Firman Tuhan Harian: Inkarnasi | Kutipan 138

06 Maret 2021

Tuhan datang ke bumi bukan untuk menyempurnakan kemanusiaan-Nya yang normal. Dia datang bukan untuk melakukan pekerjaan kemanusiaan yang normal, tetapi hanya untuk melakukan pekerjaan keilahian dalam kemanusiaan yang normal. Apa yang dibicarakan oleh Tuhan tentang kemanusiaan yang normal berbeda dengan apa yang dibayangkan oleh manusia. Manusia mengartikan "kemanusiaan yang normal" sebagai memiliki istri, atau suami, dan anak-anak lelaki dan perempuan. Itu adalah bukti bahwa seseorang adalah orang yang normal. Tetapi Tuhan memandangnya tidak seperti ini. Dia melihat kemanusiaan yang normal sebagai manusia yang memiliki pikiran manusia biasa, hidup seperti manusia biasa, dan dilahirkan dari manusia biasa. Akan tetapi kenormalan-Nya tidak termasuk memiliki istri, atau suami, atau anak sebagaimana kenormalan yang dimengerti oleh manusia. Yang berarti, bagi manusia, kemanusiaan yang normal sebagaimana dibicarakan oleh Tuhan adalah apa yang dianggap manusia sebagai ketiadaan kemanusiaan, tidak memiliki emosi dan sepertinya tidak memiliki kebutuhan duniawi, sama seperti Yesus, yang hanya memiliki penampilan luar orang biasa dan memiliki wujud orang biasa, tetapi secara esensi tidak sepenuhnya memiliki apa yang seharusnya dimiliki oleh orang biasa. Dari sini bisa terlihat bahwa substansi Tuhan yang berinkarnasi tidak mencakup keseluruhan kemanusiaan yang normal, tetapi hanya sebagian kecil dari hal yang dengannya manusia bisa hidup, agar dapat menjalankan rutinitas hidup manusia biasa, dan menunjang daya nalar manusia biasa. Tetapi semua itu tidak ada hubungannya dengan apa yang dianggap oleh manusia sebagai kemanusiaan yang normal. Itulah yang harusnya dimiliki oleh Tuhan yang berinkarnasi. Akan tetapi, ada orang yang bersikukuh mengatakan bahwa Tuhan yang berinkarnasi baru bisa dikatakan memiliki kemanusiaan yang normal jika Dia punya istri, anak lelaki dan perempuan, sebuah keluarga. Tanpa itu, kata mereka, Dia bukan orang normal. Aku bertanya kepadamu kalau begitu, "Apakah Tuhan memiliki istri? Apakah mungkin Tuhan punya suami? Bisakah Tuhan punya anak?" Bukankah semua ini kekeliruan? Tetapi Tuhan yang berinkarnasi tidak mungkin berasal dari retakan di antara batu atau jatuh dari langit. Dia hanya bisa dilahirkan dari keluarga manusia biasa. Itu sebabnya Dia memiliki orang tua dan beberapa saudara perempuan. Semua ini adalah hal yang harus dimiliki oleh kemanusiaan normal Tuhan yang berinkarnasi. Itulah yang terjadi dengan Yesus. Yesus punya ayah dan ibu, saudara laki-laki dan perempuan. Semuanya normal. Tetapi, jika Dia memiliki istri serta putra dan putri, maka keberadaan-Nya bukanlah kemanusiaan yang normal yang Tuhan maksudkan untuk dimiliki oleh Tuhan yang berinkarnasi. Jika itu yang terjadi, Dia tidak akan mampu bekerja atas nama keilahian. Justru karena Dia tidak memiliki istri atau anak, namun dilahirkan dari manusia biasa ke dalam keluarga biasa, sehingga Dia mampu melakukan pekerjaan keilahian. Untuk menjelaskannya lebih lanjut, Tuhan menganggap orang biasa adalah orang yang lahir dalam keluarga biasa. Hanya orang seperti itu yang layak melakukan pekerjaan ilahi. Jika, di sisi lain, orang memiliki istri, anak, atau suami, maka orang itu tidak bisa melakukan pekerjaan ilahi, karena dia hanya akan memiliki kemanusiaan normal yang manusia butuhkan tetapi bukan kemanusiaan normal yang Tuhan butuhkan. Apa yang Tuhan pikirkan dan apa yang manusia pahami sering kali sangat berbeda jauh. Dalam tahap pekerjaan Tuhan ini, ada banyak yang bertentangan dan berbeda sekali dengan gagasan manusia. Bisa dikatakan bahwa dalam tahap pekerjaan Tuhan ini sepenuhnya terdiri dari keilahian yang bekerja secara praktis, dengan kemanusiaan sebagai peran pendukung. Karena Tuhan datang ke bumi untuk melakukan pekerjaan-Nya sendiri bukan membiarkan manusia mengerjakannya, itu sebabnya Dia sendiri berinkarnasi dalam daging (dalam bentuk manusia biasa yang tidak lengkap) untuk melakukan pekerjaan-Nya. Dia memanfaatkan inkarnasi ini untuk menyajikan sebuah zaman baru kepada umat manusia, memberi tahu manusia tentang tahap berikut dalam pekerjaan-Nya, dan meminta mereka melakukannya sesuai dengan jalan yang dijelaskan dalam firman-Nya. Dengan ini, Tuhan menuntaskan pekerjaan-Nya dalam daging, dan Dia akan meninggalkan umat manusia, tidak lagi bersemayam dalam daging dari kemanusiaan yang normal, tetapi menyingkir dari manusia untuk melanjutkan bagian lain dari pekerjaan-Nya. Lalu, setelah memakai orang yang berkenan di hati-Nya, Dia meneruskan pekerjaan-Nya di bumi di antara sekelompok orang ini, tetapi dalam kemanusiaan mereka.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perbedaan Mendasar antara Tuhan yang Berinkarnasi dan Orang-Orang yang Dipakai oleh Tuhan"

Lihat lebih banyak

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Bagikan

Batalkan