Firman Tuhan Harian: Mengenal Tuhan | Kutipan 119

Lima Jenis Orang

Untuk sementara, Aku akan meninggalkan persekutuan kita tentang watak Tuhan yang benar selesai sampai di sini. Berikutnya Aku akan menggolongkan para pengikut Tuhan ke dalam beberapa kategori, menurut pemahaman mereka tentang Tuhan dan pemahaman serta pengalaman mereka dengan watak-Nya yang benar, sehingga engkau semua bisa mengetahui ada di tahap mana engkau semua sekarang berada dan juga sampai mana tingkat pertumbuhanmu saat ini. Berdasarkan pengetahuan mereka akan Tuhan dan pemahaman mereka tentang watak-Nya yang benar, tahap dan tingkat pertumbuhan manusia dapat dibedakan secara umum menjadi lima jenis. Topik ini didasarkan pada mengenali Tuhan yang unik dan watak-Nya yang benar. Oleh karena itu, saat engkau semua membaca isi tulisan berikut, engkau semua harus berhati-hati berusaha mencari tahu dengan tepat sejauh apa pemahaman dan pengetahuan yang engkau semua miliki tentang keunikan Tuhan dan watak-Nya yang benar, dan selanjutnya menggunakan ini untuk menilai ada di tahap mana engkau semua berada, seberapa besar tingkat pertumbuhanmu sebenarnya dan termasuk jenis manusia apa engkau semua sebenarnya.

Jenis Pertama: Tahap Bayi Terbungkus Kain Lampin

Apakah bayi terbungkus kain lampin itu? Bayi terbungkus kain lampin adalah bayi yang baru datang ke dunia, baru lahir. Ini adalah saat di mana manusia ada di posisi paling kecil dan paling tidak dewasa.

Orang-orang di tahap ini pada dasarnya tidak memiliki kesadaran atau hati nurani tentang kepercayaan kepada Tuhan. Mereka bingung dan tidak acuh terhadap segala sesuatu. Orang-orang ini mungkin sudah percaya kepada Tuhan lama sekali atau belum lama sama sekali, tetapi keadaan mereka yang penuh kebingungan dan kebodohan dan tingkat pertumbuhan mereka menempatkan mereka di tahap bayi terbungkus kain lampin. Definisi tepatnya dari kondisi bayi terbungkus kain lampin adalah sebagai berikut: Tidak peduli sudah berapa lama orang jenis ini percaya kepada Tuhan, ia akan selalu bodoh, bingung, berpikiran pendek; ia tidak tahu mengapa dirinya percaya kepada Tuhan, juga tidak tahu Tuhan itu siapa atau siapakah Tuhan. Walau ia mengikuti Tuhan, tidak ada definisi yang pasti tentang Tuhan dalam hatinya, dan ia tidak bisa menentukan apakah yang ia ikuti adalah Tuhan, apalagi apakah ia harus benar-benar percaya kepada Tuhan dan mengikuti-Nya. Inilah kondisi nyata dari orang jenis ini. Pikiran orang-orang ini tertutup dan sederhananya, kepercayaan mereka adalah kebingungan. Mereka selalu berada dalam keadaan bingung dan tidak tahu apa-apa. Bodoh, bingung, dan berpikiran pendek adalah tepatnya keadaan mereka. Mereka tidak pernah melihat atau merasakan keberadaan Tuhan dan karenanya, berbicara dengan mereka tentang mengenal Tuhan sama seperti menyuruh mereka membaca buku yang ditulis dalam Bahasa Mesir kuno. Mereka tidak akan mengerti atau menerimanya. Bagi mereka, mengenal Tuhan sama seperti mendengar dongeng fantasi. Sementara pikiran mereka tertutup, mereka sebenarnya menganggap bahwa mengenal Tuhan itu benar-benar membuang waktu dan tenaga. Ini adalah manusia jenis pertama: bayi terbungkus kain lampin.

Jenis Kedua: Tahap Bayi Menyusu

Dibandingkan bayi terbungkus kain lampin, manusia jenis ini sudah mengalami sedikit kemajuan. Sayangnya mereka masih belum memiliki pemahaman apa pun tentang Tuhan. Mereka masih kurang memiliki pemahaman yang jelas dan wawasan tentang Tuhan dan mereka tidak begitu jelas tentang mengapa mereka harus percaya kepada Tuhan, tetapi di dalam hatinya, mereka memiliki tujuan sendiri dan gagasan yang jelas. Mereka tidak memikirkan apakah benar untuk percaya kepada Tuhan. Tujuan dan sasaran yang mereka cari lewat kepercayaan kepada Tuhan adalah untuk menikmati kasih karunia-Nya, mendapatkan sukacita dan damai, hidup nyaman, mendapatkan pemeliharaan dan perlindungan Tuhan serta hidup dalam berkat-berkat Tuhan. Mereka tidak peduli dengan tingkat pengenalan mereka akan Tuhan; mereka tidak memiliki dorongan untuk mencari pemahaman akan Tuhan atau peduli dengan apa yang Tuhan sedang kerjakan atau apa yang ingin Dia lakukan. Mereka hanya dengan membabi buta mencari cara menikmati kasih karunia-Nya dan mendapatkan lebih banyak berkat-Nya. Mereka berusaha menerima seratus kali lipat di masa kini dan hidup kekal di masa depan. Pemikiran, pengeluaran dan pengabdian, serta penderitaan mereka, semuanya memiliki tujuan yang sama: mendapatkan berkat dan kasih karunia Tuhan. Mereka tidak memikirkan hal lain. Orang jenis ini yakin hanya bahwa Tuhan bisa menjaga mereka tetap aman dan memberikan kasih karunia-Nya kepada mereka. Bisa dikatakan bahwa mereka tidak tertarik dan sangat tidak jelas tentang mengapa Tuhan ingin menyelamatkan manusia atau hasil yang ingin dicapai Tuhan dengan firman dan pekerjaan-Nya. Mereka tidak pernah berusaha untuk mengenal hakikat Tuhan dan watak-Nya yang benar, atau berusaha membangkitkan ketertarikan untuk melakukannya. Mereka tidak suka memperhatikan hal-hal tersebut, juga tidak ingin mengetahui semua itu. Mereka tidak ingin bertanya tentang pekerjaan Tuhan, tuntutan Tuhan terhadap manusia, kehendak Tuhan atau apa pun yang berkaitan dengan Tuhan, mereka juga tidak merasa harus menanyakan tentang hal-hal ini. Hal ini dikarenakan mereka percaya hal-hal ini tidak berhubungan dengan kenikmatan mereka akan kasih karunia Tuhan. Mereka hanya peduli dengan Tuhan yang dapat memberikan kasih karunia dan memuaskan kepentingan pribadi mereka. Mereka sama sekali tidak tertarik dengan hal lain, jadi mereka tidak dapat memasuki kenyataan kebenaran, terlepas dari berapa tahun mereka sudah percaya pada Tuhan. Tanpa ada seorang pun yang menyirami atau memberi makan mereka dengan sering, sulit bagi mereka terus berjalan di jalan kepercayaan kepada Tuhan. Jika mereka tidak bisa menikmati sukacita dan damai atau kasih karunia Tuhan lebih awal, mereka cenderung mundur. Ini adalah orang jenis kedua, orang yang berada di tahap bayi menyusu.

Jenis Ketiga: Tahap Bayi yang Disapih atau Tahap Anak Kecil

Kelompok orang ini sudah memiliki kesadaran yang jelas. Orang-orang ini sadar bahwa menikmati kasih karunia Tuhan tidak berarti mereka sendiri memiliki pengalaman sejati; mereka sadar bahwa jika mereka tidak pernah lelah mencari sukacita dan damai, mencari kasih karunia, atau jika mereka mampu menjadi saksi dengan membagikan pengalaman mereka menikmati kasih karunia Tuhan atau dengan memuji berkat yang Tuhan berikan kepada mereka, hal-hal ini tidak berarti bahwa mereka memiliki hidup, juga bukan berarti mereka memiliki kenyataan kebenaran. Mulai dari alam bawah sadarnya, mereka berhenti memuaskan harapan liar bahwa mereka hanya akan disertai oleh kasih karunia Tuhan. Sebaliknya, saat mereka menikmati kasih karunia Tuhan, mereka secara terus-menerus berharap melakukan sesuatu bagi Tuhan. Mereka mau melakukan tugas mereka, menanggung sedikit kesusahan dan kelelahan, supaya bisa bekerja sama dengan Tuhan sampai tahap tertentu. Namun, karena pengejaran mereka dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan sangat tidak murni, disebabkan niat pribadi dan keinginan yang terlalu kuat, karena watak mereka yang terlalu liar dan congkak, sangat sulit bagi mereka untuk memuaskan kerinduan Tuhan atau setia kepada Tuhan. Karenanya, mereka sering kali tidak bisa mewujudkan keinginan pribadi atau menghargai janji mereka kepada Tuhan. Mereka sering kali menemukan diri dalam keadaan yang kontradiktif: Mereka sangat ingin memuaskan Tuhan sebisa mungkin tetapi mereka menggunakan segala daya upaya untuk menentang Dia. Mereka sering kali membuat janji kepada Tuhan, tetapi dengan cepat menarik sumpah mereka. Bahkan mereka lebih sering menemukan diri dalam keadaan yang kontradiktif lainnya: Mereka dengan tulus percaya tetapi menyangkal Tuhan dan segala sesuatu yang berasal dari Dia; mereka dengan cemas berharap bahwa Tuhan akan mencerahkan mereka, memimpin mereka, memenuhi kebutuhan mereka dan menolong mereka, tetapi masih mencari jalan keluar sendiri. Mereka ingin memahami dan mengenal Tuhan, tetapi tidak mau membawa diri mereka mendekat kepada-Nya. Sebaliknya, mereka selalu menghindari Tuhan; hati mereka tertutup bagi-Nya. Walau memiliki pemahaman dan pengalaman yang dangkal tentang makna harfiah firman Tuhan dan kebenaran, dan konsep yang dangkal tentang Tuhan dan kebenaran, di alam bawah sadar mereka tetap tidak bisa sepakat atau menentukan apakah Tuhan adalah kebenaran, mereka tidak bisa memastikan apakah Tuhan sungguh-sungguh benar, mereka juga tidak bisa memastikan kenyataan watak Tuhan dan hakikat-Nya, apalagi keberadaan-Nya yang sebenarnya. Kepercayaan mereka kepada Tuhan selalu mengandung keraguan dan ketidakpahaman, dan juga mengandung imajinasi dan gagasan. Saat menikmati kasih karunia Tuhan, mereka juga dengan enggan mengalami atau melatih sebagian dari apa yang mereka percaya sebagai kebenaran yang layak, supaya memperkaya kepercayaan mereka, menambah pengalaman mereka dalam percaya kepada Tuhan, memverifikasi pemahaman mereka tentang percaya kepada Tuhan, memuaskan kesia-siaan mereka dalam berjalan di jalan kehidupan yang mereka buat sendiri dan menyelesaikan sebuah tujuan yang benar bagi umat manusia. Di saat yang sama, mereka juga melakukan hal-hal tersebut untuk memuaskan keinginan mereka sendiri untuk mendapatkan berkat, untuk membuat pertaruhan sehingga mereka dapat menanggung berkat bagi umat manusia yang lebih besar, untuk memuaskan aspirasi ambisius dan keinginan seumur hidup yang tidak akan puas sampai mereka mendapatkan Tuhan. Orang-orang ini jarang mampu mendapatkan pencerahan Tuhan, karena keinginan dan niat mereka untuk mendapatkan berkat terlalu penting bagi mereka. Mereka tidak memiliki keinginan untuk melepaskannya, dan tidak sanggup melepaskannya. Mereka takut tanpa keinginan untuk mendapat berkat, tanpa ambisi yang lama dipelihara yang tidak akan puas sampai mereka mendapatkan Tuhan, mereka akan kehilangan motivasi untuk percaya kepada Tuhan. Karena itulah mereka tidak ingin menghadapi kenyataan. Mereka tidak ingin menghadapi firman Tuhan atau pekerjaan Tuhan. Mereka tidak ingin menghadapi watak Tuhan atau hakikat-Nya, apalagi menyinggung subjek tentang mengenal Tuhan. Ini disebabkan karena begitu Tuhan, hakikat dan watak-Nya yang benar menggantikan imajinasi mereka, mimpi mereka pun akan hilang seperti asap, iman mereka yang katanya iman yang murni dan "jasa baik" yang dikumpulkan selama bertahun-tahun lewat pekerjaan yang melelahkan akan hilang dan tidak menghasilkan apa-apa. "Wilayah" mereka yang telah mereka taklukkan dengan darah dan keringat selama bertahun-tahun akan berada di ambang kehancuran. Ini akan menandakan bahwa bertahun-tahun kerja keras dan usaha mereka akan sia-sia, bahwa mereka harus mulai lagi dari awal. Ini adalah rasa sakit yang paling sulit untuk ditanggung di hati mereka dan ini adalah hasil yang paling tidak ingin mereka lihat, karenanya semua ini selalu terkunci dalam kondisi stagnan, tidak ingin dibalikkan. Ini adalah orang jenis ketiga: orang yang berada di tahap bayi yang disapih.

Ketiga jenis orang yang dijelaskan di atas—dengan kata lain, orang-orang yang berada di tiga tahap ini—tidak memiliki kepercayaan yang sejati kepada identitas atau status Tuhan atau kepada watak-Nya yang benar, mereka juga tidak memiliki pengenalan atau konfirmasi yang jelas dan definitif mengenai hal-hal tersebut. Karena itulah, sangat sulit bagi ketiga jenis orang itu memasuki kenyataan kebenaran dan juga sulit bagi mereka untuk menerima belas kasih, pencerahan, atau penerangan Tuhan karena cara mereka percaya kepada Tuhan dan sikap mereka yang salah terhadap Tuhan membuat Dia tidak mungkin melakukan pekerjaan dalam hati mereka. Keraguan, gagasan yang salah, dan imajinasi mereka tentang Tuhan telah melampaui kepercayaan dan pengetahuan mereka akan Tuhan. Ketiga jenis orang ini adalah jenis yang sangat berbahaya dan ketiga tahap ini adalah tahap yang sangat berbahaya. Saat seseorang memiliki sikap meragukan Tuhan, hakikat Tuhan, identitas Tuhan, perkara apakah Tuhan adalah kebenaran dan kenyataan keberadaan-Nya, serta tidak bisa yakin akan hal-hal tersebut, bagaimana bisa seseorang itu menerima semua yang berasal dari Tuhan? Bagaimana seseorang bisa menerima fakta bahwa Tuhan adalah kebenaran, jalan, dan hidup? Bagaimana seseorang bisa menerima hajaran dan penghakiman Tuhan? Bagaimana seseorang bisa menerima keselamatan Tuhan? Bagaimana orang jenis seperti ini menerima bimbingan dan penyediaan yang sejati dari Tuhan? Mereka yang berada di ketiga tahap ini bisa menentang Tuhan, menjatuhkan penghakiman kepada Tuhan, menghujat Tuhan atau mengkhianati Tuhan kapan saja. Mereka bisa meninggalkan jalan yang benar dan meninggalkan Tuhan kapan saja. Dapat dikatakan bahwa orang-orang dalam ketiga jenis tahap ini berada dalam periode kritis, karena mereka belum memasuki jalan yang benar dalam memercayai Tuhan.

Jenis Keempat: Tahap Anak Yang Bertumbuh Dewasa, atau Masa Kanak-kanak

Setelah seseorang disapih—yaitu setelah mereka menikmati sejumlah besar kasih karunia, mereka mulai mengeksplorasi apa artinya percaya kepada Tuhan, ingin memahami berbagai pertanyaan yang berbeda, seperti mengapa manusia hidup, bagaimana manusia seharusnya hidup, dan mengapa Tuhan melakukan pekerjaan-Nya dalam diri manusia. Ketika pikiran yang tidak jelas dan gagasan yang membingungkan ini muncul dan hadir dalam diri mereka, mereka terus-menerus menerima penyiraman dan juga mampu melakukan tugas mereka. Selama periode ini, mereka tidak lagi memiliki keraguan mengenai kebenaran tentang keberadaan Tuhan dan mereka sudah memiliki pemahaman yang akurat tentang apa artinya percaya kepada Tuhan. Di atas dasar ini mereka sudah memiliki pengetahuan bertahap tentang Tuhan, dan mereka secara bertahap mendapatkan beberapa jawaban atas pemikiran yang belum jelas dan gagasan membingungkan seperti tentang hakikat dan watak Tuhan. Mengenai perubahan-perubahan dalam watak mereka serta pengetahuan mereka tentang Tuhan, orang-orang di tahap ini mulai melangkah ke jalan yang benar dan memasuki periode transisi. Di tahap inilah, orang-orang mulai memiliki hidup. Indikasi jelas orang memiliki hidup adalah kebulatan hati yang berangsur meningkat dalam hati orang berkenaan dengan berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan mengenal Tuhan—kesalahpahaman, imajinasi, gagasan, dan definisi yang samar tentang Tuhan—bahwa mereka tidak hanya benar-benar percaya dan tahu kenyataan tentang keberadaan Tuhan, namun juga memiliki definisi dan orientasi tentang Tuhan yang jelas di hati mereka, yaitu bahwa sungguh-sungguh mengikuti Tuhan telah menggantikan iman mereka yang samar. Di tahap ini, orang-orang secara bertahap mengenali konsep mereka yang salah tentang Tuhan dan pengejaran mereka yang salah dan cara-cara mereka percaya yang salah. Mereka mulai sangat menginginkan kebenaran, sangat ingin mengalami penghakiman, hajaran, dan disiplin Tuhan, sangat menginginkan perubahan dalam watak mereka. Mereka secara bertahap meninggalkan segala macam gagasan dan imajinasi tentang Tuhan di tahap ini. Pada saat yang sama mereka berubah dan memperbaiki pengetahuan mereka yang salah tentang Tuhan dan mendapatkan pengetahuan mendasar yang benar tentang Tuhan. Walau sebagian dari pengetahuan yang dimiliki manusia di tahap ini tidak terlalu spesifik atau akurat, setidaknya mereka secara bertahap mulai meninggalkan gagasan, pengetahuan yang salah, dan kesalahpahaman tentang Tuhan; mereka tidak lagi memegang gagasan dan imajinasi mereka sendiri tentang Tuhan. Mereka mulai belajar bagaimana caranya meninggalkan—meninggalkan hal-hal yang ditemukan dalam gagasan mereka sendiri, dari pengetahuan dan dari Iblis, mereka mulai mau tunduk kepada hal-hal yang benar dan positif, bahkan pada hal-hal yang datang dari firman Tuhan dan menjadi serupa dengan kebenaran. Mereka juga mulai berusaha mengalami firman Tuhan, secara pribadi mengenal dan melakukan firman-Nya, menerima firman-Nya sebagai prinsip tindakan dan sebagai dasar bagi perubahan watak mereka. Selama periode ini, manusia tanpa sadar menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, tanpa sadar menerima firman Tuhan sebagai hidup mereka. Sambil menerima penghakiman, hajaran Tuhan, dan menerima firman Tuhan, mereka semakin menyadari dan mampu merasakan bahwa Tuhan yang mereka percayai dalam hati mereka benar-benar ada. Di dalam firman Tuhan, pengalaman dan kehidupan mereka, mereka semakin merasakan bahwa Tuhan selalu menguasai nasib manusia, memimpin manusia, dan memenuhi kebutuhan manusia. Lewat persekutuan mereka dengan Tuhan, mereka secara bertahap semakin diyakinkan akan keberadaan Tuhan. Karena itu, sebelum menyadarinya, mereka tanpa sadar telah menyetujui dan percaya penuh pada pekerjaan Tuhan, dan telah menyetujui firman Tuhan. Begitu orang menyetujui firman Tuhan dan menyetujui pekerjaan Tuhan, mereka tanpa henti menyangkali diri sendiri, menyangkali gagasan mereka sendiri, menyangkali pengetahuan mereka sendiri, menyangkali imajinasi mereka sendiri dan pada saat yang sama juga tanpa henti mencari apa itu kebenaran dan apa yang merupakan kehendak Tuhan. Pengetahuan manusia tentang Tuhan selama periode ini cukup dangkal—mereka bahkan tidak mampu menjelaskan pengetahuan ini dengan jelas menggunakan kata-kata, atau bisa menjelaskannya dengan spesifik—dan mereka hanya memiliki pemahaman yang perseptif. Namun bila dibandingkan dengan ketiga tahap sebelumnya, kehidupan manusia yang belum dewasa di periode ini sudah menerima siraman dan penyediaan dari firman Tuhan dan sudah mulai bertunas. Ini sama seperti benih yang dikubur di tanah, setelah menerima gizi dan embun, benih itu akan menembus tanah, tunasnya melambangkan kelahiran kehidupan baru. Kelahiran kehidupan baru ini membuat seseorang melihat ada indikasi kehidupan. Dengan kehidupan, manusia akan bertumbuh. Karena itulah, di atas dasar ini—secara bertahap mereka kembali kepada jalan yang benar tentang percaya kepada Tuhan, meninggalkan gagasan mereka sendiri, mendapatkan bimbingan Tuhan—hidup manusia tak terelakkan akan bertumbuh setahap demi setahap. Atas dasar apakah pertumbuhan ini diukur? Diukurnya menurut pengalaman mereka dengan firman Tuhan, dan pemahaman mereka yang benar tentang watak Tuhan yang benar. Walau mereka sulit menggambarkan pengetahuan mereka tentang Tuhan dan hakikat-Nya selama periode pertumbuhan ini dengan kata-kata mereka sendiri, kelompok orang ini tidak lagi secara subjektif mau mengejar kesenangan lewat menikmati kasih karunia Tuhan, atau mengejar tujuan mereka di balik memercayai Tuhan, yaitu untuk mendapatkan kasih karunia-Nya. Sebaliknya, mereka mau berusaha untuk hidup oleh firman Tuhan, menjadi subjek keselamatan Tuhan. Dan lagi mereka memiliki kepercayaan diri dan siap menerima penghakiman dan hajaran Tuhan. Inilah tanda orang yang ada dalam tahap pertumbuhan ini.

Walaupun orang-orang di tahap ini memiliki sebagian pengetahuan tentang watak Tuhan yang benar, pengetahuan ini sangat tidak jelas dan kabur. Walau tidak bisa menjelaskannya, mereka merasa sudah mendapatkan sesuatu dalam batinnya, karena telah mendapatkan sejumlah pengetahuan dan pemahaman tentang watak Tuhan yang benar lewat hajaran dan penghakiman Tuhan; namun, semuanya itu masih dangkal dan masih ada di tahap awal. Kelompok orang ini memiliki cara pandang yang konkret dalam memperlakukan kasih karunia Tuhan. Cara pandang ini diungkapkan dalam perubahan tujuan yang mereka kejar dan cara mereka mengejarnya. Mereka sudah melihat—dalam firman Tuhan dan pekerjaan-Nya, dalam semua tuntutan Tuhan terhadap manusia dan dalam pewahyuan-Nya tentang manusia—bahwa jika mereka tetap tidak mengejar kebenaran, jika tetap tidak berusaha untuk masuk ke dalam kenyataan, jika mereka tetap tidak berusaha memuaskan dan mengenal Tuhan saat mereka mengalami firman-Nya, mereka akan kehilangan makna penting dari percaya kepada Tuhan. Mereka melihat bahwa tidak peduli seberapa banyak mereka menikmati kasih karunia Tuhan, mereka tidak dapat mengubah watak mereka, memuaskan Tuhan atau mengenal Tuhan dan jika manusia terus hidup di antara kasih karunia Tuhan, mereka tidak akan pernah mencapai pertumbuhan, mendapatkan hidup atau mampu menerima keselamatan. Singkatnya, jika seseorang tidak mampu mengalami firman Tuhan, dan tidak mampu mengenal Tuhan lewat firman-Nya, orang itu akan selamanya berada di tahap kanak-kanak dan tidak pernah maju selangkah pun dalam pertumbuhan kehidupannya. Jika engkau selamanya ada di tahap kanak-kanak, jika engkau tidak pernah masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, jika engkau tidak pernah memiliki firman Tuhan sebagai hidupmu, jika engkau tidak pernah memiliki kepercayaan dan pengetahuan sejati tentang Tuhan, apakah ada kemungkinan engkau akan dijadikan sempurna oleh Tuhan? Oleh karena itu, semua orang yang masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, semua orang yang menerima firman Tuhan sebagai hidup mereka, semua orang yang mulai menerima hajaran dan penghakiman, semua orang yang watak rusaknya mulai berubah, dan semua orang yang memiliki hati yang sangat merindukan kebenaran, memiliki kerinduan untuk mengenal Tuhan, memiliki kerinduan untuk menerima keselamatan Tuhan—orang-orang inilah yang benar-benar memiliki kehidupan. Inilah orang-orang jenis keempat, anak yang bertumbuh dewasa, orang di tahap masa kanak-kanak.

Tahap Kelima: Tahap Kehidupan Dewasa atau Tahap Orang Dewasa

Setelah mengalami tahap masa kanak-kanak, tahap pertumbuhan ini penuh dengan perubahan ke arah sebaliknya yang terjadi berulang kali. Hidup manusia sudah stabil, langkah maju mereka tidak lagi berhenti, dan tidak ada seorang pun yang mampu menghalangi mereka. Walau jalan di depan mereka masih kasar dan berbatu-batu, mereka tidak lagi lemah atau takut, mereka tidak lagi tersandung atau kehilangan pijakan. Dasar mereka tertanam kuat dalam pengalaman sejati mereka akan firman Tuhan. Hati mereka telah tertarik kepada kebesaran dan martabat Tuhan. Mereka ingin mengikuti jejak langkah Tuhan, mengetahui hakikat Tuhan, mengetahui Tuhan dalam seluruh keberadaan-Nya.

Orang-orang di tahap ini sudah tahu dengan jelas siapa yang mereka percayai, dan tahu dengan jelas mengapa mereka harus percaya kepada Tuhan dan makna dari hidup mereka masing-masing; mereka juga tahu dengan jelas bahwa semua yang Tuhan ungkapkan adalah kebenaran. Dalam bertahun-tahun pengalamannya, mereka menyadari bahwa tanpa penghakiman dan hajaran Tuhan, orang tidak akan pernah benar-benar mampu memuaskan atau mengenal Tuhan atau benar-benar datang ke hadapan Tuhan. Dalam hati masing-masing orang ini memiliki kerinduan yang kuat untuk diuji Tuhan, supaya mereka bisa melihat watak Tuhan yang benar ketika diuji, supaya mendapatkan kasih yang lebih murni, dan pada saat yang sama mampu benar-benar memahami dan mengenal Tuhan. Mereka yang berada di tahap ini sudah sepenuhnya mengucapkan selamat tinggal kepada tahap kanak-kanak, tahap menikmati kasih karunia Tuhan dan makan roti dan dikenyangkan. Mereka tidak lagi menempatkan harapan berlebihan untuk membuat Tuhan bertoleransi dan menunjukkan belas kasih kepada mereka, sebaliknya mereka dengan percaya diri menerima dan mengharapkan hajaran dan penghakiman Tuhan yang tanpa henti, supaya mereka terpisah dari wataknya yang rusak dan memuaskan Tuhan. Pengetahuan mereka akan Tuhan, pengejaran mereka atau tujuan akhir dari pengejaran mereka, semua itu sangat jelas dalam hati mereka. Karena itulah orang-orang di tahap orang dewasa telah sepenuhnya mengucapkan selamat tinggal pada tahap iman yang samar, pada tahap di mana mereka bergantung pada kasih karunia untuk keselamatan, tahap kehidupan yang tidak dewasa yang tidak dapat tahan ujian, tahap samar-samar, tahap tersandung, tahap sering tidak tahu jalan mana yang harus ditempuh, pada periode tidak stabil berpindah antara panas dan dingin dengan tiba-tiba dan pada tahap di mana seseorang mengikuti Tuhan dengan mata tertutup. Orang-orang jenis ini sering menerima pencerahan dan penerangan Tuhan dan sering terlibat dalam persekutuan dan komunikasi yang sejati dengan Tuhan. Bisa dikatakan bahwa orang-orang yang berada di tahap ini telah memahami sebagian dari kehendak Tuhan, mereka mampu menemukan prinsip-prinsip kebenaran di dalam semua yang mereka lakukan, mereka tahu cara memuaskan kerinduan Tuhan. Terlebih lagi, mereka juga telah menemukan jalan menuju pengenalan akan Tuhan dan telah mulai bersaksi tentang pengetahuan mereka tentang Tuhan. Selama proses pertumbuhan bertahap, mereka memiliki pemahaman dan pengetahuan bertahap tentang kehendak Tuhan, tentang kehendak Tuhan dalam menciptakan umat manusia, tentang kehendak Tuhan dalam mengelola manusia, dan mereka juga secara bertahap memiliki pemahaman dan pengenalan tentang watak Tuhan yang benar dalam hakikat-Nya. Tidak ada gagasan atau imajinasi manusia yang bisa menggantikan pengetahuan ini. Walau tidak bisa dikatakan bahwa di tahap kelima hidup seseorang ini, orang sudah sepenuhnya dewasa atau menyebut orang ini benar atau utuh, orang jenis ini sudah melangkah menuju kedewasaan dalam hidup; orang ini sudah mampu datang ke hadapan Tuhan, berdiri berhadapan muka dengan firman Tuhan dan berhadapan muka dengan Tuhan. Karena orang jenis ini telah mengalami begitu banyak firman Tuhan, mengalami ujian yang tidak terhitung banyaknya dan mengalami peristiwa pendisiplinan, penghakiman, dan hajaran dari Tuhan yang tak terhitung banyaknya, penundukan diri mereka kepada Tuhan tidak lagi bersifat relatif tetapi mutlak. Pengetahuan mereka akan Tuhan telah berubah dari alam bawah sadar menjadi pengetahuan yang jelas dan tepat, dari dangkal menjadi dalam, dari samar dan tidak jelas menjadi jelas dan terlihat, dan mereka telah berubah dari mudah tersandung dan pasif dalam mencari menjadi pengetahuan tanpa usaha dan proaktif bersaksi. Bisa dikatakan orang-orang di tahap ini telah memiliki kenyataan kebenaran firman Tuhan, bahwa mereka telah melangkah di jalan menuju kesempurnaan sama seperti Petrus. Inilah orang jenis kelima, yang hidup dalam keadaan dewasa—tahap orang dewasa.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait