Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II

Watak Tuhan yang Benar Bagian Tiga

Umat Manusia Mendapatkan Belas Kasih dan Toleransi Tuhan Lewat Pertobatan yang Tulus

Di bawah ini adalah kisah Alkitab tentang "Penyelamatan Niniwe oleh Tuhan."

Yunus 1:1-2 Firman Yahweh datang kepada Yunus, anak Amitai, katanya: Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu dan berserulah menentang mereka, karena kejahatan mereka sudah sampai kepada-Ku.

Yunus 3 Dan firman Tuhan datang kepada Yunus kedua kalinya, katanya, Bangunlah, pergilah ke Niniwe kota yang besar itu dan beritakan apa yang aku perintahkan kepadamu. Jadi Yunus bangun dan pergi ke Niniwe, menurut sesuai dengan firman Yahweh. Niniwe adalah kota yang sangat besar yang luasnya tiga hari perjalanan. Dan Yunus mulai masuk ke kota itu satu hari perjalanan dan ia berseru dan berkata, Empat puluh hari lagi, dan Niniwe akan ditunggangbalikkan. Jadi orang Niniwe percaya kepada Tuhan dan menyatakan puasa, memakai kain kabung, dari yang paling besar sampai yang paling kecil di antara mereka. Kabar ini sampai kepada raja Niniwe dan ia bangun dari takhtanya dan melepaskan jubahnya dan menutupi diri dengan kain kabung dan duduk di atas abu. Dan ia menyuruh orang mengumumkan di seluruh Niniwe berdasarkan ketetapan raja dan pembesar-pembesarnya, katanya, Tidak ada manusia atau binatang, atau ternak yang boleh mengecap apa pun: yang boleh makan apa pun, atau minum air. Namun, manusia dan binatang harus memakai kain kabung dan berseru dengan suara keras kepada Tuhan: Biar semua orang berbalik dari jalannya yang jahat dan dari kejahatan yang ada di tangan mereka. Siapa yang tahu Tuhan akan membatalkan rencana-Nya dan tidak lagi murka sehingga kita tidak binasa? Dan Tuhan melihat perbuatan mereka, bahwa mereka berbalik dari jalannya yang jahat dan Tuhan membatalkan hukuman, yang Dia katakan akan ditimpakan kepada mereka, dan Dia tidak melakukannya.

Yunus 4 Tetapi hal itu sangat mengesalkan Yunus, sehingga ia sangat marah. Lalu ia berdoa kepada Yahweh dan berkata: "Aku berdoa kepada-Mu, oh Yahweh, bukankah sudah kukatakan ketika aku masih di negeriku? Karena itulah aku lari ke Tarsus sebab aku tahu Engkau adalah Tuhan yang pemurah dan melimpah kasih karunia, lambat untuk marah, panjang sabar, dan menyesali hukuman yang Engkau rencanakan. Karena itu oh Yahweh, aku memohon kepada-Mu, ambillah nyawaku; karena lebih baik aku mati daripada hidup." Lalu firman Yahweh, "apakah engkau layak marah?" Lalu Yunus keluar dari kota itu dan duduk di sebelah timurnya. Ia mendirikan sebuah gubuk di sana, dan duduk di bawah di tempat yang teduh, sampai ia melihat apa yang akan terjadi dengan kota itu. Lalu Tuhan Yahweh menyiapkan sebatang pohon jarak dan menjadikannya tumbuh melampaui Yunus untuk menaungi kepalanya dan supaya ia bebas dari kesedihan hatinya. Yunus sangat senang karena pohon jarak itu. Tetapi Tuhan mendatangkan seekor ulat keesokan paginya yang memakan pohon jarak itu sampai layu. Dan waktu berlalu, ketika matahari terbit, Tuhan mendatangkan angin timur yang ganas bertiup, dan matahari menyengat kepala Yunus, lalu ia rebah menjadi lesu, dan berharap dirinya mati, dan berkata: "Lebih baik aku mati daripada hidup." Lalu Tuhan Yahweh berfirman kepada Yunus, "Apakah engkau layak marah karena pohon jarak itu?" Jawabnya, "Aku layak marah, bahkan sampai mati." Lalu Yahweh berfirman: "engkau menyayangi pohon jarak itu, padahal engkau tidak perlu berjerih lelah menanam atau membuatnya tumbuh, yang tumbuh dalam semalam dan mati dalam semalam: Dan apakah Aku tidak boleh menyayangi Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari 120.000 orang, yang tidak bisa membedakan tangan kanan dari tangan kiri; dan juga banyak sekali ternaknya?"

Sinopsis Kisah Niniwe

Walaupun kisah "Penyelamatan Niniwe oleh Tuhan" singkat, kita bisa melihat sisi lain dari watak Tuhan yang benar. Untuk bisa memahami dengan tepat terdiri dari apa sajakah sisi itu, kita harus kembali ke Kitab Suci dan melihat kembali salah satu tindakan Tuhan.

Pertama-tama mari kita lihat awal kisahnya: "Firman Yahweh datang kepada Yunus, anak Amitai, katanya: Bangun, pergilah ke Niniwe, kota yang besar dan berserulah menentang mereka, karena kejahatan mereka sudah sampai kepada-Ku" (Yunus 1:1-2). Dalam perikop dari Kitab Suci ini, kita tahu bahwa Tuhan Yahweh memerintahkan Yunus pergi ke kota Niniwe. Mengapa Dia memerintahkan Yunus pergi ke kota ini? Alkitab dengan sangat jelas mengatakan alasannya: Kejahatan orang-orang di kota ini sudah terlihat oleh Tuhan Yahweh dan karenanya Dia mengutus Yunus untuk menyampaikan kepada mereka apa yang akan dilakukan-Nya. Walaupun tidak ada catatan yang bisa memberitahu kita siapa Yunus itu, tentu saja, ini tidak berkaitan dengan mengenal Tuhan. Karena itu, engkau semua tidak perlu memahami siapakah orang ini. Engkau semua hanya harus tahu apa yang Tuhan perintahkan untuk Yunus lakukan dan mengapa Dia melakukan hal semacam itu.

Peringatan Tuhan Yahweh Mencapai Penduduk Niniwe

Mari kita lanjutkan ke ayat berikutnya, pasal ketiga kitab Yunus: "Dan Yunus mulai masuk ke kota itu satu hari perjalanan dan ia berseru dan berkata, Empat puluh hari lagi, dan Niniwe akan ditunggangbalikkan." Itu adalah kata-kata yang disampaikan langsung oleh Tuhan kepada Yunus untuk dikatakan kepada penduduk Niniwe. Itu juga, secara alami adalah kata-kata yang Tuhan Yahweh ingin sampaikan kepada penduduk Niniwe. Kata-kata itu memberitahu manusia bahwa Tuhan mulai muak dan membenci penduduk di kota itu karena kejahatan mereka telah terlihat oleh Tuhan sehingga Dia ingin menghancurkan kota ini. Namun, sebelum Tuhan menghancurkan kota ini, Dia membuat pengumuman bagi penduduk Niniwe dan Dia berkali-kali memberi mereka kesempatan untuk bertobat dari kejahatan mereka dan memulai hidup baru. Kesempatan ini berlangsung selama empat puluh hari. Dengan kata lain, jika penduduk di dalam kota ini tidak bertobat, mengakui dosa mereka atau bersujud di hadapan Tuhan Yahweh dalam empat puluh hari, Tuhan akan menghancurkan kota itu sama seperti yang dilakukan-Nya terhadap Sodom. Inilah yang Tuhan Yahweh ingin sampaikan kepada penduduk Niniwe. Jelas, ini bukan sekadar pernyataan biasa. Tidak hanya di dalamnya terkandung amarah Tuhan Yahweh, tetapi juga sikap-Nya terhadap penduduk Niniwe. Pada saat yang sama, pernyataan sederhana ini juga menjadi peringatan serius bagi semua orang yang hidup di dalam kota itu. Peringatan ini memberi tahu mereka bahwa perbuatan jahat mereka telah membuat mereka mendapatkan kebencian Tuhan Yahweh, dan peringatan ini memberi tahu mereka dan tindakan mereka akan segera membawa mereka kepada kebinasaan. Karena itu, hidup semua orang di Niniwe berada di ambang bahaya.

Perbedaan Besar Antara Reaksi Penduduk Niniwe dan Sodom Terhadap Peringatan Tuhan Yahweh

Apa artinya ditunggangbalikkan? Dalam bahasa sehari-hari, itu berarti menghilang. Tetapi dengan cara apa? Siapa yang bisa menunggangbalikkan seluruh kota? Tidak mungkin bagi manusia melakukannya, tentu saja. Orang-orang itu tidak bodoh. Begitu mereka mendengar pernyataan ini, mereka langsung tahu maksudnya. Mereka tahu perkataan ini datang dari Tuhan, mereka tahu Tuhan akan melakukan pekerjaan-Nya. Mereka tahu bahwa kejahatan mereka membuat Tuhan Yahweh marah dan membuat-Nya menumpahkan amarah-Nya kepada mereka, sehingga mereka akan dihancurkan bersama kota mereka. Bagaimana orang-orang di kota itu bersikap setelah mendengarkan peringatan Tuhan Yahweh? Alkitab menjelaskan dengan detail bagaimana orang-orang itu bereaksi mulai dari raja sampai rakyat jelata. Seperti yang dicatat dalam Kitab Suci Alkitab: "Jadi orang Niniwe percaya kepada Tuhan dan menyatakan puasa, memakai kain kabung, dari yang paling besar sampai yang paling kecil di antara mereka. Kabar ini sampai kepada raja Niniwe dan ia bangun dari takhtanya dan melepaskan jubahnya dan menutupi diri dengan kain kabung dan duduk di atas abu. Dan ia menyuruh orang mengumumkan di seluruh Niniwe berdasarkan ketetapan raja dan pembesar-pembesarnya, katanya, Tidak ada manusia atau binatang, atau ternak yang boleh mengecap apa pun yang boleh makan apa pun, atau minum air. Namun, manusia dan binatang harus memakai kain kabung dan berseru dengan suara keras kepada Tuhan: Biar semua orang berbalik dari jalannya yang jahat dan dari kejahatan yang ada di tangan mereka ..."

Setelah mendengar pernyataan Tuhan Yahweh, penduduk Niniwe menunjukkan sikap yang bertolak belakang dengan penduduk Sodom. Penduduk Sodom secara terbuka menentang Tuhan dan terus melakukan berbagai kejahatan. Sebaliknya, setelah mendengar kata-kata itu, penduduk Niniwe tidak mengabaikannya atau menolaknya. Sebaliknya, mereka percaya kepada Tuhan dan memaklumkan puasa. Apa yang dimaksud dengan "percaya" di sini? Kata itu sendiri berarti iman dan ketertundukan. Jika kita menggunakan sikap penduduk Niniwe untuk menjelaskan kata ini, maka artinya mereka percaya Tuhan bisa dan mau melakukan apa yang Dia katakan, dan mereka mau bertobat. Apakah penduduk Niniwe merasa ketakutan menghadapi benc ana yang akan segera terjadi? Kepercayaan itulah yang membuat hati mereka takut. Apa yang bisa kita gunakan untuk membuktikan ketakutan dan kepercayaan penduduk Niniwe? Seperti yang Alkitab katakan: "dan menyatakan puasa, memakai kain kabung, dari yang paling besar sampai yang paling kecil di antara mereka." Ini berarti penduduk Niniwe benar-benar percaya dan dari kepercayaan itu datanglah ketakutan, yang membuat mereka berpuasa dan mengenakan kain kabung. Inilah cara mereka menunjukkan awal pertobatannya. Bertolak belakang sekali dengan penduduk Sodom, tidak hanya penduduk Niniwe tidak menentang Tuhan, mereka juga dengan jelas menunjukkan pertobatan mereka lewat sikap dan tindakan. Tentu saja, ini tidak berlaku hanya pada rakyat Niniwe saja, bahkan raja mereka pun tidak terkecuali.

Pertobatan Raja Niniwe Mendapatkan Pujian Tuhan Yahweh

Ketika raja Niniwe mendengar kabar ini, ia bangun dari takhtanya, melepaskan jubahnya, memakai kain kabung dan duduk di atas abu. Ia lalu memberi perintah tidak ada seorang pun di kota yang boleh mencicipi apa pun, dan tidak ada ternak, domba, lembu yang boleh merumput atau minum air. Manusia dan ternak sama-sama mengenakan kain kabung; manusia berdoa dengan sangat kepada Tuhan. Raja juga mengumumkan bahwa setiap orang dari antara mereka harus berbalik dari jalan mereka yang jahat dan meninggalkan kejahatan di tangan mereka. Dilihat dari tindakannya, raja Niniwe menunjukkan pertobatan sepenuh hatinya. Tindakan yang dilakukannya—bangun dari takhtanya, menanggalkan jubah rajanya, mengenakan kain kabung, dan duduk di abu—memberi tahu rakyat bahwa raja Niniwe menyingkirkan status kerajaannya dan mengenakan kain kabung bersama rakyat jelata. Ini berarti raja Niniwe tidak menempati posisi kerajaan untuk terus dalam jalannya yang jahat atau melakukan kejahatan dengan tangannya setelah mendengar pengumuman dari Tuhan Yahweh. Sebaliknya, ia meletakkan kekuasaan yang dimilikinya dan bertobat di hadapan Tuhan Yahweh. Pada saat ini raja Niniwe tidak bertobat sebagai seorang raja; ia datang ke hadapan Tuhan untuk mengaku dan bertobat dari dosa-dosanya sebagai orang biasa di hadapan Tuhan. Terlebih lagi, ia juga menyuruh seisi kota mengaku dan bertobat dari dosa-dosa mereka di hadapan Tuhan Yahweh dengan cara yang sama seperti dirinya. Selain itu, ia juga memiliki rencana spesifik bagaimana cara melakukannya, seperti yang terlihat di dalam Kitab Suci: "Tidak ada manusia atau binatang, atau ternak yang boleh mengecap apa pun yang boleh makan apa pun, atau minum air. ... dan berseru dengan suara keras kepada Tuhan: Biar semua orang berbalik dari jalannya yang jahat dan dari kejahatan yang ada di tangan mereka." Sebagai penguasa kota, raja Niniwe memiliki status dan kuasa tertinggi dan bisa melakukan apa pun yang ia mau. Ketika dihadapkan dengan pernyataan Tuhan Yahweh, ia bisa saja mengabaikannya atau bertobat dan mengakui dosanya sendiri saja; sedangkan apakah penduduk kota memilih bertobat atau tidak, ia bisa saja sama sekali mengabaikannya. Akan tetapi, raja Niniwe tidak melakukan hal itu sama sekali. Ia tidak hanya bangun dari takhtanya, memakai kain kabung, dan duduk di atas abu serta mengakui dan bertobat dari dosa-dosanya di hadapan Tuhan Yahweh, ia juga memerintahkan semua orang dan ternak di dalam kota melakukan hal yang sama. Ia bahkan memerintahkan orang-orang "berseru dengan suara keras kepada Tuhan." Lewat kejadian-kejadian ini, raja Niniwe benar-benar melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang penguasa; rangkaian tindakannya merupakan tindakan yang sulit dilakukan oleh raja mana pun dalam sejarah dunia, dan tidak ada yang bisa melakukannya. Tindakan-tindakan itu bisa disebut tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia. Tindakan-tindakan ini layak diingat dan ditiru umat manusia. Sejak penciptaan manusia, setiap raja telah memerintahkan rakyatnya untuk menolak dan menentang Tuhan. Tidak pernah ada seorang pun yang memerintahkan rakyatnya berdoa kepada Tuhan untuk berusaha menebus kejahatan mereka, menerima pengampunan dari Tuhan Yahweh, dan menghindari penghukuman yang akan segera menimpa. Namun, raja Niniwe mampu memimpin rakyatnya untuk berbalik kepada Tuhan, meninggalkan jalan-jalan mereka yang jahat dan meninggalkan kejahatan di tangan mereka. Terlebih lagi, ia juga mampu menyingkirkan takhtanya dan sebagai gantinya Tuhan Yahweh berbalik dan berubah pikiran serta menarik kembali murka-Nya, membiarkan orang-orang di kota itu selamat dan menghindarkan mereka dari kehancuran. Tindakan raja itu hanya bisa disebut mukjizat langka dalam sejarah manusia; itu bahkan bisa disebut sebagai sebuah teladan manusia rusak yang mengaku dan bertobat dari dosa-dosanya di hadapan Tuhan.

Tuhan Melihat Pertobatan Tulus dari Lubuk Hati Orang Niniwe

Setelah mendengarkan pernyataan Tuhan, raja Niniwe dan rakyatnya menunjukkan sejumlah tindakan. Apakah sifat dari sikap dan tindakan mereka? Dengan kata lain apakah esensi dari seluruh perbuatan mereka? Mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan? Di mata Tuhan, mereka bertobat dengan tulus, bukan hanya karena mereka berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan dan mengakui dosa mereka di hadapan-Nya, tetapi juga karena mereka meninggalkan perbuatan mereka yang jahat. Mereka bertindak seperti ini karena setelah mendengar firman Tuhan, mereka sangat ketakutan dan percaya Dia akan melakukan apa yang difirmankan-Nya. Dengan berpuasa, mengenakan kain kabung, duduk di abu, mereka ingin mengungkapkan kerelaan mereka untuk mengubah cara hidup mereka dan tidak lagi melakukan kejahatan, berdoa agar Tuhan Yahweh menahan amarah-Nya, memohon agar Tuhan Yahweh membatalkan keputusan-Nya dan juga bencana yang akan menimpa mereka. Dengan meneliti sikap mereka, kita bisa melihat bahwa mereka telah memahami bahwa perbuatan mereka yang jahat di masa lalu memuakkan Tuhan Yahweh dan mereka memahami alasan mengapa Dia akan segera menghancurkan mereka. Karena alasan-alasan ini, mereka semua ingin benar-benar bertobat, berbalik dari jalan mereka yang jahat dan meninggalkan kejahatan di tangan mereka. Dengan kata lain, begitu mereka sadar akan pernyataan Tuhan Yahweh, masing-masing dari mereka merasa takut dalam hatinya, mereka tidak lagi terus melakukan perbuatan jahat atau melakukan perbuatan yang dibenci Tuhan Yahweh. Sebagai tambahan, mereka memohon dengan sangat kepada Tuhan Yahweh untuk mengampuni dosa masa lalu mereka dan tidak memperlakukan mereka sesuai dengan perbuatan mereka di masa lalu. Mereka rela untuk tidak akan lagi terlibat dalam kejahatan dan bertindak sesuai perintah Tuhan Yahweh, dan mereka tidak akan lagi membangkitkan murka Tuhan Yahweh. Pertobatan mereka tulus dan menyeluruh. Pertobatan itu datang dari lubuk hati mereka dan bukan dipalsukan, atau sementara.

Begitu penduduk Niniwe, dari raja tertinggi sampai rakyatnya, menyadari bahwa Tuhan Yahweh marah kepada mereka, setiap tindakan mereka, seluruh sikap mereka dan semua keputusan dan pilihan mereka terbuka di hadapan Tuhan. Hati Tuhan berubah karena sikap mereka. Apa yang menjadi kerangka berpikir Tuhan pada saat itu? Alkitab dapat menjawab pertanyaan itu bagimu. Seperti yang tercatat di Kitab Suci: "Dan Tuhan melihat perbuatan mereka, bahwa mereka berbalik dari jalannya yang jahat dan Tuhan membatalkan hukuman, yang Dia katakan akan ditimpakan kepada mereka, dan Dia tidak melakukannya." Walau Tuhan mengubah pikiran-Nya, tidak ada sesuatu yang kompleks dengan kerangka berpikir-Nya. Dia hanya berubah dari mengungkapkan kemarahan-Nya menjadi menenangkan amarah-Nya, dan Dia memutuskan tidak membawa kehancuran atas kota Niniwe. Alasan mengapa Tuhan melakukannya—mengampuni penduduk Niniwe dari bencana—begitu cepat adalah karena Tuhan menyelidiki hati setiap orang di Niniwe. Dia melihat apa yang ada di lubuk hati mereka: pengakuan mereka yang tulus dan pertobatan dari dosa; kepercayaan mereka yang tulus kepada-Nya, kesadaran mereka yang dalam bahwa tindakan mereka yang jahat telah membuat watak-Nya marah yang menghasilkan ketakutan terhadap hukuman yang akan ditimpakan Tuhan Yahweh. Pada saat yang sama, Tuhan Yahweh juga mendengarkan doa dari lubuk hati mereka yang memohon kepada-Nya agar menghentikan amarah-Nya kepada mereka sehingga mereka terhindar dari bencana ini. Ketika Tuhan melihat semua fakta ini, sedikit demi sedikit amarah-Nya menghilang. Tidak peduli seberapa besar amarah-Nya di masa lalu, ketika Dia melihat pertobatan yang tulus dari lubuk hati orang-orang itu, hati-Nya tersentuh sehingga Dia tidak mengirimkan bencana pada mereka dan Dia berhenti marah kepada mereka. Sebaliknya Dia terus memberikan belas kasih dan toleransi-Nya kepada mereka dan terus membimbing dan memelihara mereka.

Jika Kepercayaanmu kepada Tuhan itu Benar, Engkau Akan Sering Menerima Pemeliharaan-Nya

Perubahan maksud Tuhan terhadap penduduk Niniwe tidak mengandung keraguan ataupun ambiguitas. Sebaliknya, itu merupakan perubahan dari kemarahan yang murni menjadi toleransi yang murni. Ini adalah pengungkapan sejati hakikat Tuhan. Tuhan tidak pernah ragu atau plin-plan dalam tindakan-Nya. Prinsip dan tujuan di balik tindakan-tindakan-Nya selalu jelas dan transparan, murni, tidak bercacat, tanpa ada tipuan atau rencana jahat tercampur di dalamnya. Dengan kata lain, hakikat Tuhan tidak mengandung kegelapan atau kejahatan. Tuhan menjadi sangat marah dengan penduduk Niniwe karena tindakan mereka yang jahat telah terlihat oleh-Nya; pada saat itu amarah-Nya berasal dari hakikat-Nya. Tetapi, ketika amarah Tuhan hilang dan Dia memberikan toleransi-Nya kepada penduduk Niniwe sekali lagi, yang Dia nyatakan tetaplah hakikat-Nya. Seluruh perubahan ini disebabkan perubahan dalam sikap manusia terhadap Tuhan. Selama seluruh periode ini, watak Tuhan yang tidak dapat disinggung tidak berubah; hakikat Tuhan yang toleran tidak berubah; hakikat Tuhan yang penuh kasih dan belas kasih tidak berubah. Ketika manusia melakukan tindakan jahat dan menyinggung Tuhan, Dia akan menimpakan amarah-Nya kepada mereka. Ketika manusia benar-benar bertobat, hati Tuhan akan berubah, dan amarah-Nya akan reda. Ketika manusia terus dengan keras kepala menentang Tuhan, amarah-Nya tidak akan reda; murka-Nya akan terus menekan mereka sedikit demi sedikit sampai mereka hancur. Inilah hakikat dari watak Tuhan. Terlepas dari apakah Tuhan mengungkapkan murka atau belas kasih dan kasih setia, tindakan, perilaku, dan sikap manusia terhadap Tuhan di lubuk hatinya menentukan apa yang dinyatakan lewat pengungkapan watak Tuhan. Jika Tuhan terus-menerus menghakimi seseorang dengan murka-Nya, maka hati orang ini sudah pasti menentang Tuhan. Karena ia tidak pernah benar-benar bertobat, menundukkan kepalanya di hadapan Tuhan atau memiliki kepercayaan sejati kepada Tuhan, ia tidak pernah mendapatkan belas kasih dan toleransi Tuhan. Jika seseorang menerima pemeliharaan Tuhan dan sering mendapatkan belas kasih dan toleransi-Nya, maka orang ini dapat dipastikan memiliki kepercayaan yang sejati kepada Tuhan dalam hatinya, dan hatinya tidak menentang Tuhan. Ia seringkali bertobat dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan, oleh karena itu, walaupun disiplin hukuman Tuhan seringkali datang atas orang ini, murka-Nya tidak akan menimpa orang tersebut.

Uraian singkat ini membuat manusia bisa melihat hati Tuhan, melihat kenyataan hakikat-Nya, melihat bahwa amarah Tuhan dan perubahan hati-Nya bukan tanpa sebab. Meskipun ada perbedaan besar yang Tuhan tunjukkan ketika Dia marah dan ketika Dia mengubah hati-Nya, yang membuat manusia percaya ada jurang pemisah yang besar atau ada perbedaan yang sangat besar antara dua aspek hakikat Tuhan—kemarahan-Nya dan toleransi-Nya—sikap Tuhan terhadap pertobatan penduduk Niniwe sekali lagi membuat manusia bisa melihat sisi lain dari watak Tuhan yang benar. Perubahan hati Tuhan benar-benar membuat umat manusia sekali lagi dapat melihat kebenaran tentang belas kasih dan kasih setia Tuhan dan melihat pengungkapan sejati hakikat Tuhan. Umat manusia tidak bisa tidak harus mengakui bahwa belas kasih dan kasih setia Tuhan bukanlah mitos, atau kisah rekaan. Ini karena perasaan Tuhan pada saat itu nyata; perubahan hati Tuhan nyata; Tuhan memang memberikan belas kasih dan toleransi-Nya kepada umat manusia sekali lagi.

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?