Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I

Bagian Tiga

Berikutnya, kita akan membahas kisah tentang Nuh dan bagaimana kisah ini berkaitan dengan topik mengenai pekerjaan Tuhan, watak Tuhan, dan Tuhan itu sendiri.

Apa yang engkau semua lihat Tuhan lakukan kepada Nuh dalam bagian kitab suci ini? Mungkin semua orang yang duduk di sini tahu sesuatu tentang kisah ini dari membaca kitab suci: Tuhan menyuruh Nuh membangun bahtera, kemudian Tuhan menghancurkan dunia dengan air bah. Tuhan menyuruh Nuh membangun bahtera untuk menyelamatkan keluarganya yang beranggotakan delapan orang, yang memungkinkan mereka bertahan hidup dan menjadi nenek moyang bagi umat manusia generasi berikutnya. Sekarang mari kita membaca Kitab Suci.

B. Nuh

1. Tuhan Bermaksud Menghancurkan Dunia dengan Air Bah dan Memerintahkan Nuh untuk Membangun Bahtera

Kejadian 6:9-14 Inilah kisah Nuh. Nuh adalah orang yang benar dan tidak bercela di dalam generasinya, dan Nuh berjalan bersama Tuhan. Nuh memiliki tiga anak, Sem, Ham, dan Yafet. Namun bumi sudah rusak di hadapan Tuhan dan penuh dengan kekerasan. Tuhan memandang bumi itu dan melihat bumi memang sudah rusak, karena semua manusia sudah berdosa dalam cara hidupnya di bumi. Lalu Tuhan berfirman kepada Nuh: "Akhir semua makhluk hidup sudah ada di hadapan-Ku; karena bumi penuh dengan kekerasan oleh mereka, maka Aku akan menghancurkan mereka bersama-sama dengan bumi. Buatlah sebuah bahtera dari kayu gofir; petak-petak ruang haruslah engkau buat di dalamnya dan engkau harus melapisinya dari luar dan dari dalam dengan pakal."

Kejadian 6:18-22 Tetapi dengan engkau Aku akan menetapkan perjanjian-Ku, dan engkau akan masuk ke dalam bahtera itu, yaitu engkau bersama-sama dengan anak-anakmu dan istrimu, dan istri anak-anakmu. Dan dari segala makhluk yang hidup, satu pasang dari tiap jenis haruslah engkau bawa ke dalam bahtera itu, supaya hidup mereka tetap terpelihara bersama engkau; mereka haruslah jantan dan betina. Dari segala jenis burung, dan segala jenis ternak, dari segala jenis binatang melata di bumi, masing-masing satu pasang harus datang kepadamu, supaya hidup mereka tetap terpelihara. Dan bawalah bersamamu segala yang bisa engkau makan, dan engkau harus mengumpulkannya untuk menjadi makanan bagimu dan makanan mereka. Itulah yang dilakukan Nuh, tepat seperti yang Tuhan perintahkan, demikianlah dilakukannya.

Apakah engkau semua sekarang memiliki pemahaman umum tentang siapa Nuh setelah membaca perikop-perikop ini? Orang macam apakah Nuh itu? Teks asli mengatakan: "Nuh adalah orang yang benar dan tidak bercela di dalam generasinya." Menurut pemahaman orang modern, orang macam apakah yang dianggap "orang yang benar" pada zaman itu? Orang yang benar seharusnya orang yang sempurna. Tahukah engkau semua apakah orang yang sempurna ini sempurna di mata manusia atau sempurna di mata Tuhan? Tidak diragukan lagi, orang yang sempurna ini adalah orang yang sempurna di mata Tuhan, tetapi tidak sempurna di mata manusia. Ini pasti! Hal ini karena manusia buta dan tidak dapat melihat, dan hanya Tuhan yang memandang ke seluruh bumi dan ke setiap manusia, dan hanya Tuhan yang tahu bahwa Nuh adalah orang yang sempurna. Oleh karena itu, rencana Tuhan untuk menghancurkan dunia dengan air bah dimulai dari saat Ia memanggil Nuh.

Pada zaman itu, Tuhan bermaksud memanggil Nuh untuk melakukan hal yang sangat penting. Mengapa tugas ini harus dilakukan? Karena Tuhan punya rencana di hati-Nya pada saat itu. Rencana-Nya adalah menghancurkan dunia dengan air bah. Mengapa Ia hendak menghancurkan dunia? Seperti yang dikatakan di sini: "Bumi sudah rusak di hadapan Tuhan dan penuh dengan kekerasan." Apa yang engkau tangkap dari frasa "bumi penuh dengan kekerasan"? Ini adalah sebuah fenomena di bumi di mana dunia dan orang-orang di dalamnya sudah rusak hingga ke tingkat yang ekstrem; itulah yang dimaksud dengan: "bumi penuh dengan kekerasan." Dalam bahasa zaman sekarang, "penuh dengan kekerasan" artinya segala sesuatu dalam keadaan kacau balau. Bagi manusia, itu berarti bahwa keteraturan sudah hilang di semua lapisan masyarakat, dan bahwa segala sesuatunya telah menjadi kacau dan sulit untuk dikelola. Di mata Tuhan, itu berarti orang-orang di dunia sudah terlalu rusak. Namun, rusak sampai sejauh mana? Sedemikian rusaknya sampai-sampai Tuhan tidak tahan lagi melihat atau bersabar terhadap mereka. Sedemikian rusaknya sampai-sampai Tuhan bermaksud untuk menghancurkan mereka. Ketika Tuhan berketetapan untuk menghancurkan dunia, Ia berencana menemukan seseorang untuk membangun bahtera. Tuhan memilih Nuh untuk melakukan tugas ini; artinya, Dia menyuruh Nuh untuk membangun bahtera. Mengapa Ia memilih Nuh? Di mata Tuhan, Nuh adalah orang yang benar; apa pun yang Tuhan perintahkan untuk ia lakukan, Nuh akan melakukannya sesuai dengan yang diperintahkan. Itu artinya, Nuh bersedia melakukan apa pun yang Tuhan perintahkan kepadanya. Tuhan ingin menemukan seseorang seperti ini untuk bekerja bersama-Nya, untuk menyelesaikan apa yang telah Ia percayakan—untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya di bumi. Pada saat itu, adakah orang lain selain Nuh yang dapat menyelesaikan tugas semacam itu? Tentu tidak! Nuh adalah satu-satunya kandidat, satu-satunya orang yang dapat menyelesaikan apa yang Tuhan percayakan, jadi, Tuhan memilihnya. Namun, apakah batas dan standar Tuhan sekarang untuk menyelamatkan manusia sama seperti dahulu? Jawabannya adalah pasti ada perbedaan! Mengapa Aku menanyakan hal ini? Nuh adalah satu-satunya orang yang benar di mata Tuhan pada waktu itu, yang berarti bahwa istrinya, putra-putranya, maupun menantunya bukanlah orang benar, tetapi Tuhan tetap menyelamatkan mereka karena Nuh. Tuhan tidak menuntut mereka sama seperti Ia menuntut orang-orang zaman sekarang, dan sebaliknya Ia membiarkan kedelapan anggota keluarga Nuh tetap hidup. Mereka menerima berkat Tuhan karena kebenaran Nuh. Tanpa Nuh, tidak ada seorang pun dari mereka yang dapat menyelesaikan apa yang telah Tuhan percayakan. Oleh karena itu, Nuh adalah satu-satunya orang yang seharusnya bertahan hidup dalam penghancuran dunia pada waktu itu, dan yang lainnya hanyalah penerima jaminan. Ini menunjukkan bahwa, pada zaman sebelum Tuhan secara resmi memulai pekerjaan pengelolaan-Nya, prinsip-prinsip dan standar-standar yang digunakan-Nya untuk memperlakukan manusia dan meminta dari mereka relatif lebih santai. Bagi orang-orang pada zaman sekarang, cara Tuhan memperlakukan keluarga Nuh yang terdiri dari delapan orang itu tampak kurang adil. Namun, dibandingkan dengan banyaknya pekerjaan yang Ia kerjakan sekarang dalam diri orang-orang dan banyaknya firman yang Ia sampaikan sekarang, perlakuan Tuhan terhadap keluarga Nuh yang terdiri dari delapan orang itu hanyalah sebuah prinsip kerja dengan mempertimbangkan latar belakang pekerjaan-Nya pada waktu itu. Jika dibandingkan, apakah keluarga Nuh yang terdiri dari delapan orang itu menerima lebih banyak dari Tuhan ataukah orang-orang zaman sekarang yang menerima lebih banyak?

Bahwa Nuh dipanggil adalah fakta yang sederhana, tetapi poin utama dari apa yang kita bicarakan—watak Tuhan, kehendak-Nya, dan esensi-Nya dalam catatan ini—tidaklah sederhana. Untuk memahami beberapa aspek tentang Tuhan ini, pertama-tama kita harus memahami orang seperti apa yang ingin Tuhan panggil, dan melalui ini, kita memahami watak, kehendak, dan esensi-Nya. Ini sangat penting. Jadi, di mata Tuhan, orang seperti apakah yang Ia panggil? Orang ini haruslah seseorang yang dapat mendengarkan firman-Nya dan yang dapat mengikuti perintah-perintah-Nya. Pada saat yang sama, orang ini juga haruslah seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab, seseorang yang akan melaksanakan firman Tuhan dengan memperlakukannya sebagai tanggung jawab dan tugas yang harus mereka penuhi. Lalu, apakah orang ini harus seseorang yang mengenal Tuhan? Tidak. Pada waktu itu, Nuh belum mendengar terlalu banyak tentang pengajaran Tuhan atau mengalami pekerjaan Tuhan apa pun. Oleh karena itu, pengetahuan Nuh akan Tuhan sangat sedikit. Walaupun dicatat di sini bahwa Nuh berjalan bersama Tuhan, apakah ia pernah melihat pribadi Tuhan? Jawabannya adalah pasti tidak! Karena pada waktu itu, hanya utusan Tuhan yang datang ke antara manusia. Meskipun mereka dapat mewakili Tuhan dalam mengatakan dan melakukan berbagai hal, mereka hanya menyampaikan kehendak dan maksud Tuhan. Pribadi Tuhan tidak disingkapkan kepada manusia secara berhadapan muka. Di bagian kitab suci ini, pada dasarnya yang kita lihat hanyalah apa yang Nuh harus lakukan dan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Jadi, apakah esensi yang Tuhan ungkapkan di sini? Segala sesuatu yang Tuhan lakukan direncanakan dengan ketepatan. Ketika Ia melihat sesuatu atau situasi yang terjadi, di mata-Nya ada standar untuk mengukurnya, dan standar ini menentukan apakah Ia melaksanakan sebuah rencana untuk berurusan dengan hal itu atau pendekatan apa yang harus diambil dalam berurusan dengan hal dan situasi tersebut. Ia tidak bersikap acuh tak acuh atau tidak berperasaan terhadap segala sesuatu. Sebenarnya, justru sebaliknya. Ada ayat di sini yang menyatakan apa yang Tuhan katakan kepada Nuh: "Akhir semua makhluk hidup sudah ada di hadapan-Ku; karena bumi penuh dengan kekerasan oleh mereka, maka Aku akan menghancurkan mereka bersama-sama dengan bumi." Ketika Tuhan mengatakan ini, apakah yang Ia maksudkan Ia menghancurkan hanya manusia? Tidak! Tuhan berkata Ia akan menghancurkan semua makhluk hidup dari daging. Mengapa Tuhan menginginkan kehancuran? Ada penyingkapan lain dari watak Tuhan di sini; di mata Tuhan, ada batas untuk kesabaran-Nya terhadap kerusakan manusia, terhadap kenajisan, kekerasan, dan ketidaktaatan semua yang berdaging. Apakah batas-Nya? Batas-Nya seperti yang Tuhan katakan: "Tuhan memandang bumi itu dan melihat bumi memang sudah rusak, karena semua manusia sudah berdosa dalam cara hidupnya di bumi." Apa yang dimaksud dengan frasa "karena semua manusia sudah berdosa dalam cara hidupnya di bumi"? Artinya semua makhluk hidup, termasuk mereka yang mengikuti Tuhan, mereka yang memanggil nama Tuhan, mereka yang pernah mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan, mereka yang secara lisan mengakui Tuhan dan bahkan memuji Tuhan—begitu perilaku mereka penuh dengan kerusakan dan terlihat oleh Tuhan, Ia harus menghancurkan mereka. Itulah batas Tuhan. Jadi, sampai sejauh mana Tuhan tetap bersabar terhadap manusia dan kerusakan semua yang berdaging? Sampai satu titik di mana semua orang, baik pengikut Tuhan maupun orang tidak percaya, tidak lagi berjalan di jalan yang benar. Sampai satu titik di mana manusia tidak hanya rusak secara moral dan penuh dengan kejahatan, tetapi juga tak seorang pun yang percaya akan keberadaan Tuhan, apalagi orang yang percaya bahwa dunia ini dikuasai oleh Tuhan dan bahwa Tuhan dapat memberi terang dan jalan yang benar bagi manusia. Sampai satu titik di mana manusia meremehkan keberadaan Tuhan dan tidak mengizinkan Tuhan ada. Begitu kerusakan manusia mencapai titik ini, Tuhan tidak akan bersabar lagi. Apa yang akan menggantikan kesabaran-Nya? Datangnya murka Tuhan dan hukuman Tuhan. Bukankah ini adalah sebagian penyingkapan dari watak Tuhan? Di zaman sekarang ini, tidak adakah orang yang benar di mata Tuhan? Tidak adakah manusia yang sempurna di mata Tuhan? Apakah zaman ini adalah zaman di mana perilaku semua yang berdaging di bumi rusak di mata Tuhan? Di zaman sekarang ini, selain mereka yang Tuhan ingin sempurnakan dan mereka yang dapat mengikuti Tuhan dan menerima penyelamatan-Nya, bukankah semua manusia yang terbuat dari daging sedang menguji batas kesabaran Tuhan? Bukankah segala sesuatu yang terjadi di sampingmu—yang engkau lihat dengan matamu dan dengar dengan telingamu, dan yang secara pribadi engkau alami setiap hari di dunia ini—penuh dengan kekerasan? Di mata Tuhan, bukankah dunia seperti ini, zaman seperti ini, seharusnya diakhiri? Meskipun latar belakang zaman sekarang sepenuhnya berbeda dengan latar belakang di zaman Nuh, perasaan dan murka yang Tuhan miliki terhadap kerusakan manusia tetap sama persis seperti pada waktu itu. Tuhan sanggup bersabar oleh karena pekerjaan-Nya, tetapi dengan mempertimbangkan segala macam keadaan dan kondisi, di mata Tuhan, dunia ini seharusnya sudah dihancurkan sejak lama. Situasi sekarang jauh melampaui situasi di masa lalu ketika dunia dihancurkan oleh air bah. Namun, apa perbedaannya? Ini juga merupakan hal yang paling menyedihkan hati Tuhan, dan mungkin merupakan sesuatu yang tak dapat dihargai oleh seorang pun di antaramu.

Ketika Ia menghancurkan dunia dengan air bah, Tuhan dapat memanggil Nuh untuk membangun bahtera dan melakukan beberapa pekerjaan persiapan. Tuhan dapat memanggil seorang manusia—Nuh—untuk melakukan serangkaian hal bagi Dia. Namun, di zaman sekarang, Tuhan tidak memiliki siapa pun untuk dipanggil. Mengapa demikian? Setiap orang yang duduk di sini mungkin mengerti dan mengetahui alasannya dengan sangat baik. Perlukah Aku menjabarkannya? Mengatakannya dengan lantang mungkin akan membuatmu kehilangan muka dan membuat semua orang kesal. Sebagian orang mungkin berkata: "Meskipun kami bukan orang benar dan kami bukan orang yang sempurna di mata Tuhan, jika Tuhan memerintahkan kami untuk melakukan sesuatu, kami akan masih mampu untuk melakukannya. Sebelumnya, ketika Ia berkata bahwa malapetaka akan datang, kami mulai mempersiapkan makanan dan barang-barang yang akan diperlukan dalam bencana. Bukankah semua ini dilakukan sesuai dengan tuntutan Tuhan? Bukankah kami benar-benar bekerja sama dengan pekerjaan Tuhan? Tidak dapatkah hal-hal yang kami lakukan ini dibandingkan dengan apa yang Nuh lakukan? Bukankah melakukan apa yang kami lakukan adalah ketaatan sejati? Bukankah kami mengikuti perintah Tuhan? Bukankah kami melakukan apa yang Tuhan katakan karena kami percaya kepada firman Tuhan? Lalu, mengapa Tuhan tetap sedih? Mengapa Tuhan berkata bahwa Ia tidak memiliki siapa pun untuk dipanggil?" Apakah ada perbedaan antara tindakanmu dan tindakan Nuh? Apa perbedaannya? (Mempersiapkan makanan pada hari ini untuk bencana adalah niat kami sendiri.) (Tindakan kami tidak dapat mencapai standar "benar", sementara Nuh adalah orang yang benar di mata Tuhan.) Apa yang engkau katakan tidak terlalu jauh. Apa yang Nuh lakukan sangat berbeda dengan apa yang orang lakukan sekarang. Ketika Nuh melakukan seperti yang Tuhan perintahkan, ia tidak tahu apa maksud Tuhan. Ia tidak tahu apa yang ingin Tuhan capai. Tuhan hanya memberinya perintah dan memerintahkannya untuk melakukan sesuatu, dan tanpa banyak penjelasan, Nuh langsung melakukannya. Ia tidak mencoba untuk diam-diam mencari tahu maksud Tuhan, ia juga tidak menentang Tuhan ataupun menunjukkan ketidaktulusan. Ia hanya pergi dan melakukannya sesuai perintah dengan hati yang murni dan sederhana. Apa pun yang Tuhan suruh ia lakukan, ia melakukannya, dan menaati serta mendengarkan firman Tuhan mendukung kepercayaannya dalam apa yang ia lakukan. Tanpa banyak berpikir dan sesederhana itulah ia menangani apa yang Tuhan percayakan. Esensinya—esensi tindakannya adalah ketaatan, tidak menebak-nebak, tidak menentang, dan terlebih lagi tidak memikirkan kepentingan pribadinya sendiri dan untung ruginya. Lebih jauh lagi, ketika Tuhan berkata Ia akan menghancurkan dunia dengan air bah, Nuh tidak bertanya kapan atau bertanya apa yang akan terjadi dengan segalanya, dan yang pasti ia tidak menanyakan kepada Tuhan bagaimana Ia akan menghancurkan dunia. Ia hanya melakukan seperti yang Tuhan perintahkan. Bagaimanapun Tuhan ingin itu dibuat dan dibuat dengan apa, ia melakukan persis seperti yang Tuhan minta dan juga mulai bertindak segera setelah diperintahkan. Ia bertindak sesuai dengan instruksi Tuhan dengan sikap yang ingin memuaskan hati Tuhan. Apakah ia melakukannya untuk membantunya menghindarkan diri dari bencana? Tidak. Apakah ia bertanya kepada Tuhan berapa lama lagi dunia akan dihancurkan? Tidak. Apakah ia bertanya kepada Tuhan atau apakah ia tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun bahtera? Ia juga tidak mengetahuinya. Ia hanya taat, mendengarkan, dan melakukan sesuai perintah. Orang pada zaman sekarang tidak sama: segera setelah mendengar sedikit informasi yang dibocorkan lewat firman Tuhan, segera setelah orang merasakan hanya kabar angin, mereka segera beraksi, tidak peduli apa dan terlepas dari berapa harganya, mereka mempersiapkan apa yang akan mereka makan, minum, dan gunakan setelahnya, bahkan merencanakan rute pelarian mereka saat bencana melanda. Yang lebih menarik lagi adalah bahwa pada momen kunci ini, otak manusia menjadi sangat "berguna". Dalam keadaan di mana Tuhan belum memberikan instruksi apa pun, manusia dapat merencanakan segalanya dengan sangat tepat. Engkau dapat menggunakan kata "sempurna" untuk menggambarkan rencana semacam itu. Sedangkan mengenai apa yang Tuhan katakan, apa maksud Tuhan, atau apa yang Tuhan inginkan, tidak seorang pun peduli dan tidak seorang pun berusaha untuk menghargainya. Bukankah itu adalah perbedaan terbesar antara orang-orang pada zaman sekarang dan Nuh?

Dalam catatan tentang kisah Nuh ini, apakah engkau semua melihat sebagian dari watak Tuhan? Ada batas untuk kesabaran Tuhan terhadap kerusakan, kenajisan, dan kekerasan manusia. Ketika Ia mencapai batas tersebut, Ia tidak akan lagi bersabar, dan sebaliknya Ia akan memulai pengelolaan baru dan rencana baru-Nya, mulai melakukan apa yang harus Ia lakukan, menyingkapkan perbuatan-Nya dan sisi lain dari watak-Nya. Tindakan-Nya ini bukan untuk menunjukkan bahwa Ia tidak pernah boleh disinggung oleh manusia atau bahwa Ia penuh dengan otoritas dan murka, dan bukan untuk menunjukkan bahwa Ia dapat menghancurkan umat manusia. Hanya saja watak-Nya dan esensi-Nya yang kudus tidak dapat lagi membiarkan atau tidak lagi memiliki kesabaran terhadap umat manusia yang semacam ini untuk hidup di hadapan-Nya, untuk hidup di bawah kekuasaan-Nya. Artinya, ketika seluruh umat manusia menentang Dia, ketika tidak ada seorang pun yang dapat Ia selamatkan di seluruh bumi, Ia tidak akan lagi bersabar terhadap umat manusia semacam itu, dan tanpa ragu, akan melaksanakan rencana-Nya—untuk menghancurkan umat manusia yang semacam ini. Tindakan Tuhan yang seperti ini ditentukan oleh watak-Nya. Ini adalah konsekuensi yang perlu, dan konsekuensi yang harus ditanggung oleh semua makhluk ciptaan di bawah kekuasaan Tuhan. Bukankah ini menunjukkan bahwa di zaman sekarang ini, Tuhan tidak sabar untuk menyelesaikan rencana-Nya dan menyelamatkan orang-orang yang ingin Ia selamatkan? Dalam keadaan seperti ini, apa yang paling Tuhan pedulikan? Bukan bagaimana mereka yang tidak mengikuti Dia sama sekali atau mereka yang melawan Dia memperlakukan-Nya atau menentang-Nya, atau bagaimana umat manusia memfitnah-Nya. Ia hanya peduli tentang apakah mereka yang mengikuti-Nya, objek penyelamatan-Nya dalam rencana pengelolaan-Nya, telah disempurnakan oleh-Nya, apakah mereka telah layak akan kepuasan hati-Nya. Sedangkan mengenai orang-orang selain mereka yang mengikuti Dia, Ia hanya sesekali saja memberi mereka sedikit hukuman untuk mengungkapkan murka-Nya. Misalnya: tsunami, gempa bumi, dan letusan gunung berapi. Pada saat yang sama, Ia juga sangat melindungi dan menjaga mereka yang mengikuti Dia dan yang akan diselamatkan oleh-Nya. Watak Tuhan adalah ini: di satu sisi, Ia dapat memiliki kesabaran dan toleransi yang luar biasa terhadap orang-orang yang ingin Ia sempurnakan, dan Ia dapat menunggu mereka selama mungkin; di sisi lain, Tuhan teramat sangat benci dan muak terhadap orang-orang tipe Iblis yang tidak mengikuti Dia dan yang melawan Dia. Meskipun Dia tidak peduli apakah orang-orang tipe Iblis ini mengikuti-Nya dan menyembah-Nya atau tidak, Ia tetap membenci mereka sementara bersabar terhadap mereka di dalam hati-Nya, dan ketika Ia menentukan kesudahan dari orang-orang tipe Iblis ini, Ia juga menantikan tibanya langkah-langkah rencana pengelolaan-Nya.

Mari kita melihat perikop berikutnya.

2. Berkat Tuhan bagi Nuh Setelah Air bah

Kejadian 9:1-6 Lalu Tuhan memberkati Nuh dan anak-anaknya dan berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah, bertambah banyak, dan penuhilah bumi. Segala binatang di bumi dan segala burung di udara, dan segala yang bergerak di bumi dan segala ikan di laut akan takut dan gentar terhadapmu; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan. Segala yang bergerak yang hidup akan menjadi makanan bagimu; dan juga tumbuhan hijau Aku berikan kepadamu. Tetapi daging yang masih ada nyawanya, yaitu darahnya, jangan engkau makan. Namun mengenai darahmu, yaitu nyawamu, Aku akan menuntutnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari tangan manusia, Aku akan menuntutnya, dari setiap tangan saudaranya, Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. Siapa yang menumpahkan darah manusia, ia harus membayar dengan menumpahkan darahnya sendiri; karena manusia diciptakan menurut gambar Tuhan."

Apa yang engkau semua lihat dari perikop ini? Mengapa Aku memilih ayat-ayat ini? Mengapa Aku tidak memilih kutipan tentang Nuh dan kehidupan keluarganya di dalam bahtera? Karena informasi itu tidak banyak berhubungan dengan topik yang sedang kita komunikasikan pada hari ini. Yang menjadi fokus kita adalah watak Tuhan. Jika engkau semua ingin mengetahui mengenai detail-detail kisah tersebut, engkau dapat mengambil Alkitab dan membacanya sendiri. Kita tidak akan membahas tentang hal itu di sini. Hal utama yang kita bahas sekarang adalah tentang bagaimana mengetahui tindakan-tindakan Tuhan.

Setelah Nuh menerima perintah Tuhan dan membangun bahtera dan menjalani hari-hari di mana Tuhan menggunakan air bah untuk menghancurkan dunia, seluruh keluarganya yang terdiri dari delapan orang selamat. Selain keluarga Nuh yang terdiri dari delapan orang, seluruh umat manusia dihancurkan, dan semua makhluk hidup di bumi dihancurkan. Kepada Nuh, Tuhan memberikan berkat, dan mengatakan beberapa hal kepadanya dan anak-anaknya. Hal-hal inilah yang Tuhan anugerahkan kepadanya dan juga merupakan berkat Tuhan baginya. Ini adalah berkat dan janji yang Tuhan berikan kepada seseorang yang bisa mendengarkan Dia dan menerima perintah-Nya, dan juga cara Tuhan memberi upah kepada manusia. Artinya, terlepas dari apakah Nuh adalah seorang yang sempurna atau seorang yang benar di mata Tuhan atau tidak, dan terlepas dari seberapa banyak ia mengetahui tentang Tuhan, singkatnya, Nuh dan ketiga anaknya, semuanya mendengarkan firman Tuhan, bekerja sama dengan pekerjaan Tuhan, dan melakukan apa yang harus mereka lakukan sesuai dengan perintah Tuhan. Sebagai hasilnya, mereka mempertahankan manusia dan berbagai jenis makhluk hidup bagi Tuhan setelah kehancuran dunia oleh air bah, memberi kontribusi yang sangat besar bagi langkah selanjutnya dari rencana pengelolaan Tuhan. Karena segala sesuatu yang sudah dilakukan Nuh, Tuhan memberkatinya. Mungkin bagi orang-orang zaman sekarang, apa yang Nuh lakukan tidak layak bahkan untuk disebut-sebut. Bahkan sebagian orang mungkin berpikir: Nuh tidak melakukan apa-apa; Tuhan telah memutuskan untuk mempertahankan hidupnya, jadi ia pasti akan dibiarkan hidup. Kelangsungan hidupnya bukan karena pencapaiannya sendiri. Inilah yang Tuhan ingin wujudkan, karena manusia itu pasif. Namun, bukan itu yang Tuhan pikirkan. Bagi Tuhan, tidak masalah apakah seseorang itu hebat atau tidak penting, selama mereka dapat mendengarkan Dia, menaati perintah-Nya, melakukan apa yang Ia percayakan, dan dapat bekerja sama dengan pekerjaan, kehendak, dan rencana-Nya, sehingga kehendak dan rencana-Nya dapat diselesaikan dengan lancar, maka perilaku tersebut layak untuk diingat oleh-Nya dan layak untuk menerima berkat-Nya. Tuhan menghargai orang-orang semacam itu, dan Ia menghargai tindakan, kasih, dan kasih sayang mereka kepada-Nya. Inilah sikap Tuhan. Jadi, mengapa Tuhan memberkati Nuh? Karena inilah cara Tuhan memperlakukan tindakan semacam itu dan ketaatan manusia.

Berkenaan dengan berkat Tuhan kepada Nuh, sebagian orang akan berkata: "Jika manusia mendengarkan dan memuaskan hati Tuhan, Tuhan akan memberkati manusia. Bukankah itu jelas?" Dapatkah kita berkata seperti itu? Sebagian orang berkata: "Tidak." Mengapa kita tidak dapat berkata seperti itu? Sebagian orang berkata: "Manusia tidak layak untuk menikmati berkat Tuhan." Itu tidak sepenuhnya benar. Karena ketika seseorang menerima apa yang Tuhan percayakan kepadanya, Tuhan punya standar untuk menilai apakah tindakan orang itu baik atau buruk, apakah orang itu sudah menaati atau belum, apakah orang itu sudah memenuhi kehendak Tuhan atau belum, dan apakah yang mereka kerjakan itu memenuhi standar atau tidak. Yang Tuhan pedulikan adalah hati manusia, bukan tindakan mereka di permukaan. Tidaklah benar bahwa Tuhan harus memberkati seseorang selama mereka melakukan sesuatu, terlepas dari bagaimana mereka melakukannya. Ini adalah kesalahpahaman yang orang miliki tentang Tuhan. Tuhan tidak hanya memandang hasil akhir dari sesuatu, tetapi lebih menekankan pada bagaimana hati orang tersebut dan bagaimana sikap orang tersebut selama perkembangan dari sesuatu tersebut, dan Ia memandang apakah ada ketaatan, pertimbangan, dan keinginan untuk memuaskan Tuhan di hati mereka atau tidak. Seberapa banyak Nuh mengenal Tuhan pada waktu itu? Apakah sebanyak doktrin yang engkau semua ketahui sekarang? Mengenai aspek kebenaran seperti konsep-konsep dan pengenalan akan Tuhan, apakah ia menerima penyiraman dan penggembalaan sebanyak yang engkau semua terima? Tidak! Namun, ada satu fakta yang tidak dapat disangkal: dalam kesadaran, pikiran, dan bahkan kedalaman hati orang-orang zaman sekarang, konsep dan sikap mereka terhadap Tuhan samar dan ambigu. Engkau bahkan bisa mengatakan bahwa sebagian orang memiliki sikap negatif terhadap keberadaan Tuhan. Namun, di dalam hati dan kesadaran Nuh, keberadaan Tuhan adalah mutlak dan tidak diragukan, dan dengan demikian, ketaatannya kepada Tuhan pun murni dan bisa bertahan dalam ujian. Hatinya murni dan terbuka kepada Tuhan. Ia tidak perlu terlalu banyak pengetahuan tentang doktrin untuk meyakinkan dirinya untuk mengikuti setiap firman Tuhan, juga tidak membutuhkan banyak fakta untuk membuktikan keberadaan Tuhan untuk dapat menerima apa yang Tuhan percayakan kepadanya dan mampu melakukan apa pun yang Tuhan perintahkan kepadanya. Inilah perbedaan mendasar antara Nuh dan orang-orang zaman sekarang. Ini juga merupakan definisi yang tepat tentang seperti apakah manusia yang sempurna di mata Tuhan itu. Yang Tuhan inginkan adalah orang-orang seperti Nuh. Ia adalah tipe orang yang Tuhan puji, dan juga jenis orang yang Tuhan berkati. Sudahkah engkau semua menerima pencerahan dari semua ini? Orang melihat orang dari luarnya, sementara yang Tuhan lihat adalah hati manusia dan esensi mereka. Tuhan tidak mengizinkan seorang pun bersikap setengah hati atau meragukan Dia, juga tidak mengizinkan orang untuk mencurigai atau menguji Dia dengan cara apa pun. Oleh karena itu, meskipun orang zaman sekarang berhadapan muka dengan firman Tuhan—engkau bahkan bisa katakan berhadapan muka dengan Tuhan—oleh karena sesuatu di lubuk hati mereka, keberadaan hakikat mereka yang rusak, dan sikap bermusuhan mereka terhadap Dia, orang-orang telah dihambat dari memiliki kepercayaan yang sejati kepada Tuhan dan telah dihalangi dari menjadi taat kepada-Nya. Karena hal ini, sangatlah sulit bagi mereka untuk memperoleh berkat yang sama seperti yang Tuhan anugerahkan kepada Nuh.

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait