selamanya, dan perjanjian tersebut adalah juga janji yang dibuat oleh Tuhan kepada Abraham. Hanya Tuhan yang memenuhi syarat dan mampu membuat janji ini menjadi kenyataan. Entah manusia mempercayainya atau tidak, entah manusia menerimanya atau tidak, dan bagaimanapun cara manusia melihat dan memandangnya, semua ini akan digenapi sampai sedetail-detailnya, sesuai dengan firman yang Tuhan ucapkan. Firman Tuhan tidak akan berubah oleh karena perubahan dalam kehendak atau gagasan manusia, dan tidak akan berubah oleh karena perubahan dalam diri seseorang, atau peristiwa, atau hal apa pun. Segala sesuatu dapat menghilang, tetapi firman Tuhan akan tetap untuk selamanya. Sesungguhnya, hari ketika segala sesuatu menghilang adalah tepat merupakan hari ketika firman Tuhan digenapi sepenuhnya, karena Dia adalah Sang Pencipta, Dia memiliki otoritas Sang Pencipta, kuasa Sang Pencipta, dan Dia mengendalikan segala sesuatu dan semua daya hidup; Dia mampu menyebabkan sesuatu ada dari ketiadaan, atau menyebabkan sesuatu menjadi tidak ada, dan Dia mengendalikan transformasi segala sesuatu dari yang hidup hingga yang mati; bagi Tuhan, tidak ada hal lebih sederhana daripada melipatgandakan keturunan seseorang. Ini terdengar fantastis bagi manusia, seperti dongeng, tetapi bagi Tuhan, apa yang Dia putuskan dan janjikan untuk terlaksana, tidaklah fantastis, juga bukan sebuah dongeng. Sebaliknya, itu adalah fakta yang telah Tuhan lihat, dan yang pasti akan tercapai. Apakah engkau semua menghargai hal ini? Apakah fakta-fakta membuktikan bahwa keturunan Abraham sangat banyak? Dan seberapa banyakkah itu? Apakah sebanyak "bintang di langit dan pasir di tepi laut" yang diucapkan oleh Tuhan? Apakah mereka tersebar di semua negara dan wilayah, di setiap tempat di dunia? Melalui apa fakta ini tercapai? Apakah tercapai melalui otoritas firman Tuhan? Selama ratusan atau ribuan tahun setelah firman Tuhan diucapkan, firman Tuhan terus digenapi, dan terus-menerus menjadi kenyataan; inilah kekuatan firman Tuhan, dan bukti otoritas Tuhan. Ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu pada mulanya, Tuhan berfirman, "Jadilah terang," maka terang pun jadi. Ini terjadi sangat cepat, digenapi dalam waktu sangat singkat, dan tidak ada penundaan dalam pencapaian dan penggenapannya; dampak dari firman Tuhan bersifat langsung. Keduanya merupakan peragaan otoritas Tuhan, tetapi ketika Tuhan memberkati Abraham, Dia mengizinkan manusia untuk melihat sisi lain dari hakikat otoritas Tuhan, dan fakta bahwa otoritas Sang Pencipta itu tidak terukur, dan terlebih lagi, Dia mengizinkan manusia untuk melihat sisi yang lebih nyata dan yang sangat indah dari otoritas Sang Pencipta.

Begitu firman Tuhan diucapkan, otoritas Tuhan mengambil alih pekerjaan ini, dan fakta yang dijanjikan oleh mulut Tuhan secara berangsur-angsur mulai menjadi kenyataan. Akibatnya, perubahan mulai muncul di antara segala sesuatu, sama seperti bagaimana pada saat kedatangan musim semi, rumput berubah menjadi hijau, bunga-bunga bermekaran, tunas mencuat dari pepohonan, burung mulai berkicau, angsa terbang pulang, dan ladang dipenuhi orang-orang .... Dengan kedatangan musim semi, segala sesuatu diremajakan, dan ini adalah perbuatan ajaib Sang Pencipta. Ketika Tuhan memenuhi janji-Nya, segala sesuatu di langit dan di bumi diperbarui dan berubah sesuai dengan pikiran Tuhan—tidak ada yang dikecualikan. Ketika sebuah komitmen atau janji diucapkan dari mulut Tuhan, segala sesuatu berfungsi ke arah penggenapannya, dan digerakkan demi penggenapannya; semua makhluk ciptaan diatur dan dikelola di bawah kekuasaan Sang Pencipta, memainkan peran mereka masing-masing, dan menjalankan fungsi mereka masing-masing. Ini adalah perwujudan dari otoritas Sang Pencipta. Apa yang engkau lihat dalam hal ini? Bagaimana engkau mengetahui otoritas Tuhan? Apakah otoritas Tuhan ada batas jangkauannya? Apakah ada batasan waktu? Dapatkah dikatakan otoritas Tuhan memiliki ketinggian tertentu, atau panjang tertentu? Dapatkah dikatakan otoritas Tuhan memiliki ukuran atau kekuatan tertentu? Dapatkah itu diukur dengan dimensi manusia? Otoritas Tuhan tidak kadang menyala kadang padam, tidak datang dan pergi, dan tidak ada orang yang dapat mengukur sebesar apa otoritas-Nya itu. Seberapapun lamanya waktu berlalu, ketika Tuhan memberkati seseorang, berkat ini akan terus berlanjut, dan kelanjutannya akan menjadi kesaksian tentang otoritas Tuhan yang tak terkira, dan akan memungkinkan umat manusia untuk melihat kemunculan kembali daya hidup Sang Pencipta yang tak terpadamkan, dari waktu ke waktu. Setiap peragaan otoritas-Nya adalah peragaan sempurna dari firman yang keluar dari mulut-Nya, yang dipertunjukkan kepada segala sesuatu, dan kepada umat manusia. Terlebih dari itu, segala sesuatu yang dicapai oleh otoritas-Nya sangat indah, yang tak ada bandingannya, dan yang benar-benar sempurna. Dapat dikatakan bahwa pikiran-Nya, firman-Nya, otoritas-Nya, dan semua pekerjaan yang Dia capai adalah gambaran yang tak tertandingi keindahannya, dan bagi makhluk ciptaan, bahasa manusia tidak mampu mengartikulasikan makna penting dan nilainya. Ketika Tuhan membuat janji kepada seseorang, segala sesuatu tentang mereka diketahui dengan sangat baik oleh Tuhan, baik itu tentang di mana mereka tinggal, atau apa yang mereka lakukan, latar belakang mereka sebelum atau sesudah mereka menerima janji, atau seberapa hebat pergolakan yang telah terjadi di lingkungan hidup mereka. Seberapapun lamanya waktu telah berlalu setelah firman Tuhan diucapkan, bagi Dia, seolah-olah itu baru saja diucapkan. Ini berarti bahwa Tuhan memiliki kuasa, dan memiliki otoritas yang sedemikian rupa sehingga Dia dapat menindaklanjuti, mengendalikan, dan menggenapi setiap janji yang Dia buat untuk umat manusia, dan apa pun janji tersebut, seberapapun lamanya waktu yang diperlukan untuk janji tersebut digenapi sepenuhnya, dan, terlebih lagi, seluas apa pun cakupan pencapaiannya—misalnya, waktu, geografi, ras, dan sebagainya—janji ini akan dicapai dan digenapi, dan lebih jauh lagi, pencapaian dan penggenapannya tidak akan menuntut-Nya untuk melakukan upaya sedikit pun. Membuktikan apakah hal ini? Ini membuktikan bahwa luasnya otoritas dan kuasa Tuhan itu cukup untuk mengendalikan seluruh alam semesta, dan seluruh umat manusia. Tuhan menciptakan terang, tetapi itu tidak berarti Tuhan hanya mengelola terang, atau bahwa Dia hanya mengelola air karena Dia menciptakan air, dan bahwa segala sesuatu yang lain tidak berhubungan dengan Tuhan. Bukankah ini sebuah kesalahpahaman? Meski berkat Tuhan kepada Abraham secara berangsur-angsur memudar dari ingatan manusia setelah beberapa ratus tahun, bagi Tuhan janji ini tetaplah sama. Janji ini masih dalam proses pencapaian dan tidak pernah berhenti. Manusia tidak pernah tahu atau mendengar bagaimana Tuhan mengerahkan otoritas-Nya, bagaimana segala sesuatu diatur dan ditata, dan berapa banyak kisah indah terjadi di antara segala sesuatu dari ciptaan Tuhan selama waktu ini, tetapi setiap bagian indah dari peragaan otoritas Tuhan dan penyingkapan perbuatan-Nya diwariskan dan ditinggikan di antara segala sesuatu, segala sesuatu mempertunjukkan dan menceritakan tentang perbuatan ajaib Sang Pencipta, dan setiap kisah yang paling banyak diceritakan tentang kedaulatan Sang Pencipta atas segala sesuatu akan dinyatakan oleh segala sesuatu untuk selamanya. Otoritas yang digunakan Tuhan untuk mengatur segala sesuatu, dan kuasa Tuhan, menunjukkan kepada segala sesuatu bahwa Tuhan hadir di mana pun dan di setiap saat. Saat engkau telah menyaksikan kehadiran otoritas dan kuasa Tuhan di mana-mana, engkau akan melihat bahwa Tuhan hadir di mana-mana dan di segala waktu. Otoritas dan kuasa Tuhan tidak dibatasi oleh waktu, wilayah, geografi, ruang, ataupun oleh orang, peristiwa atau hal apa pun. Luasnya otoritas dan kuasa Tuhan melampaui imajinasi manusia; itu tidak terselami oleh manusia, tidak terbayangkan oleh manusia, dan tidak akan pernah sepenuhnya diketahui oleh manusia.

Beberapa orang suka menyimpulkan dan berimajinasi, tetapi seberapa jauhkah jangkauan imajinasi manusia? Bisakah melampaui dunia ini? Apakah manusia mampu menyimpulkan dan membayangkan autentisitas dan keakuratan otoritas Tuhan? Apakah kesimpulan dan imajinasi manusia mampu memungkinkan dirinya memperoleh pengetahuan tentang otoritas Tuhan? Bisakah semua itu membuat manusia benar-benar menghargai dan tunduk pada otoritas Tuhan? Fakta membuktikan bahwa kesimpulan dan imajinasi manusia hanyalah produk kecerdasan manusia, dan tidak memberikan sedikit pun bantuan atau manfaat pada pengetahuan manusia tentang otoritas Tuhan. Setelah membaca fiksi ilmiah, beberapa orang mampu membayangkan bulan, atau seperti apa bintang itu. Namun ini tidak berarti bahwa manusia memiliki pemahaman apa pun tentang otoritas Tuhan. Imajinasi manusia hanyalah: imajinasi. Tentang fakta dari hal-hal ini, yaitu, tentang kaitannya dengan otoritas Tuhan, manusia sama sekali tidak memahaminya. Apa bedanya bahkan seandainya engkau pernah ke bulan? Apakah ini menunjukkan bahwa engkau memiliki pemahaman multidimensional mengenai otoritas Tuhan? Apakah itu menunjukkan bahwa engkau mampu membayangkan luasnya otoritas dan kuasa Tuhan? Karena kesimpulan dan imajinasi manusia tidak mampu memungkinkannya mengetahui otoritas Tuhan, lalu apa yang harus manusia lakukan? Pilihan yang paling bijaksana adalah tidak menyimpulkan atau membayangkan, yang berarti bahwa manusia tidak pernah boleh bergantung pada imajinasi dan bergantung pada kesimpulan dalam hal mengetahui otoritas Tuhan. Apakah yang ingin Kusampaikan kepada engkau semua di sini? Pengetahuan tentang otoritas Tuhan, kuasa Tuhan, identitas Tuhan sendiri, dan hakikat Tuhan tidak dapat diperoleh dengan mengandalkan imajinasimu. Karena engkau tidak dapat mengandalkan imajinasi untuk mengetahui otoritas Tuhan, maka dengan cara apakah engkau dapat memperoleh pengetahuan yang benar tentang otoritas Tuhan? Cara melakukannya adalah melalui makan dan minum firman Tuhan, melalui persekutuan, dan mengalami firman Tuhan. Dengan cara demikian, engkau akan memiliki pengalaman yang bertahap dan verifikasi mengenai otoritas Tuhan dan engkau akan memperoleh pemahaman yang bertahap dan pengetahuan yang semakin bertambah tentang hal itu. Inilah satu-satunya cara untuk memperoleh pengetahuan tentang otoritas Tuhan; tidak ada jalan pintas. Memintamu untuk tidak berimajinasi tidak sama dengan memintamu untuk duduk pasif menunggu kehancuran, atau menghentikanmu untuk melakukan apa pun. Tidak menggunakan otakmu untuk berpikir dan berimajinasi berarti tidak menggunakan logika untuk menyimpulkan, tidak menggunakan pengetahuan untuk menganalisis, tidak menggunakan ilmu pengetahuan sebagai dasar, tetapi sebaliknya menghargai, memverifikasi, dan mengonfirmasikan bahwa Tuhan yang engkau percayai memiliki otoritas, menyatakan dengan tegas bahwa Dia berdaulat atas nasibmu, dan bahwa kuasa-Nya setiap saat membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan itu sendiri, melalui firman Tuhan, melalui kebenaran, melalui segala sesuatu yang engkau temui dalam kehidupan. Inilah satu-satunya cara agar setiap orang dapat memperoleh pemahaman tentang Tuhan. Ada orang-orang yang mengatakan bahwa mereka ingin menemukan cara sederhana untuk mencapai tujuan ini, tetapi bisakah engkau semua memikirkan cara seperti itu? Kuberitahukan kepadamu, tidak perlu berpikir: tidak ada cara lain! Satu-satunya cara adalah dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus mengetahui dan memverifikasi apa yang Tuhan miliki dan siapa Tuhan itu melalui setiap firman yang Dia ungkapkan dan segala sesuatu yang Dia lakukan. Inilah satu-satunya cara untuk mengenal Tuhan. Karena apa yang Tuhan miliki dan siapa Tuhan itu, dan segala sesuatu yang berasal dari Tuhan tidak hampa dan kosong, tetapi nyata.

Fakta Mengenai Pengendalian dan Kekuasaan Sang Pencipta atas Segala Sesuatu dan Makhluk Hidup Menyatakan Keberadaan Otoritas Sang Pencipta yang Nyata

Demikian pula, berkat Yahweh kepada Ayub dicatat dalam Kitab Ayub. Apa yang Tuhan anugerahkan kepada Ayub? "Maka Yahweh memberkati Ayub dalam kehidupan berikutnya lebih daripada sebelumnya; dia memiliki 14.000 domba, dan 6.000 unta, dan 1.000 lembu, dan 1.000 keledai betina" (Ayub 42:12). Dari sudut pandang manusia, apa sajakah hal-hal yang diberikan kepada Ayub tersebut? Apakah semua itu adalah aset manusia? Dengan aset-aset ini, bukankah Ayub sangat kaya pada zaman tersebut? Lalu, bagaimana dia memperoleh aset-aset tersebut? Apa yang menyebabkan kekayaannya? Sangat jelas—oleh karena berkat Tuhan-lah, Ayub dapat memiliki semua itu. Bagaimana Ayub memandang aset-aset ini, dan bagaimana ia menganggap berkat-berkat Tuhan, itu bukanlah sesuatu yang akan kita bahas di sini. Ketika berbicara tentang berkat Tuhan, semua orang merindukan, siang dan malam, untuk diberkati oleh Tuhan, tetapi manusia tidak memiliki kendali atas berapa banyak aset yang dapat dia peroleh selama masa hidupnya, atau apakah dia dapat menerima berkat dari Tuhan—ini adalah fakta yang tak terbantahkan! Tuhan memiliki otoritas, dan kuasa untuk menganugerahkan aset apa pun kepada manusia, untuk memungkinkan manusia memperoleh berkat apa pun, tetapi ada prinsip mengenai berkat Tuhan. Orang macam apakah yang diberkati oleh Tuhan? Dia memberkati orang-orang yang Dia sukai, tentu saja! Abraham dan Ayub sama-sama diberkati oleh Tuhan, tetapi berkat yang mereka terima tidak sama. Tuhan memberkati Abraham dengan keturunan sebanyak pasir dan bintang-bintang. Ketika Tuhan memberkati Abraham, Dia menyebabkan keturunan dari satu orang manusia, dan satu bangsa, menjadi kuat dan makmur. Dalam hal ini, otoritas Tuhan memerintah umat manusia, yang menghembuskan napas Tuhan di antara segala sesuatu dan makhluk hidup. Di bawah kedaulatan otoritas Tuhan, umat manusia ini berkembang biak dan ada dengan kecepatan yang ditentukan oleh Tuhan, dan dalam ruang lingkup, yang ditentukan oleh Tuhan. Secara khusus, kelangsungan hidup bangsa ini, tingkat ekspansi, dan usia harapan hidup semuanya adalah bagian dari pengaturan Tuhan, dan prinsip semua ini sepenuhnya didasarkan pada janji yang dibuat oleh Tuhan kepada Abraham. Ini berarti bahwa, bagaimanapun keadaannya, janji-janji Tuhan akan berlanjut tanpa rintangan dan terwujud di bawah pemeliharaan dan pengendalian otoritas Tuhan. Dalam janji yang Tuhan buat kepada Abraham, pergolakan apa pun yang terjadi di dunia, di era mana pun, malapetaka apa pun yang manusia alami, keturunan Abraham tidak akan menghadapi risiko pemusnahan, dan bangsa mereka tidak akan punah. Namun, berkat Tuhan kepada Ayub adalah membuatnya sangat kaya. Apa yang Tuhan berikan kepadanya adalah sederet makhluk hidup yang bernapas, yang rinciannya—jumlahnya, kecepatan perkembangbiakannya, tingkat kelangsungan hidupnya, kandungan lemak dalam tubuh mereka dan seterusnya—juga dikendalikan oleh Tuhan. Meski semua makhluk hidup ini tidak memiliki kemampuan untuk berbicara, mereka juga merupakan bagian dari pengaturan Sang Pencipta, dan prinsip di balik pengaturan Tuhan bagi mereka dibuat berdasarkan berkat-berkat yang Tuhan janjikan kepada Ayub. Dalam berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada Abraham dan Ayub, meski apa yang dijanjikan itu berbeda, otoritas yang digunakan oleh Sang Pencipta untuk mengatur segala sesuatu dan makhluk hidup adalah sama. Setiap detail dari otoritas dan kuasa Tuhan diungkapkan dalam janji dan berkat-Nya yang berbeda kepada Abraham dan Ayub, dan menunjukkan kepada umat manusia, sekali lagi, bahwa otoritas Tuhan jauh melampaui imajinasi manusia. Detail ini memberitahukan kepada umat manusia sekali lagi bahwa jika ia ingin mengetahui otoritas Tuhan, ini hanya dapat dicapai melalui firman Tuhan dan dengan mengalami pekerjaan Tuhan.

Otoritas kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu memungkinkan manusia untuk melihat sebuah fakta: otoritas Tuhan tidak hanya diwujudkan dalam perkataan, "Dan Tuhan berfirman, 'Jadilah terang,' maka terang pun jadi, dan, 'Jadilah cakrawala,' maka cakrawala pun jadi, dan, 'Jadilah daratan,' maka daratan itu jadi," tetapi, lebih dari itu, otoritas-Nya juga terwujud dalam cara Dia membuat terang terus berlanjut, mencegah cakrawala menghilang, dan menjaga daratan agar selamanya terpisah dari air, serta dalam perincian tentang bagaimana Dia memerintah dan mengatur segala sesuatu yang Dia ciptakan: terang, cakrawala, dan daratan. Apa lagi yang engkau semua lihat dalam berkat-berkat Tuhan bagi umat manusia? Jelaslah bahwa, setelah Tuhan memberkati Abraham dan Ayub, langkah-langkah Tuhan tidak berhenti, karena Dia baru saja mulai mengerahkan otoritas-Nya, dan Dia bermaksud menjadikan setiap firman-Nya sebagai kenyataan, dan membuat setiap detail yang Dia firmankan menjadi kenyataan, dan demikianlah, di tahun-tahun mendatang, Dia terus melakukan segala sesuatu yang Dia inginkan. Karena Tuhan memiliki otoritas, mungkin tampaknya bagi manusia Tuhan hanya perlu berfirman, dan tanpa menggerakkan jari, segala perkara dan segala hal pun tercapai. Imajinasi seperti itu sangat konyol! Jika engkau hanya mengambil pandangan sepihak tentang bagaimana Tuhan menetapkan perjanjian dengan manusia dengan menggunakan firman, dan Tuhan mencapai segala sesuatu dengan menggunakan firman, dan engkau tidak mampu melihat berbagai tanda dan fakta bahwa otoritas Tuhan memegang kekuasaan atas keberadaan segala sesuatu, maka pemahamanmu tentang otoritas Tuhan itu terlalu hampa dan konyol! Jika manusia membayangkan Tuhan seperti demikian, harus dikatakan bahwa pengetahuan manusia tentang Tuhan telah terperosok sangat dalam, dan telah mencapai jalan buntu, karena Tuhan yang manusia bayangkan hanyalah mesin yang mengeluarkan perintah, bukan Tuhan yang memiliki otoritas. Apa yang telah engkau lihat melalui contoh-contoh Abraham dan Ayub? Sudahkah engkau melihat sisi nyata dari otoritas dan kuasa Tuhan? Setelah Tuhan memberkati Abraham dan Ayub, Tuhan tidak berhenti di tempat yang sama, Dia juga tidak menempatkan utusan-Nya untuk bekerja sambil menunggu untuk melihat apa hasilnya. Sebaliknya, segera setelah Tuhan mengucapkan firman-Nya, di bawah tuntunan otoritas Tuhan, segala sesuatu mulai selaras dengan pekerjaan yang hendak Tuhan lakukan, dan di sana disiapkan orang, hal-hal, dan objek yang Tuhan perlukan. Ini berarti bahwa, segera setelah firman itu diucapkan dari mulut Tuhan, otoritas Tuhan mulai dikerahkan di seluruh bumi, dan Dia menetapkan jalan untuk mencapai dan memenuhi janji yang Dia buat kepada Abraham dan Ayub, sembari juga membuat semua rencana dan persiapan yang tepat untuk semua yang diperlukan bagi setiap langkah dan setiap tahap kunci yang Dia rencanakan untuk dilaksanakan. Selama masa ini, Tuhan tidak hanya menggerakkan para utusan-Nya, tetapi juga segala sesuatu yang telah diciptakan oleh-Nya. Ini berarti bahwa ruang lingkup, di mana otoritas Tuhan dikerahkan tidak hanya mencakup para utusan, tetapi, lebih dari itu, mencakup segala sesuatu dalam ciptaan, yang digerakkan untuk memenuhi pekerjaan yang ingin Dia capai; inilah cara khusus di mana otoritas Tuhan dikerahkan. Dalam imajinasimu, ada orang-orang yang mungkin memiliki pemahaman berikut tentang otoritas Tuhan: Tuhan memiliki otoritas, dan Tuhan memiliki kuasa, dan karenanya Tuhan hanya perlu tinggal di tingkat ketiga dari surga, atau di sebuah tempat yang tetap, dan tidak perlu melakukan pekerjaan tertentu, dan keseluruhan pekerjaan Tuhan diselesaikan dalam pikiran-Nya. Ada orang-orang yang mungkin juga percaya bahwa, meskipun Tuhan memberkati Abraham, Tuhan tidak perlu melakukan apa pun, dan cukuplah bagi-Nya untuk hanya mengucapkan firman-Nya. Apakah ini yang sebenarnya terjadi? Jelas tidak! Meski Tuhan memiliki otoritas dan kuasa, otoritas-Nya adalah benar dan nyata, tidak kosong. Autentisitas dan kenyataan otoritas dan kuasa Tuhan secara bertahap diungkapkan dan diwujudkan dalam penciptaan-Nya atas segala sesuatu, dan dalam pengendalian-Nya atas segala sesuatu, dan dalam proses yang melaluinya Dia memimpin dan mengelola umat manusia. Setiap metode, setiap perspektif, dan setiap detail kedaulatan Tuhan atas umat manusia dan segala sesuatu, dan semua pekerjaan yang telah dicapai oleh-Nya, serta pemahaman-Nya tentang segala sesuatu—semuanya secara harfiah membuktikan bahwa otoritas dan kuasa Tuhan bukanlah perkataan kosong. Otoritas dan kuasa-Nya ditunjukkan dan diungkapkan secara terus-menerus, dan dalam segala sesuatu. Perwujudan dan pengungkapan ini menyatakan keberadaan otoritas Tuhan yang nyata, karena Dia menggunakan otoritas dan kuasa-Nya untuk melanjutkan pekerjaan-Nya, dan untuk memerintah segala sesuatu, dan mengatur segala sesuatu setiap saat; kuasa dan otoritas-Nya tidak dapat digantikan baik oleh para malaikat, ataupun utusan Tuhan. Tuhan menentukan berkat apa yang akan Dia anugerahkan kepada Abraham dan Ayub—itu adalah keputusan yang Tuhan ambil. Meskipun para utusan Tuhan secara pribadi mengunjungi Abraham dan Ayub, tindakan mereka adalah berdasarkan perintah Tuhan, dan tindakan mereka dilakukan di bawah otoritas Tuhan, dan demikian pula, para utusan itu berada di bawah kedaulatan Tuhan. Meskipun manusia melihat utusan Tuhan mengunjungi Abraham, dan tidak menyaksikan Tuhan Yahweh secara pribadi melakukan apa pun dalam catatan Alkitab, pada kenyataannya, satu-satunya Pribadi yang benar-benar mengerahkan kuasa dan otoritas adalah Tuhan itu sendiri, dan ini tidak dapat diragukan oleh siapa pun! Meski engkau telah melihat bahwa para malaikat dan para utusan memiliki kuasa yang besar, dan telah melakukan mukjizat, atau mereka telah melakukan beberapa hal yang diamanatkan oleh Tuhan, tindakan mereka hanyalah demi menyelesaikan amanat Tuhan, dan sama sekali bukan merupakan sebuah peragaan otoritas Tuhan—karena tidak ada manusia atau objek yang memiliki, atau mempunyai, otoritas Sang Pencipta untuk menciptakan segala sesuatu dan mengatur segala sesuatu. Jadi tidak ada manusia atau objek yang dapat mengerahkan atau menunjukkan otoritas Sang Pencipta.

Otoritas Sang Pencipta Tak Dapat Diubah dan Tak Dapat Dilanggar

Apa yang telah engkau lihat dalam ketiga bagian kitab suci ini? Sudahkah engkau semua melihat bahwa ada prinsip yang dengannya Tuhan mengerahkan otoritas-Nya? Misalnya, Tuhan menggunakan pelangi untuk menetapkan perjanjian dengan manusia—Dia menempatkan pelangi di awan untuk memberi tahu manusia bahwa Dia tidak akan pernah lagi menggunakan air bah untuk menghancurkan dunia. Apakah pelangi yang orang lihat hari ini masih pelangi yang sama dengan yang diucapkan dari mulut Tuhan? Apakah natur dan makna pelangi tersebut berubah? Tentu saja tidak. Tuhan menggunakan otoritas-Nya untuk melaksanakan tindakan ini, dan perjanjian yang Dia tetapkan dengan manusia terus berlanjut sampai hari ini, dan waktu, di mana perjanjian ini akan diubah, tentu saja, akan merupakan keputusan Tuhan. Setelah Tuhan berkata, "menaruh busur-Ku di awan," Tuhan selalu mematuhi perjanjian ini, sampai hari ini. Apa yang engkau lihat dalam hal ini? Meski Tuhan memiliki otoritas dan kuasa, Dia sangat teliti dan berprinsip dalam tindakan-Nya, dan tetap setia pada firman-Nya. Ketelitian-Nya, dan prinsip tindakan-Nya, menunjukkan sifat tak dapat dilanggar dari Sang Pencipta dan sifat tak terlampaui dari otoritas Sang Pencipta. Meski Dia memiliki otoritas tertinggi, dan segala sesuatu berada di bawah kekuasaan-Nya, dan meskipun Dia memiliki kuasa untuk mengatur segala sesuatu, Tuhan tidak pernah merusak atau mengacaukan rencana-Nya sendiri, dan setiap kali Dia mengerahkan otoritas-Nya, itu dilakukan secara ketat sesuai dengan prinsip-Nya sendiri, dan secara tepat mengikuti apa yang diucapkan dari mulut-Nya, dan mengikuti langkah dan tujuan dari rencana-Nya. Tentu saja, segala sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan juga mematuhi prinsip yang berdasarkannya otoritas Tuhan dikerahkan, dan tidak ada manusia atau hal apa pun yang dikecualikan dari pengaturan otoritas-Nya, mereka juga tidak dapat mengubah prinsip, yang dengannya otoritas-Nya dikerahkan. Di mata Tuhan, mereka yang diberkati menerima keberuntungan yang baik yang dibawa oleh otoritas-Nya, dan mereka yang dikutuk menerima hukuman mereka oleh karena otoritas Tuhan. Di bawah kedaulatan otoritas Tuhan, tidak ada manusia atau hal apa pun yang dikecualikan dari pengerahan otoritas-Nya, mereka juga tidak dapat mengubah prinsip, yang dengannya otoritas-Nya dikerahkan. Otoritas Sang Pencipta tidak diubah karena adanya perubahan dalam faktor apa pun, dan sama halnya dengan prinsip yang dengannya otoritas-Nya dikerahkan, itu tidak berubah karena alasan apa pun. Langit dan bumi mungkin mengalami pergolakan besar, tetapi otoritas Sang Pencipta tidak akan berubah; segala sesuatu bisa lenyap, tetapi otoritas Sang Pencipta tidak akan pernah hilang. Ini adalah hakikat dari otoritas Sang Pencipta yang tak dapat diubah dan tak dapat dilanggar, dan inilah keunikan sesungguhnya dari Sang Pencipta!

Firman di bawah ini sangat diperlukan untuk mengetahui otoritas Tuhan, dan maknanya diberikan dalam persekutuan di bawah ini. Mari kita lanjutkan membaca Kitab Suci.

4. Perintah Tuhan kepada Iblis

Ayub 2:6 Maka Yahweh berfirman kepada Iblis: "Lihat dia ada dalam tanganmu; tetapi sayangkan nyawanya."

Iblis Tidak Pernah Berani Melanggar Otoritas Sang Pencipta, dan Karena Ini, Segala Sesuatu Hidup dalam Tatanan

Ini adalah sebuah kutipan dari Kitab Ayub, dan kata "dia" dalam firman ini merujuk kepada Ayub. Meski singkat, kalimat ini menjelaskan banyak hal. Kalimat ini menggambarkan percakapan tertentu antara Tuhan dan Iblis di alam roh, dan memberi tahu kita bahwa objek dari firman Tuhan adalah Iblis. Kalimat ini juga mencatat apa yang secara khusus dikatakan oleh Tuhan. Firman Tuhan adalah titah dan perintah kepada Iblis. Detail spesifik dari perintah ini berkaitan dengan menyayangkan nyawa Ayub dan di mana Tuhan menarik garis batas dalam perlakuan Iblis terhadap Ayub—Iblis harus menyayangkan nyawa Ayub. Hal pertama yang kita pelajari dari kalimat ini adalah bahwa ini adalah perkataan yang diucapkan oleh Tuhan kepada Iblis. Menurut naskah asli Kitab Ayub, kalimat ini memberi tahu kita latar belakang perkataan tersebut: Iblis berkeinginan untuk menuduh Ayub, jadi ia harus mendapatkan persetujuan dari Tuhan sebelum ia dapat mencobai Ayub. Ketika menyetujui permintaan Iblis untuk mencobai Ayub, Tuhan mengemukakan syarat berikut kepada Iblis: "Ayub ada dalam tanganmu; tetapi sayangkan nyawanya." Apa natur dari perkataan ini? Ini jelas adalah sebuah titah, sebuah perintah. Setelah memahami natur dari perkataan ini, engkau tentu juga harus memahami bahwa Pribadi yang mengeluarkan perintah ini adalah Tuhan, dan bahwa sosok yang menerima perintah ini, dan menaatinya, adalah Iblis. Tentu saja, dalam perintah ini, hubungan antara Tuhan dan Iblis terlihat jelas oleh siapa pun yang membaca firman ini. Tentu saja, ini juga merupakan hubungan antara Tuhan dan Iblis di dunia roh, dan perbedaan antara identitas dan status Tuhan dan Iblis, yang terdapat dalam catatan percakapan antara Tuhan dan Iblis dalam Kitab Suci, dan perbedaan yang sangat jelas antara identitas dan status Tuhan dan Iblis yang hingga saat ini dapat manusia pelajari melalui contoh yang spesifik dan catatan yang tekstual tersebut. Pada titik ini, Aku harus mengatakan bahwa catatan berisi perkataan ini adalah dokumen penting dalam pengetahuan umat manusia tentang identitas dan status Tuhan, dan ini memberikan informasi yang penting bagi pengetahuan umat manusia tentang Tuhan. Melalui percakapan antara Sang Pencipta dan Iblis dalam dunia roh, manusia mampu memahami satu lagi aspek spesifik dalam otoritas Sang Pencipta. Firman ini adalah kesaksian lain tentang otoritas unik Sang Pencipta.

Secara lahiriah, Tuhan Yahweh sedang berdialog dengan Iblis. Dalam hal hakikat, sikap yang dengannya Tuhan Yahweh berbicara, dan posisi di mana Dia berdiri adalah lebih tinggi daripada Iblis. Ini berarti bahwa Tuhan Yahweh sedang memerintah Iblis dengan nada perintah, dan sedang mengatakan kepadanya apa yang boleh dan tidak boleh ia lakukan, bahwa Ayub sudah berada di tangannya, dan bahwa ia bebas memperlakukan Ayub sesuka hatinya—tetapi ia tidak boleh mengambil nyawa Ayub. Makna tersiratnya adalah bahwa, meski Ayub telah ditempatkan di tangan Iblis, nyawanya tidak diserahkan kepada Iblis; tidak ada yang dapat mengambil nyawa Ayub dari tangan Tuhan kecuali atas seizin Tuhan. Sikap Tuhan jelas dituturkan dalam perintah ini kepada Iblis, dan perintah ini juga mewujudkan dan mengungkapkan posisi dari mana Tuhan Yahweh berbicara kepada Iblis. Dalam hal ini, Tuhan Yahweh tidak hanya memiliki status Tuhan yang menciptakan terang, dan udara, dan segala sesuatu dan makhluk hidup, Tuhan yang memiliki kedaulatan atas segala sesuatu dan makhluk hidup, tetapi juga Tuhan yang memerintah umat manusia, dan memerintah alam maut, Tuhan yang mengendalikan hidup dan matinya semua makhluk hidup. Dalam alam roh, siapa selain Tuhan yang berani mengeluarkan perintah seperti itu kepada Iblis? Dan, mengapa Tuhan secara pribadi mengeluarkan perintah-Nya kepada Iblis? Karena hidup manusia, termasuk hidup Ayub, dikendalikan oleh Tuhan. Tuhan tidak mengizinkan Iblis untuk mencelakakan atau mengambil nyawa Ayub, dan bahkan ketika Tuhan mengizinkan Iblis untuk mencobai Ayub, Tuhan tetap ingat untuk mengeluarkan perintah khusus, dan sekali lagi memerintahkan kepada Iblis untuk tidak mengambil nyawa Ayub. Iblis tidak pernah berani melanggar otoritas Tuhan, dan, terlebih dari itu, selalu dengan hati-hati mendengarkan dan menaati perintah dan titah khusus Tuhan, tidak pernah berani menentangnya, dan, tentu saja, tidak berani dengan bebas mengubah perintah Tuhan yang mana pun. Seperti itulah batasan yang Tuhan telah tetapkan untuk Iblis, dan karena itu Iblis tidak pernah berani melewati batas ini. Bukankah inilah kekuatan dari otoritas Tuhan? Bukankah inilah kesaksian tentang otoritas Tuhan? Iblis memiliki pemahaman yang jauh lebih jelas daripada manusia tentang bagaimana berperilaku terhadap Tuhan, dan bagaimana memandang Tuhan, jadi, di dunia roh, Iblis memahami status dan otoritas Tuhan dengan sangat jelas, dan memiliki penghargaan terhadap kekuatan otoritas Tuhan dan prinsip di balik pengerahan otoritas-Nya. Iblis sama sekali tidak berani mengabaikan hal-hal itu, juga tidak berani melanggarnya dengan cara apa pun, atau melakukan apa pun yang melanggar otoritas Tuhan, dan ia tidak berani menantang murka Tuhan dengan cara apa pun. Meski memiliki natur yang jahat dan congkak, Iblis tidak pernah berani melewati batasan dan batas-batas yang ditetapkan oleh Tuhan. Selama jutaan tahun, ia telah dengan ketat mematuhi batasan ini, telah mematuhi setiap titah dan perintah yang diberikan kepadanya oleh Tuhan, dan tidak pernah berani melampaui batas yang ditetapkan. Meski jahat, Iblis jauh lebih bijaksana daripada umat manusia yang rusak; ia tahu identitas Sang Pencipta, dan mengetahui batasannya sendiri. Dari tindakan Iblis yang "bersikap tunduk" tersebut, dapat dilihat bahwa otoritas dan kuasa Tuhan adalah aturan surgawi yang tidak dapat dilanggar oleh Iblis, dan bahwa sesungguhnya oleh karena keunikan dan otoritas Tuhanlah segala sesuatu berubah dan berkembang biak dengan cara yang teratur, bahwa umat manusia dapat hidup dan berkembang biak dalam jalur yang ditetapkan oleh Tuhan, tanpa ada orang atau objek apa pun yang mampu mengacaukan tatanan ini, dan tidak ada orang atau objek apa pun yang mampu mengubah hukum ini—karena semuanya berasal dari tangan Sang Pencipta, dan dari penahbisan serta otoritas Sang Pencipta.

Hanya Tuhan, yang Memiliki Identitas Sang Pencipta, yang Memiliki Otoritas Unik

Identitas khusus Iblis telah menyebabkan banyak orang menaruh minat yang besar terhadap perwujudan Iblis dalam berbagai aspeknya. Bahkan ada banyak orang bodoh yang percaya bahwa, seperti halnya Tuhan, Iblis juga memiliki otoritas, karena Iblis mampu mempertunjukkan mukjizat, dan mampu melakukan hal-hal yang tidak mungkin bagi umat manusia. Jadi, selain menyembah Tuhan, umat manusia juga menyediakan tempat bagi Iblis dalam hatinya, dan bahkan menyembah Iblis sebagai Tuhan. Orang-orang ini menyedihkan dan juga menjijikkan. Mereka menyedihkan karena ketidaktahuan mereka, dan menjijikkan karena kesesatan dan esensi jahat yang melekat pada diri mereka. Pada titik ini, Aku merasa bahwa perlu untuk memberitahukan kepadamu tentang apa artinya otoritas, apa yang dilambangkannya, dan apa yang direpresentasikannya. Secara garis besar, Tuhan itu sendiri adalah otoritas, otoritas-Nya melambangkan supremasi dan hakikat Tuhan, dan otoritas Tuhan itu sendiri merepresentasikan status dan identitas Tuhan. Karena inilah kenyataannya, beranikah Iblis mengatakan bahwa ia sendiri adalah Tuhan? Beranikah Iblis mengatakan bahwa ia menciptakan segala sesuatu, dan berdaulat atas segala sesuatu? Tentu saja tidak! Karena ia tidak mampu menciptakan segala sesuatu; sampai saat ini, ia tidak pernah bisa membuat sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, dan tidak pernah menciptakan apa pun yang bernyawa. Karena ia tidak memiliki otoritas Tuhan, ia tidak pernah mungkin memiliki status dan identitas Tuhan, dan ini ditentukan oleh hakikat dirinya. Apakah ia memiliki kuasa yang sama seperti Tuhan? Tentu saja tidak! Kita sebut apa tindakan Iblis, dan mukjizat yang dipertunjukkan oleh Iblis? Apakah disebut kuasa? Bisakah itu disebut otoritas? Tentu saja tidak! Iblis mengarahkan gelombang kejahatan, dan mengganggu, merusak, dan mengacaukan setiap aspek pekerjaan Tuhan. Selama beberapa ribu tahun terakhir, selain merusak dan menyiksa umat manusia, dan memikat serta menyesatkan manusia ke dalam kebejatan moral, dan menolak Tuhan sehingga manusia berjalan menuju lembah kekelaman, pernahkah Iblis melakukan apa pun yang pantas untuk sedikit saja dikenang, dipuji, atau dihargai oleh manusia? Jika Iblis memiliki otoritas dan kuasa, akankah umat manusia dirusak olehnya? Jika Iblis memiliki otoritas dan kuasa, akankah umat manusia disakiti olehnya? Jika Iblis memiliki kuasa dan otoritas, akankah umat manusia meninggalkan Tuhan dan berbalik menuju kematian? Karena Iblis tidak memiliki otoritas ataupun kuasa, apa yang seharusnya kita simpulkan tentang hakikat dari semua yang ia lakukan? Ada orang-orang yang mendefinisikan semua yang Iblis lakukan sebagai tipuan belaka, tetapi Kurasa definisi seperti itu tidak begitu tepat. Apakah perbuatan jahatnya merusak umat manusia hanya tipuan belaka? Kekuatan jahat yang digunakan Iblis untuk menyiksa Ayub, dan keinginannya yang ganas untuk menyiksa dan menelannya, tidak mungkin bisa dicapai dengan tipuan belaka. Pikirkan kembali, dalam sekejap, kawanan domba dan ternak Ayub yang tersebar jauh dan luas melintasi bukit dan gunung, hilang; dalam sekejap, keberuntungan besar Ayub lenyap. Mungkinkah hal itu dicapai dengan tipuan belaka? Natur semua hal yang Iblis lakukan sesuai dan cocok dengan istilah-istilah negatif seperti merusak, mengacaukan, menghancurkan, mencelakakan, kejahatan, kebencian, dan kegelapan, sehingga terjadinya semua yang tidak benar dan jahat berkaitan erat dengan tindakan Iblis, dan tak terpisahkan dari hakikat jahat Iblis. "Sekuat" apa pun Iblis, seberani dan seambisius apa pun dirinya, sehebat apa pun kemampuannya untuk menimbulkan kerusakan, seluas apa pun teknik yang digunakannya untuk merusak dan memikat manusia, selihai apa pun trik dan rencana jahat yang digunakannya untuk mengintimidasi manusia, sehebat apa pun kemampuannya mengubah bentuk keberadaan dirinya, ia tidak pernah mampu menciptakan satu makhluk hidup pun, tidak pernah mampu menetapkan hukum atau aturan untuk keberadaan segala sesuatu, dan tidak pernah mampu mengatur dan mengendalikan objek apa pun, baik yang hidup atau mati. Di alam semesta dan cakrawala, tidak ada orang atau objek apa pun yang lahir dari dirinya, atau ada karena dirinya; tidak ada orang atau objek apa pun yang diatur olehnya, atau dikendalikan olehnya. Sebaliknya, ia bukan saja harus hidup di bawah kekuasaan Tuhan, tetapi, lebih dari itu, ia harus menaati semua perintah dan titah Tuhan. Tanpa izin Tuhan, sulit bagi Iblis untuk menyentuh bahkan setetes air pun atau butiran pasir di atas tanah; tanpa izin Tuhan, Iblis bahkan tidak bebas untuk memindahkan semut di atas tanah, apalagi umat manusia, yang diciptakan oleh Tuhan. Di mata Tuhan, Iblis lebih rendah daripada bunga bakung di gunung, daripada burung-burung yang terbang di udara, daripada ikan di laut, dan daripada belatung di tanah. Perannya antara lain adalah melayani segala sesuatu, dan melayani umat manusia, serta untuk melayani pekerjaan Tuhan dan rencana pengelolaan-Nya. Selicik apa pun naturnya, dan sejahat apa pun hakikat dirinya, satu-satunya yang dapat ia lakukan hanyalah dengan patuh menaati fungsinya, yaitu: melayani Tuhan, dan menyediakan sebuah kontras bagi Tuhan. Seperti itulah esensi dan posisi Iblis. Hakikat dirinya tidak ada hubungannya dengan hidup, tidak ada hubungannya dengan kuasa, tidak ada hubungannya dengan otoritas; ia hanyalah mainan di tangan Tuhan, hanya mesin yang melayani Tuhan!

Setelah memahami wajah Iblis yang sebenarnya, banyak orang masih tidak memahami apa artinya otoritas, jadi biar Kuberitahukan kepadamu! Otoritas itu sendiri dapat dijelaskan sebagai kuasa Tuhan. Pertama, dapat dikatakan dengan pasti bahwa baik otoritas maupun kuasa, keduanya bersifat positif. Keduanya tidak ada hubungan dengan apa pun yang negatif, dan tidak ada hubungannya dengan makhluk ciptaan atau makhluk bukan ciptaan. Kuasa Tuhan mampu menciptakan sesuatu dalam bentuk apa pun yang bernyawa dan memiliki daya hidup, dan ini ditentukan oleh hidup Tuhan. Tuhan adalah hidup, jadi Dia adalah sumber dari semua makhluk hidup. Lebih jauh lagi, otoritas Tuhan dapat membuat semua makhluk hidup tunduk terhadap setiap firman Tuhan, yaitu, menjadi terwujud sesuai dengan firman dari mulut Tuhan, dan hidup serta berkembang biak menurut perintah Tuhan, dan sesuai dengan otoritas-Nya itu Tuhan menguasai dan memerintah semua makhluk hidup, dan tidak akan pernah ada penyimpangan, selama-lamanya. Tidak ada orang atau objek apa pun yang memiliki hal-hal ini; hanya Sang Pencipta memiliki dan membawa kuasa semacam itu, sehingga itu disebut otoritas. Inilah keunikan Sang Pencipta. Dengan demikian, entah kata "otoritas" itu sendiri atau hakikat dari otoritas ini, masing-masing hanya dapat dikaitkan dengan Sang Pencipta, karena itu adalah simbol dari identitas dan hakikat unik Sang Pencipta, dan merepresentasikan identitas dan status Sang Pencipta; selain dari Sang Pencipta, tidak ada orang atau objek apa pun yang dapat dikaitkan dengan kata "otoritas." Inilah penjelasan mengenai otoritas unik Sang Pencipta.

Meski Iblis memandang Ayub dengan penuh ketamakan, tanpa seizin Tuhan, ia tidak berani menyentuh sehelai rambut pun di tubuh Ayub. Meskipun Iblis pada dasarnya jahat dan kejam, setelah Tuhan mengeluarkan perintah-Nya kepadanya, ia tidak punya pilihan selain mematuhi perintah Tuhan. Jadi, meskipun Iblis sama buasnya seperti serigala di antara kawanan domba ketika menyerang Ayub, ia tidak berani melupakan batas yang ditetapkan untuknya oleh Tuhan, tidak berani melanggar perintah Tuhan, dan dalam semua yang ia lakukan, Iblis tidak berani menyimpang dari prinsip dan batasan firman Tuhan—bukankah ini fakta? Dari sini, dapat dilihat bahwa Iblis tidak berani menentang satu pun firman Tuhan Yahweh. Bagi Iblis, setiap firman dari mulut Tuhan adalah sebuah perintah, dan hukum surgawi, sebuah pengungkapan otoritas Tuhan—karena di balik setiap firman Tuhan tersirat hukuman Tuhan bagi mereka yang melanggar perintah Tuhan, dan bagi mereka yang tidak taat serta menentang hukum surgawi. Iblis mengetahui dengan jelas bahwa jika ia melanggar perintah Tuhan, ia harus menerima konsekuensi dari pelanggaran terhadap otoritas Tuhan, dan menentang hukum surgawi. Lalu, apa konsekuensinya? Tentu saja, konsekuensinya adalah hukuman terhadap dirinya oleh Tuhan. Tindakan Iblis terhadap Ayub hanyalah mikrokosmos dari perusakannya terhadap manusia, dan ketika Iblis melakukan semua tindakan ini, batas-batas yang Tuhan tetapkan dan perintah yang Dia berikan kepada Iblis hanyalah mikrokosmos dari prinsip di balik segala sesuatu yang ia lakukan. Selain itu, peran dan posisi Iblis dalam hal ini hanyalah mikrokosmos dari peran dan posisinya dalam pekerjaan pengelolaan Tuhan, dan ketaatan penuh Iblis kepada Tuhan selama mencobai Ayub hanyalah sebuah mikrokosmos dari bagaimana Iblis tidak berani mengajukan sedikit pun penentangan terhadap Tuhan dalam pekerjaan pengelolaan Tuhan. Peringatan apa yang semua mikrokosmos ini berikan kepada engkau semua? Di antara segala sesuatu, termasuk Iblis, tidak ada orang atau hal apa pun yang dapat melanggar hukum dan aturan surgawi yang ditetapkan oleh Sang Pencipta, dan tidak ada orang atau hal apa pun yang berani menentang hukum dan aturan surgawi ini, karena tidak ada orang atau objek apa pun yang dapat mengubah atau lolos dari hukuman yang Sang Pencipta berikan kepada mereka yang tidak taat terhadap-Nya. Hanya Sang Pencipta yang dapat menetapkan hukum dan aturan surgawi, hanya Sang Pencipta yang memiliki kuasa untuk mengerahkannya, dan hanya kuasa Sang Pencipta yang tidak dapat dilanggar oleh orang atau hal apa pun. Inilah otoritas unik Sang Pencipta, dan otoritas ini adalah yang tertinggi di antara segala sesuatu, sehingga tidak mungkin dikatakan bahwa "Tuhan adalah yang terbesar dan Iblis adalah nomor dua." Kecuali Sang Pencipta yang memiliki otoritas unik, tidak ada Tuhan yang lain!

Apakah sekarang engkau semua memiliki pengetahuan yang baru tentang otoritas Tuhan? Pertama-tama, apakah ada perbedaan antara otoritas Tuhan yang baru saja disebutkan, dan kuasa manusia? Apa perbedaannya? Beberapa orang mengatakan bahwa keduanya tidak dapat diperbandingkan. Itu benar! Meski orang mengatakan bahwa keduanya tidak dapat diperbandingkan, dalam pikiran dan gagasan manusia, kuasa manusia sering disalah artikan sebagai otoritas, dan keduanya sering dibandingkan secara berdampingan. Apa yang terjadi di sini? Bukankah orang sedang melakukan kesalahan dengan tanpa sengaja mengganti satu hal dengan hal lainnya? Keduanya tidak ada hubungannya, dan tidak ada perbandingan di antara keduanya, tetapi orang tetap tidak bisa menahan diri. Bagaimana seharusnya hal ini diselesaikan? Jika engkau benar-benar ingin menemukan penyelesaiannya, satu-satunya cara adalah dengan memahami dan mengetahui otoritas unik Tuhan. Setelah memahami dan mengetahui otoritas Sang Pencipta, engkau tidak akan lagi membandingkan kuasa manusia dengan otoritas Tuhan.

Apa yang dimaksud dengan kuasa manusia? Sederhananya, itu adalah kemampuan atau keterampilan yang memungkinkan watak rusak, hasrat, dan ambisi manusia untuk diperluas atau dikerjakan semaksimal mungkin. Apakah ini dianggap sebagai otoritas? Betapapun besarnya atau menggiurkannya ambisi dan hasrat manusia, orang itu tidak dapat dikatakan memiliki otoritas; paling-paling, kesibukan dan kesuksesan ini hanyalah peragaan kekonyolan Iblis di antara manusia; paling-paling itu adalah lelucon saat Iblis bertindak sebagai leluhurnya sendiri guna memenuhi ambisinya menjadi Tuhan.

Bagaimana sebenarnya engkau memandang otoritas Tuhan sekarang? Sekarang setelah firman ini dipersekutukan, engkau seharusnya memiliki pengetahuan yang baru tentang otoritas Tuhan. Jadi, Aku bertanya kepada engkau semua: melambangkan apa otoritas Tuhan itu? Apakah melambangkan identitas Tuhan itu sendiri? Apakah melambangkan kuasa Tuhan itu sendiri? Apakah melambangkan status unik Tuhan itu sendiri? Di antara segala sesuatu, dalam hal apa engkau telah melihat otoritas Tuhan? Bagaimana engkau melihatnya? Dalam hal empat musim yang dialami oleh manusia, adakah yang dapat mengubah hukum pergantian antara musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin? Di musim semi, pepohonan bertunas dan bermekaran; di musim panas pepohonan dipenuhi dedaunan; di musim gugur pepohonan berbuah, dan di musim dingin dedaunan berguguran. Adakah yang mampu mengubah hukum ini? Apakah ini mencerminkan salah satu aspek dari otoritas Tuhan? Tuhan berkata, "Jadilah terang," dan terang itu jadi. Apakah terang ini masih ada? Karena apakah terang ada? Tentu saja, terang ada karena firman Tuhan, dan karena otoritas Tuhan. Apakah udara yang diciptakan oleh Tuhan masih ada? Apakah udara yang manusia hirup berasal dari Tuhan? Adakah yang dapat merebut hal-hal yang berasal dari Tuhan? Adakah yang dapat mengubah hakikat dan fungsinya? Adakah yang mampu mengacaukan siang dan malam yang dialokasikan oleh Tuhan, dan hukum siang dan malam yang disusun oleh Tuhan? Dapatkah Iblis melakukan hal seperti itu? Bahkan jika engkau tidak tidur di malam hari, dan menganggap malam sebagai siang, itu tetaplah malam; engkau dapat mengubah rutinitas harianmu, tetapi engkau tidak mampu mengubah hukum pergantian antara siang dan malam—fakta ini tidak dapat diubah oleh siapa pun, bukan? Adakah yang mampu membuat singa membajak tanah seperti seekor lembu? Adakah yang mampu mengubah gajah menjadi seekor keledai? Adakah yang mampu membuat ayam melayang di udara seperti seekor elang? Adakah yang mampu membuat serigala memakan rumput seperti seekor domba? (Tidak.) Adakah yang mampu membuat ikan di air hidup di tanah kering? Itu tidak dapat dilakukan oleh manusia. Mengapa tidak? Karena Tuhan memerintahkan ikan untuk hidup di air, maka mereka hidup di air. Di daratan mereka tidak akan bisa bertahan hidup, dan akan mati; mereka tidak dapat melampaui batas-batas perintah Tuhan. Segala sesuatu memiliki hukum dan batas untuk keberadaan mereka, dan mereka masing-masing memiliki naluri mereka sendiri. Ini ditentukan oleh Sang Pencipta, dan tidak dapat diubah dan tidak dapat dilampaui oleh siapa pun. Sebagai contoh, singa akan selalu hidup di alam liar, jauh dari komunitas manusia, dan tidak pernah bisa menjadi jinak dan setia seperti lembu yang hidup bersama dan bekerja untuk manusia. Meskipun gajah dan keledai adalah binatang, dan keduanya memiliki empat kaki, dan merupakan makhluk yang sama-sama menghirup udara, mereka adalah spesies yang berbeda, karena mereka dibagi menjadi beberapa jenis yang berbeda oleh Tuhan, mereka masing-masing memiliki naluri mereka sendiri, sehingga mereka tidak akan pernah dipertukarkan. Meski ayam memiliki dua kaki, dan sayap seperti elang, ia tidak akan pernah bisa terbang di udara; paling-paling hanya bisa terbang ke pohon—dan ini ditentukan oleh nalurinya. Tentu saja, ini semua adalah karena perintah otoritas Tuhan.

Dalam perkembangan umat manusia pada zaman sekarang, ilmu pengetahuan umat manusia dapat dikatakan berkembang pesat, dan pencapaian eksplorasi ilmiah manusia dapat dikatakan mengesankan. Kemampuan manusia, harus dikatakan, tumbuh jauh semakin besar, tetapi ada satu terobosan ilmiah yang tak mampu dicapai oleh umat manusia: umat manusia telah membuat pesawat terbang, kapal induk, dan bom atom, umat manusia telah pergi ke ruang angkasa, berjalan di bulan, menemukan Internet, dan mulai menjalani gaya hidup berteknologi tinggi, tetapi umat manusia tidak mampu menciptakan sesuatu yang hidup, yang bernapas. Naluri setiap makhluk hidup dan hukum yang berdasarkannya mereka hidup, serta siklus hidup dan mati setiap jenis makhluk hidup—semua ini melampaui kuasa ilmu pengetahuan manusia dan tidak dapat dikendalikan oleh hal tersebut. Pada titik ini, harus dikatakan bahwa setinggi apa pun pencapaian ilmu pengetahuan manusia, itu tak dapat dibandingkan dengan pikiran Sang Pencipta, dan itu tak mampu memahami keajaiban penciptaan Sang Pencipta, dan kekuatan otoritas-Nya. Ada begitu banyak samudera di muka bumi, tetapi samudera tak pernah melampaui batasnya dan datang ke daratan sesukanya, dan itu karena Tuhan menetapkan batas untuk mereka masing-masing; samudera tetap berada di tempat tertentu yang Dia perintahkan, dan tanpa seizin Tuhan, mereka tak dapat bergerak bebas. Tanpa seizin Tuhan, mereka tak boleh saling melanggar satu sama lain, dan hanya dapat bergerak ketika Tuhan mengatakan demikian, dan ke mana pun mereka pergi dan di mana pun mereka berada, itu ditentukan oleh otoritas Tuhan.

Sederhananya, "otoritas Tuhan" berarti bahwa itu terserah kepada Tuhan. Tuhan berhak untuk memutuskan cara melakukan sesuatu, dan dilakukan dengan cara apa pun yang Dia inginkan. Hukum segala sesuatu terserah kepada Tuhan, dan bukan terserah kepada manusia; itu juga tidak bisa diubah oleh manusia. Itu tidak bisa diubah oleh kehendak manusia, melainkan diubah oleh pikiran Tuhan, hikmat Tuhan, dan ketetapan Tuhan; ini adalah fakta yang tak dapat disangkal oleh siapa pun. Langit dan bumi dan segala sesuatu, alam semesta, langit berbintang, empat musim dalam setahun, apa yang terlihat dan tak terlihat oleh manusia—semuanya ada, berfungsi, dan berubah, tanpa kesalahan sedikit pun, di bawah otoritas Tuhan, sesuai dengan ketetapan Tuhan, sesuai dengan perintah Tuhan, dan sesuai dengan hukum penciptaan pada mulanya. Tidak ada orang atau objek apa pun yang dapat mengubah hukum mereka, atau mengubah alur mendasar bagaimana mereka berfungsi; mereka terwujud oleh karena otoritas Tuhan, dan binasa oleh karena otoritas Tuhan. Ini adalah otoritas Tuhan yang sesungguhnya. Sekarang setelah sebanyak ini yang disampaikan, bisakah engkau merasakan bahwa otoritas Tuhan adalah simbol dari identitas dan status Tuhan? Bisakah otoritas Tuhan dimiliki oleh makhluk ciptaan atau makhluk bukan ciptaan? Bisakah otoritas Tuhan dicontoh, ditiru, atau digantikan oleh orang, hal, atau objek apa pun?

Identitas Sang Pencipta adalah Unik, dan Engkau Seharusnya Tidak Menerima dan Mematuhi Gagasan tentang Politeisme

Meski keterampilan dan kemampuan Iblis lebih besar daripada keterampilan dan kemampuan manusia, meski ia dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat dicapai oleh manusia, entah engkau iri atau menginginkan apa yang Iblis lakukan, entah engkau membenci atau jijik akan hal-hal ini, entah engkau mampu melihatnya atau tidak, dan sebanyak apa pun yang dapat Iblis capai, atau sebanyak apa pun orang yang dapat disesatkan Iblis agar menyembah dan memujanya, dan bagaimanapun caramu mendefinisikannya, engkau tidak mungkin mengatakan bahwa ia memiliki otoritas dan kuasa Tuhan. Engkau seharusnya tahu bahwa Tuhan adalah Tuhan, hanya ada satu Tuhan, dan lebih dari itu, engkau seharusnya tahu bahwa hanya Tuhan yang memiliki otoritas, bahwa hanya Tuhan yang memiliki kuasa untuk mengendalikan serta memerintah segala sesuatu. Hanya karena Iblis memiliki kemampuan untuk menipu orang, dan dapat berpura-pura menjadi Tuhan, dapat meniru tanda-tanda dan mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan, dan telah melakukan hal-hal yang serupa dengan Tuhan, engkau secara keliru percaya bahwa Tuhan itu tidak unik, bahwa ada banyak Tuhan, bahwa Tuhan yang berbeda-beda ini hanya berbeda dalam keterampilan mereka, yang lebih banyak atau lebih sedikit, dan bahwa ada perbedaan dalam hal luasnya kuasa yang mereka gunakan. Engkau memeringkat kehebatan mereka berdasarkan urutan kedatangan mereka, dan menurut usia mereka, dan engkau secara salah percaya bahwa ada dewa-dewi lain selain Tuhan, dan berpikir bahwa kuasa serta otoritas Tuhan tidak bersifat unik. Jika engkau memiliki gagasan seperti itu, jika engkau tidak mengenali keunikan Tuhan, tidak percaya bahwa hanya Tuhan yang memiliki otoritas, dan jika engkau hanya menerima konsep politeisme, maka sesungguhnya engkau adalah sampah dari antara makhluk ciptaan, engkau adalah perwujudan Iblis yang sebenarnya, dan engkau benar-benar adalah orang yang jahat! Apakah engkau semua memahami apa yang berusaha Kuajarkan kepadamu dengan mengucapkan perkataan ini? Kapan pun waktunya, di mana pun tempatnya, atau apa pun latar belakangmu, engkau tidak boleh mencampuradukkan Tuhan dengan orang, hal, atau objek apa pun. Bagaimanapun engkau merasa betapa otoritas Tuhan dan hakikat Tuhan itu sendiri begitu tak mampu untuk kauketahui dan kaupahami, sebanyak apa pun perbuatan dan perkataan Iblis yang selaras dengan gagasan dan imajinasimu, betapapun semua itu memuaskan bagimu, jangan bodoh, jangan mencampuradukkan konsep-konsep ini, jangan mengingkari keberadaan Tuhan, jangan menyangkal identitas dan status Tuhan, jangan mendorong Tuhan ke pintu keluar dan membawa masuk Iblis untuk menggantikan Tuhan dalam hatimu dan menjadikannya Tuhanmu. Aku yakin bahwa engkau semua mampu membayangkan konsekuensinya jika engkau berbuat seperti itu!

Meskipun Manusia telah Dirusak, Ia Masih Hidup di Bawah Kedaulatan Otoritas Sang Pencipta

Iblis telah merusak manusia selama ribuan tahun. Ia telah melakukan kejahatan yang tak terhitung jumlahnya, telah menyesatkan generasi demi generasi, dan telah melakukan kejahatan keji di dunia. Ia telah melecehkan manusia, menyesatkan manusia, menggoda manusia untuk menentang Tuhan, dan telah melakukan tindakan jahat yang telah berulang kali mengganggu dan merusak rencana pengelolaan Tuhan. Namun, di bawah otoritas Tuhan, segala sesuatunya dan makhluk hidup terus mematuhi aturan dan hukum yang ditetapkan oleh Tuhan. Dibandingkan dengan otoritas Tuhan, natur kejahatan dan amukan Iblis begitu buruk, begitu menjijikkan dan keji, dan begitu kecil dan rentan. Meski Iblis berjalan di antara segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, ia tidak mampu membuat perubahan sekecil apa pun dalam diri orang-orang, hal, dan objek apa pun yang diperintah oleh Tuhan. Beberapa ribu tahun telah berlalu, dan umat manusia masih menikmati cahaya dan udara yang dianugerahkan oleh Tuhan, masih mengembuskan napas yang diembuskan oleh Tuhan itu sendiri, masih menikmati bunga, burung, ikan dan serangga yang diciptakan oleh Tuhan, dan menikmati semua hal yang disediakan oleh Tuhan; siang dan malam masih terus saling berganti; empat musim bergantian seperti biasa; angsa yang terbang di langit berangkat di musim dingin, dan masih kembali di musim semi berikutnya; ikan di air tidak pernah meninggalkan sungai dan danau—yang merupakan rumah mereka; tonggeret di tanah bernyanyi dengan sepenuh hati mereka selama musim panas; jangkrik di rumput dengan lembut bersenandung selaras dengan angin selama musim gugur; angsa-angsa berkumpul dalam kawanan, sementara elang tetap menyendiri; kawanan singa menghidupi diri mereka dengan berburu; rusa tidak menyimpang dari rumput dan bunga .... Setiap jenis makhluk hidup di antara segala sesuatu pergi dan kembali, dan kemudian pergi lagi, sejuta perubahan terjadi dalam sekejap mata—tetapi apa yang tidak berubah adalah naluri dan hukum kelangsungan hidup mereka. Mereka hidup di bawah perbekalan dan nutrisi Tuhan, dan tidak ada yang dapat mengubah naluri mereka, dan tidak ada yang dapat merusak aturan kelangsungan hidup mereka. Meski umat manusia, yang hidup di antara segala sesuatu, telah dirusak dan ditipu oleh Iblis, manusia tetap tidak dapat hidup tanpa air yang diciptakan oleh Tuhan, dan udara yang diciptakan oleh Tuhan, dan segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, dan manusia tetap hidup dan berkembang biak di ruang yang diciptakan oleh Tuhan ini. Naluri umat manusia tidak berubah. Manusia masih mengandalkan matanya untuk melihat, telinganya untuk mendengar, otaknya untuk berpikir, hatinya untuk memahami, kaki dan tungkainya untuk berjalan, tangannya untuk bekerja, dan seterusnya; semua naluri yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada manusia agar dia dapat menerima perbekalan dari Tuhan tetap tidak berubah, kemampuan yang digunakan oleh manusia untuk bekerja sama dengan Tuhan tidak berubah, kemampuan manusia untuk melaksanakan tugas makhluk ciptaan tidak berubah, kebutuhan rohani manusia tidak berubah, hasrat manusia untuk menemukan asal-usulnya tidak berubah, kerinduan manusia untuk diselamatkan oleh Sang Pencipta tidak berubah. Seperti itulah keadaan umat manusia saat ini, yang hidup di bawah otoritas Tuhan, dan yang telah mengalami penghancuran sangat kejam yang dilakukan oleh Iblis. Meskipun manusia telah diinjak-injak oleh Iblis, dan bukan lagi merupakan Adam dan Hawa dari awal penciptaan, melainkan penuh dengan hal-hal yang bertentangan dengan Tuhan, seperti pengetahuan, imajinasi, gagasan, dan sebagainya, dan penuh dengan watak rusak Iblis dalam dirinya, di mata Tuhan, manusia masih merupakan manusia yang sama yang Dia ciptakan. Umat manusia masih dikuasai dan diatur oleh Tuhan, dan masih hidup di jalur yang ditetapkan oleh Tuhan, dan demikian di mata Tuhan, umat manusia, yang telah dirusak oleh Iblis, hanya ditutupi dengan kotoran, dengan perut keroncongan, dengan reaksi yang agak lambat, ingatan yang tidak sebagus dahulu, dan yang sedikit lebih tua—tetapi semua fungsi dan naluri manusia sama sekali tidak rusak. Ini adalah manusia yang ingin Tuhan selamatkan. Umat manusia ini hanyalah harus mendengar panggilan Sang Pencipta, dan mendengar suara Sang Pencipta, dan dia akan berdiri dan bergegas mencari sumber suara ini. Umat manusia ini hanyalah harus melihat sosok Sang Pencipta dan dia akan mengabaikan semua hal lain, dan meninggalkan segala sesuatu, sehingga ia mengabdikan dirinya kepada Tuhan, dan bahkan akan mengorbankan nyawanya bagi-Nya. Ketika hati umat manusia memahami firman Sang Pencipta yang sepenuh hati, umat manusia akan menolak Iblis dan datang ke sisi Sang Pencipta; ketika umat manusia telah sepenuhnya mencuci kotoran dari tubuhnya, dan sekali lagi menerima perbekalan dan pemeliharaan dari Sang Pencipta, maka ingatan umat manusia akan dipulihkan, dan pada saat ini umat manusia akan benar-benar kembali berada di bawah kekuasaan Sang Pencipta.

14 Desember 2013

Sebelumnya: Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III

Selanjutnya: Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini