Firman Tuhan Harian: Jalan Masuk ke Dalam Kehidupan | Kutipan 478

10 Maret 2021

Petrus disempurnakan setelah melewati penanganan dan pemurnian. Ia berkata, "Aku harus memuaskan keinginan Tuhan setiap saat. Dalam segala yang kulakukan, aku hanya ingin memuaskan keinginan Tuhan, dan entah aku dihajar, atau dihakimi, aku akan tetap senang melakukannya." Petrus memberikan segala yang ada padanya kepada Tuhan, dan pekerjaannya, perkataannya, serta seluruh hidupnya semua demi mengasihi Tuhan. Ia adalah seorang yang mencari kekudusan, dan semakin banyak yang dialaminya, semakin besar kasihnya kepada Tuhan jauh di dalam lubuk hatinya. Sementara itu, Paulus hanya melakukan pekerjaan di luar saja, dan meskipun ia juga bekerja keras, jerih lelahnya sekadar untuk dapat bekerja dengan baik dan dengan demikian mendapat upah. Seandainya ia tahu bahwa ia tak akan mendapat upah, ia pasti sudah menyerah dalam pekerjaannya itu. Perkara yang dihiraukan Petrus hanyalah kasih sejati dalam hatinya, dan hal yang praktis serta dapat dicapai. Ia tidak menghiraukan apakah ia akan menerima upah, melainkan apakah wataknya dapat diubahkan. Paulus menghiraukan soal bekerja lebih keras lagi, ia menghiraukan soal pekerjaan dan pengabdian lahiriah, dan doktrin-doktrin yang tidak dialami oleh orang biasa. Ia sama sekali tidak menghiraukan soal perubahan jauh dalam lubuk hatinya dan kasih sejati kepada Tuhan. Pengalaman Petrus bertujuan untuk mencapai kasih sejati dan pengenalan sejati. Pengalamannya bertujuan agar hubungannya lebih dekat dengan Tuhan, dan untuk mendapatkan cara hidup yang praktis. Pekerjaan Paulus dilakukan karena pekerjaan itu dipercayakan kepadanya oleh Yesus, dan untuk mendapatkan hal-hal yang didambakannya, tetapi hal-hal ini tidak berkaitan dengan pengenalan akan dirinya sendiri dan akan Tuhan. Pekerjaannya semata-mata demi meloloskan diri dari hajaran dan penghakiman. Perkara yang dicari Petrus adalah kasih yang murni, dan perkara yang dicari Paulus adalah mahkota kebenaran. Petrus mengalami pekerjaan Roh Kudus selama bertahun-tahun, dan memiliki pengenalan yang praktis tentang Kristus, serta pengenalan yang mendalam akan dirinya sendiri. Jadi, kasihnya kepada Tuhan murni. Bertahun-tahun pemurnian telah meningkatkan pengenalannya akan Yesus dan kehidupan, dan kasihnya adalah kasih yang tak bersyarat, kasih yang spontan, dan ia tak menuntut apa-apa sebagai balasan, tak pula ia berharap mendapat keuntungan apa pun. Paulus bekerja selama bertahun-tahun, tetapi ia tidak memiliki pengenalan yang mendalam akan Kristus, dan pengenalannya akan dirinya sendiri pun sangat sedikit. Ia tak memiliki kasih sama sekali kepada Kristus, dan pekerjaannya serta perjalanan yang dilaluinya bertujuan agar ia mendapatkan penghargaan pada akhirnya. Perkara yang dicarinya adalah mahkota yang paling cemerlang, bukan kasih yang termurni. Ia tidak berusaha secara aktif, tetapi melakukannya secara pasif. Ia tidak melakukan tugasnya, tetapi dipaksa dalam pengejarannya, setelah dicengkram oleh pekerjaan Roh Kudus. Jadi, pengejarannya bukanlah bukti bahwa ia ciptaan Tuhan yang layak. Petruslah ciptaan Tuhan yang layak dan melakukan tugasnya. Manusia berpikir bahwa semua yang berkontribusi kepada Tuhan semestinya mendapat upah, dan semakin besar kontribusi yang diberikan, tentu semakin besar pula perkenanan Tuhan yang semestinya diterimanya. Pada hakikatnya, sudut pandang manusia bersifat jual beli, dan ia tidak berusaha dengan giat melakukan tugasnya sebagai ciptaan Tuhan. Bagi Tuhan, semakin orang mengusahakan kasih sejati kepada Tuhan dan ketaatan penuh kepada Tuhan, yang juga berarti berusaha melakukan tugasnya sebagai ciptaan Tuhan, semakin mereka dapat memperoleh perkenanan Tuhan. Dalam sudut pandang Tuhan, Dia ingin agar manusia dipulihkan pada tugas dan kedudukannya semula. Manusia adalah ciptaan Tuhan, jadi manusia seharusnya tidak melewati batasnya sendiri dengan membuat tuntutan kepada Tuhan, dan seharusnya tidak melakukan apa pun selain melakukan tugasnya sebagai ciptaan Tuhan. Tempat tujuan Paulus dan Petrus ditentukan berdasarkan apakah mereka dapat melakukan tugas mereka sebagai ciptaan Tuhan, dan bukan berdasarkan ukuran kontribusi mereka. Tempat tujuan mereka ditentukan berdasarkan perkara yang mereka cari sejak semula, bukan berdasarkan berapa banyak pekerjaan yang mereka lakukan, atau perkiraaan orang lain mengenai mereka. Jadi, giat mengusahakan tugas kita sebagai ciptaan Tuhan adalah jalan menuju keberhasilan; mengupayakan jalan kasih sejati kepada Tuhan adalah jalan yang paling benar; mengusahakan perubahan pada watak lama seseorang, dan mengusahakan kasih yang murni kepada Tuhan, adalah jalan menuju keberhasilan. Jalan menuju keberhasilan tersebut adalah jalan pemulihan tugas yang semula serta jalan penampakan ciptaan Tuhan yang semula. Inilah jalan pemulihan, serta inilah tujuan semua pekerjaan Tuhan dari awal hingga akhir. Jika pengejaran manusia dinodai dengan tuntutan pribadi yang berlebih-lebihan serta keinginan yang tidak masuk akal, hasil yang dicapai tidak akan berupa perubahan dalam watak manusia. Hal ini bertentangan dengan pekerjaan pemulihan. Pekerjaan itu pasti bukanlah pekerjaan yang dilakukan Roh Kudus, sehingga membuktikan bahwa pengejaran semacam ini tidak berkenan kepada Tuhan. Apakah gunanya pengejaran yang tidak berkenan kepada Tuhan?

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"

Lihat lebih banyak

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Bagikan

Batalkan