Firman Tuhan Harian: Mengenal Tuhan | Kutipan 120

Memahami Otoritas Tuhan dari Sudut Pandang Makro dan Mikro

Otoritas Tuhan itu unik. Otoritas ini merupakan pengungkapan yang khas, dan substansi yang khusus, identitas Tuhan itu sendiri. Tidak ada makhluk, baik ciptaan maupun bukan ciptaan, yang memiliki pengungkapan yang khas dan substansi khusus seperti itu; hanya Sang Pencipta yang memiliki otoritas seperti ini. Artinya, hanya Sang Penciptalah—Tuhan, Pribadi yang Unik—yang dinyatakan dengan cara ini dan memiliki substansi ini. Kenapa harus membahas tentang otoritas Tuhan? Bagaimana otoritas Tuhan itu sendiri berbeda dengan otoritas dalam pikiran manusia? Apa yang menjadikannya begitu istimewa? Mengapa sangat penting untuk membicarakannya di sini? Masing-masing dari kamu sekalian harus mempertimbangkan masalah ini dengan hati-hati. Bagi kebanyakan orang, "otoritas Tuhan" adalah sebuah konsep yang samar, yang sangat sukar dipahami, dan setiap pembahasan tentang hal tersebut cenderung tidak jelas. Jadi akan selalu ada kesenjangan antara pengetahuan tentang otoritas Tuhan yang mampu dimiliki oleh manusia dan hakikat dari otoritas Tuhan. Untuk menjembatani kesenjangan ini, seseorang harus secara bertahap mengenal otoritas Tuhan melalui orang lain, peristiwa, hal-hal, atau fenomena dunia nyata yang berada dalam jangkauan manusia, yang mampu dipahami manusia. Walaupun frasa "otoritas Tuhan" mungkin tampak sulit dicerna, otoritas Tuhan sama sekali tidak abstrak. Ia hadir bersama manusia dalam setiap menit kehidupannya, membimbingnya melewati setiap harinya. Sehingga, dalam kehidupan sehari-hari setiap orang ia tentu akan melihat dan mengalami aspek yang paling nyata dari otoritas Tuhan. Wujud Aspek yang nyata ini adalah bukti bahwa otoritas Tuhan benar-benar ada, dan sepenuhnya memungkinkan seseorang untuk menyadari dan memahami fakta bahwa Tuhan memiliki otoritas ini.

Tuhan menciptakan segala hal, dan sebagai pencipta, Ia memiliki kuasa atas segala hal. Selain memiliki kuasa atas segala hal, Ia juga memiliki kendali atas segala hal. Apa artinya pemikiran bahwa "Tuhan mengendalikan segalanya"? Bagaimana pemikiran ini dapat dijelaskan? Bagaimana penerapannya dalam kehidupan nyata? Bagaimana engkau sekalian dapat mengenal otoritas Tuhan dengan memahami kenyataan bahwa "Tuhan mengendalikan segalanya"? Dari frasa "Tuhan mengendalikan segalanya" itu sendiri, kita seharusnya melihat bahwa yang dikendalikan Tuhan bukanlah sebagian dari planet-planet, atau sebagian ciptaan, apalagi sebagian dari umat manusia, melainkan segalanya: dari yang berukuran raksasa sampai yang mikroskopis, dari yang tampak sampai yang tak kasat mata, dari bintang-bintang di alam semesta sampai makhluk hidup di atas bumi, beserta mikroorganisme yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang atau makhluk-makhluk yang hadir dalam wujud lain. Inilah definisi yang tepat dari "segala hal" yang Tuhan "kendalikan", dan juga cakupan dari otoritas Tuhan, inilah jangkauan kedaulatan dan kekuasaan-Nya.

Sebelum hadirnya umat manusia, kosmos—seluruh planet, semua bintang di langit—telah terlebih dahulu ada. Pada tingkat makro, benda-benda langit ini telah mengorbit secara teratur, di bawah kendali Tuhan, sepanjang keberadaan mereka, berapa lama pun itu. Planet mana yang bergerak ke titik mana pada waktu tertentu; planet mana yang mengerjakan tugas apa, dan kapan tugas tersebut dikerjakan; planet mana yang berputar di orbit yang mana, dan kapan ia menghilang atau digantikan—semuanya berjalan tanpa kesalahan sedikit pun. Posisi planet-planet tersebut, beserta jarak di antara mereka semuanya mengikuti suatu pola yang tetap, semuanya dapat dinyatakan dalam data yang akurat; jalur pergerakan mereka, kecepatan dan pola pengorbitan mereka, saat mereka berada dalam beragam posisi dapat dihitung secara akurat dan dinyatakan dalam hukum-hukum tertentu. Selama beraeon-aeon, planet-planet tersebut telah tunduk pada hukum-hukum ini, tidak pernah menyimpang sedikit pun. Tidak ada kuasa yang dapat mengubah atau mengganggu pergerakan orbit ataupun pola yang mereka ikuti. Karena hukum-hukum khusus yang mengatur pergerakan mereka serta data akurat yang menggambarkan pergerakan tersebut telah ditentukan sejak semula oleh otoritas Sang Pencipta, mereka taat kepada hukum-hukum ini dengan sendirinya, di bawah kedaulatan dan kendali Sang Pencipta. Pada tingkat makro, tidaklah sulit bagi manusia untuk menemukan beberapa pola, sejumlah data, dan juga sekumpulan hukum atau fenomena yang ganjil dan tidak dapat dijelaskan. Walaupun umat manusia tidak mengakui bahwa Tuhan itu ada, tidak mau menerima fakta bahwa Sang Penciptalah yang menciptakan dan yang punya kuasa atas segala hal, dan terlebih lagi tidak mengakui adanya otoritas Sang Pencipta, para ilmuwan, ahli astronomi, dan ahli fisika menemukan semakin banyak petunjuk bahwa keberadaan segala hal di dalam alam semesta, serta prinsip dan pola yang mengatur pergerakan hal-hal tersebut, semuanya dikendalikan dan diatur oleh energi tak dikenal yang besar dan tak terlihat. Fakta ini meyakinkan manusia untuk menghadapi dan mengakui bahwa ada Pribadi yang Perkasa di tengah pola-pola pergerakan ini, yang mengatur segala hal. Kuasa-Nya sungguh luar biasa, dan walaupun tidak ada yang dapat melihat wajah-Nya yang sesungguhnya, Ia mengatur dan mengendalikan segala hal setiap detiknya. Tidak ada manusia atau kekuatan yang bisa melampaui kedaulatan-Nya. Dihadapkan pada fakta ini, manusia harus mengakui bahwa hukum yang mengatur keberadaan segala hal tidak bisa dikendalikan oleh manusia, tidak bisa diubah oleh siapa pun; dan selain itu manusia harus mengakui bahwa mereka tidak bisa sepenuhnya memahami hukum-hukum ini. Dan hal-hal tersebut tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan diatur oleh seorang Tuhan dan Tuan. Semua ini adalah pengungkapan dari otoritas Tuhan yang bisa dimengerti oleh manusia pada tingkatan makro.

Pada tingkatan mikro, semua pegunungan, sungai, danau, laut dan daratan yang dapat dilihat manusia di bumi, semua musim yang mereka alami, segala sesuatu yang mendiami bumi, termasuk tanaman, hewan, mikroorganisme, dan manusia, tunduk pada kedaulatan Tuhan, dan dikendalikan Tuhan. Di bawah kedaulatan dan kendali Tuhan, segala hal muncul dan menghilang sesuai dengan pikiran-Nya, kehidupan mereka semuanya diatur oleh hukum-hukum tertentu, lalu mereka bertumbuh dan berkembang biak sesuai hukum tersebut. Tidak ada manusia atau sesuatu yang berada di atas hukum-hukum tersebut. Mengapa demikian? Jawaban satu-satunya adalah, karena otoritas Tuhan. Atau, dengan kata lain, karena pikiran dan firman Tuhan; karena Tuhan sendiri yang melakukan semua itu. Ini sama artinya dengan mengatakan bahwa otoritas Tuhan dan pikiran Tuhan-lah yang melahirkan hukum-hukum ini; mereka akan bergeser dan berubah sesuai pemikiran-Nya, dan pergeseran serta perubahan ini semuanya terjadi atau menghilang demi rencana-Nya. Contohnya, epidemi. Mereka menyebar tanpa peringatan, tanpa ada yang tahu asal-usul atau alasan pasti mengapa hal ini terjadi, dan ketika sebuah epidemi mencapai suatu tempat, mereka yang terkutuk tak akan bisa lari dari malapetaka. Ilmu pengetahuan manusia memahami epidemi sebagai sesuatu yang disebabkan oleh penyebaran mikroba yang berbahaya, dan kecepatan, rentang, serta cara penularannya tidak bisa diduga atau dikendalikan oleh ilmu pengetahuan manusia. Walaupun umat manusia mencoba melawannya dengan berbagai cara, mereka tidak bisa mengendalikan orang atau hewan mana yang tak terelakkan terkena imbas ketika epidemi menyebar. Satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh manusia adalah berusaha mencegah, melawan, dan meneliti epidemi tersebut. Akan tetapi, tidak seorang pun mengetahui akar penyebab yang dapat menjelaskan permulaan atau akhir dari masing-masing epidemi, dan tidak seorang pun bisa mengendalikannya. Dihadapkan dengan kemunculan dan penyebaran sebuah epidemi, langkah pertama yang diambil oleh manusia adalah mengembangkan sebuah vaksin, tetapi sering kali epidemi telah berakhir terlebih dahulu sebelum vaksin itu berhasil ditemukan. Lalu mengapa suatu epidemi bisa berakhir? Ada yang mengatakan bahwa bakteri-bakteri pembawanya sudah bisa dikendalikan, ada juga yang mengatakan bahwa bakteri-bakteri itu mati karena pergantian musim…. Apakah spekulasi-spekulasi tersebut benar, ilmu pengetahuan tidak bisa memberikan penjelasan, tidak memberikan jawaban yang pasti. Yang dihadapi umat manusia bukan hanya spekulasi-spekulasi seperti ini, melainkan juga kurangnya pemahaman manusia serta ketakutan akan epidemi. Pada analisis terakhir, tidak seorang pun tahu mengapa epidemi itu terjadi atau berakhir. Karena umat manusia hanya percaya kepada ilmu pengetahuan, bergantung sepenuhnya kepadanya, tetapi tidak mengakui otoritas Sang Pencipta ataupun menerima kedaulatan-Nya, mereka tidak akan pernah menemukan jawaban.

Di bawah kedaulatan Tuhan, segala hal muncul dan musnah oleh otoritas-Nya, oleh pengelolaan-Nya. Ada hal-hal yang datang dan pergi begitu saja, dan manusia tidak tahu dari mana mereka datang ataupun memahami aturan yang mereka ikuti; terlebih lagi, mereka tidak mengerti alasan mengapa hal-hal itu datang dan pergi. Meskipun manusia bisa menyaksikan, mendengar, atau mengalami segala hal yang terjadi di tengah berbagai hal lain; meskipun semua hal itu berpengaruh terhadap manusia, dan meskipun manusia di bawah alam sadarnya memahami ketidakteraturan, keteraturan, atau bahkan keganjilan dari berbagai fenomena, ia tetap tidak mengetahui apa pun tentang kehendak Sang Pencipta beserta pikiran-Nya yang berada di baliknya. Ada banyak cerita di baliknya, berbagai kebenaran yang tersembunyi. Karena manusia telah mengembara jauh dari Sang Pencipta, sebab ia tidak mau menerima kenyataan bahwa otoritas Sang Pencipta mengatur segala hal, ia tidak akan pernah mengetahui dan memahami segala hal yang terjadi di bawah kedaulatannya. Secara umum, kendali dan kedaulatan Tuhan melampaui batas imajinasi manusia, pengetahuan manusia, pemahaman manusia, batas yang dapat dicapai ilmu pengetahuan manusia; kemampuan yang dimiliki manusia ciptaan tidak bisa menandinginya. Beberapa orang berkata, "Karena engkau belum menyaksikan sendiri kedaulatan Tuhan, bagaimana engkau bisa percaya bahwa segala hal berada di bawah otoritas-Nya?" Namun melihat tidak selalu berarti percaya; melihat tidak selalu berarti mengakui dan memahami. Jadi dari mana datangnya kepercayaan? Aku dapat berkata dengan pasti, "Kepercayaan datang dari besar dan dalamnya pemahaman dan pengetahuan seseorang akan realitas dan akar penyebab dari segala hal." Jika engkau percaya bahwa Tuhan itu ada, tapi engkau tidak bisa mengakui, apalagi mengalami kenyataan tentang kendali dan kedaulatan Tuhan atas segala hal, di dalam hatimu engkau tidak akan pernah mengakui bahwa Tuhan memiliki otoritas demikian dan bahwa otoritas Tuhan itu unik. Engkau tidak akan pernah benar-benar menerima Sang Pencipta sebagai Tuhan dan Rajamu.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait