Firman Tuhan Harian: Mengenal Tuhan | Kutipan 158

Bagaimana Iblis memanfaatkan tren sosial untuk merusak manusia. Tren sosial ini mencakup banyak hal. Beberapa orang berkata: "Apakah tren itu tentang pakaian yang kita kenakan? Apakah tren itu tentang mode terbaru, kosmetik, tata rambut dan makanan yang sangat lezat?" Apakah tren itu tentang hal-hal ini? Ini adalah bagian dari tren, tetapi kita tidak ingin membicarakannya di sini. Kita hanya ingin berbicara tentang ide-ide yang diakibatkan oleh tren sosial terhadap manusia, bagaimana tren sosial itu membentuk perilaku manusia di dunia, tujuan dan pandangan hidup yang diakibatkan tren itu pada manusia. Ini sangat penting; tren itu dapat mengendalikan dan mempengaruhi keadaan pikiran manusia. Satu demi satu, semua tren ini membawa pengaruh jahat yang terus-menerus merusak moral manusia, menyebabkan mereka terus kehilangan hati nurani, rasa kemanusiaan dan akal budi, serta semakin menurunkan moral dan kualitas karakter mereka, sampai-sampai kita bahkan dapat mengatakan bahwa sebagian besar orang sekarang tidak memiliki kejujuran, tidak memiliki kemanusiaan, demikian pula mereka tidak memiliki hati nurani, apalagi akal budi. Jadi tren-tren apakah ini? Engkau tidak dapat melihat tren-tren ini dengan mata telanjang. Ketika timbul sebuah tren yang baru, mungkin hanya sejumlah kecil orang yang akan menjadi pelopor dari tren itu. Mereka mulai melakukan hal tertentu, menerima ide atau pandangan tertentu. Namun, di tengah ketidaksadaran mereka, sebagian besar orang masih terus terjangkit, terserap dan tertarik oleh tren semacam ini, hingga mereka semua dengan rela menerimanya, dan semuanya tenggelam di dalamnya serta dikendalikan olehnya. Bagi manusia yang tidak memiliki tubuh dan pikiran yang sehat, yang tidak pernah mengetahui apa itu kebenaran, yang tidak dapat membedakan antara hal yang positif dan negatif, tren-tren semacam ini satu demi satu membuat mereka semua bersedia menerima tren-tren ini, pandangan hidup dan nilai-nilai yang berasal dari Iblis ini. Mereka menerima apa yang Iblis katakan kepada mereka tentang bagaimana menjalani kehidupan dan cara hidup yang Iblis "anugerahkan" kepada mereka. Mereka tidak memiliki kekuatan, mereka juga tidak memiliki kemampuan, apalagi kesadaran untuk menolak. Jadi apa sesungguhnya tren-tren ini? Aku telah memilih sebuah contoh sederhana yang mungkin engkau semua pahami. Misalnya, dahulu orang menjalankan bisnis mereka dengan cara yang tidak menipu orang tua maupun muda, yang menjual barang dengan harga yang sama terlepas dari siapa yang membeli. Tidakkah ada sedikit hati nurani dan rasa kemanusiaan yang tersirat di sini? Ketika orang menggunakan keyakinan semacam ini dalam menjalankan bisnis mereka, hal itu menunjukkan bahwa mereka masih memiliki hati nurani dan rasa kemanusiaan pada waktu itu. Tetapi dengan adanya tuntutan manusia akan jumlah uang yang terus meningkat, manusia tanpa disadari mulai semakin mencintai uang, mencintai keuntungan dan mencintai kesenangan. Jadi, apakah manusia mulai menganggap uang lebih penting? Ketika orang menganggap uang lebih penting, mereka tanpa sadar mengabaikan nama baik, reputasi, martabat, dan kejujuran mereka; mereka mengabaikan semua hal ini, bukan? Jika engkau terlibat dalam bisnis, engkau melihat orang lain menggunakan pendekatan yang berbeda dan menggunakan berbagai cara untuk menipu orang dan menjadi kaya. Meskipun uang yang dihasilkan diperoleh secara tidak halal, mereka menjadi semakin lama semakin kaya. Mereka terlibat dalam bisnis yang sama denganmu, tetapi seluruh keluarga mereka menikmati kehidupan yang lebih baik dibanding engkau, dan engkau merasa tidak senang, dan berkata: "Mengapa aku tidak bisa melakukan itu? Mengapa aku tidak bisa menghasilkan uang sebanyak mereka? Aku harus memikirkan cara untuk mendapatkan lebih banyak uang, untuk membuat bisnisku berkembang." Engkau kemudian merenungkan hal ini. Menurut cara yang biasa dalam menghasilkan uang, tidak menipu orang tua mau pun muda dan menjual barang dengan harga yang sama kepada semua orang, uang yang engkau hasilkan didasarkan pada hati nurani yang baik, tetapi hal itu tidak dapat membuat engkau cepat kaya. Namun, karena dorongan untuk menghasilkan keuntungan, pemikiranmu mengalami perubahan secara bertahap. Selama terjadinya perubahan ini, prinsip-prinsip perilakumu juga mulai berubah. Ketika engkau pertama kali menipu seseorang, ketika engkau pertama kali mencurangi seseorang, engkau memiliki keraguan, dan mengatakan "Ini terakhir kalinya aku menipu seseorang dan aku tidak akan melakukannya lagi. Aku tidak bisa menipu orang. Menipu orang hanya akan memberikan ganjaran yang setimpal dan membawa malapetaka kepadaku! Ini terakhir kalinya aku menipu seseorang dan aku tidak akan melakukannya lagi." Ketika engkau pertama kali menipu seseorang, ada perasaan keberatan dalam hatimu; inilah fungsi hati nurani manusia—untuk merasa berkeberatan dan menegurmu, sehingga timbul perasaan tidak wajar ketika engkau menipu seseorang. Tetapi setelah engkau berhasil menipu seseorang, engkau melihat bahwa sekarang engkau memiliki lebih banyak uang daripada sebelumnya, dan engkau berpikir cara ini bisa sangat menguntungkan bagimu. Meskipun ada sedikit rasa sakit di hatimu, engkau seakan masih ingin mengucapkan selamat pada dirimu sendiri atas kesuksesanmu, dan engkau merasa sedikit puas dengan dirimu sendiri. Untuk pertama kalinya, engkau menyetujui perilakumu dan menyetujui kecuranganmu sendiri. Selanjutnya, begitu manusia tercemar oleh perbuatan menipu ini, hal tersebut sama dengan seseorang yang terlibat dalam perjudian dan kemudian menjadi penjudi. Tanpa disadari, ia menyetujui perbuatannya yang menipu dan menerimanya. Tanpa disadari, ia menganggap penipuan sebagai perilaku komersial yang sah, dan menganggap penipuan sebagai cara yang paling berguna bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya; ia berpikir bahwa dengan melakukan ini ia bisa cepat menjadi kaya. Pada awal proses ini, orang tidak dapat menerima perilaku semacam ini, mereka memandang rendah perilaku dan cara bertindak semacam ini, kemudian mereka mencoba-coba perilaku ini secara pribadi, mencobanya dengan cara mereka sendiri, dan hati mereka mulai mengalami perubahan secara bertahap. Jadi perubahan apakah ini? Perubahan ini adalah sikap menyetujui dan menerima tren ini, sebuah penerimaan dan persetujuan terhadap ide yang ditanamkan dalam dirimu oleh tren sosial. Tanpa disadari, engkau merasa bahwa jika engkau tidak menipu dalam bisnis maka engkau akan menderita kerugian, bahwa jika engkau tidak menipu maka engkau akan kehilangan sesuatu. Tanpa disadari, tindakan menipu ini menjadi jiwamu, andalanmu, serta menjadi perilaku dan aturan yang sangat penting bagi kehidupanmu. Setelah manusia menerima perilaku dan pemikiran ini, apakah hati manusia mengalami perubahan? Hatimu telah berubah, jadi apakah integritasmu telah berubah? Apakah rasa kemanusiaanmu telah berubah? (Ya.) Jadi, apakah hati nuranimu telah berubah? (Ya.) Keseluruhan diri manusia mengalami perubahan kualitatif, dari hati mereka sampai pemikiran mereka, sedemikian rupa sehingga mereka mengalami perubahan dari dalam ke luar. Perubahan ini membuatmu semakin lama semakin jauh dari Tuhan, dan engkau menjadi semakin lama semakin selaras dengan Iblis, semakin lama semakin mirip dengannya.

Sekarang tren sosial ini mudah engkau pahami. Aku hanya memilih contoh sederhana, sebuah contoh umum yang akan dikenal oleh manusia. Apakah tren sosial ini memiliki pengaruh yang besar pada manusia? (Ya.) Jadi, apakah tren sosial ini memiliki akibat yang sangat berbahaya bagi manusia? (Ya.) Akibat yang sangat berbahaya bagi manusia. Iblis menggunakan tren sosial ini satu demi satu untuk merusak apakah dari manusia? (Hati nurani, akal sehat, rasa kemanusiaan, moral.) Apa lagi? (Pandangan manusia tentang kehidupan.) Apakah hal itu menyebabkan kemerosotan secara bertahap pada manusia? (Ya.) Iblis menggunakan tren sosial ini untuk memikat manusia selangkah demi selangkah ke dalam sarang iblis, sehingga orang yang terjebak dalam tren sosial tanpa sadar mendukung keinginan akan uang dan materi, serta mendorong terjadinya kejahatan dan kekerasan. Begitu hal-hal ini telah merasuk hati manusia, kemudian menjadi bagaimanakah manusia itu? Manusia menjadi Iblis yang jahat! Ini karena kecenderungan psikologis apakah di hati manusia? Apa yang didukung oleh manusia? Manusia mulai menyukai kejahatan dan kekerasan. Mereka tidak menyukai keindahan atau kebaikan, apalagi perdamaian. Manusia tidak bersedia menjalani kehidupan sederhana manusia yang normal, melainkan ingin menikmati kedudukan yang tinggi dan kekayaan yang besar, bersenang-senang dalam kenikmatan daging, melakukan apa saja untuk memuaskan kedagingan mereka sendiri, tanpa batasan, tanpa pengikat untuk menahan mereka, dengan kata lain, melakukan apa pun yang mereka inginkan. Jadi ketika manusia telah tenggelam dalam tren semacam ini, dapatkah pengetahuan yang telah engkau pelajari itu membantumu untuk melepaskan diri? Dapatkah pengetahuanmu tentang budaya tradisional dan takhayul membantumu untuk meninggalkan situasi yang sangat sulit ini? Dapatkah moral dan tatacara tradisional yang dipahami manusia membantu mereka untuk menahan diri? Ambillah contoh Naskah Klasik Tiga Karakter. Bisakah itu membantu manusia untuk menarik kaki mereka keluar dari pusaran tren ini? (Tidak, tidak bisa.) Dengan cara ini, manusia menjadi semakin jahat, sombong, merendahkan orang lain, egois, dan dengki. Tidak ada lagi kasih sayang di antara manusia, tidak ada lagi kasih antara anggota keluarga, tidak ada lagi saling pengertian antara sanak keluarga dan teman-teman; hubungan manusia telah menjadi penuh dengan kekerasan. Setiap orang ingin menggunakan cara-cara yang penuh kekerasan untuk hidup di antara sesama manusia; mereka menguasai nafkah mereka sendiri dengan menggunakan kekerasan; mereka mendapatkan kedudukan dan memperoleh keuntungan mereka sendiri dengan menggunakan kekerasan dan mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan dengan menggunakan cara-cara yang penuh kekerasan dan jahat. Apakah manusia semacam ini tidak menakutkan? (Ya.) Setelah mendengar-Ku berbicara tentang hal-hal ini tadi, apakah engkau semua tidak berpikir sungguh menakutkan hidup di tengah-tengah kelompok semacam ini, di dalam dunia dan lingkungan ini, yang semuanya telah dirusak Iblis? (Ya.) Jadi, pernahkah engkau semua merasa patut dikasihani? Engkau pasti sedikit merasakan hal itu sekarang, bukan? (Ya.) Mendengar nada suaramu, sepertinya engkau berpikir "Iblis menggunakan begitu banyak cara yang berbeda untuk merusak manusia. Ia merebut setiap kesempatan dan ada di mana pun kita berpaling. Apakah manusia masih bisa diselamatkan?" Apakah manusia masih bisa diselamatkan? Bisakah manusia menyelamatkan diri mereka sendiri? (Tidak.) Bisakah Kaisar Langit menyelamatkan manusia? Bisakah Konfusius menyelamatkan manusia? Bisakah Guanyin Bodhisattva menyelamatkan manusia? (Tidak.) Jadi, siapa yang bisa menyelamatkan manusia? (Tuhan.) Namun, dalam hati mereka, beberapa orang akan mengajukan pertanyaan seperti: "Iblis menyakiti kita secara tak terkendali dan penuh kekalutan sehingga kita tidak mempunyai harapan untuk hidup, atau pun kepercayaan diri untuk menjalani kehidupan. Kita semua hidup di tengah-tengah perilaku yang tak bermoral dan, betapa pun, setiap orang menolak Tuhan, dan sekarang hati kita sudah tenggelam begitu dalam. Jadi sementara Iblis merusak kita, di manakah Tuhan? Apa yang sedang Tuhan lakukan? Apa pun yang sedang Tuhan lakukan bagi kita, kita tidak pernah merasakannya!" Tak terelakkan lagi, beberapa orang pasti merasa sedih dan patah semangat. Bagi engkau semua, perasaan ini sangat dalam karena semua yang telah Kukatakan bertujuan membuat manusia secara perlahan mulai memahami dan semakin merasakan bahwa mereka tidak memiliki harapan, semakin merasakan bahwa mereka telah ditinggalkan oleh Tuhan. Tetapi jangan khawatir. Topik persekutuan kita untuk hari ini, "kejahatan Iblis," bukanlah tema kita yang sebenarnya. Meski demikian, untuk membicarakan tentang hakikat kekudusan Tuhan, kita harus terlebih dahulu membicarakan tentang kejahatan Iblis dan bagaimana Iblis merusak manusia agar manusia mengetahui secara lebih jelas bagaimana keadaan manusia saat ini. Salah satu tujuan dari membicarakan hal ini adalah membuat manusia dapat mengetahui kejahatan Iblis, sedangkan tujuan lainnya adalah membuat manusia dapat memahami secara lebih mendalam apakah kekudusan sejati itu.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait