Firman Tuhan Harian: Tiga Tahap Pekerjaan | Kutipan 18

08 Maret 2021

Pekerjaan yang Yahweh perbuat terhadap bangsa Israel menetapkan tempat asal kemanusiaan Tuhan di bumi, yang juga merupakan tempat yang kudus di mana Dia hadir. Dia membatasi pekerjaan-Nya pada bangsa Israel. Pada mulanya, Dia tidak bekerja di luar Israel; sebaliknya, Dia memilih orang-orang yang dianggap cocok demi membatasi ruang lingkup pekerjaan-Nya. Israel adalah tempat Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, dan dari tanah di tempat itu Yahweh menjadikan manusia; tempat ini menjadi pusat pekerjaan-Nya di bumi. Bangsa Israel, yang merupakan keturunan Nuh dan juga keturunan Adam, adalah dasar manusia dari pekerjaan Yahweh di bumi.

Saat ini, makna, tujuan, dan fase pekerjaan Yahweh di Israel adalah untuk memulai pekerjaan-Nya di seluruh bumi, yang, dengan menjadikan Israel sebagai pusatnya, secara bertahap menyebar ke bangsa-bangsa bukan Yahudi. Inilah prinsip menurut cara Dia bekerja di seluruh alam semesta—untuk menetapkan suatu contoh dan kemudian memperluasnya sampai semua manusia di alam semesta akan menerima Injil-Nya. Bangsa Israel pertama adalah keturunan Nuh. Orang-orang ini hanya dianugerahi dengan napas Yahweh, dan cukup mengerti untuk mengurus kebutuhan dasar kehidupan, tetapi mereka tidak tahu Tuhan seperti apakah Yahweh itu, atau kehendak-Nya bagi manusia, apalagi bagaimana mereka harus menghormati Tuhan atas segala ciptaan. Mengenai apakah ada aturan dan hukum yang harus dipatuhi, dan apakah ada pekerjaan yang harus dilakukan oleh makhluk ciptaan bagi Sang Pencipta: keturunan Adam tidak tahu apa-apa tentang hal ini. Semua yang mereka tahu adalah bahwa suami harus berpeluh dan bekerja demi menafkahi keluarganya, dan bahwa istri harus tunduk kepada suaminya dan melestarikan ras manusia yang telah diciptakan Yahweh. Dengan kata lain, orang-orang ini, yang hanya memiliki napas Yahweh dan hidup-Nya, tidak tahu cara mematuhi hukum Tuhan atau bagaimana memuaskan Tuhan atas segala ciptaan. Mereka hanya mengerti sedikit sekali. Jadi sekalipun tidak ada yang bengkok atau curang dalam hati mereka, dan kecemburuan serta pertengkaran jarang muncul di antara mereka, namun mereka tidak memiliki pengetahuan atau pemahaman tentang Yahweh, Tuhan atas segala ciptaan. Para leluhur manusia ini hanya tahu mencerna dan menikmati hal-hal tentang Yahweh, tetapi mereka tidak tahu tentang memuja Yahweh; mereka tidak tahu bahwa Yahweh-lah yang harus mereka sembah dengan lutut bertelut. Jadi bagaimana mereka bisa disebut makhluk-Nya? Jika demikian, bagaimana dengan firman, "Yahweh adalah Tuhan atas segala ciptaan" dan "Dia menciptakan manusia agar mereka dapat memanifestasikan Dia, memuliakan Dia, dan merepresentasikan-Nya"—bukankah mereka bicara dengan sia-sia? Bagaimana mungkin orang yang tidak memiliki penghormatan kepada Yahweh menjadi kesaksian bagi kemuliaan-Nya? Bagaimana mungkin mereka menjadi manifestasi dari kemuliaan-Nya? Bukankah firman Yahweh "Aku menciptakan manusia menurut gambar-Ku" kemudian menjadi senjata di tangan Iblis—si jahat? Bukankah firman ini kemudian menjadi tanda penghinaan terhadap penciptaan Yahweh atas manusia? Untuk menyelesaikan tahap pekerjaan itu, Yahweh, setelah menciptakan umat manusia, tidak memerintahkan atau menuntun mereka sejak zaman Adam hingga Nuh. Sebaliknya, Barulah setelah air bah menghancurkan dunia, Tuhan secara resmi mulai menuntun bangsa Israel, yang merupakan keturunan Nuh dan juga Adam. Pekerjaan dan perkataan-Nya di Israel memberi petunjuk kepada seluruh bangsa Israel saat mereka menjalani kehidupan mereka di seluruh tanah Israel, dan dengan cara ini menunjukkan kepada umat manusia bahwa Yahweh tidak hanya mampu meniupkan napas ke dalam manusia, sehingga ia dapat memiliki kehidupan dari-Nya, dan bangkit dari tanah menjadi manusia ciptaan, tetapi Dia juga bisa membakar manusia, mengutuk mereka, dan menggunakan tongkat-Nya untuk memerintah umat manusia. Jadi, mereka juga menyaksikan bahwa Yahweh dapat menuntun kehidupan manusia di bumi, dan berbicara serta bekerja di antara umat manusia sesuai dengan waktu siang dan malam. Dia melakukan pekerjaan itu hanya agar makhluk-Nya dapat tahu bahwa manusia berasal dari debu tanah yang diangkat oleh-Nya, dan terlebih lagi manusia itu telah diciptakan oleh-Nya. Bukan hanya ini, tetapi pekerjaan yang Dia mulai di Israel dimaksudkan sehingga umat dan bangsa-bangsa lain (yang sebenarnya tidak terpisah dari Israel, tetapi telah bercabang dari Israel, namun masih keturunan dari Adam dan Hawa) dapat menerima Injil Yahweh dari Israel, sehingga seluruh makhluk ciptaan di alam semesta dapat memuja Yahweh dan menganggap-Nya agung. Seandainya Yahweh tidak memulai pekerjaan-Nya di Israel, tetapi sebaliknya, setelah menciptakan umat manusia, membiarkan mereka hidup tanpa beban di bumi, dalam hal itu, karena sifat fisik manusia (sifat berarti bahwa manusia tidak akan pernah tahu hal-hal yang tidak dapat dilihatnya, artinya ia tidak akan tahu bahwa Yahweh-lah yang menciptakan umat manusia, dan bahkan lebih tidak tahu lagi mengapa Dia melakukannya), dia tidak akan pernah tahu bahwa Yahweh-lah yang menciptakan umat manusia atau bahwa Dia adalah Tuhan atas semua ciptaan. Jika Yahweh telah menciptakan manusia dan menempatkannya di bumi sebagai objek kesenangan-Nya sendiri, dan kemudian mengebaskan tangan-Nya begitu saja lalu pergi, bukannya tinggal di antara umat manusia untuk memberi mereka tuntunan selama jangka waktu tertentu, dalam hal itu semua umat manusia akan kembali ke ketiadaan; bahkan langit dan bumi dan segala ciptaan-Nya, serta seluruh umat manusia, akan kembali ke ketiadaan dan terlebih lagi telah diinjak-injak oleh Iblis. Dengan cara demikian kehendak Yahweh bahwa "Di bumi, yaitu, di tengah-tengah ciptaan-Nya, Dia harus memiliki tempat untuk berpijak, tempat yang kudus" akan hancur. Maka, setelah menciptakan umat manusia, bahwa Dia bisa tetap berada di tengah manusia untuk menuntun dalam kehidupan mereka, dan berbicara kepada mereka di tengah-tengah mereka, semua ini adalah untuk mewujudkan keinginan-Nya, dan mencapai rencana-Nya. Pekerjaan yang Dia lakukan di Israel dimaksudkan hanya untuk melaksanakan rencana yang telah Dia tetapkan sebelum penciptaan-Nya atas segala sesuatu, dan karena itu pekerjaan-Nya yang pertama di antara orang Israel dan ciptaan-Nya atas segala sesuatu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi keduanya demi pengelolaan, pekerjaan, dan kemuliaan-Nya, dan juga untuk memperdalam makna ciptaan-Nya atas umat manusia. Dia menuntun kehidupan umat manusia di bumi selama dua ribu tahun setelah Nuh, di mana selama itu Dia mengajarkan umat manusia untuk memahami cara menghormati Yahweh, Tuhan atas segala ciptaan, bagaimana menjalani hidup mereka dan bagaimana terus bertahan hidup, dan yang paling penting, bagaimana bertindak sebagai saksi bagi Yahweh, mempersembahkan ketaatan kepada Dia, dan memberi penghormatan kepada-Nya, bahkan memuji Dia dengan musik seperti Daud dan para imamnya.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan pada Zaman Hukum Taurat"

Lihat lebih banyak

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Bagikan

Batalkan